Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERTANIAN

Nama : Wahyu Hadi Saputra


NIM : 16002022
Dosen Pembimbing : Salmiyati, M.Pd, Ph.D

PRODI AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI PELALAWAN
STT PELALAWAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada allah ta’ala SWT, karena Nikmat
dan Rahmatnya Laporan Akhir Praktikum Analisis Studi Kelayakan Usaha
Pertanian ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya. Begitu juga ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah bersedia memberikan Kontribusi dengan
memberikan sumbangan tenaga dan pikiran terhadap laporan ini.
Sangat besar harapan kami, semoga laporan ini bisa memberikan
pengetahuan kepada para pembaca. Dan juga besar keinginan kami untuk
kedepannya dapat memperbaiki ataupun menambah isi laporan ini apabila
terdapat kesalahan dan kekurangan.
Dan juga kami meyakini akan banyak terdapat kesalahan pada laporan ini.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pangkalan Kerinci ,20 Juni 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ......... ......................................................................... v

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum .................................................................... 2
1.3 Manfaat Praktikum ................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kelayakan Agribisnis .................................................2
2.2 Eksplorasi Ide Bisnis ............................................................... 5
2.3 Kriteria Investasi ..................................................................... 2
2.4 Analisis Kelayakan Pada Industri Pertanian ........................... 6
2.5 Analisis Kelayakan Pada Tanaman Semusim ........................ 9
2.6 Praktikum Lapangan ............................................................... 9
a. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura .......................... 7
b. Dinas UKM ........................................................................ 7
c. Dinas DPMPTSP ................................................................ 7
BAB III. METODOLOGI
3.1 Konsep Kelayakan Agribisnis .................................................2
3.2 Eksplorasi Ide Bisnis ............................................................... 5
3.3 Kriteria Investasi ..................................................................... 2
3.4 Analisis Kelayakan Pada Industri Pertanian ........................... 6
3.5 Analisis Kelayakan Pada Tanaman Semusim ........................ 9
2.6 Praktikum Lapangan ............................................................... 9
a. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura .......................... 7
b. Dinas UKM ........................................................................ 7

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Konsep Kelayakan Agribisnis .................................................2
4.2 Eksplorasi Ide Bisnis ............................................................... 5
4.3 Kriteria Investasi ..................................................................... 2
4.4 Analisis Kelayakan Pada Industri Pertanian ........................... 6
4.5 Analisis Kelayakan Pada Tanaman Semusim ........................ 9
4.6 Praktikum Lapangan ............................................................... 9
4.6.1 Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura ..................... 7
4.6.2 Dinas UKM ................................................................... 7
4.6.3 Dinas DPMPTSP .......................................................... 7
BAB V. PENUTUP ................................................................................... 19
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 2
5.2 Saran ....................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21
DAFTAR TABEL
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendirian suatu bisnis usaha yang sering dilakukan oleh


seorang pengusaha, baik usaha yang dimulai dari awal hingga menghasilkan
produk tertentu, pasti memerlukan modal yang besarnya disesuaikan dengan
kebutuhan.Penanaman modal tersebut disesuaikan dengan tujuan perusahaan dan
bentuk badan usahanya. Salah satu tujuan perusahaan mendirikan suatu bisnis ada
lahuntuk mendapatkan keuntungan ( profit ) yang besar sehingga mampu
membiayaiusahanya sendiri. Selain keuntungan, tujuan lain dari perusahaan
adalah bersifatsosial, misalkan saja membantu masyarakat dalam penyediaan
lapangan pekerjaansehingga dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan
perekonomiandaerah lokasi pendirian usaha. Dalam studi kelayakan terdapat
beberapa hal yang harus dianalisis, yaitu :

Aspek Pasar. Dalam aspek pasar, menganalisis tentang kebutuhan potensial


pasar. Selain itu juga untuk mengetahui persaingan dari perusahaan sejenis supaya
pengusaha dapat menetapkan market share. Market share merupakan pasar yang
dapat dikuasai oleh pengusaha bila dibandingkan dengan pesaingnya. Oleh karena
itu, bila ingin menguasai pasar tertentu, dengan kata lain dapat menetapkan
market share pengusaha harus dapat mengetahui hal apa saja yang dapat
membedakan produk yang akan dihasilkan dengan produk dari pesaing
( differensiasi ). Differensiasi dapat meliputi bagaimana merancang produk yang
berbeda dibanding pesaing, merk apa yang menarik, strategi dan pendekatan yang
bagaimana yang digunakan dalam menetapkan harga produk, dan saluran
distribusi yang bagaimana untuk menyalurkan produk kepada konsumen. Aspek
Teknis.

Dalam aspek teknis, menganalisis tentang gambaran pendirian bisnis, luas


produksi, serta lay - out bisnis. Dalam gambaran pendirian bisnis dapat diketahui
bagaimana bisnis tersebut mulai dirintis ( dari penentuan lahan, pembukaan lahan
dan lain – lain ), dapat diketahui pula bagaimana proses pembuatan program yang
akan digunakan oleh bisnis ini hingga dapat menghasilkan suatu produk yang
dapat dijual. Aspek Organisasi dan Manajemen. Dalam aspek organisasi dan
manajemen, menganalisis tentang perencanaan, organisasi, kepemimpinan, dan
pengendalian sumber daya manusia. Hal tersebut diperlukan untuk mempermudah
pencapaian tujuan perusahaan.

Karena walaupun suatu usaha telah dikatakan layak atau tidak untuk
dijalankan, tetapi tidak didukung oleh manajemen dan organisasi yang
terorganisasi, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan. Aspek organisasi
dan manajemen ini, juga menggambarkan mengenai penentuan sumber daya
manusia yang ada sehingga dapat mengurangi biaya yang dibebankan ( proses
rekruitmen ). Fungsi manajemen yang dipakai ada empat yang semuanya
dilaksanakan secara berkesinambungan, karena masing – masing fungsi dalam
manajemen saling berkaitan erat. Empat fungsi dalam manajemen tersebut adalah
perencanaan ( planning ), pengorganisasian ( organizing ), pelaksanaan ( actuating
), pengawasan ( contolling ).

Aspek Analisis Perekonomian dan dampak Lingkungan. Didalam aspek ini


dapat diketahui dampak apa saja yang ditimbulkan oleh pendirian usaha ice
cream. Pengutamaan analisis perekonomian dan dampak lingkungan secara
khusus meliputi dampak lingkungan sekitar dari segi ekonomi, sosial, dan
lingkungan, baik di dalam maupun di luar bisnis yang dijalankan. Aspek
Keuangan. Dalam aspek keuangan, menganalisis tentang kebutuhan investasi dan
perhitungan keuntungan yang akan dihasilkan.

Dengan kata lain, aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk
menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan, meliputi sumber – sumber dana
yang akan diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan serta
keuntungan (laba), besarnya biaya yang dihabiskan. Studi kelayakan bisnis
dilakukan untuk mengidentifikasikan masalah – masalah yang akan terjadi dimasa
yang akan datang sehingga dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya
kerugian atau melesetnya hasil yang ingin dicapai dalam suatu investasi bisnis.
Dengan adanya studi kelayakan bisnis para pengusaha mempunyai pedoman
untuk menjalankan usahanya.

1.2 Tujuan Praktikum


 Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui konsep kelayakan
agribisnis
 Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui eksplorasi ide bisnis
 Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kriteria investasi
 Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui analisis kelayakan
pada industry pertanian
 Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui analisis kelayakan
pada tanaman semusim
 Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melatih mahasiswa untuk
mengambil data di lapangan dan menganalisisnya.

1.3 Manfaat Praktikum


 Manfaat dari praktikum adalah agar mahasiswa dapat mengetahui lebih
jauh tentang konsep kelayakan ide bisnis
 Manfaat dari praktikum adalah agar mahasiswa dapat mengetahui lebih
jauh tentang eksplorasi ide bisnis
 Manfaat dari praktikum adalah agar mahasiswa dapat mengetahui lebih
jauh tentang kriteria investasi
 Manfaat dari praktikum adalah agar mahasiswa dapat mengetahui lebih
jauh tentang analisis kelayakan pada industry pertanian
 Manfaat dari praktikum adalah agar mahasiswa dapat mengetahui lebih
jauh tentang analisis kelayakan pada tanaman semusim
 Manfaat dari praktikum adalah agar mahasiswa dapat mengetahui lebih
jauh tentang tanaman pangan dan hortikultura, perizinan usaha pertanian
dan UMKM di kabupaten pelalawan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kelayakan Agribisnis


Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan
pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan
kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor
pertanian juga memiliki kontribusi yang tidak langsung berupa efek pengganda
(multiplier effect), yaitu keterkaitan inputoutput antar industri, konsumsi, dan
investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar sehingga sektor pertanian
layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional.
Pada masa krisis, sektor pertanian terbukti lebih tangguh bertahan dan mampu
pulih lebih cepat dibanding sektor-sektor lain sehingga berperan sebagai
penyangga pembangunan nasional.

Peran tersebut terutama dalam penyediaan kebutuhan pangan pokok,


perolehan devisa, penyediaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan.
Sektor pertanian juga menjadi andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi
perdesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Dengan pertumbuhan
yang terus positif secara konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam menjaga
laju pertumbuhan ekonomi nasional. Pada periode pemulihan pascakrisis,
pembangunan pertanian telah menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Secara umum, sektor pertanian telah mampu melepaskan diri dari ancaman
keterpurukan yang berkepanjangan, terlepas dari ancaman kontraksi berkelanjutan
dan melepaskan diri dari “spiral pertumbuhan rendah” dan bahkan telah berada
pada fase percepatan pertumbuhan menuju pertumbuhan berkelanjutan. Agribisnis
menunjukkan adanya keterkaitan vertikal antar subsistem agribisnis serta
keterkaitan horizontal dengan sistem atau subsistem lain di luar, seperti jasa-jasa
(finansial dan perbankan, transportasi, perdagangan, pendidikan, dan lain-lain).

Sektor usaha agribisnis merupakan lahan yang sangat “potensial” bagi


pertumbuhan perekonomian nasional, karena sektor ini bisa menyerap banyak
tenaga kerja, mulai dari tingkat petani, produksi maupun tingkat pemasaran.
Selama ini sektor usaha agribisnis sangat terpinggirkan oleh sektor industri karena
dianggap sektor yang tidak “komersial” dan belum “produktif”. Jika kita lihat
potensi sumber daya alam serta sumber daya manusia, sangat memungkinkan bagi
kita untuk mengembangkan serta meningkatkan kualitas sektor usaha agribisnis.
Berapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap lini yang menggerakkan
sektor ini, mulai dari petani sebagai kegiatan hulu, pekerja sampai tenaga
pemasaran produk.

2.2 Eksplorasi Ide Bisnis

Menurut Bygrave (1994) A business plan is a selling document that


conveys the excitement and promise of your business to any potential backers or
stakeholders. Business Plan adalah dokumen yang disediakan oleh entrepreneur
yang disesuaikan dengan pandangan penasihat profesionalnya yang memuat
rincian tentang masa lalu, keadaan sekarang dan kecenderungan masa depan dari
sebuah perusahaan. Isinya mencakup analisis tentang manajerial, keadaan fisik
bangunan, karyawan, produk, sumber permodalan, informasi tentang jalannya
perusahaan selama ini dan posisi pasar dari perusahaan.

Business Plan juga berisi tentang rincian profit, neraca perusahaan,


proyeksi aliran kas untuk dua tahun yang akan datang. Juga memuat pandangan
dan ide dari anggota tim manajemen. Hal ini menyangkut strategi tujuan
perusahaan yang hendak dicapai. Business plan dibuat dalam bentuk jangka
pendek ataupun jangka panjang yang pertama kali diikuti untuk tiga tahun
berjalan. Business plan merupakan rencana perjalanan atau road map yang akan
diikuti oleh wirausaha. Business plan seakan-akan menjawab pertanyaan: Where
am I now? Where am I going? How will I get there? Dalam pandangan lain
business plan (Perencanaan Bisnis) adalah rencana untuk mengubah ide bisnis
menjadi suatu kesempatan (peluang bisnis) yang nyata, pengaturan/pengendalian
resiko dan pemberian upah serta waktu yang tepat untuk menerapkannya sehingga
dapat menghasilkan profit yang hendak dicapai perusahaan.

Business plan dipandang sebagai perencanaan seorang wirausaha yang


mengkristalisasikan impian dan harapan yang memotivasi wirausaha untuk
mencoba mendirikan bisnis. Businnes Plan merupakan suatu dokumen yang
menyatakan keyakinan akan kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau
jasa dengan menghasilkan keuntungan yang memuaskan dan menarik bagi
penyandang dana. Business Plan merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan
rencana pengusaha untuk memanfaatkan peluang-peluang usaha (business
opportunities) yang terdapat di lingkungan eksternal perusahan, menjelaskan
keunggulan bersaing (competitive advantage) usaha, serta menjelaskan berbagai
langkah yang harus dilakukan untuk menjadikan peluang usaha tersebut menjadi
suatu bentuk usaha yang nyata.

Selain itu business plan dapat diartikan sebagai sebuah selling document
yang mengungkapkan daya tarik dan harapan sebuah bisnis kepada penyandang
dana potensial. Jadi business plan adalah dokumen tertulis yang disiapkan oleh
wirausaha yang menggambarkan semua unsure yang relevan baik internal maupun
eksternal mengenai perusahaan untuk memulai pada waktu usaha, isinya sering
merupakan perencanaan terpadu menyangkut pemasaran, permodalan, operasional
dan sumber daya manusia.

2.3 Kriteria Investasi

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di
masa datang. Istilah investasi dapat berkaitan dengan berbagai macam aktivitas.
( Dipohusodo, 1996) Menurut William F.Sharfe dalam Kasmir dan Jakfar (2003)
mengemukakan bahwa: “Investasi adalah mengorbankan dollar sekarang untuk
dollar yang akan datang”. Selanjutnya John Soeprihanto (1997) mengemukakan
bahwa “Investasi dapat diartikan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang
memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha”.

Menurut Tandellin (2001) bahwa, “Investasi adalah komitmen atas


sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan
tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang”.
Memperhatikan beberapa definisi yang telah dikemukakan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran sejumlah dana untuk suatu
proyek dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Investasi
dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha, oleh karena itu investasi dibagi
dalam beberapa jenis. Dalam prakteknya jenis investasi dibagi 2 macam yaitu:
2.3.1 Investasi nyata (real investment)

Investasi nyata (real investment), merupakan investasi yang dibuat dalam


harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin dan
sebagainya.

2.3.2 Investasi finansial (financial investment)

Investasi finansial (financial investment), merupakan investasi dalam


bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat berharga lainnya.
Investasi dapat pula diartikan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang
memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Penanaman
modal yang ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu, baik bersifat
fisik ataupun non fisik, seperti pendirian pabrik, jalan, jembatan, penbangunan
gedung, serta proyek penelitian dan pengembangan. Secara umum pengertian
proyek adalah kegiatan yang melibatkan berbagai sumber daya yang terhimpun
dalam suatu wadah (organisasi) tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk
melakukan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya atau untuk mencapai
sasaran tertentu.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) bahwa “Studi kelayakan usaha adalah
suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau
usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau
tidak usaha tersebut dijalankan”. Ahmad, Kamaruddin (2004) Kelayakan artinya
penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan
apakah usaha yang akan dijalankan akan memberi manfaat yang lebih besar
dibanding dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat
diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial
dan non finansial sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Layak disini diartikan
juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang
menjalankan, akan tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat
luas.

Bodie, dkk (2014) Studi kelayakan yang sering disebut dengan feasibility
study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah
menerima atau menolak suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan yang
mana hal tersebut tertuang pada laporan studi kelayakan.(Agus Sartono, 2002)
Memperhatikan uraian di atas, tampaklah bahwa diperlukan studi setiap aspek
proyek dalam usaha memberikan penilaian yang holistik terhadap suatu usulan
studi kelayakan. Pada akhirnya, landasan pengambilan keputusan menerima atau
menolak suatu usulan proyek adalah studi kelayak finansial atau keuangan.
Bagaimanapun juga, prospek keberhasilan suatu proyek dicerminkan oleh
kemampuan dari proyek yang bersangkutan untuk menghasilkan laba.

2.4 Analisis Kelayakan Usaha pada Industri Pertanian


Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan
ekonomi negara terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia.
Pembangunan ekonomi menitikberatkan pada bidang pertanian dan industri yang
berbasis pertanian atau biasa disebut agroindustri. Sistem agribisnis, agroindustri
adalah salah satu subsistem yang bersama-sama subsistem lain membentuk
agribisnis. Sistem agribisnis terdiri dari subsistem input (agroindustri hulu),
usahatani (pertanian), sistem output (agroindustri hilir), pemasaran dan
penunjang, sehingga pembangunan agroindustri tidak dapat dilepaskan dari
pembangunan agribisnis secara keseluruhan. (Masyhuri,1994).
Agroindustri memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan
pertanian. Hal ini dapat dilihat dari kontribusunya dalam hal meningkatkan
pendapatan pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan
devisa, dan mendorong tumbuhnya industri lain. Meskipun peranan agroindustri
sangat penting, pembangunan agroindustri masih dihadapkan pada berbagai
tantangan, dalam mengendalian SDM dapat dilakukan dengan menanamkan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3), diantaranya dengan penjelasan sanitasi dan
higiene proses berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan pekerja (Raharja,
2012). Agroindustri memiliki peranan yang sangat penting, namun perkembangan
posisi keuangan juga memiliki arti yang sangat penting bagi suatu usaha. Untuk
melihat sehat tidaknya suatu usaha tidak hanya dapat dinilai dari keadaan fisiknya
saja, misalnya dilihat dari gedung, pembangunan atau ekspansi.Faktor terpenting
untuk dapat melihat perkembangan suatu usaha terletak dalam unsur keuangannya
(Winanda, 2015).
Agroindustri merupakan suatu bentuk kegiatan atau aktivitas yang mengolah
bahan baku yang berasal dari tanaman maupun hewan. Mendefinisikan
agroindustri dalam dua hal, yaitu pertama, agroindustri sebagai industri yang
berbahan baku utama dari bahan baku pertanian dan kedua, agroindustri sebagai
suatu tahapan pembangunan kelanjutan dari pembangunan pertanian tetapi
sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri
(Soekartawi, 2000). Adapun prioritas strategi untuk peningkatan mutu produk,
khususnya tahu adalah dengan pelatihan SDM yang berkaitan dengan teknik
penjadwalan terkait penggunaan bahan baku, pemilihan bahan baku, pembagian
pekerjaan, teknik penyusunan SOP sederhana, serta pengawasan dan pengendalian
mutu produk.(Nunung, 2012).
Kedelai (Glycine max L) merupakan komoditas pangan yang telah lama
dibudidayakan di Indonesia, yang saat ini tidak hanya diposisikansebagai bahan
baku industri pangan, namun juga ditempatkan sebagai bahan baku, khususnya
pembuatan tahu. Ironisnya sampai saat ini Indonesia masih mengimpor kedelai
dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kalangan industri tahu
(pengrajin) cenderung memiliki kedelai impor sebagai bahan baku dibanding
kedelai nasional karena pasokan bahan bakunya terjamin (Setiadi dan
Nanggolan,1988).
Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai bentuk olahan kedelai
berupa tahu. Ada beberapa industri kecil yang potensial untuk dikembangkan,
salah satunya adalah usaha pembuatan tahu. Tahu merupakan makanan tradisional
sebagian besar masyarakat Indonesia, dan digemari hampir seluruh lapisan
masyarakat. pembuatan tahu relatif murah dan sederhana, namun dalam upaya
pengembangan industri tahu yang ramah lingkungan sangat diperlukan sebagai
upaya meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan, diantaranya. berupa
pemanfaatan limbah cair yang diolah secara anaerobik untuk menghasilkan biogas
(Harihastuti dan Sari, 2011). Prioritas strategi yang dapat digunakan dalam upaya
pengolahan limbah adalah dengan pelatihan SDM untuk pengolahan limbah cair,
selain itu dapat digunakan teknologi plasma yang dilakukan secara batch dapat
menurunkan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) (Rachmanto dan Winata,
2010). Melalui proses pengolahan, limbah cair tahu dapat menghasilkan biogas,
dimana dari setiap kg kedelai akan menghasilkan 9,46 liter limbah dan tiap kg
kedelai menghasilkan 15 liter biogas (Sadzali, 2010). Setiap 1 kg kedelai yang
diolah menjadi tahu mengandung kurang lebih 300-400 g (40%) protein, 200-350
g (35%) karbohidrat, 150- 200 g (20%) lemak dan sisanya merupakan zat - zat
mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium dan vitamin anti beri-beri. (Sarwono
dan Saragih, 2001).
Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah yang cocok untuk
dikembangkan tanaman kacang kedelai. Beberapa daerah di Sulawesi Tengah
sudah mengolah tanaman kacang kedelai, akan tetapi hanya bertujuan untuk
penjualan kacang kedelai dan konsumsi. Pengusaha di Kota Palu mulai melihat
peluang ini dan mengembangkan agroindustri dengan mengolah biji kedelai
menjadi tahu. Tabel 1 menunjukkan data tentang produksi Industri Tahu di
Sulawesi Tengah pada tahun 2015. Industri Tahu Vivi memiliki kapasitas produksi
tahu sebesar 270 ton/tahun, Industri Tahu Afifah memiliki kapasitas produksi tahu
sebesar 250 ton/tahun, Industri Tahu Mitra Cemangi memiliki kapasitas produksi
tahu sebesar 190/tahun, sedangkan pada Industri Tahu Barokah memiliki kapasitas
produksi tahu sebesar 180/tahun.
Industri tahu yang ada di Sulawesi Tengah sudah memiliki kapasitas produksi
yang cukup besar setiap tahunnya, sehingga pemenuhan produksi tahu di Sulawesi
Tengah sudah tercukupi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penghasilan
suatu industri khususnya industri tahu. Pertama, harga produk yang dihasilkan dan
biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut Mubyarto (1986) bahwa penerimaan
adalah Pendapatan itu merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh
dengan biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi, jika dikaitkan
dengan kedua hal tersebut, masalah yang dihadapi para produsen adalah biaya
produksi yang dikeluarkan dalam memasok kedelai.
2.5 Analisis Kelayakan Pada Tanaman Semusim
Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak dikawasan khatulistiwa
dan memiliki iklim tropis serta dua musim, ini berarti berbagai macam aneka
ragam tumbuhan dan tanaman dapat tumbuh dengan baik, sehingga Indonesia
sering disebut sebagai negara agraris yang berarti sebagaian besar masyarakatnya
bermata pencaharian sebagai petani, dengan demikian maka sektor pertanian perlu
menjadi dari pada sektor primadona yang perlu didepankan dan diprioritaskan
lainnnya. Secara komparatif Indonesia unggul dalam sumber daya alam yang
berlimpah (BPT Pertanian, 2009).
Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan
agroindustry pada dasarnya menunjukan arah bahwa pengembangan agribisnis
merupakan upaya sangat penting untuk mencapai tujuan. Tujuan tersebut untuk
menarik dan mendorong munculnya industri baru disektor pertanian, menciptakan
struktur perekonomian yang tangguh, menciptakan nilai tambah, meningkatkan
penerimaan devisa, menciptakan lapangan kerja dan memperbaiki pembagian
pendapatan (Soekartawi, 2001).
Pembangunan pertanian saat ini harus dipandang dari dua pilar utama secara
terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan. Pertama, pilar pertanian primer (on-farm
agriculture/agribusiness). yang merupakan kegiatan usahatani yang menggunakan
sarana dan prasarana produksi (input factors) untuk menghasilkan produk
pertanian primer; kedua, pilar pertanian sekunder (down- stream agriculture/
agribusiness) sebagai kegiatan meningkatkan nilai tambah produk pertanian
primer melalui pengolahan (agroindustri) beserta distribusi dan perdagangan-nya
(Napitupulu, 2000).
Menurut Sudarsono (2000), bahwa untuk memperoleh tingkat produksi
optimal produsen haruslah memperhitungkan jumlah produksi yang berada pada
posisi keseimbangan atau untung dan jika dikurangi/ditambah justru akan rugi.
Produksi optimal terjadi pada saat kegiatan produksi memberikan selisih paling
besar antara penerimaan dan biaya. Penggunaan biaya yang efisien tentunya
merupakan langkah awal dalam penentuan produksi yang optimal. Faktor
produksi yang tersebut diatas berpengaruh pada biaya produksi dan pada akhirnya
akan mempengaruhi penerimaan usahatani. Penerimaan usahatani akan terkait
dengan jumlah produk yang dihasilkan denga harga komoditas. Salah satu yang
mempengaruhi komoditas adalah jumlah permintaan dan penawaran harga produk
dan faktor produksi yang sering mengalami perubahaan akan berpengaruh
terhadap tingkat keuntungan yang diterima. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan usahatani adalah luas usaha, tingkat produksi, pilihan kombinasi usaha
dan juga intensitas pengusahaan tanaman (Hernanto dalam Anonim, 2009).
Menurut Arsyad (2008), bahwa fungsi produksi menentukan tingkat output
maksimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya,
jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksi suatu tingkat output
tertentu. Secara luas dapat produksi diartikan segala perbuatan atau kegiatan
manusia baik secara langsung maupun tidak, yang ditunjukan untuk menambah
atau mempertinggi nilai dan guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Usahatani dalam menghadapi persaingan terhadap komuditas-komuditas
impor harus berproduksi dalam keadaan efesiensi yang tinggi, bukan hanya dari
segi fisik dan agroekologi (technical efficiency) yang merupakan necessary
conditions, tetapi juga berproduksi dalam keadaan efesiensi harga (price or
allocative efficiency) sebagai sufficient conditions (Marhana, 2005).

2.6 Fielt Trip Dinas Perizinan, Hortikultura dan DPMPTSP


Hortikultura berasal dari kata “hortus” garden atau kebun dan “colere”
cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai
usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias (Janick,
1972 ; Edmond et al. 1975). Sehingga Hortikultura merupakan suatu cabang dari
ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman
hias. Hortikultura merupakan kelompok komoditas yang penting dan strategis
karena merupakan kebutuhan pokok manusia. Konsumsi hortikultura dalam skala
rumah tangga mencapai 16,1%. (BPS 2012).
Hortikultura saat ini menjadi komoditas yang menguntungkan karena
pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat saat ini turut memicu
peningkatan konsumsi hortikultura. Peningkatan konsusmsi hortikultura
disebabkan karena struktur konsumsi bahan pangan cenderung bergeser pada
bahan non pangan dengan elastisitas pendapatan relative tinggi seperti pada
komoditas hortikultura. Provinsi Gorontalo merupakan Provinsi yang sedang
berkembang, baik dari segi ekonomi dan juga sosial. Dalam proses
berkembangnya banyak pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam memajukan ekonomi. Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh
Provinsi Gorontalo adalah produktifitas dalam bidang tanaman hortikultura. Hal
ini dipengaruhi oleh karena sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah
petani. Dengan produktifitas pertanian yang cukup meningkat secara tidak
langsung berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Seiring dengan upaya
peningkatan produktifitas tanaman hortikultura di Provinsi Gorontalo maka
kebutuhan akan informasi hasil produksi tanaman hortikultura yang dihimpun dari
petani sangat dibutuhkan. Provinsi Gorontalo memiliki luas wilayah kerja dan
jarak yang jauh antara satu dinas dengan dinas yang lain maka informasi hasil
produksi tanaman hortikultura yang dihimpun dari petani menjadi lambat
tersampaikan keterlambatan tersebut mengakibatkan kurangnya informasi hasil
produksi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo pada
tahun 2013, produksi tanaman sayuran dan buah-buahan semusim di provinsi
gorontalo mencapai 171.856 kwintal. Lebih tinggi dibandingkan dengan total
produksi pada tahun 2012 yang sebesar 165, 514 kwintal atau terjadi peningkatan
sebesar 3,83 persen. Hal tersebut dikarenakan faktor-faktor produksi yang
merusak produktifitas yaitu Organisme Penganggu Tanaman (OPT).
Organisme Pengganggu Tanaman merupakan faktor pembatas produksi
tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan.
Organisme Pengganggu Tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu
hama, penyakit dan gulma. Organisme penganggu tanaman adalah sala satu
penghambat faktor produksi dan penyebab ditolaknya produk tersebut masuk
kesuatu negara, karena dikawatirkan akan menjadi hama baru dinegara yang
ditujunya. Untuk mengestimasi produksi tanaman Hortikultura beserta pengaruh
serangan Organisme Penggangu Tanaman (OPT) di Provinsi Gorontalo, maka
dibangun sebuah sistem informasi berbasis web, dengan adanya sistem tersebut
diharapkan dapat memprediksi dan menyampaikan informasi mengenai produksi
tanaman Hortikultura secara spesifik.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Konsep Kelayakan Agribisnis

3.1.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini telah di laksanakan pada Mata Kuliah Analisis Kelayakan Usaha
Pertanian pada hari Selasa di ruangan kelas Agroteknologi.

3.1.2 Bahan dan Alat

Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah 10 jurnal tentang Analisis
Kelayakan Usaha Pertanian Kelapa.

3.1.3 Cara Kerja

Cara kerja yang di lakukan adalah mencari 10 jurnal tentang Analisis Kelayakan
Usaha Tanaman Kelapa dan direview kembali. Kemudian, rangkum hasil dan
pembahasannya serta mencari kesimpulan dari 10 jurnal tersebut.

3.2 Eksplorasi Ide Bisnis

3.2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini telah di laksanakan pada 25 Mei 2019 yang berlokasi di Kecamatan
Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

3.2.2 Bahan dan Alat

Bahan yang saya gunakan dalam praktikum ini adalah beberapa pertanyaan yang
telah di siapkan untuk di tanyakan kepada para pengusaha di bidang pertanian.

Dan alat yang di gunakan adalah alat tulis.


3.2.3 Cara Kerja

Cara kerja praktikum ini adalah dengan mewawancarai 10 usaha bisnis yang
bergerak di bidang pertanian dan menuliskan jawaban mereka tentang bisnis yang
telah mereka jalankan.

3.3 Kriteria Investasi

3.3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini telah di laksanakan pada Mata Kuliah Analisis Kelayakan Usaha
Pertanian pada hari Selasa di ruangan kelas Agroteknologi.

3.3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah situs yang membahas tentang
NPV, IRR, PBP, ARR.

Dan alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah Handphone dan alat tulis.

3.3.3 Cara Kerja

Cara kerja yang di gunakan adalah dengan mengerjakan tugas tentang kriteria
investasi yang sudah di berikan dan di salin kembali ke dalam laporan praktikum
ini.

3.4 Analisis Kelayakan Pada industry Pertanian

3.4.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini telah di laksanakan pada Mata Kuliah Analisis Kelayakan Usaha
Pertanian pada hari Selasa di ruangan kelas Agroteknologi.

2.4.2 Bahan dan Alat

Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah buku tugas yang berisi tugas
kuliah yang membahas tentang
2.4.3 Cara Kerja

Cara kerja yang di gunakan adalah dengan mengerjakan tugas yang di berikan
tentang industry usaha pertanian dan menyalin kembali ke laporan ini.

3.5 Analisis Kelayakan Pada Tanaman semusim

3.5.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini telah di laksanakan pada Mata Kuliah Analisis Kelayakan Usaha
Pertanian pada hari Selasa di kebun percobaan Agroteknologi.

3.5.2 Bahan dan Alat

Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah pupuk kandang, dolomit,
EM4, gula merah, urea, polybag bibit, polybag besar dan tanah humus.

Dan alat yang di gunakan adalah cangkul, panci, terpal penutup kompos, parang,
selang penyiraman dan alat penyedot air.

3.5.2 Cara Kerja

Cara kerja yang di lakukan pada praktikum ini adalah dengan cara

3.6. Field Trip ke Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, dinas Perizinan
dan Dinas UMKM.

3.6.1 Waktu dan Tempat

Praktikum lapangan kali ini dilaksanakan pada Tanggal 25 Maret 2019, Berlokasi
di Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, dan Dinas UMKM.

3.6.2 Bahan dan Alat

Bahan yang di gunakan dalam praktikum lapangan ini adalah lembar pertanyaan
yang akan di tanyakan kepada narasumber yang ada di dinas tersebut.

Dan alat yang di gunakan pada praktikum ini adalah alat tulis.
3.6.3 Cara Kerja

Cara kerja yang di lakukan pada praktikum ini adalah dengan mengunjungi dinas
Tanaman pangan dan hortikultura, dinas DPMPTSP dan dinas Perizinan, serta
menanyakan hal-hal yang perlu di tanyakan kepada mereka setelah itu tulis di
buku catata..

Palaksanaan praktikum ini yaitu dengan cara mengamati atau mencatat data yang
diperoleh dari pertemuan yang dilaksanakan pada dinas tanaman pangan dan
harikultura, dinas perizinan, dan Dinas UMKM.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Konsep Kelayakan Agribisnis
Pada praktikum ini di lakukan review jurnal tentang Studi Kelayakan
Usaha Perkebunan Kelapa.
4.1.1 Jurnal 1 : Analisis Kelayakan Usahatani Kelapa Dalam Di Kecamatan
Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Tujuan : 1) menghitung perbedaan pendapatan usahatani kelapa dalam


berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten
Tanjung Jabung Barat 2) Menganalisis Kelayakan usahatani kelapa dalam
yang diusahakan oleh petani kelapa dalam dengan umur yang bervariasi di
Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Pendapatan tertinggi usahatani kelapa dalam berdasarkan umur


tanaman terdapat pada tanaman kelapa dalam umur 15-19 tahun yaitu
sebesar Rp. 16.926.545, per tahun/Ha.

Hal ini menunjukkan bahwa produksi dan produktivitas tertinggi yang


dihasilkan oleh petani kelapa dalam terdapat pada umur 15-19 tahun, yang
mana merupakan umur puncak produksi. Usahatani kelapa dalam di
Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat layak untuk
diusahakan karena nilai BEP Produksi, BEP Penerimaan dan BEP Harga
telah melampaui titik impas serta R/C yang diperoleh pada setiap
kelompok umur lebih besar dari 1 dengan nilai R/C tertinggi yaitu 10,87
yaitu pada pada kelompok umur 15-19 tahun yang menunjukkan bahwa
usahatani kelapa dalam di Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung
Jabung Barat layak untuk diusahakan.

4.1.2 Jurnal 2 : Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usahatani Kelapa Di Desa


Malonas Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala.

Tujuan : Mengetahui berapa besar pendapatan petani kelapa dan


mengetahui kelayakan usahatani Kelapa di Desa Malonas Kecamatan
Dampelas Kabupaten Donggala.

Pendapatan usahatani kelapa yang diperoleh petani responden di


Desa Malonas adalah sebesar Rp. 2.007.816/0,63ha/MP atau Rp.
3.187.002/ha/MP. Usahatani kelapa di Desa Malonas Kecamatan
Dampelas Kabupaten Donggala menguntungkan sehingga layak
diusahakan dengan nilai R/C sebesar 2,45 menunjukkan bahwa R/C>1
Artinya bahwa setiap pengeluaran biaya Rp 1.000,akan diperoleh
penerimaan sebesar Rp 2.450.

4.1.3 Jurnal 3 : Analisis Kelayakan Industri Kelapa Terpadu

Tujuan ; Untuk melakukan analisis kelayakan industri kelapa terpadu

Pertumbuhan bergaul dapat luas lahan dan volume produksi kelapa


rakyat belum diimbangi dengan peningkatan daya saing, nilai tambah dan
efisiensi usaha. Salah satu alternatif untuk meningkatkan nilai tambah dan
efisiensi usaha perkebunan kelapa rakyat adalah dengan mengembangkan
usaha pengolahan kelapa terpadu yaitu pendirian pabrik kelapa terpadu
kapasitas kecil. Industri kelapa terpadu kapasitas kecil berpotensi untuk
dikembangkan di perkebunan kelapa dengan kapsitas pengolahan 20.000
butir kelapa/hari.

4.1.4 Jurnal 4 : Analisis Kelayakan Usahatani Kelapa (Cocos Nucifera) Di


Kecamatan Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir .

Tujuan : Untuk mengetahui kelayakan finansial dan ekonomi usahatani


kelapa (Cocos nucifera).

Kelembagaan usahatani kelapa terdiri dari beberapa pihak, yaitu


petani sebagai produsen, pedagang pengumpul, pabrik pengolahan kelapa,
dan pedagang asing. Kelembagaan pemasaran kelapa ini terdiri dari dua
saluran pemasaran, yaitu saluran pemasaran 1 (petanipedagang
pengumpulpabrik pengolahan kelapa) dan saluran pemasaran 2 (petani
pedagang pengumpul pedagang asing).

Saluran pemasaran 1 menunjukkan bahwa marjin pemasaran dalam


saluran tersebut sangat besar antara petani dan pabrik pengolahan kelapa
dan persentase penerimaan petani rendah, sedangkan saluran pemasaran 2
menunjukkan dalam saluran pemasaran tersebut marjin pemasarannya
lebih rendah daripada saluran pemasaran 1 dan persentase penerimaan
petani dalam saluran pemasaran ini lebih rendah.

Kegiatan usahatani kelapa layak untuk dijalankan baik secara


finansial maupun secara ekonomi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
hasil analisis dengan menggunakan kriteria kelayakan NPV, IRR, Gross
B/C serta Net B/C. Usahatani kelapa di daerah penelitian dilaksanakan
secara terbatas. Lahan yang digunakan oleh petani untuk kegiatan
bercocok tanam memiliki luas 20 000 m2 atau 2 hektar. Lahan tersebut
terdiri dari lahan yang ditanami kelapa, tempat penampungan kelapa, dan
tempat tinggal milik petani. Jarak tanam antar pohon kelapa adalah 8x8
meter. Jenis kelapa yang ditanam oleh petani responden adalah jenis
kelapa dalam. Jenis ini dipilih karena tidak memerlukan banyak biaya
dalam perawatan dan dapat terus berbuah hingga usia tanam lebih dari 25
tahun. Tanaman kelapa mulai berbuah pada tahun keenam sejak kelapa
mulai ditanam.Tingkat bunga diskonto yang digunakan dalam analisis
kelayakan tersebut menggunakan tingkat bunga deposito, karena petani
dalam menjalankan usahataninya menggunakan modal pribadi. Umur
proyek dalam usahatani kelapa tersebut adalah 25 tahun, dengan
pertimbangan pohon kelapa dapat tetap dipanen hingga tahun ke 25.

Pada analisis sensitivitas dengan adanya penurunan ouput sebesar


10%, penurunan volume output 20%, kenaikan harga input pupuk sebesar
15%, kenaikan biaya tenaga kerja 10% dan penurunan harga jual output
sebesar 15% menunjukkan bahwa usahatani kelapa masih layak untuk
dijalankan, kecuali pada saat terjadi penurunan volume output 20%
usahatani kelapa tidak layak untuk dijalankan. Usahatani kelapa tersebut
masih dapat dikatakan tidak sensitif terhadap perubahan kondisi pasar dan
pelaksanaan teknis usahatani.

4.2 Eksplorasi Ide Bisnis


Hasil dan pembahasan praktikum eksplorasi Iden Bisnis adalah dengan
cara melakukan wawancara kepada pengusaha atau UMKM di bidang
pertanian. Pada praktikum ini praktikan mengambil salah satu usaha di
bidang pertanian yaitu Pembuatan Tempe.
Pertanyaan : Apa usaha di bidang pertanian yang bapak lakukan ?
Jawaban : Pembuatan Tempe
Pertanyaan : Berapa modal yang bapak keluarkan dalam sekali
produksi ?
Jawaban : Kira-kira sekali produksi saya menghabiskan modal Rp
115.000
Pertanyaan : Berapa keuntungan yang bapak peroleh dari sekali
produksi ?
Jawaban : kira-kira Rp 20 ribu untung bersih.
Pertanyaan : Apakah menurut bapak usaha ini layak untuk terus di
jalankan ?
Jawaban : Menurut saya sih layak jika di skala rumahan, namun
seharusnya saya perlu menambah modal agar keuntungan juga bias
naik.
Dari wawancara di atas di ketahui bahwa usaha pembuatan tempe dapat di
jalankan dengan baik jika pembuatan tempe yang di produksi semkain
banyak.

4.3 Kriteria Investasi

PT. Asthree akan melakukan investasi melalui pembelian sebuah gudang


seharga Rp. 80.000.000,-
Gudang tersebut mempunyai umur ekonomis 4 tahun dan nilai residu Rp.
25.000.000,-
Perusahaan membayar bunga 20 % dengan tingkat pendapatan bersih sebagai
berikut :

Tahun 1 : Rp. 2.500.000


Tahun 2 : Rp. 3.500.000
Tahun 3 : Rp. 4.500.000
Tahun 4 : Rp. 5.000.000

tentukan Payback periode, PI, ARR, NPV ?

jawaban :

Depresiasi = 80.000.000-25.000.000 = Rp. 13.750.000


4

tahun EAT Depresiasi Proceed DF PV Proceed


1 2.500.000 13.750.000 16.250.000 0,833 13.536.250
2 3.500.000 13.750.000 17.250.000 0,694 11.971.500
3 4.500.000 13.750.000 18.250.000 0,579 10.566.750
4 5.000.000 13.750.000 18.750.000 0,482 9.037.500
15.000.000 25.000.000 0,482 12.050.000
57.162.000

Payback Periode :
Harga perolehan = 80.000.000
Residu = 25.000.000 _
55.000.000
Proceed 1 = 16.250.000 _
38.750.000
proceed 2 = 17.250.000 _
21.500.000
proceed 3 = 18.250.000 _ ( 3 tahun )
3.250.000
3.250.000 x 12 = 2,08 ( 2 bulan )
18.750.000

0.8 x 30 hari = 2,4 hari ( 2 hari )


jadi lamanya pengembalian modal oleh investor yaitu 3 tahun 2 bulan 2 hari

PI = PV proceed = 57.162.000 = 0,714 < 1 ( ditolak )


PV Outlays 80.000.000
ARR = EATx 100 % = 15.000.000 x 100 % = 19,83 % ( ditolak )
PV outlays 80.000.000
NPV = PV Proceed-PV outlays = 57.162.000-80.000.000 = -22.838.000 (ditolak)

4.3 Analisis Kelayakan Usaha pada Industri Pertanian

4.5 Analisis Kelayakan Pada Tanaman Semusim


Tabel : Biaya Analisis Kelayakan Pada Tanaman Cabe

HARGA BIAYA
NO KETERANGAN SATUAN JUMLAH (Rp)
I BAHAN – BAHAN :
100 Karung
1. Pupuk Kandang 10000 ( Isi @10Kg) 1000000
2. Dolomit 70000 2 Sak 140000
3. EM4 15000 1 Botol 15000
4. Gula Merah 14000 1 Kg 14000
5. Urea 12000 2 Kg 24000
6. Polibag Bibit 400 lembar 25000
7. Polibag Besar 25000/kg 135(5 kg) 125000
8. Tanah Humus 10000 10 karung 100000
Jumlah 1443000
II ALAT KERJA
1. Cangkul- 80000 2 160000
2. Panci 25000 1 25000
3. Terpal Penutup
Kompos 75000 1 75000
4. Parang 50000 1 50000
5. Selang Penyiraman
+ Dap Air 1500000 1 1500000
6. Upah Kerja 25000 16 400000
7. Biaya Lain-lain 100000
Jumlah 2310000
Grand Total 3753000

Dari table di atas dapat di bahas bahwa untuk bahan yang di perlukan
untuk membuat usaha tanaman cabe adalah sebesar Rp 1.443.000, sedangakan
biaya alat-alat yang di perlukan untuk menanam cabe adalah Rp 2.310.000.
Jumlah totalnya adalah Rp 3.753.000.
Pada praktikum ini belum di ketahui keuntungan atau laba yang di peroleh
dari penanaman cabe ini sehingga praktikan belum mengetahui apakah bisnis ini
layak untuk di jalankan atau tidak.

4.6 Field Trip Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, dinas perizinan dan
dinas UMKM.
Setelah melakukan kunjungan lapang ke dinas Tanaman Pangan dan
Hortukultura, dinas perizinan dan dinas UMKM maka di dapatlah hasil dan
pembahasan bahwasanya kabupaten pelalawan memiliki lumbung padi yang
lumayan luas terletak di Pulau Mendol, kecamatan kuala Kampar, kabupaten
pelalawan. Luas sawah mencapai 6.741 Ha dengan betumpu pada kebijakan
pembangunan kawasan padi, wisata bono dan teknopark.
Kemudian terdapat juga kebijakan yang focus ke komoditas seperti Padi,
Cabai, manggis, dan kelapa sawit. Dimana jumlah cabe dengan varietas unggul
mencapai 5,78 ton.

Setelah itu, ketika mengadakan kunjungan ke dinas perizinan Untuk


mengurus izin usaha perorangan (Pribadi) harus melengkapi syarat seperti, Ktp,
Usaha yang akan dijalankan, Npwp, dan rekomendasi dari dinas perdagangan.
Untuk mengurus izin usaha berbadan hukum (Pt, Cv, Filman, Yayasan, dan
Koperasi) harus melengkapi persyarat seperti, Akte pendirian, Ktp Direktur,
Npwp, Email Perusahaan, dan email pribadi. Syarat yang harud dilengkapi untuk
bisa membuat akte pendirian, yaitu Ktp, Modal Usaha,Npwp, email, Usaha yang
akan dijalankan dan Nama dari perusahaan tersebut. Untuk badan usaha, akte
pendirian dapat dibuat melalui Notaris PPAT, dan untuk perizinan dapat di urus
melalui dinas perizinan.
Pendaftaran izin usaha dapat didaftarkan melalui OSS. Langkah awal yang
dapat dilakukan untuk mengurus izin melalui OSS yaitu, memerlukan
rekomendasi, melakukan survei lapangan, dan memerlukan sppl. Proses OSS
dapat dilakukan dengan 3 tahap, yaitu mandiri, bantuan, dan prioritas. Terdapat 5
tahapan yang diperlukan dalam pembuatan izin usaha, yaitu mengisi data, modal
kerja, maksud dan tujuan (Usaha yang dijalankan), atas nama PT dan tahap
akhirnya adalah IMB.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengurus legalitas dari awal hingga akhir
(selesai) yaitu 14 hari kerja sampai dengan survei, dan jika semua dokumen
persyaratan sudah lengkap maka dalam waktu 2 hari peizinan sudah keluar.
Terkait dengan perizinan, tentu banyak yang ingin mengetahui instansi mana saja
yang terkait dengan legalitas tersebut. Maka, setiap usaha yang memiliki SLT,
Sertifikat layak fungsi, dengan maksud apabila usaha yang dibuat berhungan
dengan perdagangan, maka akan berkaitan dengan dinas perdagangan. Begitu juga
dengan pertanian, maka akan berkaitan dengan dinas pertanian. Jika permasalahan
yang sering terjadi di perusahaan kelapa sawit yaitu limbah yang merusak
lingkungan, maka yang berkaitan mengatasi itu adalah dinas lingkungan hidup
(DLH).
Untuk mengurus legalitas, tidak ada biaya yang di bebankan atau yang
dipungut . hanya saja ada peraturan daerah yang memberikan beban biaya untuk
kebersihan, dan pajak yang merupakan biaya wajib bagi masyarakat.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Konsep kelayakan Agribisnis
Dari praktikum Konsep Kelayakan Agribisnis yang telah di lakukan, maka
di dapatlah kesimpulan bahwa pada jurnal Analisis kelayakan Usaha Perkebunan
Tanaman kelapa sangay layak untuk di jalankan karena sangat membantu
perekonomian masyarakat. Dan akan tersedianya lowongan pekerjaan karena
terdapat pabrik kelapa yang akan berdiri.

5.2 Eksplorasi Ide Bisnis


Dari praktikum eksplorasi ide bisnis yang telah di lakukan maka di dapatlah
kesimpulah bahwa salahn satu usaha pertanian yaitu tahu layak untuk di jalankan
jika disekala rumahan, apalagi pemasarannya di perluas maka akan mendapat laba
yang lebih banyak.

5.3 Kriteria Investasi

Dari praktikum kriteria investasi yang sudah di lakukan dengan mencari


soal di internet dengan soal “PT. Asthree akan melakukan investasi melalui
pembelian sebuah gudang seharga Rp. 80.000.000,-

Gudang tersebut mempunyai umur ekonomis 4 tahun dan nilai residu Rp.
25.000.000,-
perusahaan membayar bunga 20 % dengan tingkat pendapatan bersih sebagai
berikut :
Tahun 1 : Rp. 2.500.000
Tahun 2 : Rp. 3.500.000
Tahun 3 : Rp. 4.500.000
Tahun 4 : Rp. 5.000.000

Dan mendapatkan hasil NPV = -22.838.000 (ditolak) itu artinya proyek


itu harus di tolak.

5.4 Analisis Kelayakan Usaha pada Industri Pertanian

5.5 Analisis Kelayakan Usaha Tanaman Semusim


Dari praktikum Analisis kelayakan Usaha tanaman Semusim yang telah di
lakukan yaitu menjalanakan usaha penanaman cabe. Di sini biaya modal yang di
keluarkan sebesar Rp 3.753.000 . Namun, praktikum belum bias menentukan
keuntungan/laba dari penanaman cabe tersebut. Sehingga belum di ketahui bahwa
bisnis ini layak atau tidak layak untuk di laksanakan.
5.6 Field Trip Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, dinas perizinan dan
dinas UMKM.
Dari praktikum ini maka di dapatlah kesimpulan bahwa Kabupaten
pelalawan memiliki sentral tanaman pangan yaitu Sawah atau Lahan padi di Pulau
mendol, kecamatan kuala Kampar, kabupaten pelalawan, provinsi riau dengan
luas lahan kurang lebih 6.741 Ha. Kemudian terdapat sentral tanaman cabe
dengan hasil panen 5,78 ton.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada
Agus Sartono, 2002. Manajemen Keuangan; Aplikasi Dan Teori.
BPFEYogyakarta; Yogyakarta.

Bygrave, William D. 1994. The Portable MBA in Entrepreneurship. John Willeys


&Son Inc. New York

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana. Jakarta.


Dipohusodo, Istimawan.1996. Manajemen Proyek & Konstruksi.Kanisius.
Jogjakarta.

Fenandar, I., Gany dan Raharja, Surya. 2012. “Pengaruh Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan”.
Jurnal Akuntansi. Vol 1, No 2, Hal 01-10. Semarang: UNDIP

Sumarni, Murti; John Soeprihanto.1995. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: Liberty

Winanda. 2015. Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Parkir Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bukittinggi tahun 2009- 2014. Padang:
Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai