Anda di halaman 1dari 35

Hama Penting

Tanaman
Hortikultura
Hama Penyakit Penting Tanaman
Hama Penting Tanaman Hortikultura
Lalat penggorok daun Ulat krop kubis

Kutu kebul Ular grayak

Lalat buah Ulat bawang

Ulat penggerek umbi


Nematoda puru akar kentang
Lalat pengorok daun
(Lyriomyza huidobrensis) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class: Insecta
Order : Diptera
Family : Agromyzidae
Genus : Liriomyza
Species : Liriomyza huidobrensis

Tanaman Inang
Bawang merah (Allium cepa), bawang putih (Allium sativum),
seledri (Apium graveolens), selada (Lactuca sativa), brokoli
(Brassica oleracea), cabai (capsicum annuum)
Lalat pengorok daun (Liriomyza huidobrensis)

Gejala serangan
- adanya liang korokan beralur
berwarna putih bening pada bagian
mesofil daun.
- Pada serangan lanjut, warna liang
korokan berubah menjadi kecoklatan
dan menyebabkan daun layu dan
gugur.
Lalat pengorok daun (Liriomyza huidobrensis)
Pengendalian
Bioekologi
• Penggunaan yellow sticky trap
- Penggunaan parasitoid seperti Diglyphus
Telur L. huidobrensis memiliki bentuk isaea (larva), Opius chromatomyiae (larva
lonjong dengan panjang 0,31 mm dan lebar dan pupa), Tetrastichus spp (imago), T.
0,15 mm dengan warna putih mutiara. Telur giffardianus (endoparasit larva-pupa)
diletakkan pada kotiledon dan pada daun - - Penggunaan insektisida berbahan aktif
pertama tanaman. Telur menetas setelah abamektin. Selain itu, penggunaan insektisida
klorfluazuron 50 EC dan dimetoat 400 EC juga
berumur 2-4 hari. Larva mengorok bagian dinilai efektif untuk hama ini.
jaringan palisade. Larva dewasa akan jatuh
ke tanah dan membentuk pupa pada seresah
Kerugian
tanaman. Siklus hidup mulai dari telur
hingga imago berlangsung selama 21 hari. Kerusakan sangat besar
mencapai 60–100% dan menyebabkan
gagal panen
Kutukebul (Bemisia tabaci)
Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hemiptera
Family : Aleyrodidae
Genus : Bemisia
Species : Bemisia tabaci
Tanaman Inang Gejala Serangan

Bemisia tabaci merupakan Serangga muda dan dewasa


hama utama dari tanaman mengisap cairan daun. Daun
kedelai. Namun binatang ini menjadi keriting dan pertumbuhan
juga menyerang kapas, tanaman terhambat dan kerdil.
kacang tanah, buncis, kacang Binatang ini menghasilkan embun
kapri, cabai, tembakau, madu yang menjadi media tumbuh
tomat, labu, timun, singkong bagi jamur jelaga sehingga daun
dan masih banyak lagi tanaman sering kali dijumpai noda
berwarna hitam B. tabaci juga
merupakan vektor virus, misalkan
SMV (Soybean Mosaic Virus).
Kutukebul (Bemisia tabaci)
Bioekologi
Serangga dewasa B. tabaci berwarna putih
dengan sayap jernih, ditutupi lapisan lilin yang
bertepung. Berukuran antara 1-1,5 mm. Telur
diletakkan di permukaan bawah daun muda,
berbentuk elips, berwarna kuning terang.
Serangga muda berwarna putih dan berbentuk
bulat pipih. Kakinya hanya berfungsi pada nimfa
instar 1, sementara pada nimfa instar 2 dan instar
3 kakinya melekat pada daun selama masa
pertumbuhannya. Stadia pupa terbentuk pada
permukaan daun bagian bawah
Next

Pengendalian Kutukebul
 Menerapkan budidaya sehat dengan sistem rotasi tanaman,
tanam serempak, tumpang sari dan lain-lain. (Bemisia tabaci)
 Pelestarian musuh alami berupa predator seperti laba-laba
dan parasitoid yaitu Eretmocerus sp. yang menyuntikkan Informasi
telurnya ke dalam tubuh B. tabaci Serangan
 Menggunakan varietas tahan seperti varietas Gema, Gepak
Jika B. tabaci menyerang secara
Ijo, dan Kaba. Hindari penggunaan varietas Anjasmoro
intens, maka kerugian dan
karena cenderung rentan terhadap serangan kutukebul kehilangan hasil dapat mencapai
(Sulistyo, 2014). 80%. Bahkan bisa mengakibatkan
 Jika serangan telah mencapai ambang batas ekonomi, maka gagal panen jika tidak dilakukan
bisa menggunakan insektisida dengan bahan aktif pengendalian secara cepat dan
tepat
imidacloprid, thiamethoxam, pyriproxyfen, dan lain
sebagainya
Back

Lalat buah (Bactrocera dorsalis)


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Tephritidae
Genus : Bactrocera
Species : Bactrocera dorsalis
Tanaman Inang
Belimbing, mangga, tomat, melon, cabai, timun, pepaya, dll.
Gejala Serangan

Lalat buah menusuk kemudian meninggalkan noda kecil bekas


tusukan dan bertelur dalam bagian buah yang kemudian telur
tersebut akan menetas dalam buah.
Bioekologi
Siklus hidup lalat buah mengalami fase
metamorfosis sempurna atau dikenal dengan
holometabola. Fase tersebut terdiri dari telur,
larva, pupa dan imago.
Pengendalian
Kultur teknis dengan sanitasi lahan serta monitoring dengan yellow sticky trap.
Pengendalian kimiawi dengan menggunakan perangkap dengan methyl eugenol.
Nematoda puru akar (Meloidogyne spp.)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class: Secernentea
Order : Tylenchida
Family : Heteroderidae
Genus : Meloidogyne
Species : Meloidogyne spp.
Tanaman inang
Tomat, terong, cabai, kubis,
kentang dan seledri

Gejala serangan
Terdapat puru pada akar tanaman lalu
diikuti gejala klorosis pada daun dan
menjadikan tanaman kerdil.

Kerugian
Pada daerah tropis kehilangan hasil pada
tanaman tomat dapat mencapai 29%,
terong 23%, cabai 15%, kubis 26% dan
kentang 24% Klorosis
Siklus hidup
1. Nematoda puru akar mampu bertelur hingga
2000 butir
2. Juvenil I berkembang dan mengalami
pergantian kulit di dalam telur hingga
menjadi juvenil II
3. Juvenil II akan berkembang dalam jaringan
tanaman inang hingga dewasa
4. Siklus dari telur hingga dewasa
membutuhkan 21-25 hari

- Rotasi tanaman dan pola tanam polikultur


- Ekstrak nabati seperti tanaman mimba dan jarak
Pengendalian - Biofumigan seperti limbah beberapa jenis tanaman dari famili
Cruciferae
- Penggenangan dan pemberoan lahan
- Agens hayati seperti Trichoderma harzianum
Ulat kubis Klasifikasi
(Plutella xylostella) Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class: Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Plutellidae
Genus : Plutella
Species : Plutella xylostella

Tanaman Inang
Ulat daun kubis merupakan hama
utama tanaman dari famili
Brassicaceae terutama kubis, sawi
dan caisin.
Ulat kubis (Plutella xylostella)
Gejala serangan

Ulat dapat merusak daun kubis yang


sedang membentuk krop. Larva pada
instar ke-3 dan ke-4 memakan
bagian permukaan daun dan
menyisakan lapisan epidermis atas
yang kemudian ketika jaringan
tanaman membesar menyebabkan
lubang-lubang pada daun.
Ulat kubis (Plutella xylostella)
Siklus hidup

P. xylostella memiliki empat tahap perkembangan yaitu telur, larva,


pupa dan imago. Telur hama ini berwarna kuning atau hijau pucat
ditutupi oleh rambut-rambut. Panjang telurnya 0,44 mm dan lebarnya
0,26 mm. Ngengat betina meletakkan telur antara 250-300 butir dengan
rata-rata 150 butir. Imago meletakkan telur di atas dan di bawah
permukaan daun, baik secara tunggal atau berkelompok dekat jaringan
pembuluh daun akan menetas menjadi larva. Larva memiliki empat
instar. Bagian ujung tubuh larva berbentuk lancip memiliki lima pasang
proleg, sepasang proleg menjorok dari posterior berbentuk huruf V.
Fase perkembangan larva berkisar antara 6-30 hari. Akhir
perkembangan larva akan menjadi pupa. Pupa berwarna hijau terang
kemudian berubah menjadi coklat atau krem pucat sampai coklat tua.
Pupa ditutupi kokon yang melekat pada permukaan daun. Panjangnya
berkisar antara 7-9 mm. Stadia pupa berkisar antara 5-15 hari dan rata-
rata 8 hari.
Ulat grayak (Spodoptera litura)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class: Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Species : Spodoptera litura

Tanaman Inang
Spodoptera litura ini menjadi hama penting tanaman kedelai. Hama ini bersifat polifag
sehingga juga menyerang jenis tanaman lain. Beberapa komoditas tersebut antara lain, cabai,
kubis, jagung, bawang merah, tomat, tembakau dan kentang
Gejala Serangan

(a) (b)
Larva pada instar 1-3 merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa pada epidermis bagian
atas (transparan) dan tulang daun (Gambar a). Sedangkan Larva instar 4-6 akan meninggalkan
lubang pada daun yang ukurannya besar (Gambar b)
Bioekologi
1. Telur, serangga dewasa meletakkan telur di
bawah daun, jumlah telur berkisar 2000 hingga
3000 telur. Telur yang siap menetas akan
berubah warna menjadi cokelat. Telur menetas
setelah 3-5 hari (Gambar a).
2. Larva, memiliki umur 12-15 hari mulai instar 1
hingga instar 6. Ketika baru menetas larva
berwarna hijau muda, sementara pada instar tua (a) (b)
terdapat kalung (bulan sabit) warna hitam gelap
pada segmen abdomen ke empat dan sepuluh.
Pada sisi lateral dorsal terdapat garis kuning
(Gambar b).
3. Larva instar terakhir masuk ke dalam tanah
hingga sedalam 3 cm, kemudian akan menjadi
pupa (Gambar c). (d)
4. Setelah fase pupa, lalu berkembang menjadi (c)
imago (Gambar d).
Pengendalian

● Menerapkan budidaya sehat dengan sistem rotasi Kerugian


tanaman, tanam serempak, tumpang sari dan lain-
lain.
● Menanam tanaman pagar untuk mengundang musuh Kehilangan hasil akibat S. litura
alami cukup beragam. Serangan hama
● Memanfaakan predator seperti Menochilus pada varietas rentan dapat
sexmaculatus, sementara parasitoid berupa menyebabkan kehilangan hingga
Trichogramma sp. 75%
● Menggunakan varietas tahan yaitu varietas Ijen,
Panderman, Gepak Kuning, Gepak Ijo, Agropuro,
dan lain-lain. Hindari penggunaan varietas Detam-1,
Detam-2 dan Dering-1 karena varietas ini rentan
terhadap S. litura.
● Gunakan agen hayati Bacillus thuringiensis
Klasifikasi Ulat grayak bawang
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
(Spodoptera exigua)
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Species : Spodoptera exigua

Tanaman Inang
Bawang merah, bawang daun
Ulat grayak bawang (Spodoptera exigua)
Gejala serangan

1. Bercak-bercak transparan pada daun akibat


jaringan daun bagian bawah dimakan dan
menyisakan jaringan epidermis bagian luar
2. Serangan berat mengakibatkan daun mengering
dan gugur sebelum waktunya

Persentase kerugian :
Menyebabkan kehilangan hasil bawang merah sekitar
45-57% dan pada serangan berat dapat menyebabkan
kehilangan hasil hingga 100%
Next

Siklus Hidup
1. Seekor betina mampu bertelur 300-600
butir, telur berwarna putih kehijauan,
menetas dalam waktu 2-4 hari
2. Larva terdiri dari 5 instar, Instar I dan II
berwarna hijau pucat atau kuning yang
berubah menjadi gelap saat instar IV.
Stadia larva berlangsung selama 8-10 hari
3. Pupasi terjadi di dalam tanah, pupa Pengendalian
berwarna coklat muda dengan ukuran 15-
20 mm, stadia pupa berlangsung sekitar 6- 1. Rotasi tanam, tumpangsari, sanitasi, pengolahan lahan, pengaturan
7 hari jarak tanam dan penggunaan varietas tahan seperti varietas Bima
4. Siklus hidupnya dari telur hingga dewasa
Brebes dan varietas Batu Ijo
berlangsung selama kurang lebih 24 hari
2. Secara mekanis yaitu mematikan hama secara langsung
3. Memanfaatkan agens hayati seperti virus Se-NPV (Spodoptera
exigua-Nuclear Polyhedrosis Virus)
4. Pestisida nabati dari ekstrak daun pepaya
Ulat penggerek umbi kentang
(Phthorimaea operculella)
Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Gelechiidae
Genus : Phthorimaea
Species : Phthorimaea operculella
Gejala Serangan
Tanaman Inang

Selain menjadi hama penting pada tanaman Gejala yang ditemukan yaitu adanya
kentang (Solanum tuberosum L.) , P. kotoran di mata tunas. Jika umbi
operculella juga dapat ditemukan pada dibelah akan terlihat liang korok
tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.),
terung (Solanum melongena L.), cabai merah
yang dibuat larva saat memakan
(Capsicum frutescens L.), tembakau umbi
(Nicotiana tabacum L.)
Ulat penggerek umbi kentang (Phthorimaea operculella)
Bioekologi
Phthorimaea operculella memiliki 4 tahap dalam
siklus hidupnya, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa.
Telur P. operculella berukuran ≤ 0,1 cm berbentuk
bulat, tembus cahaya dengan warna putih kekuningan
hingga coklat muda. Larva biasanya berwarna coklat
muda dengan ciri kepala berwarna coklat. Larva dewasa
memiliki panjang sekitar 0,9 cm berwarna merah muda
atau kehijauan. Pupa dari P. operculella biasanya
ditemukan di permukaan umbi atau di lekukan pada
mata umbi tetapi biasanya tidak ditemukan di dalam
umbi
Next

Ulat penggerek umbi kentang (Phthorimaea operculella)


Pengendalian Informasi
Serangan
- Menanam benih lebih dalam, dan panen awal
- Menjaga kelembapan tanah melalui irigasi Jumlah kehilangan umbi
- Penggunaan sticky trap dengan feromon kentang di lapangan mencapai
(tridecadienyl acetate) 36%, dan pada gudang
- Penggunaan parasitoid dan predator. Parasitoid yang penyimpanan yaitu 45-90%.
dapat digunakan yaitu Diadegma pulchripes,
Temelucha decorate, Braco gelechiae. Sedangkan
predator yang dapat digunakan yaitu Coccinella
septempunctata, Chrysoperla carnea.
- Penggunaan nematoda entomopatogen Steinernema
carpocapsae
Next
Daftar Pustaka
Agustinur, S. Indarti, dan D. Widianto. 2017. Skrining Kemampuan Patogenisitas Isolat Actinomycetes Rhizosfer Kopi dalam
Menginfeksi Telur dan Larva Stadium 2 Nematoda Puru Akar (Meloidogyne sp.). Jurnal Agrotek Lestari, 4(2): 80-91.
BPTP Sulsel. 2015. Laporan Hasil Penelitian dan Pengkajian. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.
CABI. 2019. Spodoptera exigua (Beet Armyworm). [Online] cabi.org diakses pada tanggal 30 Oktober 2020
Chan NW, Moe KT, Weine NNO. 2008. Study on the biology of Diamondback Moth, Plutella xylostella (L.), on cabbage. GMSARN
International Conference on Sustainable Development: Issues and Prospects for the GMS 12-14 Nov 2008. p.1-3.
Dianawati, M., K. Kusyaeri, dan W. Wahyudin. 2017. Pengendalian Hama Ulat Bawang (Spodoptera exigua) pada Bawang Merah.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat.
Fattah, A., & Ilyas, A. 2016. Siklus Hidup Ulat Grayak (Spodoptera litura, F) dan Tingkat Serangan pada Beberapa Varietas Unggul
Kedelai di Sulawesi Selatan. In Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. Banjarbaru (Vol. 20).
H Nunilahwati, S Herlinda, C Irsan, Y Pujiastuti. 2012. Eksplorasi, isolasi dan seleksi jamur entomopatogen Plutella xylostella
(Lepidoptera: Yponomeutidae) pada pertanaman caisin (Brassica chinensis) di Sumatera Selatan. J. HPT Tropika 12 (1), 1-
11.
Hasyim, Muryati Muryati, W.J. de Kogel. Population Fluctuation Of Adult Males Of The Fruit Fly, Bactrocera tau Walker (Diptera:
Tephritidae) in Passion Fruit Orchards In Relation To Abiotic Factors And Sanitation. Indonesian Journal of Agricultural
Science (IJAS).
Next
Daftar Pustaka
Hidayat, S. H., Sulandari, S., Suseno, R., Harjosudarmo, J., & Sosromarsono, S. 2006. Deteksi dan kajian kisaran inang virus
penyebab penyakit daun keriting kuning cabai. HAYATI Journal of Biosciences, 13(1), 1-6.
Hoddle. 2013. The Biology and Management of the Silverleaf Whitefly, Bemisia argentifolii Bellows and Perring (Homoptera:
Aleyrodidae) on Greenhouse Grown Ornamentals. [Online]. biocontrol.ucr.edu. Diakses pada 30 Oktober 2020
Istiqomah, D., daan A. P. Pradana. 2015. Teknik Pengendalian Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) Ramah Lingkungan.
Prosiding Seminar Nasional Pencapaian Swasembada Pangan Melalui Pertanian Berkelanjutan.
Khanal, C. 2014. Identification of Root-Knot Nematodes (Meloidogyne spp.) of Arkansas using Molecular Diagnostics. Theses and
Dissertations. University of Arkansas, Fayetteville.
Khotimah, N., I. N. Wijaya, dan M. Sritamin. 2020. Perkembangan Populasi Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) dan Tingkat
Kerusakan pada Beberapa Tanaman Familia Solanaceae. Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 9(1): 23-31.
Kiritani, K. 2016. Spodoptera litura. [Online]. eng.lbst.dk. Diakses pada 30 Oktober 2020
Marsadi, D., I. W. Supartha, dan A. A. A. A. Sri Sunari. 2017. Invasi dan Tingkat Serangan Ulat Bawang (Spodoptera exigua
Hubner) pada Dua Kultivar Tanaman Bawang Merah di Desa Songan, Kecamatan Kintamani , Kabupaten Bangli. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 6(4): 360-369.
Marwoto, M., & Inayati, I. 2018. Kutu kebul: hama kedelai yang pengendaliannya kurang mendapat perhatian.
Rondon, S.I. 2010. The Potato Tuberworm: A literature Review of Its Biology, Ecology, and Control. Am. J. Pot Res. 87: 149-166.
Next
Daftar Pustaka
Sastrosiswojo, S. 2000. Perpaduan pengendalian secara hayati dan kimiawi hama ulat daun kubis (Plutella xylostella L.:
Lepidoptera : Yponomeutidae) pada tanaman kubis. Universitas Negeri Padjadjaran.
Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. pp 234-260
Shahabuddin, F. Pasaru., & Hasriyanty. 2013. Penggorok daun dan potensi parasitoidnya pada berbagai jenis tanaman sayuran di
Lembah Palu, Sulawesi Tengah. J. HPT Tropika. 13(2): 133-140.
Sulistyo, A. (2014). Pemuliaan Tanaman Kedelai Tahan Kutu Kebul (Bemisia tabaci Genn.). Buletin Palawija, (28), 65-72.
Uhan, T.S. 2008. Kemangkusan nematoda entomopatogen Steinerma carpocapsae terhadap hama penggerek umbi/daun (Phtorimaea
operculella Zell) kentang. J. Hort. 18(1): 46-54.
Weintraub, P.G., S.J. Scheffer, D. Visser, G. Valladares, A.S. Correa, B.M. Shepard, A. Rauf. 2017. The invasive Liriomyza
huidobrensis (Diptera: Agromyzidae): understanding its pest status and Management Globally. Journal of Insect Science. 17(1):
1-27.
Winasa,. S Herlinda. 2003. Population of Diamondback Moth, Plutella xylostella L.(Lepidoptera: Yponomeutidae), and Its Damage
and Parasitoids on Brassicaceous Crops. Journal Proceedings of an International Seminar on Organic Farming and Sustainable
Agriculture in the Tropics and Subtropics. 8-9
Thanks
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik.

Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai