Anda di halaman 1dari 14

makalah kultur jaringan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya naikan kehadirat TUHAN yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah kultur
jaringan ini yang selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang kultur jaringan untuk mempelajari dan mengetahui
seperti apa mekanisme kultur jaringan. Makalah ini dibuat agar pembaca dapat
memperluas pengetahuan bioteknologi modern salah satunya adalah kultur jaringan.
Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada guru bidang study Biologi yang telah
membimbing saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
benar.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari guru dan teman-teman yang bersifat membangun , selalu saya
harapkan demi lebih baiknya makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita, Aamiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Sliyeg, 12 Maret 2013


Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................1


Daftar Isi.....................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan .....................................................................................................3
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................................3
1.2. Pembatasan Masalah .................................................................................................4
1.3. Perumusan Masalah ...................................................................................................5
1.4. Tujuan dan Manfaat Penulisan ..................................................................................5
1.5. Metode Penulisan ......................................................................................................5
Bab II Landasan Teoritis ............................................................................................6
Bab III Pembahasan ...................................................................................................7
3.1. Pengertian Kultur Jaringan ........................................................................................7
3.2. Prinsip dalam Kultur Jaringan ...................................................................................8
3.3. Macam Macam Kultur Jaringan..............................................................................9
3.4. Prosedur Kultur Jaringan ...........................................................................................9
3.5. Dampak Positif dan Negatif dari Kultur Jaringan ...................................................12
Bab IV Penutup ........................................................................................................13
4.1 Simpulan ...............................................................................................13
4.2 Saran......................................................................................................14
Daftar Pustaka ..........................................................................................................15
Lampiran ..................................................................................................................16
Biografi Penulis........................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Ciri-ciri makhluk hidup salah satunya adalah mampu bereproduksi sehingga menghasilkan
keturunan yang akan melestarikan jenisnya di masa depan. Setiap makhluk hidup melakukan
reproduksi dengan berbagai cara. Dapat dengan cara seksual yaitu melibatkan dua tipe sel
kelamin yang berbeda sehingga terjadilah fertilisasi membentuk zigot, dan zigot selanjutnya akan
tumbuh menjadi keturunan yang fertil. Selain itu terdapat pula cara reproduksi aseksual yaitu
tidak melibatkan sel kelamin.
Reproduksi aseksual atau vegetatif ini kebanyakan dilakukan oleh tanaman dan oleh
beberapa hewan primitif (masih sederhana) tapi tidak termasuk manusia. Reproduksi aseksual
pada tumbuhan merupakan proses perbanyakan vegetatif dengan meggunakan organ vegetatif.
Pada bidang pertanian, perbanyakan tumbuhan atau perbanyakan bibit tumbuhan secara
besar-besaran kadangkadang sangat diperlukan. Namun perbanyakan tumbuhan dengan teknik
konvensional seringkali menghadapi kendala teknis, lingkungan maupun waktu. Sebagai contoh
perbanyakan tanaman dengan menggunakan biji memerlukan waktu yang relatif lama dan
seringkali hasilnya tidak seperti tanaman induknya. Kendala lain yang juga sering muncul adalah
gangguan alam, baik yang disebabkan oleh jasad hidup, misalnya hama dan penyakit maupun
cekaman lingkungan yang dapat menggangu keberhasilan perbanyakan tanaman di lapangan.
Sejalan dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan terutama bidang teknologi, kendala-
kendala tersebut dapat diatasi antara lain melalui teknik kultur jaringan.
Kultur Jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media
buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri & bergenerasi menjadi
tanaman lengkap.
Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kultur atau tissue
culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel cultuur (Belanda). Kultur jaringan atau
budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang
steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Dasar teori yang digunakan adalah teori totipotensi yang ditulis oleh SCHLEIDEN
dan SCHWANN (Suryowinoto dan Suryowinoto, 1977) yang menyatakan bahwa teori
totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau dibudidayakan di
dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna,
artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora. Teknik
kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya.
Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan adalah laboratorium dengan segala fasilitasnya.
Laboratorium harus menyediakan alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik
terkendali dan fasilitas dasar seperti, air listrik dan bahan bakar. Pelaksanaan kultur jaringan
memerlukan juga perangkat lunak yang memenuhi syarat. Dalam melakukan pelaksanaan kultur
jaringan, pelaksana harus mempunyai latar belakang ilmu-ilmu dasar tertentu yaitu botani,
fisiologi tumbuhan ZPT, kimia dan fisika yang memadai. Pelaksana akan berkecimpung dalam
pekerjaan yang berhubungan erat dengan ilmu-ilmu dasar tersebut. Pelaksana akan banyak
berhubungan dengan berbagai macam bahan kimia, proses fisiologi tanaman (biokimia dan
fisika) dan berbagai macam pekerjaan analitik. Pelaksana juga dituntut dalam hal ketrampilan
kerja, ketekunan dan kesabaran yang tinggi serta harus bekerja intensif. Pekerjaan kultur jaringan
meliputi: persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan,
aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapang.

1.2 Pembatasan Masalah


Agar tidak menyimpang dari permasalahan dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan,
maka penulis membatasi permasalahan pada pengenalan dasar pada kultur jaringan.
Makalah ini hanya akan menelusuri salah satu contoh dari bioteknologi modern yaitu
kultur jaringan, yang akan di bahas disini hanya mencakup maksud dari kultur jaringan itu
sendiri dan hal-hal yang berkaitan dengan kultur jaringan.
1.3 Perumusan Masalah
1.3.1 Apa yang dimaksud dengan kultur jaringan?
1.3.2 Apa prinsip dalam teknik kultur jaringan?
1.3.3 Apa sajakah macam macam kultur jaringan?
1.3.4 Bagaimana prosedur kultur jaringan?
1.3.5 Apa saja dampak positif dan negatif dari penanaman kultur jaringan?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas praktek akhir sekolah mata pelajaran Biologi
dan bertujuan untuk berbagi pengetahuan yang di dapat dari pembuatan makalah ini tentang
kultur jaringan terhadap pembaca.
Tentunya karya tulis ini memiliki manfaat baik bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut :
Penulis bisa lebih memahami apa yang dimaksud dengan kultur jaringan beserta hal lainnya
menenai kultur jaringan.
Makalah ini dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca agar bertambah wawasan dan
pengetahuaannya. Pembaca juga bisa mengetahui lebih dekat mengenai kultur jaringan.
1.5 Metode Penulisan
Metode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah Metode Study Referensi yaitu metode
yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan
dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet. Dalam metode yang penulis
lakukan, penulis mengumpulkan berbagai referensi yang tepat dengan permasalahan yang terkait,
sumbernya di dapat dari buku-buku dan sebagian informasi dari internet.

BAB II
LANDASAN TEORITIS
Kultur jaringan merupakan salah satu cara untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif
buatan dengan mengisolasi bagian tanaman seperti protoplama, sel jaringan, atau organ, serta
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik untuk keperluan yang ada kaitannya dengan agrobisnis
dan upaya konservasi tumbuhan langka (Susi Laelawati, 2008). Dengan kultur jaringan dapat
menghasilkan bibit tumbuhan yang banyak dan memiliki keseragaman tinggi dalam waktu yang
bersamaan. Lihat Gambar 1.1
Teori yang mendasari kultur jaringan adalah teori totipotensi. Menurut teori ini, setiap sel
tumbuhan memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru apabila ditempatkan pada
lingkungan yang sesuai (Rohana Kusumawati, dkk. 2012). Totipotensi tumbuhan membuat sel
tumbuhan dalam proses kultur jaringan dapat berkembang menjadi tumbuhan lengkap jika
ditumbuhkan pada kondisi yang tepat.
Kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, misalnya laboratorium khusus
kultur jaringan (D.A. Pratiwi, Sri Maryanti, Srikini, Suharno, Bambang S, 2007). Selain tempat,
alat, dan bahan, orang yang akan melakukan kultur jaringanpun harus steril untuk memperbesar
keberhasilan kultur jaringan.
Berbagai bagian tanaman dapat di gunakan sebagai eksplan dalam kultur jaringan (D.A.
Pratiwi, Sri Maryanti, Srikini, Suharno, Bambang S, 2007). Banyak bagian tumbuhan yang dapat
dikultur jaringan misalnya ujung akar, tunas dan daun muda.
Prosedur kultur jaringan ada 4 yaitu persiapan, pengambilan dan perawatan eksplan,
pengocokan, dan media (D.A. Pratiwi, Sri Maryanti, Srikini, Suharno, Bambang S, 2007).
Aplikasi kultur jaringan dibidang pertanian antara lain meliputi produksi tanaman bebas
patogen, produksi bahan-bahan farmasi, pelestarian plasma nutfah, pelestarian tanaman dan
rekayasa genetika, serta perbanyakan (mikro propagasi) klonal tanaman dengan cepat(Tetty
Setiowati, Deswita Furqonita, 2007).
Manfaat yang diperoleh dari kultur jaringan adalah diperolehnya keturunan dalam jumlah
yang sangat banyak dalam waktu yang relatif singkat dan memiliki sifat yang sama dengan
induknya (Susi Laelawati, 2008). Biasanya produk kultur jaringan memiliki keseragaman bentuk
dan tinggi serta masa panen yang sama, sehingga lebih menguntungkan bagi para petani yang
memanfaatkan kultur jaringan. Selain bermanfaat, bioteknologi juga dapat berdampak negative
terhadap lingkungan, social ekonomi maupun kesehatan.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Kultur Jaringan


Kultur jaringan bila diartikan ke dalam Bahasa Jerman disebut Gewebe Kultur, dalam
Bahasa Inggris disebut Tissue Culture, dalam Bahasa Belanda disebut weefsel kweek atau
weefsel cultuur.
Kultur jaringan tumbuhan merupakan teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan
yang di dasarkan pada sifat totipotensi tumbuhan. Totipotensi adalah kemampuan sel atau
jaringan organisme untuk tumbuh menjadi individu baru. Totipotensi tumbuhan membuat sel
tumbuhan dalam proses kultur jaringan dapat berkembang menjadi tumbuhan lengkap jika
ditumbuhkanpada kondisi yang memungkinkan. Dengan kultur jaringan, dalam waktu yang
bersamaan dapat diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak.
Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atauorgan yang serba steril, dalam botolkultur yang
sterildan dalam kondisi yang aseptic, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri
dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Usaha memperoleh suatu individu baru dari satu sel atau jaringan dikenal sebagai kultur sel
atau kultur jaringan.
Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut tissue culture.
Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi
yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi
tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya
untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generative.
Kultur jaringan termasuk jenis perkembangbiakan vegetatif yang prinsip dasarnya sama
dengan menyetek. Bagian tanaman yang akan dikultur (eksplan) dapat diambil dari akar, pucuk,
bunga, meristem, serbuk sari.
Teori dasar dari Kultur Jaringan yang diusulan oleh Gottlieb Haberlandt dari German
Academy of Science pada tahun 1902 dengan eksperimen yang dilakukan dengan Kultur Sel
Tunggal pada tanaman anggrek yang di isolasi dari sel vegetative hingga penelitian berhasil.
Hingga sekarang beliau di sebut sebagai Bapak Kultur Jaringan ( Father Of Plant Tissue
Culture).

3.2. Prinsip dalam Kultur Jaringan


Menurut Thorpe (1981), ada 3 prinsip utama dalam kultur jaringan:
Isolasi bagian tanaman dari tanaman utuh (organ, akar, daun dll)

Memelihara bagian tanaman tadi dalam lingkungan yang sesuai dan kondisi kultur yang tepat

Pemeliharaan dalam kondisi aseptik.


Untuk memperbesar keberhasilan kultur jaringan, tanaman yang akan dikulturkan
sebaiknya berupa jaringan muda yang sedang tumbuh, misalnya ujung akar, tunas, dan daun
muda. Jaringan yang diambil dan ditumbuhkan disebut eksplan. Sejak diambil dari tumbuhan
induk sampai dengan dikulturkan, eksplan harus dalam kesdaan steril. Persiapan eksplan sampai
penanaman dalam medium buatan harus dilakukan didalam entkas atau laminar air flo.
Eksplan yang steril dikultur dalam botol yang berisi medim cair. Medium cair terdiri dari
zat nutrisi dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Supaya nutrisi dapat meresap kedalam eksplan, media
kultur harus disimpan diatas pengocok atau shaker. Dari eksplan akan tumbuh jaringan seperti
kalus berwarna putih yang disebut protocorm like body (PLB). PLB dapat dipecah-pecah dan
ditumbuhkan lagi menjadi banyak PLB. PLB kemudian disubkultur dalam media padat yang
terdiri dari larutan nutrisi, zat pengatur tumbuh, dan agar. Factor-faktor lingkungan diluar nutrisi,
seperti cahaya, temperature, kelembapan, dan PH, juga harus dikondisikan agar sesuai untuk
kelangsungan hidup PLB tersebut.
PLB akan berkembang menjadi tanaman kecil yang disebut plantlet. Plantlet dipisah-
pisahkan dan dikultur lagi dalam media padat sampai cukup besar dan siap dipindahkan ke dalam
pot kelompok. Satu pot berisi banyak plantlet. Setelah plantlet membentuk tanaman yang
sempurna, populasi dalam pot dapat dikurangi. Akhirnya, satu tanaman dipindahkan kedalam
satu plastic hitam (polybag) dan dipelihara sampai tanaman siap ditanam dilahan. Lihat Gambar
1.2 Perawatan plantlet dalam pot kelompok atau pot individu dilakukan dirumah kaca.
3.3. Macam macam kultur jaringan
Berbagai bagian tanaman dapat digunakan sebagai eksplan dalam kultur jaringan.
a. Kultur meristem, menggunakan jaringan (akar, batang, daun) yang muda/meristematik.
b. Kultur anter, menggunakan kepala sari sebagai eksplan.
c. Kultur embrio, menggunakan embrio. Misalnya pada embrio kepala kopyor yang sulit
dikembangbiakkan secar alamiah.
d. Kultur protoplas, menggunakan sel jaringan hidup sebagai eksplan tanpa dinding.
e. Kultur kloroplas, menggunakan kloroplas. Kultur ini biasanya untuk memperbaiki atau membuat
varietas baru.
f. Koltur polen, menggunakan serbuk sari sebagai eksplannya.

3.4. Prosedur kultur jaringan


Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam prosedur kultur jaringan, yaitu :
a. Persiapan
Media yang digunakan berupa media cair dan padat. Kedua media ini disiapkan
dalam botol Erlenmeyer yang ditutup dengan kain kasa steril dan alumunium foil. Botol yang
berisi media disterilkan dengan memanaskannya dalam autoklaf yang bersuhu 120C dan
tekanan 1.5 kg/m2 selama 20 menit. Setelah disterilkan, media kultur disimpan dalam tempat
steril atau kulkas. Ruangan dan peralatan harus disterilkan dengan larutan antiseptic (alcohol
atau sodium hipoklorit). Lampu UV dalam ruangan entkas atau laminar air flow dinyalakan satu
jam sebelum digunakan.
b. Pengambilan dan Perawatan Eksplan
Eksplan dapat diambil dari tunas pucuk, ketiak daun, ujung akar, atau daun muda. Bahan
eksplan disterilakan dengan cara merendamnya dalam larutan kalsium hipoklorit 5% selama 5
menit. Setelah itu, eksplan dibilas beberapa kali menggunakan akuades steril. Bahan eksplan
yang sudah steril dan botol Erlenmeyer berisi media cair dimasukkan kedalam entkas. Bagian
luar eksplan berukuran 1 1,5 mm. setelah eksplan siap ditanam, tutup botol Erlenmeyer dibuka
dan eksplan diambil memakai pinset, lalu dimasukkan ke dalam media cair. Botol yang sudah
ditanami eksplan ditutup kembali dengan kain steril dan alumunium foil.

c. Pengocokan
Botol yang sudah ditanami eksplan diletakkan diatas meja pengocok (shaker) yang sudah
dinyalakan dengan frekuensi pengocokan sekitar 60 70 kali per menit. Pengocokan dilakukan 6
jam sehari selama 1,5 2 bulan. Tujuan pengocokan sebagai berikut :
1) Menggiatkan kontak antara permukaan eksplan dengan larutan media
2) Memudahkan peresapan larutan nutrisi kedalam jaringan eksplan
3) Melancarkan sirkulasi udara, sehingga udara dapat masuk ke dalam media
4) Menjaga homogenitas atau keseragaman larutan nutrisi dalam media
5) Merangsang terpisahnya PLB yang terbentuk.
Dalam media cair, dari eksplan akan tumbuh PLB dan lama-kelamaan PLB akan lepas dari
eksplan. PLB yang terbentuk dapat dipisah-pisahkan dan dapt dipindahkan ke dalam botol lain
sehingga dihasilkan banyak PLB. PLB yang terbentuk dapat dipindahkan kedalam media padat
dan dikulturkan dalam ruangan yang steril. Suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya ruangan
harus diatur. Dalam media, PLB akan tumbuh menjadi plantlet. Setelah menghasilkan daun atau
membentuk tanaman sempurna, plantlet harus dipindahkan kedalam botol lain yang berisi media
padat. Populasi plantlet dikurangi sesuai dengan tingkat pertumbuhannya. Akhirnya, plantlet
dipindahkan kedalam pot kelompok yang terdiri dari campuran tanah dan kompos atau pupuk
kandang, dan diletakkan dalam rumah kaca. Setelah pertumbuhannya sempurna, Plantlet
dipindah kedalam pot. Satu pot berisi satu tanaman baru. Lihat Gambar 1.3.
d. Media
Media tanaman terdiri dari dua jenis, yaitu media cair dan media padat. Media cair
digunakkan untuk menumbuhkan eksplan sampai terbentuk PLB. Media padat digunakan untuk
menumbuhkan PLB sampai terbentuk plantlet.
Media padat dibuat dengan melarutkan nutrisi dan agar ke dalam akuades yang
disterilkan. Media kultur harus mengandung nutrisi lengkap yang terdiri dari unsure makro,
unsure mikro, vitamin, gula, dan ZPT (zat pengatur tumbuh tanaman seperti auksin, sitokinin,
giberelin).
Zat pengatur tumbuh yang akan digunakan dapat dipilih dari bahan-bahan dibawah
ini :
1) IAA (indoleasetic acid / asam indolasetat)
2) IAAId (indoleacetaldehyde / indol asetal dehida)
3) IAN (indoleacetonitrile / indol asetonitril)
4) IAEt (ethylendoleacetate / etilendol asetat)
5) IpyA (indolepyruvic acid / asam indol piruvat)
Ada banyak media kultur jaringan yang penanamannya diambil dari nama penemunya,
antara lain :
1) Murashige and Skoog (1962), dapat digunakan hampir untuk semua jenis kultur, terutama untuk
tanaman herba.
Contoh Media Kultur Murashige and Skoog (pH 5,7)
Bahan Komposisi (mg/l)
NH4NO3 1.650
KNO3 1.900
CaCl2.2H2O 440
MgSO4.7H2O 370
KH2PO4 170
KI 0,83
H3BO3 6,2
MnSO4.4H2O 27,3
ZnSO4.7H2O 8,6
NaMoO4.2H2O 0,25
CuSO4.5H2O 0,025
CoCl2.6 H2O 0,025
FeSO4.7H2O 27,8
Na2-EDTA.2H2O 37,2
Myoinositol 100
Asam nikotinat 0,5
Piridoksin HCl 0,5
Tiamin HCl 0,1
Glisin 2
IAA 1 - 30
Kinetin 0,04 - 10
Sukrosa 30.000

2) White (1934), sangat cocok untuk kultur tanaman tomat.


3) Vacin and Went, dapat digunakan untuk kultur jaringan anggrek.
4) Nitsch and Nitsch, biasanya digunakan dalam kultur serbuk sari dan kultur sel.
5) Scenk and Haberlandt (1972), cocok untuk kultur jaringan tanaman monokotil.

3.5. Dampak Positif dan Negatif dari Kultur Jaringan


Kultur jaringan memiliki manfaat sebagai berikut :
a. Melestarikan sifat tanaman induk
b. Menghasilkan tanaman yang memiliki sifat seragam
c. Menghasilkan tanaman baru dalam jumlah besar
d. Dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus
e. Dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah
f. Untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika. Sel yang telah direkayasa
dikembangkan melalui kultur sel sehingga menjadi tanaman baru secara lengkap.
Adapun kekurangan dari kultur jaringan adalah sebagai berikut :
a. Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit
b. Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium khusus)
c. Peralatan dan perlengkapan yang canggih
d. Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur jaringan agar
dapat memperoleh hasil yang memuaskan
e. Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pada dasarnya, Kultur jaringan tumbuhan merupakan teknik perbanyakan tanaman secara
vegetatif buatan yang di dasarkan pada sifat totipotensi tumbuhan. Totipotensi adalah
kemampuan sel atau jaringan organisme untuk tumbuh menjadi individu baru. Totipotensi
tumbuhan membuat sel tumbuhan dalam proses kultur jaringan dapat berkembang menjadi
tumbuhan lengkap jika ditumbuhkanpada kondisi yang memungkinkan. Dengan kultur jaringan,
dalam waktu yang bersamaan dapat diperoleh bibit tanaman dalam jumlah banyak.

Menurut Thorpe (1981), ada 3 prinsip utama dalam kultur jaringan:


Isolasi bagian tanaman dari tanaman utuh (organ, akar, daun dll)

Memelihara bagian tanaman tadi dalam lingkungan yang sesuai dan kondisi kultur yang tepat

Pemeliharaan dalam kondisi aseptik.


Berbagai bagian tanaman dapat digunakan sebagai eksplan dalam kultur jaringan, seperti :
a. Kultur meristem
b. Kultur anter
c. Kultur embrio
d. Kultur protoplas
e. Kultur kloroplas
f. Koltur polen.
Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam prosedur kultur jaringan, yaitu :
1. Persiapan
2. Pengambilan dan Perawatan Eksplan
3. Pengocokan
4. Media

Keuntungan pemanfaatan kultur jaringan sebagai berikut :


a. Melestarikan sifat tanaman induk
b. Menghasilkan tanaman yang memiliki sifat seragam
c. Menghasilkan tanaman baru dalam jumlah besar
d. Dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus
e. Dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah
f. Untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika. Sel yang telah direkayasa
dikembangkan melalui kultur sel sehingga menjadi tanaman baru secara lengkap.
Adapun kekurangan dari kultur jaringan adalah sebagai berikut :
a. Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit
b. Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium khusus)
c. Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur jaringan agar
dapat memperoleh hasil yang memuaskan
d. Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh.
4.2 Saran
Dalam kegiatan kultur jaringan, tidak sedikit masalah-masalah yang muncul sebagai
pengganggu dan bahkan menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan kultur yang
dilakukan. Gangguan kultur secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam, dari
lingkungan kultur, maupun dari manusianya.
Permasalahan dalam kultur ada yang dapat diprediksi sebelumnya dan ada pula yang sulit
diprediksi kejadiannya..
Untuk itu saya sarankan agar mencoba hal hal berikut ini dalam kultur jaringan :
Pemilihan eksplan sebagai bahan dasar untuk pembentukkan kalus
Penggunaan medium yang cocok
Keadaan yang aseptik dan pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair. Meskipun pada
prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, tetapi sebaiknya dipilih bagian tanaman yang
masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian meristem, seperti: daun muda, ujung akar, ujung
batang, keping biji dan sebagainya. Bila menggunakan embrio bagian bji-biji yang lain sebagai
eksplan, yang perlu diperhatikan adalah kemasakan embrio, waktu imbibisi, temperatur
dan dormansi.
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, D. A., Maryanti, Sri., Srikini., Suharno., S. Bambang. 2007. BIOLOGI untuk SMA Kelas
XII, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Laelawati, Susi. 2008. Bioteknologi, Jakarta : Penerbit Nobel Edumedia.
Kusumawati, Rohana., dkk. 2012. Detik Detik UJIAN NASIONAL BIOLOGI, Klaten: PT Intan
Pariwara.
Setiwati, Tetty., Furqonita, Deswanti. 2007. BIOLOGI Interaktif, Jakarta Timur: Penerbit Azka
Press.

Anda mungkin juga menyukai