Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., karena atas segala
rahmat dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-
baiknya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad saw., yang menjadi suri teladan umatnya untuk keselamatan hidup di
dunia maupun di akhirat.
Makalah ini berjudul “Teknik Kultur Jaringan Tanaman” guna memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Bioteknologi. Makalah ini disusun dengan tujuan
menambah wawasan mengenai Bioteknologi. Selama penyusunan makalah ini,
banyak hambatan yang penulis rasakan. Maka dari itu, dengan kerendahan dan
ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihakyang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini:
1. Ibu Dr. Purwati Kuswarini, Dra., M.Si. dan Bapak Egi Nuryadin, S.Pd., M.Si.
selaku dosen mata kuliah Bioteknologi yang selalu memberikan ilmu,
bimbingan, arahan, dan nasehat yang bermanfaat kepada penulis.
2. Orang tua yang telah memberikan do’a serta motivasi baik yang berbentuk
moril maupun materil.
Mengingat keterbatasan pengalaman dan kemampuan yang penyusun miliki,
maka penyusun memohon kritik dan saran yang membangun guna perbaikan
penulisan laporan berikutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4 Persiapan Eksplan Daun, Regenerasi, dan Kultur Organ ..... 15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
B. RumusanMasalah
Mengacu pada latar belakang di atas, maka kami merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. apa pengertian kultur jaringan tanaman?;
1
2
C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan pada paragraf
sebelumnya, maka tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. mengetahui pengertian kultur jaringan;
2. mengetahui sejarah perkembangan kultur jaringan pada tanaman;
3. mengetahui metode yang digunakan dalam kultur jaringan;
4. mengetahui pemuliaan in vitropada tanaman;
5. mengetahui mikropropagasi pada tanaman;
6. mengetahui faktor apa saja yang dapat memengaruhi keberhasilan kultur
jaringan.
D. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap
pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bagi pembaca
Memberikan informasi untuk menambah pengetahuan mengenai kultur
jaringan pada tanaman.
2. Bagi penulis
Diharapkan dapat memberikan motivasi untuk mempelajari lebih lanjut
dalam memahami kultur jaringan pada tanaman.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
1. Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus
dilakukan di tempat yang steril, yaitu dilaminar flow dan menggunakan alat-
alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu
menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang
digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
2. Persiapan Eksplan dan Persiapan Media
Persiapan eksplan adalah proses pemilihan eksplan yang bermutu baik
yang dapat diidentifikasi dari indukan yang berkualitas. Tanaman indukan
sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan diperssiapkan secara
khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan
seh dan dapat tumbuh dengan baik. Persiapan eksplan dilakukan dengan
11
Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah terjadinya
pencokelatan atau penghitaman bagian eksplan (browning). Hal ini
disebabkan oleh senyawa fenol yang timbul akibat stress mekanik yang
timbul akibat pelukaan pada waktu proses isolasi eksplan dari tanaman
induk. Senyawa fenol tersebut bersifat toksik, menghambat pertumbuhan
atau bahkan dapat mematikan jaringan eksplan.
4. Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk
menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya
pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami eksplan
diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu
kamar.
5. Pemanjangan Tunas dan Pengakaran
Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi dipindahkan ke
media lain untuk pemanjangan tunas. Media untuk pemanjangan tunas
mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut
dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas
secara berkelompok lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah
tumbuh cukup panjang, tunas tersebut dapat diakarkan. Pemanjangan tunas
dan pengakarannya dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap, yaitu
setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran tunas in-vitro dapat
dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang umumnya
memerlukan auksin seperti NAA atau IBA. Keberhasilan tahap ini
tergantung pada tingginya mutu tunas yang dihasilkan pada tahap
sebelumnya.
Dapat dikatakan juga bahwa pengakaran adalah munculnya kalus
(kumpulan sel yang belum berdiferensiasi) pada eksplan yaitu pertumbuhan
akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai
berjalan dengan baik. Subkultur dapat dilakukan sampai beberapa kali
sampai kalus tumbuh menjadi plantet.
13
6. Aklimatisasi
Dalam proses perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, tahap
aklimatisasi planlet merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi
kendala dalam produksi bibit secara masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas
mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti rumah kaca, rumah
plastik, atau screen house (rumah kaca kedap serangga). Proses ini disebut
aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas
mikro (jika pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang
aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat
bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan. Prosedur
pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil jika planlet
dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi.
Tahap ini merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah
kaca, rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangatlah jauh berbeda
dengan kondisi iklim mikro di dalam botol. Kondisi di luar botol memiliki
kelembabanyang jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas
cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi dalam botol.
Metode kultur jaringan dilihat dari berbagai sudut pandang seperti macam
media tanam, bahan atau eksplan, dan cara pemeliharaan. Berikut merupakan
bahasan dari masing-masing metode kultur jaringan tersebut.
1. Dilihat dari macam media tanam
a. Metode padat (Solid method)
Metode padat merupakan teknik kultur yang memanfaatkan media
padat. Media padat merupakan media yang mengandung semua
komponen kimia yang dibutuhkan oleh tanaman yang kemudian
dipadatkan dengan menambahkan zat pemadat. Zat tersebut dapat berupa
agar-agar batangan, bubuk atau kemasan kaleng yang biasa digunakan
untuk media padat pada kultur jaringan.
Namun perlu diketahui, bahwa media yang terlalu padat akan
mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab akar sulit untuk menembus ke
dalam media. Sedangkan media yang terlalu lembek akan menyebabkan
14
atas daun), (D) regenerasi ujung daun tipe I, setelah 3 minggu, (E)
Embrio somatik abnormal dari eksplan setelah 4 minggu, (F)
Organogenesis bagian tengah eksplan setelah 2 minggu disubkultur,
(G) embrio somatik dari plantet bagian atas daun, (H) plantet normal
pada bagian tengah daun, (I) plantet normal setelah 4 minggu
pengkulturan, (J) organogenesis segmen batang dari plantet terbalik
pada media, (K) aklimatisasi, (L) Pembungaan tanaman hasil dari
kultur daun
(Sumber: Artikel Propagation of Sedum spectabile Boreau in Leaf
Culture in Vitro)
c. Kultur kalus (callus culture)
Kultur kalus merupakan kultur yang menggunakan jaringan
(sekumpulan sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai bahan
eksplannya. Potensi terbesar penggunaan kultur kalus adalah dimana sel
–sel kalus dapat dipisahkan dan diinduksi untuk berdiferensiasi menjadi
embriosomatic. Secara morfologi, embrio ini mirip dengan yang ada
pada biji, tapi tidak seperti embrio biji, mereka secara genetik bersifat
identik dengantanaman induk. Karena 1 milimeter kalus berisi ribuan sel,
masing–masing memiliki kemampuanuntuk membentuk embrio,
sehingga kecepatan multiplikasi sangat tinggi.
Kultur kalus dapat dilakukan pada media cair dan embrio berkembang
sebagai individu terpisah, sehingga penanganan kultur relatif mudah.
17
d. Kultur haploid
Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif
tanaman, yaitu: kepalasari/ anther (kultur anther/kultur
mikrospora),tepungsari/ pollen (kutur pollen), ovule (kultur ovule),
sehingga dapatdihasilkan tanaman haploid.
18
Gambar 2.7
Kultur anther
(Sumber:
www.biologydis
cussion.com)
e. Kultur meristem
Kultur meristem adalah salah satu teknik dalam kultur jaringan
tanaman denganmenggunakan jaringan meristematik atau jaringan muda
sebagai eksplannya. Jaringan Meristem atau meristematik merupakan
kumpulan sel yang aktif membelah, terletak pada bagian tertentu
tanaman (titik tumbuh tunas/akar), yang akan membentuk akar, tunas,
daun, bunga dan bagian yang lain. Sel-sel meristem ini mempunyai
kemampuan embrionik yang dapat membelah tanpa batas untuk
membentuk jaringan dewasa untuk kemudian menjadi organ-organ
tanaman.
keterampilan yang cukup tinggi, prosesnya sangat menyita tenaga dan perlu
keahlian khusus serta viabilitas/kemungkinan untuk hidup protoplasnya
rendah.
Metode enzimatik biasanya menggunakan enzim pektinase dan selulase
yang berfungsi sebagai pendegradasi lamela tengah dan menguraikan
selulosa pada dinding sel tanaman. Pektinase akan melonggarkan ikatan
antara sel yang satu dengan sel yang lainatau melepaskan sel, sedangkan
selulase akan menghancurkan dinding selulosa sehingga sel menjadi
telanjang.
Enzim yang digunakan untuk isolasi protoplas harus dilarutkan didalam
larutan plasmolitikum. Untuk memperoleh protoplas yang masih
berkemampuanhidup dianjurkan untuk menggunakan konsentrasi enzim
minimal. Konsentrasi dapat bervariasi antara 0,25 -5%, tergantung pada
beberapa faktor yaitu macam enzim, sumber protoplas, temperatur dan
lamanya inkubasi.
2. Fusi protoplas spesies yang diinginkan
Protoplas adalah sel tanaman tanpa bagian dinding sel. Teknik fusi
protoplas dapat digunakan untuk mencampur sifat genetik dari spesies
tanaman yang sama ataupun dari spesies yang berbeda.Fusi protoplas adalah
proses penggabungan dua protoplas atau lebihyang diikuti dengan peleburan
sitoplasma dan diharapkan dapat terjadi peleburan2 inti heterokaryon.
Proses fusi protoplas diharapkan akan dapat membentuksilangan protoplas
yang sesungguhnya atau sinkariosit untuk menghasilkansilangan somatic.
Kadang-kadang 1 inti atau sebagian hilang atau rusak,sehingga sitoplasma
dari 2 protoplas parental saja yang tetap mengadakan fusimembentuk suatu
hybrid sitoplasmik yang disebut sibrid.
23
Gambar 2.11
Teknik
Hibridisasi
Somatik
(Sumber:
Pemuliaan-
Tanaman-
Secara-In-Vitro-
I.pdf)
Keterangan: (A) Different cell type sof freshly isolated Col-0 protoplast sin
maceration medium. Bar = 100mm. (B) Viable protoplasts (Col-0) fluoresce
influorosce in diacetate under UV light. Bar = 100mm. (C) Representative
example of small cell colonies (Col 0) for medina liquid culture dish after 6
d inculture. Approximately 25% of cells were dead, 25% survived, but were
non dividing, and 50% had divided. Bar = 50mm. (D) Small cell colonies
(Col-0) in liquid culture, 1 month after these conddilution in10-cm dishes
(two replicates). Bar = 1cm. (E) Ar are example of a Col-0 colony
25
culture, namun bila eksplan yang digunakan adalah ujung pucuk apikal beserta
bagian tunas lain dibawahnya disebut sebagai shoot culture.
Besar kecilnya eksplan yang digunakan mempengaruhi keberhasilan kultur
pucuk. Semakin kecil eksplan, semakin kecil kemungkinannya untuk
terkontaminasi oleh mikroorganisme namun semakin kecil juga
kemampuannya untuk beregenerasi dan memperbanyak diri. Sebaliknya,
semakin besar eksplan yang digunakan maka semakin besar kemampuannya
untuk beradaptasi dalam kondisi invitro, namun makin besar juga
kemungkinannya untuk terkontaminasi, makin banyak kebutuhannya akan
media dan makin besar wadah/botol kultur yang diperlukan.
(IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan
dikotil.
Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan di
antaranya adalah:
1) Perkembangan buah
Pada waktu biji matang berkembang, biji mengeluarkan auksin ke
bagian-bagian bunga sehingga merangsang pembentukan buah.
Dengan demikian, pemberian auksin pada bunga yang tidak
diserbuki akan merangsang perkembangan buah tanpa biji. Hal ini
disebut partenokarpi.
2) Dominansi apikal
Dominansi apikal adalah pertumbuhan ujung pucuk suatu
tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di
batang sebelah bawah. Dominansi apikal merupakan akibat dari
transpor auksin ke bawah yang dibuat di dalam meristem apikal.
3) Absisi
Daun muda dan buah muda membentuk auksin, agar keduanya
tetap kuat menempel pada batang. Tetapi, bila pembentukan auksin
berkurang, selapis sel khusus terbentuk di pangkal tangkai daun dan
buah sehingga daun dan buah gugur.
4) Pembentukan akar adventif
Auksin merangsang pembentukan akar liar yang tumbuh dari
batang atau daun pada banyak spesies.
b. Giberelin
Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada 1930 dari kajian
terhadap tanaman padi yang sakit. Padi yang terserang jamur Gibberella
fujikuroi tersebut tumbuh terlalu tinggi. Para ilmuwan Jepang
mengisolasi zat dari biakan jamur tersebut. Zat ini dinamakan giberelin.
Bentuk-bentuk giberelin diantaranya adalah GA3, GA1, GA4, GA5,
GA19, GA20, GA37, dan GA38. Giberelin diproduksi oleh jamur dan
tumbuhan tinggi. Giberelin disintesis di hampir semua bagian tanaman,
33
seperti biji, daun muda, dan akar. Giberelin memiliki beberapa peranan,
antara lain:
1) Memacu perpanjangan secara abnormal batang utuh.
2) Perkecambahan biji dan mobilisasi cadangan makanan dari
endosperm untuk pertumbuhan embrio.
3) Perkembangan bunga dan buah.
4) Menghilangkan sifat kerdil secara genetik pada tumbuhan.
5) Merangsang pembelahan dan pemanjangan sel.
c. Sitokinin
Kinetin merupakan sitokinin sintetik yang pertama ditemukan oleh
Carlos Miller pada ikan kering. Setelah itu ditemukan senyawa sitokinin
yang lain dalam endosperma cair jagung, yaitu zeatin. Sitokinin sintetik
lainnya adalah BAP (6-benzilaminopurin) dan 2-ip.
Sitokinin mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
1) Memacu pembelahan sel dalam jaringan meristematik.
2) Merangsang diferensiasi sel-sel yang dihasilkan dalam meristem.
3) Mendorong pertumbuhan tunas samping dan perluasan daun.
4) Menunda penuaan daun.
5) Merangsang pembentukan pucuk dan mampu memecah masa
istirahat biji (breaking dormancy).
d. Gas etilen
Buah-buahan terutama yang sudah tua melepaskan gas yang disebut
etilen. Etilen disintesis oleh tumbuhan dan menyebabkan proses
pemasakan yang lebih cepat. Selain etilen yang dihasilkan oleh
tumbuhan, terdapat etilen sintetik, yaitu etepon (asam 2-
kloroetifosfonat). Etilen sintetik ini sering di gunakan para pedagang
untuk mempercepat pemasakan buah.
Selain memacu pematangan, etilen juga memacu perkecambahan biji,
menebalkan batang, mendorong gugurnya daun, dan menghambat
pemanjangan batang kecambah. Selain itu, etilen menunda pembungaan,
34
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kultur Jaringan adalah suatu metode atau teknik untuk memperbanyak
tanaman dengan mengambil bagian tanaman berupa sel atau jaringan dan
ditaruh dalam media dengan keadaan asepttik sehingga akan menjadi tanaman
secarautuh. Sejarah perkembangan teknik kultur jaringan dimulai pada tahun
1838 ketika Schwann dan Schleiden mengemukakan teori totipotensi yang
menyatakan bahwa sel-sel bersifat otonom, dan pada prinsipnya mampu
beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Tahapan kultur jaringan secara umum
adalah sterilisasi, pembuatan media, inisiasi, multiplikasi, pengakaran, dan
aklimitasi. Pemuliaan in vitro adalah kegiatan untuk memeperoleh bibit yang
secara genetis baik dan menyeleksinya, sehingga diperoleh tanaman unggul
yang dilakukan dengan menggunakan wadah tabung yang berisi media.
Mikropropagasi meupakan perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan yang
dilakukan secara in vitro. Keberhasilan dari kultur jaringan dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik faktor dalam maupun faktor luar.
B. SARAN
Uraian singkat penulis mengenai kultur jaringan ini, tentu jauh dari
kesempurnaan. Karenanya, penulis menyarankan pembaca untuk lebih aktif
membuka sumber lain terkait materi tersebut di atas. Di samping itu, demi
kesempurnaan tulisan ini, penulis berharap kesediaan para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat konstruktif.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
Juniver, Prisca. (2013). Sejarah Kultur Jaringan Tanaman. (Online). Tersedia:
http://putracenter1.blogspot.com/2013/05/sejarah-kultur-jaringan-
tanaman.html. (10 September 2017).
P.Daisy, dll. (1994). Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisius.
Prammanee,Siripatr. et.al. (2011). Efficient shoot regeneration from direct apical
meristem tissue to producevirus-free purple passion fruit plants.
JurnalElsevier. CropProtection 30 (2011): 1425-1429.
Tersedia:https://www.researchgate.net/publication/230676227_Efficient_s
hoot_regeneration_from_direct_apical_meristem_tissue_to_produce_virus
-free_purple_passion_fruit_plants.[16September 2017].
40