DI
S
U
S
U
N
OLEH : KELOMPOK V
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum,wr,wb.
Medan,Desember 2022
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Permasalahan penelitian.............................................................................
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................
1.4 Kegunaan penelitian...................................................................................
1. Sebagai salah satu syarat lulus tugas akhir Mata Kuliah Analisis Finansial
Usaha Pertanian.
2. Sebagai penambah wawasan tentang usahatani Jl. Payaroba Kec. Binjai
Barat
3. Sebagai bahan masukan bagi petani untuk mengetahui sampai sejauh mana
perkembangan usahtani Jambu madu
4. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam
mengambil kebijaksanaan khususnya dalam bidang analisis usahatani
Jambu madu
5. Sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang berhubungan
dengan tanaman Jambu madu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jambu madu adalah salah satu jenis jambu air varietas baru yang sekarang
mulai diakui memiliki kualitas unggul. ambu air (Syzygium Aqueum) merupakan
tanaman buah-buahan yang sering dijumpai disekitar halaman rumah. Tanaman
jambu air sendiri adalah tanaman yang berasal dari wilayah asia tenggara Buah
dari Syzygium aqueum sering dikonsumsi langsung tanpa diolah. Menurut Lim,
(2012) Komposisi gizi buah jambu air per 100 g dari bagian yang dapat dimakan
adalah kal kalori 68 kJ (17 kcal), protein 0,8 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 3 g, abu
0,7 g, Ca 2 mg, P 13 mg, Fe 0,2 mg, Na 1 mg, K 48 mg, jumlah vitamin A setara
1 m g,b-karoten setara 7 m g, thiamin 0.044 mg, vitamin C 16,7 mg dan vitamin
E3.
Jambu air umumnya berupa perdu, dengan tinggi 3-10 m. Sering dengan
batang bengkak-bengkok dan bercabang mulai dari pangkal pohon, kadang-
kadang gemangnya mencapai 50 cm.
Karangan bunga dalam malai di ujung ranting (terminal) atau muncul di ketiak
daun yang telah gugur (aksial), berisi 3-7 kuntum. Bunga kuning keputihan,
dengan tabung kelopak lk. 1 cm panjangnya; daun mahkota bundar sampai
menyegitiga, 5-7 mm; benang sari antara 0,75-2 cm dan tangkai putik yang
mencapai 17 mm.
Buah bertipe buah buni, berbentuk gasing dengan pangkal kecil dan ujung yang
sangat melebar (sering dengan lekukan sisi yang memisahkan antara bagian
pangkal dengan ujung); 1,5-2 x 2,5-3,5 cm; bermahkota kelopak yang berdaging
dan melengkung; sisi luar berwarna putih sampai merah. Daging buah putih,
banyak berair, hampir tidak beraroma; berasa asam atau asam manis, kadang-
kadang agak sepat. Biji berukuran kecil, 1-2(-6) butir.
Selain mengandung tannin daun jambu biji juga mengandung zat lain
seperti asam oleonat, minyak atsiri, asam kratogolat, asam ursolat, asam psidiolat,
asam guajaverin dan vitamin (Susilo, 2013).
2.5 Morfologi Jambu Madu
Kandungan gizi jambu air cukup tinggi. Di dalam 100 jambu air
terkandung protein 0.6 g, karbohidrat 11.8 g, kalsium 7.5 mg, fosfor 9.0 mg, besi
1.1 mg, vitamin C 5.0 mg, air 87.0 gram dan kalori 46 kkal (Tabel Komposisi
Pangan Indonesia, 2009). Selain zat-zat diatas, jambu air juga mengandung Fenol
dalam bentuk Tannin dan Oleanolic acid (Rifqi, 2017).
Kandungan vitamin C dan air pada buah jambu air cukup tinggi yaitu
sebanyak 87 gram dan 5 mg (Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2009).
Kandungan air dan serat yang tinggi dapat membantu saliva dalam efek self
cleansing pada seluruh permukaan gigi (Lewapadang, 2015). Sehingga ketika
mengunyah akan terjadi pergeseran serat-serat yang merangs ng sekresi saliva
sehinggaberpengaruh pada pH saliva (Haryani., et al 2016).
Menurut Hermanto dalam Suratiyah (2008) ada lima unsur pokok dalam
usaha tani yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi, yaitu sebagai
berikut:
1. Tanah usaha tani
Tanah usaha tani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan dan sawah.
Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri,
membeli, 6 menyewa, bagi hasil, pemberian negara, warisan atau wakaf.
Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur
atau tumpangsari.
2. Tenaga kerja
Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-
anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman,
tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga
ini dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara
upahan).
3. Modal
5. Produksi
Produksi adalah hasil produksi fisik, yang diperoleh petani dari hasil
usahatani, dalam satu musim tanam dan diukur dalam Kg per hektar
permusim (khusus untuk jenis tanaman yang diusahakan). Produksi
tersebut juga dapat dinyatakan sebagai perangkat prosedur dan kegiatan
yang terjadi dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan usaha tani
maupun usaha lainnya.
Secara garis besar terdapat dua jenis usahatani yang telah kita kenal yaitu
usahatani keluarga (family faming) dan perusahaan pertanian
(plantation).Pada dasarnya usahatani berkembang terus dari awal hanya
bertujuan menghasilkan bahan pangan untuk kebutuhan keluarga sehingga
hanya merupai usahatani swasembada atau subsintence. Oleh karena sistem
yang lebih baik maka dihasilkan produk berlebih dan dapat dipasarkan
sehingga bercorak usahatani swasembada keuangan. Pada akhirnya karena
berorentasi pada pasar maka akan menjadi usaha tani.
BAB III
METODE DAERAH
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan Jl. Payaroba Kec. Binjai Barat waktu
penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 november 2022 di Ud Mitra Tani.
Pendapatan
Biaya Variabel :
1. Biaya Benih Rp. 5.000.000
2. Biaya Pupuk Rp. 800.000
3. Biaya Pestisida Rp. 25.000
4. biaya pemeliharana Rp. 2.400.000\bln
5.media tanam Rp. 80.000
Total
Biaya Instansi ;
1. cangkul Rp. 200.000
2. plastik Rp. 27.000
3. tong Rp. 7.000.000
4. angkong Rp. 480.000
5. alat tranfortasi Rp. 50.000
6. biaya listrik Rp. 100.000
7. sekop Rp. 150.000
8. karet Rp. 70.000
Total Rp.8.077.000
- Produksi 1000 / 1 kali panen
- Harga jual Rp 25.000
- Penerimaan = produksi × harga = 1000 × 25.000 = Rp 25.000.000
- Cost = Variabel + tetep = Rp. 7.905.000+ Rp.8.077.000 =Rp
15.982.000
- Keuntungan = penerimaan – cost = Rp 25.000.000 – Rp 15.982.000
=
Rp9.018.000
BAB IV
1. Luas Lahan
Luas lahan mencapai 3 rantai
Lahan yang dimiliki merupakan lahan pribadi
2. Letak Geografis
Kegiatan penelitian ini di lakuan di Jl. Payaroba Kec. Binjai Barat Kab.
Langkat
Kabupaten langkat merupakan salah satu daerah yang berada di Sumatra
utara
3. Keadaan penduduk
Dari segi kepadatan penduduk hanya ada beberapa rumah dan juga tempat
pembudidaya tanaman jambu madu ini
Sangat jarang atau sedikit masyarakat yang berbudidaya jambu madu ini,
adapun beberapa masyarakat yang berbudidaya tani jambu madu ini yang
notaben nya milik sendiri
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Maka total biaya usaha tani dalam satu waktu tanam yaitu sebesar Rp 9.125.000
( RpRp25. .000.000
25.000 ) ( Rp 25.000 )
-
Rp 7.125.000
= ˙ .000
Rp 8.077
( Rp1 .0 00 ) - ( Rp 28.500 )
= ˙ .000
Rp 8.077
Rp.27.500
= Rp.8.077 / kilo
˙ ¿ Biaya Variabel
1−¿
Hasil Penjualan
= Rp.8.077.000
˙ ¿ Rp . 7.125.000
1−¿
Rp . 25 .000.000
= Rp.11.296.503
(
Biaya variabel
BEF (Harga Jual) = Biaya Tetap + unit X jumlah produksi )
.
Jumlah produksi
= Rp 8.077.000 + (Rp.25.000 x 1000kg )
200 pohon
= Rp 8.077.000+ (25.000.000)
= Rp 7.190.000
300 bibit
= Rp 25.000 / kilo
= 0.6
Maka, perbandingan antara penerima ( Return) dengan biaya usaha ( cost )adalah
0.6 yang menunjukan bahwa kelayakan usaha tani tanaman kelengkeng pimpong
yang dilakukan layak atau menguntungkan untuk dilakukan karena memiliki ratio
>0
= 1.9
Maka perbandingan antara penerimaan ( Retrun ) dengan biaya usaha ( cost ) adalah 2,1
yang menunjukan bahwa kelayakan usaha tani tanaman kelengkeng pimpong yang
dilakukan adalah layak / menguntukan untuk dilakuan karena meiliki ratio > 1.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian usahatani jambu madu, maka dapat
disimpulkan adalah teknik budidaya usahatani jambu madu di daerah penelitian
adalah teknik yang meliputi penyiapan lahan dan media tanam/pot, penanaman,
pemeliharaan, serta panen secara intensif, komponen biaya produksi terbesar pada
usahatani jambu madu di daerah penelitian adalah pada komponen pupuk yaitu
sebesar 74,24% dan usahatani jambu madu di daerah penelitian adalah layak
untuk diusahakan.
Saran
Disarankan kepada petani jambu madu untuk memperoleh produksi yang lebih
optimal petani jambu madu perlu memperhatikan penggunaan pupuk, pestisida,
dan tenaga kerja agar memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan
produksi jambu madu. Agar membuat stek sendiri. Dan membuat penyuluhan
terhadap petani untuk cara menghindari buah busuk dalam masyarakat lain untuk
berusahatani jambu madu karena memiliki prospek yang menguntungkan. Dan
kepada peneliti selanjutnya agar meneliti tentang pemasaran jambu madu dan
teknologi pasca panen untuk meningkatkan nilai jual komoditi jambu madu.
Daftar Pustaka
https://repository.uir.ac.id/5683/1/124210181.pdf
https://ms.m.wikipedia.org/wiki/Jambu_madu
https://repository.uir.ac.id/
https://media.neliti.com/media/publications/95018-ID-analisis
usahatani-jambu-madu.pdf
http://digilib.unimed.ac.id/24370/1/9.%20NIM%2071232100
0%20CHAPTER%20I.pdf
Majalah Trubus, Edisi Juni 535. 2014. Tabulampot Jambu Madu Hasilkan Rp.38-Juta
Sekali
Lampiran
Identitas responden
Umur : 23 thn
Pend.Terakhir : Sarjana S1