Anda di halaman 1dari 20

PENINGKATAN DAYA BERKECAMBAH DAN

VIGOR BENIH PARE (Momordica Charantia L )


MELALUI INVIGORASI

USUL PENELITIAN

Risky Yanto Saleh


NIM. 613 416 029

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Pujis yukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuni-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
yang berjudul “ Peningkatan Daya Berkecambah Dan Vigor Benih Pare
(Momordica Charantia L) Melalui Invigorasi ’’

i
Proposal penelitian ini disusun sebatas pengetahuan dan pengalaman yang
penulis miliki sehingga ada kemungkinan masih jauh dari kesempurnaan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal penelitian ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun bagi pembaca demi kesempurnaan proposal ini.
Semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan proposal penelitian, semoga segala
usaha kita bisa di ridhoi oleh ALLAH SWT.

Gorontalo, Mei, 2020

Risky Yanto Saleh

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

ii
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................5
2.1 Klasifikasi Pare (Momordica Charantia L)...........................................5
2.2 Macam jenis Pare...................................................................................5
2.3 Zat Pengantur Tumbuh (ZPT)................................................................5
2.3.1 Zat Pengatur Tumbuh Air Kelapa.....................................................6
2.3.2 Zat Pengatur Tumbuh Ekstrak Bawang Merah.................................6
2.4 Lama Perendaman..................................................................................7
2.5 Hipotesis.................................................................................................8
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................9
3.2 Alat Bahan..............................................................................................9
3.3 Rancangan Penelitian.............................................................................9
3.4 Prosedur Penelitian................................................................................10
3.5 Parameter Pengamatan...........................................................................11
3.6 Analisis Data..........................................................................................12
3.6 ................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman pare merupakan tanaman sayuran buah yang mempunyai nilai
kegunaan yang cukup tinggi bagi kesehatan manusia. Pare (Momordica charantia
L.) bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang
beriklim panas (tropis) yaitu Assam dan Burma.
Pare termasuk salah satu jenis sayuran berpotensi komersial bila
dibudidayakan secara intensif dalam skala agribisnis. Selain itu pare merupakan
komoditas usaha tani yang menguntungkan dan bahan dagangan di pasar local
serta pasar swalayan karena mengandung gizi yang tinggi yang lengkap serta
seluruh bagian tanaman pare berkhasiat obat (Rukmana, 1997). Perkembangan
penduduk Indonesia yang terus bertambah terimplikasi pada peningkatan akan
kebutuhan sayur-sayuran. Namun sayang petani Indonesia belum mampu
memenuhi kebutuhan sayur tersebut baik secara kualitas maupun kuantitas.
Meskipun prospek pasar pare cukup cerah, namun budidaya tanaman pare di
tingkat petani masih bersifat usaha sampingan. Pada umumnya budidaya tanaman
pare masih dilakukan dalam skala kecil tanpa pemeliharaan yang intensif sehingga
pertumbuhan masih kurang maksismal
Adapun salah satu faktor penyebab pertumbuhan pare kurang maksimal
produksinya yang disebabkan oleh kondisi lingkungan simpan yang kurang
mendukung serta infeksi patogen tertentu yang menjadi faktor pemicu cepatnya
kemunduran benih. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi yang mampu
meningkatkan mutu fisiologis dan kesehatan benih pare selama di penyimpanan.
Pada kenyataannya benih yang dihasilkan oleh sumber benih tidak semuanya
bermutu bagus, ada sebagian benih yang dihasilkan bermutu kurang bagus atau
rendah. Untuk mengatasi masalah benih-benih yang bermutu rendah perlu

1
dilakukan suatu perlakuan khusus. Invigorasi merupakan salah satu alternatif
untuk mengatasi mutu benih yang rendah dengan cara memperlakukan benih
sebelum ditanam. Invigorasi didefinisikan sebagai salah satu perlakuan fisik,
fisiologik dan biokimia untuk mengoptimalkan viabilitas benih, sehingga benih
mampu tumbuh cepat, dan serempak pada kondisi yang beragam (Basu dan
Rudrapal, 1982).
Invigorasi adalah usaha yang dilakukan terhadap benih untuk meningkatkan
viabilitas dan vigor pada benih yang belum mengalami kemunduran lanjut.
Invigorasi atau priming pada benih dapat dilakukan melalui hydropriming yaitu
suatu cara perendaman benih dengan menggunakan larutan tertentu. Bahan-bahan
yang dapat digunakan pada teknik hydropriming di antaranya air kelapa, ekstrak
jagung, pisang ambon, tauge dan ekstrak tomat (Raharja, 1998).
Perlakuan hydropriming pada kondisi stres lingkungan meningkatkan karakter
perkecambahan benih Secale montanum (Ansari dan Zadeh, 2012b),
meningkatkan daya berkecambah dan pertumbuhan yang cepat pada galur inbred
jagung (Janmohammadi et al., 2008) dan meningkatkan daya berkecambah benih
Vigna radiata L. pada kondisi stress lingkungan (Posmyk dan Janas, 2007). Hasil
penelitian Basra et al. (2006) pada benih padi menunjukkan bahwa perlakuan
vitamin priming dengan asam askorbat 10 ppm selama 48 jam mampu
mempercepat waktu benih untuk berkecambah 50%, serta meningkatkan
keseragaman perkecambahan, kecepatan tumbuh, daya berkecambah, panjang
akar, panjang pumula, bobot basah dan bobot kering kecambah.
Lama perendaman benih sangat mempengaruhi dalam
prosesperkecambahan karena semakin lama waktu untuk perendaman
semakin baik persentase jumlah benih yang berkecambah. Sebaliknya pada
biji yang tidak direndam, kulit biji menjadi keras sehingga proses
perkembangannya menjadi lambat. Keberadaan air bagi biji akan

2
mengimbibisi dinding sel biji dan menentukan turgor sel sebelum
membelah. Biji dapat diketahui berkecambah jika yang pertama muncul dari
biji tersebut adalah radikula (akar lembaga) yang berasal dari kulit biji yang
pecah akibat pembengkakan biji setelah biji mengalami proses imbibisi. Pada biji
yang kering gas O2 akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding
sel kulit biji dan embrio telah menyerap air, maka suplai oksigen akan
meningkat pada sel-sel hidup, sehingga terjadinya proses respirasi dan CO2 yang
dihasilkan lebih mudah berdifusi keluar. Sedangkan untuk biji yang tidak
direndam, dinding selnya hampir tidak permeable untuk gas, sehingga
masuknya O2 ke dalam biji akan menjadi lambat. Pada biji yang direndam dengan
air dapat membentuk alat transport makanan yang berasal dari endosperm,
kotiledon pada titik tumbuh pada embrionik di ujung yang nantinya akan
digunakan untuk membentuk protoplasma baru. Ketika suplai air rendah atau
tidak tersedia maka pembentukan sitoplasma baru akan berlangsung sangat lambat
karena air sangat berpengaruhterhadap kecepatan reaksi biokimia dalam sel yang
berhubungan dengan kerja enzim (Kusuma, 2013).

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana meningkatkan daya berkecambah dan vigor pada benih pare
2. Berapa lama waktu perendaman dan perlakuan invigorasi yang terbaik
dalam meningkatkan daya berkecambah dan vigor benih pare

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengaruh beberapa perlakuan invigorasi benih dalam
meningkatkan daya kecambah dan vigor benih pare
2. Mengetahui berapa lama waktu perendaman dan pengaruh perlakuan
invigorasi benih terbaik guna meningkatkan daya kecambah dan vigor
benih pare

3
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi pada masyarakat tentang metode invigorasi guna
meningkatkan
2. Menambah wawasan mahasiswa dalam hal teknik invigorasi
3. Bahan pertimbangan pemerintah untuk melakukan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.3 Klasifikasi Tanaman Pare

4
Klasifikasi tanaman Pare (Momordica charantia L.)    
Secara ilmiah, tanaman pare diklasifikasikan sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Cucurbitales
Keluarga : Cucurbitaceae
Marga : Momordica
Jenis : Momordica charantia
(Tati, 2004)

2.2 Macam Macam Pare


Menurut Tati et al (2004) macam-macam pare terbagi tiga yaitu :
Pare hijau. Sesuai dengan warnanya pare ini berwarna hiau dan rasanya pahit.
Jenis pare hijau yang dikenal masyarakat antara lain pare ayam, pare kodok, dan
pare alas atau pare gengge. Buah pare hijau ini berbentuk lonjong kecil dan
berbintil halus. Ukurannya lebih kecil dibanding dengan pare putih.
Pare putih dikenal dengan nama pare gajih atau pare mentega. Buah pare putih
berwarna putih kekuningan, berbentuk bulat dengan panjang 30-50 cm, dan
berdaging tebal. Berbintil bintil besar yang arahnya sepanjang buah. Rasa buah
pare putih ini tidak terlalu pahit seperti pare hijau.
Pare ular dikenal dengan nama pare belut dan pare alas atau pare leuweung.
Permukaan kulit buahnya berwarna hijau keputihan, menyerupai kulit ular. Rasa
buah pare ular ini tidak
2.3 Zat Pengatur Tumbuh ( ZPT)

5
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan hara yang dalam
jumlah sedikit dapat mendukung serta merangsang, menghambat dan mengubah
proses fisiologi tanaman (Juandes, 2009).
Dalam dunia pertanian penggunaan ZPT merupakan faktor pendukung yang
dapat memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan usaha budidaya pertanian.
Namun penggunaan hormon ini harus dilakukan dengat tepat. Tingkat
keberhasilan dalam penggunaan ZPT ini pada dasarnya tergantung pada jenis dan
konsentrasi yang digunakan (Kurniati, 2012)

2.3.1 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Air Kelapa muda

Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah seny


awa kimia yang bukan hara (nutrien) yang pada konsentrasi tertentu dapat
mempengaruhi hasil produksi tanaman yang dibudidayakan (Haryanto et al.
1995).
Menurut Siahaan (2004), penggunaan ZPT oleh petani belum memasyarakat
karena air kelapa muda dapat dimanfaatkan sebagai ZPT alternatif dengan harga
terjangkau mudah didapat serta aman bagi kesehatan namun masih tetap efektif
untuk digunakan. Air kelapa muda merupakan suatu bahan alami yang di
dalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l yang dapat merangsang
pertumbuhan tunas dan mengaktifkan kegiatan jaringan atau sel hidup, hormon
auksin 0,07 mg/L dan sedikit giberelin serta senyawa lain yang dapat
menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan (Bey et al. 2006).
Penggunaan air kelapa muda ini terbukti dari beberapa hasil penelitian yang
telah dilakukan. Dalam penelitian Siahaan (2004) memperlihatkan bahwa
penggunaan air kelapa muda sebagai ZPT dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi cabai merah. Penelitian lainnya menunjukkan produk hormon dari air
kelapa ini mampu meningkatkan hasil kedelai hingga 64%, kacang tanah hingga

6
15% dan sayuran hingga 20-30%, serta dengan kandungan unsur kalium yang
cukup tinggi, air kelapa dapat merangsang pembungaan pada anggrek seperti
dendrobium dan phalaenopsis.

2.3.2 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Ekstrak Bawang Merah


Salah satu tumbuhan yang dianggap dapat digunakan sebagai zat pengatur
tumbuh alami adalah bawang merah (Allium cepa L.). karena bawang merah
memiliki kandungan hormon pertumbuhan berupa hormon auksin dan gibberellin,
sehingga dapat memacu pertumbuhan benih (Marfirani, 2014). Menurut
Sasmitamihardja (1996) untuk mempercepat dan memaksimalkan pertumbuhan,
maka dibutuhkan zat pengatur tumbuh berupa auksin yang memacu
perkembangan akar.

Selanjutnya Marfirani (2014) menambahkan, hormon giberelin akan


menstimulasi pertumbu han pada daun maupun pada batang. Penelitian Siswanto
(2004) menyatakan pemberian ekstrak bawang merah mampu meningkatkan
pertumbuhan bibit lada panjang. Proses ini melibatkan proses pemanjangan sel
sebagai akibat pengaruh auksin yang terkandung dalam ekstrak bawang merah.
Ichsanudin (2014), mengemukakan bahwa ekstrak umbi bawang merah
dengan konsentrasi 15 ml L-1 terhadap bibit pepaya, membantu
perkecambah, daya kecambah, panjang akar, diameter batang, tinggi bibit,
luas daun, berat segar, dan berat kering bibit yang tinggi. Penelitian Rosario,
et al (2017), memanfaatkan ekstrak bawang merah untuk
perkecambahan cendana menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak bawang
merah 10 mL dan aquades 90 mL memberikan pengaruh yang baik terhadap
perkecambahan biji cendana.

2.4 Lama Perendaman

7
Lama perendaman 6 jam dalam ekstrak bawang merah (Allium cepa L.)
mampu meningkatkan persentase daya berkecambah, kecepatan tumbuh, panjang
hipokotil benih kakao (Theobroma cacao L.), sedangkan pada panjang akar lama
perendaman yang memiliki pengaruh nyata adalah lama perendaman 9 jam
(Darojat ddk, 2014 )
Perlakuan lama perendaman benih kakao (Theobroma cacao L.) dengan air
kelapa muda selama 6 jam memberikan pengaruh yang baik untuk pertumbuhan
bibit kakao. (Ratnawati ddk, 2014)
Perendaman yang lama berpengaruh pada kecepatan perkecambahan. Hasil
penelitian Sihotang (1995), menunjukan hasil indeks perkecambahan tertinggi
pada benih Acacia mangium adalah perendaman benih dengan air selama 24 jam
dengan hasil 2,21% dibandingkan dengan waktu 16 jam dengan nilai kecepatan
berkecambah 0,48%.
perbanyakan secara generatif, masalah utama yang dihadapi adalah
lamanya waktu yang diperlukan benih untuk berkecambah. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor antara lain keadaan biji, permeabilitas kulit biji,
dan tersedianya air di sekeliling biji. Jika ketiga faktor tersebut tidak
mendukung biji untuk melakukan perkecambahan maka biji memiliki
kemampuan untuk mengundurkan fase perkecambahannya yang disebut dengan
dormansi. Peranan hormon tumbuh di dalam biji yang mengalami dormansi
adalah dapat menstimulasi sintesis ribonuklease, amilase dan protease di dalam
biji (Anggraini, 2014).

2.5 Hipotesis
1. Terdapat pengaruh beberapa perlakuan invigorasi yang mampu meningkatkan
daya berkecambah dan vigor benih pare

8
2. Terdapat pengaruh lama waktu perendaman dan perlakuan invigorasi yang
optimal guna meningkatkan daya kecambah dan vigor benih pare

BAB III
METODE PENELITIAN

9
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan Agustus-November di
laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Gorontalo
3.2 Alat Bahan
Adapun alat bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah oven,
germinator, kertas cd plano, bak, sprayer, pingset, pensil warna, benih pare, kertas
label, larutan air kelapa , larutan bawang merah, dan aquades
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor yang diteliti adalah perlakuan
larutan (P) dan Lama Perendaman (L)
a. Faktor Perlakuan Larutan (P)
P0 = Kontrol Aquades
P1 = Air Kelapa
P2 = Ekstrak Bawang Merah
P3 = GA3

b. Faktor Lama Perendaman (L)


L1 = 6 Jam
L2 = 12 Jam
L3 = 24 Jam
Berdasarkan banyaknya faktor dan taraf perlakuan yang dicobakan maka
diperoleh 9 kombinasi perlakuan dan 27 satuan percobaan terdiri atas 3 kali
ulangan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Larutan Dan Lama Perendaman
Lama Perendaman (L)
Perlakuan (P) L1 L2 L3
P0 P0L1 P0L2 P0L3
P1 P1L1 P1L2 P1L3

10
P2 P2L1 P2L2 P2L3
P3 P3L1 P3L2 P3L3

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Persiapan Larutan
Larutan invigorasi yaitu: konsentrasi larutan air kelapa muda yang
digunakan sebesar 50 %, dan pembuatan larutan bawang merah mengacu pada
Hanifa (2017), sebanyak 20g bawang merah yangt telah di kupas dan dihaluskan,
dilarutkan dalam 1 L air.
3.4.2 Persiapan Media
Media kertas yang digunakan adalah jenis kertas buram (CD Plano).
Sebelum digunakan, media kertas terlebih dahulu disterilisasi menggunakan oven
selama 8 s/d 10 jam dengan suhu 70 s/d 80oC. Media kertas yang akan digunakan
untuk tanam terlebih dahulu direndam air hingga basah seluruhnya, kemudian
ditiriskan hingga air yang tidak terserap keluar sehingga kertas cukup lembab.
3.4.3 Perlakuan Invigorasi
Setiap satu satuan bak percobaan mengunakan 3 lipatan kertas terdapat 75
butir benih, yaitu setiap 1 lipatan kertas terdapat 25 butir benih dengan perlakuan
perendaman aquades, air kelapa , dan larutan bawang merah dengan lama
perendaman 6 jam , 12 jam ,dan 24 jam.
3.4.4 Penanaman
Benih yang telah diberi perlakuan invigorasi dan lama perendaman di tanam
pada alat pengecambah benih Germinator dengan suhu ruangan 25-27oC pada
media kertas Cd Plano dengan metode uji kertas UAK ( Uji Antar Kertas ).
Penyiraman benih pare dilakukan dua kali sehari setiap pagi dan sore hari.
3.5. Para Meter Pengamatan
1. Potensi Tumbuh (PT)

11
Nilai potensi tumbuh diperoleh dengan mengamati jumlah benih yang
menunjukan gejala tumbuh yaitu munculnya akar (radikel) atau plumula yang
menembus kulit benih. Pengamatan dilakukan pada hari ke-7 yang dinyatakan
dalam persen.

PT(%)

2. Daya berkecambah (DB)

Daya berkecambah ditentukan dari benih normal dimana akar primer


cukup kuat. Pengamatan dilakukan 2 kali yaitu pada hari ke-7 (pengamatan I)
dan ke-14 (pengamatan II) yang dinyatakan dalam persen.

DB (%)

Keterangan :

3. Kecepatan Tumbuh (KcT)

Nilai Kecepatan tumbuh dapat dihitung berdasarkan pengamatan jumlah


benih yang berkecambah normal setiap harinya yang dinyatakan dalam
persen.

12
Keterangan :

NI-Nn = Pengamatan (n= 1,2,3 dan seterusnya)

D1- Dn = Waktu pengamatan (n= 1,2,3, dan seterusnya)

4. Keserampakan Tumbuh (KsT)

Nilai keserampakan tumbuh diamati dengan menghitung jumlah kecambah


normal kuat pada hari ke-7 dan dinyatakan dalam persen.

KsT (%)

3.6. Analisis Data


Analisis data yang digunakan pada peneltian ini adalah uji F menunjukkan
pengaruh nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%

Desain Penelitian
Secara diagramatis, bagan alur penelitian ini dapat terangkum pada gambar
bagan dibawah ini :
Gambar 1. Bagan alur penelitian.

Benih

13
Diuji
Analisis
Pengamatan
mediaData
kertas
Perendaman dalam Perendaman Perendaman dalam Perendaman
larutan kontrol air dalam larutan Air larutan bawang dalam larutan
selama 6 jam, 12 jam kelapa selama 6 merah selama 6 GA3 selama 6
dan 24 jam. jam, 12 jam dan jam, 12 jam dan 24 jam, 12 jam dan
24 jam. jam. 24 jam.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Elisa Aprilian. 2014. Pengaruh Lama Perendaman Biji Kacang Hijau

14
terhadap Kecepatan Perkecambahan. Makalah. Diakses tanggal 1 Februari 2014.

Basu, R.N. and A.B. Rudrapal, 1982. Post harvest seed physiology and seed
invigoration treatments. Proccedings of the Indian Statistical Institute Golden
Jubilee International Conference on Frontiers of Research in Agriculture.Calcuta.
India

Basra, S.M.A., M. Farooq, A. Wahid, M.B. Khan. 2006. Rice seed invigoration by
hormonal and vitamin priming. Seed Sci. Technol. 34:738-758.
Rahardja, P. C., 1998. Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman Secara
Modern. Swadaya, Jakarta.

Bey, Y, Syafii, W. Dan Sutrisna. 2006. Pengaruh Pemberian Giberelin (GA3) Dan
Air Kelapa Terhadap Perkecambahan Biji Anggrek Bulan (Phalaenopsis ambilis
BL) Secara In Vitro. Jurnal Universitas Riau. Pekanbaru.

Darojat Mas Khoirud, Ruri Siti Resmisari, M.Si, Ach. Nasichuddin, M.A., 2014,
Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah (Allium
cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Dolatabadian, A., S.M.A. Modarressanavy. 2008. Effect of ascorbic acid,


pyridoxine and hydrogen peroxide treatments on germination, catalase activity,
protein and malondialdehyde content of three oil seeds. Not. Bot. Hort. Agrobot.
Cluj. 36:61-66.

Erinnovita, M. Sari, D. Guntoro. 2008. Invigorasi benih untuk memperbaiki


perkecambahan kacang panjang (Vigna unguiculata Hask. ssp. sesquipedalis) pada
cekaman salinitas. Bul. Agron. 36:214-220.

Farooq, M., S.M.A. Basra, B.A. Saleem, N. Nafees, S.A. Chishti. 2005.
Enhancement of tomato seed germination and seedling vigor by osmopriming.
Pak. J. Agri. Sci. 42:36-41.

Hanifa AP, Maintang. 2017. Respon Perkecambahan Benih Padi Lokal Toraja
terhadap Invigorasi. Prosiding Seminar Nasional BPTP Jambi. Jambi 31 Mei-1
Juni 2016. Hlm499-507

Haryanto, E, Suhartini, T dan Rahayu, E. 1995. Sawi dan Selada. Penebar


Swadaya. Jakarta.
Ichsanudin F.N. 2014. Pengaruh konsentrasi jus umbi bawang merah terhadap

15
perkecambahan dan pertumbuhan awal bibit carica papaya. (UNS
Digital Library). Penerjemah Herawati Susilo.

Janmohammadi, M., P.M. Dezfuli, F. Sharifzadeh. 2008. Seed invigoration


techniques to improve germination and early growth of inbred line of maize under
salinity and drought stress. Gen. Appl. Plant Physiol. 34:215-226.

Juandes, S. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Suburin dan ZPT Atonik terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiates. L). Sekolah Tinggi
Ilmu Pertanian Swarnadwipa, Riau.

Kusuma, Mita. 2013. Fisiologi Tumbuhan-Pengaruh Lama Perendaman Biji.


Makalah. Diakses tanggal 21 Mei 2013.

Kurniati, N. 2012. ZPT. Tanijogonegoro.com. Diakses Pada Tangal 12 November,


2014.

Marfirani, Melisa.dkk.2014. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Filtrat


Umbi Bawang Merah dan Rootone-F terhadap Pertumbuhan Stek Melati “Rato
Ebu” Lentera Bio 3 (1): 73–76

Posmyk, M.M, K.M. Janas. 2007. Effects of seed hydropriming in presence of


exogenous proline on chilling injury limitation in Vigna radiata L. seedlings. Acta.
Physiol. Plant. 29:509-517.

Ratnawati, Sukemi Indra Saputra, Sri Yoseva, 2014, Waktu Perendaman Benih
Dengan Air Kelapa Muda Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao
L.)Fakultas Pertanian Universitas Riau,

Rosrio S.F.A, A.S. Leksono, Y.Q. Mondiana. 2017. Pengaruh lama


perendaman biji dengan simplisia bawang merah terhadap perkecambahan biji
cendana. Konservasi sumber daya hutan, (Jurnal IlmuKehutanan);
1(4); Desember 2017; Hlm :1-17

Rukmana, Rahmat. 1997. Budidaya Pare. Yogyakarta: Kanisius.


Sasmitamihardja, D dan Siregar, A. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Institut
Teknologi Bandung

Siahaan, E. 2004. Pengaruh Kosentrasi Air Kelapa Muda Terhadap Pertumbuhan


Produksi Cabai Merah (Capsicum annum L.). Skripsi Fakultas Pertanian.
Universitas Riau. (Tidak Dipublikasikan).

16
Tati, S., S, Subahar. 2004. Khasiat dan Manfaat Pare si Pahit Pembasmi Penyakit.
Depok: PT Agro Media Pustaka. Hal. 9-10.

Yari, L., A. Zareyan, F. Hasani, H. Sadeghi, S. Sheidaie. 2012. Germination and


seedling growth as affected by presowing PEG seed treatments in (Oryza
sativaL.). Tech. J. Engin. App. Sci. 2:425-429.

17

Anda mungkin juga menyukai