Tugas : Makalah
Teknologi Sel, Jaringan dan Organ Tanaman
SOMATIK EMBRIOGENESIS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat -Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul Somatik Embriogenesis.
Adanya Makalah ini diharapkan tidak hanya dapat membantu mahasiswa
dalam melaksanakan tugas perkuliahannya, namun juga sangat berguna bagi
masyarakat terutama yang berkecimpung di bidang pertanian dalam rangka
pengembangan keterampilan dan pengetahuan. Kami menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan baik dari isi maupun formatnya, karena itu kritik dan
saran untuk perbaikan sangat diharapkan dari pembaca.
Namun demikian, saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyusun makalah ini, baik bantuan berupa moral
maupun materil, baik langsung maupun tidak langsung.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada kita semua khususnya
pembaca.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................. 4
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan ........................................................ 6
BAB IV PENUTUP........................................................................................... 30
4.1.......................................................................................................... Ke
simpulan.......................................................................................... 30
4.2.......................................................................................................... Sar
an .................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
sendiri. Bila kia terpaksa harus membeli medium yang sudah jadi (dalam
kemasan) jelas akan sangat mahal, sebab medium yang sudah jadi masih harus di
impor dari luar negeri. Apalagi kita harus membeli saran untuk perlakuan isolasi
dan fusi protoplas, tentu biayanya akan bertambah besar. Enzim-enzim yang
digunakan dalam kultur jaringan juga masih dibeli dari luar negeri sepertti Jepang.
Lepas semua dari kendala-kendala tersebut diatas, kita harus mengakui
bahwa teknik kultur jaringan sangat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan,
terutama untuk pengembangan bioteknologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
memasuki tahap globular. Pada saat tersebut selaktif membelah kesegala arah dan
membentuk lapisan terluar yang akan menjadi protoderm (bakal epidermis),
kelompok sel yang merupakan prekursor jaringan dasar dan jaringan
pembuluhpun mulai terbentuk. Pembelahan kesegala arah tersebut terhenti ketika
pembentukan primordia kotiledon, pada saat embrio matang sudah autotrof.
Embrio yang matang akan berkecambah dan tumbuh menjadi tumbuhan yang baru
pada kondisi yang cocok (Bajaj, 1994; Dodeman dkk. 1997;Lits, 1985).
Proses pembentukan dan perkembangan embrio (embriogenesis)
menentukan polapertumbuhan, yaitu meristem pucuk ke atas, meristem akar ke
bawah, dan pola-pola dasar jaringan lainnya berkembang pada 'axis' pucuk –akar
ini, namun pada tiap tumbuhan terdapat variasi pada proses embriogenesis.
Selanjutnya proses embriogenesis adalah bagian dari metode kultur
jaringan untuk memperoleh bibit yang banyak dan bebas virus. Planlet yang
dihasilkan pada mulanya beragam. Selanjutnya tanaman akan ditanam dilapang
dan diadakan seleksi sesuai dengan metoda pemuliaan berkali-kali sehingga
diperoleh tanaman-tanaman yang unggul. Tanaman inilah yang digunakan sebagai
sumber eksplan yang bisa diperbanyak dengan berbagai cara dilaboratorium
kultur jaringan sehingga didapat bibit dalam jumlah banyak dan seragam, metoda
yang digunakan antara lain menginduksi tunas majemuk dan sub kultur. Jika
sudah diperoleh sumber eksplan yang unggul dan media yang sesuai
maka prosesnya akan berlangsung dalam waktu yang singkat dengan penambahan
hormone tumbuh dalam konsentrasi rendah.
Metode perbanyakan cepat kultur jaringan dapat dilakukan melalui:
1. Perangsangan tunas lateral untuk membentuk tunas ganda dalam jumlah
yang melebihi npertumbuhan normal. Bahan tanaman yang digunakan
umumnya berupa batang yang mempunyai 1 buku. Cara ini lebih mudah
dan aman dalam mempertahankan sifat pohon induknya.
2. Inisiasi tunas adventif langsung dari eksplan atau melalui kalus.
3. Embrio somatik. Cara kedua dan ketiga banyak dilaporkan menyebabkan
ketidakstabilan pada turunannya karena pembentukan melalui fase kalus.
Tetapi di masa mendatang, cara embrio somatik banyak mendapat
10
akumulasi m-RNA dari CHB3 tampak pada bagian paling dalam dari sel-sel
korteks. Lapisan paling dalam dari sel-sel korteks tersebut berbeda dengan sel-sel
korteks lain di mana lapisan tersebut banyak mengandung vakuola dan plastida.
Lapisan ini akan berdiferensiasi membentuk sistim pembuluh. Ekspresi dari gen
CHB4 dan CHB5 mulai terlihat pada fase torpedo. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa ekspresi dari gen CHB3, CHB4, dan CHB5 kemungkinan
berhubungan dengan diferensiasi dari lapisan sel-sel korteks yang paling dalam.
Peningkat-an jumlah m-RNA dari gen CHB6 terlihat pada jaringan pembuluh
yang masih muda dari fase hati hingga terbentuknya embrio somatik. Hal ini
menunjukkan bahwa gen CHB6 kemungkinan berhubungan dengan diferensiasi
dan perkembangan sistem pembuluh.
2. Pencoklatan/browning
Pencoklatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam
yang sering membuat tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan.
Peristiwa pencoklatan sesunggguhnya merupakan peristiwa alamiah yang biasa
yang sering terjadi. Pencoklatan umumnya merupakan suatu tanda-tanda
kemunduran fisiologi eksplan dan tidak jarang berakhir pada kematian eksplan.
3. Vitrifikasi
Vitrifikasi adalah suatu istilah problem pada kultur yang ditandai dengan:
Munculnya pertumbuhan dan pertumbuhan yang tidaknormal. Tanaman yang
dihasikan pendek-pendek atau kerdil. Pertrumbuhan batang cenderung ke arah
penambahan diameter Tanaman utuhnya menjadi sangat turgescent.
Pada daunnya tidak memiliki jaringan pallisade..
4. Variabilitas Genetik
Bila kultur jaringan digunakan untuk upaya perbanyakan tanaman yang
seragam dalam jumlah yang banyak, dan bukan sebagai upaya pemuliaan tanaman
maka variasi genetik adalah kendala. Variasi genetik dapat terjadi pada kultur in
vitro karena:
Laju multiflikasi yang tinggi, variasi terjadi karena terjadinya sub kultur
berulang yang tidak terkontrol. Penggunaan teknik yang tidak sesuai.
Variasi genetik yang paling umum terjadi pada kultur kalus dan kultur -suspensi
sel, hal tersebut terjadi karena munculnya sifat instabilitas kromosom mungkin
akibat teknis kultur, media atau hormon. Cara mengatasi masalah variasi genetik
tentunya tidak sederhana, harus memperhatikan aspek yang dikulturkan.
5. Pertumbuhan dan Perkembangan
Masalah utama berkaitan dengan proses pertumbuhan adalah bila eksplan
yang ditanam mengalami stagnasi, dari mulai tanam hingga kurun waktu tertentu
tidak mati tetapi tidak tumbuh. Untuk menghindari hal itu dapat dilakukan dengan
preventif menghindari bahan tanam yang tidak juvenil atau tidak meristematik.
Karena awal pertumbuhan eksplan akan dimulai dari sel-sel yang muda yang aktif
membelah, atau dari sel-sel tua yang muda kembali.
19
unggul. Secara lebih rinci dan jelas berikut ini akan dibahas secara khusus
kegunaan dari kultur jaringan terhadap berbagai ilmu pengetahuan. Antara lain:
1. Menghasilkan jutaan klon dapat dihasilkan dalam waktu singkat dengan
jumlah material awal yang sedikit
2. Teknik kultur jaringan menawarkan suatu alternatif bagi spesies-spesies yang
resisten terhadap sistem perbanyakan vegetatif konvensional dengan
melakukan manipulasi terhadap faktor-faktor lingkungan, termasuk
penggunaan zat pengatur tumbuh.
3. Kemungkinan untuk mempercepat pertukaran bahan tanaman di tingkat
internasionalua proses dilakukan di bawah kondisi lingkungan yang terkendali
di laboratorium ataupun rumah kaca.
4. Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu).
5. Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah.
6. Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan
lingkungan lainnya.
7. Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki.
8. Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman
dewasa.
9. Kultur jaringan juga mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi, karena
dari usaha ini dapat dihasilkan metabolit skunder upaya untuk pembuatan
obat-obatan, yaitu dengan memisahkan unsur-unsur yang terdapat di
dalam kalus ataupun protokormus,misalnya alkoloid, steroid, dan terponoid.
10. Beberapa jenis tanaman ada yang teramcam punah (endangered species),
misalnya berbagai jenis tanaman pisang, tanaman melati, kenanga, kayu jati,
dan kayu putih. Usaha yang paling tepat untuk melestarikan tanaman yang
terancam punah adalah dengan jalan kloning. Dengan usaha kloning ini,
populasi dari tanaman tersebut akan terselamatkan, bahkan dapat bertambah,
sekaligus sifat-sifat yang dimiliki oleh tanaman tersebut tetap terjamin.
11. Kultur jaringan juga memberikan masukkan atau informasi pengetahuan yang
sangat bermanfaat dibidang fisiologi tanaman. Pada tanaman anggrek
misalnya, telah berhasil diketahui bahwa jika ujung akarnya diiris melintang
akan memperlihatkan warna tertentu. Warna tersebut nantinya akan sama
21
dengan warna bunganya. Hal ini sangat berguna dalam bidang perdangan
bunga hias, sebab walaupun tanamannya belum berbunga orang sudah dapat
mengetahui warna bunga yang akan muncul.
BAB III
HASIL PENELITIAN TERKAIT EMBRIOGENESIS SOMATIK
3.1. “Embriogenesis Somatik Jeruk Keprok (Citrus reticulata L. cv Batu 55)
Asal Hasil Perlakuan Kolkisin “
Agus Purwito 1*, Mohamad Prayogi 1 , Mia Kosmiatin2 dan Ali Husni2 Diterima
27 Agustus 2015/Disetujui 18 November 2015
L-1 ABA cenderung menghasilkan ES fase torpedo dan ES fase kotiledon terbaik.
Setiap minggu ES fase torpedo yang dihasilkan bertambah dan berkurang. Hal ini
karena ES fase torpedo berkembang menjadi kotiledon atau berdediferensiasi
menjadi kalus kembali. Pada umur tujuh minggu setelah kultur (MSK) jumlah
rata-rata ES fase torpedo pada perlakuan ABA 0.5 mg L-1 adalah yang terbanyak.
Media pendewasaan dengan perlakuan ABA 0.3 mg L-1 menghasilkan ES fase
torpedo terbaik pada minggu ke-5, sedangkan perlakuan ABA 0.1 mg L-1 dan
media tanpa ABA menghasilkan ES fase torpedo yang sama pada minggu ke-9.
Embrio somatik fase kotiledon mulai terbentuk pada minggu ke-5 dan
meningkat pada minggu ke-9. Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah ES fase
kotiledon pada 9 MSK meningkat sangat cepat. Perkembangan ES membentuk
fase jantung, torpedo, dan kotiledon meningkat seiring dengan penambahan
konsentrasi ABA. Pemberian ABA berkonsentrasi 0.5 mg L-1 menghasilkan ES
fase jantung, fase torpedo, dan fase kotiledon terbaik. Husni et al. (2010) juga
mendapatkan konsentrasi ABA yang sama untuk pendewasaan ES jeruk siam
Simadu. Pada penelitian ini persentase pendewasaan yang terbaik adalah jika ES
fase globular ditanam pada media dengan penambahan ABA 0.5 mg L-1 yaitu
sebesar 82%.
3. Perkecambahan Embrio Somatik
Perkecambahan ES merupakan proses yang terjadi setelah fase
pendewasaan. Perkecambahan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
faktor lingkungan sepert suhu dan cahaya, serta komposisi ZPT yang terdapat
pada media perkecambahan (Merigo, 2011). Jenis vitamin juga berpengaruh
terhadap perkecambahan ES (Kosmiatin et al., 2015).
27
Gambar 1. Pengaruh jenis vitamin terhadap (a) persentase embrio somatik yang
berkecambah dan (b) persentase planlet yang terbentuk.
Pada Gambar 1 (a) terlihat bahwa perlakuan vitamin MW menghasilkan
persentase kecambah lebih baik dibandingkan dengan perlakuan vitamin MS.
Persentase kecambah yang diamati merupakan gabungan antara kecambah normal
dan abnormal. Persentase kecambah yang dihasilkan pada perlakuan vitamin MW
adalah sebesar 67.2-85.9%, sedangkan persentase kecambah yang dihasilkan pada
perlakuan vitamin MS sebesar 55.4- 80.1%. Peningkatan persentase kecambah
pada perlakuan vitamin MW cenderung lebih stabil dibandingkan dengan
perlakuan vitamin MS pada minggu ke-2 sampai minggu ke-6.
Gambar 1 (b) menunjukkan bahwa perkecambahan yang sempurna, yaitu
menghasilkan planlet mulai terjadi pada minggu ke-4. Perlakuan vitamin MW
menghasilkan planlet sebesar 5.2%, sedangkan perlakuan vitamin MS
menghasilkan planlet sebesar 4.3% ES yang berkecambah. Peningkatan jumlah
planlet terus terjadi sampai minggu ke10, dimana perlakuan penambahan vitamin
MS menghasilkan planlet sebanyak 43.1%, sedangkan penambahan dengan
vitamin MW memilik persentase sebanyak 39.2%. Penelitian Merigo (2011)
menghasilkan planlet dengan persentase sebanyak 84% dengan perlakuan GA3
2.5 mg L-1 . Rendahnya persentase ES fase kotiledon yang membentuk planlet
pada percobaan ini diduga karena adanya keragaman jumlah kromosom pada
eksplan yang digunakan.
4. Pertumbuhan Tunas dan Akar
Proses pemanjangan tunas dan pertumbuhan akar bertujuan untuk
mengoptimalkan ukuran planlet agar dapat tumbuh pada saat aklimatisasi in vivo.
Ukuran planlet dioptimalkan dengan menanam pada media yang ditambahkan
vitamin dan ZPT. Vitamin yang digunakan adalah vitamin MS dan vitamin MW,
28
sedangkan ZPT yang digunakan adalah NAA, IAA, IBA dengan konsentrasi 0.5
mg L -1 .
Tabel 3. Pengaruh ZPT terhadap pertambahan tinggi tunas dan pertambahan
panjang akar pada 4 MST.
Perlakuan Pertambahan Tinggi Pertambahan Panjang
Tunas (cm) Akar (cm)
Vitamin
MS 0.44 0.21
MW 0.34 0.26
Uji F tn tn
ZPT
NAA 0.28 0.19
IAA 0.29 0.22
IBA 0.59 0.31
Uji F * tn
Interaksi tn tn
Keterangan: Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang berbeda
menunjukkan berbeda nyata pada taraf α = 5% (uji DMRT)
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan tidak ada interaksi antara
vitamin dan ZPT yang diberikan. Zat pengatur tumbuh secara tunggal
berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tunas dan tidak berpengaruh nyata
terhadap pertambahan panjang akar. Perlakuan vitamin secara statistik juga tidak
berpengaruh terhadap pertambahan tinggi tunas dan panjang akar. Uji lanjut
dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa IBA berkonsentrasi 0.5 mg L -1 adalah yang terbaik untuk
meningkatkan pertumbuhan tunas (Tabel 3).
29
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
30
DAFTAR PUSTAKA
Al-Taha, H.A.K., A.M. Jasim, M.F. Abbas. 2012. Somatic embryogenesis and
plantlet regeneration from nucleus tissues of local orange (Citrus sinensis
(L.) Osbeck). Acta Agric. Slovenica. 99(2): 185-189.
Devy, N.F., Yenni, Hardiyanto. 2014. The growth performance of citrus derived
from somatic embryogenesis plantlet and scion stock. Indones. J. Agric.
Sci. 15(2): 71-78.
Dewi, I.S., G.S. Jawak, B.S. Purwoko. 2014. Respon pertumbuhan kultur in vitro
jeruk besar (Citrus maxima (Burm.) Merr.) cv Nambangan terhadap
osmotikum dan retardan. J. Hort. Indonesia. 5(1): 21-28.
Pendidikan Biologi.2013
http://pendidikanbiologiunirowtuban.blogspot.com/2013/12/makalah
somatik.html (Diakses tanggal 11 Juni 2020)