Penyemprotan
Perlakuan benih
Penaburan Pestisida Butiran
Penghembusan
Fumigasi
Injeksi
1. Penyemprotan
Aplikasi pestisida paling banyak digunakan dg
cara penyemprotan
Metoda penyemprotan:
Penyemprotan dg sprayer punggung
Sprayer Punggung Semi Otomatis
Sprayer Punggung Otomatis
Menyemprot Yg Benar
1. Ukuran droplet hrs tepat utk berbagai
jenis penyemprotan yg berbeda
2. Permukaan target tertutup oleh droplet
dlm jumlah yg memenuhi syarat
3. Volume aplikasi yg tepat
4. Pestisida yg menempel pd target hrs
sebanyak mungkin
5. Penyebaran droplet semprotan pd
permukaan bidang sasaran hrs merata
Produksi Droplet
Ketahanan (survival) Droplet
Deposisi Droplet
Faktor yang Mempengaruhi Droplet
Setelah Deposisi
Volume Tinggi
Volume Sedang
Volume Rendah
Volume Sangat
Rendah
Volume Ultra Rendah
Tanaman Pohon
>600
200-600
50-200
5-50
>1000
500-1000
200-500
50-200
<5
<50
minimum
Ukuran droplet
Droplet yang dihasilkan oleh setiap nozel
tidak pernah sama ukurannya.
Diameter droplet yang ada di dalam suatu
semprotan dapat dihitung sebagai:
Diameter Median Volume (VMD) atau
Diameter Median Jumlah (NMD)
VMD
Diameter median volume (VMD): suatu
diameter droplet yang membagi volume
dr setiap sampel droplet menjadi dua
bagian yang sama, yakni volume
semprotan pestisida dengan droplet
yang berdiameter kurang dari VMD
sama
dengan
volume
droplet
berdiameter lebih besar dari VMD.
NMD
Diameter
median
jumlah
(NMD):
diameter droplet dimana jumlah droplet
diatas NMD sama dengan jumlah
droplet dibawah NMD
NMD
VMD/NMD
1,1
1,1
4,2
4,2
Mist
51-100
101-200
Semprotan sedang
(medium)
201-400
>400
Ukuran droplet
Droplet (m)
Serangga terbang
10-50
Serangga pd daun
30-50
Daun
Aplikasi tanah
40-100
250-500
Kerapatan droplet
jumlah droplet yang dihasilkan per satuan
volume ditentukan oleh ukuran droplet:
makin kecil droplet (VMD) maka makin
besar jumlah droplet
Volume droplet
(mikrometer3)
Jumlah droplet/lt
air
(X 103)
20
0.0000042
238095240
100
0.0005236
1909855
180
0.0030536
327482
260
0.0092028
108663
340
0.0205796
48592
420
0.0387925
25778
500
0.0654500
15279
580
0.1021606
9789
660
0.1505379
6663
740
0.2121752
4713
insektisida
Anjuran kerapatan
droplet
pre-emergen
20-30
post-emergen dengan
translokasi
30-40
post-emergen dengan
kontak
50-70
20-30
ULV dg micronair
fungisida
Protektan
50-70
Sistemik
20-30
Efisiensi penyemprotan
Dalam suatu penyemprotan tidak semua
droplet akan mengenai sasaran. Droplet
yang tidak mengenai sasaran tersebut
dianggap pestisida yang hilang.
YG DIPERLUKAN X 100%
Kasus:
Berapa volume semprot minimum yg
diperlukan pe ha (diasumsikan tidak ada
yang hilang) utk. meng cover permukaan
atas seluruh daun dr sebuah tanaman
(LAI=2)
dengan
jumlah
droplet
berdiameter 260 m sebanyak 50/cm 2 ?
= 92 liter
Tanaman
Sorgum
Irigasi
5,0-6,0
tanah kering
2,5-3,5
jagung
kedelai
LAI
4,5-5,0
Irigasi
5,0
tanah kering
4,0
Dalam
mempergunakan
semprot
volume yg lebih rendah, maka jumlah air
akan berkurang.
Agar supaya jumlah fungisida tdk berubah mk
konsentrasi fungisida harus ditambah.
Boom sprayer
Jika sejumlah nozel berada pada satu
boom, maka beberapa faktor lagi harus
diperhitungkan
800
1100
46
51
50
56
60
66
46
38
50
46
60
50
46
45
50
50
60
56
Penyebaran droplet
Penyebaran droplet semprotan dapat diukur
berdasarkan kerapatan droplet per cm 2:
Pengukuran biasanya dilakukan secara
horizontal
pada kolektor buatan yang
diletakkan tepat di atas tanaman yang akan
disemprot.
Distribusi
tersebut
dapat
ditunjukkan
dengan:
gambar grafik atau dengan
Koefisien Keragaman (Coefficient of Variability
=CV)
S= {( x2 - [ x]2/n)/(n-1)}
Koefisien keragaman
tiada lain adalah nilai persentase standar
deviasi dari rata-rata kerapatan droplet.
semakin rendah nilai KK, maka semakin
baik distribusi dropletnya.
nilai 0 dari KK berarti distribusi droplet
benar-benar sempurna (tanpa adanya
deviasi).
sebaliknya nilai KK yang semakin besar,
menunjukkan adanya suatu distribusi yang
sangat buruk.
Penyebaran yang
dianjurkan
(nilai maksimum KK)
herbisida LV
30%
insektisida
fungisida LV
50%
insektisida ULV
70%
Jawab:
KK = 100 x S
M
S= {( x2 - [ x]2/n)/(n-1)}
x2=5175 dan [ x]2=38025
S= 60,3
S= 7,8
M= 195/8=24,4
KK = 32%
Utk penyemprotan herbisida nilai KK maksimum yg
dianjurkan adalah 30%, jadi alat semprot tsb di atas tdk
dpt dianjurkan utk aplikasi herbisida
2. Produksi Droplet
DEPOSISI BUTIRAN
1. Bergeraknya
butiran menuju
sasaran
S(d2.p.v)/18.
S=jarak yang ditempuh (cm)
d=diameter butiran (cm)
p=kerapatan butiran (g/cm3)
=viskositas udara (poises)
v=kecepatan droplet (cm/detik)
B. Gravitasi
Kecepatan turunnya butiran dapat dihitung berdasarkan
rumus berikut ini:
Vt 2ga2(d1-d2)
9
Vt=kecepatan konstan butiran (cm/detik)
g =gravitasi (cm/detik)
a =jari-jari butiran (cm)
d1=kerapatan butiran (g/cm3)
d2=kerapatan butiran (g/cm3)
=koefisien viskositi (poises)
(untuk butiran air di udara maka d1=1 g/cm3, d2=0,00012 g/cm3
dan =181 mikropoises pada suhu 200 C)
C. Angin
Pada udara yang diam, maka butiran akan tidak
bergerak secara vertikal kecuali ada kekuatan
yang lebih besar dari gravitasi. Efek adanya
angin yang menyebabkan adanya drift butiran
dapat diperkirakan dari rumus berikut ini:
D kh
D=drift secara horizontal sebelum butiran berhenti
bergerak (meter)
h=tinggi (meter)
k=kecepatan angin (meter/detik)
kecepatan jatunya butiran (m/dtk)
E p.V.d2
18. .l
E = efisiensi koleksi
P = kerapatan butiran
D = diameter butiran
V = kecepatan aliran udara
= viskositi udara
l = dimensi sasaran/objek
3. Karateristik permukaan
sasaran
Deposisi butiran semprot juga tergantung
dari karaterisitik permukaan sasaran.
A. Ukuran sasaran
Butiran semprot cendrung mengikuti aliran udara
kecuali ukuran droplet & momentum yang ada
menimbulkan kekuatan untuk melakukan penetrasi
pada lapisan pembatas udara yang mengitari
sasaran.
Faktor-faktor penting agar supaya penetrasi tsb.
dapat dilakukan adalah:
* ukuran butiran
* kecepatan aliran udara
* kerapatan
D. Biologi sasaran
Pola tumbuh tanaman atau pertumbuhan
jasad pengganggu dapat mempengaruhi
keefektifan butiran.
Misal serangga yang aktif terbang akan
semakin sulit dikenai butiran. Demikian
juga tanaman dengan kanopi yang rapat
(kedele) atau dengan kanopi yang sangat
rendah (strawberi) akan sulit ditembus
oleh butiran.
2. Perlakuan benih
Umumnya digunakan untuk aplikasi fungisida
pemberian lapisan tipis pd permukaan
benih dpt memberikan perlindungan pd masa
peka antara perkecambahan & pemunculan
Bila patogen hanya menempel pd bagian
permukaan biji:
mk dpt dikurangi dg menggunakan fungisida
yg sesuai (nonsistemik dan kering)
Perlakuan kering :
Benih langsung dicampur dg pestisida tanpa
dibasahi
Diperlukan pelekat seperti Methocel/selulose
asetat utk peleting.
tingkat penggunaan utk pelapisan benih
adalah sekitar 1:50 utk bijian yg berambut
(umumnya dipergunakan 1:300 sampai
1:500)
Perlakuan
(slurry):
basah
dg
metoda
pasta
4. Penghembusan
Cara aplikasi pestisida dlm bentuk tepung
hembus (dust) secara kering
Aplikasi
tepung
hembus
dengan
alat
penghembus (duster) tanpa menggunakan
campuran (formulasi siap pakai)
Dosis digunakan sebagai satuan aplikasi
(kg/ha)
Kelemahan:
kurang efektif & hanya sangat bermanfaat jika
dipergunakan dlm skala kecil (di rumah
kaca/di pekarangan)
5. Fumigasi
Aplikasi pestisida berbentuk gas ke dalam
ruangan sasaran
Produk pestisida yg digunakan dpt berbentuk
padatan atau cairan
Setelah aplikasi maka formulasi akan berubah
menjadi gas yg beracun
6. Injeksi
Penyuntikan dpt dilakukan pd pohon atau
tanah
Penyuntikan pohon:
Utk aplikasi insektisida/fungisida
Digunakan pestisida sistemik
Pohon dilubangi dg bor miring ke bawah
sehingga menjangkau xyleem (pembulu
kayu), setelah pestisida masuk ditutup dg
lilin/ter
Injeksi pohon secara infus: digunakan jarum
dan selang
Penyuntikan pd pohon
Penyuntikan tanah:
Untuk mensterilisasi tanah
misal khloropikrin yg digunakan bervariasi
dr 56 - 394 liter/ha
Setelah disuntik permukaan tanah
ditutupi dg plastik agar gas tidak hilang
Penempatan injeksi
Utk memperoleh pengendalian yg maksimum
penyuntikan tanah harus pd kedalaman dan
jarak (spacing) yg optimum
Kedalaman injeksi
Penempatan injeksi yg terlalu dekat
dengan
permukaan
tanah
akan
meningkatkan kehilangan pestisida ke
atmosfer, sehingga mengurangi difusi di
dalam tanah
Penempatan injeksi yg lebih dalam akan
memperbesar distribusi pestisida
Jarak injeksi
Jarak yg tepat akan menghasilkan overlap
antara beberapa penyebaran pestisida
Jarak yg terlalu jauh menyebabkan adanya
daerah yg tdk terkena pestisida
Penutupan tanah
Untuk mempertahankan retensi pestisida dlm
tanah maka setelah penyuntikan permukaan
tanah di tutup plastik/terpal atau diairi