Disusun Oleh :
Kelompok 5
Co-Assisten : Rena O
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
1. Elfrida Saragih H0716045
2. Faricha Nissa N H0716051
2. Faedah Fitriana H0716048
4. Kurnia Puspitasari H0716074
5. Nur Wahyuni H0716097
Mengetahui,
Prof Rena O
NIP. NIM.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan
praktikum dengan baik dan dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum
Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura tepat pada waktunya.
Dalam menyelesaikan Laporan Praktikum Teknologi Produksi Tanaman
Hortikultura ini penulis mendapat bantuan baik secara moril maupun materiil dari
pihak-pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak tersebut :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga acara
praktikum berjalan lancar dan Laporan Praktikum Teknologi Produksi
Tanaman Hortikultura ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
2. Dosen Pengampu yang telah membimbing penulis dalam mata kuliah
Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura.
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi baik berupa
doa maupun materi.
4. Kepada tim Co-Asisten yang sudah memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada penulis.
5. Teman-teman dan semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuannya
dalam menyusun laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Dan semoga laporan
praktikum ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
1. Latar Belakang ......................................................................
2. Tujuan Praktikum .................................................................
B. Tinjauan Pustaka ........................................................................
C. Metodologi Praktikum................................................................
1. Waktu dan Tempat Praktikum ...............................................
2. Alat dan Bahan.......................................................................
3. Cara Kerja ..............................................................................
D. Hasil dan Pembahasan ...............................................................
1. Hasil Pengamatan .................................................................
2. Pembahasan ..........................................................................
E. Kesimpulan dan Saran ...............................................................
1. Kesimpulan ............................................................................
2. Saran ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
IV. PERBANYAKAN DENGAN CARA MENYAMBUNG ...............
A. Pendahuluan ................................................................................
1. Latar Belakang ......................................................................
2. Tujuan Praktikum .................................................................
B. Tinjauan Pustaka ........................................................................
C. Metodologi Praktikum................................................................
1. Waktu dan Tempat Praktikum ...............................................
2. Alat dan Bahan.......................................................................
3. Cara Kerja ..............................................................................
D. Hasil dan Pembahasan ...............................................................
1. Hasil Pengamatan .................................................................
2. Pembahasan ..........................................................................
E. Kesimpulan dan Saran ...............................................................
1. Kesimpulan ............................................................................
2. Saran ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
V. PERBANYAKAN DENGAN CARA OKULASI ............................
A. Pendahuluan ................................................................................
1. Latar Belakang ......................................................................
2. Tujuan Praktikum .................................................................
B. Tinjauan Pustaka ........................................................................
C. Metodologi Praktikum................................................................
1. Waktu dan Tempat Praktikum ...............................................
2. Alat dan Bahan.......................................................................
3. Cara Kerja ..............................................................................
D. Hasil dan Pembahasan ...............................................................
1. Hasil Pengamatan .................................................................
2. Pembahasan ..........................................................................
E. Kesimpulan dan Saran ...............................................................
1. Kesimpulan ............................................................................
v
2. Saran ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
VI. BUDIDAYA BUAH DAN SAYUR ..................................................
A. Pendahuluan ................................................................................
1. Latar Belakang ......................................................................
2. Tujuan Praktikum .................................................................
B. Tinjauan Pustaka ........................................................................
C. Metodologi Praktikum................................................................
1. Waktu dan Tempat Praktikum ...............................................
2. Alat dan Bahan.......................................................................
3. Cara Kerja ..............................................................................
D. Hasil dan Pembahasan ...............................................................
1. Hasil Pengamatan .................................................................
2. Pembahasan ..........................................................................
E. Kesimpulan dan Saran ...............................................................
1. Kesimpulan ............................................................................
2. Saran ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
I. MENYEMAIKAN BENIH BUAH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanaman yang baik mulai didapatkan dari tahap bibit, oleh karena
itu kegiatan persemaian merupakan kegiatan yang penting dalam teknik
awal penanaman. Persemaian hanya dapat dilakukan pada beberapa
tanaman saja, misalnya saja pada tanaman dengan biji yang kecil-kecil
dan halus. Persemaian dilakukan untuk mengetahui ninit tanaman yang
bagus untuk ditanam di lahan. Persemaian diusahakan tidak terlalu jauh
dari lahan tempat tanam agar pada saat pemindahan benih yang sudah
tumbuh bisa lebih cepat. Tanaman hortikultura yang ditumbuhkan dengan
cara persemaian adalah buah melon dan buah semangka.
Pengetahuan tentang teknik dalam persemaian penting untuk
diketahui. Cara tanam dengan cara persemaian membutuhkan pengalaman
atau keterampilan tentang persiapan benih, persiapan lahan semai, cara
persemaian dan cara pemeliharaannya.Faktor penting untuk meningkatkan
keberhasilan persemaian adalah benih yang bermutu baik dan
pemeliharaannya yang membutuhkan pengairan yang lebih banyak
daripada ketika tanaman tersebut telah dipindah dari persemaian ke lahan
yang sebenarnya.
Keuntungan dilakukannya persemaian ini adalah biji-biji dapat
dipelihara atau ditanam pada areal yang sempit sehingga pengawasan
pemeliharaannya lebih terjamin. Selama di persemaian dapat dilakukan
pemeliharaan bibit dengan cermat sehingga dimungkinkan memperoleh
bibit yang baik dan seragam, sedang bibit yang tidak baik dapat
disingkirkan. Persemaian yang dilakukan ini menyebabkan masa tanaman
di lapang akan diperpendek, sehingga untuk rotasi tanaman hal ini sangat
menguntungkan karena dalam satu siklus tertentu jenis tanaman yang
diusahakan menjadi lebih banyak.
1
2
2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum dari acara Persemaian Benih Buah ini
antara lain :
a. Mengenal serta mempelajari cara-cara pembuatan persemaian.
b. Menyemaikan dan beberapa macam benih buah.
B. Tinjauan Pustaka
Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan
memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang
siap ditanam di lapangan. Persemaian memiliki pengertian yang juga sama
dengan kegiatan Pembibitan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan
awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting.
Persemaian harus dapat menjamin diperolehnya bibit yang kuat (vigor), sehat
dan tidak tertular tungro, hama penggerek batang, dan penyakit lainnya
(Sriyanto 2010).
Media tanam adalah media atau tempat dilakukan proses
penyemaian.Sebagai tempat benih/biji berkecambah media tanam ini harus
terjamin dari segi ketersedian nutrisi, kelembaban dan struktur baik. Media
persemaian yang alami terdiri dari campuran tanah dan bahan-bahan organik
yang memiliki kandungan hara tinggi. Selain itu ketersediaan air dalam media
persemaian harus mencukupi atau tingkat kelembaban yang relatif lebih
tinggi dari areal tanam biasa. Media tanam persemaian dengan aerasi yang
baik sehingga tanah yang lempung dan berpasir akan membuat akar tumbuh
menjadi panjang dan lebat. Lempung benrmanfaat sebagai perekat media
tanam sedangkan pasir bermanfaat untuk memberikan porositas yang baik.
Penggunaan pupuk dan sekam sebagai campuran tanah juga dapat
memperkaya kandungan hara, bisa berupa pupuk kandang yang telah matang
atau pupuk kompos (Naibaho 2015).
Metode dalam menanam benih dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
dengan ditanam satu persatu (drill sowing), ditaburkan dengan bentuk garis
atau baris (line sowing), atau dengan cara disebar secara merata (dust
sowing). Penanaman benih sayuran yang dilakukan oleh praktikan adalah
3
dengan menggunakan metode drill sowing, yaitu benih ditanama satu persatu
pada media persemaian. Metode drill sowing dilakukan karena benih sayuran
yang akan disemai jumlahnya hanya sedikit dan tempat medianya hanya
berukuran kecil, sehingga metode ini dianggap paling cocok untuk dapat
dilakukan pada kegiatan prkatikum (Pelupessy 2007).
Berhasil atau tidaknya persemaian dapat dipengaruhi banyak faktor
terutama factor lingkungan. Keberhasilan persemaian ditentukan oleh media,
bentuk container atau tempat semai, kerapatan tanam, faktor cekaman cahaya
dan air. Kegagalan dalam proses persemaian juga dapat dipengaruhi oleh
factor genetic benih, salah satunya kulit benih yang keras akan sulit untuk
dilewati oleh air. Akibatnya benih akan melakukan dormansi yang lebih
lama.dormansi juga dapat terjadi akibat lingkungan tempat tumbuh yang tidak
sesuai seperti kurangnya air ataupun air yang terlalu banyak sehingga benih
menjadi busuk (Sueyawan 2014).
Proses persemaian dapat mengalami keberhasilan dan kegagalan karena
terdapat beberapa faktor. Keberhasilan persemaian salah satunya ditentukan
oleh kualitas dan struktur dari media tanam dimana media tanam yang baik
adalah media tanam yang mengandung banyak nutrisi dan mudah ditembus
akar. Keberhasilan persemaian juga ditentukan oleh mutu benih itu sendiri,
sehingga apabila benih bermutu baik maka kualitas bibit yang didapatkan
juga akan baik. Faktor yang menyebabkan kegagalan di dalam persemaian
diantaranya yaitu menggunakan media tanam dengan komposisi yang tidak
tepat, menggunakan benih tidak bermutu dan karena faktor lingkungan yang
pada suhu tertentu dapat menyebabkan kerusakan benih. Cekaman biotik dan
abiotik juga termasuk dalam faktor yang dapat menghambat pertumbuhan
bibit dalam persemaian (Umroh 2015).
Persemaian merupakan periode kritis. Kecerobohan selama
pemeliharaan persemaian dapat menyebabkan kecambah mati. Gangguan
yang terjadi pada persemaian dapat berakibat buruk, khususnya pada saat
melakukan seleksi. Adanya gangguan tumbuhan dipengaruhi oleh faktor
genetik dan faktor kesalahan teknik budidaya.
4
= 56, 94%
41
KK Melon = 72 x 100%
= 73,61%
53
DK Semangka = 72 x 100%
= 58,3%
58
DK Melon = 72 x 100%
= 80,5%
8
Semangka Semangka
Melon Melon
2. Pembahasan
Persemaian merupakan tempat atau areal untuk kegiatan
memproses benih atau bagian tanaman lain menjadi bibit siap ditanam ke
lapangan. Benih yang baik apabila diproses dengan teknik persemaian
yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula, tetapi benih yang baik
akan menghasilkan bibit yang kurang baik apabila diproses dengan teknik
persemaian yang tidak sesuai. Bibit yang berkualitas dalam jumlah yang
cukup dan tepat waktu akan diperoleh apabila teknik persemaian yang
dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah baku
(Kurniaty dan Danu, 2012).
9
Syarat benih yang baik untuk disemai adalah benih dengan berat
jenis lebih tinggi, mempunyai mutu fisiologis (daya kecambah dan vigor)
yang lebih tinggi, serta pertumbuhan dilapang yang lebih cepat dan
seragam. Pemilihan benih untuk mendapatkan benih yang bernas dapat
menggunakan larutan air garam atau abu (pada benih padi). Tujuan
perendaman ini adalah untuk mendapatkan benih yang bernas, menekan
atau menghilangkan inokulum penyakit yang terbawa pada benih karena
air garam atau abu berfungsi antiseptik. Hanya benih padi yang
tenggelam dalam larutan air garam atau abu saja yang dipilih untuk
disemai.
Syarat media yang baik untuk pesemaian, antara lain Tidak
mengandung racun atau zat-zat yang dapat menghambat perkecambahan,
dapat menyediakan air dalam jumlah yang memadai selama proses
perkecambahan, Media pesemaian harus menyediakan nutrisi bagi
pertumbuhan bibit, Media pesemaiann harus dapat menyediakan oksigen
yang cukup selama proses perkecambahan, Media pesemaian harus dapat
memberi peluang yang sama (homogen) selama proses perkecambahan,
Media pesemaian tidak mudah rusak selama proses perkecambahan.
Media pesemaian sebagai awal tempat tumbuhnya bahan tanam harus
dapat menopang tanaman untuk berdiri tegak, menyediakan air dan udara
serta dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan bibit tanaman.
Untuk mendapatkan media yang subur dan gembur dapat dibuat dengan
cara mencampurkan beberapa media yang mempunyai karakteristik
berbeda dengan perbandingan tertentu hingga didapat bentuk campuran
media yang sesuai dengan kebutuhan jenis bahan tanam. Menurut
Hidayah dan Irawan (2014) Penggunaan media tumbuh yang tepat akan
menentukan nilai persentase hidup bibit yang ditanam. Syarat umum
media yang baik antara lain memiliki sifat ringan, murah, mudah
diperoleh, gembur, dan mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman.
(Anthocephalus macrophyllus(Roxb.) Havil)
10
tempat setelah tanah menjadi miskin, tenaga kerja sedikit sehingga mudah
pengurusannya. Namun membutuhkan tenaga kerja yang terlatih dan sulit
pengawasannya karena lokasi semai terpancar. Persemaian tetap ini
biasanya berukuran besar (luas) dan lokasinya menetap di suatu tempat,
dengan tujuan untuk melayani areal penanaman yang luas. Keuntungan
dari persemaian tetap adalah kesuburan tanah dapat dipelihara dengan
pemupukan, dapat dikerjakan secara mekanis bila dikehendaki,
pengawasan dan pemeliharaan lebih efisien, dengan staf yang tetap dan
terpilih, perencanaan pekerjaan akan lebih teratur, produktivitas
semai/bibit tinggi, kualitas bibit lebih baik dan pertumbuhannya lebih
seragam. Penjelasan mengenai kedua jenis persemaian tersebut sesuai
dengan pendapat Kurniaty (2012) bahwa persemaian sementara dibuat
apabila kegiatan persemaian dilakukan paling lama 5 tahun sedangkan
persemaian permanen untuk memproduksi bibit dalam jangka waktu yang
lama dan biasanya melayani areal penanaman yang luas.
Perkecambahan merupakan proses metobolisme biji hingga dapat
menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan
radikula). Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat dilihat atribut
perkecambahannya, yaitu plumula dan radikula dan keduanya tumbuh
normal dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan ISTA
(International Seed Testing Association). Perkecambahan adalah proses
terbentuknya kecambah (planula). Kecambah sendiri didefinisikan
sebagai tumbuhan kecil yang baru muncul dari biji dan hidupnya masih
tergantung pada persediaan makanan yang terdapat dalam biji. Kecambah
tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi semai/anakan/seedling,
yang pada tahap selanjutnya akan tumbuh menjadi tumbuhan dewasa
(Mudiana, 2007).
Perkecambahan biji diawali dengan adanya proses imbibisi biji.
Imbibisi merupakan proses masuknya air ke dalam sel-sel didalam biji
sehingga siap untuk berkecambah. Air yang masuk akan mengaktifkan
hormon pertumbuhan seperti giberelin. Basmal et al (2014) meyatakan
12
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kesadaran masyarakat terhadap pola makan yang sehat tercermin
dari makin banyaknya pilihan dalam mengonsumsi makanan seperti buah.
Seiring meningkatnya kesadaran dan kebutuhan akan perlunya hidup
sehat dengan cara mengkonsumsi makanan yang sehat yang diproduksi
secara alami tanpa penggunaan bahan-bahan kimia serta rekayasa genetik
seperti buah organik. Buah hasil produksi tanaman organik adalah hasil
pertanian yang memenuhi kaidah-kaidah pertanian organik, yang tidak
menggunakan pestisida sintetis, pupuk kimia sintetis, zat pengatur
tumbuh, serta rekayasa genetika, sehingga semua proses pertanian
dilakukan dengan manual dengan memanfaatkan manusia, alam,
tumbuhan dan hewan.
Kelebihan buah organik adalah mengandung lebih antioksidan dan
banyak mengandung zat nutrisi seperti vitamin c, zat besi, magnesium,
fosfor, dan mineral serta phytonutrients yaitu zat gizi yang dapat melawan
kanker. Budaya mengkonsumsi makanan organik tidak saja menyehatkan,
tetapi dapat memperpanjang ekosistem alam. Lingkungan tanaman non
organik dapat berdampak buruk khususnya terhadap ekosistem lahan
pertanian seperti tanah, udara dan air. juga dapat mengancam terhadap
kesehatan karena adanya kandungan bahan kimia.
Dilihat dari harganya buah organik masih mahal dan kurang
terjangkau juga bentuk fisik yang kurang menarik jika dibandingkan buah
non organik. Hal ini menyulutkan masyarakat untuk menkonsumsinya
karena pengetahuan petani terhadap manfaat dari budidaya buah organik
masih kurang. Kurangnya pengetahuan petani mengenai manfaat dari
budidaya buah organik merupakan sumber penyebab minimnya produk
buah dan sayuran organik dipasaran karena para petani lebih menganggap
19
20
Boutenko V. 2015. Green for life: tantangan 30 hari smoothie hijau. Yogyakarta:
B First.
Hartati S dan Liyanati D. 2015. Karakterisasi anggrek alam secara morfologi
dalam rangka pelestarian plasma nutfah. J Agron Indonesia 43 (2): 133-139.
Maryowani H. 2012. Pengembangan pertanian organik di Indonesia. Forum
Penelitian Agro Ekonomi 3(2): 91-108.
Pradhana RAI, Gatot M, Sri K. 2014. Keanekaragaman serangga dan laba-laba
pada pertanaman padi organik dan konvensional. J HPT 2(2): 58-66.
Sastradihardja S. 2007. Menanam buah organik. Jakarta: Azka Press.
Setyowati T dan Deswati F. 2007. Biologi interaktif utuk SMA/MA. Jakarta:
Azka Press.
Sjam S, Untung S, Ade R et al. 2011. Teknologi pengendalian hama dalam sistem
budidaya sayuran organik. J Fitomedika 7(3): 142-144.
Supernasa 2012. Analisis keberlanjutan praktik pertanian organik di
kalangan petani. J Pertanian 2(1): 30-38.
Supriati Y dan Ersi H. 2014. 15 Sayuran organik dalam pot. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Sutanto R. 2002. Penerapan pertanian organik. Yogyakarta: Kanisius.
Syahputra H dan A Harjoko. 2011. Klasifikasi varietas tanaman kelengkeng
berdasarkan morfologi daun menggunakan backpropagation neural network
dan probabilistic neutral network. IJCCS 5(3): 11-16.
Thio S. 2008. Persepsi konsumen terhadap makanan organik di surabaya. J
Manajemen Perhotelan 4(1): 18-27.
Winangun YW. 2005. Membangun karakter petani organik sukses dalam era
globalisasi. Yogyakarta: Kanisius.
Zulkarnaen. 2010. Dasar-dasar hortikultura. Jakarta. Bumi Aksara.
III. PERBANYAKAN DENGAN CARA CANGKOK
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanaman selama hidupnya memerlukan perbanyakan diri untuk bisa
mempertahankan generasinya atau memperbaiki keturunan dengan sifat-
sifat baru. Perbanyakan tanaman pada umumnya terbagi menjadi dua
yaitu perbanyakan tanaman secara vegeatif dan perbanyakan tanaman
secara generatif. Perbanyakan tanaman secara generatif menggunakan biji
sedangkan perbanyakan tanaman secara vegetative menggunakan bagian-
bagian vegetatif dari tanaman yang bisa berupa daun, batang, dan umbi.
Contoh dari perbanyakan tanaman secara vegetatif antara lain dengan
mencangkok, menyambung, stek, dan okulasi.
Mencangkok adalah cara perbanyakan tanaman dengan cara
merangsang timbulnya perakaran pada cabangg pohon sehingga dapat
ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang timbulnya akar tersebut
adalah dengan mengupas kulit luar cabang selanjutnya cabang yang
terkelupas diberi tanah. Akar pada perbanyakan dapat dirangsang dengan
hormon auksin alami maupun hormon auksin sintetis.
2. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa dapat memilih bahan yang baik untuk dicangkok
b. Mahasiswa dapat mengenal serta mempelajari perbanyakan tanaman
dengan cara menyangkok
B. Tinjauan Pustaka
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generative menggunakan
biji maupun vegetative menggunakan bagian tanaman. Perbanyakan
vegetative dapat dilakukan dengan berbagai teknik salah satunya adalah
mencangkok. Santoso (2010) menyatakan bahwa mencangkok adalah salah
satu teknik pembiakkan secara vegetatif yang mudah dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan bahan tanam yang sesuai dengan induknya. Prinsip
dari mencangkok adalah menguliti dan menghilangkan cambium pada cabang
atau ranting sepanjang 5-10 cm pada tanaman dikotil. Tanaman hasil
perbanyakan dengan cangkok lebih cepat berbuah dibandingkan yang
ditanam dari biji akan tetapi mudah roboh karena memiliki system perakaran
serabut.
Mencangkok dilakukan dengan memilih tanaman yang pertumbuhannya
baik terlebih dahulu kemudian dipilih cabang yang tidak terlalu tua atau muda
dengan diameter yang tidak terlalu besar. Cabang atau ranting yang sudah
dipilih kemudian dikuliti atau dikerik dengan pisau steril sepanjang 15-20 cm
dan dihilangkan kambiumnya. Rahardja (2003) menyatakan bahwa saat
mencangkok cambium harus dihilangkan agar kulit tidak terbentuk kembali
karena jika kulit terbentuk kembali maka akar tidak akan terbentuk.
Penghilangan cambium juga bertujuan untuk memotong jaringan floem
sehingga fotosintat akan terakumulasi di sekitar daerah yang dicangkok.
Cabang atau ranting yang sudah dikuliti kemudian ditempeli dengan plastik
yang sudah diberi media tanam. Media tanam yang digunakan adalah
campuran tanah dengan pupuk organic dengan perbandingan tertentu dan
diusahakan tidak remah tetapi lekat. Media tanam yang sudah diletakkan pada
bagian yang dicangkok dan diselimuti oleh plastic kemudian diikat dan dibuat
lubang untuk memudahkan penyiraman. Mencangkok tidak bias dilakukan di
semua jenis tumbuhan karena tidak semua tumbuhan memiliki kambium.
Prastowo (2006) menyatakan bahwa tumbuhan yang bias dicangkok adalah
tumbuhan yang memiliki cambium atau yang batangnya berkayu. Ciri-ciri
tumbuhan yang bias dicangkok adalah berbatang keras dan kulitnya bias
dikelupas. Jenis tanaman yang bias dicangkok adalah tanaman dikotilyang
memiliki kambium.
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan tempat Praktikum
Praktikum Acara Budidaya Tanaman Buah dilaksanakan di belakang
gedung D Fakultas Pertanian UNS.
2. Alat dan bahan
a. Alat : Pisau
b. Bahan : Tanaman buah-buahan, plastik/sabut kelapa, tanah, ZPT,
dll.
3. Cara kerja
a. Pilih pohon induk sesuai dengan sifat-sifat yang dikehendaki
b. Pilih cabang pada pohon induk yang terpilih yag tidak terlalu tua
c. Kupas kulit cabang pada salah satu buku selebar kira-kira 4 cm
d. Bersihkan kambium yang terdapat pada cabang yang telah dikupas,
dan keringkanlah selama 1 hari, untuk tanamna yang bergetah
keringkanlag 34 hari.
e. Buat adonan tnah dan pupuk kandang secukupnya
f. Tempel adonan itu pada cabang yang telah dikupas dan bungkuslah
dengn sabut kelapa atau plastik
g. Ikat kedua ujung bungkusan dengan tali
h. Siram cangkokan secara teratur
i. Tunggu sampai akar berkembang
j. Potong cangkokan di bawah bungkusan bila akar sudah banyak.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Mencangkok
Dokumentasi
No Komoditas Pengamatan 1 Pengamatan 2 Keterangan
(sebelum) (sesudah)
1 Knitu Gagal
Sumber : Laporan Individu
2. Pembahasan
Mencangkok merupakan salah satu teknik perbanyakan vegetatif dengan
cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media
tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Teknik ini sudah lama dikenal
oleh petani. Pada cara mencangkok akar tumbuh ketika cabang yang
dicangkoknya masih berada di pohon induk (Prameswari 2014).
Cara mencangkok yang benar dilakukan sebagai berikut : Pilih cabang
yang sehat dan lebih baik yang tumbuh vertikal. Cabang dikuliti kulitnya
melingkari batang dengan jarak 5-10 cm. Bersihkan lapisan kambium yang
menempel pada kayu. Apabila memakai plastik, plastik tersebut harus diberi
beberapa lubang kecil sebagai jalan masuknya air terlebih dahulu. Setelah
lapisan kambium bersih, lapisi bagian tersebut dengan tanah gembur dan
balut bagian yang telah terlapisi tanah dengan plastik atau sabut kelapa. Ikat
balutan tersebut dengan menggunakan tali plastik dibagian ujung atas dan
bawah. Sirami bagian yang telah dicangkok secara teratur. Setelah kurang
lebih satu bulan, akar mulai tumbuh. Jika pertumbuhan akar sudah cukup
baik, balutan plastik atau sabut dilepas dan cangkokan siap ditanam di wadah
baru (Dewi 2016).
Berdasarkan Gunawan (2016) macam-macam tanaman yang biasanya
dipakai untuk perbanyakan vegetatif tanpa terkecuali perbanyakan cangkok
yaitu durian, rambutan, jeruk, jambu biji, jambu air, jambu bol, belimbing,
lengkeng, avokad, mangga, srikaya, dan sirsak. Faktor yang mempengaruhi
keberhasilan cangkok diantaranya yaitu faktor lingkungan, ketepatan memilih
tanaman, dan faktor manusia yang melaksanakan cangkok (Cahyaningsih
2017).
Menurut Nazaruddin dan Muchlish (1996) dalam Antarlina (2009), kriteria
bahan yang baik untuk dicangkok yaitu memiliki ciri-ciri :
Produktivitas buah per pohon dalam suatu musim panen lebih besar
daripada buah sejenis
Tanaman mampu berproduksi pada umur yang relatif muda
Tahan terhadap hama dan penyakit
Kelezatan (rasa) dan aroma buah yang menarik
Keseragaman bentuk, ukuran, dan warna buah.
Mencangkok biasanya menggunakan perlakuan ZPT (Zat Pengatur
tumbuh). ZPT yang biasa digunakan yakni bawang merah dan root up
berfungsi untuk memancing tumbuhnya akar dengan cepat. Bawang merah
juga bisa dipakai sebagai zat pengatur tumbuh oleh beberapa varietas
tanaman contohnya kedelai (Purwanti 2017). Kegiatan praktikum yang
dilakukan yaitu memilih tanaman sesuai kriteria cangkok. Sayat kulit batang
yang sudah dipilih. Lalu diberikan root up (sesuai perlakuan). Selanjutnya
yaitu menambahkan tanah dan pupuk kandang kemudian dibungkus plastik
kemudian ditali menggunakan rafia. Lalu disiram.
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan pada pencangkokan
tanaman knitu, didapat bahwa belum muncul akar secara signifikan karena
tidak adanya root up yang diberikan untuk mempercepat tumbuhnya akar atau
bisa dikatakan gagal (Aisyah 2016).
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanaman selama hidupnya memerlukan perbanyakan diri untuk
bisa mempertahankan generasinya atau memperbaiki keturunan dengan
sifat-sifat baru. Perbanyakan tanaman pada umumnya terbagi menjadi dua
yaitu perbanyakan tanaman secara vegeatif dan perbanyakan tanaman
secara generatif. Perbanyakan tanaman secara generatif menggunakan biji
sedangkan perbanyakan tanaman secara vegetative menggunakan bagian-
bagian vegetatif dari tanaman yang bisa berupa daun, batang, dan umbi.
Contoh dari perbanyakan tanaman secara vegetatif antara lain dengan
mencangkok, menyambung, stek, dan okulasi.
Menyambung adalah cara perbanyakan tanaman dengan cara
menyambung bagian atas yang berasal dari suatu tanaman induk pada
batang bawah tanaman lain. Batang ataslah yang akan memberikan hasil
sesuai dengan sifat induk yang diinginkan. Batang bawah hanyalah
sebagai tempat untuk tumbuh dan mengambil makanan dari dalam tanah,
oleh sebab itu kriteria pemilihan batang atas dan batang bawah berbeda.
Batang bawah yang digunakan pada umumnya memiliki sifat perakaran
yang kuat. Batang atas yang digunakan pada umumnya memiliki sifat
unggul diantaranya berbuah lebat, buahnya manis dan besar.
2. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa dapat memilih bahan yang baik untuk disambung.
b. Mahasiswa dapat menegnal serta mempelajari perbanyakan tanaman
dengan cara menyambung.
B. Tinjauan Pustaka
Perbanyakan dengan cara sambung atau grafting merupakan
perbanyakan yang dilakukan dengan menggabungkan batang bawah dan
batang atas dari tanaman yang berbeda. Menyambung juga dapat diartikan
sebagai usaha perbanyakan tanaman dengan cara menyambung batang atas
dengan batang bawah dengan keberhasilan yang tinggi jika dilakukan kepada
tanaman yang berada dalam satu marga Tujuan dari penyambungan ini adalah
membuat bibit tanaman unggul, memperbaiki bagian tanaman yang rusak,
dan membantu pertumbuhan tanaman (Furqonita 2007).
Penyambungan merupakan metode untuk memperbanyak jaringan
organ dari dua atau lebih individu tanaman menjadi satu individu
Perbanyakan dengan teknik menyambung juga umumnya dilakukan untuk
memperbaiki porsi atau tata letak tanaman, umumnya hal ini dilakukan pada
tanaman bunga. Teknik menyambung juga dilakukan sebagai salah satu cara
peremajaan pada tanaman keras atau tahunan (Jualriah 2014).
Penyambungan dimulai dari pemilihan atau penyiapan batang atas yang
segar dan muda sehingga jaringannya masih bersifat meristematik dan batang
bawah. Batang bawah dipotong pada ukuran tertentu sesuai dengan jenis
penyambungan yang digunakan kemudian batang atas dipotong sesuai dengan
ukuran pemotongan batang bawah. Kegiatan ini dilakukan agar bagian
kambium dari keduanya berada dalam jarak yang dekat. Lapisan luar dari sel-
sel kambium baik pada batang bawah maupun batantg atas memproduksi sel-
sel parenkim yang akan bertaut yang disebut jaringan kalus. Tahapan
selanjutnya adalah pengikatan dengan plastik bagian tanaman yang
disambung dan dibungkus plastik bening agar tanaman tidak terganggu oleh
faktor lingkungan (Herlianti et al 2014).
Proses penyambungan membutuhkan batang bawah dan batang atas
dengan syarat tertentu. Syarat batang bawah yang digunakan adalah batang
yang berasal dari tanaman yang mempunyai sifat-sifat perakaran yang baik,
seperti tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tahan terhadap sifat-sifat
tanah serta kekeringan air tanah, dan mudah menyesuaikan dengan
lingkungannya. batang bawah atau rootstock/understam adalah tanaman yang
berfungsi sebagai batang bagian bawah yang masih dilengkapi dengan sistem
perakaran dan berfungsi mengambil makanan dari dalam tanah untuk batang
atas atau tajuknya sehingga perlu pemilihan rootstock yang baik
(Sulaeman 2014).
Karakteristik batang atas yang perlu diperhatikan adalah batang yang
sehat dan berkualitas. Batang atas yang digunakan umumnya telah cukup
umur dan sudah pernah berbuah, artinya tanaman berada pada kondisi
optimal. kondisi lain dari entres yang perlu diperhatikan adalah kesehatan,
kondisis cadangan makanan, dan hormon yang terdapat dalam entres agar
dapat berbuah. Selai itu batang atas juga harus sehat dan tahan hama
penyakit, bukan berasal dari tunas air, berkualitas sangat baik (Putri 2016).
Tanaman yang menjadi batang bawah harus memiliki perakaran kuat.
Kriteria batang bawah lainnya adalah tahan terhadap hama dan penyakit,
tahan terhadap kekurangan air, dan tahan dengan kondisi setempat. Tanaman
yang dijadikan sebagai batang atas memiliki buah lebat, rasanya manis
sehingga diperoleh perpaduan tanaman dengan sifat-sifat yang lebih
menguntungkan. Selain itu, sebaiknya tanaman yang dipilih sebagai batang
atas sudah cukup tua (minimal sudah berbuah 3 kali) dan sehat (Prasetyo
2004).
Teknik menyambung yang sering digunakan ada empat yaitu flat tanpa
pucuk, flat dengan pucuk, V dan congkel. Teknik flat dengan pucuk adalah
teknik flat yang dimana pada batang atas masih disisakan daunnya sedangkan
teknik flat tanpa pucuk adalah teknik flat dimana tidak ada daun yang
disisakan pada batang atas. Teknik V dan congkel dilakukan dengan daun
pada batang atas tidak disisakan. Teknik sambung yang paling umum
digunakan ialah sambung rata karena teknik ini paling mudah dilakukan bagi
pemula dan juga tingkat keberhasilannya lebih tinggi (Sugih 2002).
Teknik menyambung umumnya terbagi dalam teknik menyambung pucuk dan
menyambung samping. Menyambung pucuk artinya batang atas yang digunakan
mempunyai sehelai daun dan teknik menyambung samping artinya pemotongan pada
bagian samping tanaman. Teknik menyambung sering digunakan untuk
memperbanyak tanaman hias seperti adenium maupun Plumeria sp.
(Purnomosidhi 2012).
Metode V merupakan metode yang paling umum digunakan dalam
perbanyakan. Metode V lebih baik disebabkan pada sambungan celah model
V posisi kambium antara batang bawah dan batang atas berada pada posisi
pertautan yang tepat dan kokoh. Kondisi tersebut menyebabkan batang atas
tidak mudah bergeser dan jaringan ikatan pembuluh xilem, floem, dan
kambium antar batang atas dan batang bawah sangat mudah akan menyatu.
Metode berikutnya adalah congkel dimana batang bawah dipotong pada sisi
sampingnya (seperti bentuk congkel) kemudian batang atas akan
menyesuaikan bentuk batang bawah (Parwarta 2013).
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan teknik sambung adalah
dengan memperhatikan kompabilitas antara batang atas dan batang bawah.
Posisi jaringan kambium kedua tanaman juga harus bersinggungan namun
tidak terlalu rapat. Menyambung dilakukan pada saat fisiologis tepat (tunas
dalam keadaan dorman atau segera akan tumbuh) dan penyambungan harus
segera dilakukan setelah batang atas diambil dari pohon induk, dan tunas
yang tumbuh di batang bawah harus segera dibuang (Suhartanto 2012).
Keberhasilan dalam teknik menyambung juga dipengaruhi oleh panjang
pendeknya batang atas. Panjang pendeknya entres berpengaruh terhadap
persentase keberhasilan penyambungan tanaman. Keberhasilan teknik
menyambung juga ditentukan dari sifat tanaman yang disambung. Sifat yang
dimaksud adalah faktor internal tanaman itu sendiri seperti kesehatan,
kemampuan sel sel tanaman untuk membelah (umurnya tidak terlalu tua), dan
keadaan lainnya (Putri 2016).
Faktor yang memengaruhi keberhasilan sambung salah satunya adalah
faktor internal tanaman itu sendiri. Faktor itu seperti jenis tanaman, umur,
ketersediaan cadangan makanan, dan kandungan ZPT seperti auksin dan
hormon yang berperan dalam pertumbuhan tanaman. Faktor eksternal juga
dapat mempengaruhi keberhasilan menyambung dimana faktor eksternal
ditentukan oleh lingkungan (Sari 2012).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan tempat Praktikum
Praktikum acara 4 perbanyakan tanaman dengan cara menyambung
dilaksanakan pada Hari Senin, tanggal 2 April 2018. Praktikum ini
dilaksanakan di depan rumah kaca A Fakultas Pertanian UNS. Waktu
yang digunakan untuk praktikum ini yaitu mulai pukul 07.30-08.30.
2. Alat dan bahan
a. Pisau tajam dan bersih
b. Tali plastik pengikat sambungan
c. Kantong plastik es atau plastik tipis untuk menutup
d. Gunting pangkas
e. Tanaman adenium
3. Cara kerja
a. Memilih tanaman untuk batang atas dengan sifat yang dikehendaki
dan batang bawah. Batang bawah dan batang atas memiliki ukuran
yang sama.
b. Memotong pucuk untuk batang atas dari pohon induk yang telah
terpilih dan membuang daunnya sehingga tersisa sepasang daun.
c. Meruncingkan bagian bawah batang atas.
d. Memotong bagian bawah pada ketinggian 25 cm di atas permukaan
tanah, dan dibelah di bagias atasnya selebar 2-3 cm.
e. Memasukkan batang atas ke dalam belahan batang bawah. Mengikat
sambungan pada bagian atas dan dibungkus dengan sungkup plastik.
f. Menunggu sampai tanaman siap dipindahkan.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Perbanyakan Vegetatif dengan cara
Menyambung pada Tanaman Adenium
Foto Pengamatan
No TeknikPenyambungan Keterangan
SebelumPengamatan SesudahPengamatan
1 V Berhasil
2
Congkel Tidak
Berhasil
Furqonita D. 2007. Seri IPA biologi 2 SMP kelas VIII. Bogor: Yudhistira.
Herlianti Y, Tutut ML, Donny HF. 2007. Ilmu pengetahuan alam IPA kelas 6
sekolah dasar semester pertama. Bogor: Yudhistira.
Jualriah L, Rahman W. 2014. Evaluasi anatomi sambungan pada tiga teknik
penyambungan terhadap keberhasilan penyambungan interspesifik pada
vireya rhododendron. J. Biologi Indonesia 10(1): 145-148.
Octa S. 2005. Variasi adenium agar rajin berbunga. Jakarta : Penebar Swadaya.
Parwata A, Bambang B, Santoso. 2013. Kompatibilitas awal penyambungan pada
fase bibit antara jarak pagar (Jatropha curcas) dan jarak ulung (Jatropha
gossyphifolia). J Prosiding Seminar Nasional 3(1): 1510-154.
Prasetyo. 2004. Sains: makhluk hidup dan proses kehidupan SMP kelas 3. Jakarta:
Grasindo.
Prawoto. 2008. Perbanyakan tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.
Purnomosidhi . 2012. Teknik perbanyakan vegetatif. Bogor: World Agroforestry
Centre.
Putri D. 2016. Pengaruh panjang entress terhadap keberhasilan penyambungan
tanaman. J Agrosains dan Teknologi 1(1) : 32-44.
Sari I A. Wahyu A S. 2012. Keberhasilan sambungan pada beberapa jenis batang
atas dan famili batang bawah kakao. J Pelita Perkebunan 28(2) : 72-81.
Sari I. 2012. Keberhasilan sambungan pada beberapa jenis batang atas dan famili
batang bawah kakao (Theobroma cocoa L. ). J Pelita Perkebunan 28(2):
72-81.
Soenanto H. 2005. Pesona adenium. Yogyakarta : Kanisius.
Sugianto, Hamim H. 2011. Studi batang bawah dan pengaturan lingkungan pada
pembibitan jarak pagar dengan cara grafting. J Penelitian Pertanian
Terpadu 10(1) : 7-16.
Sugih O. 2002. 88 variasi adenium agar rajin berbunga. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Suhartanto R. 2012. Untung besar dari bisnis bibit tanaman buah. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
Sulaeman M. 2014. Teknik grafting (penyambungan) pada jati (Tectona grandis
L. F.) J Informasi Teknis 12(2): 69-80.
Trisnawati. 2011. Pembiakkan vegetatif melalui grafting. Bogor : IPB.
Wudianto R. 2002. Membuat stek cangkok dan okulasi. Jakarta : Penebar
Swadaya.
V. PERBANYAKAN DENGAN CARA OKULASI
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanaman selama hidupnya memerlukan perbanyakan diri untuk
bisa mempertahankan generasinya atau memperbaiki keturunan dengan
sifat-sifat baru. Perbanyakan tanaman pada umumnya terbagi menjadi dua
yaitu perbanyakan tanaman secara vegeatif dan perbanyakan tanaman
secara generatif. Perbanyakan tanaman secara generatif menggunakan biji
sedangkan perbanyakan tanaman secara vegetative menggunakan bagian-
bagian vegetatif dari tanaman yang bisa berupa daun, batang, dan umbi.
Contoh dari perbanyakan tanaman secara vegetatif antara lain dengan
mencangkok, menyambung, stek, dan okulasi.
Menyambung adalah cara perbanyakan tanaman dengan cara
menyambung mata tunas yang berasal dari suatu tanaman induk pada
batang tanaman lain. Mata tunas atau batang atas ini akan memberikan
hasil sesuai dengan sifat induk yang diinginkan. Batang bawah hanyalah
sebagai tempat untuk tumbuh dan mengambil makanan dari dalam tanah,
oleh sebab itu kriteria pemilihan batang atas dan batang bawah berbeda.
Batang bawah yang digunakan pada umumnya memiliki sifat perakaran
yang kuat dan diperoleh dari semai. Batang atas yang digunakan pada
umumnya memiliki sifat unggul diantaranya berbuah lebat, buahnya
manis dan besar.
2. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa dapat memilih bahan yang baik untuk di okulasi.
b. Mahasiswa dapat mengenal dan mempelajari perbanyakan tanaman
dengan cara okulasi.
B. Tinjauan Pustaka
Teknik okulasi merupakan teknik penempelan mata tunas dari tanaman
batang atas ke batang bawah yang keduanya bersifat unggul, batang bawah
disebut rootstock dan batang atas disebut entres. Penggunaan teknik okulasi
akan memunculkan penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam
waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam.
Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar produksi bisa lebih tinggi
(Rahmat 2008).
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara
vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan
dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induk lalu
dimasukkan atau ditempelkan dibagian batang bawah yang sebagian kulitnya
telah dikelupas (membuat jendela) dengan membentuk huruf T tegak, T
terbalik, H, U tegak dan U terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut diikat
selama beberapa waktu sampai kedua tanaman bergabung menjadi satu
tanaman baru. Menyatukan kedua tanaman ini setelah tumbuhnya kallus dari
kedua tanaman tersebut. Pengelupasan kulit batang bawah dan pengambilan
mata tunas (entres) harus menggunakan pisau okulasi agar hasil kulit yang
dikupas tidak terlalu tebal (Sipayung 2015).
Perbanyakan tanaman secara vegetative yaitu okulasi akan
menghasilkan populasi tanaman yang homogen dalam sifat-sifat
genetiknya.Macam okulasi ada 2 yaitu okulasi hijau (green budding) dan
okulasi coklat (brown budding). Okulasi hijau dilaksanakan pada bibit umur
5-6 bulan dan okulasi coklat umur 9-10 bulan. Okulasi hijau entres diperoleh
dari cabang dengan 2 payung berumur 5-6 bulan dengan payung berwarna
hijau tua segar. Okulasi coklat dilaksanakan pada bibit umur 9-10 bulan.
Sampel yang digunakan berumur 6-12 bulan dan berwarna coklat (Marietje
2010).
Beberapa variasi dari teknik perbanyakan dengan okulasi yaitu
modifikasi Metode T (T-budding) dan Sisip (Chipbudding), Pemilihan
metode tergantung pada beberapa pertimbangan yaitu jenis tanaman, kondisi
batang atas dan batang bawah, ketersediaan bahan, tujuan propagasi,
peralatan serta keahlian pekerja. Kondisi lingkungan seperti temperature dan
kelembaban banyak berpengaruh pada perkembangan tanaman
(Limbongan J dan Y Limbongan 2012).
Teknik okulasi pada tanaman karet ada 3 (tiga) macam, yaitu okulasi
dini, okulasi hijau dan okulasi coklat. Ketiga macam teknik okulasi tersebut
pada prinsipnya relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada umur batang
bawah dan umur batang atas. Keuntungan bibit okulasi mempertahankan
sifat-sifat unggul induknya seperti pertumbuhan tanaman seragam, produksi
tinggi, mulai berproduksi dalam waktu relatif singkat, mudah dalam
penyadapan, dan tahan terhadap penyakit (Meriyanto et al. 2016).
Syarat batang bawah untuk okulasi umumnya adalah
tanaman berasal dari biji, berdiameter 3-5 mm, berumur sekitar 3-4 bulan.
Ukuran diameter batang masih menjadi patokan sebagai dasar kesiapan
batang bawah untuk ditempel. Secara umum, semaian batang bawah yang
penampang batangnya pada ketinggian okulasi sudah berbentuk bulat atau
mempunyai tinggi sekitar 40 - 50 cm merupakan kondisi ideal untuk di
okulasi. Syarat lainnya adalah fase pertumbuhannya optimum (tingkat
kesuburan baik) kambiumnya aktif, sehingga memudahkan dalam
pengupasan dan proses merekatnya mata tempel ke batang bawah, batang
sudah berkayu dan tumbuh subur, dan rimbun, dan tidak terserang hama atau
penyakit, serta perakarannya baik (Hadi 2012).
Batang bawah atau rootstock/understem adalah tanaman yang berfungsi
sebagai batang bagian bawah yang masih dilengkapi dengan sistem perakaran
yang berfungsi mengambil makanan dari dalam tanah untuk batang atas atau
tajuknya. Batang ataslah yang akan memberikan hasil sesuai dengan sifat
induk yang diinginkan. Batang bawah hanyalah sebagai tempat untuk tumbuh
dan mengambil makanan dari dalam tanah. Kriteria pemilihan batang atas dan
batang bawah berbeda. Kriteria batang bawah yaitu sistem perakaran kuat,
tahan terhadap hama dan penyakit, tahan terhadap kekurangan air, sesuai
dengan kondisi setempat (Steenis 2002).
Syarat batang atas untuk okulasi adalah entres yang baik yakni
cabangnya dalam keadaan tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda (setengah
berkayu). Cabang entres untuk okulasi sebaiknya tidak berdaun (sudah
rontok), pada tanaman tertentu sering dijumpai cabang entres yang masih ada
daun melekat pada tangkai batangnya, untuk itu perompesan daun harus dua
minggu sebelum pengambilan cabang entres. Ketersediaan waktu dua minggu
ini, tangkai daun akan luruh dan pada bekas tempat melekatnya (daerah
absisi) akan terbentuk kalus penutup luka yang bisamencegah masuknya
mikroorganisme penyebab penyakit (Boerhendy 2013).
Faktor tanaman yang mempengaruhi keberhasilan okulasi diantaranya
ada keadaan fisiologi tanaman. Tanaman ada yang mengalami kesukaran
untuk ditempelkan ke tanaman lain, karena jenis tanaman tersebut sulit
membentuk kalus.Pengelupasan kulit kayu sangat berpengaruh pada okulasi.
Kulit kayu mudah mengelupas, kerusakan kambium pada batang atas dan
batang bawah yang akan diokulasi dapat dihindari. Guna persentuhan
kambium batang atas dan batang bawah lebih banyak terjadi, maka
diperlukan ukuran batang bawah dan batang atas dipilih yang hampir sama
(Wijaya 2014).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan okulasi yaitu
waktu penempelan. Penempelan dilakukan pada waktu cuaca yang cerah,
tidak hujan, dan tidak di bawah terik matahari. Temperatur dan kelembaban
yang optimal akan mempertinggi pembentukan jaringan halus, yang sangat
diperlukan untuk berhasilnya suatu tempelan. Temperatur yang diperlukan
dalam penempelan berkisar antara 7,2-320C, bila temperatur kurang dari 7,2
0
C pembentukan kalus akan lambat. Suhu yang lebih dari 320C pembentukan
kalus juga lambat dan dapat mematikan sel-sel pada sambungan (Zainal
2001).
Kegiatan penempelan memerlukan kelembaban yang tinggi apabila
kelembaban rendah akan mengalami kekeringan, dan menghambat atau
menghalangi pembentukan kalus pada sambungan karena banyak sel-sel pada
sambungan mati.Cahaya matahari berpengaruh pada waktu pelaksanaan
penempelan berlangsung. Penyambungan sebaiknya dilakukan pada waktu
pagi atau sore hari pada saat matahari kurang kuat memancar dan sinarnya.
Cahaya yang terlalu panas akan mengurangi daya tahan batang atas terhadap
kekeringan, dan dapat merusak kambium pada daerah sambungan
(Rahardja 2003).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan tempat Praktikum
Praktikum acara 5, perbanyakan tanaman dengan cara okulasi
dilaksanakan pada Hari Senin, tanggal 21 April 2018. Praktikum ini
dilaksanakan di Laboratorium Jumantono, Desa Sukosari, Karanganyar.
Waktu yang digunakan untuk praktikum ini yaitu mulai pukul 08.00-
10.00.
2. Alat dan bahan
a. Pisau tajam dan bersih
b. Tali plastik pengikat sambungan
c. Kantong plastik es atau plastik tipis untuk menutup
d. Gunting pangkas
e. Tanaman jambu air
3. Cara kerja
a. Memilih pohon induk sebagai sumber tunas/batang atas dan tanaman
sebagai batang bawah sesuai dengan sifat yang dikehendaki.
b. Mengupas kulit batang bawah selebar 5-10 cm di atas permukaan
tanah, sesuai dengan ukuran mata tunas dari batang atas.
c. Mengupas mata tunas dari batang atas dan menempelkan pada
batang yang telah dikupas secepatnya.
d. Mengikat tempelan mata tunas pada bagian atas dan bawah dengan
tali rafia agar mata tunas menempel dengan baik.
e. Membiarkan kira-kira 2-3 minggu sampai mata tunas menjadi hijau.
f. Membuka ikatan apabila mata tunas sudah hijau.
g. Memotong batang bawah yang dirundukkan apabila tunas sudah
kokoh.
h. Memindah hasil okulasi ke polybag dan menunggu waktu yang tepat
untuk dipindahkan ke lapangan, tetapi apabila batang bawah terdapat
di polybag maka hanya perlu menunggu sampai hasil okulasi cukup
kuat dipindah ke lapangan.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Okulasi Tanaman
Dokumentasi Keterangan
No. Komoditas Pengamatan 1 Pengamatan 2 (berhasil/
(sebelum) (sesudah) tidak)
Jambu Air
Okulasi
2. (Tunas
berhasil
muda)
Hadi R. 2012. Teknik dan tingkat keberhasilan okulasi beberapa klon karet
anjuran di kebun visitor plot bptp jambi. J Buletin Pertanian 15(1): 33-36.
Limbongan J dan Y Limbongan. 2012. Petunjuk praktis memperbanyak tanaman
secara vegetatif (grafting dan okulasi). Makassar: UKI Toraja Press.
Marietje P. 2010. Pengkajian perbanyakan tanaman kakao secara vegetative
(okulasi mata entris dan sambung pucuk). J Budidaya Pertanian 6(2): 25-
29.
Meriyanto, Bastani S, Indah L. 2016. Pengaruh perbedaan jenis mata entres dan
klon terhadap pertumbuhan bibit karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di
polybag. J TriAgro 1(2): 1-7.
Napitulu, R.M dan Sobir. 2010. Bertanam durian unggul. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rahardja. 2003. Aneka cara memperbanyak tanaman. Bandung(ID): Agromedia
Pustaka.
Rahmat N. 2008. Perbanyakan vegetatif tanaman hias. Jakarta : Grafindo.
Simanjuntak, F. 2010. Pembiakan Vegetatif. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sipayung P. 2015. Penuntun praktikum pembiakan vegetatif. Medan(ID): Fakultas
Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara.
Sobir. 2014. Pedoman budidaya durian dan rambutan di kebun campuran. Bogor:
World Agroforestry Centre (ICRAF).
Steenis, V. 2002. Flora. Jakarta(ID): Pradnya Paramita.
Wijaya B. 2014. Membuat stek, cangkok, sambung, dan okulasi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Wudianto, R. 2004. Membuat stek, cangkok dan okulasi. Edisi XIV. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Zainal. 2001. Dasar–dasar tentang pembiakan vegetatif. Bandung: Angkasa
Pustaka.
VI. BUDIDAYA BUAH DAN SAYUR
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Buah dan sayur memiliki peranan yang sangat besar bagi tubuh kita
yaitu sebagai sumber vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh
yang berfungsi sebagai zat pengatur. Buah dan sayur dengan beraneka
jenis dan warna yang beranekaragam dapat saling melengkapi kebutuhan
zat gizi yang diperlukan oleh tubuh kita. Jenis makanan yang banyak
mengandung serat salah satunyaadalah buah dan sayur. Serat mempunyai
peranan dalam proses pencernaan yang sangat penting. Serat
melancarkan pencernaan, bahkan pada mereka yang menderita kelebihan
gizi, serat dapat mencegah dan mengurangi resiko penyakit akibat
kegemukan.
Buah dan sayur merupakan makanan tambahan, bukan makanan
pokok. Tanaman buah banyak dikonsumsi karena rasanya yang
umumnya manis dan asam, sehingga sesuai sebagai makanan selingan
dari makanan pokok. Tanaman sayur umumnya dihunakan sebagai
makanan pendamping makanan pokok. Tanaman sayur selain
mengandung berbagai zat gizi yang berguna untuk kesehatan tubuh, juga
mengandung zat-zat non gizi yang juga cukup penting, yang disebut
dengan serat. Serat dapat membantu mencegah sembelit, mencegah
kanker, mencegah sakit pada usus besar, membantu menurunkan kadar
kolesterol, membantu mengontrol kadar gula dalam darah, mencegah
wasir, membantu menurunkan berat badan dan masih banyak lagi.
Serat makanan dikonsumsi karena dapat menurunkan terjadinya
penyakit degeneratif. Serat makanan menjadi daya tarik tersendiri bagi
orang-orang yang mengalami obesitas atau ingin menurunkan berat
badan, bahkan kaum vegetarian juga menjadikan serat sebagai makanan
penting. Banyak penelitian menunjukkan perbandingan antara kaum
vegetarian dan pemakan daging. Umumnya kaum vegetarian memiliki
risiko penyakit degeneratif (seperti jantung koroner dan kanker) yang
lebih rendah dibandingkan dengan pemakan daging. Usia kaum
vegetarian juga relatif lebih panjang.
Praktikum pengenalan buah dan sayur bertujuan agar semua orang
mengetahui karakteristik buah dan sayuran yang baik untuk kesehatan
tubuh serta kandungan gizi yang terkandung di dalamnya. PRaktikum ini
juga bertujuan untuk mengetahui cara budidaya yang tepat untuk buah
dan sayur. Budidaya tanaman buah dan sayur atapun dengan tanaman
pangan lainnya tentu memiliki perbedaan sehingga penting untuk
dipelajari. Manfaat dari buah dan sayur juga penting untuk diketahui.
Tujuan lain dari praktikum ini adalah sangat penting mengingat
masyarakat Indonesia yang kurang mengonsumsi buah dan sayur agar
dapat mengurangi angka gizi buruk di Indonesia.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara pengenalan sayur dan buah memiliki tujuan yaitu
mengenal dan mempelajari bermacam-macam sayuran dan buah di
lapangan beserta cara budidayanya.
B. Tinjauan Pustaka
Komoditas buah yang ditanam petani yang menjadi narasumber dalam
praktikum TPT Hortikultura adalah jambu biji. Nama ilmiah jambu biji
adalah Psidium guajava. Jambu biji merah merupakan tanaman perdu
bercabang banyak, tingginya dapat mencapai 3 – 10 m. Umumnya umur
tanaman jambu biji hingga sekitar 30 – 40 tahun. Batang jambu biji merah
memiliki ciri khusus, diantaranya berkayu keras, liat, tidak mudah patah, kuat
dan padat. Kulit kayu tanaman jambu biji merah halus dan mudah terkelupas.
Batang dan cabang-cabangnya mempunyai kulit berwarna coklat atau coklat
keabu-abuan. Daun jambu biji merah berbentuk bulat panjang, bulat langsing,
atau bulat oval dengan ujung tumpul atau lancip. Warna daunnya beragam
seperti hijau tua, hijau muda, merah tua, dan hijau berbelang kuning.
Permukaan daun ada yang halus mengkilap dan hijau berbelang kuning. Tata
letak daun saling berhadapan dan tumbuh tunggal. Panjang helai daun sekitar
5- 15 cm dan lebar 3-6 cm, sementara panjang tangkai daun berkisar 3-7 mm.
Bunga keluar di ketiak daun. Kelopak dan mahkota masing-masing terdiri
dari 5 helai. Benang sari banyak dengan tangkai sari berwarna putih
(Soedjito, 2008).
Tahapan fase tertentu tanaman jambu biji mengalami pergantian atau
peremajaan kulit, ada pula yang tanpa penyerbukan (partenokarpi) sehingga
terbentuk buah jambu biji tanpa biji. Karakteristik dari buah jambu biji merah
berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat
muda dan berubah kuning muda mengkilap setelah matang. Karakteristik
pada beberapa jenis tertentu adalah kulit buah berwarna hijau berbelang
kuning saat muda dan berubah menjadi kuning belang-belang saat matang,
ada pula yang berkulit merah saat muda dan merah tua saat tua. Warna
daging buah pada umumnya putih biasa, putih susu, merah muda, merah
menyala, serta merah tua. Aroma buah biasanya harum saat buah matang.
Biji jambu biji pada umumnya cukup banyak, meskipun ada beberapa jenis
buah yang berbiji sedikit bahkan tanpa biji. Buah jambu yang berbiji
berbentuk lebih sempurna dan simetris, sesuai karakter jenisnya. Sementara
bentuk buah jambu tanpa biji relative tidak beraturan. Tanaman jambu biji
berakar tunggang, perakarannya lateral, berserabut cukup banyak dan tumbuh
relatif cepat. Perakaran jambu biji cukup kuat dan penyerapan unsur haranya
cukup efektif sehingga mampu berbuah sepanjang tahun (Hadiati, 2015).
Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis & dapat tumbuh
di daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yg diperlukan berkisar
antara 1000-2000 mm/tahun & merata sepanjang tahun.Jambu biji dapat
tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian antara 5-1200 m dpl.
Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal
pada suhu sekitar 23-28 derajat C di siang hari. Kekurangan sinar matahari
dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yg ideal
musim berbunga & berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan
Juli-September sedang musim buahnya terjadi bulan Nopember-Februari
bersamaan musim penghujan. Kelembaban udara sekeliling cenderung
rendah karena kebanyakan tumbuh di dataran rendah & sedang. Apabila
udara mempunyai kelembaban yg rendah, berarti udara kering karena miskin
uap air. Kondisi demikian cocok utk pertumbuhan tanaman jambu biji. Jambu
biji dapat tumbuh baik pada lahan yg subur & gembur serta banyak
mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yg keadaan liat
& sedikit pasir.Derajat keasaman tanah (pH) tdk terlalu jauh berbeda dengan
tanaman lainnya, yaitu antara 4,5-8,2 & bila kurang dari pH tersebut maka
perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.(Firtia, 2017).
Buah jambu biji getas merah adalah buah jambu biji yang mempunyai
daging buah berwarna merah muda dengan kulit berwarna hiaju kekuning-
kuningan. jambu ini memiliki bentuk lonjong. Buah jambu biji getas merah
memiliki keunggulan dengan ukurann buahnya yang besar, daging buahnya
tergolong tebal dengan tekstur yang lunak. Bauh jambu biji getas merah
memili rasa yang manis dengan aroma yang harum. Buah jambu ini memiliki
khasiat yang bagus bagi kesahatan. kandungan yang ada di jambu biji
memang dipercaya mampu membuat tubuh lebih sehat. Tanaman buah Jambu
biji getas merah merupakan tanaman jambu biji unggulan yang berasal dari
hasil persilangan antara jambu bangkok dengan Jambu pasar minggu yang
berdaging buah merah. Buah jambu biji getas merah berbentuk bulat dengan
warna kulit buah hijau kekuningan saat matang. Daging buahnya berwarna
merah menyala dengan banyak biji kecil. Keunggulan lainnya adalah sifatnya
yang genjah dengan tingkat produktivitas yang tergolong tinggi. Pohon jambu
biji getas merah dapat berbuah sepanjang tahun tanpa mengenal musim
(Amanto 2016).
Jambu biji merupakan salah satu tumbuhan tropis yang secara empiris
digunakan oleh masyarakat sebagai obat. Tumbuhan ini termasuk dalam
familia Myrtaceae. Beragam penelitian terkini telah membuktikan bahwa
jambu biji memiliki beragam khasiat kesehatan seperti antidiare,
meningkatkan kadar trombosit darah, menurunkan kadar kolesterol total,
menurunkan gula darah, antibakteri, dan anti kanker. Keseluruhan bagian dari
tumbuhan jambu biji memiliki efek farmakologis yang dapat berguna bagi
kesehatan, hanya saja kandungan zat aktif dan khasiatnya berbeda-beda.
Manfaatnya sebagai obat menjadikan jambu biji merupakan tanaman yang
layak dibudidayakan secara ekonomi. Pengolahan pasca panen jambu biji
juga dapat dibuat dengan banyak varietas olahan makanan seperti roti,
permen, minuman, dan olahan makanan lainnya (Desiyana, 2015).
Komoditas sayur yang ditanam petani yang menjadi narasumber dalam
praktikum TPT Hortikultura adalah kacang panjang. Tanaman kacang
panjang merupakan tanaman semak, menjalar, semusim dengan tinggi kurang
lebih 2,5 m. Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau
dengan permukaan licin. Daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang 6 –
8 cm, lebar 3 – 4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip,
pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan
berwarna hijau. Tanaman kacang panjang memiliki akar tunggang berwarna
coklat muda. Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai
silindris,berwarna hijau keputihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna
putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm, kepala
sari kuning, putik bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm,
dan berwarna ungu. Buahnya berbentuk polong bulat, panjang dan ramping.
Panjang polong sekitar 10 – 80 cm. Warna polong hijau muda sampai hijau
keputihan. Setelah tua warna polong putih kekuningan
(Haryanto, 2007).
Bunga kacang panjang menyerbuk sendiri. Penyerbukan silang dengan
bantuan serangga dapat juga terjadi dengan kemungkinan 10%. Tidak setiap
bunga dapat menjadi polong, hanya 1 – 4 bunga yang dapat menjadi polong.
Karakteristik polong muda yang siap dipanen adalah ukuran polong telah
maksimal, mudah dipatahkan, dan biji-bijinya di dalam polong tidak
menonjol. Waktu panen yang paling baik pada pagi atau sore hari. Umur
tanaman siap panen 3,5 – 4 bulan. Kacang panjang merupakan tanaman yang
kaya akan protein dan mengandung zat folat, mangan, fosfor, magnesium,
thiamine, zat besi serta vitamin A, C, K. kacang panjang mempunyai peranan
penting dalam menyuburkan tanah. Peranan tersebut dikarenakan tanaman
kacang panjang mempunyai bintil-bintil akar yang bias mengikat nitrogen
bebas di udara. Kelebihan tersebut menjadikan tanaman kacang panjang
menjadi tanaman sela di persawahan dan pekarangan rumah
(Paeru, 2015).
Kacang panjang varietas parade merupakan salah satu varietas unggul.
Penciri utama dari varietas parade adalah warna kelopak bunga ungu
kehijauan, warna paruh polong hijau, biji coklat dengan ujung putih .
Keunggulan varietas parade adalah produksi tinggi, tahan Gemini Virus /
Mungbean Yellow Mosaic India Virus (MYMIV). Varietas ini dapat
beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan ketinggian 50 – 300 m dpl.
WArna polong muda dari varietas ini adalah hijau agak kekuningan dan
warna polong tua adalah hijau agak tua. Tekstur dari polong muda adalah
renyah dan rasanya manis. Umur tanaman mulai berbunga 34 – 36 hari
setelah tanam sedangkan umur mulai panen 43 – 45 hari setelah tanam.
Bentuk polong dari varietas parade adalah silindris dengan ukuran panjang
polong 65,78 – 66,53 cm, diameter 0,69 – 0,71 cm
(Susetio, 2014).
Tanaman kacang panjang tumbuh baik di dataran rendah sampai
menengah hingga ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Data
mengenai ketinggian tempat tumbuhnyamembuat tanaman kacang panjang
menjadi salah satu tanaman sayuran yang layak dibudidayakan karena dapat
tumbuh dengan baik pada dataran rendah. Ketinggian di atas 700 meter di
atas permukaan laut, tanaman kacang panjang pertumbuhannya akan
terhambat. Penanaman di dataran tinggi, usia panen relatif lama dari saat
tanam, tingkat produksi ataupun produktivitasnya lebih rendah apabila di
banding dengan dataran rendah. Tanaman tumbuh baik pada tanah latosol,
subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik, pH
sekitar 5,5 – 6,5. Apabila pH terlampau basa (di atas pH 6, 5) mengakibatkan
pecahnya nodula-nodula akar Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan kacang
panjang adalah 25 – 35 derajat C pada siang hari dan pada malam hari sekitar
15οC, tempat terbuka (memperoleh cahaya matahari penuh), iklimnya kering,
curah hujan pada 600-1. 500 mm (Zaevie, 2014).
Buah merupakan bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau putih
dan biasanya berbiji, sedangkan sayur merupakan daun-daunan, tumbuh-
tumbuhan, polong atau bijian, dan sebagainya yang dapat dimasak. Secara
botani, buah merupakan bagian dari tanaman yang strukturnya mengelilingi
biji dimana struktur tersebut berasal dari indung telur atau sebagai bagian dari
bunga itu sendiri. Buah adalah organ pada pertumbuhan berbunga yang
merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah-buahan
merupakan santapan terakhir dalam suatu acara makan atau dapat dimakan
kapan saja untuk mendapatkan rasa manis. Buah biasanya dimakan mentah,
tetapi dapat juga diolah atau diawetkan Sayur adalah bahan makanan yang
berasal dari bagian tumbuhan seperti daun, batang, dan bunga Wortel
tergolong sebagai sayuran, sedangkan tomat tergolong sebagai buah jika
ditinjau dari pengertian secara botani
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014).
Sayur merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat,
magnesium, kalium dan serat serta tidak mengandung lemak dan kolesterol.
Sayuran daun berwarna hijau, dan sayuran berwarna jingga seperti wortel dan
tomat mengandung lebih banyak provitamin A berupa betakaroten daripada
sayuran tidak berwarna. Sayuran berwarna hijau disamping itu kaya akan
kalsium, zat besi, asam folat, dan vitamin C. Sayuran juga dikenal sebagai
bahan pangan yang mempunyai banyak khasiat bagi kehidupan manusia.
Sayur mempunyai fungsi yang sama dalam tubuh yaitu sebagai penyedia
vitamin dan mineral. DContoh sayuran berwarna hijau adalah bayam,
kangkungm daun singkong, daun kacang, daun katuk dan daun pepaya.
Semakin hijau warna daun, semakin kaya akan zat-zat gizi (Almatsier, 2004)
Buah merupakan kebutuhan penting untuk tubuh kita. Buah-buahan
merupakan sumber vitamin dan mineral, tetapi pada jenis buah-buahan
tersebut juga menghasilkan cukup banyak energi. Buah-buahan biasanya
dipergunakan sebagai pencuci mulut. Pada umumnya, buah pencuci mulut
memberikan rasa manis dan kadang-kadang memberikan rasa asam. Rasa
manis ini berasal dari sukrosa, glukosa, maltosa atau fruktosa. Yang
mengandung fruktosa, buah akan terasa manis, sedangkan yang mengandung
glukosa dan maltosa kurang begitu manis. Buah tidak mengandung natrium,
lemak (kecuali alpokat) dan kolesterol. Porsi buah yang dianjurkan sehari
untuk dewasa adalah sebanyak 200-300 gram (Wirakusumah, 2007).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan tempat Praktikum
Praktikum acara budidaya buah dan sayur dilaksanakan pada 22
April 2018 pada pukul 12.00 – selesai di rumah petani.
2. Alat dan bahan
a. Alat : Alat tulis dan alat dokumentasi
b. Bahan : Buah jambu biji dan sayur kacang panjang
3. Cara kerja
a. Mengunjungi lahan milik petani buah dan sayuran yang telah
ditentukan
b. Melakukan wawancara dengan petani terkait dengan tata cara
budidaya tanaman sayuran dan buah yang ditanam, meliputi sarana
produksi, serta teknik budidaya dari persiapan lahan sampai
pemanenan dan pasca panen.
c. Menggambarkan denah lahan petani yang dikunjungi
d. Mendokumentasikan kegiatan wawancara yang dilakukan.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil pengamatan
a. Data Diri
Nama Narasumber : Herry Satya
Alamat Narasumber : Kemuning, Ngargoyoso
Komoditas : Jambu biji
Pewawancara : 1. Elfrida Saragih
2. Faedah Fitriana
3. Faricha Nissa
4. Kurnia
5. Nurwahyuni
b. Denah Lokasi Pertanaman
JAMBU BIJI
c. Data Diri
Nama Narasumber : Bapak Jono
Alamat Narasumber : Karangturi, Triyagan, Mojolaban
Komoditas : Kacang panjang
Pewawancara : 1. Elfrida Saragih
2. Faedah Fitriana
3. Faricha Nissa
4. Kurnia
5. Nur Wahyuni
d. Denah Lokasi Pertanaman
Lahan
Lahan
2. Pembahasan
a. Jambu Biji
Kelompok 5 melakukan observasi lapangan pada komoditas
jambu biji. Observasi dilakukan di kawasan kemuning, Karanganyar
dengan narasumber bernama Herry Satya. Jambu biji merupakan
salah satu komoditas hortikultura yang dikonsumsi buahnya.
Menurut Parimin dalam Salimah (2014) jambu biji merah (Psidium
guajava L.) merupakan buah klimakterik yang mudah rusak dan
kerusakan pasca panen jambu biji merah mencapai 30-40%. Usaha
untuk mengurangi angka kerusakan jambu biji merah adalah dengan
memanfaatkan olahan buahnya seperti sari buah, jeli, selai dan
dodol. Berdasarkan hasil observasi komoditas jambu merah
menggunakan varietas getas merah. Varietas getas merah merupakan
persilangan antara jambu pasar minggu dengan jambu bangkok.
Jambu pasar minggu memiliki keunggulan produktif dan jambu
bangkok memiliki keunggulan buahnya yang besar.
Benih yang digunakan oleh narasumber adalah bibit jambu dari
kota Purwerjo untuk pertama kali tanam, selanjutnya untuk
perbanyakan tanaman jambu biji, narasumber menggunakan
cangkokan dari tanaman pertama. Tahapan budidaya tanaman
hortikultura pada umumnya menggunakan teknik persemaian.
Persemaian adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dan
produktivitas tanaman budiday, namun narasumber dalam observasi
yang kami lakukan tidak menggunakan persemaian karena beliau
membeli benih yang sudah disemai (bibit) sebagai bahan tanam.
Media yang digunakan narasuber untuk menanam adalah tanah dari
pekarangan sekitar rumah.
Salah satu tahapan budidaya tanaman hortikultura adalah
pemupukan. Pemupukan dilakukan untuk menyediakan ataupun
menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. berdasarkan hasil
observasi, dalam satu tahun narasumber menggunakan 2 kali pupuk
kandang dan NPK. Pupuk kandang digunakan untuk memperbaiki
struktur tanah dan pupuk NPK dapat menyediakan undur hara makro
bagi tanaman. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Mahendra
(2017) bahwa jambu biji dapat berproduksi dengan baik apabila
dipupuk dengan jenis pupuk yang tepat dan dengan dosis dan waktu
aplikasi yang tepat pula, paling tidak dengan pupuk organik dan
pupuk yang mengandung hara makro N, P, dan K. Jenis pupuk lain
yang digunakan narasumber adalah pupuk daun gandasil. Pupuk
daun ini dipalikasikan pada daun tanaman biji dan berfungsi untuk
merangsang buah.
Perawatan yang dilakukan narasumber tidak menggunakan
pestisida, pengendalian hama dilakukan manual dengan menutup
pake plastic buah jambu biji. Pembungkusan dilakukan untuk
mencegah lalat buah dan menurut Winarti dalam Candra (2017)
pembungkusan dilakukan sedini mungkin sebelum lalat buah
meletakkan telur yaitu sebelum buah masak. Bahan pembungkus dari
pembungkus kertas semen dan pembungkus plastik transparan
hingga akhir panen buah jambu biji mampu melindungi buah dari
serangan lalat buah. Perlatan yang dibutuhkan untuk budidaya
tanaman peralatan pertanian pada umumnya seperti cangkul,
angkong, dan garu untuk pengolahan tanam, plastik untuk
melindungi buah dari hama, gala beserta jarring, gunting pangkas,
dan keranjang untuk memanen buah jambu biji.
Secara umum, biji yang akan digunakan untuk benih sebaiknya
diambil dari buah yang sudah masak di pohon lalu kemudian
disemai. Eviyanti (2017) menyatakan bahwa sebelum disemaikan,
biji jambu harus dibersihkan dari daging buah dan diseleksi biji yang
bernas,untuk menentukan biji yang bernas atau tidak dapat dilakukan
dengan merendam biji kedalam air. Bila biji yang direndam tersebut
mengapung atau mengambang menunjukkan bahwa biji tersebut
hampa atau tidak baik dan harus dibuang dan hanya biji–biji yang
tenggelam yang digunakan sebagai benih.Penyemaian biji harus
dilakukan di tempat yang dekat dengan sumber air, dan letaknya
strategis agar mudah pengelolaannya. Proses penyemaian harus
memiliki naungan untuk melindungi benih dari teriknya sinar
matahari langsung dan derasnya air hujan. Selanjutnya tempat
persemaian ini diisi dengan media semai (pasir halus) ataupun bisa
dengan campuran tanah dan pupuk kandang dengan ketebalan 10
cm atau lebih. Berdasarkan data observasi narasumber tidak
melakukan persemaian karena beliu membeli sumber benih dalam
bentuk bibit dari kota Purwerjo.
Jambu biji umumnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah
namun diusahakan adalah tanah yang subur. Sebagai salah satu
syarat dalam mempersiapkan lahan kebun buah-buahan khususnya
jambu biji dipilih tanah yg subur, banyak mengandung unsur
nitrogen, meskipun pada daerah perbukitan tetapi tanahnya subur.
Persiapan lahan yang dilakukan narasumber adalah pembukaan lahan
yang dulunya semak-semak kemudian dijadikan lahan untuk
budidaya jambu biji. Menurut Redaksi Trubus (2014), persiapan
lahan yang perlu dilakukan adalah survei lahan, pembukaan lahan,
dan persiapan bibit. Berdasarkan hasil observasi, pada masa pertama
kali menanam jambu biji narasumber membuat lubang tanam sebesar
0,5 m dengan jarak tanam 50 x 50. Tahapan selanjutnya adalah
pemberian pupuk kandang pada setiap lubang tanam, satu lubang
tanam diberi satu ember pupuk kandang. Pupuk dasar yang
umumnya digunakan adalah pupuk kandang dan menurut Subowo
dalam Atmaja (2016) pengkayaan pupuk kandang dalam tanah dapat
meningkatkan aktivitas organisme tanah yang selanjutnya akan
memperbaiki dan mempertahankan kesuburan tanah.
Penanaman pada tanaman jambu biji dapat dilakukan dengan
menggunakan biji dan kemudian dilakukan persemaian. Selanjutnya
dilakukan pemindahan tanaman semai pada lahan budidaya yang
telah disiapkan. Selain dengan menggunakan biji, penanaman dan
perbanyakan jambu biji juga dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik cangkok. Berdasarkan hasil observasi, narasumber
menggunakan bibit yang dibeli dari kota Purwerjo sebagai bahan
tanam pertama sekali. Bibit yang ditanam pertama sekali jumlah
sekitar 50 bibit. Penanaman selanjutnya narasumber menggunakan
teknik mencangkok sehingga setelah 6,5 tahun melakukan usaha
jambu biji, sekarang beliau memiliki kurang lebih 400 pohon.
Dewasa ini kebanyakan orang menanam tanaman jambu biji dan
tanaman buah lainnya dengan menggunakan tanaman hasil cangkok
karena hasilnya lebih terjamin. Prameswari (2014) menyatakan
bahwa untuk mendapatkan tanaman yang berbuah lebih cepat
daripada tanaman yang berasal dari biji dan buah yang dihasilkan
serupa buah dari tanaman induknya, perbanyakan vegetatif melalui
cangkok merupakan salah satu alternatif. Mencangkok merupakan
salah satu teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau
pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk
merangsang terbentuknya akar.
Pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman jambu biji meliputi
pemupukan, pengairan, pemangkasan, dan perlindungan dari hama.
Pemupukan yang dilakukan adalah pupuk dasar berupa pupuk
kandang pada saat pengolahan tanah dan pupuk susulan berupa
pupuk NPK dan pupuk daun. Pupuk NPK digunakan untuk
menyediakan unsur hara makro essensial yang dibutuhkan oleh
tanaman. Berdasarkan hasil observasi, narasumber menggunakan
pupuk NPK setiap 2 kali dalam setahun sama seperti penggunaan
pupuk kandang. Jenis pupuk lainnnya adalah pupuk daun gandasil.
Pupuk ini diaplikasikan pada daun tanaman jambu biji yang
bertujuan untuk merangsang pembuahan. Pernyataan tersebut sesuai
dengan pendapat Anggarsari (2017) bahwapupuk gandasil
B merupakan salah satu pupuk NPK majemuk yang mampu
membantu dalam merangsang proses munculnya bunga tanaman pada
tanaman yang telah dewasa dengan lebih cepat. Gandasil B
merupakan pupuk daun foliar yang lengkap dan sempurna dan
berbentuk kristal yang mudah larut dalam air, pupuk ini bekerja
dengan cara merangsang keluarnya bunga, pembentukan buah pada
tanaman buah, sehingga pupuk ini dapat membantu memaksimalkan
hasil produksi baik itu bunga maupun buah.
Pemeliharaan yang selanjutnya adalah pengairan. Berdasarkan
hasil observasi, narasumber menggunakan air tadah hujan pada
musim penghujan dan air irigasi pada musim kemarau. Tidak ada
kendala pada pengairan tanaman sebab air melipah pada daerah
narasumber. Selain pengairan perawatan yang dilakukan pada
tanaman jambu biji adalah pemangkasan. Tujuan dari pemangkasan
pemeliharaan adalah supaya tanaman jambu biji yang telah dibentuk
pohonnya tetap menjadi seperti yang telah dibentuk sebelumnya dan
untuk mempertahankan bentuknya tersebutlah dibutuhkan
pemangkasan pemeliharaan. Proses pemangkasan pemeliharaan juga
akan memangkas tunas-tunas yang sudah mulai membusuk dan
memacu pembungaan. Pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian
Singh dalam jurnal Fitria (2016) bahwa pemangkasan dapat
meningkatkan jumlah bunga tanaman jambu biji, pemangkasan
mematahkan dominansi apikal sehingga memicu tumbuhnya tunas
lateral yang pada akhirnya diikuti keluarnya tangkai bunga. Kendala
yang umumnya ada pada budidaya jambu biji adalah lalat buah dan
kalong. Penanganan terhadap hama tersebut biasanya dilakukan
secara manual dengan menggunakan plastik untuk melindungi buah.
Menurut narasumber yang diwawancara kelompok 5, penggunaan
plastic sebagai pengendalian hama sudah cukup yakni 80 % mampu
mencegah kerusakan hama.
Buah jambu biji umumnya membutuhkan waktu 2-3 tahun untuk
bias berbuah. Namum pada pertanaman jambu biji secara cangkok
yakni 6 bulan sudah bisa berbuah. Narasumber kelompok 5
melakukan panen seecara manual yakni menggunakan gala yang
memiliki jarring dan keranjang. Berdasarkan data dari narasumber,
dalam satu musim bisa dilakukan 2 kali panen dan jika sedang panen
raya dan satu pohonnya sekali panen dapat berbuah sebanyak 20
buah, pemanenan dilakukan 2 hari sekali sebanyak 4 kwintal.
Penyerbukan pada tanaman jambu biji narasumber dilakukan oleh
serangga. Proses panen pada buah jambu biji harus dilakukan secara
hati-hati karena buah jambu biji mudah rusak. Pemanenan juga harus
dilakukan pada waktu yang tepat, jika waktu pemanenan terlalu
lama, hasil tidak dapat dijual karena dalam proses distribusi buah
akan membusuk. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian
Maryono (2013) dalam jurnalnya menyatakan cara pemanenan yg
terbaik adalah dipetik beserta tangkainya, yg sudah matang (hanya
yg sudah masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon agar
tidak menjadi rusak, pemangkasan dilakukan agar muncul tunas baru
dan dapat berbuah dengan baik.
Pengolahan pasca panen pada buah jambu biji merupakan hal
yang sangat penting karena jambu biji merupakan buah klimaterik.
Buah klimakterik adalah buah yang mengalami lonjakan respirasi
dan produksi etilen setelah dipanen. Tetap berlangsungnya proses
respirasi dapat berbahaya karena cepat busuk dan Dumadi dalam
Desmonda (2016) menyatakan bahwa saat perubahan tekstur buah
menjadi lunak dan diikuti oleh kadar pati yang menuru. Kerusakan
produk buah-buahan dapat disebabkan oleh tingginya laju respirasi
dan suhu penyimpanan serta penanganan pasca panen yang kurang
baik. Fransiska (2013) dalam jurnalnya jumga menyatakan
bahwaselama penyimpanan, hasil pertanian masih melakukan
respirasi yakni proses penguraian zat pati atau gula dengan
mengambil oksigen dan menghasilkan karbondioksida, air serta
energi. Berdasarkan hasil observasi, narasumber mengelola jambu
biji menjadi jajanan tradisional yang dikenal dengan nama produk
kumbang jambu. Pengolahan jambu biji menjadi kumbang jambu
hanya sedikit dari hasil panen, kebanyakan buah jambu bijinya dijual
secara langsung ke pasar maupun melalui tengkulak. Harga rata-rata
yang diperoleh narasumber adalah lima ribu rupiah per kilogramnya
dan harga tertinggi yang bias diperoleh narasumber adalah tiga belas
ribu rupiah per kilogramnya.
b. Kacang panjang
Kacang panjang merupakan salah satu tanaman sayuran
sebagai sumber vitamin dan mineral. Fungsinya sebagai pengatur
metabolisme tubuh, meningkatkan kecerdasan dan ketahanan tubuh
memperlancar proses pencernaan karena kandungan seratnya yang
tinggi.Kacang panjang dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok merambat dan tidak merambat dan Zaevie (2014)
menyatakan dalam jurnalnya bahwa kelompok kacang panjang yang
banyak dibudidayakan adalah jenis kacang panjang yang merambat,
cirinya tanaman membelit pada ajir dan buahnya panjang ± 40-70
cm berwarna hijau atau putih kehijauan. Berdasarkan hasil observasi,
varietas yang digunakan narasumber kelompok 5 adalah kacang
panjang varietas parada. Varitas parade dapat berproduksi dengan
baik pada dataran rendah dan Susetio (2014) dalam jurnalnya
menyatakan bahwa ciri utama varietas parade adalah warna kelopak
bunga ungu kehijauan, warna paruh polong hijau, biji coklat dengan
ujung putih. Keunggulan varietas parade adalah produksi tinggi,
tahan Gemini Virus / Mungbean Yellow Mosaic India Virus
(MYMIV).
Berdasarkan hasil observasi terhadap narasumber, benih
kacang panjang didapatkan dari saprodi yang berada di Palur. Bapak
Jono mengeluarkan uang sebesar Rp. 200.000,00 untuk membeli
benih kacang panjang yang nantinya akan digunakan untuk 2 lahan
dimana lahannya seluas 300 m² dan 200 m². Persemaian pada
tanaman kacang panjang biasanya dilakukan dengan menggunakan
media tanam tanah yang dicampur dengan sekam. Sekam yang baik
digunakan untuk persemaina adalah sekam yang dibakar dan hal ini
sejalan dengan penelitian Arinong (2014) bahwa abu sekam padi
mempunyai kandungan silika yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil
observasi seminggu setelah persiapan lahan dilakukan penanaman
benih secara langsung tanpa melalui persemaian.
Pemupukan dasar pada budidaya tanaman kacang panjang
umumnya menggunakan pupuk kandang dan dolomit sebagai
penetral pH. Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang sangat
baik untuk memperbaiki struktur tanah dan hal ini sejalan dengan
pendapat Arniana (2012) bahwa penambahan bahan organik seperti
pupuk kandang ke dalam tanah merupakan alternatif yang lebih
menguntungkan baik dari segi teknis, ekonomis, sosial, maupun dari
segi lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran dan dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Berdasarkan hasil
observasi narasumber menggunakan pupuk kandang sebanyak 1
mobil bak dan pupuk NPK yang disebar secara merata sebagai
pupuk dasar dan pupuk kimia semprot serta pupuk daun sebagai
pupuk susulan.
Penggunaan pestisida pada budidaya tanaman kacang panjang
umunya dikarenakan terdapat masalah hama dan penyakit. Hama
yang umumnya menyerang tanaman kacang panjang adalah hama
kutu. Berdasrkan hasil observasi pada lahan narasumber hama yang
sering menyerang adlah kutu cambuk dan dikendalikan dengan
pestisida. Narasumber menggunakan pestisida hanya pada saat hama
pada lahan sudah mulai banyak. Peralatan yang digunakan pada
budidaya kacang panjang oleh narasumber dalah alsintan pada
umumnya seperti cangkul, gembor, angkok untuk memindahkan dan
mengangkut pupuk kandang.
Benih kacang panjang yang digunakan untuk budidaya harus
mengacu pada ketentuan-ketentuan penangkaran benih dan kelas
benih yang dihasilkan . Sesuai dengan ketentuan benih yang
bersertifikat dan berlabel, beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah penampilan benih bernas (tidak keriput), benihnya murni
(tidak tercampur) dengan varietas maupun kotoran lain, daya
kecambahnya 85 % atau lebih, tidak cacat atau rusak,tidak terinfeksi
penyakit dan Kaswirnarni (2014) dalam jurnalnya menyatakan
bahwa budidaya kacang panjang umunya tanpa persemaian dan
langsung ditanam pada tanah agar mempermudah budidaya dan
mengurangi biaya tenaga kerja.
Persiapan lahan pada budidaya kacang panjang meliputi
penggemburan tanah dan pemberian mulsa. Tanah yang baik untuk
budidaya adalah tanah dengan sturuktur remah agar akar tanaman
dapat menyerap air dan hara secara optimal. Persiapan lahan yang
dilakukan oleh Bapak Jono adalah dengan cara mengolah tanah
terlebih dahulu. Kemudian setelah tanah diolah diberikan pupuk
kandang sebanyak 1 mobil bak dan pupuk NPK yang disebar secara
merata. Setelah dilakukan pemupukan dibuat bedengan dengan
panjang 80 m x 20 m, kemudian bedengan diberi mulsa yang
bertujuan untuk meminimalkan pertumbuhan gulma.penggunaan
mulsa yang baik adalah mulsa hitam perak dan hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Nurbaiti (2017) penggunaan mulsa plastik hitam
perak memberikan respon paling baik dibandingkan dengan mulsa
plastik hitam maupun mulsa jerami.
Penanaman yang dilakukan pada budidaya tanaman kacang
panjang umumnya tanpa persemaian, benih langsung ditanam pada
lahan dengan jarak tanam tertentu. Menurut Siregar AS et al. (2014),
budidaya kacang panjang dapat dilakukan sepanjang musim, namun
kebiasaan petani menanamnya di awal musim hujan, terkecuali
untuk tanah sawah, petani biasanya menanam di musim kemarau.
Berdasarkan hasil observasi seminggu setelah persiapan lahan
dilakukan penanaman benih secara langsung tanpa melalui
persemaian dengan jumlah benih yang ditanam perlubang sebanyak
2 benih dan jarak tanamnya 60 cm x 40 cm. Jarak tanam merupakan
unsur yang penting dalam produksi tanaman dan Yudianto (2015)
menyatakan bahwa Jarak tanam yang semakin lebar akan menyerap
unsur hara dan air yang relatif lebih besar, karena perkembangan
akar lebih baik dan proses fotosintesis juga lebih sempurna.
Penanaman menggunakan 2 benih perlubang tanam bertujuan
apabila salah satu benih tidak tumbuh maka satu benih lainnya
berfungsi sebagai cadangan. Alasan bapak Jono tidak melakukan
persemaian karena benih yang akan ditanam merupakan benih
unggul sehingga tidak memerlukan persemaian terlebih dahulu.
Pemeliharaan pada budidaya tanaman kacang panjang meliputi
pemberian anjir, pemupukan, dan penyiraman. Ajir berfungsi
sebagai tempat merambatnya tanaman kacang panajang karena
varietas yang digunakan adalah varietas yang merambat.
Berdasarkan hasil observasi panjang ajir yang digunakan adalah 175
cm. Penggunaan ajir bertujuan agar tanaman kacang panjang dapat
merambat dengan baik dan teratur. Ajir dipasang satu minggu
setelah dilakukan penanaman dengan tujuan supaya tidak merusak
perakaran tanaman apabila ajir dipasang ketika tanaman sudah
tumbuh besar.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk NPK,
pupuk kimia semprot, dan pupuk daun. Penggunaan pupuk kandang
penting karena merupakan pupuk organic dan Arinong (2014)
menyatakan Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan
kandungan K dan Ca tanah serta pH tanah yang sangat mendukung
produksi tanaman. Penggunaan pupuk NPK sangat membantu dalam
produksi tanaman dan hal ini sejalan dengan pendapat Marsiwi
(2015) dalam penelitiannya bahwa penambahan NPK akan
meningkatkan kemampuan tanaman melakukan fotosinstesis
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.Pupuk kandang
dan NPK yang digunakan sebesar 1 mobil bak dan hanya digunakan
saat pengolahan lahan. Pupuk kimia sempot dan pupuk daun
diberikan 2 minggu sekali dengan takaran sesuai seperti petunjuk
penggunaan yang terdapat pada kemasan pupuk.
Pengairan yang dilakukan oleh bapak Jono menggunakan air
hujan, namun jika tidak turun hujan maka pengairannya
menggunakan air sumur. Apabila menggunakan air sumur
pengairannya dilakukan satu minggu 2 sampai 3 kali.Menurut bapak
Jono hama yang biasanya menyerang adalah cabuk yaitu sejenis kutu
hitam. Pengendalian OPT yang dilakukan oleh bapak Jono
menggunakan mulsa dan pestisida dengan cara disemprot. Pestisida
yang digunakan adalah sifin dan prepaton. Takaran yang digunakan
sebesar 500 ml pestisida dicampurkan dengan 20 L air. Pestisida
hanya disemprotkan apabila terdapat hama pada tanaman.Bapak
Jono tidak melakukan pemangkasan pada tanaman kacang panjang,
namun hanya mengatur agar tanaman kacang panjang dapat
merambat dengan baik pada ajir. Apabila tanaman dapat merambat
dengan baik maka tanaman kacang panjang akan menghasilkan buah
yang banyak.
Kacang panjang dapat dipanen apabila sudah berumur 40 hari
setelah tanam. Kriteria tanaman yang sudah siap panen adalah
buahnya tebal, berwarna semu putih, biji sudah cukup besar, dan
buahnya sudah lumayan panjang biasanya berkisar antara 70-80 cm.
Kriteria panen tersebut biasanya tidak sama dalam satu lahan, hal ini
disebabkan adanya faktir lingkungan seperti pendapat Marmodion
(2014) bahwa perbedaan penampilan dapat disebabkan karena
kondisi suhu, cahaya, musim, substrat dan nutrisi. panen dilakukan
dengan cara dipetik, dan biasanya buah yang dipetik masih muda
karena yang dibutuhkan oleh pasar adalah yang muda.Apabila
kacang panjang sudah berumur 40 hari setelah tanam maka buah
kacang panjang dapat dipanen atau dipetik setiap satu hari satu kali.
Satu hari setiap lahan dapat menghasilkan 10-15 kg. Jadi total hasil
panen satu harinya berkisar antara 20-30 kg.
Kacang panjang yang sudah dipanen sebelum dijual akan
disortir terlebih dahulu. Menurut Gunada (2017) pengolahan
pascapanen pada tanaman kacang panjang meliputi sortasi, grading,
pencucian, pengemasan, dan penyimpanan. Menurut Arniana (2012)
juga menyatakan kacang panjang tidak dapat bertahan lama
sehingga butuh penyimpanan yang tepat. Kacang panjang akan
disortir berdasarkan panjangnya. Setelah disortir lalu kacang panjang
akan diikat, satu ikat biasanya sebesar 1 kg.Kacang panjang yang
sudah siap untuk dijual, biasanya akan dijualkan oleh Istri Bapak
Jono secara langsung di Pasar Jaten. Alasan beliau tidak menjualkan
hasil panennya kepada tengkulak ataupun pedagang sayur yang ada
di pasar adalah karena harganya terlalu rendah. Biasanya istri Bapak
Jono menjual 1 kg kacang panjang dengan harga Rp. 5000,00.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum hortikultura acara budidayabuah dan
sayur adalah sebagai berikut:
a. Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan
modifikasi lanjut bakal buah (ovarium). Sayur adalah tanaman
hortikultura yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan
umumnya berwarna hijau.
b. Cara penanaman antara buah dan sayur berbeda yaitu untuk
penanaman buah dengan biji tanpa persemaian dan untuk henerasi
selanjutnya dilakukan pembiakan vegetative sedangkan buah dengan
pembibitan pada petakan tanah.
c. Budidaya jambu biji dan kacang panjang dilakukan dengan
penanganan yang cukup baik sehingga hasil produksi yang cukup
banyak.
2. Saran
Saran untuk pelaksanaan praktikum ini guna memperbaiki
pelaksanaan praktikum ini kedepanya yakni agar dalam pelaksanaan
praktikum ini adanya pendampingan, penjelasan dan koordinasi dari
coass,sehingga koas dapat menjelaskan hal – hal yang membingungkan
praktikan saat praktikum berlangsung di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004. Prinsip dasar ilmu gizi. PT. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum.
Amanto B, Ishartani D, Nurlaini A. 2016. Kinetika degradasi l-asam askorbat
pada proses pasteurisasi puree jambu biji (Psidium guajava) varietas getas
merah. J. Teknologi Hasil Pertanian 9(1): 62-70.
Anggasari D, Sumarni T, Islami T. 2017. Pengaruh pemangkasan pucuk dan
pupuk gandasil pada pertumbuhan dan hasil pertanaman kedelai (Glycine
max L.). J. Produksi Tanaman 5(4): 561-567.
Arinong A, Vadalisna, Salian R. 2014. Pertumbuhan dan produksi tanaman
kacang panjang (Vigna sinensisL.) dengan pemberian abu jerami dan abu
sekam padi. J. Agrisistem 10(2): 196-203.
Arniana A, Suaib, Karimuna L. 2012. Pemanfaatan residu bahan organik dan
fosfor untuk budidaya tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.). J.
Penelitian Agronomi 1(1): 8-15.
Atmaja et al. 2016. Kajian aplikasi pupuk kandang dan pupuk npk terhadap
kualitas dan mutu jambu biji merah (Psidium guajavaL.) kultivar getas pada
musim kemarau. J. Agrovigor 9(2): 111-117.
Candra D, Sutikno A, Salbiah D. 2013. Uji daya tahan beberapa bahan
pembungkus dalam mengendalikan lalat buah (Bactrocera spp.) pada
tanaman jambu biji (Psidium guajavaL.) di sentra pengembangan pertanian
Universitas Riau. J. Hortikultura 1(2): 1-12.
Departemen Pendidikan Nasional. 2014. Kamus besar bahasa indonesia cetakan
ke delapan belas edisi iv. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Desiyana S, Husni M, Zhafira. 2015. Uji efektivitas sediaan gel fraksi etil asetat
daun jambu biji (Psidium guajava linn) terhadap penyembuhan luka terbuka
pada mencit (Mus musculus). J. Natural 16(2): 23-32.
Desmona Y, Novita D, Lanya B. 2016. Pengaruh kalium permagnat dan berbagai
massa arang kayu terhadap mutu buah jambu biji selama penyimpanan. J.
Teknotan 10(2): 27-33.
Eviyanti R, Budirokhman D. 2017. Ibm budidaya dan penanganan pasca panen
buah jambu biji untuk pasar supermarket. J. Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat 5(2): 269-278.
Fitria, Lia. 2016. Kajian pertumbuhan, produksi dan kualitas jambu biji (Psidium
guajava L.) var. kristal pada asal bibit dan pemangkasan yang berbeda.
Bogor: IPBPress.
Fransiska et al. 2013. Karakteristik fisiologi manggis (Garcinia mangostanaL.)
dalam penyimpanan atmosfer termodifikasi. J. Teknik Pertanian Lampung
2(1): 1-6.
Gunada A, Wrasiati L, Yuarini D . 2017. Distribusi dan penanganan pascapanen
kacang panjang (Vigna sinensis L.) dari kecamatan baturiti ke kota
denpasar. J. Agroteknologi Tropika 6(1):91-100.
Hadiati S, Apriyanti S. 2015. Bertanam jambu biji di pekarangan. Jakarta:
AgriFlo.
Haryanto, E, Suhartini, T Rahayu, E. 2007. Budidaya kacang panjang. Jakarta:
Penebar swadaya.
Kaswanarni et al. 2014. Berbagai fenomena kacang panjang (Vigna sinensis)
terhadap penambahan kompos organik pada pemupukan batuan fosfat. J.
Bioma 4(1): 16-26.
Mahendra I, Rai I, Wiraatmaja I. 2017. Upaya meningkatkan produksi dan
kualitas buah jambu biji kristal (Psidium guajava L.) melalui pemupukan. J.
Agrotrop 7(1): 60-68.
Marmodion T, Purnamaningshi S, Kuswanto.2014. Penampilan delapan galur
kacang panjang (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) pada dua musim tanam. J.
Produksi Tanaman 2(3): 230-238.
Marsiwi T, Purwanti S, Prajitno D. 2015. Pengaruh jarak tanam dan takaran
pupuk npk terhadap pertumbuhan dan hasil benih kacang hijau (Vigna
radiata L. Wilczek). J. Vegetalika 4(2): 124-132.
Maryono et al. 2013. Efek pemberian buah jambu biji merah terhadap produksi
scfa dan kolesterol dalam caecum tikus hiperkolesterolemia. J. Agritech
33(3): 334-339.
Nurbaiti F, HAryono G, Suprapto A. 2017. Pengaruh pemberian mulsa dan jarak
tanam pada hasil tanaman kedelai (Glycine max, l. merrill.) var. grobogan. J.
Imu Pertanian Tropika dan Subtropika 2(2): 41-47.
Paeru RH dan Trias QD. 2015. Panduan praktis bertanam sayuran di
pekarangan. Bogor: Penebar Swadaya.
Prameswari Z, Trisnowati S, Waluyo S. 2014. Pengaruh macam media dan zat
pengatur tumbuh terhadap keberhasilan cangkok sawo (Manilkara zapota
(L.) Van royen) pada musim penghujan. J. Vegatalika 3(4): 107-118.
Redaksi Trubus. 2014. Jambu kristal. Depok: Trubus Swadaya.
Salimah D, Lindriati T, Purnomo B. 2015. Sifat fisik dan kimia puree jambu
bijimerah (Psidium guajavaL.) dengan penambahan gum arab dan gum
xanthan. J. Agroteknologi 9(2): 145-155.
Siregar AS, Dharma B, Fatimah Z. 2014. Keragaman jenis serangga di berbagai
tipe lahan sawah. J. Online Agroekoteknologi 2(4): 1640-1647.
Soedjito. 2008. Budidaya jambu merah. Yogyakarta: Kanisius.
Susetio H, Hidayat S. 2014. Respons lima varietas kacang panjang terhadap bean
common mosaic virus. J. Fitopatologi 10(4): 112-118.
Wirakusumah, Emma S. 2007. Mencegah osteoporosis lengkap dengan 39 jus dan
38 resep makanan. Jakarta: Penebar Plus
Yudianto A, Fajriani S, Aini N. 2015. Pengaruh jarak tanam dan frekuensi
pembumbunan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman garut (Marantha
arundinaceae L.). J. Produksi Tanaman 3(3): 172-181.
Zaevie B, Marisi N, Puji A. 2014. Respon tanaman kacang panjang (Vigna
sinensis L.) terhadap pemberian pupuk NPK pelangi dan pupuk organik cair
NASA. J. Agrifor 13(1): 19-32.