Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena penulis dapat
menulis makalah yang berjudul “Media Kultur Jaringan N6”. Makalah ini penulis susun
secara sederhana. Makalah ini dibuat berdasarkan pengetahuan dari informasi yang berada di
internet. Semoga makalah ini dapat menjadi sarana bagi generasi muda untuk mengetahui
kegunaan media N6 pada kultur jaringan.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangannya. Untuk itu, demi kesempurnaan makalah ini penulis sangat mengharapkan
adanya saran, kritik, dan masukan yang bersifat membangun. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada dosen dan teman yang telah memberikan saran yang baik kepada
penyusun dalam menyusun makalah ini, tak lupa penyusun juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada Dosen Kultur Jaringan yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan
kepada penulis untuk membuat makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Kajian Teoritis...........................................................................................................................3
2.2 Pembahasan...............................................................................................................................3
2. 2.1 Pengertian Media N6...........................................................................................................3
2.2.2 Komposisi Pada Media N6...................................................................................................4
2.2.3 Cara Pembuatan Media N6 Pada Kultur Jaringan Tanaman.................................................5
2.2.4 Hasil Media N6.....................................................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................................6
PENUTUP............................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................6
3.2 Saran...........................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta
menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi
dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman
dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik atau suatu metode pembiakan vegetatif
yang cepat dan secara genetik sifat-sifat tanaman anak yang dihasilkan sama atau identik
dengan induknya. Hal lain dalam teknik kultur jaringan yang perlu mendapat perhatian adalah
komposisi media kultur dan zat pengatur tumbuh yang tepat serta sumber eksplan yang
digunakan untuk menghasilkan planlet sangat erat hubungannya selain faktor lainnya yaitu:
cahaya, suhu dan kelembaban pada lingkungan sekeliling media (Rainiyati, 2019).
Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan merupakan metode yang diharapkan
dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang banyak, cepat dan seragam. Penerapan teknik kultur
jaringan tanaman mensyaratkan kondisi di dalam ruangan (laboratorium) dan sifatnya aseptik
(steril dari patogen). Bermuara dalam kondisi yang aseptik, maka perlu dijelaskan bahwa
segala aktifitas yang berkaitan dengan jaringan harus dalam kondisi aseptik. Kondisi ini
dimulai dari cara:
1. Penyiapan peralatan (alat tanam berbahan logam ataupun gelas).
2. Pembuatan media tanaman.
3. Penanaman (inisiasi dan pemilihan: perbanyakan dan perakaran).
Selain peralatan kultur jaringan, media juga sangat penting dalam teknik kultur jaringan
tanaman. Media kultur jaringan memiliki karakteristik masing-masing. Artinya, tidak semua
media dapat digunakan pada semua kultur tanaman. Karena beberapa media yang ada
memiliki perbedaan kandungan dan konsentrasi zat-zat yang diperlukan pada kultur.
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan teknik kultur jaringan.
Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan
secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat
besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang
dihasilkannya. Oleh karena itu, berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Media kultur
fisiknya dapat berbentuk padat atau cair. Media berbentuk padat menggunakan pemadat
media seperti agar. Media kultur yang memenuhi syarat adalah mengandung nutrient makro
dan mikro dalam kadar dan perbandingan tertentu, sumber energi (sukrosa), serta
mengandung berbagai macam vitamin dan ZPT (Hartmann dkk., 1997).
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah Media
Kultur Jaringan N6 “ The Effect of MS and N6 Basal Media to Somatic Embryo
Development in Meristem Culture of Ginger” dan untuk memberikan kejelasan makna serta
menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada:
1.3 Tujuan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kultur Jaringan Tanaman, dan adapun tujuan khusus
dari penyusunan makalah ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Media N6.
1.3.2 Untuk mengetahui komposisi yang digunakan pada Media Dasar N6.
1.3.3 Untuk mengetahui cara pembuatan Media N6 pada teknik kultur jaringan.
1.3.4 Untuk mengetahui apakah Media N6 lebih menguntungkan dibandingkan media lain.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teoritis
Kultur jaringan menurut Gunawan (1992), adalah suatu metode untuk mengisolasi
bagian tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap.
Menurut Yusnita (2003), Media kultur merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur
telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
dikulturkan.
Media MS menurut Zulkarnain (2009), Medium MS adalah yang paling luas
penggunaannya dibandingkan dengan media dasar lainnya. Medium MS yang direvisi
selanjutnya disebut MS banyak digunakan, terutama pada mikropropagasi tanaman dikotil
dengan hasil yang memuaskan. Hal itu dikarenakan medium MS memiliki kandungan garam-
garam yang lebih tinggi daripada media lain, disamping itu kandungan nitratnya juga tinggi.
Media penyusun dasar sebagai penyedia unsur-unsur yang dibutuhkan eksplan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya seperti makronutrien, mikronutrien, dan vitamin. Media
dasar untuk induksi kalus tumbuhan serelia dan padi-padian adalah N6 (Aprisa et al., 2012;
Prayantini et al., 2013). Zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan untuk induksi kalus
adalah Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4-D) (Aprisa et al., 2012). Media dasar yang
digunakan adalah media N6 yang merupakan media untuk kultur tanaman famili serelia
(Datta, 2019).
2.2 Pembahasan
3
padi, gandum serta jagung didunia mencapai 87% dari seluruh produksi serealia biji-bijian
yang ada didunia.
Kandungan utama pada serealia yaitu karbohidrat (terutama pati, kurang lebih 80%
dari bahan kering), protein (kurang lebih 5% dari bahan kering), lemak (kurang lebih 5% dari
bahan kering), air, mineral (kurang lebih 2%), serta berbagai kandungan vitamin.
Media kultur jaringan N6 (Nitsch 6) dinyatakan oleh Suryowinoto (1996) kebanyakan
berhasil digunakan untuk serealia (Graminae) dan untuk kultur anther padi. Media N6
mempunyai ciri perbandingan NH 4+ dan NO3- yang jauh perbandingannya. Amonium yang
diberikan dalam bentuk (NH4)SO4 hanya sebanyak 363 mg/l, sedangkan KNO 2830 mg/l.
Pada umumnya media kultur jaringan dibedakam menjadi media dasar dan perlakuan. Reseo
media dasar adalah resep kombinasi zat yang mengandung hara esensial (makro dan mikro),
sumber energi dan vitamin. Dalam teknik kultur jaringan dikenal puluhan macam media
dasar. Penamaan resep media dasar pada umumnya diambil dari nama penemunya atau
peneliti yang menggunakan pertama kali dalam kultur khusus dan memperoleh hasil yang
penting.
Menurut Chu et al,.(1975) media N6 didefinisikan untuk meningkatkan
pembentukan, bertumbuhan dan diferensiasi kalus pada padi. Konsentrasi amonium terbukti
sangat penting untuk perkembangan kalus.
Kalus embriogenik dari medium induksi disubkultur ke dalam N6 dan MS yang
ditambahkan 3% manitol untuk memperoleh embrio somatik globular terbaik. Pada minggu
ke-1 pembentukan embrio sudah terlihat, ditandai dengan warna putih bening kekuningan
(transparan) dan menunjukkan bagian dinding luar permukaan halus dan mengkilat serta
melekat pada kalus non-embriogenik yang ditandai dengan adanya bintik-bintik coklat muda
yang menyebar dipermukaan embrio tersebut. Embrio tumbuh dan berkembang dengan
bentuk bulat besar atau oval dan ada juga berbentuk bulat kecil atau memanjang atau tidak
berbentuk. Bentuk embrio yang umum ditemukan adalah bulat dan oval. Pada minggu ke-2
jumlah embrio somatik terbanyak diperoleh 4 minggu setelah kultur, baik pada medium MS
(82,00 ± 12,25 embrio/ 1 g kalus embriogenik) maupun pada medium N6 (70,00 ± 19,25/1 g
kalus embriogenik). Uji statistik menunjukkan bahwa jenis media tumbuh berpengaruh nyata
terhadap proliferasi embrio somatik pada kultur meristem jahe (P0.05). Proliferasi embrio
somatik pada medium MS lebih tinggi dibandingkan pada medium N6.
Embrio somatik yang berproliferasi di dalam medium MS yang mengandung 3%
manitol, berkembang menjadi embrio somatik dewasa pada medium MS dan N6 yang
mengandung 6% sukrosa. Pada hari ke-2 setelah kultur, embrio somatik pada kedua medium
pendewasaan mulai menunjukkan pemanjangan yang secara morfologi berbentuk silindris.
Embrio mulai mengalami penonjolan membentuk 2 kutub yang berbeda. Kutub yang satu
terdiri dari 1 tonjolan lebih melebar, yang akan berdiferensiasi membentuk kotiledon dan
tunas apikal. Sementara kutub yang lain akan berdiferensiasi membentuk akar. Menunjukkan
bahwa pada medium MS telah terbentuk embrio torpedo sebanyak 10,60 ± 4,76 embrio/1 g
kalus embriogenik, sementara pada medium N6 11,40 ± 5,68 embrio/1 g kalus embriogenik, 2
hari setelah subkultur. Pendewasaan embrio ini diiringi dengan pertumbuhan bulu-bulu halus
di permukaan embrio, serta bintik hitam kecoklatan yang semakin rapat dan jelas. Pada hari
ke-10, jumlah embrio torpedo mencapai jumlah tertinggi yaitu 44,20 ± 14,13 embrio pada
medium N6. Sedangkan pada medium MS, jumlah embrio torpedo mencapai jumlah tertinggi
pada hari ke-18 (57,20 ± 15,99 embrio). Hal ini menunjukkan bahwa medium MS lebih
efektif untuk memperoleh jumlah embrio torpedo, dari pda N6, meskipun diperlukan waktu
sedikit lebih lama dibandingkan dengan medium N6. Setelah 18 ahri kultur, jumlah embrio
dewasa mulai menurun.
4
Pada embrio somatik yang dewasa ada yang memiliki kemampuan untuk membentuk
struktur bipolar, yaitu kutub tunas dan akar, dan ada yang hanya mampu membentuk struktur
unipolar namun hanya sebagian.
No Unsur mg/l μM
1 KNO3 2830 27.99
2 (NH4)2SO4 463 3.50
3 MgSO4 90.27 0.75
4 KH2PO4 400 2.94
5 CaCl2 125.33 1.13
b. Unsur-unsur Mikro
No Unsur mg/l μM
1 FeNaEDTA 36.70 100
2 H3BO3 1.60 25.88
3 KI 0.8 4.81
4 MnSO4.H2O 3.33 19.70
5 ZnSO4.7H2O 1.5 5.22
c. Vitamin
No Unsur mg/l
1 Glycine 2
2 Niacin 0.5
3 Pyridoxin HCl 0.5
4 Thiamine HCl 1
Komposisi media dasar N6 yang telah dimodifikasi oleh Chu et al., (1975) pada
konsentrasi mio inositol, asam nikotinat, piridoksin HCl, dan tiamin HCl digunakan
sebagai media dasar pada tahap induksi kalus. Kalus embriogenik yang terbentuk
disubkultur ke dalam medium proliferasi dilakukan medium dasar perlakuan yaitu N6
dengan penambahan 3% monitol (3M) tanpa ZPT dan dengan penambahan 6% sukrosa
(6S).
5
menunjukkan bahwa modifikasi N6 dengan penambahan 2 mg/l NM; 0,5 mg/l kinetin; 60
g sukrosa dan 0,1644 g/l putresin. (Dewi et al., 1996; Purwoko et al., 2001).
b. Pembuatan Media N6
Dimulai dengan melarutkan putresin ke dalam ±700 ml air, kemudian semua bahan
(kecuali phytagel) dicampur dan ditera pH nya, sehingga pH campuran mencapai 5,8. Ke
dalam media ditambahkan 3 g/l phytagel sebagai pemadat, kemudian diautoklaf selama
20 menit. Selesai diautoklaf, tiap 1 liter media dituangkan ke dalam ±30-35 cawan petri di
dalam laminar air flow cabinet. Setiap cawan petri yang telah diisi media kemudian
ditutup dan rekatkan dengan parafilm.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Media dasar MS dan N6 memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
proliferasi kalus embriogenik pada kultur meristem jahe. Medium MS yang ditambahkan 3%
manitol, mampu meningkatkan jumlah embrio somatik bentuk globular sebanyak 82,0
embrio/1 g kalus embriogenik, sementara pada medium N6 diperoleh sebanyak 70,0 embrio/1
g kalus embriogenik, setelah 4 minggu kultur. Media tumbuh MS dan N6 memberikan
pengaruh yang berbeda nyara terhadap pendewasaan embrio somatik pada kultur meristem
jahe. Medium MS yang ditambahkan 6% sukrosa mampu menghasilkan embrio somatik
dewasa sebanyak 57,2 embrio, setelag 18 hari kultur, sementara pada medium N6 sebanyak
44,2 embrio, setelah 10 hari kultur. Dan dapat disimpulkan bahwa media MS lebih efektif
dibandingkan N6, dan dibutuhkan waktu sedikit lama pada media MS dibandingkan media
N6.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami media N6
pada kultur jaringan, sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai materi tersebut. Tim
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik dari pembaca akan makalah ini sangat membantu dalam penyempurnaan makalah
ini.
7
DAFTAR PUSTAKA
Chu CC, CC Wang, CS Sun, C Hsu, KC Yin, YC Chu and Ing Bi, 1975. Establishment of an efficient
medium for anther culture of rice through comparative experiments of the nitrogen sources.
Sci.Sin. 18,650-668.
Gunawan, L. W. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman.
PAU Bioteknologi IPB. Bogor. 252 p.
Hartmann, H.T., Kester D. E., Davies F. T dan Geneve R. L. 1997. Plan Propagation Principles and
Practices. New Jersey: Prntice Hall Inc.
Zulkarnain, H. 2009. Kultur Jaringan Tanaman : Solusi Perbanyakan Tanaman Budidaya. PT Bumi
Aksara. Jakarta.