Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN
“POLIPLOIDI”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pemuliaan Tanaman

Disusun oleh:
Nurul Azmi (4442160041)
Febrianti Ananda (4442160043)
Yessi Octavia Gabriella (4442160044)
Bella Aurel Aisyah A. U (4442160045)
Tia Setiasih (4442160046)
Tut Wuri Handayani (4442160047)
Kelompok 2 (Dua)
Kelas V B

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabararakatuh


Segala puji dan syukur selalu terpanjatkan kepada kehadirat Allah SWT
atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Pemuliaan Tanaman yang berjudul
“Poliploidi”. Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan dalam mata
kuliah Pemuliaan Tanaman.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan praktikum ini tidak
akan terwujud dengan baik tanpa adanya pihak-pihak yang telah membantu secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penyusun ingin mengucapkan
rasa terima kasih kepada :
1. Para dosen mata kuliah Pemuliaan Tanaman
2. Para asisten laboratorium yang telah membantu dan mengarahkan pada
saat praktikum.
3. Orangtua yang telah memberikan dorongan, baik secara moril maupun
materil.
4. Seluruh teman-teman Agroekoteknologi angkatan 2016/2017 yang telah
memberikan dukungan dan semangatnya.
Dalam penyusunan Laporan Praktikum Pemuliaan Tanaman ini penyusun
menyadari banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan demi perbaikan untuk kedepannya. Akhir kata, semoga laporan
praktikum ini bermanfaat bagi penyusun dan juga teman-teman yang
membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabararakatuh.

Serang, November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………… i


DAFTAR ISI …………………………………………………………… ii
DAFTAR TABEL …………………………………………………….. iii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………....... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………… 1
1.2 Tujuan ………………………………………………………. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Poliploidi ..........…………………………………. 3
2.2 Variasi Kromosom........................ ……………………… 3
2.3 Tanaman Semangka........................ ……………………… 9
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu …………………………………………. 12
3.2 Alat dan Bahan …………………………………………….. 12
3.3 Cara Kerja …………………………………………………... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ………………………………………………………… 13
4.2 Pembahasan ………………………………………………… 14
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan …………………………………………………… 17
5.2 Saran ……………………………………………………….. 17
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 18
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengamatan Semangka Selama 4 MST) ........................................... 13


Tabel 2. Persentase Benih Tumbuh (5 MST) ................................................... 14
Tabel 3. Pengamatan Semangka (5 MST)) ..................................................... 14

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar Biji Poliploidi ....................................................................... 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semangka (Citrullus vulgaris) merupakan salah satu buah yang sangat
digemari masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, renyah dan
kandungan airnya yang banyak. Tanaman semangka termasuk salah satu jenis
tanaman buah-buahan semusim yang mempunyai arti penting bagi perkembangan
sosial ekonomi rumah tangga maupun negara. Pengembangan budidaya
komoditas ini mempunyai prospek cerah karena dapat mendukung upaya
peningkatan pendapatan petani. Daya tarik budidaya semangka bagi petani
terletak pada nilai ekonominya yang tinggi.
Budidaya tanaman semangka di Indonesia masih terbatas untuk memenuhi
pasaran dalam negeri. Padahal terbuka peluang yang sangat luas bahwa semangka
dapat diekspor ke luar negeri, sebab kondisi alam Indonesia sesungguhnya lebih
menguntungkan daripada kondisi alam negara produsen lain di pasaran
internasional.
Buah semangka yang berkualitas baik dapat dihasilkan melalui modifikasi
teknik budidaya tanaman semangka. Salah satunya yaitu menghasilkan buah
semangka tanpa biji melalui teknik poliploidi.
Teknik poliploidi sengaja dibuat (secara induksi) dengan senyawa
penghambat mitosis. Induksi poliploidi dimanfaatkan dalam pemuliaan tanaman
karena untuk mendapatkan hasil panen yang diinginkan. Dalam melakukan
poliploidi dibutuhkan bahan kimia tertentu untuk mendukung proses yang
berlangsung.
Penggunaan bahan kimia tertentu untuk mendukung cara kerja poliploidi
salah satunya dengan menggunakan senyawa kimia yaitu kolkisin. Senyawa ini
dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada pembelahan sel
sehingga menyebabkan terbentuknya individu poliploidi (Suryo, 1995). Apabila
kolkisin digunakan pada konsentrasi yang tepat maka jumlah kromosom akan
meningkat (penggandaan).

1
Oleh karena itu dilakukanlah praktikum poliploidi pada tanaman
semangka untuk mengetahui mekanisme dan perbandingan tanaman semangka
dengan teknik pemuliaan poliploidi.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa dapat memahami pembentukan tanaman triploid pada semangka.
2. Mahasiswa dapat membandngkan karakter tanaman dari tanaman semangka 2n
dan tanaman semangka 3n.
3. Mahasiswa dapat membandingkan karakter biji tanaman semangka 2n dan
tanaman semangka 3n.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Poliploidi


Poliploidi berarti lebih dari dari dua set kromosom terdapat dalam suatu
individu dan ada macam macam tingkat ploidi. Poliploidi biasanya lebih kekr
daripada siploid, ukuran tanaman lebih besar (daun, batang, bunga, buah dan sel
inti), kandungan vitamin dan protein meningkat, tekanan osmotik berkurang,
pembelahan sel terlambat, masa vegetatif lebih panjang (Crowder, 1986).
Poliploidi mempunyai arti dalam proses evolusi yaitu spesies dan kultivar
baru yang mempunya tingkat ploidi yang berbeda telah berkembang dan dapat
dikemangkan. Sejumlah tanaman penting yang dibudidayakan adalah poliploidi
gandum, tebu, kapas, dan apel. Tipe poliploidi sering memperlihatkan sifat gigas
yaitu ukuran morfologis yang lebih besar. Pemulia bunga bungaan telah
mengambil keuntungan dari sifat ini dalam mengembangkan tipe hibrida.
Poliploidi umumnya menunjukkan kisaran daya adaptasi geografis yang lebih luas
dibanding moyangnya yang diploid. Ploidi dapat memberikan kerugian kerugian
tertentu, yaitu semi sterilitas pada tanaman poliploidi dengan gamet yang tak
dapat hidup dan penurunan hasil biji, dan kemasakan lebih lambat dibanding tipe
yang ploidinya lebih rendah (Crowder, 1986).
Setiap spesies memiliki jumlah kromosom yang khas. Sebagian besar
organisme berderajat tinggi memiliki jumlah kromosom yang bersifat diploid.
Variasi jumlah set kromosom (ploidi) sering ditemukan di alam. Pada keadaan
normal materi genetik setiap makhluk hidup stabil (tidak berubah-ubah), akan
tetapi karena adanya pengaruh luar atau dari dalam sel itu sendiri dapat terjadi
perubahan. Perubahan materi genetik karena pengaruh dari dalam sel merupakan
ciri benda hidup yang membedakannya dengan benda mati, yakni dapat
melakukan mutasi dan menjaga keanekaragaman hayati. Perubahan materi genetik
karena pengaruh dari luar sel dapat disebabkan oleh bahan kimia maupun radiasi
(Pai, 1992).
Mutasi dapat dibedakan atas mutasi sitologis yakni perubahan bentuk, ukuran
ataupun jumlah kromosom, serta mutasi genyang secara sitologis tidak tampak

3
namun mempengaruhi penampakan fenotip. Mutasi terakhir ini dapat dideteksi
dengan teknik molekuler. Perubahan jumlah kromosom dapat dibedakan atas
euploidi dan aneuploidi. Pada kondisi euploidi jumlah kromosom merupakan
kelipatan dari kromosom dasarnya. Variasi euploidi yang dapat terjadi adalah:
monoploid (haploid; 1n), diploid (2n) dan poliploid yang terdiri dari: triploid (3n),
tetraploid (4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n), septaploid (7n), oktaploid (8n),
dan nonaploid (9n). Variasi aneuploid meliputi delesi, duplikasi, inversi dan
translokasi. Delesi atau defisiensi adalah hilangnya satu bagian kromosom.
Duplikasi adalah penambahan kromosom. Inversi adalah penyisipan kembali gen-
gen secara terbalik. Translokasi adalah pindahnya suatu bagian kromosom ke
kromosom lain yang bukan homolognya (Crowder, 1986).
Poliploidisasi sudah banyak diaplikasikan pada tanaman, contohnya anggrek
pepaya, kacang tanah, kedelai, pacar air jahe putih, cabai dan sebagainya. Pada
tumbuhan, pembentukan triploid atau poliploid merepresentasikan suatu
mekanisme evolusi yang menghasilkan spesies-spesies baru pada organisme
tersebut, namun hal ini jarang dijumpai pada hewan. Poliploidisasi buatan lebih
banyak dilakukan pada tanaman karena biasanya dapat menghasilkan karakter
baru yang lebih menguntungkan bagi manusia(Fried, 2006).

2.2 Variasi Kromosom


Variasi dalam hal jumlah set kromosom (ploidi) umum ditemukan dialam.
Diperkirakan satu pertiga dari angiospermae (tumbuhan berbunga) memiliki lebih
dari dua set kromosom (poliploid). Adapun tipe-tipe dari variasi jumlah
kromosom ialah sebagai berikut menurut Pierce, (2002):
A. Euploida
Euploida adalah bila variasinya menyangkut seluruh sel kromosom dalam
suatu set kromosom. Euploida diterapkan bagi organisme-organisme yang jumlah
kromosomnya merupakan kelipatan suatu angka dasar (n). tipe ini menunjukan
adanya keragaman dalam suatu set kromosom lengkap (genom) banyaknya
eukariotik memiliki jumlah kkromosom diploid yaitu 2n. tetapi diantara tanaman
pangan dan hortikultura serta tanama hias terdapat tetraploid da hexaploid yang
estetis dan beruna bagi manusia.

4
Adapun beberapa macam dari tipe euploida antara lain:
1). Monoploid
Satu set kromosom (n) secara karakteristik ditemukan dalam nucleus
sejumlah organisme yang tidak begitu kompleks. Misalnya fungi. Tipe ini jarang
ditemukan pada hewan kecuali pada lebah madu jantan karena dapat melakukan
reproduksi secara parthenogenesis. Sedangkan pada tumbuhan sering di jumpai
pada ganggang, cendawan, dan lumut.monoploid bias juga disebut haploid.
Biasanya juga terdapat pada gangang hijau biru, bakteri dan virus. Sedangkan
pada rumput hati dan lumut haploid yaitu bentuk utama yang kita lihat tanaman-
tanaman ini timbul secara spontan dari perkembangan sel telur tanpa pembuahan.
Penyerbukan yang terlambat kadang-kadang menyebabkan sel telur berkembangn
dan bersatu dengan inti sperma dari gametofit jantan. Tanaman kembar kadang-
kadang berkembang dari sati sel telur dan salah satu haploid. Penyebab monoploid
ini adalah sterilitas. Biasanya timbul pada haploid meosis yang tidak teatur. Tidak
ada kromosom homolog, sehingga tidak dapat berpasangan (Pierce, 2002).
2). Diploid
Dua set kromosom (2n) adalah khas bagi kebanykan hewan dan organisme-
organisme multiseluler kompleks. Keadaan diploid adalah hasil penyatuan dari
dua gamet haploid.
3). Triploid
Tiga set kromosom (3n) bias berasal dari penyatuan sebuah gamet monploid
(n) dengan sebuah amet diploid (2n). set kromosom ekstra pada triploid
didistribusikan dalam berbagai kombinasi pada sel-sel nutfah, sehingga
menghasilkangamet-gamet yang secara genetic tidak seimbang. Karena triploid
umumnya mengalami sterilitas triploid tidak umum ditemukan dalam populasi-
populasi alamiah. Triploid ini timbul karena sebab-sebab menurut Suryo, (1995)
berikut:
a. Kegagalan proses meiosis normal (non disjunction) sehingga gamet
diploid terbentuk dan kemudian dibuahioleh gamet haploid dari spesies
yang sama menimbulkan triploid (3n).

5
b. Persilangan antara diploid (yang menghasilkan gamet haploid) dan
tetraploid (yang menghasilkan diploid) (Suryo, 1995).
4). Tetraploid
Empat sel kromosom (4n) bias muncul dalam sel-sel tubuh sebagai akibat
penggandaan somatik jumlah kromosom. Penggandaan bias berlangsung secara
spontan maupun diinduksi hingga terjadi dalam frekuensi tinggi melalui
pemajanan terhadap zat-zat kimia tertentu, misalnya alkaloid kolkisin. Tetraploid
juga dihasilkan oleh penyatuan gamet-gamet diploid yang belum tereduksi jumlah
kromosomnya (2n) adapun macam dari tetraploid menurut Crowder, (1986)
adalah sebagai berikut:
a. Autotetraploid
Awalan auto mengindikasikan bahwa ploidi jenis ini hanya
melibatkan set-set kromosom homolog. Penggandaan somatic sebuah
diploid menghasilkan empat set kromosom homolog (autotetraploid).
Penyatuan gamet-gamet diploid yang belum tereduksi dari spesies yang
sama akan memberikan hasil yang sama. Pasangan kromosom meotik
biasanya menghasilkan kuadrivalen (empat kromosom yang bersinapsis).
Kuadrivalen itu bias menghasilkan gamet-gamet yang seimbang secara
genetic jika disjungsinya terjadi berdua-dua, atau dengan kata lain, dua
kromosom dari kuadrivalen tersebut bergerak kesalah satu kutub,
sedangkan dua kromosom yang lain bergerak kekutub yang berlawanan.
Jika disjungsi tidak diseimbangkan seperti itu semua kuadrivalen, gamet-
gamet yang akan terbentuk akan tidak seimbang secara genetic. Sterilitas
akan terekspresikan relative terhadapproduksi gamet-gamet yang tidak
seimbang. Tanaman autotetraploid timbul karena penyimpangan meiosis
dan pengaruh colchicines (Crowder, 1986).
b. Alotetraploid
Awalan alo mengindikasikan bahwa yang terlibat adalah sel-sel
kromosom yang homolog. Penyatuan gamet-gamet yang belum tereduksi
(2n) dari spesies diploid yang berbeda dapat menghasilkan, dalam salah
satu langkah, suatu tetraploid yang tampak yang berprilaku seperti sebuah
spesies baru. Alternatifnya, dua spesies tumbuhan diploid bias

6
berhibridisasi untuk menghasilkan F1 diploid yang steril. Sterilitas tersebut
disebabkan oleh kegagalan masing-masing set kromosom dalam
menyediakan homologi genetik yang cukup untuk mempengaruhi
perpasangan. Diploid yang stril bisa menjadi fertile jika menjalani
penggandaan jumlah kromosom. Dengan demikian, alotetraploid
menghasilkan dua set kromosom yang cocok dan bias berpasangan sama
efektifnya seperti yang terjadi pada diploid. Diploid ganda dari jenis
tersebut dinamakan amfidiploid dan hanya ditemukan pada tumbuhan.
5). Poliploid
Istilah ini bisa diterapkan untuk sel manapun yang kromosomnya lebih dari
2n. tingkat ploidi yang lebih tinggi daripada tetraploid yang tidak umum
ditemukan dalam populasi-populasi alamiah, tapi sebagian tumbuhan pangan kita
yang paling penting merupakan poliploid. Contohnya, gandum roti umumnyaa
merupakan heksaploid (6n), sejumlah troberi merupakan oktaploid (8n)dan lain-
lain. Sejumlah triploid maupun tetraploid menunjukan fenotip yang lebih kuat
daripada diploid. Seringkali triploid dan tetraploid memiliki daun, bunga, dan
buah yang lebih besar (gigantisme). Banyak buah komersil dan tanaman hias yang
merupakan poliploid. Terkadang suatu jaringan terspesialisasi di dalam diploid
dan akan menjadi poliploid.
B. Aneuploid
Dapat terjadi dalam jumlah kromosom yang tidak melibatkan seluruh sel
kromosom, tetapi hanya sebagian dari suatu sel. Istilah aneuploid diberikan pada
variasi-variasi semacam itu, dan akhirnya somik biasanya mengacu pada suatu
organisme tertentu dan jumlah kromosomnya (yang mungkin saja merupakan
situasi abnormal). Dapat diartikan aneuploid adalah menunjukan adanya
perubahan pada jumlah n dari suatu individu yang memiliki kekurangan maupun
keleihan kromosom dibandingkan pada jumlah kromosom diploid dari individu
itu. Dapat dikatakan juga sebagai kondisi abnormalis pada jumlah kromosom.
Pada manusia, aneuploidi ini terjadi karena nondisjunction (gagal berpisah) pada
saat gametogenesis. Adapun kelompok yang termasuk dalam aneuploid ialah
sebagai berikut:

7
1). Monosomik
Keadaan dimana hanya terdapat satu kromosom. Yaitu organisme diploid
yang kehilangan satu kromosomnya. Dengan rumus 2n-1, kromosom tunggal
tanpa pasangannya dapat pergi kesalah satu kutub saat meosis, tapi yang lebih
sering terjadi adalah kromosom tersebut akan tertinggal saat anafase dan tidak
tergabung dengan nucleus yang manapun. Karena itu, monosonik dapat
membentuk dua macam gamet, n dan n-1. pada tumbuhan gamet-gamt n-1 jarang
berfungsi. Pada hewan kehilangan satu kromosom seringkali menghasilkan
ketidakseimbangna genetic. Yang terwujudkan dalam bentuk mortalitasyang
tinggi atau fertilitas yang tereduksi.
2). Trisomik
Keadaan dimana terdapat tiga kromosom.diploid yang memiliki satu
kromosom ekstra direpresentasikan dengan rumus 2n+1. salah satu pasang
kromosom memiliki anggota tambahan. Sehingga dapat terbentuk struktur
trivalent saat profase meiosis. Jika kromosom dari trivalent itu bergerak kesalah
satu kutub, sedangkan kromosom ke tiga menuju kutub yag berlawanan, maka
secara berturut-turut gametnya kan menjadi n+1 dan n. trisomi dapat
menghasilkan fenotife-fenoteif yang berbeda, terganung pada kromosom mana
dari komplemen tersebut yang berada dalam triplikat. Pada manusia keberadaan
sau kromosom ekstra yang kecil (autosom 21) memiliki efek yang sangat
membahayakan dan menyebabkan sindrom down. Ada juga trisomo kromosom 18
yang mengakibatkan sindrom edwardsdan trisomi 13 menyebabkan sindrom
patau.
3). Tetrasomik
Jika terdapat kromosom yang kuadruplikat pada organisme yang seharusnya
diploid, kita menyatakannya sebagai 2n+2. sebuah kuadrivalen bias terbentuk
pada kromosom itu saa meiosi. Kuadrivalen itu nantinya akan mengalami masalah
yang sama dengan yang dibahas pada alotetraploid.
4). Trisomik ganda
Jika masing-masing dari dua kromosom yang berbeda direpresentasikan
dalam triplikat. Trisomik ganda dapat dilambangkan dengan 2n+1+1.

8
5). Nulosomik
Suatu organisme yang kehilangan sepasang kromosomnya disebut juga
nelosomik. Hasilnya biasanya letal bagi diploid 2n-2. akan tetapi, sejumlah
poliploid dapat kehilangan dua homollog dari satu set dan tetap sintas. Contohnya,
sejumlah nulosomik dari gandum heksaploid (6n-2) menunjukan pengurangan
ketangguhan dan fertilitas, tapi bias sintas sampai dewasa sebab sebagian
polipliod memiliki keberlimpahan genetik (Harthl, 2005).

2.3 Tanaman Semangka


Semangka tanpa biji merupakan buah semangka yang berkromosom triploid
(3n). Tanaman semangka triploid sebenarnya memiliki bunga jantan dan betina
yang lengkap, tetapi bakal biji dan benang sarinya mandul, maka biji tidak akan
terbentuk. Vitalitas benih semangka triploid lebih rendah daripada semangka
berbiji. Awal pertumbuhan semangka triploid biasanya lambat, tetapi setelah
mampu beradaptasi akan berkembang dengan cepat. Untuk mendapatkan buah ini
perlu menempuh beberapa tahap, diantaranya menyediakan benih tanaman yang
digunakan untuk persilangan, dan proses persilangan tersebut. Benih tanaman
yang diperlukan adalah semangka berbiji diploid (2n) dan semangka berbiji
berkromosom (4n). Selain itu pelaksanaan persilangan juga mempengaruhi hasil
dari persilangan. Pada umumnya keberhasilan tumbuh benih semangka tanpa biji
sebesar 27,5 % hingga 85 %. Sehingga proses dalam penyediaan benih semangka
tanpa biji perlu dilakukan dengan benar. Dari persilangan semangka tetraploid
dengan diploid ini akan diperoleh semangka triploid (semangka tanpa biji) yang
mempunyai daya vitalitas rendah. Jika suhu udara rendah (kurang dari 290 C),
maka daya kecambahnya pun akan lambat. Oleh karena itu, perkecambahan benih
semangka triploid memerlukan suhu udara yang cukup tinggi agar
perkecambahannya dapat terjamin.
Buah semangka tanpa biji merupakan benih yang memiliki kromosom 3n.
Untuk mendapatkan benih tersebut perlu diadakannya persilangan antara
semangka berbiji berkromosom 2n (diploid) dan semangka berbiji berkromosom
4n (tetraploid). Pada umumnya semangka berbiji berkromosom 2n mudah

9
ditemukan. Namun untuk menghasilkan semangka berkromosom 4n perlu
diadakan perlakuan terhadap benih semangka tersebut.
Menurut Ihsan, (2008) untuk menghasilkan benih semangka berbiji 4n
tersebut benih semangka direndam dengan senyawa kolkhisin. Senyawa ini
membantu menghambat terbentuknya dinding sel yang biasanya terbentuk setelah
proses pembelahan.
Sunarjono, (2008) menambahkan, akibat perendaman senyawa ini mampu
mengubah kromosom dari 2 set kromosom menjadi 4 set kromosom. Konsentrasi
senyawa kolkhisin berkisar 0,2 % sampai 0,5 % tergantung dengan spesiesnya.

Gambar 1. Proses benih semangka


Pada gambar 1. Menjelaskan proses terbentuknya benih semangka tanpa biji.
Pembentukan semangka tanpa biji dari hasil persilangan semangka berbiji
tetraploid (4n) dengan semangka berbiji diploid (2n). Pertama, semangka berbiji
diploid dihasilkan oleh kedua varietas semangka berbiji yang sama. Kedua,
semangka berbiji tetraploid diperoleh dari benih hasil perendaman benih
semangka berbiji kedalam larutan kolkhisin. Setelah kedua benih varietas
didapatkan, kemudian benih ditanam. Setelah berumur 40 hari setelah tanam (hst),
kedua varietas tersebut disilangkan. Bunga jantan dari semangka berbiji diploid
(2n) disilangkan dengan bunga betina semangka berbiji tetraploid (4n), sehingga
didapatkan benih semangka tanpa biji berkromosom tetraploid (3n). Namun,
apabila pemilihan bunga yang disilangkan sebaliknya, maka akan menghasilkan
benih yang tidak dapat tumbuh. Dengan demikian semangka tanpa biji (3n)
merupakan semangka hibrida yang juga bisa ditanam dan menghasilkan buah
semangka tanpa biji.

10
Semangka tanpa biji tidak harus dari hasil persilangan semangka berbiji (2n)
dengan semangka berbiji berkromosom (4n). Tanaman semangka tanpa biji
mampu menghasilkan benih yang sama dengan indukannya. Menurut Karnata
dkk (2013), tanaman semangka tanpa biji disilangkan dengan tanaman bebiji
berkromosom diploid (2n). Pelaksanaan persilangannya dengan menyerbukkan
benang sari dari bunga jantan semangka berbiji dengan bunga betina semangka
tanpa biji (3n). Kegiatan penyerbukan dilakukan setelah bibit berumur 40 hari
setelah tanam. Waktu yang tepat untuk penyerbukan yang tepat pada pagi hari
pukul 05.00 sampai 09.00 WIB. Hal ini untuk mencegah bunga tanaman layu
setelah pukul jam sembilan tersebut. Dengan demikian bunga jantan dari
semangka berbiji berkromosom (2n) yang diserbukkan berjumlah 1 dengan 4
bunga betina dari semangka tanpa biji (3n).

11
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Poliploidi ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 2 Oktober
2018 pukul 11.00-12.00. di Rooftop Laboratorium Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah polybag, emrat, cangkul,
penggaris, alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah, benih
semangka 2n dan 3n, air.

3.3 Cara Kerja


Cara kerja pada praktikum ini adalah:
1. Disiapkan alat berupa polybag, cangkul dan emrat. Serta bahan berupa
tanah, benih semangka, dan air.
2. Dimasukan tanah kedalam polybag, masing-masing terdapat 4 polybag,
dengan dua polybag ditanami benih semangka 2n dan dua polybag ditanai
benih semangka 3n
3. Disiram media tanam yang telah terisi benih dengan emrat yang berisi air.
4. Diletakkan media tanam yang telah siap pada tempat yang teduh, tidak
tersinari matahari secara langsung. Dan disıram setiap dua kali dalam
seminggu
5. Diamati pertumbuhan tanaman semangka tiap minggu hingga tanaman
berusia lima minggu.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Pengamatan Semangka Selama 4 MST
Jenis Tanaman 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
No
Berbiji (2n) 1 2 1 2 1 2 1 2

1 Panjang Tanaman 6 9 8 10 8 10 8,3 10,2

2 Jumlah Daun 2 2 3 2 3 3 3 3

Deskripsi
Morfologi : Batang tidak kokoh, warna batang hijau sangat muda
3 - Batang
- Daun Daun tumbuh kecil-kecil, warna daun hijau sangat muda
- Bunga Bunga tidak tumbuh baik bunga jantan maupun betina

Jenis Tanaman 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST


No
Tanpa Biji (3n) 1 2 1 2 1 2 1 2

1 Panjang Tanaman - - - - - - - -

2 Jumlah Daun - - - - - - - -

Deskripsi
Morfologi : -
3 - Batang
- Daun -
- Bunga -

13
Tabel 2. Persentase Benih Tumbuh (5 MST)
Persentase benih tumbuh
5 MST
Benih semangka
Sampel 1 Sampel 2
Tanpa biji 3n - -
Dengan biji 2n 100% 100%

Tabel 3. Pengamatan Semangka (5 MST)


Tanaman Semangka
Pengamatan No Sampel
2n 3n
1 3 -
Panjang daun (cm)
2 2,5 -
1 1,2 -
Lebar daun (cm)
2 1 -
1 0 -
Jumlah bunga jantan (buah)
2 0 -
1 0 -
Jumlah bunga betina (buah)
2 0 -
1 1,2 -
Diameter batang (cm)
2 1 -
1 8,6 -
Panjang tanaman (cm)
2 10,5 -
1 3 -
Jumlah daun (helai)
2 3 -

4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil, telah dilakukan praktikum mengenai poliploidi.
Poliploidi merupakan kondisi pada suatu organisme yang memiliki set kromosom
atau genom lebih dari sepasang. Organisme yang memiliki keadaan demikian
disebut sebagai organisme poliploid. Menurut Perwati (2009), poliploidi
merupakan gejala yang umum dan tersebar luas dalam tumbuhan, dan pengaruh

14
poliploidi pada berbagai kelompok tumbuhan bervariasi, tetapi ada satu akibat
dari poliploidi yang tetap adalah adanya penambahan ukuran sel.
Menurut Kadi (2007), manipulasi poliploidi dilakukan untuk mendapatkan
jenis yang mempunyai lebih dari 2 set kromosom (2n), berdasarkan pertimbangan
pemuliaan terhadap flora dan fauna untuk memperbaiki mutu yang lebih baik dari
jenis atau organisme sebelumnya. Manipulasi poliploidi menghasilkan individu
triploid, tetraploid dan ploid yang lebih tinggi. Individu normal di alam pada
umumnya memiliki 2 set kromosom yang biasa disebut diploid (2n). Individu
diploid yang menghasilkan mutan gamet haploid (n), biasanya berumur pendek.
Tujuan manipulasi poliploidi adalah pemuliaan pada flora maupun fauna.
Praktikum ini dilakukan dengan menanam benih semangka diploid (2n) yaitu
benih semangka berbiji dan benih semangka triploid (3n) yaitu benih semangka
tanpa biji. Benih terlebih dahulu direndam dalam air. Masing-masing benih
ditanam pada 2 polybag. Untuk benih semangka berbiji (2n) diberi nomor sampel
1 dan 2, sedangkan untuk benih semangka tanpa biji (3n) diberi nomor sampel 3
dan 4. Tanaman tersebut diamati sampai 5 MST. Adapun pada 1-4 MST
parameter yang diamati adalah panjang tanaman dan jumlah daun, serta deskripsi
morfologi dari batang, daun, dan bunga selama 4 MST tersebut. Sedangkan pada 5
MST, parameter yang diamati adalah panjang daun, lebar daun, jumlah bunga
jantan, jumlah bunga betina, diameter batang, panjang tanaman, dan jumlah daun.
Pada pembahasan kali ini akan dibahas mengenai fenomena saat terjadinya
poliploidi dan perbandingan dari perbedaan morfologi dan pertumbuhan
semangka 2n dan 3n.
Menurut Kadi (2007), fenomena saat terjadinya poliploidi ada 2 yaitu
autopoliploid dan allopoliploid. Autopoliploid yaitu penggandaan ploidi melalui
penggabungan genom-genom yang sama. Ploid yang dihasilkan dari proses ini
adalah aneuploid (kromosom abnormal) yakni dalam bentuk triploid, tetraploid
dan pentaploid. Beberapa sifat autopoliploid yang berbeda dengan diploid adalah :
(1) volume sel dan nukleus lebih besar, (2) bertambah ukuran daun dan bunga
serta batang lebih tebal, (3) terjadi perubahan komposisi kimia meliputi
peningkatan dan perubahan karbohidrat, protein, vitamin dan alkaloid, (4)
kecepatan pertumbuhan lebih lambat dibanding diploid, menyebabkan

15
pembungaannya juga ter lambat, (5) miosis sering tidak teratur dengan
terbentuknya multivalen sebagai penyebab sterilitas, (6) poliploidi tidak seimbang
terutama pada triploid dan pentaploid. Sedangkan allopoliploidi adalah
penggandaan kromosom yang terjadi melalui penggabungan genom-genom yang
berbeda. Manipulasi ini banyak dilakukan pada tanaman dari dua jenis tanaman
berbeda digabungkan, keduanya menghasilkan organisme allopoliploid dengan
jumlah kromosom 2x+2y. Pendekatan pembuatan allopoliploid ini kelihatan
kurang berhasil dibanding induksi autopoliploid. Kesulitan yang ditemui dengan
pendekatan ini adalah : (1) adanya "barier incompatible" antar kedua spesies yang
akan disilangkan, (2) terjadi pembuahan, tetapi mengalami aborsi embrio.
Kendala dalam menghasilkan tanaman allopoliploid ini dapat diatasi dengan
teknik hibridisasi baru, yaitu fusi protoplas atau hibridisasi somatik.
Perbedaan morfologi dan pertumbuhan semangka 2n dan 3n tidak dapat
terlihat karena tanaman semangka 3n yang tidak tumbuh. Tanaman 3n yang tidak
tumbuh ini mungkin disebabkan karena media tanam yang kurang memadai,
penyiraman yang kurang teratur, serta adanya faktor lingkungan yang kurang
menguntungkan. Namun seharusnya tanaman semangka 3n pertumbuhannya lebih
bagus daripada tanaman semangka 2n. Hal ini sesuai menurut Kadi (2007),
poliploid (triploid) ini dapat tumbuh lebih pesat dibandingkan individu diploid
dan haploid. Kelebihan individu poliploid adalah tumbuh lebih cepat dan mudah
beradaptasi dengan lingkungan, dibandingkan dengan individu diploid dan
haploid. Individu triploid dan tetraploid dapat berperan mengontrol pertumbuhan
organisme lain di lingkungan habitat yang sama. Adapun morfologi dari tanaman
semangka 2n adalah batangnya tidak kokoh, daun yang tumbuh kecil-kecil, dan
tidak tumbuh bunga jantan maupun betina, serta warna batang dan daunnya hijau
yang sangat muda. Sedangkan untuk pertumbuhannya, tanaman semangka 2n
terus tumbuh terlihat dari panjang tanaman dan jumlah daunnya yang relatif
bertambah.

16
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Dari praktikum poliploidi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
poliploidi merupakan kondisi pada suatu organisme yang memiliki set kromosom
atau genom lebih dari sepasang. Pengaruh poliploidi pada berbagai kelompok
tumbuhan bervariasi, tetapi ada satu akibat dari poliploidi yang tetap adalah
adanya penambahan ukuran sel. Poliploidi dilakukan untuk mendapatkan jenis
yang mempunyai lebih dari 2 set kromosom (2n).
Praktikum ini dilakukan dengan menanam benih semangka diploid (2n) yaitu
benih semangka berbiji dan benih semangka triploid (3n). Poliploid (triploid) ini
dapat tumbuh lebih pesat dibandingkan individu diploid dan haploid. Kelebihan
individu poliploid adalah tumbuh lebih cepat dan mudah beradaptasi dengan
lingkungan, dibandingkan dengan individu diploid dan haploid. Individu triploid
dan tetraploid dapat berperan mengontrol pertumbuhan organisme lain di
lingkungan habitat yang sama. Adapun morfologi dari tanaman semangka 2n
adalah batangnya tidak kokoh, daun yang tumbuh kecil-kecil, dan tidak tumbuh
bunga jantan maupun betina, serta warna batang dan daunnya hijau yang sangat
muda. Sedangkan untuk pertumbuhannya, tanaman semangka 2n terus tumbuh
terlihat dari panjang tanaman dan jumlah daunnya yang relatif bertambah.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah pada saat melakukan budidaya,
sebaiknya dilakukan dengan baik dan benar agar hasil perbedaannya dapat
diamati. Praktikan diharapkan mempelajari terlebih dahulu materi yang akan di
praktikumkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Crowder, L.V. 1986. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press
Fried, G.H., & Hademenos, G.J. 2006. Schum’s outlines: Biologi edisi kedua.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Harthl, Daniel L., Jones E. 2005. Genetics: Analysis of Genes & Genomes.
Canada: Jane Bartlett Publishers, Inc
Ihsan, F., A. Wahyudi dan Sukarmin. 2008. Pembentukan Semangka Tetraploid
untuk Perakitan Semangka Tanpa biji. Buletin Tekink Pertanian, 13(2):
75-78.
Kadi, Achmad. 2007. Manipulasi poliploidi menghasilkan individu triploid,
tetraploid dan ploid yang lebih tinggi. Jurnal Oseana. Volume 32 Nomor
4 Halaman 1-11.
Pai, A.C. 1992. Dasar-dasar Genetika Edisi kedua (Penerjemah: M. Apandi).
Jakarta: Penerbit Erlangga
Perwati, Lilih Khotim. 2009. Analisis Derajat Ploidi dan Pengaruhnya Terhadap
Variasi Ukuran Stomata dan Spora pada Adiantum raddianum. Jurnal
Bioma. Volume 11 Nomor 2 Halaman 39-44.
Pierce, B. 2002. Genetics: A Conceptual Approach. New York: W. H. Freeman
Sunarjono, H. H. 2008. Membuat Buah Tanpa Biji. Depok: Penebar Swadaya
Suryo. 1995. Sitogenetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

18
LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Biji Poliploidi

19

Anda mungkin juga menyukai