Anda di halaman 1dari 5

TANTANGAN DAN KENDALA INDUSTRI BUAH DI INDONESIA

Ancaman yang terjadi pada buah lokal


Ketersediaan buah lokal di Indonesia merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia
dan kewajiban pemerintah untuk mewujudkannya. Buah merupakan komoditas pertanian
yang memiliki banyak manfaat dan sekaligus ancaman dalam penyediaannya. Buah lokal
memiliki penggolongan ancaman berdasarkan sumber ancamannya, yaitu ancaman yang
berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Ancaman yang berasal dari dalam negeri, antara
lain rendahnya pengetahuan berbasis pertanian di kalangan petani buah lokal secara umum,
kurangnya penyediaan sarana dan prasarana pertanian buah mulai dari pra panen hingga
pascapanen, kurangnya penyuluhan produk hortikultura dari pemerintah, berkurangnya lahan
pertanian buah di Indonesia, perubahan iklim yang ekstrem, beralihnya fungsi lahan pertanian
menjadi pemukiman akibat bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, dan kurangnya
pengawasan serta rendahnya peran pemerintah dalam melindungi produk buah lokal.
Misalnya, ancaman terbesar dari dalam negeri, yaitu adanya anggapan masyarakat bahwa
dengan mengonsumsi atau membeli buah impor merupakan hal yang keren atau berkelas.
Selain itu, ancaman yang berasal dari luar negeri meliputi terbukanya perdagangan
pasar internasional, tingginya mutu buah yang berasal dari luar negeri, penggunaan teknologi
canggih dalam pengolahan buah impor, dan ketersediaan produksi buah impor yang
melimpah. Berdasarkan hasil data BPS, jumlah buah-buahan impor cukup berlimpah di
Indonesia. Misalnya, pada tahun 2009 menunjukkan bahwa impor buah-buahan dari China
sepanjang bulan Desember 2009 mencapai US $ 42,5 juta atau naik US $ 147,4 persen
dibandingkan dengan posisi bulan November 2009 senilai US $ 17,1 juta 1[5]. Pada tahun
2008, nilai impor buah dari China mencapai US $ 330,9 juta.
Ancaman yang muncul untuk buah buah dalam negeri bukan hanya karena impor
buah yang mulai banyak tersebar dipasaran yang menggeser buah buah yang dihasilkan
oleh para petani dalam negeri. Sebenarnya, penyebab tergesernya buah yang dihasilkan oleh
petani dalam negeri akibat dari rendahnya mutu buah yang dihasilkan oleh para petani
indonesia. Dilihat dari segi organoleptik, misalnya rasa buah lokal tidak kalah dengan buah
impor. Buah lokal mempunyai rasa yang tidak hanya manis saja, melainkan kombinasi rasa
asam sehingga menimbulkan sensasi segar seperti rasa dari buah malang. Namun ancaman
terbesar dari buah dalam negeri berasal dari dalam diri bangsa sendiri.

Misalnya, pada kasus apel washington (luar negeri) dengan apel malang (dalam
negeri) dari segi penampilannya sama sama menarik dan mulus. Dilihat dari warnanya, apel
wasington memiliki warna merah yang merata sedangkan apel malang berwarna hijau yang
tidak merata pada permukaan apel. Perbedaan bukan hanya terletak pada warna, tetapi pada
keseragaman ukuran dimana buah apel washington relatif lebih seragam dibandingkan
dengan apel malang yang tidak seragam. Namun, kelebihannya apel malang memiliki daging
buah yang lebih padat dibandingkan dengan apel washington yang agak kopong. Bukan
hanya itu, apel washington akan cepat lecet jika terkena benturan sedangkan apel malang
lebih kuat terhadap benturan karena memiliki tekstur luar yang keras.
Untuk kasus tersebut, perbaikan mutu apel dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
dengan rekayasa genetika pada tanaman apel malang sehingga mutu apel akan membaik dan
dapat dipertahankan. Namun, cara rekayasa genetika ini memakan biaya yang cukup besar
dan memerlukan penelitian dalam waktu lama. Namun, penanggulangan yang paling mudah
dilakukan adalah dengan mengubah SOP dalam proses pascapanen, seperti sortasi dan
grading.
2.3 Peran pemerintah dalam menangani derasnya buah impor
Melimpahnya buah-buahan impor yang diperdagangkan di kota-kota besar
menjadikan buah-buah lokal ditanah air terpuruk dan makin sulit untuk diperoleh. Penyebab
utama buah lokal tidak bisa bersaing adalah kebijakan perbuahan yang tidak memihak pada
produksi buah lokal. Seperti kebijakan di bidang pertanian lainnya yang tidak berpihak pada
produksi lokal, demikian pula kebijakan perbuahan Indonesia. Pemerintah tidak membuat
kebijakan yang bisa memproteksi2[6] buah lokal selama buah impor masih membanjiri pasar
lokal, maka buah lokal tak akan mampu bersaing. Indonesia tidak membatasi peredaran buah
impor. Buah impor bisa beredar sampai ke pedesaan, bahkan sampai ke sentra produksi
dengan harga yang sangat kompetitif, buah lokal berhasil menarik minat konsumen buah
sampai ke pedesaan.
Buah lokal kebanyakan dipanen dari alam oleh petani sebagai kegiatan sampingan.
Belum banyak petani yang benar-benar mengusahakan buah sebagai bisnis utamanya. Oleh
karena itu, dikerjakan sebagai sebuah kegiatan sampingan, maka kebanyakan petani buah
Indonesia tidak terdidik dalam bisnis buah. Mereka tidak mengerti Good Agriculture Practice
yang saat ini menjadi persyaratan untuk bisa masuk ke pasar modern. Mereka juga tidak
2

paham tentang cara panen dan pasca panen. Akibatnya mutu buah menurun drastis pada fase
pasca panen dan saat pengangkutan.
Peranan pemerintah dalam mempertahankan buah lokal masih terbilang plinpan
dalam mengatasinya. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
30 Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Permendag 30/2012
menyatakan bahwa import hortikultura harus melalui importir terdaftar dan tidak bisa lagi
langsung ke pengecer. Demikian pula, importir terdaftar tidak bisa menjual produk impornya
ke konsumen atau pengecer secara langsung. Meski penerapannya ditunda beberapa bulan,
Permendag 30/2012 akan sangat berperan dalam menumbuhkan gairah bisnis buah dan sayur
lokal. Permendag Nomor 30 tahun 2012 akan meningkatkan bisnis hortikultura lokal melalui
dua hal, yaitu: (1) hanya produk hortikultura impor berkualitas yang akan masuk. Produk
yang berkualitas memiliki harga yang relatif mahal. Dengan hilangnya produk hortikultura
yang impor, maka terbukanya pasar bagi produk lokal untuk mengisinya.; (2) pasal 3 secara
jelas mensyaratkan impor hanya bisa dilakukan jika produk lokal tidak bisa memenuhi
konsumsi. Artinya pasar untuk produk lokal akan terjamin.
Pada periode Januari sampai Juni 2013, Pemerintah melarang impor untuk enam jenis
buah lokal, empat jenis produk sayuran dan tiga jenis bunga, karena komoditas itu tidak
mendapatkan secara formal Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) 3[8]. Alasan
utama yang disampaikan Pemerintah adalah bahwa produk hortikultura yang dihasilkan di
dalam negeri masih cukup untuk memenuhi permintaan produk hortikultura yang terus
berkembang. Enam jenis buah yang dilarang masuk ke Indonesia yakni durian, nanas, melon,
pisang, mangga dan pepaya. Selain itu, empat jenis sayuran yang dilarang diimpor ke
Indonesia adalah kentang, kubis, wortel dan cabe; dan tiga jenis bunga adalah krisan, anggrek
dan helicona.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan buah tropis ditanah air
perlu memerlukan perhatian dari semua pihak. Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah
adalah dengan membentuk kelompok-kelompok petani buah-buahan, diarahkan untuk
menanam bibit bermutu dan seragam serta diusahakan agar terkait dengan kegiatan
agroindustri. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam pengembangan kawasan agroindustri buahbuahan terpadu. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjamin dari segi mutu dan jumlah buahbuahan yang diperlukan sesuai permintaan konsumen. Untuk menjamin pengadaan bibit
unggul yang bermutu/ kualitas unggul maka pemerintah perlu meningkatkan kerjasama
3

dengan kebun-kebun bibit swasta, sehingga pemerintah dapat mengawasi pengadaan bibit
yang terjamin mutunya.
Pemerintah harus melakukan pembenahan teknologi pembenihan modern dengan
bioteknologi (kultur jaringan)4[9] atau rekayasa genetika berupa teknologi transfer gen untuk
menghasilkan bibit unggul yang sesuai dengan tuntunan pasar dan diharapkan dengan sistem
tersebut harga bibit dapat terjangkau oleh petani. Selain penggunaan bibit yang berkualitas
unggul pemerintah juga harus memperkenalkan teknik usaha tani yang modern kepada petani,
caranya melalui peningkatan kualitas penyuluh pertanian dalam hal agronominya,
agroindustri maupun agroniaganya melalui pendidikan dan latihan. Peningkatan kualitas
penyuluh pertanian lapangan (PPL) sangat penting karena berhubungan langsung dengan
petani, dengan demikian pengetahuan penyuluh langsung dapat ditularkan kepada
petani5[10].
Melakukan

penelitian

tentang

komoditas

yang

prospektif

untuk

dikembangkan agar dapat menghasilkan produk yang mempunyai kualitas baik, produktivitas
tinggi dan dapat diatur waktu panennya agar pada waktu-waktu tertentu tidak terjadi
kelebihan atau kekurangan produksi.

DAFTAR PUSTAKA
Afriza Hanifa. 2012. Kritis, Jumlah Lahan Pertanian di Indonesia,(
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/12/04/23/m2xb3c-cegah-alihfungsi-ke-perumahan-100-ha-sawah-akan-dilindungi).
Departemen Pertanian. 2011. Laporan Kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2011,
(http://www.deptan.go.id/pengumuman/berita/2012/Laporan-kinerja-kementan2011.pdf).
Ernany Dwi Astuty.kebijakan pengembangan ekspor komoditas pertanian (sayuran
danbuah),

(https://docs.google.com/viewer?

a=v&q=cache:uPFxRKwiX44J:elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/download
DatabyId/8003/8003.pdf+bantuan+pemerintah+yang+diberikan+kepada+para+petani+dalam
+melindungi+buah+lokal&hl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShsDzfxX2Ct3taZuZ8lVcDzUbBHzFG28cSF2oPfHpzHMxvixcBrPFnN4
5

tWRLqUKTBaseXQbf2FfZ7PI6KXWrKZzE6UNTwqhNRQPLFpg43opeRLc6jp0XPr0Jwlil
9tx3Ym5jL&sig=AHIEtbT0X2Hrvsg7PfqrT3FkA4hu9IBP6w). [23 februari 2013].
Prof. Dr. Bustanul Arifin. 2013. Serangan Bergelombang terhadap Hortikultura Lokal,
(http://www.metrotvnews.com/front/kolom/2013/01/28/300/Serangan-Bergelombangterhadap-Hortikultura-Lokal/kolom)Rosalina. 2011. Pemerintah Diminta Buat Peta Kawasan Khusus Buah Lokal ,
(http://www.tempo.co/read/news/2011/06/04/090338600/Pemerintah-Diminta-Buat-Peta-Kawasan-Khusus-Buah-Lokal). [23 februari 2013].

Anda mungkin juga menyukai