MATERI 1 PENDAHULUAN
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Sistem pembelajaran praktikum pada semester ganjil 2020/2021 dilakukan dengan
sistem daring
2. Bobot nilai praktikum:
a. Keaktifan 10%
b. Tugas 30%
c. Kuis 30%
d. UAP 30%
3. Kegiatan belajar dilakukan di Google Classroom, Google Meet, dan platform lain
sesuai dengan kebutuhan
4. Presensi kehadiran harus 100%, kecuali praktikan memiliki halangan yang tidak
dapat dihindarkan dan harus menyerahkan surat izin yang dapat diterima
TATA TERTIB PRAKTIKUM
5. Kegiatan praktikum berlangsung maksimal 45 menit
6. Praktikan diwajibkan menyalakan kamera selama kegiatan praktikum berlangsung
7. Praktikan wajib berpakaian rapi dan sopan
8. Praktikan wajib mengerjakan tugas sesuai dengan arahan asisten praktikum dan
dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah pemberian tugas
9. Praktikan diusahakan bergabung dalam Google meet 5 menit sebelum kegiatan
belajar dilakukan
10. Praktikan wajib mengisi presensi melalui tautan Google form yang diberikan oleh
asisten ptaktikum
GARIS BESAR PRAKTIKUM DPT 2021
1. Pendahuluan
2. Pengenalan gejala dan pengenalan hama
3. Pengenalan patogen serta gejala dan tanda penyakit
4. Pengenalan pengendalian dengan memanfaatkan faktor biotis (musuh alami)
5. Pengenalan pengendalian dengan varietas tahan
6. Pengenalan pengendalian melalui pengelolaan faktor edafik
7. Takaran banyaknya pestisida yang diperlukan
8. Kalibrasi Knapsack Sprayer
9. Penyemprotan Sesuai Rekomendasi
Apa itu perlindungan tanaman?
Perlindunga
n Tanaman
Definisi:
Segala upaya untuk Hama Patogen
mencegah,
melindungi, dan
mengurangi
kerusakan tanaman
akibat serangan
Organisme
Pengganggu
Tanaman (OPT)
Gulma
Hama Ordo serangga yang berpotensi menjadi hama:
1. Hemiptera
Hama adalah binatang
atau sekelompok 2. Orthoptera
binatang yang pada 3. Lepidoptera
populasi tertentu dapat 4. Diptera
merusak tanaman
budidaya sehingga 5. Coleoptera
menurunkan kualitas 6. Thysanoptera
dan kuantitas, serta
merugikan secara
ekonomi
Contoh Hama Berdasarkan
Ordo
Thrips parvispinus
Ordo: Thysanoptera
Tipe mulut:
Meraut-menghisap
COVER/TAMPILAN AWAL
DISUSUN OLEH :
TIM ASISTEN MK. DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
SEMESTER GANJIL 2021/2022
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
Contoh-Contoh Hama yang Menyerang Tanaman Budidaya
Pengertian Hama
“Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang “Hama adalah hewan yang merugikan yang mengganggu dan
menyerang bagian tanaman budidaya yang dapat menurun atau merusak tanaman baik secara ekonomis atau estetik”
kan produksi baik secara kuantitas maupun kualitas dan
secara ekonomis merugikan” * (Meilin dan Nasamsir, 2016)
“A pest is an organism living and growing where they are not “Pest refers to any animal or plant causing harm or damage
wanted and can cause damage to plants, humans, structures, and to people or their animals, crops, or possessions, even if it
other creatures, including crops that are grown for food.” *** only causes annoyance (Hill, 1983, p. 6)”
Sumber :
* Modul Dasar Perlindungan Tanaman Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman
** Meilin, A. dan Masamsir. 2016. Serangga dan Peranannya alam Bidang Pertanian
dan Kehidupan. J. Media Pertanian 1(1): 19-22
*** Based on The Pennsylvania State Unniversity. 2016
D. S. Hill, Agricultural Insect Pests of the Tropics and their Control, 2nd ed., London
Pengertian Gejala
“Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman itu sendiri akibat adanya
serangan hama dan penyakit (OPT/Organisme Pengganggu Tanaman). Gejala
adalah perubahan dari kondisi normal pada tanaman yang disebabkan gangguan
patogen dan gangguan fisiologis”
a. Caput (Kepala)
- Bagian yang keras : mengalami skelotisasi
- Sebagai tempat antena
- Sebagai tempat mata (majemuk dan tunggal)
- Sebagai tempat alat mulut (Vertikal, Horizontal, dan
Oblique)
b. Thorax (Dada)
- Sebagai tempat melekatnya sayap
- Sebagai tempat melekatkan tungkai atau kaki
c. Abdomen (Perut)
- Terdapat lubang pernafasan
- Sebagai tempat melekatnya alat berkembang biak serangga
- Sebagai tempat melekatnya telur
Ordo-ordo Hama
Keberadaan serangga hama menyebabkan kerugian secara ekonomis bagi petani.
Terdapat ribuan jenis hama yang dapat dikelompokan berdasarkan alat mulut, bentuk
sayap, dan lain-lain. Berikut beberapa ordo dari hama penting di bidang pertanian:
1. Ordo Orthoptera
2. Ordo Hemiptera
3. Ordo Tysanoptera
4. Ordo Lepidoptera
5. Ordo Coleoptera
6. Ordo Diptera
1. Orthoptera
Definisi: Ortho “lurus” dan ptero “sayap”
Tipe Mulut : Menggit Mengunyah
Gejala :Menyerang bagian daun, yang
menyebabkan daun menjadi berlubang.
Bioekologi :Metamorfosis tidak sempurna
(hemimetabola) yaitu telur, kemudian menjadi
nimfa barulah imago. Menyerang pada fase
Dewasa.
Contoh:
1. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)
2. Belalang Hijau (Omocestus viridulus)
3. Belalang Kembala (Locusta
migratoria)
2. Hemiptera
Definisi: Hemi “setengah” dan pteron “sayap”.
Memiliki 2 pasang sayap yang tebal dan berselaput.
Tipe Mulut: Menusuk Menghisap
Gejala: Menyerang pada bagian tanaman yang lunak
seperti buah, polong, dan daun. Akan terdapat bercak
hisapan hingga isi menjadi kosong.
Bioekologi: Metamorfosis tidak sempurna
(Hemimetabola). Menyerang pada fase dewasa.
Contoh:
1. Kepik Hijau (Nezara viridula)
2. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
3. Kepik Penghisap Buah Kakao (Helopeltis
antonii)
4. Kepik Penghisap Daun Teh (Helopeltis
theivora)
3. Thysanoptera
Definisi: Thysano “rumbai” dan pteron “sayap”. Serangga ini
memiliki sayap yang berumbai-rumbai dengan rambut yang panjang
yang berjumlah 2 pasang.
Tipe Mulut: Menusuk Menghisap
Gejala: Gejala yang ditimbulkan akibat serangan ham aini berupa
pada daun akan terdapat putih seperti perak kemudian bercak tadi
akan berubah warna menjadi kecoklatan dan bintik hitam, dalam
beberapa hari daun akan menjadi keriting dan rontok. menyerang
tanaman bagian bunga, daun, ranting, dan tunas
Bioekologi: memiliki tipe metamorphosis peralihan antara
paurometabola dan holometabola yang berkembang melalui stadia :
telur -> nimfa -> prepupa -> pupa -> imago (dewasa).
Contoh:
1. Trips pada tanaman mangga (Thrips aspinus),\
2. Trips pada tanaman cabai (Thrips parvispinus),
3. Trips pada tanaman jeruk (Thrips javanicus),
4. Lepidoptera
Definisi: Lepido “sisik” dan ptero “sayap”. Memiliki alat
mulut berbentuk seperti tabung melingkar ke bawah
(proboscis) atau (haustella).
Tipe Mulut : Menggigit mengunyah.
Gejala : Dapat memperlubang daun, Batang menjadi
rebah, Daun muda yang menggulung, dan Malai berwarna
putih dan hampa
Bioekologi : berpotensi sebagai hama pada fase larva
Contoh :
1. Hama penggerek batang padi kuning
(Scirpophaga incertulas)
2. Ulat tongkol jagung (Helicoverpa armigera)
3. Ulat grayak (Spodoptera frugiperda)
4. Ulat grayak (Spodoptera litura)
5. Coleoptera
Definisi: Coleo “kubah/seludang” ptera “sayap”.
Memiliki sayap pada bagian depan dan belakang.
Tipe Mulut : Menggit Mengunyah
Gejala : Menyerang daun muda dan tanaman mati
Bioekologi : Menyerang pada fase larva dan pada
fase dewasa
Contoh :
1. Oteng-oteng (Aulacophora similis)
2. Kumbang Daun (Epilachna varivestis)
3. Larva Kumbang (Epilachna borealis)
4. Larva Kumbang (Epilachna varivestis)
6. Diptera
Definisi: Berasal dari kata di yang berarti dua dan
pteron yang berarti sayap.
Tipe Mulut: Menggit Mengunyah
Gejala: Daun muda berubah bentuk menjadi
seperti tabung, Jaringan daun membesar,
Bioekologi: Menyerang pada fase Dewasa
Contoh:
1. Ganjur (Orseolia oryzae)
2. Lalat bibit (Atherigona exigua)
3. Lalat buah (Bactrocera dorsalis)
4. Lalat penggorok daun (Liriomyza
huidobrensis)
Tipe Mulut
1.Tipe Mulut Penggigit-Pengunyah
Contoh:
1. Lalat Bibit (Atherigona exigua)
Tipe Mulut
5.Tipe Mulut Penghisap
1. Praktikan mencari hama dari 6 ordo secara berkelompok (hama boleh berupa
hama pascapanen atau hama perkotaan lainnya) setiap ordo 2 spesies hama.
Diusahakan kelompok tidak ada yang sama.
2. Setiap praktikan menggambar hama yang didapatkan beserta penjelasan
bagian bagiannya (morfologinya)
3. Setiap kelompok mendokumentasikan kegiatan observasi dan hama yang
ditemukan
4. Dokumentasi dibuat menjadi video. Bisa berupa video kompilasi foto
5. Pengumpulan H-1 praktikum minggu ke-3 (dijadikan tiket masuk)
TERIMAKASIH. SESI SELANJUTNYA
ADALAH DISKUSI
1
1.1. Pendahuluan
A. Hama dan Gejala
Deteksi terhadap gejala serangan maupun organisme penyebab kerusakan tanaman
merupakan prosedur mutlak yang harus dilakukan dalam usaha pengelolaan atau
pengendalian terhadap suatu organisme pengganggu tanaman dalam agroekosistem. Ini
merupakan tahap awal dalam suatu program pengelolaan organisme pengganggu tanaman
(OPT). Gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh OPT memiliki karakteristik yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Namun ada beberapa gejala kerusakan yang memiliki
persamaan.
B. HAMA
Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang menyerang bagian-bagian
tanaman budidaya yang dapat menurunkan produksi baik secara kuantitas maupun kualitas
dan secara ekonomis merugikan. Binatang-binatang yang banyak berperan sebagai hama
adalah filum Nematoda, Molusca, Arthropoda dan Chordata.
1. Klasifikasi / ordo-ordo yang berpotesi sebagai hama
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya
bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa
di antaranya ada yang bersifat predator yang menghisap cairan tubuh serangga lain.
Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap).
Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus.
Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit
lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang
antena, mata facet dan occeli.
e. Ordo Lepidoptera
Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama,
namun beberapa di antaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai
pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan
tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut
seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga
4
dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus, maxillaris dan
mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna.
2. Cara merusak
a. Hama penggerek
Hama golongan ini merusak dengan cara menggerek bagian tanaman tertentu
dan memakannya. Hama tersebut biasanya tinggal di dalam jaringam batang, akar,
buah, biji maupun umbi sehingga dikenal hama-hama penggerek batang, penggerek
5
buah, bunga dan lainlain. Kebanyakan hama penggerek memiliki tipe alat mulut
penggigit dan umumnya masuk kedalam jaringan pada saat fase larva, namun ada di
antaranya pada fase dewasa. Hama penggerek tersebut umumnya adalah anggota
Lepidoptera dan Coleoptera, namun ada di antaranya dari ordo Diptera.
b. Hama penghisap
Hama menghisap cairan daun, ranting, bunga dan pentil buah dengan cara
memasukkan alat penghisap/stiletnya ke dalam jaringan tanaman. Akibatnya
pertumbuhan daun, ranting, bunga dan pentil buah terhambat, sehingga dapat
menurunkan produksi buah.
c. Hama penggulung
Larva hama penggulung daun memotong bagian lamina daun yang dimulai
dari bagian pinggir dan kemudian menggulung daunnya.
d. Hama penggorok
Hama golongan ini mempunyai alat mulut tipe paling primitif, penggigit
pengunyah dan dijumpai pada belalang, kumbang serta kebanyakan larva. Bagian
tanaman yang diserang meliputi akar (Leucopholis sp), batang (Agrotis sp), dan daun
(Epilachna sp).
6
Gejala kerusakan akibat serangan hama tergantung pada tipe alat mulut yang dimiliki.
1. Gejala kerusakan akibat serangan binatang dari filum Arthropoda
Contoh :
a. Tungau/Mite (Acarina)
Tipe mulut binatang ini meraut-mengisap sehingga daun yang terserang menjadi
kuning kecoklatan dan akhimya menjadi nekrosis. Sebagian besar Tetranychidae membuat
benang-benang seperti sarang laba-laba dan mereka berkumpul di bawahnya.
b. Serangga (Insecta/Hexapoda)
Tipe mulut binatang-binatang ini pada dasarnya adalah menggigit, mengunyah dan
menusuk-menghisap tetapi juga dapat mengalami variasi, sehingga didapatkan berbagai tipe
alat mulut yaitu:
Menggigit-mengunyah,meraut-menghisap, menusuk-menghisap, menjilat menghisap,
menghisap. Gejala kerusakan akibat serangan hama ini dapat berupa:
Daun berlubang pada bagian tengah atau tepi,
Daun tinggal tulang daun atau lapisan epidermisnya saja,
Daun menggulung,
Beriak kuning pada daun karena bekas tusukan serangga,
Daun keriting atau salah bentuk,
Batang rebah atau terpotong,
Batang digerek sehingga bagian tanaman di atasnya kuning atau layu dan
kering,
Bercak-bercak pada batang bekas tusukan,
Bunga rusak atau berlubang,
Buah berlubang,
Lubang pada polong, bila polong dibuka terdapat serangga yang sedang
menggerek atau makan isi polong,
Polong kerdil atau salah bentuk,
Biji hampa atau kecil dan
Buah busuk.
2. Gelala kerusakan akibat serangan binatang filum Chordata
Contoh : Tikus
Tikus mengerat batang padi sehingga batang menjadi patah. Tanaman padi yang
diserang biasanya yang terletak di tengah areal pertanaman.
Dipersemaian tikus memakan biji padi yang baru berkecambah sehingga bibit tercabut.
7
C. Penyebab kerusakan
1. Filum nematoda
Nematoda umumnya berukuran mikroskopik, tidak berwarna / transparan, tidak
bersegmen, bentuknya menyerupai cacing/belut, mata, sistem organ tubuh, sirkulasi dan
sistem respirasi kurang berkembang tapi sistem ekskresi, pencernaan, reproduksi maupun
syaraf berkembang baik.
Nematoda memiliki kisaran inang yang luas, berkembang sangat cepat untuk
menghasilkan beberapa generasi tiap tahunnya dan dengan mudah mampu tersebar dan
menyebar secara luas. Berikut beberapa nematode parasite penting pada tanaman, di
antaranya adalah Aphelenchoides basseyi, Ditylenchus dipsaci, Anguina tritici, Meloidogyne
spp. dan Globodera rostochiensis. Selain itu terdapat jenis nematoda yang memanfaatkan
serangga sebagai vector inangnya, di antaranya adalah Bursaphelenchus xylophilus,
Deladenus spp., Fergusobia spp..
2. Filum Molusca
Anggota filum yang banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman budidaya adalah
dari klas Gastropoda. Contoh: Achatina fullica Fer. (bekicot atau siput). Ciri dari klas ini
adalah: tidak mempunyai kaki tetapi bergerak menggunakan kaki palsu atau segmentasi mata
8
dan antena bertangkai yang dapat ditarik keluar masuk (retractile). Cara merusak: tanaman
berwama hijau daun dibasahi dengan ludah yang dikeluarkan oleh kelenjar ludah kemudian
dipotong atau dikunyah dengan gigi perutnya.
3. Filum Arthropoda
Anggota filum ini yang banyak berperan sebagai hama adalah dari klas Arachnida dan
Hexapoda (Insecta).
A. Arachnida
Ciri klas ini: kaki 4 pasang; tubuh terbagi menjadi 2 bagian (daerah); tidak
mempunyai sayap; alat tambahan berupa satu pasang selisera dan satu pasang pedipalpus.
Contoh: tungau merah (Tetranychus spp.)
B. Hexapoda/lnsecta (serangga)
Ciri dari klas ini: tubuh terbagi menjadi 3 daerah yaitu kepala, dada dan perut; kaki 3
pasang dan beruas-ruas; sayap satu pasang, 2 pasang atau tidak bersayap; mempunyai 1
pasang antena atau sungut. Contoh: Kumbang Ketimun (Aulacophora simills Oliver), Hama
Bongkeng (Cy/as formicarius), Lalat buah (Bactrocera dorsalis), Kepik hijau (Nezara
viridula), Penggerek Tongkol Jagung/Penggerek buah Tomat (Helicoverpa armigera) dan
lain-lain.
Ordo-ordo yang sering berstatus sebagai hama adalah: Lepidoptera, Coleoptera,
Orthoptera, Homoptera, Hemiptera, Diptera dan Thysanoptera.
4. Filum Chordata
Anggota filum yang paling banyak berperan sebagai hama adalah klas mamalia
(binatang menyusui) contoh: bajing, tikus sawah, babi hutan, gajah dan kera.
1.2 Tujuan
Memahami gejala kerusakan yang disebabkan oleh hama.
Mengetahui organisme penyebab kerusakan (hama).
1.3 Metode
1.3.1 Alat dan Bahan
Bagian tanaman yang terserang hama beserta organisme penyebab kerusakannya.
Alat Tulis untuk menggambar
Mikroskop binokuler
Lup/kaca pembesar
9
Lembar kerja
1. Nama umum:
Nama latin:
Gambar Keterangan
Gambar Keterangan
11
Lembar kerja
2. Nama umum:
Nama latin:
Gambar Keterangan
Gambar Keterangan
12
Lembar kerja
3. Nama umum:
Nama latin:
Gambar Keterangan
Gambar Keterangan
Lembar kerja
13
4. Nama umum:
Nama latin:
Gambar Keterangan
Gambar Keterangan
14
Lembar kerja
5. Nama umum:
Nama latin:
Gambar Keterangan
Gambar Keterangan
15
Pendahuluan
Tumbuhan sakit diakibatkan oleh infeksi OPT salah satunya yaitu patogen yang
menunjukkan gejala yang khusus. Beberapa macam penyakit tanaman menunjukkan gejala
yang sama, sehingga harus memperhatikan gejala saja sulit untuk mendiagnosis dengan pasti.
Untuk itu selain memperhatikan gejala kita harus memperhatikan tanda (sign) dari penyakit
tanaman.
Gejala
Gejala (symptom) adalah perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan
tersebut, sebagai akibat adanya penyebab penyakit. Seringkali suatu penyakit tertentu tidak
hanya menimbulkan satu gejala, tetapi beberapa gejala yang sering disebut dengan sindroma
(syndrom). Gejala secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe pokok, yaitu:
6. Gejala-gejala nekrotik
Gejala-gejala nekrotik terjadi karena adanya degenerasi protoplas yang diikuti
matinya sel, jaringan, organ, dan tanaman. Gejala-gejala nekrotik ini dibagi lagi kedalam dua
gejala secara spesifik yaitu plesionekrosis (hampir mati) dan holonekrosis (keseluruhannya
mati). Gejala yang masuk dalam plesionekrosis adalah penguningan (yellowing), layu, dan
hidrosis. Gejala yang masuk dalam holonekrosis yaitu busuk, bercak, mati pucuk, dst.
7. Gejala hipoplastik
Gejala hipoplastik terjadi karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel
(underdevelopment) sehingga ukurannya menjadi lebih kecil atau warnanya menjadi lebih
pucat. Gejala-gejala spesifik yang tergabung dalam kelompok hipoplastik adalah kerdil
(atropi), perubahan simetri, klorosis, etiolasi dan pemusaran (rosetting)
8. Gejala-gejala hiperplastik
Gejala-gejala hiperplastik disebabkan karena pertumbuhan sel yang berlebihan
(overdevelopment) baik dalam ukuran, pembelahan, maupun dalam warna pada tingkat sel,
jaringan, organ maupun pada keseluruhan tumbuhan. Gejala-gejala hiperplastik yaitu sapu
setan (witches broom), proplepsis, nyali (gall, cecidium), intumesensia, erionosis,
menggulung atau mengeriting, fasiasi, pembentukan alat yang luar biasa (antholysis), kudis,
rontoknya alat-alat dan perubahan warna (selain klorosis).
16
Tanda
Tanda adalah semua pengenal dari penyakit selain reaksi tumbuhan inang (gejala),
misalnya bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora, blendok, lendir dan sebagainya.
Dalam diagnosis suatu penyakit tanaman seringkali hanya memerhatikan tanda
kenampakan makroskopis pathogen. Tanda kejadiaan suatu penyakit memegang peranan
sangat penting dibandingkan gejala. Tanda-tanda umumnya terbatas pada penyakit yang
disebabkan oleh jamur dan bakteri. Jamur-jamur parasit tertentu akan membentuk struktur-
struktur di luar badan tumbuhan, khususnya yang menghasilkan spora, karena dengan
demikian spora akan lebih mudah tersebar. Tanda-tanda yang sering muncul adalah dalam
bentuk miselium, karat, tepung, jamur hitam, smut (gosong- bengkak), cacar putih, bercak,
sklerotium dan lendir bakteri.
Patogen
Munculnya kejadian penyakit pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik dan
abiotik. Faktor biotik salah satunya yang disebabkan oleh infeksi patogen disebut penyakit
infeksius (menular). Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh faktor abiotik disebut dengan
penyakit noninfeksius (tidak menular) atau disebut dengan fisiopat. Patogen tanaman dapat
dikelompokkan dalam beberapa kelompok yakni jamur, bakteri, virus, nematoda, ganggang
parasitic dan tumbuhan biji parasitik
Contoh penyakit akibat infeksi patogen, gejala dan tanda yang menyertainya adalah
sebagai berikut:
1. Jamur Fusarium oxysporum
Gejala yang ditimbulkan yaitu layu terutama pada tumbuhan sayur-sayuran, bunga-
bungaan, tanaman perkebunan, gulma, dan tanaman herba. Kerusakan lainnya yang
ditimbulkan meliputi rebah benih, busuk akar, busuk batang, dan busuk tangkai. Tanda
yang dapat dijumpai adalah terdapat benang-benang miselium jamur disekitar jaringan
tanaman, dan pembuluh xylem tanaman.
2. Bakteri Erwinia carotovora
Gejala yang ditimbulkan yaitu busuk lunak pada tumbuhan di lapang maupun tanaman
yang disimpan pada tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman hias. Tanda dari
bakteri E. carotovora yaitu adanya lendir keruh pada jaringan tanaman yang terinfeksi.
17
Tujuan Praktikum
Memahami tanda dan gejala kerusakan yang oleh patogen tanaman
Mengetahui contoh organisme penyebab khususnya yang tergabung dalam kelompok
patogen
Metode
a. Alat dan Bahan
Bagian tanaman yang terinfeksi patogen
Alat gambar
Mikroskop cahaya
Selotip bening (tape)
Gelas objek (object glass) dan cover glass
b. Prosedur Kerja
Amati gejala kerusakan dan tanda yang anda temukan. Gambar dan deskripsikan secara
jelas pada lembar kerja.
Pengamatan gejala penyakit: amati bagian tanaman yang dijumpai terdapat gejala
kerusakan beserta kemungkinan adanya tanda untuk penyakit infeksius. Gambar secara
jelas gejala yang ditemukan.
Pengamatan tanda penyakit : ambil selotif transparan dan tempelken pada bagian tanaman
yang menunjukkan tanda (miselium atau yang lain). Tarik selotif dan lekatkan dengan
posisi miring pada gelas obyek. Amati dibawah mikroskop cahaya. Atur perbesaran yang
18
sesuai untuk mendapatkan gambar yang jelas. Gambar secara detail struktur miselium
yang anda lihat di bawah mikroskop.
- Selamat Mengerjakan -
19
Nama penyakit:
Nama patogen:
Gejala Tanda
Keterangan : Keterangan :
20
Nama penyakit:
Nama patogen:
Gejala Tanda
Keterangan : Keterangan :
21
Nama penyakit:
Nama patogen:
Gejala Tanda
Keterangan : Keterangan :
22
Nama penyakit:
Nama patogen:
Gejala Tanda
Keterangan : Keterangan :
23
Nama penyakit:
Nama patogen:
Gejala Tanda
Keterangan : Keterangan :
24
Nama penyakit:
Nama patogen:
Gejala Tanda
Keterangan : Keterangan :
25
penggunaan insektisida atau kalau memang populasi predator dianggap sudah seimbang
dengan populasi hama lebih baik penggunaan insektisida dihindari.
Adapaun contoh predator yang sering dijumpai pada pertanaman padi adalah sebagai
berikut:
Lady beetle (Coleoptera: Coccinelidae) seperti Micraspis sp., Harmonia
octomaculata, Menochilus sexmaculatus.
Ground beetle (Coleoptera: Carabidae) seperti Ophionea nigrofasciala.
Cricket (Orthoptera: Gryllidae) seperti Metioche vittaticolis dan Anaxipha
longipennis.
Belalang (Orthoptera: Tettigoniidae) seperti Conochephalus longipennis.
Water bug (Hemiptera: Veliidae) seperti Microvella douglasi atrolineata.
Water bug (Hemiptera: Mesoveliidae) seperti Mesovelia vittigera.
Water bug (Hemiptera: Gerridae) seperti Limnogonus fossarum.
B. Parasitoid
Parasitoid umumnya bersifat lebih spesifik inang daripada predator. Umumnya
berukuran lebih kecil daripada inangnya (hama), memiliki warna yang sangat terang. Namun
parasitoid umumnya memiliki peran yang sangat penting dalam menekan populasi hama.
Predator membutuhkan beberapa mangsa untuk melengkapi perkembangannya,
namun secara normal parasitoid hanya membutuhkan hanya 1 inang (hama) untuk
perkembangannya. Parasitoid meletakkan telur secara kelompok atau tunggal di atas, di
dalam atau dekat inangnya. Ketika telur parasitoid pecah dan fase muda akan berkembang,
inang seringkali akan berhenti makan dan segera akan mati.
Terdapat banyak spesies parasitoid menyerang dalam satu jenis hama. Contoh, dari
kutu daun ditemukan lebih dari 18 spesies parasitoid. Parasitoid menyerang telur, larva,
nimfa, pupa atau dewasa dan nangnya dan pada banyak kasus mereka akan lebih efektif bila
populasi nang melimpah. Tidak seperti predator, parasitoid dapat menemukan inangnya
meskipun dalam jumlah populasi inangnya rendah.
Perbanyakan parasitoid secara masal untuk dilepas pada lahan padi sangat berguna,
tapi biasanya membutuhkan biaya yang cukup banyak dan perlu diorganisir dengan baik.
Namun pada perkembangannya biaya pembiakan parasitoid tidaklah mahal tapi memerlukan
keterampilan dan kecermatan dalam proses pelaksanaannya. Parasitoid dapat dilindungi
dengan penggunaan insektisida secara bijaksana.
Adapun contoh parasitoid adalah sebagai berikut:
28
Tetrastichus schoenobii dan Telenomus rowani yang merupakan parasit pada telur
penggerek batang.
Trichornalopsls apanteloctena yang bersifat parasit pada telur dan pupa
penggerek batang kuning padi.
Amauromorpha accepta metatthoracica merupakan parasit pada larva penggerek
batang padi.
C. Entomopratogen
Banyak macam jenis mikroorganisme yang dapat menginfeksi dan membunuh
serangga hama. Kelompok paling besar adalah jamur, virus dan bakteri. Nematoda dan
beberapa organisme yang lain juga diketahui menginfeksi dan membunuh serangga hama.
Jamur memiliki peran penting untuk menekan berbagai macam wereng dan kutu daun.
Biasanya kita akan mendapatkan kasus outbreaknya jamur Hirsutella citnformis, Beauveria
bassiana, atau Metarhizium spp., yang menginfeksi dan membunuh 90-95% populasi wereng
coklat.
Virus dan jamur seringkali mengendalikan hama ulat. Yang paling penting adalah
Nuclear Polyhedrosis dan Granulosis Virus. Virus yang menginfeksi ulat akan menghentikan
proses makan (feeding) dan mencairkan isi tubuh. Kemudian tubuh akan menjadi
lunak/lembek (flaccid) dan menggantung pada tanaman. Banyak jenis virus yang dilaporkan
berasal dari hampir setiap spesies hama ulat pada pertanaman padi.
Paling banyak penyakit yang menyerang hama ulat disebabkan oleh jamur Nomuraea
rileyi. Yang telah dilaporkan sebagai insiden paling tinggi di dalam populasi defoliator
(penggugur) daun. Pada banyak kasus, popuasi ulat tidak akan pernah merugikan secara
ekonomis karena adanya jamur ini.
Patogen pada hama dapat diproduksi secara masal dengan biaya yang rendah dalam
formulasi cair ntaupun bubuk yang dapat dtsernprotkan seperti insektisida pada umumnya.
Beberapa contoh patogen penyebab penyakit pada serangga antara lain:
Metarhiziurn anisopliae, M. flavoviride yang merupakan patogen untuk wereng,
kepik dan kumbang.
Beauveria bassiana jamur putih yang menyerang wereng, kutu daun, penggerek
batang, kepik padi dan kepik hitam.
Hirsutella citriformis yang menyerang wereng dan kutu daun.
Nomuraea rileyi merupakan jamur dengan spora hijau kusam yang menyerang
larva penggerek batang, kutu daun dan ulat tentara.
29
NPV yang biasa ditemukan pada ulat tentara (armyworm) dan ulat pemotong
(cutworm).
Granulos virus menyerang pada larva ngengat dan kupu kupu.
3.2. Tujuan
Mengetahui beberapa contoh musuh alami baik predator, parasitoid maupun
pathogen.
Mengetahui efektivitas predator dalam menekan serangga hama
3.3. Metode
3.3.1 Alat dan Bnhan
Coccinelid Predator (larva atau imago)
Bagian tanaman kacang panjang yang terserang Aphis sp.
Aphis sp.
Beberapa sampel Parasitoid (Tetrastichus sp., dll)
Beberapa isolat pathogen (Beauveria bnssiana, Metarhizium anisopleae, NPV,
Steinernema carpocapsae dll)
4 Petri besar
Kuas
Mikroskop cahaya
Mikroskop binokuler
3.3.2 Prosedur Kerja
A. Pengamatan
Mengamati, menggambar dan mendeskripsikan predator, parasitoid dan pathogen.
Untuk parasitoid dan pathogen diamati di bawah mikroskop binokuler.
B. Percobaan
Percobaan mengenai lama waktu pemangsaan. Serangga uji yang digunakan
sebagai predator adalah coccinelid predator. Serangga coccinelid akan mudah
didapatkan dengan mencari bagian tanaman tertentu yang paling banyak dijumpai
adanya kelompok aphididae (Aphis sp., Myzus sp., Toxoptera sp. dll) pada
pertanaman jeruk, kacang-kacangan, tembakau, tomat ataupun pertanaman yang
lain. Kalau ditemukan adanya kelompok kumbang Coccinelid yang warnanya
mengkilat dengan tekstur yang jelas atau larva Coccinelid dengan ciri-ciri
mengacu pada pustaka, ambil seluruh bagian tanaman yang terserang tersebut
30
beserta kumbang dan kelompok serangga hama tersebut. Letakkan bagian tanaman
beserta Aphis sp. sebanyak 10 ekor pada petri besar dan masukkan 1 ekor
coccinelid predator ke dalamnya.
Selamat Mengerjakan
31
Lembar kerja
Gambar Keterangan
Gambar Keterangan
32
Lembar kerja
Gambar Keterangan
Gambar Keterangan
33
Lembar kerja
Gambar Keterangan
Gambar Keterangan
34
Lembar kerja
Gambar Keterangan
Gambar Keterangan
35
Pendahuluan
Tanaman tahan adalah tanaman yang mempunyai kemampuan untuk menolak atau
menghindar, sembuh kembali dan mentolelir dari serangan hama atau penyakit yang tidak
dipunyai oleh tanaman lain yang sejenis dan pada tingkat serangan yang sama. Ada dua
macam sifat ketahanan tanaman terhadap serangan hama atau penyakit yaitu: yang pertama,
ketahanan vertikal dan ketahanan horisontal. Ketahanan vertikal adalah suatu bentuk
ketahanan tanaman yang dikendalikan oleh satu atau beberapa gen, biasanya sifatnya sangat
tahan, sifat ketahanannya mudah patah, jadi kalau ketahanannya sudah patah maka seolah-
olah tanaman itu tidak mempunyai ketahanan. Yang kedua, ketahanan horizontal. Ketahanan
horizontal adalah suatu bentuk ketahanan yang tidak spesifik, ketahanan ini dikendalikan
oleh banyak gen.
Mekanisme ketahanan tanaman ada tiga macam yaitu antizenosis, antibiosis, dan
toleran. Antizenosis adalah suatu mekanisme ketahanan suatu tanaman yang bisa membuat
serangga menjauhi tanaman, sehingga serangga tidak mau menggunakan tanaman sebagai
inang, tempat peletakan telur. Antibiosis adalah suatu bentuk mekanisme ketahanan tanaman
yang melibatkan unsur antibiotik pada tanaman tersebut. Toleran adalah suatu bentuk
mekanisme ketahanan tanaman yang masih bisa berproduksi saat tanaman tersebut terserang
hama atau penyakit.
Macam-macam tanaman berdasarkan ketahanannya:
Tanaman tahan: adalah tanaman yang dapat bertahan saat terinfeksi patogen,
Tanaman Imun: adalah tanaman yang sama sekali tidak terpengaruh oleh kehadiran
patogen,
Tanaman toleran: tanaman yang mampu mentolelir serangan patogen sehingga tanaman
masih bisa berproduksi (dikaitkan dengan hasil produksinya).
Kelebihan penggunaan varietas tahan adalah mempunyai kekhususan dari segi
ekologis, bersifat komulatif, mudah diadopsi oleh petani, aman dan ekonomis, dapat
menghambat perkembangan serangga yang bertindak sebagai vektor penyakit, dan adanya
keserasian dengan cara pengendalian yang lain.
Kekurangan penggunaan varietas tahan adalah sulit untuk mendapatkan tanaman
tahan, keterbatasan dari sumber genetik, tidak berlakunya sifat ketahanan di daerah-daerah
36
dengan kondisi geografik yang berbeda, munculnya biotipe baru akan membatasi waktu dan
ruang dan kegunaan batas-batas ketahanan, trait resistance/ketahanan yang berlawanan.
Tujuan Praktikum
Mengetahui contoh pengendalian dengan memanfaatkan varietas tahan terhadap
hama bongkeng (Cylas fomicarius) pada beberapa varietas ubi jalar
Mengetahui efektifitas pengendalian dengan memanfaatkan varietas tahan tanaman
ubi jalar
Metode
Alat dan Bahan
Umbi dari beberapa varietas ubi jalar (yang tahan dan yang peka terhadap hama
bongkeng / Cylas fomicarius)
Imago hama bongkeng Cylas formicarius
Kotak preferensi
Prosedur Kerja
Masukkan umbi ubi jalar pada masing-masing wadah yang terdapat dalam kotak
preferensi. Masukkan Cylas formicarius diantara wadah yang ada didalam kotak preferensi.
Tutup kotak prefersensi. Biarkan selama 5 hari. Amati dan hitung populasi Cylas formicarius
pada masing-masing wadah setelah 5 hari. Diskusikan hasil yang anda dapatkan.
Selamat Mengerjakan
37
Hasil Pengamatan
No. Varietas ubi jalar Populasi hama (5 hsi)
Pembahasan :
38
5.1. Pandahuluan
Salah satu cara pengendalian terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
adalah pengendalian secara kimiawi baik sintetik maupun alamiah. Pestisida adalah suatu
substansi atau senyawa atau campuran bahan kimia yang digunakan untuk mencegah,
memusnahkan atau mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pestisida merupakan
salah satu komponen atau teknik pengendalian organisme pengganggu tanaman yang dapat
dimanfaatkan dalam suatu kesatuan program pengendalian hama terpadu. Dalam prakteknya,
penggunaan pestisida di lapang masih memegang peran yang dominan. Berikut akan
dijelaskan dua jenis pestisida kimia yang sering digunakan oleh petani dalam pengelolaan
agroekosistem.
A. Pestisida Sintetik
Pengendalian terhadap OPT secara kimiawi salah satu contohnya adalah dengan
penggunaan pestisida sintetik. Namun pestisida sintetik ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari penggunaan pestisida sintetik adalah efektifitasnya tinggi bila
dibandingkan dengan pengendalian cara lain, pestisida sintetik dapat digunakan di berbagai
lingkungan (lingkungan kering, basah, pegunungan, dan dataran rendah), bekerja cepat dan
dapat digunakan di setiap waktu. Kekurangan dari pengendalian menggunakan pestisida
sintetik adalah timbulnya resistensi hama, resurgensi (peningkatan kembali) populasi hama
yang semula sudah dapat ditekan dengan aplikasi pestisida, munculnya hama sekunder;
pengaruh negatif terhadap perkembangan musuh alami, satwa liar dan lingkungan, tersisanya
residu pestisida pada produk tanaman dan lingkungan.
Pengendalian menggunakan pestisida sintetik ini dapat bermanfaat apabila dalam
mengendalikan OPT, digunakan secara benar dan bijaksana sehingga aman terhadap
lingkungan. Penggunaan secara benar adalah yang memenuhi ketentuan yang berlaku,
Sedangkan penggunaan pestisida secara bijaksana adalah memenuhi kriteria tepatjenis dan
mutu, tepat waktu, dosis dan konsentrasi, serta tepat cara aplikasi.
Dalam pengendalian terhadap OPT dengan menggunakan pestisida sintetik kita juga
harus mempertimbangkan ambang ekonomi dari OPT tersebut, karena dengan mengetahui
ambang ekonomi dari suatu OPT maka kita dapat mengambil keputusan perlu atau tidak
suatu OPT dikendailkan, selain itu kita dapat menghemat biaya penggunaan pestisida
sintetik.
39
B. Pestisida Nabati
Pestisida alami yang ramah lingkungan sebenamya bukan barang baru dalam dunia
pertanian, bahkan mungkin sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih
dilakukan secara nomaden (berpindah-pindah) petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa
memakai bahan yang tersedia di alarn untuk mengendalikan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT).
Berbekal pengalaman bertahun-tahun, petani tradisional mengetanui bahwa beberapa
jenis tanaman tidak pernah diganggu hama, karena tanaman tersebut mengandung racun bagi
hama tertentu. Umumnya petani mengambil ekstrak tanaman yang diyakini memiliki racun
(insectisidal action), kemudian melarutkannya ke dalam air dan menyemprotkannya pada
tanaman. Suku Indian memakai ekstrak daun tembakau untuk mengendalikan hama yang
menyerang tanamannya. Di India, biji mimba telah berabad-abad dipakai sebagai insektisida.
Demikian pula suku-suku di Indonesia memiliki tradisi tertentu dalam memanfaatkan
sumber-sumber alami. Misalnya para petani di tanah Parahyangan (Bandung dan sekitarnya)
pada tahun 1940-an telah pintar meracik daun sirsak untuk mergendalikan hama beialang.
Cara tersebut merupakan langkah awal pemakaian pestisida alami. Perkembangan
selanjutnya, melalui beberapa penelitian ilmiah dihasilkan beberapa alternatif lain dan
pestisida yang ramah lingkungan.
Pestisida alami yang berasal dari bahan-bahan yang terdapat di alam tersebut
diekstraksi, diproses, atau dibuat dalam formula tertentu dengan tidak mengubah struktur
kimianya. Berbeda dengan pestisida sintetis yang umumnya bersumber dari bahan dasar
minyak bumi yang diubah struktur kimianya untuk memperoleh sifat-sifat tertentu sesuai
dengan keinginan.
Di negara maju, kecenderungan pemakaian pestisida alami lebih banyak. Hal tersebut
disebabkan adanya perhatian yang besar terhadap pencemaran lingkungan dan bahaya
keracunan. Beberapa negara maju tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan
makanan yang masuk ke negaranya. Kampanye "back to nature" atau kembali ke alam dan
digalakkannya pertanian organik dari negara-negara maju, seperti Jepang dan Amerika
Serikat, ikut membuat pestisida alami kembali diperhitungkan sebagai alat untuk
mengendalikan OPT. Berbeda halnya dengan Indonesia, minat masyarakat memakai
40
pestisida alami muncul kembali setelah terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar menurun drastis.
Pestisida alami yang kini dikenal dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan sebagai
berikut:
1. Pestisida Botani (Botanical Pesticide) yang berasal dari ekstrak tanamari. Seperti
diketahui, berbagai jenis tanaman memproduksi senyawa kimia untuk
melindungi dirinya dari serangan OPT. Senyawa inilah yang kemudian diambil
dan dipakai untuk melindungi tanaman lain.
2. Pestisida Biologis (Biological Pesticide) yang mengandung mikroorganisme
pengganggu OPT, seperti bakteri patogenik, virus, dan jamur. Mikroorganisme
ini secara alami memang merupakan musuh OPT, yang kemudian
dikembangbiakkan untuk keperluan perlindungan tanaman.
3. Pestisida berbahan dasar mineral anorganik yang terdapat pada kulit bumi.
Biasanya bahan mineral ini berbentuk kristal, tidak mudah menguap, dan bersifat
stabil secara kimia, seperti belerang dan kapur. Label ramah lingkungan yang
dilekatkan pada ketigajenis pestisida alami tersebut sebenamya mengacu pada
dua hal. Pertama, residu pestisida alami lebih cepat terurai oleh komponen-
komponen alam, sehingga tdak akan menyebabkan pencemaran air dan tanah.
Kedua, daya racun dari pestisida alami bersifat selektif. Artinya pestisida alami
hanya mematikan OPT jenis tertentu dan relatif aman bagi musuh alami,
manusia, mamalia, dan ikan.
5.2 Tujuan
Mengetahui beberapa contoh pengendalian dengan memanfaatkan pestisida
Mengetahui efektifitas pestisida
5.3 Metode
5.3.1. Alat dan Bahan
Aphis craccivora, Myzus parsicae, Rophalosipum maydis atau kelompok
Aphidaidae yang lain
Bagian tanaman (Daun) yang diserang kelompok Aphididae
Insektisida berbahan aktif imidacloprid atau bahan aktif lain yang sesuai untuk
Aphididae
4 bualj Petri berukuran besar
Lup/Mikroskop binokuler
41
Selamat Mengerjakan
42
maupun didalam tanah sendiri. Keseimbangan ekosistem ini akan menghindari kemungkinan
serangan hama maupun infeksi pathogen.
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui keragaman serangga tanah pada tanah organik tinggi dan tanah
konvensional
Metode
Alat dan Bahan
Material tanah organik dan konvensional.
Corong Berlese
Air detergen
Mikroskop binokuler
Buku identifikasi serangga
Cetok
Kantung Plastik hitam
Tissue
Gelas Beaker
Prosedur Kerja
Siapkan corong Berlese diatas gelas Beaker yang telah diberikan air detergen dan
dimasukkan tissue di dalamnya. Masukkan tanah tersebut dalam Corong Berlese dan
diamkan selama 24 jam. Hitung berapa jumlah jenis serangga tanah yang anda dapatkan.
Kemudian amati serangga tanahnya dengan menggunakan mikroskop binokuler. Identifikasi
serangga dengan menggunakan buku identifikasi hingga menemukan ordo. Kelompokan
beberapa jenis serangga dalam kelompok-kelompok tersendiri berdasarkan ordonya.
Bandingkan antara tanah organik dan konvensional. Diskusikan data yang anda temukan.
Selamat Mengerjakan
44
Hasil
1. Tanah Organik
No. Ordo Famili Jumlah Populasi
2. Tanah Anorganik
No. Ordo Famili Jumlah Populasi
Pembahasan
45
A. Latar Belakang
Pestisida merupakan alat pengendali organisme pengganggu yang sangat penting
peranannya di bidang pertanian. Kebanyakan pestisida mempunyai spektrum yang luas
sehingga seringkali memberikan dampak yang merugikan. Hal ini karena, dilihat dari daya
racunnya, pestisida juga dapat berifat sebagai biosida, sehingga dapat membahyakan
serangga berguna dan bentuk kehidupan lainnya. Interaksi biologis yang terjadi antara daya
racun pestisida dengan kehidupan di ekosistem tersebut dipengaruhi oleh dosis.
Umumnya pestisida tidak secara komersil tersedia dalam bentuk yang langsung dapat
diaplikasikan, tetapi harus dipreparasikan atau dipersiapkan terlebih dahulu. Penulisan atau
penggunaan nama dagang tertentu dalam buku-buku penuntun seringkali dihindari. Hal ini
dimaksudkan untuk tidak memberi kesan bahwa seolah-olah penulisnya mempromosikan
merek tertentu, karena suatu bahan aktif dapat dipasarkan dibawah beberapa nama dagang.
Oleh sebab itu anjuran penggunaan pestisida selalu dinyatakan dalam kadar bahan aktifnya,
atau konsentrasi formulasi dan volume semprot spesifik. Dengan demikian, untuk
menyiapkan larutan pestisida sesuai konsentrasi dan dosis yang direkomendasikan, kebutuhn
bahan aktif dalam larutan atau campuran, maka diperlukan suatu ketrampilan untuk dapat
menghitung banyaknya pestisida formulasi yang dibutuhkan sesuai luas lahan yang dimiliki.
B. Tujuan Praktikum/Tutorial :
Praktikum/Tutorial ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan melatih cara
menghitung kebutuhan (takaran) penggunaan pestisida atau takaran pestisida yang harus
digunakan dalam aplikasi.
C. MATERI :
a. Kegiatan 1 :
Persamaan 1
Persamaan 1 digunakan untuk menyiapkan larutan atau suspensi dari pestisida bentuk
“wettable powder”, emulsifiable concentrates, atau suatu bahan yang diketahui persentase
bahan aktifnya.
Persamaan 2
Persamaan 2 digunakan untuk menentukan jumlah formulasi yang dibutuhkan untuk
meliput (cover) areal terbatas bila kisaran rekomendasi (kg b.a./h dan %b.a.) dalam formulasi
telah diberikan atau diketahui.
3. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata Wereng coklat dapat dikendalikan dengan sangat
memuaskan menggunakan Applaud 10 WP dengan dosis 0,6 kg b.a./h. Berapa kuantitas
Applaud diperlukan oleh Pak Mustari, kalau luas lahan sawahanya 4000 m2?
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
48
4. Untuk penyemprotan perusak daun kedelai dibutuhkan 800 liter larutan yang
mengandung 0,12% Insektisida Basudin 60 EC. Berapa banyak (ml) Basudin dibutuhkan
untuk keperluan tersebut?
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
b. Kegiatan 2 :
Perhitungan :
Dosis Pestisida: 1,5 ml / lt air ; dengan 600 liter air/h
Berarti diperlukan = 1,5 ml/lt x 600 lt
= 900 ml/h
Apabila lahan yang hendak diaplikasi seluas 1500 m 2, maka perhitungannya sebagai berikut :
Luas lahan = 1500 m2 = 0,1500 h
Pestisida yang diperlukan = 0,1500 h x 900 ml/h
= 135 ml = 0,135 liter
LATIHAN :
1. Pak Buang akan menyemprot tanaman kedelainya seluas 4500 m2 untuk mengendalikan
ulat grayak. Pada kemasan tertulis rekomendasi penggunaan yaitu konsentrasi formulasi
4 ml/lt air, volume semprot 700 lt/h. Berapa liter insektisida yang dibutuhkan Pak Buang
untuk 4 kali aplikasi?
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
49
2. Untuk menyemprot ulat grayak pada pertanaman tembakaunya, Pak Karep telah
menentukan pilihn pestisida. Rekomendasi yang tertulis yaitu konsentrasi 0,75 ml/lt air,
volume semprot per h 400 liter. Berapa liter insektisida yang harus dibeli Pak Karep
untuk 2 kali aplikasi pada lahan seluas 7000 m2?
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
50
A. Latar Belakang
Hasil yang dicapai oleh pestisida tidak hanya tergantung pada pilihn alat yang sesuai,
tetapi lebih banyak tergantung pada dosis tepat yang disemprotkan. Untuk menyiapkan
larutan yang sesuai dengan dosis produk yang tepat, harus ditetapkan volume yang akan
digunakan.
Kalibrasi adalah suatu usaha untuk menentukan atau memperbaiki ukuran yang
sesuai. Dalam kaitannya dengan penggunaan alat semprot, kalibrasi merupakan suatu cara
untuk menentukan jumlah volumen semprot yang akan digunakan pada satuan luas tertentu
dari lahan pertanaman. Dengan demikian kebutuhn dosis yang diperhitungkan untuk
kebutuhn lahan tersebut dapat betul-betul habis digunakan secara merata.
Alat semprot harus senantiasa diperiksa, apakah dalam keadaan baik, setiap kali akan
dilakukan aplikasi atau kalibrasi. Bila keadaannya baik dan siap pakai, maka kalibrasi dapat
dilakukan. Metode yang dapat dilakukan untuk kalibrasi yaitu Metode Waktu (Time Method)
atau Metode Luas (Area Method). Walaupun caranya berbeda tetapi dapat memberikan hasil
yang sama.
Catatan : Laju curah berbeda untuk tekanan dan jenis nosel yang berbeda (hanya untuk satu
nosel saja), untuk alat semprot tipe gendong, tekanan harus dipertahankan tetap
dengan cara memompa secara tetap.
51
B. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengalaman praktis
kepada mahasiswa cara mengukur kebutuhan volume semprotan per satuan luasan lahan.
C. Langkah Kerja
Tahap yang Harus Dilakukan dalam Kalibrasi
(untuk metode waktu)
1. Tentukan laju curah (flowrate) sprayer
Isi tangki dengan sejumlah air, tutup rapat pompa sampai tekanan tertentu, kemudian
dengan bantuan stop watch dan gelas ukur tentukan volume air yang keluar selama satu
menit.
2. Tentukan banyaknya pestisida yang dibutuhkan untuk menyemprot lahan yang luasnya
diketahui (misal 8.000 m2).
3. Tentukan lebar ayunan semprot (nosel), untuk knapsack, biasanya 1 meter. Tergantung
pada arah angin, arah jalan penyemprot akan ditentukan pula. Berdasarkan Hal ini akan
ditentukan berapa kali penyemprot harus berjalan bolak balik supaya dapat menyemprot
seluruh areal pertanaman dengan rata.
4. Dengan mengetahui data laju curah dan volume total cairan yang harus dihabiskan untuk
lahan tersebut maka diketahui lamanya penyemprotan. Waktu yang diperlukan oleh
penyemprot untuk satu kali melintasi lahan dari sisi satu ke sisi lainnya (T menit)
diperoleh dari waktu total dibagi dengan berapa kali ia harus berjalan bolak balik.
5. Penyemprot harus melatih diri berjalan dengan sprayer di punggung penuh berisi air dan
berjalan dilahan yang sebenarnya (bukan di jalan beraspal licin) untuk mendapatkan laju
yang sesuai sehingga lintasan yang harus ditempuh itu dapat diselesaikan dalam waktu T
tersebut. Bila laju yang sesuai sudah ditemukan, ia masih harus berlatih beberapa kali
untuk “meresapkan” kebiasaan melangkah dengan menggunakan laju tersebut.
Tidak semua orang dapat mengatur laju jalannya dengan mudah. Sebetulnya salah satu
cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengubah besarnya nosel sehingga sesuai dengan
52
laju jalan, namun dalam praktek, Hal tersebut tidak dapat dilakukan karena tidak tersedia
pilihan nosel. Dengan demikian Hal yang masih dapat disesuaikan adalah volume air yang
dipakai sebagai pelarut. Dalam cara kedua ini langkah 1–3 dari cara pertama tetap sama. Pada
tahap berikutnya si penyemprot harus menentukan sendiri laju jalan yang dikehendaki dan
selama melakukan penyemprotan ia harus berjalan dengan menggunakan laju tersebut secara
konsisten. Dengan demikian dapatlah ditentukan waktu yang diperlukan oleh penyemprot
untuk berjalan melintasi lahan. Bila data lebar ayunan semprotan (nosel) dan berapa kali
penyemprot harus berjalan bolak balik untuk menyemprot seluruh lahan digabungkan maka
volume total air yang diperlukan untuk menyemprotlahan tersebut dapat dihitung.
Lengkapilah daftar isian berikut ini : (penentuan kalibrasi cara pertama).
1. Tentukan laju curah knapsack sprayer. Lakukanlah seperti diterangkan dalam tahap
pertama (no. 1). Catat hasilnya ............................. ml/menit.
2. Misalkan lahan berukuran 40 x 20 m. Penyemprot berjalan melintasi lebar lahan. Berarti
untuk menyemprot seluruh lahan (lebar ayunan 1 meter) ia harus melintasi lahan bolak
balik sebanyak 40 kali.
3. Tentukan sendiri insektisida yang akan digunakan dalam LATIHAN ini. Catat dosis
kebutuhan tiap hektarnya ………….. ml/ha (atau gram/h). Hitung pula kebutuhn
formulasi untuk lahan seluas 40 x 20 m tadi serta volume air yang diperlukan kalau untuk
per ha-nya dipakai 500 liter air.
Kebutuhan insektisida untuk lahan ini .......................... ml (atau gram)
20 x 40 x 500 lt
Kebutuhan Air 40 liter
10000
4. Waktu keseluruhaan (total) yang diperlukan untuk penyemprotan secara terus menerus
adalah
volume kebutuhanair lt
Ttotal
laju curah sprayer (lt / menit)
5. Waktu yang diperlukan untuk satu kali melintas (T) adalah T Total / jumlah lintasan (dalam
contoh ini = 40).
6. Laju jalan adalah jarak lintasan / T (dalam LATIHAN ini jarak lintasan 20 m). Latihlah
berjalan dengan menggunakan laju jalan tersebut.
7. Penyemprotan yang sebenarnya dengan menggunakan insektisida baru dilakukan setelah
langkah no. 6 dapat diselesaikan dengan baik.
53
Untuk dapat menyemprot sesuai dengan rekomendasi, maka operator terlebih dahulu harus
mengetahui :
Rekomendasi yang ditulis pada kemasan pestisida (ml atau gram per liter air dan
volume semprot per ha)
Luas lahan yang akan disemprot dalam meter persegi (m²)
Tabel A
1. Bacalah rekomendasi pestisida yang diperlukan (ml atau gram per liter dan volume
semprot per ha) yang tertulis pada kemasan pestisida tersebut. Catat kedua angka itu
baik-baik.
2. Lihat kolom 1 atau kolom 2 apakah tertulis ml atau gram per 10 liter air (angka yang
tertulis dalam rekomendasi)
3. Pada kolom 3 terdapat 4 macam bilangan yang menunjukkan banyaknya volume semprot
(300, 500, 700, dan 1000 liter per ha). Pilih satu yang sesuai dengan rekomendasi.
Apabila tidak tertulis volume semprotnya, maka gunakan angka 500.
4. Pilih satu kolom dari kolom 4 sampai kolom 10 luas yang sesuai dengan luas lahan
yang akan disemprot
5. Hubungkan garis yang diperoleh dari butir 3 dan butir 4 sehingga diperoleh satu angka,
yaitu banyaknya pestisida yang harus dibeli di toko (untuk satu kali penyemprotan).
6. Pada garis yang sama, tetapi pada kolom 11, terdapat angka yang menunjukkan
banyaknya pestisida yang diperlukan untuk tiap tangki 17 liter.
Tabel B
1. Pilih volume semprot yang direkomendasikan (sesuai angka tersebut dengan angka yang
dipilih pada Tabel A butir 3).
2. Pilih salah satu dari kolom 2 sampai 8 luas yang sesuai dengan luas lahan yang akan
disemprot.
3. Hubungkan garis yang diperoleh dari butir 1 dan 2 di atas sehingga diperoleh satu angka.
Angka tersebut menunjukkan jumlah tangki (17 liter) yang diperlukan untuk luas
lahan yang akan disemprot.
54
Tabel A : Banyaknya pestisida yang perlu dibeli berdasarkan luasan lahan untuk setiap penyemprotan
Lanjutan Tabel A
Contoh 1
Pak Ponidi mempunyai lahan seluas 3000 m² . Dia sudah memilih insektisida ”X” untuk
mengendalikan hama yang menyerang tanamannya. Pada petunjuk pemakaian dia membaca
diperlukan konsentrasi 2,5 ml/l dengan volume semprot 700 l air per ha.
Pada Tabel B
1. Pak Ponidi memilih baris 3 pada kolom 1 (sesuai dengan Tabel A)
2. Dia memilih kolom 6 karena luas lahannya 3000 m².
3. Dari kolom 6 dan baris 3 terdapat angka 12,5. Ini berarti untuk lahannya diperlukan 12,5
tangki
Tabel B
Rekomenda Jml. Tangki (17 l) yang diperlukan
Bari si kemasan Luas lahan (m²)
s ke (liter air
per ha) 250 500 1000 2000 3000 4000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8
1 300 0.5 1 2 3.5 5.5 7 9
2 500 0.75 1.5 3 6 9 12 14.5
3 700 1 2 4 8 12.5 16 20.5
4 1000 1.5 3 6 12 17.5 24 29.5
Contoh 2
Pak Bedu mempunyai lahan seluas 1500 m². Dia ingin menyemprot penyakit yang
menyerang tanamannya, dan memilih fungisida ”Y”. Pada petunjuk tertulis : diperlukan 30
gram/10 liter
Tabel A
Banyaknya ml atau g pestisida yang harus
Rekomendasi
dibeli Banyaknya
ml atau ml atau g
Ba Luas lahan (m²)
g Vol pestisida
ris
pe semp 500 100 diperlukan
ke
per r rot 0 200 300 400 500 per tangki
250
l 10 l/ha 0 0 0 0 (17 l)
l
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
178. 280.
21 3.0 30 300 25.5 51 102 357 459 51
5 5
22 76.5 153 739. 51
3.0 30 500 38 306 459 612
5
637. 841. 104
23 3.0 30 700 51 102 204 400 51
5 5 5.5
892. 119 150
24 3.0 30 1000 76.5 153 306 612 51
5 8.5 4.5
208. 327. 416. 535.
25 3.5 35 300 29.5 59.5 119 59.5
5 5 5 5
178. 535.
26 3.5 35 500 44.5 89 357 714 863 59.5
5 5
743. 122
27 3.5 35 700 59.5 119 238 464 982 59.5
5 0
Pada Tabel B
1. Pak Bedu memilih baris 2 (sesuai dengan Tabel A)
2. Dia memilih kolom 3 dan 4 (karena luasnya 1500 m²)
3. Dari baris 2 dan kolom 3 serta 4 diperoleh angka 1,5 + 3 = 4,5. Ini berarti Pak Bedu
harus menyemprot lahannya sebanyak 4,5 tangki
Tabel B
Rekomenda Jml. Tangki (17 l) yang diperlukan
Bari si kemasan Luas lahan (m²)
s ke (liter air
per ha) 250 500 1000 2000 3000 4000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8
1 300 0.5 1 2 3.5 5.5 7 9
2 500 0.75 1.5 3 6 9 12 14.5
3 700 1 2 4 8 12.5 16 20.5
4 1000 1.5 3 6 12 17.5 24 29.5
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Borror, D.J., C.A. Triplehorn N.F. Johnson. 1996. Pengantar Pelajaran Serangga. Edisi
Keenam. Diterjemahkan Partosoedjono dan Brotowijoyo. Gadjah Mada
University Press. 1083 hal.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 754 hal.
Shepard, B.M., A.T. Barrion and J.A. Litsinger. 1987. Helpful Insects, Spiders and
Pathogens. IRRI. Los Banos. Philippines. 127 pages.
Tarno, H. dan B.T. Rahardjo, 2003. Penuntun Praktikum Nematologi Tumbuhan. Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Malang. 26 hal.
MATERI M3. PRAKTIKUM DASAR
PERLINDUNGAN TANAMAN
PENGENALAN
PATOGEN
SERTA TANDA
DAN GEJALA
PENYAKIT DISUSUN OLEH:
TIM ASISTEN MK. DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
SEMESTER GANJIL 2021/2022
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
GEJALA
Kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal tanaman
akibat adanya gangguan penyebab penyakit. Gejala dapat
dilihat secara langsung dengan mata telanjang .
Jenis-jenis Gejala Berdasarkan
Bentuk
Histologi
HIPOPLASTIK
menjadi 3 HIPERPLASTIK
3 Disebabkan karena adanya
tipe pertumbuhan sel yang lebih dari
biasanya
Gejala Neukrotik
●Yellowing : menguning akibat rusaknya klorofil
●Wilting : layu akibat gangguan pada penguapan dan proses osmosis
●Spot : bercak yang bentuknya bulat.tidak beraturan pada daun, batang muda, atau buah
●Blight : bercak-bercak busuk pada bagian daun yang bentuknya lebih besar dari spot
●Late blight : bercak busuk pada umbi atau bagian tertentu tanaman akibat jamur Phytoptora sp.
●Early blight : bercak cincin/konsentris yang disebabkan oleh jamur Altenaria spp
●Scorch : terbakar (burn) pada daun bagian luar, warnanya coklat seperti terkena suhu tinggi
Gejala Hipoplastik
●Dwarf/Kerdil : tumbuh terhambat pertumbuhan bagian-bagian tanaman, sehingga ukurannya lebih kecil daripada
biasanya.
●Albikasi/Klorosis : yaitu rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya berwarna
hijau.
●Etiolasi : gejala ini ditunjukkan dengan tanaman yang menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai
●Roset : pertumbuhan intermedia batang terhambat hingga nodia satu dengan yang lainnya berdempetan, sehingga
menyerupai sapu
●Cecidia, gall atau tumor, yaitu pembengkakan stempat berupa bintil atau bisul yang terdiri dari jaringan
●Fasciation (fasiasi), yaitu berubahnya bentuk cabang dari lurus dan silinder menjadi bengkok dan pipih
●Kudis, yaitu bercak kasar, terbatas dan agak menonjol, kadang-kadang ujungnya pecah.
NEKROSIS 3
Blight
Phytoptora blight
1 Dwarf Albikasi/Klorosis
2
CONTOH
GEJALA Gejala kerdil pada padi Gejala klorosis pada terong
HIPOPLASIA 3
Etiolasi
HIPERPLASIA 3
Kudis
SMUT
(Godong Bengkak)
CUACA
FAKTOR ABIOTIK
1.Suhu
FAKTOR BIOTIK
Faktor penyebab penyakit secara biotik adalah
2. Kelembaban
faktor yang disebabkan oleh makhluk hidup lain.
3.Sinar Matahari
Faktor biotik yang yang menyebabkan timbulnya
4.Curah Hujan
penyakit adalah jazad renik (mikroorganisme)
5.Kecepatan dan Arah Angin
yang seringkali disebut Patogen. Beberapa jenis
FISIOLOGI
jasad renik tersebut adalah : Jamur, bakteri, virus,
1.Ketidaksesuaian unsur hara
dan mikoplasma
2.Toksisitas atau keracunan pestisida
MEDIA ATAU TANAH
• JAMUR
1.Masalah biologi tanah
• VIRUS
2.Masalah fisika tanah
JAMUR
Jamur merupakan organisme yang dapat hidup pada berbagai
ekosistem. Jamur parasit hidup pada inangnya (tumbuhan)
tanpa memberi dampak positif bagi inangnya tetapi
memanfaatkan nutrisi yang diproduksi oleh inang tersebut.
Agar mendapatkan energi dari nutrisi, jamur menginfeksi
tumbuhan inangnya. Gejala penyakit tumbuhan yang
disebabkan oleh jamur beragam dan mencakup busuk basah,
busuk kering, layu, bercak daun, dan hawar daun.
BERCAK DAUN
Bercak daun merupakan penyakit yang disebabkan oleh dua
macam jamur yakni Cercospora arachidicola dan
Cercosporidium personatum. Gejala yang ditimbulkan adalah
berupa bercak-bercak berbentuk bulat tidak teratur, berwarna
coklat tua hingga hitam pada permukaan atas dan bawah
daun.
KARAT DAUN
Penyebab penyakit karat adalah jamur Puccinia arachidis Speg.
Gejalanya adalah timbulnya pustul berwarna oranye yang
merupakan uredium pada permukaan bawah daun yang
kemudian dapat juga muncul bertolak belakang pada
permukaan atas daun.
Cara Pengendalian Bercak dan
Karat Daun
3.Pengendalian biologis
• Tidak berklorofil
GEJALA AKIBAT BAKTERI
Xanthomonas
Erwinia oryzae Ralstonia
carotovora solanacearum
PENULARAN BAKTERI
Secara mekanis
NEMATODA
Fitonematoda atau nematoda parasitik tanaman merupakan
cacing/belut.
Nematoda Gejala serangan
Terbentuknya puru atau gall pada sistem
Puru Akar perakarannya, daunnya mengalami klorosis,
Cara penularan
Patogen ini ditularkan melalui tanah yang telah
terinfeksi, pupuk kandang, dan ubi bibit yang telah
terinfeksi .
Pengendalian Nematoda
Parasit Tumbuhan
• Aplikasi nematisida
TUGAS
Praktikan mencari masing-masing 1 penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus,
a. Tanaman inang
b. Gejala penyakit
c. Bioekologi
d. Cara penyebaran
e. Cara pengendalian
Buku Identifikasi Gelas Beaker Corong Berlese Sampel tanah organik Mikroskop Stereo
dan konvensional
❖ Berbeda dengan tanah organik, tanah mineral merupakan tanah yang didominasi oleh
pelapukan batuan.
❖ Tanah mineral juga memiliki karakteristik kandungan bahan organik yang rendah dan
kelarutan Al yang tinggi yang berpotensi meracuni tanaman.
❖ Tanah mineral memiliki kandungan unsur hara seperti N dan P dan kation-kation basa
seperti Ca, Mg, Na dan K yang rendah
Nielsen (2019)
Tugas M-6
Volume Semprot :
banyaknya air yang diperlukan untuk melarutkan
pestisida yang akan digunakan untuk menyemprot
pertanaman pada suatu area tertentu, disesuaikan
dengan kemampuan tanaman menampung larutan
semprot (BPPP,2010).
Teknik aplikasi pestisida yang tidak tepat
dan tidak bijaksana menimbulkan
kerugian:
a. Mahalnya biaya pembelian pestisida
b. Kurang efektifnya pestisida yang
digunakan serta gangguan terhadap
kesehatan mereka.
Tabel B
Daftar Pustaka
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Teknik
Penyemprotan
Yulia, E., Fitri, W., dan Agus, S. 2020. Manajemen Aplikasi
Pestisida Tepat dan Bijaksana pada Kelompok Tani Padi dan
Sayur di SLPP Arjasari. Kumawula. 3 (2) : 310-324.
Thanks!
Any Question?
Tatap Muka ke-4
Pengenalan
Pengendalian
Dengan
Memanfaatkan
Faktor Biotis
(Musuh Alami)
TIM ASISTEN MK. DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN 2021/2022
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
MUSUH ALAMI
“Organisme yang dapat membunuh, menurunkan
potensi reproduksi dan mengurangi populasi dari
organisme pengganggu tanaman (OPT)”
(Henuhili dan Aminatun, 2013)
Predator
Parasitoid
Agen Hayati
• Enthomopatogen
• Agens antagonis
PREDATOR
“Binatang yang hidup bebas dengan
memakan, membunuh, atau memangsa
serangga lain.”
CIRI-CIRI PREDATOR
Memangsa
Bersifat serangga yang
generalis jumlahnya
melimpah
CONTOH PREDATOR
Kumbang Spot M
(Menochilus sexmaculatus)
Jangkrik Predator
Belalang Sembah (Anaxipha longipennis)
(Hierodula patellifera)
PARASITOID
“Serangga yang sebagian siklus hidupnya berada
pada tubuh serangga lain dan sebagian hidupnya
yang lain hidup bebas.”
CIRI-CIRI PARASITOID
• Enthomopatogen
• Agens Antagonis
ENTOMOPATOGEN
“Berbagai macam mikroorganisme yang
dapat menginfeksi dan membunuh
serangga. Entomopatogen dapat berupa
jamur, virus, bakteri, dan nematoda”
Entomopatogen Hama
Metarhizium anisopliae, M. Wereng, Kepik dan Kumbang.
flavoviride
Beauveria bassiana Wereng, Kutu Daun, Penggerek
Batang, Kepik Padi Dan Kepik
Hitam
Hirsutella citriformis Wereng dan Kutu Daun
Nomuraea rileyi (jamur dengan Larva Penggerek Batang, Kutu
spora hijau kusam) Daun dan Ulat Tentara
NPV (Nuclear Polyhedrosis Ulat Tentara (Armyworm) dan Ulat
Virus) Pemotong (Cutworm).
CONTOH ENTOMOPATOGEN
Nematoda
Steinernema spp.
Bakteri
Bacillus thuringiensis
MEKANISME INFEKSI JAMUR Beauveria bassiana
Gliocladium sp. sebagai agens antagonis Vaksin Carna-5 merupakan kelompok dari
pada patogen Botryodiplodia theobromae virus yang efektif digunakan untuk
penyebab penyakit busuk batang pada mengendalikan penyakit cucumber mozaic
tanaman jeruk virus pada tanaman tomat dan cabai.
Bakteri sebagai
Agens Antagonis
Bakteri
• Pseudomonas syringiae
• P. fluorescens
• Bacillus subtilis
MEKANISME AGENS ANTAGONIS
Parasitisme Kompetisi
ISR
(INDUCED
Antibiosis
SYSTEMIC
RESISTENCE)
MEKANISME AGENS ANTAGONIS
1. Parasitisme
Apabila hifa jamur dari agens antagonis tumbuh
diatas hifa patogen, pada daerah kontak akan ditemukan hifa
jamur agens antagonis melilit pada hifa patogen, dan
menimbulkan lisis.
Contoh : jamur Gliocladium sp. yang memparasit inangnya,
yaitu patogen Botryodiplodia theobromae penyebab busuk
batang pada tanaman jeruk dengan cara membungkus atau
menutupi patogen dan dapat memproduksi enzim-enzim
dan menghancurkan dinding sel dari patogen hingga
mengakibatkan patogen mati.
MEKANISME AGENS ANTAGONIS
2. KOMPETISI
Apabila terjadi kompetisi antara jamur pathogen dan jamur
agens antagonis.
TANAMAN 2021/2022
OUTLINE
● Varietas Tahan
● Sifat Ketahanan Tanaman c
● Terdapat keserasian dengan cara waktu dan ruang serta kegunaan batas-
pengendalian lainnya batas ketahanan
● Adanya sifat ketahanan tersebut seringkali
tidak sejalan dengan produksi yang rendah
atau kualitas produksi yang kurang
dikehendaki
CONTOH TANAMAN
c
VARIETAS TAHAN
SLIDESMANIA.COM
KOMODITAS TANAMAN PANGAN
Inpari 33
Tahan terhadap 3 biotipe wereng batang
coklat
SLIDESMANIA.COM
DMI 1
Toleran terhadap penyakit karat daun dan
bercak daun
SLIDESMANIA.COM
Tanjung 2
Toleran terhadap penyakit antraknose
SLIDESMANIA.COM
Tanjung 1
Lembang 1
Toleran terhadap hama penghisap daun
Toleran terhadap hama penghisap daun dan
tahan terhadap penyakit antraknose
Puslitbanghorti (2018)
KOMODITAS TANAMAN HORTIKULTURA
Grand Sakina
Toleran terhadap penyakit layu bakteri
SLIDESMANIA.COM
NIKI SERVO
Toleran terhadap penyakit layu bakteri Tahan geminivirus dan layu bakteri
Juanda (2013)
KOMODITAS TANAMAN HORTIKULTURA
Tenggo
Tahan terhadap nematoda akar dan tahan
terhadap penyakit busuk daun
SLIDESMANIA.COM
Merbabu 17 Granola
Tahan terhadap hama penggorok daun Peka terhadap penyakit layu bakteri dan
kentang (L. huidobrensis) busuk daun
Balitsa (2018)
SIFAT KETAHANAN
c
TANAMAN
SLIDESMANIA.COM
A. Ketahanan Vertikal B. Ketahanan Horizontal
Ketahanan vertikal Ketahanan Horizontal
merupakan ketahanan tanaman merupakan ketahanan tanaman
c
yang dikendalikan oleh satu atau terhadap berbagai ras hama (tidak
sedikit gen, sifatnya sangat spesifik) yang dikendalikan oleh
tahan pada ras hama tertentu
SLIDESMANIA.COM
banyak gen.
tetapi mudah dipatahkan oleh
ras hama lain.
KATEGORI TANAMAN
BERDASARKAN
c
KETAHANANNYA
SLIDESMANIA.COM
IMUN SANGAT TAHAN AGAK TAHAN
TANAMAN
SLIDESMANIA.COM
ANTIXENOSIS
ANTIBIOSIS
c
TOLERAN
SLIDESMANIA.COM
ANTIXENOSIS
Antixenosis merupakan proses penolakan tanaman terhadap
serangga ketika proses pemilihanc inang karena terhalang oleh
adanya struktur morfologi tanaman seperti trikoma pada batang,
daun, dan kulit yang tebal dan keras yang bertindak sebagai barier
SLIDESMANIA.COM
• Asam salisik
• Senyawa dimboa
• Senyawa gasipol
TOLERAN
Suatu bentuk mekanisme ketahanan tanaman yang menyebabkan
tanaman masih dapat berproduksi
c saat tanaman tersebut
terserang hama ataupun penyakit, sehinga tidak ada kehilangan
hasil secara ekonomi.
SLIDESMANIA.COM
TOLERAN
Faktor yang menjadi penentu mekanisme toleran:
● Vigor tanaman (kekuatan tumbuh
c tanaman) secara umum
● Ketahanan batang tanaman terhadap rebah
● Pertumbuhan kembali jaringan yang rusak
SLIDESMANIA.COM
PEMILIHAN SERANGGA
SLIDESMANIA.COM
FAKTOR SERANGGA DALAM PEMILIHAN INANG
FISIK/MORFOLOGI KIMIA
SLIDESMANIA.COM
FAKTOR FISIK/MORFOLOGI INANG
● Ketebalan jaringan epidermis
● Duri c
● Trikom
● Lapisan lilin
SLIDESMANIA.COM
● Bentuk Tanaman
● Warna
FAKTOR KIMIA
● Senyawa volatile
● Komponen internal c
SLIDESMANIA.COM
PROSES PENCARIAN
INANG
c
SLIDESMANIA.COM
1. Pencarian habitat inang (host habitat finding) : mencari
habitat inang dengan mempergunakan mekanisme yang
melibatkan fototaksis, geotaksis, preferensi tempat dan
kelembaban.
2. Pencarian inang (host finding) : pada umumnya
mempergunakan mekanisme yang melibatkan tanggap
olfaktori dan penglihatan.
3. Pengenalan inang (host recognition) : adanya rangsangan
olfaktori,c rasa dan raba akan membantu serangga mengenal
inang.
4. Penerimaan inang (host acceptance) : adanya senyawa-
senyawa kimia khas yang dikandung inang akan membuat
SLIDESMANIA.COM
SINTETIK NABATI/ALAMI
Pestisida berbahan dasar mineral anorganik yang terdapat pada kulit bumi. Biasanya bahan
mineral ini berbentuk kristal, tidak mudah menguap, dan bersifat stabil secara kimia, seperti
belerang dan kapur
PESTISIDA BERDASARKAN
SASARAN
WCS (Water
SP (Soluble
Soluble
Powder)
Concentrate)
F/FW
SG (Soluble
(Flowable/Flowable
Granule)
in Water)
WG atau WDG
ULV (Ultra Low
(Water Dispersible
Volume)
Granule)
AS (Aquqeous
Solution)
BAHAN AKTIF PESTISIDA
• gangguan pada sistem saraf pusat
• terjadinya hiperaktivitas, gemetar, kemudian
Organoklorin. kejang hingga akhirnya mati
• residunya sangat sulit terurai.
PESTISIDA 6
Tepat
Tepat Tepat
dosis jenis
Tepat
waktu
TAKARAN PENGAPLIKASIAN
PESTISIDA
TAKARAN PENGAPLIKASIAN
PESTISIDA
Latar Belakang
Perhitungan
Kebutuhan Produk per 500 m2 = 0,5 kg x 500 / 0,40 x 10.000
= 0,625 kg atau 0,625 liter
= 62,5 ml
Latihan
2. Contoh untuk wettable powders (WP), dust (D), dan granule (G).
Untuk mengendalikan hama kubis dibutuhkan 0,5 kg b.a./h insektisida
Basma 35 WP. Berapa banyak Basma dibutuhkan untuk keperluan
menyemprot lahan seluas 2 h?
Diketahui:
Perhitungan
Kebutuhan Produk untuk 2 ha = 0,5 kg ba x 2 h / 0,35 = 2,857 kg
KEGIATAN 2
02 Metode Kalibrasi
Knapsack Sprayer 05 Jenis-jenis Sprayer
03 Prosedur
Melakukan kalibrasi
Knapsack Sprayer
06 Macam-macam
Nozzle
01. Tujuan dan Definisi
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman
kepada mahasiswa mengenai
aplikasi knapsack sprayer dan
cara mengukur kebutuhan
volume semprotan per satuan
luasan lahan
Definisi Kalibrasi
Knapsack Sprayer
2. Menentukan banyaknya pestisida dan kebutuhan air yang diperlukan untuk luasan
lahan yang diketahui.
• Rumus kebutuhan pestisida :
% 𝑏.𝑎 𝑅𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑒𝑚𝑝𝑟𝑜𝑡
Kebutuhan Produk / Satuan Volume Semprot =
% 𝑏.𝑎 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐹𝑜𝑟𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
4. Menentukan waktu total (yang diperlukan untuk melakukan penyemprotan secara terus
menerus)
Melalui data volume air yang dibutuhkan (Langkah 2) dan data laju curah curah sprayer
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 (𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)
Waktu total =
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ 𝑠𝑝𝑟𝑎𝑦𝑒𝑟 (𝑚𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
7. Penyemprotan dilakukan
Penyemprotan yang sebenarnya dengan menggunakan insektisida baru dilakukan
setelah laju jalan diperoleh dan penyemprot menyesuaikan diri dengan laju
tersebut
Contoh Studi Kasus
Petani A memiliki luas lahan 40x80 m, dengan laju curah 50 ml/ menit dan lebar ayunan
sprayer 1 meter. Dengan volume semprot 400 l/ ha, berapa kecepatan jalan yang harus
dilakukan oleh petani dalam melakukan penyemprotan?
Diket:
• Luas lahan : 40x80 m (berarti untuk menyemprot seluruh lahan (lebar ayunan 1 m) ia
harus melintasi lahan bolak balik sebanyak 40 kali dengan panjang lintasan 80 m.
• Vol semprot : 400 l/ha
• Laju curah : 50 ml/ menit
Jawab =
Kebutuhan air : luas lahan x volume semprot
3200 𝑚2
: x 400 l
10.000 𝑚2
: 128 liter -> ml
128000 𝑚𝑙
Waktu total :50 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 2560 menit
Contoh Studi Kasus
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Waktu untuk 1 kali melintas =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠
2560 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= = 64 menit
40 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
Laju jalan =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠 ( 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
CDA Spayer
Knapsack sprayer Solo Mist Blower
06. Macam-macam
Nozzle
Macam-macam Nozzle