Anda di halaman 1dari 273

Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman

MATERI 1 PENDAHULUAN
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Sistem pembelajaran praktikum pada semester ganjil 2020/2021 dilakukan dengan
sistem daring
2. Bobot nilai praktikum:
a. Keaktifan 10%
b. Tugas 30%
c. Kuis 30%
d. UAP 30%
3. Kegiatan belajar dilakukan di Google Classroom, Google Meet, dan platform lain
sesuai dengan kebutuhan
4. Presensi kehadiran harus 100%, kecuali praktikan memiliki halangan yang tidak
dapat dihindarkan dan harus menyerahkan surat izin yang dapat diterima
TATA TERTIB PRAKTIKUM
5. Kegiatan praktikum berlangsung maksimal 45 menit
6. Praktikan diwajibkan menyalakan kamera selama kegiatan praktikum berlangsung
7. Praktikan wajib berpakaian rapi dan sopan
8. Praktikan wajib mengerjakan tugas sesuai dengan arahan asisten praktikum dan
dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah pemberian tugas
9. Praktikan diusahakan bergabung dalam Google meet 5 menit sebelum kegiatan
belajar dilakukan
10. Praktikan wajib mengisi presensi melalui tautan Google form yang diberikan oleh
asisten ptaktikum
GARIS BESAR PRAKTIKUM DPT 2021
1. Pendahuluan
2. Pengenalan gejala dan pengenalan hama
3. Pengenalan patogen serta gejala dan tanda penyakit
4. Pengenalan pengendalian dengan memanfaatkan faktor biotis (musuh alami)
5. Pengenalan pengendalian dengan varietas tahan
6. Pengenalan pengendalian melalui pengelolaan faktor edafik
7. Takaran banyaknya pestisida yang diperlukan
8. Kalibrasi Knapsack Sprayer
9. Penyemprotan Sesuai Rekomendasi
Apa itu perlindungan tanaman?
Perlindunga
n Tanaman
Definisi:
Segala upaya untuk Hama Patogen
mencegah,
melindungi, dan
mengurangi
kerusakan tanaman
akibat serangan
Organisme
Pengganggu
Tanaman (OPT)
Gulma
Hama Ordo serangga yang berpotensi menjadi hama:
1. Hemiptera
Hama adalah binatang
atau sekelompok 2. Orthoptera
binatang yang pada 3. Lepidoptera
populasi tertentu dapat 4. Diptera
merusak tanaman
budidaya sehingga 5. Coleoptera
menurunkan kualitas 6. Thysanoptera
dan kuantitas, serta
merugikan secara
ekonomi
Contoh Hama Berdasarkan
Ordo

Nezara viridula Oxya chinensis Spodoptera litura


Ordo: Hemiptera Ordo: Orthoptera Ordo: Lepidoptera
Tipe mulut: Menusuk-menghisap Tipe mulut: Menggigit-mengunyah Tipe mulut: Menggigit-mengungah
Contoh Hama Berdasarkan
Ordo

Thrips parvispinus
Ordo: Thysanoptera
Tipe mulut:
Meraut-menghisap

Bactrocera sp. Epilachna sparsa


Ordo: Diptera Ordo: Coleoptera
Tipe mulut: Tipe mulut: Menggigit-mengunyah
• Menjilat (Imago)
• Mengunyah (Larva)
Penyakit Penyebab Penyakit:
1. Faktor Abiotik
2. Faktor Biotik (Patogen)
Penyakit adalah
a. Jamur
keadaan abnormalitas
dari tanaman akibat b. Bakteri
adanya faktor abiotik
c. Virus
dan biotik, sehingga
menurunkan kualitas d. Nematoda
dan kuantitas, serta
merugikan secara
ekonomi
MIKROSKOP
TUGAS
1. Praktikan dibagi menjadi 2 kelompok
2. Setiap kelompok mencari 3 ordo beserta spesiesnya (setiap kelompok berbeda ordo)
3. Setiap kelompok membuat Power Point
4. Isi Power Point adalah hasil pengamatan yaitu:
a. Deskripsi morfologi (disertakan foto)
b. Tipe mulut
c. Gejala serangan (disertakan foto)
5. Power Point dikirimkan H-1 sebelum praktikum minggu ke-2 kepada asisten praktikum
6. Tugas dipresentasikan pada pertemuan minggu ke-2
TERIMAKASIH
MATERI M2. PRAKTIKUM DASAR PERLINDUNGAN
TANAMAN
PENGENALAN GEJALA DAN PENGERTIAN HAMA

COVER/TAMPILAN AWAL

DISUSUN OLEH :
TIM ASISTEN MK. DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
SEMESTER GANJIL 2021/2022
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
Contoh-Contoh Hama yang Menyerang Tanaman Budidaya
Pengertian Hama

“Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang “Hama adalah hewan yang merugikan yang mengganggu dan
menyerang bagian tanaman budidaya yang dapat menurun atau merusak tanaman baik secara ekonomis atau estetik”
kan produksi baik secara kuantitas maupun kualitas dan
secara ekonomis merugikan” * (Meilin dan Nasamsir, 2016)

“A pest is an organism living and growing where they are not “Pest refers to any animal or plant causing harm or damage
wanted and can cause damage to plants, humans, structures, and to people or their animals, crops, or possessions, even if it
other creatures, including crops that are grown for food.” *** only causes annoyance (Hill, 1983, p. 6)”

Sumber :
* Modul Dasar Perlindungan Tanaman Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman
** Meilin, A. dan Masamsir. 2016. Serangga dan Peranannya alam Bidang Pertanian
dan Kehidupan. J. Media Pertanian 1(1): 19-22
*** Based on The Pennsylvania State Unniversity. 2016
D. S. Hill, Agricultural Insect Pests of the Tropics and their Control, 2nd ed., London
Pengertian Gejala

“Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman itu sendiri akibat adanya
serangan hama dan penyakit (OPT/Organisme Pengganggu Tanaman). Gejala
adalah perubahan dari kondisi normal pada tanaman yang disebabkan gangguan
patogen dan gangguan fisiologis”

“Deteksi terhadap gejala serangan maupun organisme penyebab


kerusakan tanaman merupakan prosedur mutlak yang harus
dilakukan dalam usaha pengelolaan atau pengendalian terhadap
suatu organisme pengganggu tanaman dalam agroekosistem”
Bagian Tubuh

a. Caput (Kepala)
- Bagian yang keras : mengalami skelotisasi
- Sebagai tempat antena
- Sebagai tempat mata (majemuk dan tunggal)
- Sebagai tempat alat mulut (Vertikal, Horizontal, dan
Oblique)

b. Thorax (Dada)
- Sebagai tempat melekatnya sayap
- Sebagai tempat melekatkan tungkai atau kaki

c. Abdomen (Perut)
- Terdapat lubang pernafasan
- Sebagai tempat melekatnya alat berkembang biak serangga
- Sebagai tempat melekatnya telur
Ordo-ordo Hama
Keberadaan serangga hama menyebabkan kerugian secara ekonomis bagi petani.
Terdapat ribuan jenis hama yang dapat dikelompokan berdasarkan alat mulut, bentuk
sayap, dan lain-lain. Berikut beberapa ordo dari hama penting di bidang pertanian:

1. Ordo Orthoptera
2. Ordo Hemiptera
3. Ordo Tysanoptera
4. Ordo Lepidoptera
5. Ordo Coleoptera
6. Ordo Diptera
1. Orthoptera
Definisi: Ortho “lurus” dan ptero “sayap”
Tipe Mulut : Menggit Mengunyah
Gejala :Menyerang bagian daun, yang
menyebabkan daun menjadi berlubang.
Bioekologi :Metamorfosis tidak sempurna
(hemimetabola) yaitu telur, kemudian menjadi
nimfa barulah imago. Menyerang pada fase
Dewasa.
Contoh:
1. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)
2. Belalang Hijau (Omocestus viridulus)
3. Belalang Kembala (Locusta
migratoria)
2. Hemiptera
Definisi: Hemi “setengah” dan pteron “sayap”.
Memiliki 2 pasang sayap yang tebal dan berselaput.
Tipe Mulut: Menusuk Menghisap
Gejala: Menyerang pada bagian tanaman yang lunak
seperti buah, polong, dan daun. Akan terdapat bercak
hisapan hingga isi menjadi kosong.
Bioekologi: Metamorfosis tidak sempurna
(Hemimetabola). Menyerang pada fase dewasa.
Contoh:
1. Kepik Hijau (Nezara viridula)
2. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
3. Kepik Penghisap Buah Kakao (Helopeltis
antonii)
4. Kepik Penghisap Daun Teh (Helopeltis
theivora)
3. Thysanoptera
Definisi: Thysano “rumbai” dan pteron “sayap”. Serangga ini
memiliki sayap yang berumbai-rumbai dengan rambut yang panjang
yang berjumlah 2 pasang.
Tipe Mulut: Menusuk Menghisap
Gejala: Gejala yang ditimbulkan akibat serangan ham aini berupa
pada daun akan terdapat putih seperti perak kemudian bercak tadi
akan berubah warna menjadi kecoklatan dan bintik hitam, dalam
beberapa hari daun akan menjadi keriting dan rontok. menyerang
tanaman bagian bunga, daun, ranting, dan tunas
Bioekologi: memiliki tipe metamorphosis peralihan antara
paurometabola dan holometabola yang berkembang melalui stadia :
telur -> nimfa -> prepupa -> pupa -> imago (dewasa).
Contoh:
1. Trips pada tanaman mangga (Thrips aspinus),\
2. Trips pada tanaman cabai (Thrips parvispinus),
3. Trips pada tanaman jeruk (Thrips javanicus),
4. Lepidoptera
Definisi: Lepido “sisik” dan ptero “sayap”. Memiliki alat
mulut berbentuk seperti tabung melingkar ke bawah
(proboscis) atau (haustella).
Tipe Mulut : Menggigit mengunyah.
Gejala : Dapat memperlubang daun, Batang menjadi
rebah, Daun muda yang menggulung, dan Malai berwarna
putih dan hampa
Bioekologi : berpotensi sebagai hama pada fase larva
Contoh :
1. Hama penggerek batang padi kuning
(Scirpophaga incertulas)
2. Ulat tongkol jagung (Helicoverpa armigera)
3. Ulat grayak (Spodoptera frugiperda)
4. Ulat grayak (Spodoptera litura)
5. Coleoptera
Definisi: Coleo “kubah/seludang” ptera “sayap”.
Memiliki sayap pada bagian depan dan belakang.
Tipe Mulut : Menggit Mengunyah
Gejala : Menyerang daun muda dan tanaman mati
Bioekologi : Menyerang pada fase larva dan pada
fase dewasa
Contoh :
1. Oteng-oteng (Aulacophora similis)
2. Kumbang Daun (Epilachna varivestis)
3. Larva Kumbang (Epilachna borealis)
4. Larva Kumbang (Epilachna varivestis)
6. Diptera
Definisi: Berasal dari kata di yang berarti dua dan
pteron yang berarti sayap.
Tipe Mulut: Menggit Mengunyah
Gejala: Daun muda berubah bentuk menjadi
seperti tabung, Jaringan daun membesar,
Bioekologi: Menyerang pada fase Dewasa
Contoh:
1. Ganjur (Orseolia oryzae)
2. Lalat bibit (Atherigona exigua)
3. Lalat buah (Bactrocera dorsalis)
4. Lalat penggorok daun (Liriomyza
huidobrensis)
Tipe Mulut
1.Tipe Mulut Penggigit-Pengunyah

Digunakan untuk memotong atau menggigit dan


mengunyah bahan makanan padat.
Hama ini biasanya tinggal di dalam jaringan
batang, akar, buah, biji maupun umbi.
Ordo yang memiliki tipe ini antara lain nimfa
dan imago Orthoptera, larva Diptera, larva
Lepidoptera, serta nimfa dan imago Coleoptera.
Gejala berupa sobekan, gerekan, lubang-lubang,
daun tinggal tulang saja, atau daun habis sama
sekali Contoh:
1. Penggerek pucuk jagung (Ostrinia nubilalis)
2. Belalang kembara (Locusta migratoria)
3. Kumbang beras (Sitophilus oryzae)
Tipe Mulut

2.Tipe Mulut Peraut-Penghisap

Digunakan untuk untuk melubangi bagian


tanaman baik daun muda maupun batang daun.
Setelah itu hama akan menghisap cairan dari
bagian tanaman.
Hama ini biasanya mengisap cairan jaringan
tanaman, butir-butir khlorofil, dan karotin.
Tipe mulut ini umumnya adalah anggota ordo
Thysanoptera
Gejala berupa permukaan daun berwarna putih
seperti perak. Selanjutnya warna seperti perak
berubah menjadi coklat dan akhirnya daun mati Contoh: hama kutu-kutuan
1. Kutu pohon (Thrips sp.)
Tipe Mulut

3.Tipe Mulut Penusuk-Penghisap

Berbentuk mirip pembuluh panjang dan disebut


Beak (paruh)
Hama dengan tipe mulut ini menyerang pada
bagian tanaman yang lunak seperti buah,
polong, dan daun
Merusak dengan cara mengisap cairan sel
jaringan tanaman
Tipe mulut ini umumnya adalah anggota ordo
Hemiptera dan Homoptera.
Gejala kerusakan yang timbul akibat serangan Contoh:
hama golongan ini ialah munculnya bercak 1. Pengisap buah coklat (Helopeltis
isapan hingga isi menjadi kosong theobromae)
2. Kepik Penghisap Buah Kopi (Helopeltis
theivora)
Tipe Mulut
4.Tipe Mulut Penjilat-Penghisap

Serangga dengan bentuk mulut ini mempunyai


bagian khusus yang bentuknya seperti pengisap,
disebut labellum.
Hama dengan tipe mulut ini mempunyai lidah
yang cukup panjang, digunakan untuk menjilat
makanannya
Tipe mulut ini umumnya adalah anggota ordo
Diptera

Contoh:
1. Lalat Bibit (Atherigona exigua)
Tipe Mulut
5.Tipe Mulut Penghisap

Mulut tipe penghisap dilengkapi dengan alat


seperti belalai panjang yang dapat digulung,
disebut stilet.
Alat mulut ini disesuaikan untuk mengambil
bahan makanan cair atau bahan makanan
terlarut.
Hama dengan tipe mulut ini dapat juga menjadi
vektor penyakit
Tipe mulut ini umumnya adalah anggota ordo
Lepidoptera
Contoh: Ngengat dan Kupu-kupu Dewasa
Gejala yang timbul berupa menguning dan
keringnya daun tanaman yang terserang. 1. Ngengat hama penggerek pucuk jagung
(Ostrinia nubilalis)
PENUGASAN

1. Praktikan mencari hama dari 6 ordo secara berkelompok (hama boleh berupa
hama pascapanen atau hama perkotaan lainnya) setiap ordo 2 spesies hama.
Diusahakan kelompok tidak ada yang sama.
2. Setiap praktikan menggambar hama yang didapatkan beserta penjelasan
bagian bagiannya (morfologinya)
3. Setiap kelompok mendokumentasikan kegiatan observasi dan hama yang
ditemukan
4. Dokumentasi dibuat menjadi video. Bisa berupa video kompilasi foto
5. Pengumpulan H-1 praktikum minggu ke-3 (dijadikan tiket masuk)
TERIMAKASIH. SESI SELANJUTNYA
ADALAH DISKUSI
1

I. PENGENALAN GEJALA DAN PENGENALAN HAMA

1.1. Pendahuluan
A. Hama dan Gejala
Deteksi terhadap gejala serangan maupun organisme penyebab kerusakan tanaman
merupakan prosedur mutlak yang harus dilakukan dalam usaha pengelolaan atau
pengendalian terhadap suatu organisme pengganggu tanaman dalam agroekosistem. Ini
merupakan tahap awal dalam suatu program pengelolaan organisme pengganggu tanaman
(OPT). Gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh OPT memiliki karakteristik yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Namun ada beberapa gejala kerusakan yang memiliki
persamaan.
B. HAMA
Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang menyerang bagian-bagian
tanaman budidaya yang dapat menurunkan produksi baik secara kuantitas maupun kualitas
dan secara ekonomis merugikan. Binatang-binatang yang banyak berperan sebagai hama
adalah filum Nematoda, Molusca, Arthropoda dan Chordata.
1. Klasifikasi / ordo-ordo yang berpotesi sebagai hama

a. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)


Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada
beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota
dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada
sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap
belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu
istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
2

b. Ordo Hemiptera (bangsa kepik)

Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya
bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa
di antaranya ada yang bersifat predator yang menghisap cairan tubuh serangga lain.
Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap).
Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus.
Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit
lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang
antena, mata facet dan occeli.

c. Ordo Homoptera (bangsa kutu )


Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo
Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi
sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo
Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus
semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk
pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik
pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera.
3

d. Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)


Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada
juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri
dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap
dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah
tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang
istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah,
umumnya mandibula berkembang dengan baik.

e. Ordo Lepidoptera

Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama,
namun beberapa di antaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai
pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan
tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut
seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga
4

dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus, maxillaris dan
mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna.

f. Ordo Diptera (bagsa lalat dan nyamuk)

Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan,


pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang
sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan
berbentuk gada dan disebut halter. Pada kepalanya juga dijumpai adanya antena dan
mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya
memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.

2. Cara merusak

a. Hama penggerek

Hama golongan ini merusak dengan cara menggerek bagian tanaman tertentu
dan memakannya. Hama tersebut biasanya tinggal di dalam jaringam batang, akar,
buah, biji maupun umbi sehingga dikenal hama-hama penggerek batang, penggerek
5

buah, bunga dan lainlain. Kebanyakan hama penggerek memiliki tipe alat mulut
penggigit dan umumnya masuk kedalam jaringan pada saat fase larva, namun ada di
antaranya pada fase dewasa. Hama penggerek tersebut umumnya adalah anggota
Lepidoptera dan Coleoptera, namun ada di antaranya dari ordo Diptera.

b. Hama penghisap

Hama menghisap cairan daun, ranting, bunga dan pentil buah dengan cara
memasukkan alat penghisap/stiletnya ke dalam jaringan tanaman. Akibatnya
pertumbuhan daun, ranting, bunga dan pentil buah terhambat, sehingga dapat
menurunkan produksi buah.
c. Hama penggulung

Larva hama penggulung daun memotong bagian lamina daun yang dimulai
dari bagian pinggir dan kemudian menggulung daunnya.

d. Hama penggorok

Hama golongan ini mempunyai alat mulut tipe paling primitif, penggigit
pengunyah dan dijumpai pada belalang, kumbang serta kebanyakan larva. Bagian
tanaman yang diserang meliputi akar (Leucopholis sp), batang (Agrotis sp), dan daun
(Epilachna sp).
6

Gejala kerusakan akibat serangan hama tergantung pada tipe alat mulut yang dimiliki.
1. Gejala kerusakan akibat serangan binatang dari filum Arthropoda
Contoh :
a. Tungau/Mite (Acarina)
Tipe mulut binatang ini meraut-mengisap sehingga daun yang terserang menjadi
kuning kecoklatan dan akhimya menjadi nekrosis. Sebagian besar Tetranychidae membuat
benang-benang seperti sarang laba-laba dan mereka berkumpul di bawahnya.
b. Serangga (Insecta/Hexapoda)
Tipe mulut binatang-binatang ini pada dasarnya adalah menggigit, mengunyah dan
menusuk-menghisap tetapi juga dapat mengalami variasi, sehingga didapatkan berbagai tipe
alat mulut yaitu:
Menggigit-mengunyah,meraut-menghisap, menusuk-menghisap, menjilat menghisap,
menghisap. Gejala kerusakan akibat serangan hama ini dapat berupa:
 Daun berlubang pada bagian tengah atau tepi,
 Daun tinggal tulang daun atau lapisan epidermisnya saja,
 Daun menggulung,
 Beriak kuning pada daun karena bekas tusukan serangga,
 Daun keriting atau salah bentuk,
 Batang rebah atau terpotong,
 Batang digerek sehingga bagian tanaman di atasnya kuning atau layu dan
kering,
 Bercak-bercak pada batang bekas tusukan,
 Bunga rusak atau berlubang,
 Buah berlubang,
 Lubang pada polong, bila polong dibuka terdapat serangga yang sedang
menggerek atau makan isi polong,
 Polong kerdil atau salah bentuk,
 Biji hampa atau kecil dan
 Buah busuk.
2. Gelala kerusakan akibat serangan binatang filum Chordata
Contoh : Tikus
Tikus mengerat batang padi sehingga batang menjadi patah. Tanaman padi yang
diserang biasanya yang terletak di tengah areal pertanaman.
Dipersemaian tikus memakan biji padi yang baru berkecambah sehingga bibit tercabut.
7

3. Gejala kerusakan akibat serangan binatang dalam filum Molusca


Contoh : Bekicot/Siput
Binatang ini makan bagian tanaman dengan menggunakan gigi perut sehingga daun
berlubang atau batang tanaman muda menjadi patah/rebah. Binatang ini mengeluarkan lendir
sehingga bekas/jejaknya pada tanaman yang diserang atau sisa tanaman dan tanah terlihat
mengkilat.
4. Gejala kerusakan akibat serangan binatang dalam filum Nematoda
Contoh : Nematoda Puru Akar
Nematoda ini mempunyai stilet yang digunakan untuk menghisap makanan. Pada
genus Meloidogyne, binatang ini mengeluarkan sekresi yang dapat menyebabkan sel tanaman
menjadi tumbuh lebih besar dari pada sel normal (hipertropi/hiperplasia). Gejala pada bagian
tanaman di atas tanah dapat berupa : pertumbuhan merana, daun kuning dan kerdil. Untuk
memastikan bahwa tanaman terserang nematoda maka akar tanaman harus diperiksa dengan
cara mencabut tanaman tersebut. Pada tanaman yang terserang nematoda (Meloidogyne sp.
ini dijumpai bengkak/puru akar (gall) pada bagian akarnya.

C. Penyebab kerusakan
1. Filum nematoda
Nematoda umumnya berukuran mikroskopik, tidak berwarna / transparan, tidak
bersegmen, bentuknya menyerupai cacing/belut, mata, sistem organ tubuh, sirkulasi dan
sistem respirasi kurang berkembang tapi sistem ekskresi, pencernaan, reproduksi maupun
syaraf berkembang baik.
Nematoda memiliki kisaran inang yang luas, berkembang sangat cepat untuk
menghasilkan beberapa generasi tiap tahunnya dan dengan mudah mampu tersebar dan
menyebar secara luas. Berikut beberapa nematode parasite penting pada tanaman, di
antaranya adalah Aphelenchoides basseyi, Ditylenchus dipsaci, Anguina tritici, Meloidogyne
spp. dan Globodera rostochiensis. Selain itu terdapat jenis nematoda yang memanfaatkan
serangga sebagai vector inangnya, di antaranya adalah Bursaphelenchus xylophilus,
Deladenus spp., Fergusobia spp..

2. Filum Molusca
Anggota filum yang banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman budidaya adalah
dari klas Gastropoda. Contoh: Achatina fullica Fer. (bekicot atau siput). Ciri dari klas ini
adalah: tidak mempunyai kaki tetapi bergerak menggunakan kaki palsu atau segmentasi mata
8

dan antena bertangkai yang dapat ditarik keluar masuk (retractile). Cara merusak: tanaman
berwama hijau daun dibasahi dengan ludah yang dikeluarkan oleh kelenjar ludah kemudian
dipotong atau dikunyah dengan gigi perutnya.
3. Filum Arthropoda
Anggota filum ini yang banyak berperan sebagai hama adalah dari klas Arachnida dan
Hexapoda (Insecta).
A. Arachnida
Ciri klas ini: kaki 4 pasang; tubuh terbagi menjadi 2 bagian (daerah); tidak
mempunyai sayap; alat tambahan berupa satu pasang selisera dan satu pasang pedipalpus.
Contoh: tungau merah (Tetranychus spp.)
B. Hexapoda/lnsecta (serangga)
Ciri dari klas ini: tubuh terbagi menjadi 3 daerah yaitu kepala, dada dan perut; kaki 3
pasang dan beruas-ruas; sayap satu pasang, 2 pasang atau tidak bersayap; mempunyai 1
pasang antena atau sungut. Contoh: Kumbang Ketimun (Aulacophora simills Oliver), Hama
Bongkeng (Cy/as formicarius), Lalat buah (Bactrocera dorsalis), Kepik hijau (Nezara
viridula), Penggerek Tongkol Jagung/Penggerek buah Tomat (Helicoverpa armigera) dan
lain-lain.
Ordo-ordo yang sering berstatus sebagai hama adalah: Lepidoptera, Coleoptera,
Orthoptera, Homoptera, Hemiptera, Diptera dan Thysanoptera.
4. Filum Chordata
Anggota filum yang paling banyak berperan sebagai hama adalah klas mamalia
(binatang menyusui) contoh: bajing, tikus sawah, babi hutan, gajah dan kera.
1.2 Tujuan
 Memahami gejala kerusakan yang disebabkan oleh hama.
 Mengetahui organisme penyebab kerusakan (hama).
1.3 Metode
1.3.1 Alat dan Bahan
 Bagian tanaman yang terserang hama beserta organisme penyebab kerusakannya.
 Alat Tulis untuk menggambar
 Mikroskop binokuler
 Lup/kaca pembesar
9

1.3.2 Prosedur Kerja


 Cari/kumpulkan 10 sampel/contoh gejala kerusakan pada tanaman yang
disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman (hama) beserta hama yang
menyerangnya.
 Masukkan bagian tanaman yang terserang beserta hama yang didapatkan dalam
kantung kertas.
 Keluarkan bagian tanaman dan organisme penyebab kerusakan dan gambar secara
detail karakteristik gejala dan organisme penyebabnya.
 Identifikasi gejala secara benar dan kemudian identifikasi organisme penyebab
kerusakan dalam urutan takson tertentu sarnpai pada tingkat ordo.
 Gambar serangga hama dan gejala kerusakannya
 Hubungkan gejala kerusakan dengan tipe mulut serangga hama.
 - Selamat Mengerjakan -
10

Lembar kerja

1. Nama umum:
Nama latin:
Gambar Keterangan

Gambar Keterangan
11

Lembar kerja

2. Nama umum:
Nama latin:

Gambar Keterangan

Gambar Keterangan
12

Lembar kerja

3. Nama umum:
Nama latin:

Gambar Keterangan

Gambar Keterangan

Lembar kerja
13

4. Nama umum:
Nama latin:

Gambar Keterangan

Gambar Keterangan
14

Lembar kerja

5. Nama umum:
Nama latin:

Gambar Keterangan

Gambar Keterangan
15

II. PENGENALAN PATOGEN, SERTA TANDA, DAN GEJALA PENYAKIT

Pendahuluan
Tumbuhan sakit diakibatkan oleh infeksi OPT salah satunya yaitu patogen yang
menunjukkan gejala yang khusus. Beberapa macam penyakit tanaman menunjukkan gejala
yang sama, sehingga harus memperhatikan gejala saja sulit untuk mendiagnosis dengan pasti.
Untuk itu selain memperhatikan gejala kita harus memperhatikan tanda (sign) dari penyakit
tanaman.
Gejala
Gejala (symptom) adalah perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan
tersebut, sebagai akibat adanya penyebab penyakit. Seringkali suatu penyakit tertentu tidak
hanya menimbulkan satu gejala, tetapi beberapa gejala yang sering disebut dengan sindroma
(syndrom). Gejala secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe pokok, yaitu:
6. Gejala-gejala nekrotik
Gejala-gejala nekrotik terjadi karena adanya degenerasi protoplas yang diikuti
matinya sel, jaringan, organ, dan tanaman. Gejala-gejala nekrotik ini dibagi lagi kedalam dua
gejala secara spesifik yaitu plesionekrosis (hampir mati) dan holonekrosis (keseluruhannya
mati). Gejala yang masuk dalam plesionekrosis adalah penguningan (yellowing), layu, dan
hidrosis. Gejala yang masuk dalam holonekrosis yaitu busuk, bercak, mati pucuk, dst.
7. Gejala hipoplastik
Gejala hipoplastik terjadi karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel
(underdevelopment) sehingga ukurannya menjadi lebih kecil atau warnanya menjadi lebih
pucat. Gejala-gejala spesifik yang tergabung dalam kelompok hipoplastik adalah kerdil
(atropi), perubahan simetri, klorosis, etiolasi dan pemusaran (rosetting)
8. Gejala-gejala hiperplastik
Gejala-gejala hiperplastik disebabkan karena pertumbuhan sel yang berlebihan
(overdevelopment) baik dalam ukuran, pembelahan, maupun dalam warna pada tingkat sel,
jaringan, organ maupun pada keseluruhan tumbuhan. Gejala-gejala hiperplastik yaitu sapu
setan (witches broom), proplepsis, nyali (gall, cecidium), intumesensia, erionosis,
menggulung atau mengeriting, fasiasi, pembentukan alat yang luar biasa (antholysis), kudis,
rontoknya alat-alat dan perubahan warna (selain klorosis).
16

Tanda
Tanda adalah semua pengenal dari penyakit selain reaksi tumbuhan inang (gejala),
misalnya bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora, blendok, lendir dan sebagainya.
Dalam diagnosis suatu penyakit tanaman seringkali hanya memerhatikan tanda
kenampakan makroskopis pathogen. Tanda kejadiaan suatu penyakit memegang peranan
sangat penting dibandingkan gejala. Tanda-tanda umumnya terbatas pada penyakit yang
disebabkan oleh jamur dan bakteri. Jamur-jamur parasit tertentu akan membentuk struktur-
struktur di luar badan tumbuhan, khususnya yang menghasilkan spora, karena dengan
demikian spora akan lebih mudah tersebar. Tanda-tanda yang sering muncul adalah dalam
bentuk miselium, karat, tepung, jamur hitam, smut (gosong- bengkak), cacar putih, bercak,
sklerotium dan lendir bakteri.
Patogen
Munculnya kejadian penyakit pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik dan
abiotik. Faktor biotik salah satunya yang disebabkan oleh infeksi patogen disebut penyakit
infeksius (menular). Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh faktor abiotik disebut dengan
penyakit noninfeksius (tidak menular) atau disebut dengan fisiopat. Patogen tanaman dapat
dikelompokkan dalam beberapa kelompok yakni jamur, bakteri, virus, nematoda, ganggang
parasitic dan tumbuhan biji parasitik
Contoh penyakit akibat infeksi patogen, gejala dan tanda yang menyertainya adalah
sebagai berikut:
1. Jamur Fusarium oxysporum
Gejala yang ditimbulkan yaitu layu terutama pada tumbuhan sayur-sayuran, bunga-
bungaan, tanaman perkebunan, gulma, dan tanaman herba. Kerusakan lainnya yang
ditimbulkan meliputi rebah benih, busuk akar, busuk batang, dan busuk tangkai. Tanda
yang dapat dijumpai adalah terdapat benang-benang miselium jamur disekitar jaringan
tanaman, dan pembuluh xylem tanaman.
2. Bakteri Erwinia carotovora
Gejala yang ditimbulkan yaitu busuk lunak pada tumbuhan di lapang maupun tanaman
yang disimpan pada tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman hias. Tanda dari
bakteri E. carotovora yaitu adanya lendir keruh pada jaringan tanaman yang terinfeksi.
17

3. Virus Cucumber Mosaic Virus (CMV)


Gejala yang ditimbulkan oleh CMV berbeda-beda dengan inang yang luas pada tanaman
sayuran, buah-buahan dan tanaman hias. Infeksi CMV yang berkembang pada jaringan
muda tidak akan mempengaruhi jaringan tua pada tanaman inangnya. Gejala yang umum
ditimbulkan oleh infeksi virus yaitu perubahan warna daun muda dari hijau menjadi hijau
muda dan klorosis. Tanda infeksi virus CMV masih sulit dibedakan dengan infeksi virus
lainnya.
4. Nematoda Meloidogyne
Gejala akibat nematoda Meloidogyne ditandai dengan munculnya puru akar (gall).
Kerusakan pada akar dapat menyebabkan terhambatnya penyerapan unsur hara dari tanah
sehingga tanaman dapat kerdil, layu dan kekuningan.

Tujuan Praktikum
 Memahami tanda dan gejala kerusakan yang oleh patogen tanaman
 Mengetahui contoh organisme penyebab khususnya yang tergabung dalam kelompok
patogen
Metode
a. Alat dan Bahan
 Bagian tanaman yang terinfeksi patogen
 Alat gambar
 Mikroskop cahaya
 Selotip bening (tape)
 Gelas objek (object glass) dan cover glass
b. Prosedur Kerja
Amati gejala kerusakan dan tanda yang anda temukan. Gambar dan deskripsikan secara
jelas pada lembar kerja.
 Pengamatan gejala penyakit: amati bagian tanaman yang dijumpai terdapat gejala
kerusakan beserta kemungkinan adanya tanda untuk penyakit infeksius. Gambar secara
jelas gejala yang ditemukan.
 Pengamatan tanda penyakit : ambil selotif transparan dan tempelken pada bagian tanaman
yang menunjukkan tanda (miselium atau yang lain). Tarik selotif dan lekatkan dengan
posisi miring pada gelas obyek. Amati dibawah mikroskop cahaya. Atur perbesaran yang
18

sesuai untuk mendapatkan gambar yang jelas. Gambar secara detail struktur miselium
yang anda lihat di bawah mikroskop.

- Selamat Mengerjakan -
19

Lembar Kerja Praktikum

Nama penyakit:
Nama patogen:

Gejala Tanda

Keterangan : Keterangan :
20

Nama penyakit:
Nama patogen:
Gejala Tanda

Keterangan : Keterangan :
21

Nama penyakit:
Nama patogen:
Gejala Tanda

Keterangan : Keterangan :
22

Nama penyakit:
Nama patogen:
Gejala Tanda

Keterangan : Keterangan :
23

Nama penyakit:
Nama patogen:
Gejala Tanda

Keterangan : Keterangan :
24

Nama penyakit:
Nama patogen:
Gejala Tanda

Keterangan : Keterangan :
25

III. PENGENALAN PENGENDALIAN DENGAN MEMANFAATKAN FAKTOR


BIOTIS (MUSUH ALAMI)
3.1. Pendahuluan
Ada banyak komunitas serangga yang menguntungkan seperti laba-laba dan patogen
yang menyerang serangga hama. Spesies yang menguntungkan tersebut sering mengontrol
serangga hama, khususnya pada tempat-tempat yang bebas atau terhindar dari pengaruh
penggunaan pestisida. Tanpa adanya spesies-spesies yang menguntungkan ini serangga hama
akan mengalami multiplikasi (perbanyakan) dengan cepat yang secara lengkap akan
menghabiskan tanaman di lahan pertanian.
Hama mempunyai kemampuan reproduksi yang cepat untuk mengganti kematian
alamiah yang tinggi yang mereka alami di alam. Contoh, betina wereng coklat akan
menghasilkan banyak generasi tetapi karena pengaruh predator, parasit dan patogen
menyebabkan hanya 1 atau 2 yang akan mampu bertahan hidup setelah satu generasi.
Seringkali mortalitas (kematian) yang terjadi mencapai 98-99%; sebaliknya ledakan populasi
hama telah dapat diperkirakan.
Musuh alami juga mempunyai musuh. Parasit dan predator mempunyai predator,
parasit dan patogen. Kebanyakan predator adalah kanibalistik, yaitu perilaku yang akan
terjadi bila mangsa tidak dijumpai, sehingga yang bertahan hidup hanya beberapa saja.
Keseimbangan alami antara serangga hama dan musuh alaminya seringkali dirusak
oleh penggunaan insektisida kimia yang dilakukan secara sembarangan. Meskipun pada
beberapa kasus insektisida diperlukan, tapi penggunaannya harus bijaksana agar tetap dapat
menjaga keberadaan musuh alaminya di lapang.
Musuh alami atau natural enemies berperan untuk mengendalikan populasi hama di
pertanaman sehingga kerusakan yang ditimbulkan dapat ditekan atau bahkan dikurangi
sehingga tidak melampaui ambang ekonomi. Populasi hama menentukan tingkat kerusakan,
produksi dan kehilangan hasil. Berapa populasi hama yang berpotensi menyebabkan kerugian
secara ekonomi perlu diketahui. Menurut Soejitno dan Edi (1993), Ambang Ekonomi adalah
batas populasi hama atau kerusakan oleh hama yang digunakan sebagai dasar untuk
digunakannya pestisida. Diatas AE populasi hama telah mengakibatkan kerugian yang
nilainya lebih besar daripada biaya pengendalian. Menurut Stern et al (1959) cit. Soejitno dan
Edi (1993), Ambang Ekonomi adalah kepadatan populasi hama yang memerlukan tindakan
pengendalian untuk mencegah peningkatan populasi hama berikutnya yang dapat mencapai
Aras Luka Ekonomi, ALE (Economic Injury Level).
26

1. Jenis-jenis musuh alami


A. Predator
Predator seringkali menjadi kelompok organisme paling penting dan sejumlah
organisme untuk pengendalian biologi khususnya pada pertanaman padi; setiap predator akan
mengkonsumsi banyak mangsa selama siklus hidupnya. Predator seringkali mempunyai
bentuk yang paling khas dan kadang-kadang juga sulit dibedakan dengan mangsanya.
Predator terdapat pada hampir di setiap lingkungan pertanaman padi. Beberapa di antaranya
seperti kelompok laba-laba, lady beetle, kumbang carabid akan mencari mangsanya di
pertanaman seperti kutu daun, wereng, ngengat dan larva penggerek batang dan ulat yang
menggugurkan daun. Laba-laba tertarik pada mangsa yang bergerak tapi beberapa di
antaranya menyerang telur serangga. Banyak spesies laba- laba berburu mangsa pada saat
malam hari dan beberapa spesies yang lain adalah membuat jaring-jaring dan mengumpulkan
mangsa yang terjerat di dalamnya pada siang ataupun malam hari.
Kebanyakan kumbang, beberapa predator belalang dan jangkrik tertarik pada telur
serangga. Kemampuan memangsa telur dan serangga predator ini bisa mencapai 80-90%.
Laba-laba srigala (wolf spider) dewasa akan menyerang dan mengkonsumsi 5-15 wereng
coklat tiap hari.
Hampir semua fase muda dan dewasa predator menyerang serangga hama dalam
jumlah yang banyak sebagai mangsa yang dibutuhkan untuk perkembangan setiap predator.
Predator yang lain, seperti kepik air hidup di atas permukaan air di pertanaman padi
sawah. Ketika serangga hama seperti wereng, larva- larva penggerek batang yang masih kecil
dan kutu-kutu daun mencoba untuk berpindah tempat, banyak yang jatuh ke atas permukaan
air dan selanjutnya akan dimangsa oleh kepik air dan predator-predator yang lainnya.
Predator cenderung menjadi pemangsa yang bersifat generalis (umum) dan seringkali
juga menyerang pada spesies yang menguntungkan yang lain ketika jarang ditemukan
makanan utamanya.
Umumnya, predator memangsa spesies yang jumlahnya paling melimpah seperti
hama. Untuk itu perlu menjaga populasi serangga hama pada tingkat yang rendah agar dapat
menjaga keberadaan musuh alami ini (predator) sehingga populasi predator akan dapat
menjaga agar outbreak (ledakan) hama tidak pernah terjadi.
Untuk membiakkan predator dalam jumlah banyak guna dilepas di lapang
memerlukan biaya yang besar. Kelimpahan predator tersebut dapat dijaga dengan
menggunakan insektisida dengan spektrum yang sempit atau insektisida yang bersifat selektif
hanya untuk hama tapi tidak untuk predator. Hal yang paling aman adalah mengurangi
27

penggunaan insektisida atau kalau memang populasi predator dianggap sudah seimbang
dengan populasi hama lebih baik penggunaan insektisida dihindari.
Adapaun contoh predator yang sering dijumpai pada pertanaman padi adalah sebagai
berikut:
 Lady beetle (Coleoptera: Coccinelidae) seperti Micraspis sp., Harmonia
octomaculata, Menochilus sexmaculatus.
 Ground beetle (Coleoptera: Carabidae) seperti Ophionea nigrofasciala.
 Cricket (Orthoptera: Gryllidae) seperti Metioche vittaticolis dan Anaxipha
longipennis.
 Belalang (Orthoptera: Tettigoniidae) seperti Conochephalus longipennis.
 Water bug (Hemiptera: Veliidae) seperti Microvella douglasi atrolineata.
 Water bug (Hemiptera: Mesoveliidae) seperti Mesovelia vittigera.
 Water bug (Hemiptera: Gerridae) seperti Limnogonus fossarum.

B. Parasitoid
Parasitoid umumnya bersifat lebih spesifik inang daripada predator. Umumnya
berukuran lebih kecil daripada inangnya (hama), memiliki warna yang sangat terang. Namun
parasitoid umumnya memiliki peran yang sangat penting dalam menekan populasi hama.
Predator membutuhkan beberapa mangsa untuk melengkapi perkembangannya,
namun secara normal parasitoid hanya membutuhkan hanya 1 inang (hama) untuk
perkembangannya. Parasitoid meletakkan telur secara kelompok atau tunggal di atas, di
dalam atau dekat inangnya. Ketika telur parasitoid pecah dan fase muda akan berkembang,
inang seringkali akan berhenti makan dan segera akan mati.
Terdapat banyak spesies parasitoid menyerang dalam satu jenis hama. Contoh, dari
kutu daun ditemukan lebih dari 18 spesies parasitoid. Parasitoid menyerang telur, larva,
nimfa, pupa atau dewasa dan nangnya dan pada banyak kasus mereka akan lebih efektif bila
populasi nang melimpah. Tidak seperti predator, parasitoid dapat menemukan inangnya
meskipun dalam jumlah populasi inangnya rendah.
Perbanyakan parasitoid secara masal untuk dilepas pada lahan padi sangat berguna,
tapi biasanya membutuhkan biaya yang cukup banyak dan perlu diorganisir dengan baik.
Namun pada perkembangannya biaya pembiakan parasitoid tidaklah mahal tapi memerlukan
keterampilan dan kecermatan dalam proses pelaksanaannya. Parasitoid dapat dilindungi
dengan penggunaan insektisida secara bijaksana.
Adapun contoh parasitoid adalah sebagai berikut:
28

 Tetrastichus schoenobii dan Telenomus rowani yang merupakan parasit pada telur
penggerek batang.
 Trichornalopsls apanteloctena yang bersifat parasit pada telur dan pupa
penggerek batang kuning padi.
 Amauromorpha accepta metatthoracica merupakan parasit pada larva penggerek
batang padi.
C. Entomopratogen
Banyak macam jenis mikroorganisme yang dapat menginfeksi dan membunuh
serangga hama. Kelompok paling besar adalah jamur, virus dan bakteri. Nematoda dan
beberapa organisme yang lain juga diketahui menginfeksi dan membunuh serangga hama.
Jamur memiliki peran penting untuk menekan berbagai macam wereng dan kutu daun.
Biasanya kita akan mendapatkan kasus outbreaknya jamur Hirsutella citnformis, Beauveria
bassiana, atau Metarhizium spp., yang menginfeksi dan membunuh 90-95% populasi wereng
coklat.
Virus dan jamur seringkali mengendalikan hama ulat. Yang paling penting adalah
Nuclear Polyhedrosis dan Granulosis Virus. Virus yang menginfeksi ulat akan menghentikan
proses makan (feeding) dan mencairkan isi tubuh. Kemudian tubuh akan menjadi
lunak/lembek (flaccid) dan menggantung pada tanaman. Banyak jenis virus yang dilaporkan
berasal dari hampir setiap spesies hama ulat pada pertanaman padi.
Paling banyak penyakit yang menyerang hama ulat disebabkan oleh jamur Nomuraea
rileyi. Yang telah dilaporkan sebagai insiden paling tinggi di dalam populasi defoliator
(penggugur) daun. Pada banyak kasus, popuasi ulat tidak akan pernah merugikan secara
ekonomis karena adanya jamur ini.
Patogen pada hama dapat diproduksi secara masal dengan biaya yang rendah dalam
formulasi cair ntaupun bubuk yang dapat dtsernprotkan seperti insektisida pada umumnya.
Beberapa contoh patogen penyebab penyakit pada serangga antara lain:
 Metarhiziurn anisopliae, M. flavoviride yang merupakan patogen untuk wereng,
kepik dan kumbang.
 Beauveria bassiana jamur putih yang menyerang wereng, kutu daun, penggerek
batang, kepik padi dan kepik hitam.
 Hirsutella citriformis yang menyerang wereng dan kutu daun.
 Nomuraea rileyi merupakan jamur dengan spora hijau kusam yang menyerang
larva penggerek batang, kutu daun dan ulat tentara.
29

 NPV yang biasa ditemukan pada ulat tentara (armyworm) dan ulat pemotong
(cutworm).
 Granulos virus menyerang pada larva ngengat dan kupu kupu.
3.2. Tujuan
Mengetahui beberapa contoh musuh alami baik predator, parasitoid maupun
pathogen.
Mengetahui efektivitas predator dalam menekan serangga hama

3.3. Metode
3.3.1 Alat dan Bnhan
Coccinelid Predator (larva atau imago)
Bagian tanaman kacang panjang yang terserang Aphis sp.
Aphis sp.
Beberapa sampel Parasitoid (Tetrastichus sp., dll)
Beberapa isolat pathogen (Beauveria bnssiana, Metarhizium anisopleae, NPV,
Steinernema carpocapsae dll)
4 Petri besar
Kuas
Mikroskop cahaya
Mikroskop binokuler
3.3.2 Prosedur Kerja
A. Pengamatan
Mengamati, menggambar dan mendeskripsikan predator, parasitoid dan pathogen.
Untuk parasitoid dan pathogen diamati di bawah mikroskop binokuler.
B. Percobaan
Percobaan mengenai lama waktu pemangsaan. Serangga uji yang digunakan
sebagai predator adalah coccinelid predator. Serangga coccinelid akan mudah
didapatkan dengan mencari bagian tanaman tertentu yang paling banyak dijumpai
adanya kelompok aphididae (Aphis sp., Myzus sp., Toxoptera sp. dll) pada
pertanaman jeruk, kacang-kacangan, tembakau, tomat ataupun pertanaman yang
lain. Kalau ditemukan adanya kelompok kumbang Coccinelid yang warnanya
mengkilat dengan tekstur yang jelas atau larva Coccinelid dengan ciri-ciri
mengacu pada pustaka, ambil seluruh bagian tanaman yang terserang tersebut
30

beserta kumbang dan kelompok serangga hama tersebut. Letakkan bagian tanaman
beserta Aphis sp. sebanyak 10 ekor pada petri besar dan masukkan 1 ekor
coccinelid predator ke dalamnya.

Selamat Mengerjakan
31

Lembar kerja

Gambar Keterangan

Gambar Keterangan
32

Lembar kerja

Gambar Keterangan

Gambar Keterangan
33

Lembar kerja

Gambar Keterangan

Gambar Keterangan
34

Lembar kerja

Gambar Keterangan

Gambar Keterangan
35

IV. PENGENALAN PENGENDALIAN DENGAN VARIETAS TAHAN

Pendahuluan
Tanaman tahan adalah tanaman yang mempunyai kemampuan untuk menolak atau
menghindar, sembuh kembali dan mentolelir dari serangan hama atau penyakit yang tidak
dipunyai oleh tanaman lain yang sejenis dan pada tingkat serangan yang sama. Ada dua
macam sifat ketahanan tanaman terhadap serangan hama atau penyakit yaitu: yang pertama,
ketahanan vertikal dan ketahanan horisontal. Ketahanan vertikal adalah suatu bentuk
ketahanan tanaman yang dikendalikan oleh satu atau beberapa gen, biasanya sifatnya sangat
tahan, sifat ketahanannya mudah patah, jadi kalau ketahanannya sudah patah maka seolah-
olah tanaman itu tidak mempunyai ketahanan. Yang kedua, ketahanan horizontal. Ketahanan
horizontal adalah suatu bentuk ketahanan yang tidak spesifik, ketahanan ini dikendalikan
oleh banyak gen.
Mekanisme ketahanan tanaman ada tiga macam yaitu antizenosis, antibiosis, dan
toleran. Antizenosis adalah suatu mekanisme ketahanan suatu tanaman yang bisa membuat
serangga menjauhi tanaman, sehingga serangga tidak mau menggunakan tanaman sebagai
inang, tempat peletakan telur. Antibiosis adalah suatu bentuk mekanisme ketahanan tanaman
yang melibatkan unsur antibiotik pada tanaman tersebut. Toleran adalah suatu bentuk
mekanisme ketahanan tanaman yang masih bisa berproduksi saat tanaman tersebut terserang
hama atau penyakit.
Macam-macam tanaman berdasarkan ketahanannya:
 Tanaman tahan: adalah tanaman yang dapat bertahan saat terinfeksi patogen,
 Tanaman Imun: adalah tanaman yang sama sekali tidak terpengaruh oleh kehadiran
patogen,
 Tanaman toleran: tanaman yang mampu mentolelir serangan patogen sehingga tanaman
masih bisa berproduksi (dikaitkan dengan hasil produksinya).
Kelebihan penggunaan varietas tahan adalah mempunyai kekhususan dari segi
ekologis, bersifat komulatif, mudah diadopsi oleh petani, aman dan ekonomis, dapat
menghambat perkembangan serangga yang bertindak sebagai vektor penyakit, dan adanya
keserasian dengan cara pengendalian yang lain.
Kekurangan penggunaan varietas tahan adalah sulit untuk mendapatkan tanaman
tahan, keterbatasan dari sumber genetik, tidak berlakunya sifat ketahanan di daerah-daerah
36

dengan kondisi geografik yang berbeda, munculnya biotipe baru akan membatasi waktu dan
ruang dan kegunaan batas-batas ketahanan, trait resistance/ketahanan yang berlawanan.
Tujuan Praktikum
 Mengetahui contoh pengendalian dengan memanfaatkan varietas tahan terhadap
hama bongkeng (Cylas fomicarius) pada beberapa varietas ubi jalar
 Mengetahui efektifitas pengendalian dengan memanfaatkan varietas tahan tanaman
ubi jalar
Metode
Alat dan Bahan
 Umbi dari beberapa varietas ubi jalar (yang tahan dan yang peka terhadap hama
bongkeng / Cylas fomicarius)
 Imago hama bongkeng Cylas formicarius
 Kotak preferensi
Prosedur Kerja
Masukkan umbi ubi jalar pada masing-masing wadah yang terdapat dalam kotak
preferensi. Masukkan Cylas formicarius diantara wadah yang ada didalam kotak preferensi.
Tutup kotak prefersensi. Biarkan selama 5 hari. Amati dan hitung populasi Cylas formicarius
pada masing-masing wadah setelah 5 hari. Diskusikan hasil yang anda dapatkan.

Selamat Mengerjakan
37

Lembar Kerja Praktikum


PENGENALAN PENGENDALIAN DENGAN VARIETAS TAHAN

Hasil Pengamatan
No. Varietas ubi jalar Populasi hama (5 hsi)

Pembahasan :
38

V. PENGENALAN PENGENDALIAN MENGGUNAKAN PESTISIDA

5.1. Pandahuluan
Salah satu cara pengendalian terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
adalah pengendalian secara kimiawi baik sintetik maupun alamiah. Pestisida adalah suatu
substansi atau senyawa atau campuran bahan kimia yang digunakan untuk mencegah,
memusnahkan atau mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pestisida merupakan
salah satu komponen atau teknik pengendalian organisme pengganggu tanaman yang dapat
dimanfaatkan dalam suatu kesatuan program pengendalian hama terpadu. Dalam prakteknya,
penggunaan pestisida di lapang masih memegang peran yang dominan. Berikut akan
dijelaskan dua jenis pestisida kimia yang sering digunakan oleh petani dalam pengelolaan
agroekosistem.

A. Pestisida Sintetik
Pengendalian terhadap OPT secara kimiawi salah satu contohnya adalah dengan
penggunaan pestisida sintetik. Namun pestisida sintetik ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari penggunaan pestisida sintetik adalah efektifitasnya tinggi bila
dibandingkan dengan pengendalian cara lain, pestisida sintetik dapat digunakan di berbagai
lingkungan (lingkungan kering, basah, pegunungan, dan dataran rendah), bekerja cepat dan
dapat digunakan di setiap waktu. Kekurangan dari pengendalian menggunakan pestisida
sintetik adalah timbulnya resistensi hama, resurgensi (peningkatan kembali) populasi hama
yang semula sudah dapat ditekan dengan aplikasi pestisida, munculnya hama sekunder;
pengaruh negatif terhadap perkembangan musuh alami, satwa liar dan lingkungan, tersisanya
residu pestisida pada produk tanaman dan lingkungan.
Pengendalian menggunakan pestisida sintetik ini dapat bermanfaat apabila dalam
mengendalikan OPT, digunakan secara benar dan bijaksana sehingga aman terhadap
lingkungan. Penggunaan secara benar adalah yang memenuhi ketentuan yang berlaku,
Sedangkan penggunaan pestisida secara bijaksana adalah memenuhi kriteria tepatjenis dan
mutu, tepat waktu, dosis dan konsentrasi, serta tepat cara aplikasi.
Dalam pengendalian terhadap OPT dengan menggunakan pestisida sintetik kita juga
harus mempertimbangkan ambang ekonomi dari OPT tersebut, karena dengan mengetahui
ambang ekonomi dari suatu OPT maka kita dapat mengambil keputusan perlu atau tidak
suatu OPT dikendailkan, selain itu kita dapat menghemat biaya penggunaan pestisida
sintetik.
39

Dalam program PHT, penggunaan pestisida sintetik masih digunakan sebagai


altematif terakhir pengendalian, namun intensitas penggunaannya semakin dikurangi dan
harus mempertimbangkan faktor lingkungan.

B. Pestisida Nabati
Pestisida alami yang ramah lingkungan sebenamya bukan barang baru dalam dunia
pertanian, bahkan mungkin sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih
dilakukan secara nomaden (berpindah-pindah) petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa
memakai bahan yang tersedia di alarn untuk mengendalikan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT).
Berbekal pengalaman bertahun-tahun, petani tradisional mengetanui bahwa beberapa
jenis tanaman tidak pernah diganggu hama, karena tanaman tersebut mengandung racun bagi
hama tertentu. Umumnya petani mengambil ekstrak tanaman yang diyakini memiliki racun
(insectisidal action), kemudian melarutkannya ke dalam air dan menyemprotkannya pada
tanaman. Suku Indian memakai ekstrak daun tembakau untuk mengendalikan hama yang
menyerang tanamannya. Di India, biji mimba telah berabad-abad dipakai sebagai insektisida.
Demikian pula suku-suku di Indonesia memiliki tradisi tertentu dalam memanfaatkan
sumber-sumber alami. Misalnya para petani di tanah Parahyangan (Bandung dan sekitarnya)
pada tahun 1940-an telah pintar meracik daun sirsak untuk mergendalikan hama beialang.
Cara tersebut merupakan langkah awal pemakaian pestisida alami. Perkembangan
selanjutnya, melalui beberapa penelitian ilmiah dihasilkan beberapa alternatif lain dan
pestisida yang ramah lingkungan.
Pestisida alami yang berasal dari bahan-bahan yang terdapat di alam tersebut
diekstraksi, diproses, atau dibuat dalam formula tertentu dengan tidak mengubah struktur
kimianya. Berbeda dengan pestisida sintetis yang umumnya bersumber dari bahan dasar
minyak bumi yang diubah struktur kimianya untuk memperoleh sifat-sifat tertentu sesuai
dengan keinginan.
Di negara maju, kecenderungan pemakaian pestisida alami lebih banyak. Hal tersebut
disebabkan adanya perhatian yang besar terhadap pencemaran lingkungan dan bahaya
keracunan. Beberapa negara maju tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan
makanan yang masuk ke negaranya. Kampanye "back to nature" atau kembali ke alam dan
digalakkannya pertanian organik dari negara-negara maju, seperti Jepang dan Amerika
Serikat, ikut membuat pestisida alami kembali diperhitungkan sebagai alat untuk
mengendalikan OPT. Berbeda halnya dengan Indonesia, minat masyarakat memakai
40

pestisida alami muncul kembali setelah terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar menurun drastis.
Pestisida alami yang kini dikenal dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan sebagai
berikut:
1. Pestisida Botani (Botanical Pesticide) yang berasal dari ekstrak tanamari. Seperti
diketahui, berbagai jenis tanaman memproduksi senyawa kimia untuk
melindungi dirinya dari serangan OPT. Senyawa inilah yang kemudian diambil
dan dipakai untuk melindungi tanaman lain.
2. Pestisida Biologis (Biological Pesticide) yang mengandung mikroorganisme
pengganggu OPT, seperti bakteri patogenik, virus, dan jamur. Mikroorganisme
ini secara alami memang merupakan musuh OPT, yang kemudian
dikembangbiakkan untuk keperluan perlindungan tanaman.
3. Pestisida berbahan dasar mineral anorganik yang terdapat pada kulit bumi.
Biasanya bahan mineral ini berbentuk kristal, tidak mudah menguap, dan bersifat
stabil secara kimia, seperti belerang dan kapur. Label ramah lingkungan yang
dilekatkan pada ketigajenis pestisida alami tersebut sebenamya mengacu pada
dua hal. Pertama, residu pestisida alami lebih cepat terurai oleh komponen-
komponen alam, sehingga tdak akan menyebabkan pencemaran air dan tanah.
Kedua, daya racun dari pestisida alami bersifat selektif. Artinya pestisida alami
hanya mematikan OPT jenis tertentu dan relatif aman bagi musuh alami,
manusia, mamalia, dan ikan.

5.2 Tujuan
 Mengetahui beberapa contoh pengendalian dengan memanfaatkan pestisida
 Mengetahui efektifitas pestisida
5.3 Metode
5.3.1. Alat dan Bahan
 Aphis craccivora, Myzus parsicae, Rophalosipum maydis atau kelompok
Aphidaidae yang lain
 Bagian tanaman (Daun) yang diserang kelompok Aphididae
 Insektisida berbahan aktif imidacloprid atau bahan aktif lain yang sesuai untuk
Aphididae
 4 bualj Petri berukuran besar
 Lup/Mikroskop binokuler
41

5.3.2. Prosedur Kerja


Sediakan Aphis craccivora atau spesies dalam kelompok Aphididae yang lain beserta
daun tanaman yang diserangnya. Semprotkan insektisida pada daun, selanjutnya masukkan
daun yang sudah disemprot kedalam petri. Ambil Aphis craccivora dengan menggunakan
kuas dan letakkan di atas daun yang sudah disemprot tadi. Tutup petri dan blarkan beberapa
lama waktu (15 menit). Amati dengan menggunakan lup atau mikroskop binokuler. Catat
berapa serangga yang mati akibat perlakuan tersebut. Diskusikan tentang pengaruh
insektisida terhadap Aphis cracovora tersebut.

Selamat Mengerjakan
42

VI. PENGENALAN PENGENDALIAN MELALUI


PENGELOLAAN FAKTOR EDAFIK
Pendahuluan
Salah satu pengendalian terhadap OPT adalah pengendalian melalui faktor edafik.
Faktor edafik adalah faktor-faktor yang bergantung pada keadaan tanah dan kandungan di
dalamnya. Suatu tanah yang baik didukung oleh berbagai sifat yang dapat dengan mudah
dikenali, yaitu: (1) drainase baik, tidak mengeras seusai panen, (2) cepat menyerap hujan
tanpa aliran permukaan, (3) mampu menyimpan air selama musim kering, (4) mempunyai
bongkah bongkah tanpa lapisan cadas (hardpan), (5) tahan terhadap erosi, dan kehilangan
hara kecil, (6) menunjang kehidupan jasad penghuni tanah, (7) tidak membutuhkan banyak
pupuk untuk berproduksi tinggi, (8) subur dan memberikan aroma tanah yang khas, dan (9)
memproduksi hasil tanaman yang tinggi dan sehat.
Upaya menjadikan tanah agar memenuhi kriteria di atas dapat dilakukan melalui
pengelolaan lahan secara praktis dengan cara mengoptimalkan proses-proses seperti dijumpai
pada tanah alami. Budidaya tanaman secara intensif terus-menerus melalui input bahan
anorganik tinggi (high external input) yang sering mendapat input bahan kimia sintetik
(pestisida dan pupuk kimiawi sintetik), sehingga tidak dapat mendukung produksi pertanian
yang berkelanjutan. Tanah harus berfungsi secara efektif dan berkelanjutan untuk dapat
berproduksi dalam jangka panjang. Keberlanjutan yaitu kemampuan mempertahankan
keberadaan, pemeliharaan atau perpanjangan; untuk terus-menerus dapat memberikan hasil
yang menguntungkan.
Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik-kimia sangat penting artinya untuk
mengontrol pengambilan unsur hara oleh tanaman dan sifat retensi unsur-unsur hara dalam
tanah serta mengurangi pengaruh beracun pada tanah-tanah yang bereaksi masam. Dari hasil
pelapukan bahan organik dapat dihasilkan: (a) asam amino seperti alanin dan glisin yang
dapat diserap tanaman dengan segera, (b) sejumlah zat tumbuh dan vitamin yang dapat
menstimulasi pertumbuhan tanaman dan jasad renik, karena zat-zat tersebut akan
menghasilkan CO2 yang berguna untuk proses fotosintesis bila gas tersebut dibebaskan ke
udara. Sedangkan di dalarn tanah, CO2 akan bereaksi dengan unsur-unsur dalam tanah untuk
membentuk asam karbonat, Ca, Mg dan K, karbonat atau bikarbonat bagi tanaman.
Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi akan membentuk struktur komunitas
yang sangat komplek sehingga keragaman biota tanah akan tinggi. Semakin tinggi
keragaman biota dalam tanah akan menyebabkan keseimbangan ekosistem baik di atas tanah
43

maupun didalam tanah sendiri. Keseimbangan ekosistem ini akan menghindari kemungkinan
serangan hama maupun infeksi pathogen.
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui keragaman serangga tanah pada tanah organik tinggi dan tanah
konvensional
Metode
Alat dan Bahan
 Material tanah organik dan konvensional.
 Corong Berlese
 Air detergen
 Mikroskop binokuler
 Buku identifikasi serangga
 Cetok
 Kantung Plastik hitam
 Tissue
 Gelas Beaker
Prosedur Kerja
Siapkan corong Berlese diatas gelas Beaker yang telah diberikan air detergen dan
dimasukkan tissue di dalamnya. Masukkan tanah tersebut dalam Corong Berlese dan
diamkan selama 24 jam. Hitung berapa jumlah jenis serangga tanah yang anda dapatkan.
Kemudian amati serangga tanahnya dengan menggunakan mikroskop binokuler. Identifikasi
serangga dengan menggunakan buku identifikasi hingga menemukan ordo. Kelompokan
beberapa jenis serangga dalam kelompok-kelompok tersendiri berdasarkan ordonya.
Bandingkan antara tanah organik dan konvensional. Diskusikan data yang anda temukan.

Selamat Mengerjakan
44

Lembar Kerja Praktikum


PENGENALAN PENGENDALIAN MELALUI PENGELOLAAN FAKTOR EDAFIK

Hasil
1. Tanah Organik
No. Ordo Famili Jumlah Populasi

2. Tanah Anorganik
No. Ordo Famili Jumlah Populasi

Pembahasan
45

VII. TAKARAN BANYAKNYA PESTISIDA


YANG DIPERLUKAN

A. Latar Belakang
Pestisida merupakan alat pengendali organisme pengganggu yang sangat penting
peranannya di bidang pertanian. Kebanyakan pestisida mempunyai spektrum yang luas
sehingga seringkali memberikan dampak yang merugikan. Hal ini karena, dilihat dari daya
racunnya, pestisida juga dapat berifat sebagai biosida, sehingga dapat membahyakan
serangga berguna dan bentuk kehidupan lainnya. Interaksi biologis yang terjadi antara daya
racun pestisida dengan kehidupan di ekosistem tersebut dipengaruhi oleh dosis.
Umumnya pestisida tidak secara komersil tersedia dalam bentuk yang langsung dapat
diaplikasikan, tetapi harus dipreparasikan atau dipersiapkan terlebih dahulu. Penulisan atau
penggunaan nama dagang tertentu dalam buku-buku penuntun seringkali dihindari. Hal ini
dimaksudkan untuk tidak memberi kesan bahwa seolah-olah penulisnya mempromosikan
merek tertentu, karena suatu bahan aktif dapat dipasarkan dibawah beberapa nama dagang.
Oleh sebab itu anjuran penggunaan pestisida selalu dinyatakan dalam kadar bahan aktifnya,
atau konsentrasi formulasi dan volume semprot spesifik. Dengan demikian, untuk
menyiapkan larutan pestisida sesuai konsentrasi dan dosis yang direkomendasikan, kebutuhn
bahan aktif dalam larutan atau campuran, maka diperlukan suatu ketrampilan untuk dapat
menghitung banyaknya pestisida formulasi yang dibutuhkan sesuai luas lahan yang dimiliki.

B. Tujuan Praktikum/Tutorial :
Praktikum/Tutorial ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan melatih cara
menghitung kebutuhan (takaran) penggunaan pestisida atau takaran pestisida yang harus
digunakan dalam aplikasi.

C. MATERI :
a. Kegiatan 1 :
Persamaan 1
Persamaan 1 digunakan untuk menyiapkan larutan atau suspensi dari pestisida bentuk
“wettable powder”, emulsifiable concentrates, atau suatu bahan yang diketahui persentase
bahan aktifnya.

Kebutuhan Produk / Satuan % b.a. Re komendasi x Volume Ssemprot



Volume Semprot % b.a. Dalam Formulasi

1. Contoh untuk Emulsifiable Concentrates (EC)


Untuk penyemprotan ngengat kubis dibutuhkan 500 liter larutan yang mengandung 0,01%
b.a Insektisida Hostathion 40 EC. Berapa banyak (ml) Hostathion dibutuhkan untuk
keperluan tersebut ?
Diketahui :
1. Volume semprot = 500 liter
2. Konsentrasi rekomendasi = 0,01 % b.a.
46

3. Kandungan b.a. formulasi = 40 %


Perhitungan :
0,01 x 500
Kebutuhan Hostathion 
40
 0,125 ltr .  125 ml

2. Contoh untuk Wettable Powders (WP)


Untuk penyemprotan hama penghisap bunga lada, diperlukan 1000 liter larutan yang
mengandung 0,14% b.a insektisida Sevidan 70 WP. Berapa banyak (kg) Sevidan dibutuhkan
untuk keperluan tersebut.
Diketahui :
a. Kandungan b.a. formulasi = 70 %
b. Volume semprot = 1000 ltr.
c. Konsentrasi rekomendasi = 003 %
Perhitungan :
0,03 x 1000
KebutuhanSevidan 
70
 2 kg

Persamaan 2
Persamaan 2 digunakan untuk menentukan jumlah formulasi yang dibutuhkan untuk
meliput (cover) areal terbatas bila kisaran rekomendasi (kg b.a./h dan %b.a.) dalam formulasi
telah diberikan atau diketahui.

Kebutuhn Produk / Satuan Re komendasib.a.untuk suatu luasan


Luasan 
% b.a. Formulasi

1. Contoh untuk Emulsifiable Concentrates (EC)


Berapa banyaknya fungisida Folirfos 400 AS diperlukan untuk menyemprot areal
pertanaman tomat seluas 500 m2, jika rekomendasi kebutuhn bahan aktif 0,5 kg b.a. / h. ?
Diketahui :
a> Rekomendasi bahan aktif = 0,5 kg b.a. / h.
b> Luas lahan = 500 m2
c> Kandungan b.a. formulasi = 400 g / ltr = 40 %
Perhitungan
0,5 kg x 500
KebutuhanProduk per 500 m 2 
0,40 x 10.000
 0,625 kg atau 0,625 ltr
 62,5 ml
2. Untuk wettable powders (WP), dust (D), dan granule (G)
Untuk mengendalikan hama kubis dibutuhkan 0,5 kg b.a/h insektisida Basma 35 WP.
Berapa banyak Basma dibutuhkan untuk keperluan menyemprot lahan seluas 2 h?
Diketahui :
47

a. Rekomendasi bahan aktif= 0,5 kg b.a./h


b. Luas lahan= 2 h
c. Kandungan b.a. formulasi= 35%
Perhitungan :
0,5 kg b.a. / h x 2 h
KebutuhanPr oduk Untuk 2 ha 
0,35
 2,857 kg
LATIHAN :
1. Berapa kebutuhn produk, Sevinthion 50 WP, untuk mengendalikan kubis seluas 5000 m 2,
jika dosis rekomendasi adalah 0,6 kg b.a./h?
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

2. Insektisida Tambora 5 G dianjurkan untuk digunakan mengendalikan penggerak batang


dengan dosis 0,3 kg b.a./h. Berapa sebetulnya banyaknya Tambora 5 G yang
mengandung dosis sebesar itu?
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

3. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata Wereng coklat dapat dikendalikan dengan sangat
memuaskan menggunakan Applaud 10 WP dengan dosis 0,6 kg b.a./h. Berapa kuantitas
Applaud diperlukan oleh Pak Mustari, kalau luas lahan sawahanya 4000 m2?
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
48

4. Untuk penyemprotan perusak daun kedelai dibutuhkan 800 liter larutan yang
mengandung 0,12% Insektisida Basudin 60 EC. Berapa banyak (ml) Basudin dibutuhkan
untuk keperluan tersebut?
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

b. Kegiatan 2 :

Di dalam brosur-brosur atau kemasan pestisida biasanya ditulis petunjuk penggunaan


dosis anjuran atau konsentrasi formulasi misal: 1,5 ml formulasi/1 liter air, dengan volume
semprot 600 liter air/hektar. Dengan data semacam ini berapa banyak (ltr) pestisida
diperlukan?

Perhitungan :
Dosis Pestisida: 1,5 ml / lt air ; dengan 600 liter air/h
Berarti diperlukan = 1,5 ml/lt x 600 lt
= 900 ml/h
Apabila lahan yang hendak diaplikasi seluas 1500 m 2, maka perhitungannya sebagai berikut :
Luas lahan = 1500 m2 = 0,1500 h
Pestisida yang diperlukan = 0,1500 h x 900 ml/h
= 135 ml = 0,135 liter

Rumus : dosis formulasi


pestisida untuk = luas areal (h) x dosis pestisida/h
luasan tertentu

LATIHAN :
1. Pak Buang akan menyemprot tanaman kedelainya seluas 4500 m2 untuk mengendalikan
ulat grayak. Pada kemasan tertulis rekomendasi penggunaan yaitu konsentrasi formulasi
4 ml/lt air, volume semprot 700 lt/h. Berapa liter insektisida yang dibutuhkan Pak Buang
untuk 4 kali aplikasi?
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
49

2. Untuk menyemprot ulat grayak pada pertanaman tembakaunya, Pak Karep telah
menentukan pilihn pestisida. Rekomendasi yang tertulis yaitu konsentrasi 0,75 ml/lt air,
volume semprot per h 400 liter. Berapa liter insektisida yang harus dibeli Pak Karep
untuk 2 kali aplikasi pada lahan seluas 7000 m2?
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
50

VIII. KALIBRASI KNAPSACK SPRAYER

A. Latar Belakang
Hasil yang dicapai oleh pestisida tidak hanya tergantung pada pilihn alat yang sesuai,
tetapi lebih banyak tergantung pada dosis tepat yang disemprotkan. Untuk menyiapkan
larutan yang sesuai dengan dosis produk yang tepat, harus ditetapkan volume yang akan
digunakan.
Kalibrasi adalah suatu usaha untuk menentukan atau memperbaiki ukuran yang
sesuai. Dalam kaitannya dengan penggunaan alat semprot, kalibrasi merupakan suatu cara
untuk menentukan jumlah volumen semprot yang akan digunakan pada satuan luas tertentu
dari lahan pertanaman. Dengan demikian kebutuhn dosis yang diperhitungkan untuk
kebutuhn lahan tersebut dapat betul-betul habis digunakan secara merata.
Alat semprot harus senantiasa diperiksa, apakah dalam keadaan baik, setiap kali akan
dilakukan aplikasi atau kalibrasi. Bila keadaannya baik dan siap pakai, maka kalibrasi dapat
dilakukan. Metode yang dapat dilakukan untuk kalibrasi yaitu Metode Waktu (Time Method)
atau Metode Luas (Area Method). Walaupun caranya berbeda tetapi dapat memberikan hasil
yang sama.

1. Kalibrasi Dengan Metode Waktu


Metode ini didasarkan pada penerapan volume semprotan yang telah ditentukan
dengan menghitung dan mengukur laju cyurah nosel (liter/menit). Cara ini dapat digunakan
untuk semua jenis alat semprot berukuran kecil sampai dengan pesawat terbang.
Lebar bidang semprot (swatch width) dari alat biasanya dapat berubah. Tahap pertama
yang harus dikerjakan dalam kalibrasi adalah mengukur petak yang akan digunakan.
Kecepatannya tidak mudah diubah dan oleh karena itu harus sudah diketahui sebelumnya.
Khusus untuk alat semprot tangan atau knapsack sprayer, kecepatan jalan dari operator harus
disesuaikan dengan keadaan medan dan juga dengan waktu kerja yang biasanya
dilaksanakan. Untuk penggunaan alat semprot mobil (yang mudah bergerak), maka
kecepatannya harus disesuaikan dengan keadaan alami dari permukaan tanah, untuk
menghasilkan aplikasi serata mungkin.
Penghitungan laju curah (flowrate) larutan yang keluar per satuan waktu dapat
dilakukan setelah bidang semprot, kecepatan jalan operator, dan volume semprotan diketahui.
Rumus : Lebar Kecepatan
Laju curah pada bidang jalan Volume
tekanan tertentu = Semprot (m) x (m/detik) x semprot (lt/h)
(ltr/mnt) 1000 m2 / h

Catatan : Laju curah berbeda untuk tekanan dan jenis nosel yang berbeda (hanya untuk satu
nosel saja), untuk alat semprot tipe gendong, tekanan harus dipertahankan tetap
dengan cara memompa secara tetap.
51

2. Kalibrasi dengan Metode Luasan


Metode ini digunakan untuk pohon-pohon atau rumpun-rumpun yang tinggi, juga
diterapkan pada alat semprot yang sukar ditentukan laju curahanya, misal pengabut. Tahap
pertama dalam kalibrasi adalah memberi tanda patokan pada petak percobaan yang akan
mendapat perlakuan seluas tidak kurang 500 m 2. Tanaman yang ada dalam petak jumlahanya
harus merupakan rata-rata dari seluruh bidang yang nantinya mendapat perlakuan. Setelah
aplikasi siap dilaksanakan, kemudian mengisi sejumlah air ke dalam tangki dengan ukuran
yang tepat. Lalu semprotkan pada petak percobaan dengan kecepatan kerja yang biasa
dilakukan oleh operator, dan dengan menghitung volume air yang tersisa, dapat dihitung
volume semprotan. Untuk menghitung volume semprotan dalam liter per hektar jumlah liter
harus dikalikan dengan 10.000 dan dibagi jumlah luas (m 2) dari petak percobaan tersebut.

B. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengalaman praktis
kepada mahasiswa cara mengukur kebutuhan volume semprotan per satuan luasan lahan.

C. Langkah Kerja
Tahap yang Harus Dilakukan dalam Kalibrasi
(untuk metode waktu)
1. Tentukan laju curah (flowrate) sprayer
Isi tangki dengan sejumlah air, tutup rapat pompa sampai tekanan tertentu, kemudian
dengan bantuan stop watch dan gelas ukur tentukan volume air yang keluar selama satu
menit.
2. Tentukan banyaknya pestisida yang dibutuhkan untuk menyemprot lahan yang luasnya
diketahui (misal 8.000 m2).
3. Tentukan lebar ayunan semprot (nosel), untuk knapsack, biasanya 1 meter. Tergantung
pada arah angin, arah jalan penyemprot akan ditentukan pula. Berdasarkan Hal ini akan
ditentukan berapa kali penyemprot harus berjalan bolak balik supaya dapat menyemprot
seluruh areal pertanaman dengan rata.
4. Dengan mengetahui data laju curah dan volume total cairan yang harus dihabiskan untuk
lahan tersebut maka diketahui lamanya penyemprotan. Waktu yang diperlukan oleh
penyemprot untuk satu kali melintasi lahan dari sisi satu ke sisi lainnya (T menit)
diperoleh dari waktu total dibagi dengan berapa kali ia harus berjalan bolak balik.
5. Penyemprot harus melatih diri berjalan dengan sprayer di punggung penuh berisi air dan
berjalan dilahan yang sebenarnya (bukan di jalan beraspal licin) untuk mendapatkan laju
yang sesuai sehingga lintasan yang harus ditempuh itu dapat diselesaikan dalam waktu T
tersebut. Bila laju yang sesuai sudah ditemukan, ia masih harus berlatih beberapa kali
untuk “meresapkan” kebiasaan melangkah dengan menggunakan laju tersebut.

Tidak semua orang dapat mengatur laju jalannya dengan mudah. Sebetulnya salah satu
cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengubah besarnya nosel sehingga sesuai dengan
52

laju jalan, namun dalam praktek, Hal tersebut tidak dapat dilakukan karena tidak tersedia
pilihan nosel. Dengan demikian Hal yang masih dapat disesuaikan adalah volume air yang
dipakai sebagai pelarut. Dalam cara kedua ini langkah 1–3 dari cara pertama tetap sama. Pada
tahap berikutnya si penyemprot harus menentukan sendiri laju jalan yang dikehendaki dan
selama melakukan penyemprotan ia harus berjalan dengan menggunakan laju tersebut secara
konsisten. Dengan demikian dapatlah ditentukan waktu yang diperlukan oleh penyemprot
untuk berjalan melintasi lahan. Bila data lebar ayunan semprotan (nosel) dan berapa kali
penyemprot harus berjalan bolak balik untuk menyemprot seluruh lahan digabungkan maka
volume total air yang diperlukan untuk menyemprotlahan tersebut dapat dihitung.
Lengkapilah daftar isian berikut ini : (penentuan kalibrasi cara pertama).
1. Tentukan laju curah knapsack sprayer. Lakukanlah seperti diterangkan dalam tahap
pertama (no. 1). Catat hasilnya ............................. ml/menit.
2. Misalkan lahan berukuran 40 x 20 m. Penyemprot berjalan melintasi lebar lahan. Berarti
untuk menyemprot seluruh lahan (lebar ayunan 1 meter) ia harus melintasi lahan bolak
balik sebanyak 40 kali.
3. Tentukan sendiri insektisida yang akan digunakan dalam LATIHAN ini. Catat dosis
kebutuhan tiap hektarnya ………….. ml/ha (atau gram/h). Hitung pula kebutuhn
formulasi untuk lahan seluas 40 x 20 m tadi serta volume air yang diperlukan kalau untuk
per ha-nya dipakai 500 liter air.
Kebutuhan insektisida untuk lahan ini .......................... ml (atau gram)
20 x 40 x 500 lt
Kebutuhan Air   40 liter
10000
4. Waktu keseluruhaan (total) yang diperlukan untuk penyemprotan secara terus menerus
adalah
volume kebutuhanair lt 
Ttotal 
laju curah sprayer (lt / menit)
5. Waktu yang diperlukan untuk satu kali melintas (T) adalah T Total / jumlah lintasan (dalam
contoh ini = 40).
6. Laju jalan adalah jarak lintasan / T (dalam LATIHAN ini jarak lintasan 20 m). Latihlah
berjalan dengan menggunakan laju jalan tersebut.
7. Penyemprotan yang sebenarnya dengan menggunakan insektisida baru dilakukan setelah
langkah no. 6 dapat diselesaikan dengan baik.
53

IX. PENYEMPROTAN SESUAI REKOMENDASI

Untuk dapat menyemprot sesuai dengan rekomendasi, maka operator terlebih dahulu harus
mengetahui :
 Rekomendasi yang ditulis pada kemasan pestisida (ml atau gram per liter air dan
volume semprot per ha)
 Luas lahan yang akan disemprot dalam meter persegi (m²)

Selanjutnya dengan bantuan Tabel A dan B dapat ditentukan :


 Berapa banyak pestisida yang harus dibeli di toko (Tabel A)
 Berapa banyak kebutuhan pestisida untuk satu tangki (Tabel A)
 Berapa tangki (isi 17 liter) yang diperlukan untuk luasan lahan yang akan disemprot
(Tabel B)
Cara Menggunakan Tabel A Dan B
Dengan mengikuti urut-urutan yang tertulis ini maka para operator dapat menghitung sendiri
banyaknya pestisida yang diperlukannya.

Tabel A
1. Bacalah rekomendasi pestisida yang diperlukan (ml atau gram per liter dan volume
semprot per ha) yang tertulis pada kemasan pestisida tersebut. Catat kedua angka itu
baik-baik.
2. Lihat kolom 1 atau kolom 2 apakah tertulis ml atau gram per 10 liter air (angka yang
tertulis dalam rekomendasi)
3. Pada kolom 3 terdapat 4 macam bilangan yang menunjukkan banyaknya volume semprot
(300, 500, 700, dan 1000 liter per ha). Pilih satu yang sesuai dengan rekomendasi.
Apabila tidak tertulis volume semprotnya, maka gunakan angka 500.
4. Pilih satu kolom dari kolom 4 sampai kolom 10 luas yang sesuai dengan luas lahan
yang akan disemprot
5. Hubungkan garis yang diperoleh dari butir 3 dan butir 4 sehingga diperoleh satu angka,
yaitu banyaknya pestisida yang harus dibeli di toko (untuk satu kali penyemprotan).
6. Pada garis yang sama, tetapi pada kolom 11, terdapat angka yang menunjukkan
banyaknya pestisida yang diperlukan untuk tiap tangki 17 liter.

Tabel B
1. Pilih volume semprot yang direkomendasikan (sesuai angka tersebut dengan angka yang
dipilih pada Tabel A butir 3).
2. Pilih salah satu dari kolom 2 sampai 8 luas yang sesuai dengan luas lahan yang akan
disemprot.
3. Hubungkan garis yang diperoleh dari butir 1 dan 2 di atas sehingga diperoleh satu angka.
Angka tersebut menunjukkan jumlah tangki (17 liter) yang diperlukan untuk luas
lahan yang akan disemprot.
54

Tabel A : Banyaknya pestisida yang perlu dibeli berdasarkan luasan lahan untuk setiap penyemprotan

Rekomendasi Banyaknya ml atau g pestisida yang harus dibeli Banyaknya


ml atau g
Baris ml atau g Luas lahan (m²) pestisida
Vol
ke per semprot diperlukan
per 10 l 250 500 1000 2000 3000 4000 5000 per tangki (17
l l/ha
l)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 0.5 5 300 4 8.5 17 30 47 59.5 76.5 8.5
2 0.5 5 500 6.5 12.5 25.5 51 76.5 102 123.5 8.5
3 0.5 5 700 8.5 17 34 64 106 140 174.5 8.5
4 0.5 5 1000 12.5 25.5 51 102 149 200 240.5 8.5
5 1.0 10 300 8.5 17 34 59.5 93.5 119 153 17
6 1.0 10 500 13 25.5 51 102 153 204 246.5 17
7 1.0 10 700 17 34 68 136 212.5 280.5 348.5 17
8 1.0 10 1000 25.5 51 102 204 297.5 399.5 501.5 17
9 1.5 15 300 12.5 25.5 51 89 140 178.5 229.5 25.5
10 1.5 15 500 19 38 76.5 153 229.5 306 370 25.5
11 1.5 15 700 25.5 51 102 200 318.5 420.5 523 25.5
12 1.5 15 1000 38 76.5 153 306 446.5 599.5 742 25.5
13 2.0 20 300 17 34 68 119 187 238 306 34
14 2.0 20 500 25.5 51 102 204 306 408 493 34
15 2.0 20 700 34 68 136 272 425 561 697 34
16 2.0 20 1000 51 102 204 408 595 799 1003 34
17 2.5 25 300 21.5 42.5 85 149 233.5 297.5 382.5 42.5
18 2.5 25 500 32 63.5 127.5 255 382.5 510 616.5 42.5
19 2.5 25 700 42.5 85 170 340 531 701 871.5 42.5
20 2.5 25 1000 63.5 127.5 255 510 744 999 1253.5 42.5
55

Lanjutan Tabel A

Rekomendasi Banyaknya ml atau g pestisida yang harus dibeli Banyaknya


ml atau g
ml atau g Luas lahan (m²)
Baris Vol pestisida
ke per semprot diperlukan
per 10 l l/ha 250 500 1000 2000 3000 4000 5000 per tangki (17
l
l)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
21 3.0 30 300 25.5 51 102 178.5 280.5 357 459 51
22 3.0 30 500 38 76.5 153 306 459 612 739.5 51
23 3.0 30 700 51 102 204 400 637.5 841.5 1045.5 51
24 3.0 30 1000 76.5 153 306 612 892.5 1198.5 1504.5 51
25 3.5 35 300 29.5 59.5 119 208.5 327.5 416.5 535.5 59.5
26 3.5 35 500 44.5 89 178.5 357 535.5 714 863 59.5
27 3.5 35 700 59.5 119 238 464 743.5 982 1220 59.5
28 3.5 35 1000 89 178.5 357 714 1041.5 1398.5 1745 59.5
29 4.0 40 300 34 68 136 238 374 476 612 68
30 4.0 40 500 51 102 204 408 612 816 986 68
31 4.0 40 700 68 136 272 544 850 1122 1394 68
32 4.0 40 1000 102 204 408 816 1190 1598 2006 68
33 4.5 45 300 38 76.5 153 268 420.5 535.5 688.5 76.5
34 4.5 45 500 57.5 114.5 229.5 459 688.5 918 1109.5 76.5
35 4.5 45 700 76.5 153 306 612 956 1262 1568.5 76.5
36 4.5 45 1000 114.5 229.5 459 918 1339 1798 2256.5 76.5
37 5.0 50 300 42.5 85 170 297.5 467.5 595 965 85
38 5.0 50 500 64 127.5 255 510 765 1020 1232.5 85
39 5.0 50 700 85 170 340 680 1062.5 1402.5 1742.5 85
40 5.0 50 1000 127.5 255 510 1020 1487.5 1997.5 1507.5 85
Tabel B : Jumlah tangki (17 l) yang diperlukan, berdasarkan luas lahan yang akan
disemprot untuk setiap penyemprotan

Rekomenda Jml. Tangki (17 l) yang diperlukan


Bari si kemasan
Luas lahan (m²)
s ke (liter air
per ha) 250 500 1000 2000 3000 4000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8
1 300 0.5 1 2 3.5 5.5 7 9

2 500 0.75 1.5 3 6 9 12 14.5

3 700 1 2 4 8 12.5 16 20.5

4 1000 1.5 3 6 12 17.5 24 29.5

Contoh 1
Pak Ponidi mempunyai lahan seluas 3000 m² . Dia sudah memilih insektisida ”X” untuk
mengendalikan hama yang menyerang tanamannya. Pada petunjuk pemakaian dia membaca
diperlukan konsentrasi 2,5 ml/l dengan volume semprot 700 l air per ha.

Lihat pada Tabel A :


1. Rekomendasi konsentrasi adalah 2,5 ml/l dan vol. Semprot 700 l/ha
2. Rekomendasi 2,5 ml/l terdapat pada kolom 1 baris 17, 18, 19 dan 20.
3. Dia memilih baris 19 karena sesuai dengan rekomendasi (700 l/ha)
4. Luas lahannya 3000 m² , terdapat pada kolom 8.
5. Dari kolom 8 dan baris 19 terdapat angka 531 ml. Jadi untuk setiap penyemprotan dia
harus membeli 531 ml insektisida di toko.
6. Pada kolom 11 dan baris 19 terdapat angka 42,5 ml. Ini berarti setiap tangki dia harus
memasukkan 42,5 ml insektisida.
Tabel A
Banyaknya ml atau g pestisida yang harus
Rekomendasi
dibeli Banyaknya
ml atau ml atau g
Ba Luas lahan (m²)
g Vol pestisida
ris
pe semp diperlukan
ke
per r rot 100 200 300 400 500 per tangki
250 500
l 10 l/ha 0 0 0 0 0 (17 l)
l
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

13 2.0 20 300 17 34 68 119 187 238 306 34


14 2.0 20 500 25.5 51 102 204 306 408 493 34
15 2.0 20 700 34 68 136 272 425 561 697 34
16 2.0 20 1000 51 102 204 408 595 799 1003 34
17 2.5 25 300 21.5 42.5 85 149 233.5 297.5 382.5 42.5
127.
18 2.5 25 500 32 63.5 255 382.5 510 616.5 42.5
5
19 2.5 25 700 42.5 85 170 340 531 701 871.5 42.5
127. 1253.
20 2.5 25 1000 63.5 255 510 744 999 42.5
5 5

Pada Tabel B
1. Pak Ponidi memilih baris 3 pada kolom 1 (sesuai dengan Tabel A)
2. Dia memilih kolom 6 karena luas lahannya 3000 m².
3. Dari kolom 6 dan baris 3 terdapat angka 12,5. Ini berarti untuk lahannya diperlukan 12,5
tangki
Tabel B
Rekomenda Jml. Tangki (17 l) yang diperlukan
Bari si kemasan Luas lahan (m²)
s ke (liter air
per ha) 250 500 1000 2000 3000 4000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8
1 300 0.5 1 2 3.5 5.5 7 9
2 500 0.75 1.5 3 6 9 12 14.5
3 700 1 2 4 8 12.5 16 20.5
4 1000 1.5 3 6 12 17.5 24 29.5

Contoh 2
Pak Bedu mempunyai lahan seluas 1500 m². Dia ingin menyemprot penyakit yang
menyerang tanamannya, dan memilih fungisida ”Y”. Pada petunjuk tertulis : diperlukan 30
gram/10 liter

Lihat pada Tabel A


1. Rekomendasi adalah 30 gram/10 liter.
2. Rekomendasi 30 gram/10 liter terdapat pada baris 21, 22, 23, dan 24.
3. Karena tidak ada rekomendasi untuk volume semprot, maka dipilih angka 500 dan ada
pada baris 22.
4. Karena luas lahannya 1500 m², maka yang dilihat adalah luas lahan 500 m² + 1000 m²
(kolom 5 dan 6)
5. Dari kolom 5 dan 6 serta baris 22 diperoleh angka 76,5 gram + 153 gram = 229,5 gram
untuk jumlah fungisida
6. Pada baris 22 dan kolom 11 diperoleh angka 51 gram yaitu fungisida untuk setiap tangki

Tabel A
Banyaknya ml atau g pestisida yang harus
Rekomendasi
dibeli Banyaknya
ml atau ml atau g
Ba Luas lahan (m²)
g Vol pestisida
ris
pe semp 500 100 diperlukan
ke
per r rot 0 200 300 400 500 per tangki
250
l 10 l/ha 0 0 0 0 (17 l)
l
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
178. 280.
21 3.0 30 300 25.5 51 102 357 459 51
5 5
22 76.5 153 739. 51
3.0 30 500 38 306 459 612
5
637. 841. 104
23 3.0 30 700 51 102 204 400 51
5 5 5.5
892. 119 150
24 3.0 30 1000 76.5 153 306 612 51
5 8.5 4.5
208. 327. 416. 535.
25 3.5 35 300 29.5 59.5 119 59.5
5 5 5 5
178. 535.
26 3.5 35 500 44.5 89 357 714 863 59.5
5 5
743. 122
27 3.5 35 700 59.5 119 238 464 982 59.5
5 0

Pada Tabel B
1. Pak Bedu memilih baris 2 (sesuai dengan Tabel A)
2. Dia memilih kolom 3 dan 4 (karena luasnya 1500 m²)
3. Dari baris 2 dan kolom 3 serta 4 diperoleh angka 1,5 + 3 = 4,5. Ini berarti Pak Bedu
harus menyemprot lahannya sebanyak 4,5 tangki

Tabel B
Rekomenda Jml. Tangki (17 l) yang diperlukan
Bari si kemasan Luas lahan (m²)
s ke (liter air
per ha) 250 500 1000 2000 3000 4000 5000
1 2 3 4 5 6 7 8
1 300 0.5 1 2 3.5 5.5 7 9
2 500 0.75 1.5 3 6 9 12 14.5
3 700 1 2 4 8 12.5 16 20.5
4 1000 1.5 3 6 12 17.5 24 29.5
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2002. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Jurusan


Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.
Malang 30 hal.

Borror, D.J., C.A. Triplehorn N.F. Johnson. 1996. Pengantar Pelajaran Serangga. Edisi
Keenam. Diterjemahkan Partosoedjono dan Brotowijoyo. Gadjah Mada
University Press. 1083 hal.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 754 hal.
Shepard, B.M., A.T. Barrion and J.A. Litsinger. 1987. Helpful Insects, Spiders and
Pathogens. IRRI. Los Banos. Philippines. 127 pages.

Syekhfani, 2003. Pengelolaan Tanah Secara Organik. Prosiding lokakarya Pertanian


Organik Nasional. Tanggal 7-8 Oktober 2002. Universitas Brawijaya. Hal. 14-
23.

Tarno, H. dan B.T. Rahardjo, 2003. Penuntun Praktikum Nematologi Tumbuhan. Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Malang. 26 hal.
MATERI M3. PRAKTIKUM DASAR
PERLINDUNGAN TANAMAN

PENGENALAN
PATOGEN
SERTA TANDA
DAN GEJALA
PENYAKIT DISUSUN OLEH:
TIM ASISTEN MK. DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
SEMESTER GANJIL 2021/2022
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

GEJALA
Kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal tanaman
akibat adanya gangguan penyebab penyakit. Gejala dapat
dilihat secara langsung dengan mata telanjang .


Jenis-jenis Gejala Berdasarkan
Bentuk

GEJALA MORFOLOGI GEJALA HISTOLOGI

Gejala luar yang dapat dilihat Gejala yang hanya dapat


dan dapat diketahui melalui diketahui lewat
bau, rasa, dan raba yang dapat pemeriksaan-pemeriksanaan
ditunjukkan oleh seluruh mikroskopis dari jaringan yang
tumbuhan atau tiap organ dari sakit
tumbuhan. (Fahmi, 2012).
NEKROTIK

Gejala 1 Terjadi karena adanya


kerusakan sel

Histologi

HIPOPLASTIK

dibagi 2 Terjadi karena terhambat atau


terhentinya pertumbuhan sel

menjadi 3 HIPERPLASTIK
3 Disebabkan karena adanya
tipe pertumbuhan sel yang lebih dari
biasanya
Gejala Neukrotik
●Yellowing : menguning akibat rusaknya klorofil
●Wilting : layu akibat gangguan pada penguapan dan proses osmosis
●Spot : bercak yang bentuknya bulat.tidak beraturan pada daun, batang muda, atau buah
●Blight : bercak-bercak busuk pada bagian daun yang bentuknya lebih besar dari spot
●Late blight : bercak busuk pada umbi atau bagian tertentu tanaman akibat jamur Phytoptora sp.
●Early blight : bercak cincin/konsentris yang disebabkan oleh jamur Altenaria spp
●Scorch : terbakar (burn) pada daun bagian luar, warnanya coklat seperti terkena suhu tinggi
Gejala Hipoplastik
●Dwarf/Kerdil : tumbuh terhambat pertumbuhan bagian-bagian tanaman, sehingga ukurannya lebih kecil daripada

biasanya.

●Albikasi/Klorosis : yaitu rusaknya kloroplas menyebabkan menguningnya bagian-bagian yang lazimnya berwarna
hijau.
●Etiolasi : gejala ini ditunjukkan dengan tanaman yang menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai

daun-daun yang sempit.

●Roset : pertumbuhan intermedia batang terhambat hingga nodia satu dengan yang lainnya berdempetan, sehingga

daun-daun seolah-olah membentuk roset.karangan


Gejala Hiperplastik
●Witches broom (sapu), yaitu pertumbuhan tunas ketiak yang banyak hingga membentuk seberkas ranting

menyerupai sapu

●Cecidia, gall atau tumor, yaitu pembengkakan stempat berupa bintil atau bisul yang terdiri dari jaringan

tanaman dengan atau tanpa pathogennya


●Menggulung atau mengeriting

●Fasciation (fasiasi), yaitu berubahnya bentuk cabang dari lurus dan silinder menjadi bengkok dan pipih

●Antholisis, yaitu berubahnya bunga menjadi daun kembali

●Kudis, yaitu bercak kasar, terbatas dan agak menonjol, kadang-kadang ujungnya pecah.

●Rontoknya alat-alat atau organ-organ tanaman sebelum waktunya.


1 Yellowing Wiltin
2
CONTOH
GEJALA Potato Yellow Vein
Disease (PYVD)
Verticulum Wilt

NEKROSIS 3
Blight

Phytoptora blight
1 Dwarf Albikasi/Klorosis
2
CONTOH
GEJALA Gejala kerdil pada padi Gejala klorosis pada terong

HIPOPLASIA 3
Etiolasi

Gejala etiolasi pad


kacang hijau
1 Witches Broom Wiltincecidia, Gall/Tumor
2
CONTOH
GEJALA Gejala sapu pada
Kacang hias
Gejala tumor pada sengon

HIPERPLASIA 3
Kudis

Gejala kudis pada jeruk


TANDA PEYAKIT
Tanda adalah semua pengenal dari penyakit selain reaksi
tumbuhan inang (gejala). Tanda yang sering muncul adalah
dalam bentuk miselium, karat, tepung, smut (gosong bengkak),
cacar putih, sclerotium, lendir bakteri dll. Tanda umumnya
terbatas pada penyakit yang disebabkan oleh jamur dan
bakteri.
Bentuk Tanda Penyakit Yang Sering
Muncul:
Miselium Bercak Coklat

SMUT
(Godong Bengkak)

Blas padi yang disebabkan Disebabkan oleh Jamur


jamur Pyricularia oryzae Helminthosporium oryzae

Disebabkan oleh Jamur


Ustilago maydis

FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT

CUACA
FAKTOR ABIOTIK
1.Suhu
FAKTOR BIOTIK
Faktor penyebab penyakit secara biotik adalah
2. Kelembaban
faktor yang disebabkan oleh makhluk hidup lain.
3.Sinar Matahari
Faktor biotik yang yang menyebabkan timbulnya
4.Curah Hujan
penyakit adalah jazad renik (mikroorganisme)
5.Kecepatan dan Arah Angin
yang seringkali disebut Patogen. Beberapa jenis
FISIOLOGI
jasad renik tersebut adalah : Jamur, bakteri, virus,
1.Ketidaksesuaian unsur hara
dan mikoplasma
2.Toksisitas atau keracunan pestisida
MEDIA ATAU TANAH
• JAMUR
1.Masalah biologi tanah
• VIRUS
2.Masalah fisika tanah
JAMUR
Jamur merupakan organisme yang dapat hidup pada berbagai
ekosistem. Jamur parasit hidup pada inangnya (tumbuhan)
tanpa memberi dampak positif bagi inangnya tetapi
memanfaatkan nutrisi yang diproduksi oleh inang tersebut.
Agar mendapatkan energi dari nutrisi, jamur menginfeksi
tumbuhan inangnya. Gejala penyakit tumbuhan yang
disebabkan oleh jamur beragam dan mencakup busuk basah,
busuk kering, layu, bercak daun, dan hawar daun.
BERCAK DAUN
Bercak daun merupakan penyakit yang disebabkan oleh dua
macam jamur yakni Cercospora arachidicola dan
Cercosporidium personatum. Gejala yang ditimbulkan adalah
berupa bercak-bercak berbentuk bulat tidak teratur, berwarna
coklat tua hingga hitam pada permukaan atas dan bawah
daun.

KARAT DAUN
Penyebab penyakit karat adalah jamur Puccinia arachidis Speg.
Gejalanya adalah timbulnya pustul berwarna oranye yang
merupakan uredium pada permukaan bawah daun yang
kemudian dapat juga muncul bertolak belakang pada
permukaan atas daun.
Cara Pengendalian Bercak dan
Karat Daun

1.Pengendalian secara kultur teknis

2.Pengendalian kultivar tahan terhadap penyakit

3.Pengendalian biologis

4.Pengendalian dengan menggunakan fungisida


BAKTERI
• Organisme prokariotik (tidak memiliki inti sel)

• Dinding sel berupa peptidoglikan

• Tidak berklorofil


GEJALA AKIBAT BAKTERI

HAWAR DAN BAKTERI


BUSUK LUNAK LAYU BAKTERI

Xanthomonas
Erwinia oryzae Ralstonia
carotovora solanacearum
PENULARAN BAKTERI

• Adanyainteraksi antar bagian

tanaman -> mengatur jarak tanam

• Terbawa benih -> menggunakan

benih bersertifikat dan memberikan

perlakuan pada benih

• Melalui residu tanaman ->

melakukan sanitasi lahan


VIRUS
Agensia yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat melalui
mikroskop elektron serta hanya berkembang biak di sel hidup.
Virus ialah suatu patogen parasit obligat yang berukuran lebih
kecil dari 200 nm

Gejala Penyakit yang
disebabkan oleh Virus
1.Perubahan atau abnormalitas warna
2.Perubahan bentuk (malformasi)
3.Penyimpangan pertumbuhan (stunting)
4.Pemendekan jarak antar buku pada
batang yang membentuk
cabang(rosetting)
Sifat khas virus
tumbuhan

• Virus tumbuhan hanya • Virus tumbuhan tidak


dapat masuk ke dalam mempunyai alat
sel tumbuhan melalui penentrasi untuk
luka yang terjadi secara menembus dinding
mekanis atau serangga sel tumbuhan.
Contoh Virus Tanaman
Contoh Virus Tanaman
Potato virus Y
Cara Penularan Cara Pengendalian
Virus Virus
Serangga vektor
Rotasi Tanaman
Alat perkembangbiakan
vegetatif Menanam bibit bebas virus
Melalui biji

Sterilisasi alat pertanian


Melalui pollen

Secara mekanis
NEMATODA
Fitonematoda atau nematoda parasitik tanaman merupakan

salah satu OPT yang dapat menyerang berbagai jenis tanaman

budidaya dicirikan dengan berukuran mikroskopik, tidak

berwarna/transparan, dan bentuknya menyerupai

cacing/belut.
Nematoda Gejala serangan
Terbentuknya puru atau gall pada sistem
Puru Akar perakarannya, daunnya mengalami klorosis,

(Meloidogyne spp.) tanaman kerdil, daunnya layu dan banyak gugur,


sedangkan akar lebih sedikit, bila tanaman yang
terserang hebat/parah, maka tanaman tersebut
akan mati

Cara penularan
Patogen ini ditularkan melalui tanah yang telah
terinfeksi, pupuk kandang, dan ubi bibit yang telah
terinfeksi .
Pengendalian Nematoda
Parasit Tumbuhan

• Varietas tahan atau toleran

• Rotasi tanaman dan tanaman perangkap

• Penambahan bahan organik

• Pemanfaatan agen hayati

• Aplikasi nematisida
TUGAS
Praktikan mencari masing-masing 1 penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus,

nematoda, jamur dan bakteri. Kemudian melakukan identifikasi yang meliputi

a. Tanaman inang

b. Gejala penyakit

c. Bioekologi

d. Cara penyebaran

e. Cara pengendalian

Sertakan gambar penyakit dan minimal sitasi 10 tahun terakhir.


Pengenalan Pengendalian
melalui Pengelolaan
Faktor Edafik
Asisten Praktikum DPT
OUTLINE

01. 02. 03.


Definisi Faktor Indikator Sifat Pengendalian OPT
Edafik Tanah yang Baik melalui Faktor
Edafik

04. 05. 06.


Kegiatan Karakteristik Contoh Fauna
Praktikum Tanah Organik Tanah
dan Inorganik
Definisi Faktor Edafik
Faktor edafik merupakan gabungan dari sifat fisik, kimia dan
biologis tanah yang dihasilkan dari fenomena biologis dan
geologis atau aktivitas antropogenik (Ali et al., 2020).

Faktor edafik adalah kondisi tanah dari segi tekstur, komposisi


kimia, kelengasan, keadaan suhu, keasaman tanah dan juga
organisme yang hidup didalamnya (Manuaba et al., 2018).
Faktor edafik berperan dalam pertumbuhan dan aktivitas
fisiologi tanaman, salah satunya yaitu tingkat kesuburan
tanah sebagai media penyedia unsur hara.

Faktor edafik sering dijadikan sebagai indikator dari


pengaruh perbedaan kondisi edafik di suatu ekosistem
terhadap komposisi fauna tanah.
Indikator Sifat Tanah yang
1.
Baik
Drainase yang baik, tidak mengeras saat setelah panen
2. Cepat menyerap hujan tanpa aliran permukaan
3. Kemampuan menyimpan air saat musim kering
4. Tahan terhadap erosi dan kehilangan hara kecil
5. Menunjang kehidupan jasad penghuni tanah
6. Tidak memerlukan banyak pupuk untuk produski yang
tinggi
7. Memproduksi hasil tanaman yang tinggi dan sehat
Pengendalian OPT melalui Faktor Edafik

Contohnya adalah pengolahan tanah Semakin tinggi keragaman biota dalam


dengan bahan organik. Tanah dengan tanah akan menyebaabkan
kandungan bahan organik tinggi akan keseimbangan ekosistem baik di atas
membentuk struktur komunitas yang tanah maupun di dalam tanah.
sangat kompleks sehingga keragaman Keseimbangan ekosistem ini akan
biota tanah akan tinggi. menghindari kemungkinan serangan
hama maupuun infeksi patogen.
Kegiatan Praktikum
Tujuan : Untuk mengetahui keragaman fauna
(invertebrata) tanah pada tanah organik dan
konvensional
Alat dan Bahan

Buku Identifikasi Gelas Beaker Corong Berlese Sampel tanah organik Mikroskop Stereo
dan konvensional

Cetok Kertas Saring Larutan Detergen Lampu Pijar Plastik Hitam


Langkah Kerja
Corong berlese
diletakkan di atas
01 gelas beaker yang
telah diberi
Sampel tanah larutan detergen
dimasukkan
dalam corong
berlese dan 02
didiamkan selama
24 jam Larutan detergen
disaring dengan
03 menggunakan
kertas saring
Langkah Kerja Fauna tanah
diamati
menggunakan
04 mikroskop stereo
Identifikasi fauna
serta di
tanah dengan
dokumentasikan
buku identifikasi
hingga ordo atau
famili dan 05
kelompokkan
berdasarkan Bandingkan hasil
taksonominya antara tanah
organik dan
06 konvensional
Prinsip Kerja Corong Berlese
Prinsip kerja Berlese
menggunakan sumber
cahaya sebagai suhu
untuk mengarahkan
mesofauna menuju
bawah dan masuk ke
dalam wadah yang berisi
alkohol/detergen
(Sumawinata et al., 2015)
TANAH ORGANIK
Jenis tanah organik adalah tanah yang berasal dari pelapukan dan sisa-sisa
tanaman. Selain itu, tanah organik juga berasal dari kulit organisme lain yang
telah mati, contohnya seperti tanah gambut.
Selain itu, terdapat ciri-ciri khusus pada jenis tanah yang satu ini, di antaranya
:
1.Bertekstur lunak;
2.Warnanya tua;
3.Mudah berubah bentuk saat dilakukan penekanan; serta
4.Memiliki sifat plastisitas yang rendah.
TANAH MINERAL

❖ Berbeda dengan tanah organik, tanah mineral merupakan tanah yang didominasi oleh
pelapukan batuan.
❖ Tanah mineral juga memiliki karakteristik kandungan bahan organik yang rendah dan
kelarutan Al yang tinggi yang berpotensi meracuni tanaman.
❖ Tanah mineral memiliki kandungan unsur hara seperti N dan P dan kation-kation basa
seperti Ca, Mg, Na dan K yang rendah

(Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).


Contoh Fauna
Tanah

Diversity of litter and soil fauna in Belgrad Forest, Istanbul, Turkey. a, b)


Collembola, c) Protura, d) Pauropoda, e) Symphla, f) Diplura, g) Acarina, h)
Pseudoscorpionida, i) Litter spider, j) Lumbricina, k) Diplopoda, l) Chilopoda,
m) Isopoda, n) Coleoptera larvae, o) Coleoptera, p) Gastropoda. (Photo by M.
Çakir). (Çakir & Makineci, 2018)
Jaring-Jaring Makanan
Di Dalam Tanah

Nielsen (2019)
Tugas M-6

1. Mencari peranan invertebrata yang


terdapat pada LKM
2. Mengerjakan sesuai petunjuk LKM
3. Pengumpulan 2 minggu
Daftar Pustaka
Ali, A., Sanaei, A., Li, M., Nalivan, O. A., Ahmadaali, K., Pour, M. J., ... & Askari, Y. (2020).
Impacts of Climatic and Edaphic Factors on The Diversity, Structure and Biomass of
Species-poor and Structurally-complex Forests. Science of The Total Environment,
706, 1-5.
Manuaba, I.B.A., Arnyana, I.B. and Santiasa, M.P., 2019. KAJIAN SPESIES TUMBUHAN
KARAKTER MELALUI ANALISIS NP DAN SDR PADA VEGETASI HUTAN
PUAKAN, DUSUN PUAKAN, DESA TARO, TEGALLALANG, GIANYAR. Jurnal
Pendidikan Biologi undiksha, 5(1), pp.1-10.
Sumawinata., Syah, Angga., Suwardi., Gunawan., dan Djajakirana. 2015. Metode
Penetapan Mesofauna Tanah pada Areal Lahan Gambut di Teluk Meranti,
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Prosiding Seminar Nasional. 1-8.
Prasetyo, B. H. dan Suriadikarta, D. A. 2006. Karakteristik, Potensi, Dan Teknologi
Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di
Indonesia. Litbang Pertanian. 2(25). 39 hal.
PENYEMPROTAN
SESUAI REKOMENDASI
TIM ASISTEN DPT 2021
Penyemprotan (spraying) pestisida :
salah satu teknik yang dilakukan dalam aplikasi
pestisida di lapang. Penyemprotan merupakan
cara aplikasi pestisida yang paling umum. Sekitar
75% dari seluruh pestisida di dunia di aplikasikan
dengan cara disemprotkan.

Volume Semprot :
banyaknya air yang diperlukan untuk melarutkan
pestisida yang akan digunakan untuk menyemprot
pertanaman pada suatu area tertentu, disesuaikan
dengan kemampuan tanaman menampung larutan
semprot (BPPP,2010).
Teknik aplikasi pestisida yang tidak tepat
dan tidak bijaksana menimbulkan
kerugian:
a. Mahalnya biaya pembelian pestisida
b. Kurang efektifnya pestisida yang
digunakan serta gangguan terhadap
kesehatan mereka.

Dalam menentukan jenis pestisida yang


tepat di lapang, langkah awal yang
dilakukan : diagnosa dan identifikasi OPT,
memperhatikan 5 T, memperhatikan
keamanan aplikator, dan ketepatan alat
aplikasi (Yulia et al., 2020)
Teknik aplikasi pestisida berperan penting sebagai jembatan
yang menentukan sampai tidaknya pestisida yang diaplikasikan
terhadap OPT.
Kesalahan aplikasi pestisida akan menyebabkan
permasalahan :
- Kegagalan dalam pengendalian OPT
- Pemborosan yang dapat mengancam keselamatan
pengguna, jasad non target serta pencemaran
lingkungan
Hal yang Perlu Diperhatikan
1. Rekomendasi yang tertulis pada kemasan (ml atau gram
per liter air dan volume semprot per ha)
2. Luas lahan yang akan disemprot (m2)

Adanya tabel A dan B akan membantu dalam mengetahui:


1. Berapa banyak pestisida yang harus dibeli ditoko (Tabel
A)
2. Berapa banyak kebutuhan pestisida untuk satu tangki
(Tabel A)
3. Berapa tangki (isi 17 liter) yang diperlukan untuk luasan
lahan yang akan disemprot (Tabel B)
CARA MENGGUNAKAN TABEL A
1. Baca rekomendasi pestisida yang diperlukan (ml atau gram per liter dan volume
semprot per ha) yang tertulis pada kemasan pestisida. Catat kedua angka itu
baik-baik
2. Lihat kolom 1 atau kolom 2 apakah tertulis ml atau gram per 10 liter air (angka
yang tertulis dalam rekomendasi)
3. Pada kolom 3 terdapat 4 macam bilangan yang menunjukkan banyaknya volume
semprot (300, 500, 700, dan 1.000 liter per ha). Pilih satu yang sesuai dengan
rekomendasi. Apabila tidak tertulis volume semprotnya, maka gunakan angka
500 sesuai ketetapan
4. Pilih satu kolom dari kolom 4 sampai kolom 10 luas yang sesuai dengan luas
lahan yang akan disemprot
5. Hubungkan angka-angka yang diperoleh dari Langkah sebelumnya sehingga
diperoleh satu angka, yaitu banyaknya pestisida yang harus dibeli di toko (untuk
satu kali penyemprotan)
6. Pada garis yang sama, tetapi pada kolom 11, terdapat angka yang menunjukkan
banyaknya pestisida yang diperlukan untuk tiap tangki 17 liter
CARA MENGGUNAKAN TABEL B
1. Pilih volume semprot yang
direkomendasikan
2. Pilih salah satu dari kolom 2 sampai 8 luas
yang sesuai dengan luas lahan yang akan
disemprot.
3. Hubungkan garis yang diperoleh dari baris 1
dan 2 di atas sehingga diperoleh satu
angka. Angka tersebut menunjukkan jumlah
tangki (17 liter) yang diperlukan untuk luas
lahan yang akan disemprot.
TABEL A
TABEL B
Pak Ponidi mempunyai lahan seluas 3.000 m² .
Beliau sudah memilih insektisida jenis ”X” untuk Contoh Soal 1
mengendalikan hama yang menyerang Tabel A
tanamannya. Pada petunjuk pemakaian tertulis
diperlukan konsentrasi 2,5 ml/l dengan volume
semprot 700 l air per ha.

Lihat pada Tabel A :


1. Rekomendasi konsentrasi adalah 2,5 ml/l dan vol.
Semprot 700 l/ha
2. Rekomendasi 2,5 ml/l terdapat pada kolom 1
baris 17, 18, 19 dan 20.
3. Pak Ponidi memilih baris 19 karena sesuai
dengan rekomendasi (700 l/ha)
4. Luas lahannya 3.000 m² , terdapat pada kolom 8.
5. Dari kolom 8 dan baris 19 terdapat angka 531 ml.
Jadi untuk setiap penyemprotan Pak Ponidi harus
membeli 531 ml insektisida di toko.
6. Pada kolom 11 dan baris 19 terdapat angka 42,5
ml. Ini berarti setiap tangki dia harus memasukkan
42,5 ml insektisida.
Tabel B
1. Pak Ponidi memilih baris 3 pada kolom 1 (sesuai dengan Tabel A)
2. Dia memilih kolom 6 karena luas lahannya 3.000 m²
3. Dari kolom 6 dan baris 3 terdapat angka 12,5. Ini berarti untuk lahannya
diperlukan 12,5 tangki
Contoh soal 2
Pak Bedu mempunyai lahan seluas 1.500 m². Dia ingin menyemprot penyakit yang menyerang
tanamannya, dan memilih fungisida ”Y”. Pada petunjuk tertulis : diperlukan 30 g/10 l
Lihat pada Tabel A
1. Rekomendasi adalah 30 g/10 l
2. Rekomendasi 30 g/10 l terdapat pada baris 21, 22, 23, dan 24
3. Karena tidak ada rekomendasi untuk volume semprot, maka dipilih angka 500 dan ada pada baris 22
4. Karena luas lahannya 1.500 m², maka yang dilihat adalah luas lahan 500 m² + 1.000 m² (kolom 5 dan
6)
5. Dari kolom 5 dan 6 serta baris 22 diperoleh angka 76,5 g + 153 g = 229,5 g untuk jumlah fungisida
6. Pada baris 22 dan kolom 11 diperoleh angka 51 g yaitu fungisida untuk setiap tangki
Pada Tabel B
1. Pak Bedu memilih baris 2 (sesuai dengan Tabel A)
2. Dia memilih kolom 3 dan 4 (karena luasnya 1500 m²)
3. Dari baris 2 dan kolom 3 serta 4 diperoleh angka 1,5 + 3 = 4,5. Ini
berarti Pak Bedu harus menyemprot lahannya sebanyak 4,5 tangki

Tabel B
Daftar Pustaka
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Teknik
Penyemprotan
Yulia, E., Fitri, W., dan Agus, S. 2020. Manajemen Aplikasi
Pestisida Tepat dan Bijaksana pada Kelompok Tani Padi dan
Sayur di SLPP Arjasari. Kumawula. 3 (2) : 310-324.
Thanks!
Any Question?
Tatap Muka ke-4

Pengenalan
Pengendalian
Dengan
Memanfaatkan
Faktor Biotis
(Musuh Alami)
TIM ASISTEN MK. DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN 2021/2022
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
MUSUH ALAMI
“Organisme yang dapat membunuh, menurunkan
potensi reproduksi dan mengurangi populasi dari
organisme pengganggu tanaman (OPT)”
(Henuhili dan Aminatun, 2013)

“Organisme yang berperan untuk mengendalikan


populasi OPT di pertanaman sehingga kerusakan
yang ditimbulkan dapat ditekan atau bahkan
dikurangi sehingga tidak melampaui ambang
ekonomi*”
JENIS-JENIS MUSUH ALAMI

Predator

Parasitoid

Agen Hayati
• Enthomopatogen
• Agens antagonis
PREDATOR
“Binatang yang hidup bebas dengan
memakan, membunuh, atau memangsa
serangga lain.”
CIRI-CIRI PREDATOR

Mengonsumsi Hampir semua fase muda


banyak mangsa dan dewasa predator
selama siklus menyerang serangga lain
hidupnya dalam jumlah yang banyak

Memangsa
Bersifat serangga yang
generalis jumlahnya
melimpah
CONTOH PREDATOR

Kumbang Spot M
(Menochilus sexmaculatus)

Jangkrik Predator
Belalang Sembah (Anaxipha longipennis)
(Hierodula patellifera)
PARASITOID
“Serangga yang sebagian siklus hidupnya berada
pada tubuh serangga lain dan sebagian hidupnya
yang lain hidup bebas.”
CIRI-CIRI PARASITOID

Memiliki ukuran yang lebih


Bersifat spesialis kecil dari inangnya
Hanya membutuhkan Bersifat soliter (satu inang dengan
satu inang untuk satu parasitoid, misalnya Charops
melengkapi daur sp.) atau gregarius (satu inang
hidupnya dengan beberapa parasitoid,
misalnya Tetrastichus schoenobii)
Beberapa Parasitoid yang Dapat
Mengendalikan Hama

Parasitoid ini menyerang


hama kupu kuning (Eurema blanda)
dengan meletakkan telur pada
permukaan kulit inang atau
dimasukkan langsung ke dalam
tubuh inang dengan tusukan
ovipositornya. Selanjutnya, setelah
menetas, larva parasitoid akan
memakan bagian tubuh inang
Apanteles sp. hingga mengeras dan berwarna
hitam
(Hymenoptera: Braconidae)
Beberapa Parasitoid yang Dapat
Mengendalikan Hama

Parasitoid Trichogramma spp.


merupakan parasitoid telur dari
hama penggerek batang bergaris
(Chilo saccahariphagus), penggerek
batang berkilat (Chilo auricilius)
pada tanaman tebu, dan penggerek
batang padi putih (Scirpophaga
innotata). Parasitoid ini akan
meletakkan telur dengan
menyuntikkan ovipositornya diantara
Trichogramma spp.
bulu-bulu halus yang menutupi telur.
(Hymenoptera:Trichogrammatidae)
Beberapa Parasitoid yang Dapat
Mengendalikan Hama

Hymenoptera: Encirtidae dan Branconidae


Kelompok parasitoid ini dapat digunakan untuk
mengendalikan hama penggerek batang (Xystrocera festiva) pada
tanaman sengon. Parasitoid yang ditemukan pada telur X. festiva
yaitu dari famili Encirtidae, sedangkan parasitoid yang terdapat
pada larva X. festiva yaitu dari famili Branconidae. Famili
Branconidae merupakan kelompok parasitoid yang dapat bersifat
endoparasitoid atau ektoparasitoid, oleh karena itu serangga dari
famili ini memiliki peran penting dalam pengendalian hayati.
Beberapa Parasitoid yang Dapat
Mengendalikan Hama

Serangga inang parasitoid


jenis ini diantaranya yaitu ulat
grayak/ Spodoptera litura Fabricius
(Lepidoptera: Noctuidae). Ulat
grayak memiliki kisaran inang
yang luas baik pada tanaman
pangan maupun tanaman
hortikultura. Selain itu parasitoid
Snellenius manilae juga efektif
untuk mengendalikan ulat grayak. Eriborus argenteopilosus (Hymenoptera;
Ichneumonidae) dan Snellenius manilae
(Hymenoptera; Braconidae)
Beberapa Parasitoid yang Dapat
Mengendalikan Hama
Mekanisme parasitisme tawon branco
yaitu dengan hinggap pada larva sasarannya
dan kemudian meletakan telur ke dalam tubuh
larva tersebut, kemudian telur tersebut
menetas menjadi larva dan akan memakan
tubuh inangnya sehingga menyebabkan
kematian serangga inang. Dalam tubuh satu
larva bisaa terdapat 50-150 telur/larva tawon
bracon. Jenis-jenis hama inang tawon bracon
diantaranya yaitu ulat, kutu, kepik, wereng dan
serangga, serta terdapat dua jenis tawon bracon
yag menyerang hama penggerek batang Tawon bracon
Zeuzera sp. yaitu tawon bacon Mysoma (Hymenoptera; Braconidae)
chinensis dan Bracon zeuzerae.
AGENS AGEN
HAYATIHAYATI

• Enthomopatogen

• Agens Antagonis
ENTOMOPATOGEN
“Berbagai macam mikroorganisme yang
dapat menginfeksi dan membunuh
serangga. Entomopatogen dapat berupa
jamur, virus, bakteri, dan nematoda”

Konidia putih pada Miselia putih Beauveria Spodoptera Litura


berbagai stadium larva bassiana pada larva H. Nucleopolyhedrovirus (SpltNPV)
Helicoverpa armigera armigera
CONTOH ENTOMOPATOGEN

Entomopatogen Hama
Metarhizium anisopliae, M. Wereng, Kepik dan Kumbang.
flavoviride
Beauveria bassiana Wereng, Kutu Daun, Penggerek
Batang, Kepik Padi Dan Kepik
Hitam
Hirsutella citriformis Wereng dan Kutu Daun
Nomuraea rileyi (jamur dengan Larva Penggerek Batang, Kutu
spora hijau kusam) Daun dan Ulat Tentara
NPV (Nuclear Polyhedrosis Ulat Tentara (Armyworm) dan Ulat
Virus) Pemotong (Cutworm).
CONTOH ENTOMOPATOGEN

Nematoda
Steinernema spp.

Bakteri
Bacillus thuringiensis
MEKANISME INFEKSI JAMUR Beauveria bassiana

Spora jamur Beauveria Jamur mengeluarkan racun


bassiana masuk ke tubuh beauverin yang membuat
serangga inang melalui kulit, kerusakan pada jaringan
saluran pencernaan, spirakel tubuh serangga
dan lubang lainnya *

Serangga akan mati dengan


tubuh mengeras seperti mumi
dan tertutup oleh benang-
benang hifa berwarna putih.
Miselia putih Beauveria bassiana
pada larva H. armigera
AGENS ANTAGONIS
“Mikroorganisme yang dapat
menghambat pertumbuhan dari
patogen penyebab penyakit pada
tanaman.”

Berupa : Jamur, Bakteri, Virus


Jamur sebagai Virus sebagai
Agens Antagonis Agens Antagonis

Gliocladium sp. sebagai agens antagonis Vaksin Carna-5 merupakan kelompok dari
pada patogen Botryodiplodia theobromae virus yang efektif digunakan untuk
penyebab penyakit busuk batang pada mengendalikan penyakit cucumber mozaic
tanaman jeruk virus pada tanaman tomat dan cabai.
Bakteri sebagai
Agens Antagonis

Bacillus subtilis sebagai


agens hayati patogen tular
tanah Rhizoctonia solani
pada tanaman jagung.

Bakteri
• Pseudomonas syringiae
• P. fluorescens
• Bacillus subtilis
MEKANISME AGENS ANTAGONIS

Parasitisme Kompetisi

ISR
(INDUCED
Antibiosis
SYSTEMIC
RESISTENCE)
MEKANISME AGENS ANTAGONIS
1. Parasitisme
Apabila hifa jamur dari agens antagonis tumbuh
diatas hifa patogen, pada daerah kontak akan ditemukan hifa
jamur agens antagonis melilit pada hifa patogen, dan
menimbulkan lisis.
Contoh : jamur Gliocladium sp. yang memparasit inangnya,
yaitu patogen Botryodiplodia theobromae penyebab busuk
batang pada tanaman jeruk dengan cara membungkus atau
menutupi patogen dan dapat memproduksi enzim-enzim
dan menghancurkan dinding sel dari patogen hingga
mengakibatkan patogen mati.
MEKANISME AGENS ANTAGONIS
2. KOMPETISI
Apabila terjadi kompetisi antara jamur pathogen dan jamur
agens antagonis.

Contoh : Trichoderma sp. dapat berkompetisi


dengan terhadap patogen Botryodiplodia
theobromae penyebab busuk batang pada
tanaman jeruk, yaitu berkompetisi dalam hal
ruang dan makanan sehingga mampu untuk
menekan perkembangan dari jamur patogen
pada tanah serta jaringan tanaman,
mengumpulkan nutrisi organik, menginduksi
ketahanan dan inaktivasi enzim patogen.
MEKANISME AGENS ANTAGONIS
3. Antibiosis
Kemampuan agens hayati mengeluarkan suatu senyawa
(antibiotik) untuk menghambat atau mengendalikan
pertumbuhan pathogen.

Contoh : Trichoderma virens


menghasilkan antibiotik yang disebut
dengan gliotoksin, yang bekerja untuk
menghambat pertumbuhan dari miselia
dan pembentukan sporangium dari
patogen Rhizoctonia solani
MEKANISME AGENS ANTAGONIS
4. ISR (INDUCED SYSTEMIC RESISTENCE)
Induced Systemic Resistence/ Ketahanan Induksi
Sistemik didefinisikan sebagai peningkatan pertahanan alami
yang dimiliki tanaman untuk menangkal serangan patogen.

Contoh : senyawa bioaktif pada


Bacillusatrophaeus dapat menekan
pertumbuhan cendawan patogen
Verticilium dahliae penyebab
penyakit layu
Pelestarian
Musuh Alami
1. INTRODUKSI
Pemasukan/importasi musuh alami ke daerah yang sebelumnya
tidak memiliki musuh alami dari suatu hama tertentu.

Contoh : Introduksi predator Curinus


coreolius (Coleoptera: Coccinellidae) dari
Hawaii (Amerika Serikat) ke Indonesia
(1988–1990) untuk pengendalian hama
kutu loncat tanaman lamtoro
Heteropsylla cubana (Hemiptera:
Psyllidae) Larva C. coreolius Hama kutu
Imago C. coreolius
loncat Lamtoro
H. Cubana
Pelestarian
Musuh Alami
2. AUGMENTASI
Pelepasan musuh alami untuk meningkatkan populasi
atau pengaruhnya di suatu daerah

Contoh : Perbanyakan (Rearing)


parasitoid Trichogramma japonicum
(Hymenoptera: Trichogrammatidae)
di lab. Kemudian dilepas pada lahan
tanaman padi untuk mengendalikan
penggerek batang padi putih
Scirpophaga innotata (Lepidoptera: Parasitoid telur Penggerek batang
Crambidae) T. japonicum padi putih S.
innotata
Pelestarian
Musuh Alami
3. KONSERVASI
Menghindari penggunaan pestisida dan
penanaman tanaman refugia sebagai habitat musuh
alami
Syarat-syarat tanaman refugia:
• Berakar pendek (untuk menghindari
kompetisi unsur hara dengan tanaman
utama)
• Tanaman berbunga (khususnya warna
Kenikir Paitan cerah)
Cosmos caudatus Tithonia diversifolia
• Mudah tumbuh
TUGAS

Deskripsi tugas individu:


Tugas 1. mencari minimal 2 musuh alami (predator):
Digambar+keterangan.
Tugas 2. Masing individu meresume 1 jurnal. Jurnal sudah di sediakan.
Deskripsi tugas kelompok:
Membuat PPT hasil resume jurnal. Kelompok 1 Parasitoid dan kelompok
2 entomopatogen.
APAKAH ADA
PERTANYAAN ?
PENGENALAN
PENGENDALIAN DENGAN
VARIETAS TAHAN
TIM ASISTEN DASAR PERLINDUNGAN
SLIDESMANIA.COM

TANAMAN 2021/2022
OUTLINE
● Varietas Tahan
● Sifat Ketahanan Tanaman c

● Kategori Tanaman Berdasarkan Ketahanannya


● Mekanisme Ketahanan Tanaman
SLIDESMANIA.COM

● Faktor Serangga dalam Pemilihan Inang


● Proses Serangga dalam Pemilihan Inang
VARIETAS TAHAN
c
SLIDESMANIA.COM
Varietas Tahan
Varietas tahan merupakan tanaman yang memiliki kemampuan
dalam menolak atau menghindar, c sembuh kembali, dan
mentolerir serangan hama atau penyakit yang tidak dimiliki oleh
tanaman lain yang sejenisnya dengan tingkat serangan yang
SLIDESMANIA.COM

sama. Pengendalian hama dan penyakit melalui teknis ketahanan


tanaman dan varietas tahan merupakan salah satu strategi
pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan (Khaeruni, 2016).
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN VARIETAS TAHAN

● Bersifat kumulatif ● Cukup sulit untuk memperoleh varietas


● Bersifat persisten tahan dikarenakan terbatasnya sumber
● Bersifat spesifik genetik
c
● Mudah diadopsi oleh petani ● Perlu waktu yang lama untuk memperoleh
● Relatif aman untuk lingkungan, serta varietas tahan
ekonomis ● Munculnya biotipe baru akan membatasi
SLIDESMANIA.COM

● Terdapat keserasian dengan cara waktu dan ruang serta kegunaan batas-
pengendalian lainnya batas ketahanan
● Adanya sifat ketahanan tersebut seringkali
tidak sejalan dengan produksi yang rendah
atau kualitas produksi yang kurang
dikehendaki
CONTOH TANAMAN
c

VARIETAS TAHAN
SLIDESMANIA.COM
KOMODITAS TANAMAN PANGAN

Inpari 33
Tahan terhadap 3 biotipe wereng batang
coklat
SLIDESMANIA.COM

Inpari 43 Agritan GSR


Inpari 32 HBD
Tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri
Tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri
dan wereng batang coklat
BBPADI (2017)
KOMODITAS TANAMAN PANGAN

DMI 1
Toleran terhadap penyakit karat daun dan
bercak daun
SLIDESMANIA.COM

Bisi 222 Pertiwi 3


Tahan terhadap penyakit bulai, hawar daun, Tahan terhadap penyakit bulai, hawar daun,
dan karat daun dan karat daun
Saparni (2020)
KOMODITAS TANAMAN HORTIKULTURA

Tanjung 2
Toleran terhadap penyakit antraknose
SLIDESMANIA.COM

Tanjung 1
Lembang 1
Toleran terhadap hama penghisap daun
Toleran terhadap hama penghisap daun dan
tahan terhadap penyakit antraknose
Puslitbanghorti (2018)
KOMODITAS TANAMAN HORTIKULTURA

Grand Sakina
Toleran terhadap penyakit layu bakteri
SLIDESMANIA.COM

NIKI SERVO
Toleran terhadap penyakit layu bakteri Tahan geminivirus dan layu bakteri

Juanda (2013)
KOMODITAS TANAMAN HORTIKULTURA

Tenggo
Tahan terhadap nematoda akar dan tahan
terhadap penyakit busuk daun
SLIDESMANIA.COM

Merbabu 17 Granola
Tahan terhadap hama penggorok daun Peka terhadap penyakit layu bakteri dan
kentang (L. huidobrensis) busuk daun
Balitsa (2018)
SIFAT KETAHANAN
c

TANAMAN
SLIDESMANIA.COM
A. Ketahanan Vertikal B. Ketahanan Horizontal
Ketahanan vertikal Ketahanan Horizontal
merupakan ketahanan tanaman merupakan ketahanan tanaman
c
yang dikendalikan oleh satu atau terhadap berbagai ras hama (tidak
sedikit gen, sifatnya sangat spesifik) yang dikendalikan oleh
tahan pada ras hama tertentu
SLIDESMANIA.COM

banyak gen.
tetapi mudah dipatahkan oleh
ras hama lain.
KATEGORI TANAMAN
BERDASARKAN
c

KETAHANANNYA
SLIDESMANIA.COM
IMUN SANGAT TAHAN AGAK TAHAN

OPT sama sekali tidak OPT menimbulkan OPT menimbulkan


dapat menyerang kerusakan yang kerusakan lebih
tanaman sangat sedikit dan sedikit dari rata-rata
hanya pada kondisi tanaman
tertentu

PEKA SANGAT PEKA


SLIDESMANIA.COM

Tanaman memiliki Tanaman memiliki


kepekaan lebih tinggi kepekaan yang
daripada rata-rata sangat tinggi
tanaman terhadap serangan
OPT
MEKANISME KETAHANAN
c

TANAMAN
SLIDESMANIA.COM
ANTIXENOSIS

ANTIBIOSIS
c

TOLERAN
SLIDESMANIA.COM
ANTIXENOSIS
Antixenosis merupakan proses penolakan tanaman terhadap
serangga ketika proses pemilihanc inang karena terhalang oleh
adanya struktur morfologi tanaman seperti trikoma pada batang,
daun, dan kulit yang tebal dan keras yang bertindak sebagai barier
SLIDESMANIA.COM

mekanis bagi serangga hama.


ANTIXENOSIS
Salah satu mekanisme antixenosis dipengaruhi oleh panjang dan
kerapatan trikoma daun. trikomac daun berfungsi secara mekanis
dengan mengganggu pergerakan serangga herbivora di
permukaan daun, sehingga mengurangi akses ke epidermis daun.
SLIDESMANIA.COM

Contoh pada tanaman kedelai


ANTIBIOSIS
Suatu bentuk mekanisme ketahanan tanaman yang melibatkan
unsur antibiotik pada tanaman tersebut. apabila serangga makan
c

dari tanaman dengan ketahanan antibiosis maka serangga


tersebut akan terpengaruh oleh zat antibiotik pada tanaman
tersebut.
SLIDESMANIA.COM
ANTIBIOSIS
Contoh gejala penyimpangan fisiologi pada serangga:
• Malformasi bentuk c
• Peningkatan mortalitas pupa
• Fekunditas dan fertilitas rendah
• Masa hidup serangga berkurang
SLIDESMANIA.COM

• Kematian serangga pada instar permulaan


• Bentuk serangga dewasa yang tidak normal
• Perilaku gelisah dan gejala tidak normal pada serangga
ANTIBIOSIS
Varietas tanaman dengan ketahanan antibiosis mempunyai
kemampuan menghasilkan zat kimia tertentu yang dapat
c
mempengaruhi dan menghambat pertumbuhan dari hama atau
patogen, adapun contoh zat kimianya adalah sebagai berikut:
• Thionin
SLIDESMANIA.COM

• Asam salisik
• Senyawa dimboa
• Senyawa gasipol
TOLERAN
Suatu bentuk mekanisme ketahanan tanaman yang menyebabkan
tanaman masih dapat berproduksi
c saat tanaman tersebut
terserang hama ataupun penyakit, sehinga tidak ada kehilangan
hasil secara ekonomi.
SLIDESMANIA.COM
TOLERAN
Faktor yang menjadi penentu mekanisme toleran:
● Vigor tanaman (kekuatan tumbuh
c tanaman) secara umum
● Ketahanan batang tanaman terhadap rebah
● Pertumbuhan kembali jaringan yang rusak
SLIDESMANIA.COM

● Produksi cabang-cabang tambahan


● Pemanfaatan lebih efisien oleh serangga
TOLERAN
Perbedaan antara antibiosis dan toleran adalah, antibiosis
merupakan respon hama dan c pathogen terhadap tanaman,
sedangkan antibiosis merupakan respon tanaman terhadap
serangan hama dan pathogen. Oleh karena itu beberapa ahli tidak
SLIDESMANIA.COM

memasukkan “toleran” kedalam mekanisme ketahanan tanaman.


FAKTOR SERANGGA DALAM
c

PEMILIHAN SERANGGA
SLIDESMANIA.COM
FAKTOR SERANGGA DALAM PEMILIHAN INANG

FISIK/MORFOLOGI KIMIA
SLIDESMANIA.COM
FAKTOR FISIK/MORFOLOGI INANG
● Ketebalan jaringan epidermis
● Duri c

● Trikom
● Lapisan lilin
SLIDESMANIA.COM

● Bentuk Tanaman
● Warna
FAKTOR KIMIA
● Senyawa volatile
● Komponen internal c
SLIDESMANIA.COM
PROSES PENCARIAN
INANG
c
SLIDESMANIA.COM
1. Pencarian habitat inang (host habitat finding) : mencari
habitat inang dengan mempergunakan mekanisme yang
melibatkan fototaksis, geotaksis, preferensi tempat dan
kelembaban.
2. Pencarian inang (host finding) : pada umumnya
mempergunakan mekanisme yang melibatkan tanggap
olfaktori dan penglihatan.
3. Pengenalan inang (host recognition) : adanya rangsangan
olfaktori,c rasa dan raba akan membantu serangga mengenal
inang.
4. Penerimaan inang (host acceptance) : adanya senyawa-
senyawa kimia khas yang dikandung inang akan membuat
SLIDESMANIA.COM

serangga dapat menerima inang tersebut.


5. Kesesuaian inang (host suitability) : tanaman yang tidak
mengandung racun tetapi mengandung zat makanan yang
sesuai akan menunjang proses perkembangbiakan
serangga.
KEMORESEPTOR
Kemoreseptor adalah indera yang
berfungsi untuk menerima energi
berupa molekul kimia. Kemoreseptor
umumnya c terpusat pada antena, alat
mulut dan tarsi. Kemoreseptor dicirikan
oleh ujung-ujung saraf yang halus sekali,
SLIDESMANIA.COM

yang berhubungan dengan udara luar


melalui pori-pori pada kutikula.
FOTORESEPTOR
Fotoreseptor adalah indera yang
berfungsi untuk menerima cahaya.
Komunikasi visual pada serangga terhadap
tumbuhan
c terjadi karena adanya alat indera
yang menerima cahaya seperti mata
majemuk, mata tunggal dan stemata.
Serangga juga dapat memberikan respon
SLIDESMANIA.COM

terhadap cahaya yang terpolarisasi,


misalnya pada lebah madu.
TUGAS
1. Pilih tiga mahasiswa untuk melaksanakan percobaan varietas tahan
terhadap preferensi serangga (pilih mahasiswa yang di rumahnya terdapat
cukup banyak hama kumbang beras, sebanyak 45 individu kumbang beras, jika
kurang dari 45 individu maka diperbolehkan
c minimal 30 individu kumbang beras).
2. Buatlah rangkaian percobaan seperti yang tertera dalam video tutorial.
3. Data dari 3 (tiga) percobaan digunakan sebagai bahan pengerjaan Lembar
Kerja Mahasiswa (LKM).
SLIDESMANIA.COM

4. Setiap individu mengerjakan LKM sesuai dengan format yang telah


disediakan.
5. Tugas dikumpulkan H-1 pertemuan minggu ke-7
Thank you!
c
SLIDESMANIA.COM
PESTISIDA
PESTISIDA
Asal kata

Pest - cide Bahan atau zat kimia yang digunakan


untuk membantu mengendalikan OPT
berupa gulma, seranggam dan
organisme pengganggu lainnya di
Organisme -cida = area perkebunan, persawahan dan
Pengganggu
Tanaman Killer tempat lain yang menggunakannya
(hama,
patogen, gulma)
DEFINISI PESTISIDA Pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain
serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk
PP No. 7 Tahun 1973 mengendalikan atau mencegah hama atau penyakit
yang merusak tanaman,bagian hasil-hasil
pertanian, mengendalikan rerumputan dan gulma,
mengatur atau mencegah hama-hama pada hewan
peliaharaan, mengendalikan hama-hama air, dan
mengendalikan atau mencegah binatang yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan
binatang yang perlu dilindungi
semua bahan kimia, binatang mauoun tumbuhan
dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
DEFINISI PESTISIDA digunakan untuk mengendalikan atau memberantas
hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman,
Permentan No. 24 Tahun 2011 bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian,
memberantas rerumputan atau tanaman
pengganggu seperti gulma, mematikan daun dan
mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan,
mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman
atau bagian-bagian tanaman, memberantas atau
mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan
dan ternak, memberantas atau mencegah hama-
hama air.
DEFINISI PESTISIDA
FAO
pestisida adalah setiap zat yang diharapkan sebagai
pencegahan, menghancurkan atau pengawasan setiap hama
termasuk vektor terhadap manusia atau penyakit pada
binatang, dan tanaman yang tidak disukai atau binatang yang
menyebabkan kerusakan selama proses produksi berlangsung,
penyimpanan atau pemasaran makanan, komoditi pertanian,
kayu dan produksi kayu, atau bahan makanan binatang.
JENIS PESTISIDA

SINTETIK NABATI/ALAMI

PESTISIDA YANG DIBUAT DARI PESTISIDA YANG DIBUAT DARI


BAHAN KIMIA DAN KURANG BAHAN NABATI YANG RAMAH
RAMAH LINGKUNGAN JIKA LINGKUNGAN. MISALNYA DARI
DIGUNAKAN BERLEBIH DARI EKSTRAK SEREH, DAUN
NIMBA,
PESTISIDA
SINTETIK
• efektifitasnya tinggi
• dapat digunakan di
berbagai lingkungan
Kelebihan
• bekerja cepat
• dapat digunakan di
setiap waktu

• timbulnya resistensi hama


• resurgensi
Kekurangan • munculnya hama
sekunder
• residu pestisida
mencemari lingkungan
PESTISIDA Pestisida Botani (Botanical Pestisida Biologis (Biological
Pesticide)
ALAMI Pesticide)

Berasal dari ekstrak tanaman. Seperti mengandung mikroorganisme pengganggu OPT,


diketahui, berbagai jenis tanaman seperti bakteri patogenik, virus, dan jamur.
memproduksi senyawa kimia untuk Mikroorganisme ini secara alami memang
melindungi dirinya dari serangan OPT. merupakan musuh OPT, yang kemudian
Senyawa inilah yang kemudian diambil dikembangbiakkan untuk keperluan perlindungan
dan dipakai untuk melindungi tanaman tanaman.
lain.

Pestisida berbahan dasar mineral anorganik

Pestisida berbahan dasar mineral anorganik yang terdapat pada kulit bumi. Biasanya bahan
mineral ini berbentuk kristal, tidak mudah menguap, dan bersifat stabil secara kimia, seperti
belerang dan kapur
PESTISIDA BERDASARKAN
SASARAN

● Insektisida : sasaran dari jenis serangga


● Akarisida : sasaran dari jenis tungau
● Fungisida : sasaran dari jenis cendawan
● Nematisida : sasaran dari jenis nematoda
● Bakterisida : sasaran dari jenis bakteri
● Moluskisida : sasaran dari jenis moluska (keong)
● Termisida : sasaran dari jenis rayap
● Herbisida : sasaran dari jenis gulma
● Rodentisida : sasaran dari jenis hewan pengerat
Kering Basah PESTISIDA BERDASARKAN
BENTUK FORMULASI
EC (Emulsifiable
WP (Wettable Concentrate atau
Powder) Emulsible
Concentrate)

WCS (Water
SP (Soluble
Soluble
Powder)
Concentrate)

F/FW
SG (Soluble
(Flowable/Flowable
Granule)
in Water)

WG atau WDG
ULV (Ultra Low
(Water Dispersible
Volume)
Granule)

Granule/Butiran SL (Soluble Liquid)

AS (Aquqeous
Solution)
BAHAN AKTIF PESTISIDA
• gangguan pada sistem saraf pusat
• terjadinya hiperaktivitas, gemetar, kemudian
Organoklorin. kejang hingga akhirnya mati
• residunya sangat sulit terurai.

• kekacauan pada sistem pengantar impuls saraf


ke sel-sel otot.
Organofosfat • impuls tidak dapat diteruskan, otot menjadi
kejang, kelumpuhan dan mati

• penghambatan aktivitas sistem saraf


• berspektrum luas.
Karbamat

• sebagai racun kontak yang kuat, serta


mempengaruhi sistem saraf pusat
Piretroid serangga
CARA KERJA
PESTISIDA
● Racun Perut/Lambung yaitu dengan merusak sistem pencernaan jika tertelan
oleh serangga.
● Racun Kontak yaitu jika bahan beracun tersebut mengenai tubuh serangga,
maka serangga tersebut akan mati.
● Racun Nafas yaitu bahan racun pestisida yang dapat membunuh serangga
jika terhisap oleh sistem pernapasan serangga tersebut.
● Racun Saraf yaitu pestisida yang cara kerjanya mengganggu sistem saraf
jasad sasaran.
● Racun Protoplasmik yaitu racun yang bekerja dengan cara merusak protein
dalam sel tubuh jasad sasaran.
● Racun Sistemik Merupakan bahan racun pestisida yang masuk ke dalam
sstem jaringan tanaman dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman,
sehingga bila dihisap, dimakan, atau mengenai jasad sasarannya bisa
meracuni. Jenis pestisida tertentu hanya menembus ke jaringan tanaman
(translaminar) dan tidak akan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman.
APLIKASI PESTISIDA
1. Penyemprotan (spraying) ➔ Teknik aplikasi yang paling banyak digunakan
petani di Indonesia yaitu dengan bantuan alat semprot
2. Penghembusan (dusting) ➔ Aplikasi produk pestisida yang diformulasikan
sebagai tepung hembus (D, dust) dengan menggunakan alat penghembus
(duster).
3. Penaburan Pestisida Butiran (Broadcasting) ➔ Aplikasi dilakukan terhadap
produk pestisida biasanya berbentuk butiran dengan cara ditaburkan.
4. Perawatan benih (Seed treatment) ➔ Aplikasi pestisida yang bertujuan untuk
melindungi benih agar bebas dari OPT, bisa dengan seed pelleting atau seed
coating
5. Fumigasi (Fumigation) ➔ Biasanya digunakan untuk mengendalikan hama
gudang. Gas beracun yang dihasilkan akan membunuh OPT
6. Injeksi (Injection) ➔ penggunaan pestisida dengan cara memasukkan larutan
pestisida ke dalam tanah atau batang tanaman dengan menggunakan injector
7. Penyiraman (Drenching) ➔ Pestisida juga bisa disiramkan ke daerah
pertanaman yang biasanya terdapat OPT misalnya di bagian akar tanaman
terdapat koloni rayap atau sarang semut
8. Percikan (Splashing) ➔ Penggunaan pestisida dengan memercikan. Bila
percikan mengenai organisme sasaran bisa membunuh organisme sasaran
Tepat
sasaran

ENAM TEPAT Tepat Tepat


PENGGUNAAN cara mutu

PESTISIDA 6
Tepat
Tepat Tepat
dosis jenis

Tepat
waktu
TAKARAN PENGAPLIKASIAN
PESTISIDA
TAKARAN PENGAPLIKASIAN
PESTISIDA

Latar Belakang

Pestisida merupakan alat pengendali organisme


pengganggu yang sangat penting peranannya di bidang
pertanian.

Spektrum yang luas → Residu → Membahayakan


makhluk hidup → Takaran (dosis)
KEGIATAN 1
PERSAMAAN 1

Persamaan 1 digunakan untuk menyiapkan larutan atau suspensi dari


pestisida bentuk “wettable powder”, emulsifiable concentrates, atau suatu
bahan yang diketahui persentase bahan aktifnya.
Latihan

1. Contoh untuk Emulsifiable Concentrates (EC)


Untuk penyemprotan ngengat kubis dibutuhkan 500 liter larutan yang mengandung 0,01%
b.a Insektisida Hostathion 40 EC. Berapa banyak (ml) Hostathion dibutuhkan untuk
keperluan tersebut?
Diketahui :

Volume semprot = 500 liter


Konsentrasi rekomendasi = 0,01 % b.a.
Kandungan b.a formulasi = 40%
Perhitungan

Kebutuhan Hostathion = 0,01 x 500 / 40 = 0,125 ltr = 125 ml


Latihan

2. Contoh untuk Wettable Powders (WP)


Untuk penyemprotan hama penghisap bunga lada, diperlukan 1000 liter larutan yang
mengandung 0,14% b.a insektisida Sevidan 70 WP. Berapa banyak (kg) Sevidan
dibutuhkan untuk keperluan tersebut.
Diketahui :

Kandungan b.a formulasi = 70%


Volume semprot = 1000 ltr
Konsentrasi rekomendasi = 0,14%
Perhitungan

Kebutuhan Sevidan = 0,14 x 1000 / 70 = 2 kg


PERSAMAAN 2

Persamaan 2 digunakan untuk menentukan jumlah formulasi yang


dibutuhkan untuk meliput (cover) areal terbatas bila kisaran rekomendasi (kg
b.a./h dan %b.a.) dalam formulasi telah diberikan atau telah diketahui.
Latihan

1. Contoh untuk Emulsifiable Concentrates (EC)


Berapa banyaknya fungisida Folirfos 400 AS diperlukan untuk menyemprot
areal pertanaman tomat seluas 500 m2, jika rekomendasi kebutuhan bahan
aktif 0,5 kg b.a./h.?
Diketahui:

Rekomendasi bahan aktif = 0,5 kg b.a./h.


Luas lahan = 500 m2
Kandungan b.a. formulasi = 400 g/l = 400%

Perhitungan
Kebutuhan Produk per 500 m2 = 0,5 kg x 500 / 0,40 x 10.000
= 0,625 kg atau 0,625 liter
= 62,5 ml
Latihan

2. Contoh untuk wettable powders (WP), dust (D), dan granule (G).
Untuk mengendalikan hama kubis dibutuhkan 0,5 kg b.a./h insektisida
Basma 35 WP. Berapa banyak Basma dibutuhkan untuk keperluan
menyemprot lahan seluas 2 h?
Diketahui:

Rekomendasi bahan aktif = 0,5 kg b.a./h


Luas lahan = 2 h
Kandungan b.a. formulasi = 35%

Perhitungan
Kebutuhan Produk untuk 2 ha = 0,5 kg ba x 2 h / 0,35 = 2,857 kg
KEGIATAN 2

Dosis formulasi pestisida untuk luasan tertentu

Rumus : Luas areal (h) x dosis pestisida/h


Latihan
Contoh Soal :
Di dalam brosur-brosur atau kemasan pestisida biasanya ditulis petunjuk
penggunaan dosis anjuran atau konsentrasi formulasi misal: 1,5 ml
formulasi/1 liter air, dengan volume semprot 600 liter air/hektar. Dengan data
semacam ini berapa banyak (ltr) pestisida diperlukan untuk penyemprotan
pada lahan 1500 m2?
Perhitungan :

Dosis Pestisida = 1,5 ml/lt air dengan 600 lt air/h


Dibutuhkan = 1,5 ml/lt x 600 lt
= 900 ml/h
Luas lahan = 1500 = 0,1500 h
Pestisida yang dibutuhkan = 0,1500 h x 900 ml/h
= 135 ml = 0,135 liter
THANKS
Kalibrasi Knapsack
Sprayer
Tim Asisten Dasar Perlindungan Tanaman 2021
Table of contents

01 Definisi dan Tujuan


04 Bagian-bagian
Knapsack Sprayer

02 Metode Kalibrasi
Knapsack Sprayer 05 Jenis-jenis Sprayer

03 Prosedur
Melakukan kalibrasi
Knapsack Sprayer
06 Macam-macam
Nozzle
01. Tujuan dan Definisi
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman
kepada mahasiswa mengenai
aplikasi knapsack sprayer dan
cara mengukur kebutuhan
volume semprotan per satuan
luasan lahan
Definisi Kalibrasi
Knapsack Sprayer

Kalibrasi dalam kaitannya dengan


alat semprot merupakan suatu cara
untuk menentukan jumlah volume
semprot yang akan digunakan pada
satuan luas tertentu dari lahan
pertanaman.

Manfaat kalibrasi adalah untuk


menentukan takaran pestisida secara
tepat. mencegah pemborosan, dan
penyeragaman perhitungan aplikasinya.
02. Metode Kalibrasi
Knapsack Sprayer
Kalibrasi dengan Metode Luasan

• Cocok digunakan untuk pohon atau rumput yang tinggi


• Cocok digunakan pada alat semprot yang sulit ditentukan
laju curahnya
• lebih mudah diterapkan untuk penyemprotan lahan
berskala sempit
• Untuk menghitung volume semprot (liter/ha), jumlah liter
dikalikan dengan 10.000 : jumlah luas (m2) dari luasan lahan
Kalibrasi dengan Metode Waktu

• Didasarkan pada penerapan volume semprotan yang telah


ditentukan dengan menghitung serta mengukur laju curah nosel
(liter/menit)

• Digunakan untuk semua jenis alat semprot

• Lebar bidang semprot (swatch width) dari alat biasanya dapat


berubah
Kalibrasi dengan Metode Waktu

Rumus Perhitungan Laju Curah (Flowrate):


Larutan yang Keluar per Satuan Waktu
Kalibrasi dengan Metode Waktu

Langkah Kerja dengan Kalibrasi Menggunakan Metode Waktu


1. Menentukan laju curah sprayer
Caranya bisa dengan mengisi air pada tangki. Kemudian berikan pada tekanan
tertentu. Arahkan nozzle ke gelas ukur dan hitung volume air yang keluar selama 1
menit (sehingga didapatkan laju curah ml/menit)

2. Menentukan banyaknya pestisida dan kebutuhan air yang diperlukan untuk luasan
lahan yang diketahui.
• Rumus kebutuhan pestisida :
% 𝑏.𝑎 𝑅𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑒𝑚𝑝𝑟𝑜𝑡
Kebutuhan Produk / Satuan Volume Semprot =
% 𝑏.𝑎 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐹𝑜𝑟𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

𝑅𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑏.𝑎. 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛


Kebutuhan Produk/Satuan Luasan =
% 𝑏.𝑎.𝐹𝑜𝑟𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
• Rumus kebutuhan air
Kebutuhan air = Luas Lahan(ha) x Volume semprot (lt/ha)
Kalibrasi dengan Metode Waktu

Langkah Kerja dengan Kalibrasi Menggunakan Metode Waktu


3. Tentukan lebar ayunan sprayer dan lintasan yang harus ditempuh
Misal : lebar ayunan umumnya 1 meter dan Luas lahan 40x20 m
penyemprot melintasi lebar lahan. Sehingga dia harus bolak balik sebanyak 40 kali dengan
Panjang lintasan 20 m.

4. Menentukan waktu total (yang diperlukan untuk melakukan penyemprotan secara terus
menerus)
Melalui data volume air yang dibutuhkan (Langkah 2) dan data laju curah curah sprayer
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 (𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)
Waktu total =
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ 𝑠𝑝𝑟𝑎𝑦𝑒𝑟 (𝑚𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

5. Menentukan waktu 1 kali melintas


Diperoleh dari waktu total (Langkah ke 4) dibagi banyaknya berapa kali harus melintas
(Langkah 3)
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Waktu 1 kali melintas =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠
Kalibrasi dengan Metode Waktu

Langkah Kerja dengan Kalibrasi Menggunakan Metode Waktu

6. Menentukan laju jalan


Laju jalan diperoleh melalui data Panjang lintasan (Langkah ke 2) dan data waktu
melintas (Langkah ke 5)
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
Laju jalan =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠 ( 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

7. Penyemprotan dilakukan
Penyemprotan yang sebenarnya dengan menggunakan insektisida baru dilakukan
setelah laju jalan diperoleh dan penyemprot menyesuaikan diri dengan laju
tersebut
Contoh Studi Kasus

Petani A memiliki luas lahan 40x80 m, dengan laju curah 50 ml/ menit dan lebar ayunan
sprayer 1 meter. Dengan volume semprot 400 l/ ha, berapa kecepatan jalan yang harus
dilakukan oleh petani dalam melakukan penyemprotan?
Diket:
• Luas lahan : 40x80 m (berarti untuk menyemprot seluruh lahan (lebar ayunan 1 m) ia
harus melintasi lahan bolak balik sebanyak 40 kali dengan panjang lintasan 80 m.
• Vol semprot : 400 l/ha
• Laju curah : 50 ml/ menit
Jawab =
Kebutuhan air : luas lahan x volume semprot
3200 𝑚2
: x 400 l
10.000 𝑚2
: 128 liter -> ml
128000 𝑚𝑙
Waktu total :50 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 2560 menit
Contoh Studi Kasus

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Waktu untuk 1 kali melintas =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠
2560 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= = 64 menit
40 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
Laju jalan =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑠 ( 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

Laju jalan = 80 m /64 menit


Laju jalan = 1,25 m/ menit

Penyemprotan dilakukan dengan laju jalan penyemprot 1,25 m/menit


03. Prosedur Melakukan
Kalibrasi Knapsack
Sprayer
Langkah Melakukan Kalibrasi
Knapsack Sprayer
1. Persiapkan alat dan bahan
2. Pastikan alat yang digunakan tidak mengalami kebocoran atau rusak
3. Pilih nozzle yang akan digunakan untuk penyemprotan
4. Bukalah tutup tangki sprayer tanpa melepas filter pengisian
5. Tuangkan larutan pestisida yang dibutuhkan ke dalam tangki sprayer
6. Pasang kembali tutup tangki dan pastikan tutup tangki telah tertutup rapat
7. Sprayer dipasang atau digunakan pada punggung operator dan panjang tali
knapsack disesuaikan dengan tubuh operator
8. Lakukan pemompaan untuk menarik cairan ke dalam tabung tekanan sehingga
cairan pestisida dapat keluar
9. Tekan gagang pemicu katup untuk menyemprotkan cairan sesuai dengan laju
penyemprotan yang diinginkan
10. Operasikan pegangan pompa untuk mempertahankan tekanan semprotan
04. Bagian-bagian
Knapsack Sprayer
Bagian-bagian Knapsack Sprayer
Fungsi Bagian-bagian Knapsack Sprayer

1. Tutup tangki :menutup tangki agar saat mengguankan sprayer tidak


tumpah dan menjaga tekanan udara dalam tangki
2. Tangki : wadah herbisida, pestisida atau larutan yang akan digunakan.
3. Stik nozzle : untuk mengalirkan larutan pestisda dari selang dan keluar dari
nozzle
4. Tangki bahan bakar : wadah bahan bakar yang akan digunakan sebagai
sumber energi
5. Mesin : Sebagai penggerak/mengoprasikan knapsack
6. Selang : Mengalirkan larutan pestisida dari tangki menuju stik nozzle.
7. Tali gendong : untuk menggendong dipunggung agar mudah untuk
digunakan
05. Jenis-jenis Sprayer
Jenis-jenis Sprayer Berdasarkan Sumber Tenaga
Tenaga manusia dengan Penggerak
Tangan (Hand Operated Sprayer) Tenaga Motor CDA Sprayer

● Motor sprayer menggunakan mesin sebagai


● Otomatis : Tekanan dihasilkan oleh sumber tenaga penggerak pompa. Mesin ini ● CDA Sprayer menggunakan gaya
adanya udara yang ditekan berfungsi untuk mengeluarkan larutan dari gravitasi dan putaran piringan (spining
menggunakan popa terlebih dahulu dalam tangki lalu larutan akan disalurkan disc) untuk menyebarkan larutan ke
sebelum mulai aplikasi melalui nozzle sasaran yang dituju
● Semi otomatis : cairan dari tangki ● Keuntungan motor sprayer: ● Prinsip kerja : Larutan akan mengalir dari
dipompa secara langsung ke dalam - Kapasitas kerja yang luas dengan waktu tangki melalui selang menuju nozzle lalu
ruang tekan sehingga selama singkat diterima oleh putaran piringan bergerigi
penyemprotan, tuas pompa digerakkan - Membutuhkan tenaga kerja yang sedikit (spining disc) kemudian larutan akan
secara terus menerus ● Contoh : mist blower, power sprayer, dan disebarkan sesuai sasaran.
boom sprayer ● Contoh : Microbin Herbi 77, Samurai,
Microfit, dan Birky

CDA Spayer
Knapsack sprayer Solo Mist Blower
06. Macam-macam
Nozzle
Macam-macam Nozzle

Cone nozzle (nozzle kerucut)


Flat fan nozzle (nozzle kipas
Menghasilkan semprotan yang halus
standar)

Pola semprotan berbentuk oval


(V) atau bentuk kipas dengan
sudut tetap (65o-95o).
Macam-macam Nozzle
Even flat fan nozzle (nozzle
kipas rata)

Memiliki pola semprot berbentuk garis, Nozzle polijet


Ukuran butiran semprot sedang hingga halus Pola semprotan berbentuk garis atau cerutu.
Butiran semprot agak kasar hingga kasar.
Macam-macam Nozzle

Nozzle lubang empat

Menghasilkan pola semprotan


berbentuk kerucut. Butiran
semprot halus sampai agak halus.
Macam-macam Nozzle

Macam Nozzle Berdasarkan Flowrate dan Lebar Semprot


Tugas Praktikan
1. Review cara penggunaan knapsack dari video youtube dengan link berikut:
https://youtu.be/y7OssP-dHLs
https://youtu.be/yUalPSHgS6U

2. Mencari jurnal tentang pengaplikasian kalibrasi knapsack sprayer kemudian


mereview

✓ Dikumpul H+5 setelah tugas diberikan


✓ Format resume video 3,2,2,2 ; Arial 11, spasi 1, Max 1 lembar
Thank You
Do You Have Any Question?

Anda mungkin juga menyukai