Anda di halaman 1dari 142

TEKNIK APLIKASI PESTISIDA

Beberapa Metoda Aplikasi


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Penyemprotan
Perlakuan benih
Penaburan Pestisida Butiran
Penghembusan
Fumigasi
Injeksi

1. Penyemprotan
Aplikasi pestisida paling banyak digunakan dg
cara penyemprotan

Metoda penyemprotan:
Penyemprotan dg sprayer punggung
Sprayer Punggung Semi Otomatis
Sprayer Punggung Otomatis

Penyemprotan dg boom sprayer


Penyemprotan dg mesin pengabut (Mist
Blower)
Penyemprotan dg CDA
Penyemprotan dg mesin pembuat fog
(Fogging Machine)

Menyemprot Yg Benar
1. Ukuran droplet hrs tepat utk berbagai
jenis penyemprotan yg berbeda
2. Permukaan target tertutup oleh droplet
dlm jumlah yg memenuhi syarat
3. Volume aplikasi yg tepat
4. Pestisida yg menempel pd target hrs
sebanyak mungkin
5. Penyebaran droplet semprotan pd
permukaan bidang sasaran hrs merata

BUTIRAN SEMPROT (Droplet)

Sifat-sifat Umum Droplet


1.
2.
3.
4.

Produksi Droplet
Ketahanan (survival) Droplet
Deposisi Droplet
Faktor yang Mempengaruhi Droplet
Setelah Deposisi

1. Sifat-sifat Umum Droplet


penyemprotan pestisida sering sekali
dikaitkan dg banyaknya volume semprot
per luas area
shg tdk memperhatikan ukuran butiran
semprot (droplet)
akibatnya kurang relevan dg kondisi di
lapangan

Penggolongan yang berdasarkan


volume semprot:
Klasifikasi Semprot

Volume yang digunakan (liter/ha)


Tanaman di lapangan

Volume Tinggi
Volume Sedang
Volume Rendah
Volume Sangat
Rendah
Volume Ultra Rendah

Tanaman Pohon

>600
200-600
50-200
5-50

>1000
500-1000
200-500
50-200

<5

<50

Efisiensi penggunaan pestisida


Volume semprot pestisida
ditentukan oleh:
1. diameter droplet
2. kerapatan droplet
3. karateristik target

minimum

Ukuran droplet
Droplet yang dihasilkan oleh setiap nozel
tidak pernah sama ukurannya.
Diameter droplet yang ada di dalam suatu
semprotan dapat dihitung sebagai:
Diameter Median Volume (VMD) atau
Diameter Median Jumlah (NMD)

VMD
Diameter median volume (VMD): suatu
diameter droplet yang membagi volume
dr setiap sampel droplet menjadi dua
bagian yang sama, yakni volume
semprotan pestisida dengan droplet
yang berdiameter kurang dari VMD
sama
dengan
volume
droplet
berdiameter lebih besar dari VMD.

Volume Median Diameter (VMD):


Bila dinyatakan bahwa VMD suatu
semprotan 200 mikron, berarti dari suatu
satuan volume cairan 50%-nya akan
menghasilkan droplet dengan ukuran
>200 mikron, dan 50% sisanya <200
mikron

NMD
Diameter
median
jumlah
(NMD):
diameter droplet dimana jumlah droplet
diatas NMD sama dengan jumlah
droplet dibawah NMD

Number Median Diameter (NMD):


Bila dinyatakan bahwa NMD suatu
semprotan 200 mikron, berarti dari
semprotan tersebut mayoritas droplet
mempunyai ukuran 200 mikron

NMD

Nilai VMD dapat dipengaruhi oleh


beberapa droplet yang sangat besar
NMD biasanya jauh lebih rendah daripada
VMD, karena sebagian besar droplet
semprotan pestisida biasanya terdiri dari
droplet berukuran kecil:
nilai NMD lebih dipengaruhi oleh dropletdroplet kecil.

Ratio VMD dan NMD mendekati nilai 1


maka ukuran droplet makin seragam

VMD/NMD
1,1

1,1

4,2

4,2

Penggolongan semprotan berdasarkan


diameter droplet
Kategori semprot
Aerosol

VMD droplet (mikrometer)


<50

Mist

51-100

Semprotan halus (Fine)

101-200

Semprotan sedang
(medium)

201-400

Semprotan kasar (coarse)


(1 mikrometer =1/1000 milimeter)

>400

Ukuran droplet

Pentingnya informasi mengenai ukuran


droplet (baik mengenai ukuran droplet
yang optimum maupun kemampuan utk
menghasilkan ukuran yang seragam),
dapat dijelaskan pada ilustrasi berikut
ini

Sistem A menghasilkan droplet dengan kisaran ukuran


droplet yang kecil; sedang sistem B menghasilkan droplet
dengan kisaran ukuran yang lebih besar

Jika sasaran hanya dapat dikenai lebih banyak oleh droplet


dg ukuran 75 + 25 mikrometer (dibandingkan ukuran lebih
kecil atau lebih besar), maka sistem A akan memberikan
hasil yang lebih efisien

Makin kecil VMD droplet maka makin tinggi


efikasi, hal ini mungkin disebabkan beberapa
hal:
VMD makin kecil, kerapatan droplet makin tinggi
(dg volume semprot sama) sehingga tingkat
penutupan makin tinggi
Makin halus VMD, laju jatuh droplet makin
rendah (melayang), akibatnya dg bantuan angin
droplet mudah menyusup di bagian dalam
kanopi daun
Droplet yg halus lebih mudah menempel pd
permukaan sasaran dibandingkan droplet yg
kasar

Droplet dg VMD yg kecil lebih mudah diserap


oleh tanaman (pestisida sistemik), droplet yg
sangat halus dari insektisida kontak lebih
mudah masuk ke dalam tubuh serangga
Berkurangnya run off sehingga lebih banyak
bahan aktif yg menempel pd sasaran

Sifat negatif dari ukuran VMD yg kecil:


Semakin halus droplet, makin mudah
dibawa angin (drift), sehingga tidak
mengenai sasaran atau hilang
VMD < 150 m mudah hilang krn drift

VMD yg terlalu kecil mengakibatkan


lebih mudah menguap
Drift yg dihasilkan dpt menimbulkan
gangguan lingkungan bukan sasaran

Kisaran ukuran droplet untuk


beberapa target yang berbeda
Target

Droplet (m)

Serangga terbang

10-50

Serangga pd daun

30-50

Daun
Aplikasi tanah

40-100
250-500

Potensi ketidak efisiensian dari suatu sistem


penyemprotan untuk mencapai dua sasaran
yang
berbeda
dalam
suatu
operasi
penyemprotan tunggal dapat dilihat pada
gambar berikut ini

Distribusi ukuran droplet tsb menggambarkan spekrum


droplet dari nozel hidrolik konvensional. Hanya sedikit
sekali yang mencapai sasaran (serangga atau daun),
dan sebagian besar jatuh ke tanah (utk herbisida)

Kerapatan droplet
jumlah droplet yang dihasilkan per satuan
volume ditentukan oleh ukuran droplet:
makin kecil droplet (VMD) maka makin
besar jumlah droplet

Jumlah volume semprot yang sama tetapi ukuran


VMD berbeda akan menghasilkan kerapatan yg
berbeda

Volume droplet teoritis dan jumlah produksi


droplet per liter air
Diameter droplet
(milimikron)

Volume droplet
(mikrometer3)

Jumlah droplet/lt
air
(X 103)

20

0.0000042

238095240

100

0.0005236

1909855

180

0.0030536

327482

260

0.0092028

108663

340

0.0205796

48592

420

0.0387925

25778

500

0.0654500

15279

580

0.1021606

9789

660

0.1505379

6663

740

0.2121752

4713

Volume droplet dihitung dengan rumus:


4/3..r3

Kerapatan droplet (jumlah droplet per cm2) akan


menentukan bagi efisiensi penutupan target daun.
Aplikasi
herbisida

insektisida

Anjuran kerapatan
droplet

pre-emergen

20-30

post-emergen dengan
translokasi

30-40

post-emergen dengan
kontak

50-70

LV dg boom & nozel

20-30

ULV dg micronair
fungisida

Protektan

50-70

Sistemik

20-30

Volume pestisida yang paling minimum


(keuntungan
baik
bagi
efisiensi
pemakaian pestisida maupun efektifitas
biologi) dapat dihitung berdasarkan:
ukuran droplet
kerapatan droplet

Perhitungan penyemprotan pada daun


tergantung indeks area daun (LAI/
perbandingan area daun dengan luas
permukaan tanah)

Perlunya seluruh area daun di cover


atau tidak adalah tergantung pada:
jp yg sesungguhnya (daun gulma, serangga
yang selalu bergerak atau infeksi cendawan
yg tdk bergerak)
cara bekerja pestisida

Efisiensi penyemprotan
Dalam suatu penyemprotan tidak semua
droplet akan mengenai sasaran. Droplet
yang tidak mengenai sasaran tersebut
dianggap pestisida yang hilang.

Kehilangan tersebut disebabkan :


ukuran droplet: adanya droplet yang
terbawa oleh angin (terlalu kecil), atau
jatuh dari sasaran/run off (diamater terlalu
besar);
sasaran yang tertutup oleh permukaan
daun;
keadaan cuaca: campuran pestisida dg
air mudah mengalami penguapan

Rumus efisiensi penyemprotan

E P (%) = MINIMUM VOLUME SEMPROT

YG DIPERLUKAN X 100%

VOLUME SEMPROT YG SEBENARNYA

Kasus:
Berapa volume semprot minimum yg
diperlukan pe ha (diasumsikan tidak ada
yang hilang) utk. meng cover permukaan
atas seluruh daun dr sebuah tanaman
(LAI=2)
dengan
jumlah
droplet
berdiameter 260 m sebanyak 50/cm 2 ?

Luas tanah yang di cover= 1 ha = 1 X 104 m2 = 1 X 108 cm2


Area daun yang di cover (LAI=2)= 2 x 108 cm2
Volume setap droplet berdiameter 260 m = (4/3..r3) =
92 x 10-7 cm3
(130 m =130 X 10-4 cm)
1 cm3 = 10-3 l
Total volume yg diperlukan/cm3 = (50 x 92x 10-7 ) cm3
=( 460x 10-6) cm3
Jadi jumlah volume per ha (cm3) = 460 x 10-6 x 2 x 108
= (92 x 103) cm3

= 92 liter

Tanaman
Sorgum

Irigasi

5,0-6,0

tanah kering

2,5-3,5

jagung
kedelai

LAI

4,5-5,0
Irigasi

5,0

tanah kering

4,0

Cara lain untuk melihat hubungan antara


diameter droplet, kerapatan droplet dan
volume semprot adalah menghitung
kerapatan teoritis dari droplet yang
diperoleh dari volume pestisida.
Kerapatan
droplet
pada
sasaran
dipengaruhi oleh LAI.

Dalam
mempergunakan
semprot
volume yg lebih rendah, maka jumlah air
akan berkurang.
Agar supaya jumlah fungisida tdk berubah mk
konsentrasi fungisida harus ditambah.

Agar supaya pelapisan film yg lebih


merata diperoleh maka ukuran butiran
fungisida hrs diperkecil

Penyebaran droplet pestisida


Ada beberapa tipe nozel yang akan
menghasilkan penyebaran droplet yang
berbeda polanya (hollow cone nozzle, flat
spray nozzle, wide flat spray nozzle dan
even flat spray nozzle).

nozel hollow cone :


untuk fungisida & insektisida
pd boom sprayer/knapsack sprayer/pesawat
udara

nozel full cone :


untuk fungisida & insektisida
pd boom sprayer/knapsack sprayer/pesawat
udara

nozel flat spray:


untuk herbisida
pd boom sprayer/knapsack sprayer/pesawat
udara

nozel even flat spray:


untuk aplikasi herbisida secara baris
pada boom sprayer

nozel flood jet


untuk aplikasi herbisida secara baris
pada knapsack spayer

Pola penyemprotan beberapa nosel

Boom sprayer
Jika sejumlah nozel berada pada satu
boom, maka beberapa faktor lagi harus
diperhitungkan

jarak nozel, tinggi boom serta sudut nozel; tinggi


rendahnya boom akan menentukan overlap yang baik yg
akhirnya menentukan baik tidaknya penutupan droplet
Sudut semprot
650

800

1100

Jarak nozel (cm)

Tinggi boom (cm)

46

51

50

56

60

66

46

38

50

46

60

50

46

45

50

50

60

56

Penyebaran droplet
Penyebaran droplet semprotan dapat diukur
berdasarkan kerapatan droplet per cm 2:
Pengukuran biasanya dilakukan secara
horizontal
pada kolektor buatan yang
diletakkan tepat di atas tanaman yang akan
disemprot.
Distribusi
tersebut
dapat
ditunjukkan
dengan:
gambar grafik atau dengan
Koefisien Keragaman (Coefficient of Variability
=CV)

a. presentasi secara grafik

b. perhitungan secara statistik


KK = 100 x S
M
S= standar deviasi
M= rata-rata kerapatan droplet pada semua
kolektor

S= {( x2 - [ x]2/n)/(n-1)}

Koefisien keragaman
tiada lain adalah nilai persentase standar
deviasi dari rata-rata kerapatan droplet.
semakin rendah nilai KK, maka semakin
baik distribusi dropletnya.
nilai 0 dari KK berarti distribusi droplet
benar-benar sempurna (tanpa adanya
deviasi).
sebaliknya nilai KK yang semakin besar,
menunjukkan adanya suatu distribusi yang
sangat buruk.

Untuk memperoleh suatu keaktifan pestisida


yang baik secara biologis, maka diperlukan suatu
penyebaran droplet yang seragam
Aplikasi

Penyebaran yang
dianjurkan
(nilai maksimum KK)

herbisida LV

30%

insektisida
fungisida LV

50%

insektisida ULV

70%

Setelah dilalulan suatu penyemrpotan di lapangan diperoleh


penyebaran butiran semprot sebagai berikut: 20, 25, 20,
30, 40, 20, 15, 25.
Berapa koefisien keragaman
penyemprotan tersebut? Apakah ini dpt dianjurkan utk
penyemprotan herbisida?

Jawab:
KK = 100 x S
M
S= {( x2 - [ x]2/n)/(n-1)}
x2=5175 dan [ x]2=38025
S= 60,3
S= 7,8

M= 195/8=24,4

KK = 32%
Utk penyemprotan herbisida nilai KK maksimum yg
dianjurkan adalah 30%, jadi alat semprot tsb di atas tdk
dpt dianjurkan utk aplikasi herbisida

Jika nilai KK yang diukur dilapangan lebih


kecil dari nilai KK yang dianjurkan:
maka pestisida tersebut dapat dianggap
dapat efektif secara biologis (lebar gawang
semprot dapat ditingkatkan).

Sebaliknya jika nilai KK lebih besar dari


nilai yang dianjurkan:
maka perlu dilakukan pengurangan lebar
gawang

2. Produksi Droplet

Mekanisme Produksi Droplet


Fungsi nozel semprot atau atomiser adalah:
untuk mengendalikan jumlah volume yang
keluar
untuk memecah cairan semprot menjadi
bentuk butiran/droplet
untuk penyebaran droplet dalam pola-pola
khusus
untuk mengarahkan butiran

DEPOSISI BUTIRAN

Sekali butiran semprot terbentuk maka ia


akan bergerak dan jatuh pada sasaran.
Ada 3 tahap yang terjadi:
1. bergeraknya butiran menuju sasaran
2. turunnya butiran pada sasaran
3. karateristik permukaan sasaran

1. Bergeraknya

butiran menuju
sasaran

Ada tiga kekuatan yang mempengaruhi


gerakkan butiran tersebut menuju sasar
yakni:
A. kekuatan dorong dari alat semprot,
B. gravitasi serta
C. angin

A. Kekuatan dorong dari alat


Kekuatan ini akan membawa butiran yang terbentuk ke
tempat sasaran.
Jarak yang akan ditempuh oleh
butiran pada udara yang diam dapat dihitung
berdasarkan rumus berikut ini:

S(d2.p.v)/18.
S=jarak yang ditempuh (cm)
d=diameter butiran (cm)
p=kerapatan butiran (g/cm3)
=viskositas udara (poises)
v=kecepatan droplet (cm/detik)

B. Gravitasi
Kecepatan turunnya butiran dapat dihitung berdasarkan
rumus berikut ini:

Vt 2ga2(d1-d2)
9
Vt=kecepatan konstan butiran (cm/detik)
g =gravitasi (cm/detik)
a =jari-jari butiran (cm)
d1=kerapatan butiran (g/cm3)
d2=kerapatan butiran (g/cm3)
=koefisien viskositi (poises)
(untuk butiran air di udara maka d1=1 g/cm3, d2=0,00012 g/cm3
dan =181 mikropoises pada suhu 200 C)

C. Angin
Pada udara yang diam, maka butiran akan tidak
bergerak secara vertikal kecuali ada kekuatan
yang lebih besar dari gravitasi. Efek adanya
angin yang menyebabkan adanya drift butiran
dapat diperkirakan dari rumus berikut ini:

D kh
D=drift secara horizontal sebelum butiran berhenti
bergerak (meter)
h=tinggi (meter)
k=kecepatan angin (meter/detik)
kecepatan jatunya butiran (m/dtk)

2. Turunnya butiran pada


sasaran
Kecepatan bergeraknya udara juga mempengaruhi deposisi
butiran pada sasaran. Ketika udara dipantulkan disekitar
objek/sasaran, maka partikel cendrung untuk tidak
terpantul dan terus bergerak menuju sasaran. Efisiensi
koleksi droplet pada sasaran dihitung sbb.:

E p.V.d2
18. .l

E = efisiensi koleksi
P = kerapatan butiran
D = diameter butiran
V = kecepatan aliran udara
= viskositi udara
l = dimensi sasaran/objek

Efisiensi koleksi adalah jumlah butiran


yang mengenai sasaran/jumlah butiran
yang ada.
Jika nilai E adalah 1 (deposisi maksimum),
maka nilai kecepatan udara yang
minimum agar supaya butiran mencapai
sasaran dapat dihitung untuk berbagai
ukuran butiran yang berbeda serta ukuran
sasaran yang berbeda

Butiran yang sangat kecil untuk


mencapai sasaran yang besar akan
memerlukan kecepatan udara yang
besar.
Sebaliknya, butiran yang besar tidak
begitu terpengaruh dengan kecepatan
udara untuk mencapai sasaran.

3. Karateristik permukaan
sasaran
Deposisi butiran semprot juga tergantung
dari karaterisitik permukaan sasaran.

A. Ukuran sasaran
Butiran semprot cendrung mengikuti aliran udara
kecuali ukuran droplet & momentum yang ada
menimbulkan kekuatan untuk melakukan penetrasi
pada lapisan pembatas udara yang mengitari
sasaran.
Faktor-faktor penting agar supaya penetrasi tsb.
dapat dilakukan adalah:
* ukuran butiran
* kecepatan aliran udara
* kerapatan

Semakin besar ukuran sasaran, maka penetrasi


terhadap lapisan pembatas tersebut semakin sulit.

Jadi, koefisien koleksi akan semakin meningkat


dengan meningkatnya ukuran butiran dan
kecepatan, serta semakin menurunnya dengan
makin besarnya ukuran sasaran

B. Sudut permukaan sasaran


Bertahannya butiran pada sasaran akan sangat
dipengaruhi oleh sudut permukaan sasaran,
baik jumlah butiran yang menyentuh
permukaan maupun tingkat run-off.
Sudut suatu daun merupakan fungsi dari
karateristik struktural tanaman, tanggapan
terhadap cahaya serta keadaan fisiologisnya.
(Tanaman fototropis seperti kapas dan bunga
matahari).

C. Morfologi & keadaan fisiologi sasaran


Tingkat kelayuan & turgornya daun
dapat mempengaruhi kemampuannya
untuk dicapai oleh butiran semprot.
Daun dengan permukaan berlilin serta
memiliki rambut yang banyak (kubis,
kauliflower)
bersifat
hdrophobik,
sehingga butiran akan run-off

D. Biologi sasaran
Pola tumbuh tanaman atau pertumbuhan
jasad pengganggu dapat mempengaruhi
keefektifan butiran.
Misal serangga yang aktif terbang akan
semakin sulit dikenai butiran. Demikian
juga tanaman dengan kanopi yang rapat
(kedele) atau dengan kanopi yang sangat
rendah (strawberi) akan sulit ditembus
oleh butiran.

2. Perlakuan benih
Umumnya digunakan untuk aplikasi fungisida
pemberian lapisan tipis pd permukaan
benih dpt memberikan perlindungan pd masa
peka antara perkecambahan & pemunculan
Bila patogen hanya menempel pd bagian
permukaan biji:
mk dpt dikurangi dg menggunakan fungisida
yg sesuai (nonsistemik dan kering)

Bila benih terinfeksi:


mk penggunaan fungisida kering tdk akan efektif

Perlakuan kering :
Benih langsung dicampur dg pestisida tanpa
dibasahi
Diperlukan pelekat seperti Methocel/selulose
asetat utk peleting.
tingkat penggunaan utk pelapisan benih
adalah sekitar 1:50 utk bijian yg berambut
(umumnya dipergunakan 1:300 sampai
1:500)

Perlakuan
(slurry):

basah

dg

metoda

pasta

suspensi pekat dr fungisida dlm formulasi


w.p dlm jumlah sedikit dicampur secara
merata dg benih.
Benih yg dirawat akan mengering dg cepat
& segera dpt disimpan
Contoh dr fungisida utk perawatan benih :
belerang murni & tembaga; gol. merkuri &
senyawa belerang organik (Thiram, Captan;
dan Kuinon, khloranil & Dichlone

Perlakuan basah dg metoda pencelupan:


benih direndam dlm suspensi fungisida dlm jangka
waktu tertentu, kmd diangkat & dikeringkan
Kelemahan cara ini:
tidak praktis: kesukaran dlm mengeringkan
benih dlm jumlah besar (baik hanya utk benih
dlm jumlah kecil)
memakan waktu
dpt menimbulkan efek fitotoksik: ada
kemungkinan terserapnya fungisida oleh benih.

3. Penaburan Pestisida Butiran


Pestisida butiran (insektisida dan
fungisida)
bersifat
sistemik
yg
diaplikasikan melalui tanah
Pestisida diserap oleh akar dan di bawa
keseluruh bagian tanaman
Diaplikasikan langsung dengan tangan
atau dg mesin penabur
Dosis digunakan sebagai satuan
aplikasi (kg/ha)
Penaburan dpt dilakukan secara lajur
atau hanya pada lubang tanaman

4. Penghembusan
Cara aplikasi pestisida dlm bentuk tepung
hembus (dust) secara kering
Aplikasi
tepung
hembus
dengan
alat
penghembus (duster) tanpa menggunakan
campuran (formulasi siap pakai)
Dosis digunakan sebagai satuan aplikasi
(kg/ha)

debu harus mencapai dan melekat pd daun ( utk


itu hrs diketahui iklim mikro disekitar daun & juga
sifat melekat dr bahan yg dipergunakan)
Stabilitas gerakan udara ke samping dan
kelembaban bidang sasaran harus diperhatikan
dilaksanakan dlm keadaan udara tenang &
tanaman dilapisi oleh embun atau air hujan
Debu dpt terhembus dg bebas shg tdk
diperlukan pengadukan yg sering
Debu tdk boleh lengket dlm keadaan lembab
(tdk dpt terhembus dg bebas & menyebabkan
penyumbatan)

Kelemahan:
kurang efektif & hanya sangat bermanfaat jika
dipergunakan dlm skala kecil (di rumah
kaca/di pekarangan)

Kelebihan dibandingkan penyemprotan:


tdk memerlukan air
lebih mudah dipergunakan
peralatannya lebih mudah penggunaannya

Alat penghembus ada dua macam:


Manual
Mesin penghembus

nozzle: posisi tegak ke jurusan arah angin


jk angin kuat & posisi condong jk. angin
lemah

5. Fumigasi
Aplikasi pestisida berbentuk gas ke dalam
ruangan sasaran
Produk pestisida yg digunakan dpt berbentuk
padatan atau cairan
Setelah aplikasi maka formulasi akan berubah
menjadi gas yg beracun

Fumigasi biasanya digunakan utk hama dlm


gudang penyimpanan
Perhitungan aplikasi berdasarkan dosis utk
setiap m3 ruangan atau berat produk pestisida
per volume komoditas

Aplikasi dpt dilakukan dg cara menabur


tablet/pelet di dalam gudang:
Tablet akan berubah menjadi gas setelah
bereaksi dg uap air

Jika diluar gudang maka komoditas


ditutup terpal/plastik ketika difumigasi

6. Injeksi
Penyuntikan dpt dilakukan pd pohon atau
tanah
Penyuntikan pohon:
Utk aplikasi insektisida/fungisida
Digunakan pestisida sistemik
Pohon dilubangi dg bor miring ke bawah
sehingga menjangkau xyleem (pembulu
kayu), setelah pestisida masuk ditutup dg
lilin/ter
Injeksi pohon secara infus: digunakan jarum
dan selang

Penyuntikan pd pohon

Penyuntikan tanah:
Untuk mensterilisasi tanah
misal khloropikrin yg digunakan bervariasi
dr 56 - 394 liter/ha
Setelah disuntik permukaan tanah
ditutupi dg plastik agar gas tidak hilang

Persiapan tanah sebelum disuntik:


Tanah sampai kedalaman 25 cm dibajak dan
digemburkan
Pestisida yg disuntikkan sampai kedalaman 20
-25 cm
Pestisida tdk masuk pd kedalaman tanah lebih
dari 25 cm:
Agar proses dekomposisi bhn organik pd
kedalaman < 25 cm tdk terganggu
Pestisida yg terikat pd bahan organik pd
kedalaman < 25 cm dpt mengakibatkan
fitotoksik

Penempatan injeksi
Utk memperoleh pengendalian yg maksimum
penyuntikan tanah harus pd kedalaman dan
jarak (spacing) yg optimum
Kedalaman injeksi
Penempatan injeksi yg terlalu dekat
dengan
permukaan
tanah
akan
meningkatkan kehilangan pestisida ke
atmosfer, sehingga mengurangi difusi di
dalam tanah
Penempatan injeksi yg lebih dalam akan
memperbesar distribusi pestisida

Jarak injeksi
Jarak yg tepat akan menghasilkan overlap
antara beberapa penyebaran pestisida
Jarak yg terlalu jauh menyebabkan adanya
daerah yg tdk terkena pestisida

Umumnya penyuntikan tanah yg baik


pada kedalaman 12 - 25 cm dab jarak
antara 18 30 cm

Penutupan tanah
Untuk mempertahankan retensi pestisida dlm
tanah maka setelah penyuntikan permukaan
tanah di tutup plastik/terpal atau diairi

Digunakan soil injektor:


Dipasang pd traktor
Injeksi tangan

Anda mungkin juga menyukai