MELATI GEMASIH
160310104
Disetujui
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agroekoteknologi
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan sebuah Laporan
Praktek Kerja Lapang yang berjudul "Pemeliharaan Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) Karet (Havea brasiliensis) di PTPN III Kebun Rambutan
Tebing Tinggi Serdang Bedagai Sumatera Utara". Adapun ini telah penulis
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepadaBapak Faisal S.P,
M.Si selaku dosen pembimbin Praktek Kerja Lapang dan Ibu Dr. Laila Nazirah,
S.P, M.P selaku dosen penelaah.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis sadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar-lebarnya
bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada penulis sehingga dapat
memperbaiki laporan ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga dari proposal
ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapang ....................................................................... 2
1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapang..................................................................... 2
5. PEMBAHASAN .............................................................................................. 15
5.1. Penyiangan ................................................................................................. 15
5.2. Dongkel Anak Kayu ................................................................................... 15
5.3. Wiping Lalang ............................................................................................ 16
5.4. Penyisipan .................................................................................................. 16
5.5. Penunasan ................................................................................................... 17
5.6. Pemeliharaan Jalan dan Saluran Air Pada Areal TBM Karet..................... 17
iii
5.7. Pengukuran Lilit Batang ............................................................................. 17
5.8. Pemupukan Tanaman Karet ....................................................................... 18
5.9. Pengendalian Jamur Akar Putih ................................................................. 21
6. PENUTUP ....................................................................................................... 23
6.1. Kesimpulan ................................................................................................. 23
6.2. Saran ........................................................................................................... 23
LAMPIRAN ......................................................................................................... 25
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1. PENDAHULUAN
1
2
3
4
penyiangan dilakukan 3 kali dalam setahun untuk menghemat tenaga dan biaya
(Setiawan dan Andoko, 2005).
Lakukan penyiangan untuk menghindari persaingan tanaman didalam
pengambilan unsur hara. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang
telah mati sampai dengan tanaman telah berumur 2 tahun pada saat musim
penghujan. Tunas palsu harus dibuang selama 2 bulan pertama denganrotasi 2
minggu sekali, sedangkan tunas lain dibuang sampai tanaman mencapai
ketinggian 1,80 m. Setelah tanaman berumur 2-3 tahun, dengan ketinggian 3,5 m
dan bila belum bercabang, perlu diadakan perangsangan dengan cara pengeratan
batang,pembungkusan pucuk daun dan pemenggalan.
2.3.2. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Karet
1) Hama
Hama yang menyerang tanaman karet pada fase penanaman hingga produksi
diantaranya:
a. Rayap
Rayap yang menjadi hama tanaman karet, terutama spesies Microtermes
inspiratus dan Captotermes curvignathus.
b. Kutu
Kutu tanaman yang menjadi hama bagi tanaman bagi tanaman karet adalah
Saissetia nigra, Laccifer greeni, Laccifer virgata, Ferrisiana virgata dan
Planococcus citri yang masing-masing memiliki ciri yang berbeda.
c. Tungau
Tungau yang menjadi hama bagi tanaman karet pada fase penanaman
hingga produksi ini adalah Hemitarsonemus dengan warna pucat hingga hijau.
2) Penyakit
Penyakit adalah gangguan yang terus menerus pada tanaman yang
disebabakan oleh patogen, virus, bakteri dan jasad renix lain. Beberapa jenis yang
cukup merugikan antara lain:
a. Penyakit Embun Tepung
b. Penyakit Daun Colletotrichum
c. Penyakit Kanker garis
d. Penyakit Jamur Upas.
6
dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu
serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%.
Cara penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
a. Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
b. Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
c. Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC.
d. Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+
b) Kekeringan Alur Sadap (Tapping Panel Dryness, Brown Bast)
Penyakit kekeringan alur sadap mengakibatkan kekeringan alur sadap
sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan tanaman.
Penyakit ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering, terlebih jika disertai
dengan penggunaan bahan perangsang lateks ethepon.
Adanya kekeringan alur sadap mula‐mula ditandai dengan tidak
mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap. Kemu‐dian dalam beberapa minggu
saja kese‐luruhan alur sadap ini kering tidak me‐ngeluarkan lateks. Bagian yang
kering akan berubah warnanya menjadi cokelat karena pada bagian ini terbentuk
gum (blendok). Kekeringan kulit tersebut dapat meluas ke kulit lainnya yang
seumur, tetapi tidak meluas dari kulit perawan ke kulit pulihan atau sebaliknya.
Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini adalah terjadinya pecah‐pecah pada
kulfit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan menghindari penyadapan yang
terlalu sering dan mengurangi pemakaian Ethepon terutama pada klon yang rentan
terhadap kering alur sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan
RRIC 100. Bila terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada
lateks yang dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur
sadap sampai 10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan intensitasnya
dari 1/2S d/2 menjadi 1/2S d/3 atau 1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon dikurangi
atau dihentikan untuk mencegah agar pohon‐pohon lainnya tidak mengalami
kering alur sadap. Pengerokankulit yang kering sampai batas 3‐4 mm dari
kambium dengan memakai pisau sadap atau alat pengerok. Kulit yang dikerok
dioles dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit NoBB atau Antico F‐96 sekali
satu bulan dengan 3 ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti dengan
8
dan ruang tempat tumbuh. Disamping itu, juga ada beberapa jenis gulma yang
bisa mengeluarkan zat penghambat pertumbuhan sehingga tanaman terhambat dan
menjelang waktu penyadapan produksinya rendah. Gulma juga dapat menjadi
tanaman inang (host plant) dari hama dan penyakit tanaman. Oleh karena itu,
gulma harur diberantas. Pengendalian gulma harus dilakukan sejak tanaman masih
di pembibitan. Hal ini dilakukan untuk menjaga pertumbuhan tanaman agar tetap
baik. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cangkul, kored, dengan tangan,
atau dengan bahan kimia.
3. GAMBARAN UMUM LOKASI
10
11
13
14
5.1. Penyiangan
5.1.1. Jalur tanaman
Penyiangan jalur tanaman/strip weeding dimulai pada masa TBM I s/d TBM
IV dengan lebar 2 meter (1 meter kiri dan 1 meter kanan dari pohon). Penyiangan
pada masa TBM I dilaksanakan secara manual dan TBM II sampai TBM IV
penyiangan dapat dilaksanakan dengan cara khemis. Pada daerah-daerah yang
mengalami kesulitan pengadaan tenaga kerja, maka penyiangan jalur pada TBM I
dapat juga dilakukan dengan khemis bilamana batang pohon sudah berwarna
coklat mencapai ketinggian diatas 1 meter. Penyiangan secara khemis dapat
dilaksanakan dengan menggunakan herbisida Glifosat dan untuk meningkatkan
efektifitas dapat ditambahkan Metil Metsulfuron 20 %.
5.1.2. Penyiangan Gawangan
Tiga bulan pertama penyiangan dilakukan saat peremajaan tanaman, dengan
rotasi 2 minggu sebanyak 6 rotasi. Apabila jumlah rotasi tidak dapat terpenuhi (6
rotasi) pada masa peremajaan, rotasi penyiangan dapat dilanjutkan pada masa
TBM I. Tiga bulan kedua, penyiangan saat TBM I, dengan rotasi 3 Minggu
sebanyak 4 rotasi.
15
16
5.4. Penyisipan
Tanaman yang daunnya menguning 3 Minggu setelah penanaman, harus
dicabut dan diganti dengan bibit yang sehat. Bersamaan dengan pekerjaan
konsolidasi 3 bulan, pohon yang daunnya menguning, mati atau yang rusak
karena gangguan hama/penyakit harus segera dicabut dan diganti dengan bibit
yang segar dan sehat.
Pelaksanaan Penyisipan :
a. Petugas konsolidasi yang melihat ada pohon yang perlu disisip, diberi tanda dan
dilaporkan kepada Mandor, Mandor I dan Asisten Tanaman.
b. Asisten tanaman memeriksa kebenaran laporan langsung ke lapangan.
c. Pohon – pohon yang dinyatakan disisip, tanamannya dicabut dan digali kembali
lobang tanamannya.
d.Pohon yang ditemukan mati diperiksa penyebab kematiannya. Bila kematiannya
disebabkan oleh penyakit Jamur Akar Putih (JAP) maka pohon tersebut dicabut
dan dimusnahkan (dibakar) dan tanahnya digali. Tanah dan lobang tanaman
diberi fungisida.
e. Pelaksanaan penyisipan sama seperti pelaksanan penanaman pertama.
f. Pohon yang baru disisip, bila kurang hari hujan harus disiram setiap hari selama
1 Minggu.
17
5.5. Penunasan
Penunasan ditujukan agar pertumbuhan vertikal (ke atas) tidak terganggu
oleh adanya percabangan dan agar diperoleh bidang sadapan yang baik (mulus)
rata dikemudian hari dan dilaksanakan sebagai berikut :
5.6. Pemeliharaan Jalan dan Saluran Air Pada Areal TBM Karet
5.6.1.Pemeliharaan Jalan
Bentuk jalan harus dipelihara cembung atau bentuk batok tengkurap, untuk
semua jenis jalan : jalan utama, jalan transport dan jalan blok. Pemeliharaan jalan
secara manual dengan membuang genangan air dan lumpur dari badan jalan
dengan menggunakan cangkul dan menimbun serta memadatkannya.
Pemeliharaan jalan secara mekanis dilaksanakan dengan road grader dan
dipadatkan dengan compactor. Jalan kontrol yang nantinya untuk pengumpulan
hasil dibiarkan ditumbuhi rumput, perawatannya dibabat bersamaan dengan
perawatan gawangan. Rotasi pemeliharaan secara manual 1 x 2 bulan dan secara
mekanis 1 x 1 tahun.
5.6.2.Pemeliharaan Saluran Air / Parit.
Supaya saluran air berfungsi harus dipelihara dengan mengembalikan
kepada bentuk semula. Tanah dan sampah yang tertimbun di dasar parit dikerok
dan dikeluarkan dari dalam parit. Gulma yang tumbuh di dinding parit dikikis dan
dibuang keluar.
Setiap pohon yang berada pada diagonal P dan Q diberi tanda ring cat putih
setinggi 1 (satu) meter dari permukaan tanah. Pohon – pohon itu tetap menjadi
sample pengukuran rutin dan diberi nomor. Pada TBM I pengukuran mulai
dilaksanakan pada akhir semester II (Desember). Pada TBM II dan III pengukuran
dilakukan 2 kali yaitu pada pertengahan bulan akhir semester (15 Juni dan 15
Desember). Bila pertumbuhan jalur pengukuran pada semester II dilakukan secara
acak untuk melihat persentase pohon yang telah memenuhi kriteria matang sadap.
TBM IV pengukuran lilit batang dilakukan secara total (pohon per pohon) dan
diberi totol warna hitam dengan ketentuan sebagai berikut :
Totol I : pohon yang berdiameter ≥ 35–39 cm.
Totol II : pohon yang berdiameter ≥ 40–44 cm.
Totol III : pohon yang berdiameter ≥ 45 cm.
Pada pohon okulasi pengukuran dilakukan pada ketinggian 130 cm dari
pertautan okulasi. Untuk memudahkan pengukuran digunakan tongkat ukuran 130
cm. Hasil pengukuran dicatat sesuai PK-3.01-03 ”Pemeliharaan Tanaman” dalam
formulir FM-3.03-03/01 tentang Pengukuran Lilit Batang Per Blok. Kemudian
dipindahkan ke buku perkembangan lilit batang. Hasil pengukuran lilit batang
digunakan untuk pertimbangan dosis pupuk dan perencanaan produksi (Promosi
TBM ke TM / Bukaan sadap).
URAIAN
APLIKASI / DOSIS GRAM / POHON / APLIKASI
TAHUN
BULAN
TANAM UREA ZA RP MOP KIES
O ( lubang ) 250
TU/TB/TK 50
1 bulan
Jumlah 50 250
I (Jan) 45 35 25
II (Maret) 45 100 35
III (Mei) 45
TBM 1
IV (Juli) 30 100 50
V (Sept) 35 55 25
VI (Nov) 35
Jumlah 100 135 200 175 50
I (Jan) 55 55 25
II (Maret) 55 125 55
III (Mei) 55
TBM 2
IV (Juli) 35 125 55
V (Sept) 35 60 50
VI (Nov) 35
Jumlah 105 165 250 225 75
I (Jan) 85 60 40
II (Maret) 85 125 60
III (Mei) 85
TBM 3
IV (Juli) 70 60
V (Sept) 70 125 70 60
VI (Nov) 70
Jumlah 210 255 250 250 100
I (Jan) 50 20 80 20
II (Maret) 50 20 80 20
III (Mei) 50 25 80 25
0TBM 4
IV (Juli) 70 25 100 25
V (Sept) 70 30 100 30
VI (Nov) 70 30 100 30
Jumlah 360 150 540 150
TBM 5 I (Jan) 60 30 90 30
II (Maret) 60 30 90 30
III (Mei) 60 30 90 30
IV (Juli) 80 30 120 30
V (Sept) 80 40 120 40
VI (Nov) 80 40 120 40
Jumlah 420 200 630 200
20
radius 10 – 15 cm, kemudian leher akar disiram dengan larutan fungisida dengan
dosis 10 cc/ltr air/pohon, begitu juga pohon disekelilingnya yang masih sehat
diberikan dosis yang sama. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) umur 3, 4 dan
5 tahun, tanah disekitar perakaran tanaman yang sakit dikorek sedalam 2,5 – 5 cm
dengan radius 15 – 20 cm, kemudian leher akar disiram dengan larutan fungisida
dengan dosis 20 cc/liter air/pohon, begitu juga dengan pohon jiran diberikan dosis
yang sama. Pencampuran bahan hanya dibenarkan sebanyak keperluan tanaman
yang sakit yang akan diobati pada hari tersebut. Kemudian Pohon yang diobat
diberi tanda ring kuning, tanggal pemeriksaan, tanggal pengobatan dan diberikan
tanda huruf “ C “ yang berarti Curative untuk pohon yang terserang penyakit JAP
dan untuk pohon sekitarnya diberikan tanda “P” yang berarti Preventif. Semua
pohon yang telah diobat diperiksa ulang setiap 3 bulan.
6. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Pemeliharaan tanaman karet merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas serta produktifitas yang dihasilkan. Pemeliharaan tanaman
karet di PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi Serdang Bedagai Sumatera
Utara dilakukan dengan cukup baik. Pemeliharaan tanaman karet dilakukan secara
intensif dan efisien agar tidak dapat menimbulkan kerugian secara ekonomi
sehingga dapat memproduksi lateks secara optimal.
Penyakit yang menyerang tanaman karet yang ditemui di Kebun Rambutan
salah satunya yaitu Jamur Akar Putih (JAP), yang disebabkan oleh Rigidoporus
microporus. Namun dengan penanganan yang intensif dan efektif semua
permasalahan dapat terselesaikan dengan baik.
6.2. Saran
Terdapat beberapa pekerja yang tidak menggunakan AP (Alat Pelindung)
saat bekerja, diharapkan para pekerja menggunakan AP tersebut agar tetap terjaga
keselamatan kerja.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil. 2001. Teknologi Budidaya Karet. Pusat penelitian karet Mig
Crop, Medan.
Siagian, N. 2006. Perbanyakan bahan tanam karet core stump dan potensinya
dalam mempersingkan masa TBM. Prosiding Lokakarya Budidaya
Tanaman Karet. Pusat penelitian Karet.
Tistama, R., Sumarmadji, Siswanto. 2006. Kejadian kering alur sadap (kas) dan
teknik pemulihannya pada tanaman karet. Prosiding Lokakarya Budidaya
Tanaman Karet. Pusat penelitian Karet.
24
LAMPIRAN
25
26