Anda di halaman 1dari 7

Nematoda parasitik tanaman merupakan salah satu jenis hama penting, karena

menimbulkan kerugian besar pada tanaman dalam sistem produksi pertanian di


daerah tropis maupun sub tropis. Kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 20-
25%, bahkan kadang-kadang menyebabkan kegagalan seluruh panen (Ogbuji, 1987;
Luc et al., 1995). Serangan nematoda mengakibatkan berkurangnya fungsi akar
secara normal, mengakibatkan pengangkutan unsur hara ke bagian jaringan
tanaman di atas permukaan tanah makin berkurang (Dropkin, 1991).

Serangan nematoda dapat diantisipasi sebelum mengakibatkan kerugian yang lebih


besar maka perlu dilakukan tindakan preventif (pencegahan). Dalam rangka
tindakan pencegahan, maka informasi tentang berbagai spesies dan populasi
nematoda pada suatu daerah menjadi suatu faktor yang sangat penting.

Salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko kerusakan dan
kerugian akibat nematoda adalah dengan pengendalian uang tepat. Agar
pengendalian dapat tepat sasaran dan teknik maka diperlukan informasi mengenai
kepadatan dan keragaman nematoda pada suatu lahan (Panggeso, 2010).

Tubuh nematoda sangat rapuh sehingga mudah rusak jika tidak ditangani dengan
benar. Untuk mendapatkan spesimen awetan yang baik maka proses pembuatannya
harus mengikuti prosedur yang benar, dimulai dari cara mematikan, fiksasi hingga
pembuatan spesimen awetan atau awetan dalam bentuk preparat (Suwanda, 2009).

Sebelum dilakukan fiksasi, nematoda harus dimatikan terlebih dahulu dengan cara
pemanasan agar struktur tubuhnya tidak rusak. Cara mematikan yang benar adalah
dengan memberikan panas yang sifatnya mendadak (±60 ºC), yaitu menyeduh
dengan air panas atau dengan larutan fiksatif panas, kemudian segera didinginkan
dengan manambahkan bahan yang sama. Mematikan nematoda dapat juga
dilakukan dengan menuangkan air mendidih ke dalam kumpulan nematoda di
dalam tempat yang sudah berisi air dengan volume sama dengan jumlah air yang
dipanaskan. Mematikan nematoda dengan suhu yang berlebihan tidak dibenarkan
karena dapat merusak struktur bagian dalam nematoda (Suwanda, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Dropkin V.H. 1991. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta

Luc, M., R.A. Sikora, & J. Bridge, 1995. Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian
Sub Tropik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Ogbuji. 1987. Consideration of Nematodes in Integrated Pest Manajement of tropical
crops Integrated Pest Manajement for tropical crops in Nigeria.

Panggeso, J. 2010. Analisis Kerapatan Populasi Nematoda Parasitik pada Tanaman


Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Asal Kabupaten Sigi Biromaru. J. Agroland
17: 198-204

Suwanda. 2009. Pedoman Pembuatan Dan Pengelolaan Koleksi Penyakit


Tumbuhan.Pusat Karantina Tumbuhan Badan Karantina Pertanian Departemen
Pertanian, Jakarta

Serangan nematoda parasit dapat terjadi melalui 2, yaitu di atas permukaan

tanah (menyerang batang, daun, dan biji tanaman) serta melalui di bawah

permukaan tanah (menyerang akar dan umbi). Serangan nematoda umumnya

terjadi pada akar berbentuk puru, mengakibatkan klorosis, luka akar, busuk akar

dan nekrosis. Gejala pada daun misalnya pada seledri dapat menyebabkan daun

menguning, kerdil, dan pertumbuhan tidak merata. Biji yang terkena nematoda

juga menyebabkan puru biji, sedangkan batang yang terkena nematoda

menimbulkan gejala rusaknya jaringan pada batang sehingga pertumbuhan

kambium terhambat (Kurniawati dkk., 2017).

Nematoda yang paling banyak menyerang akar tanaman yaitu nematoda

dari spesies Meloidogyne spp. Gejala yang paling umum adalah terbentuknya puru

pada akar. Siklus hidup Meloidogyne spp. Berawal dari telur, larva (juvenil), dan

dewasa (jantan atau betina). Nematoda ini bergerak lambat di dalam tanah dengan

ekor pendek membulat pada bagian pesterior terpilin. Telur menetas danjuvenil 1

berubah menjadi juvenil 2, kemudian pada suhu dan kelembaban yang sesuai,

nematoda akan aktif di dalam tanah saat akar sedang tumbuh (Nurjayadi dkk.,

2015).

Metode yang digunakan untuk pengamatan adanya nematoda salah

satunya adalah metode Erlen Meyer Seinhorst. Cara ini dilakukan utuk memeriksa

cacing dalam tanah. Teknik atau metode lain untuk memeriksa adanya nematoda

yaitu metode Baerman asli dan Baerman diperbaiki. Ketiga cara ini hampir sama,
hanya saja berbeda pada waktu pendiaman akar di dalam tanah yang sudah

disaring (Natadisastra dan Agoes, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D. S. 2015. The Comparasion Isolation Technical of Nematode by Barless

Tulgreen, Extraction of Soil and Roots In Subject Invertebrate Of

Systematic Practise . Fitopatologi, 2(1): 1-6.

Da Silva, M. P., G. L. Tylka, dan G. P. Munkvold. 2016. Seed Treatment Effects

on Mize Seedlings Coinfected with Fusarium spp. And Pratylenchus

penetrans. Plant Disease, 3(15): 431-437.

Kurniawati, F., Supramana, dan A. M. Adnan. 2017. Spesies Meloidogyne

Penyebab Puru Akar pada Seledri di Pacet, Cianjur, Jawa Barat.

Fitopatologi, 13(1): 26-30.

Mahdy, M. E., E. M. Mousa, S. El-khateeb, dan A. A. El-Lehleh. 2014. Effect of

Fresh and Dry Neem Leaves Applications on Root-Knot Nematode

Meloidogyne Javanica on Tomato Plants. Plant Protection, 9(1): 12-20.

Munif, A., dan Kristiana. 2012. Hubungan Bakteri Endofit dan Nematoda Parasit

Penyebab Penyebab Penyakit Kuning pada Tanaman Lada di Provinsi

Bangka Belitung. Ristri, 3(1): 71-78.

Natadisastra, D., dan R. Agoes. 2009. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Nurjayadi, M. Y., A. Munif, dan G. Suastika. 2015. Identifikasi Nematoda Puru

Akar, Meloidogyne graminicola pada Tanaman Padi di Jawa Barat.

Fitopatologi, 11(4): 113-120.

Pradana, A. P., A. Munif, dan Supramana. 2016. Bakteri Endofit Asal Berbagai

Akar Tanaman sebagai Agens Pengendali Nematoda Puru Akar

Meloidogyne incognita pada Tomat. Fitopatologi, 12(3): 75-82.

Prasad., K. S. K. 2012. Management of Potato Nematodes: An Overview.

Hortl.Sci, 3(2): 89-106.

Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan nematoda dari dalam sampel tanah dan jaringan
tanaman. Nematoda-nematoda yang bergerak aktif dapat diekstraksi dengan menggunakan metode
Whitehead tray atau Baermann. Kedua metode ini memberikan hasil yang kurang memuaskan jika
digunakan untuk mengekstraksi nematoda yang bergerak lamban atau nematoda yang memiliki
ukuran tubuh besar (Suwanda, 2009).

Menurut Dewi, dkk (2007), pengamatan nematoda dikatakan efektif jika kerapatan nematoda tanah
yang ditemukan dari kedalaman tanah 0-5 cm ditemukan rata-rata 67 individu, di kedalaman 5-10
cm ditemukan rata-rata 69 individu, dan di kedalaman 10-15 cm ditemukan rata-rata 46 individu
nematoda tanah per 150 cc tanah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dibuktikan bahwa
kedalaman tanah yang paling banyak ditemukan nematoda adalah di kedalaman 5-10 cm.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmita,Dewi, dkk. 2007. Kerapatan dan Biodiversitas Nematoda Tanah Gambut di Kecamatan
Gambut, Kabupaten banjar, Kalimantan Selatan. Jurnal Bioscientiae. 4: 85-86.

TINJAUAN PUSTAKA

Nematoda merupakan jenis cacing berbentuk silindris, tidak bersegmen, memiliki rongga
tubuh tripoblastik dan hidupnya bebas. Jenis orgamisme yang memiliki sistem pencernaan sempurna
dan terdapat cairan tubuh yang berfungsi sebagai sistem peredaran darah. Nematoda parasit
tanaman merupakan organisme yang habitat aslinya adalah tanah, dan sebagian besar menyerang
tanaman bagian bawah tanah (Purnomo, 2010). Gejala serangan oleh nematoda terdapat 2 bagian
yaitu didalam tanah (akar dan umbi) dan di atas permukaan tanah (batang, daun, biji).

Nematoda adalah jenis cacing tanah yang dapat ditemukan di tanah, air tawar, air laut, dan di
jaringan tanaman dan jaringan binatang. Nematoda merupakan hewan yang terdapat pada semua
jenis tanah, seperti tanah berpasir yang bercampur dengan lempung, membuat nematoda dapat
bergerak bebas, hal ini dikarenakan tanah yang ringan serta memiliki pori dan rongga tanah yang
besar serta udara yang cukup didalam tanah (Munif dkk., 2012).

Meloidogyne spp atau nematoda puru akar merupakan nematoda yang menyerang tanaman pada
bagian akar tanaman. Meloidogyne spp menginfeksi tanaman dengan cara memasuki akar tanaman
melalui bagian epidermis kemudian menembus sel dan memasuki jaringan tanaman yang terdapat
persedian cairan tanaman yang cukup banyak, kemudian nematoda menetap dan berkembang biak
pada akar tanaman tersebut. Nematoda puru akar atau Meloidogyne spp menimbulkan gejala pada
tanaman seperti terhambatnya pertumbuhan tanaman, menyebabkan luka pada akar, sehingga akar
busuk, pendek, mengering, kemudian timbul puru, menyebabkan tanaman mudah layu serta
membuat tanaman menjadi klorosis (Nurjayadi dkk., 2015).

Pratylenchus meruapakan nematoda parasit tanaman yang menyerang tanaman pada bagian akar,
pratylenchus spp merupakan nematoda yang memiliki ciri-ciri bentuk tubuh memanjang,
mempunyai stilet pendek dan kuat, memiliki ekor yang lebar dengan ujung membulat dan runcing.
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh nematoda parasit tanaman pratylenchus yaitu menyebabkan
luka pada akar, ujung akar menjadi rusak dan kemudian akar akan menjadi busuk. Nematoda
pratylenchus dapat dikendalikan dengan cara pemanfaatan agen hayati, seperti memanfaatkan
bakteri endofit yang memiliki keunggulan dalam hal mengendalikan penyakit tumbuhan (Luca et al.,
2012).

Nematoda hawar daun Aphelenchoides sp. menyerang dan menyebabkan gugur daun pada
sambiloto (Andrographis paniculata). Gejala awal serangan nematoda ini yaitu terdapat bercak
nekrotik yang meluas berwarna kecoklatan atau kehitaman, dibatasi tulang daun (Djiwanti dkk.,
2012). Daun yang telah terserang nematoda dilapang berwarna keunguan, mengkerut dan akhirnya
gugur, keguguran daut terjagi pada daun-daun pada bagian bawah kanopi.

Serangan nematoda yang menyerang daun dan biji tanaman gandum yaitu nematoda Anguina
tritici. Jenis nematoda yang berukuran besar dengan panjang 3-5 mm (Ami et al, 2015). Gejala
serangan pada gandum dapat berupa penyakit (seed empedu), tanaman menjadi kerdil, daun
terdistorsi, serta benih gandum berukuran kecil (bobot lebih ringan dan warna coklat hingga hitam).
Pengendalian yang dapat dilakukan terhadap nematoda parasite tanaman gandum adalah
pengendalian kimiawi, rotasi tanam, varietas tahan, sanitasi, dan perlakuan air hangat.

Pengamatan terhadap nematoda dilakukan dengan menggunakan metode baerman dan metode
erlen meyer seinhort. Metode ekstraksi elen meyer dengan memeriksa cacing dalam tanah, yang
bertumpu pada aktivitas nematoda dan cocok untuk nematoda yang menetap. Teknik baerman
sebagai pemacu nematoda agar aktif bergerak, dan tidak cocok untuk nematoda yang malas
bergerak. Perbedaan metode hanya ada pada waktu pendiaman akar didalam tanah yang telah
disaring (Afrosel et al., 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, L., Bambang, T, R., Hagus, T. 2013. Eksplorasi Nematoda Entomopatogen pada Lahan
Tanaman Jagung, Kedelai dan Kubis di Malang serta Virulensinya Terhadap Spodoptera Litura
Fabricius. Hpt. 1(2): 1-9

AfroseI, S., H. Mian, M. Z. Alam and R. Jannat. 2014. Plant Parasitic Nematodes Associated With
Brinjal (Solanum Melongena) In Some Areas of Bangladesh. Bangladesh Phytopathological Society,
30(1): 29-38.

Ami, S. A., I. E. Taher., dan F. A. Omer. 2015. Bioassay And Pathogenicity Of Wheat Seed Gall
Nematode Anguina Tritici. Journal of University of Zakho, 3(1): 39-45.

Djiwanti, S. R., dan Supriadi. 2012. Determinasi Nematoda Parasit Aphelenchoides Sp. Penyebab
Penyakit Hawar Daun Sambiloto (Andrographis Paniculata). Littri, 14(2): 61-66.
Luca, F. D., A. Troccoli., L. W. Duncan., S. A. Subbotin., L. W. Berge., D. L. Coyne., F. C. Brentu., R. N.
Inserra. 2012. Pratylenchus Speijeri N. Sp. (Nematoda: Pratylenchidae), A New Root-Lesion
Nematode Pest Of Plantain Inwest Africa. Nematology, 00(0):1-18.

Munif, A., Kristiana. 2012. Hubungan Bakteri Endofit dan Nematoda Parasit Penyebab Penyakit
Kuning pada Tanaman Lada di Provinsi Bangka Belitung. Buletin RISTRI, 3(1):71-78.

Nurjayadi, M. Y., A. Munif., G. Suastika. 2015. Identifikasi Nematoda Puru Akar, Meloidogyne
graminicola, pada Tanaman Padi di Jawa Barat. Fitopatologi Indonesia, 11(4):113-120.

Purnomo, H. 2010 Pengendalian Hayati. CV. Andi : Yogyakarta.

Supriono. 2015. Serangan Penyakit Layu Bakteri Pseudomonas Solanacearu dan Lanas Phytoph
thoranicotianae pada Galur-Galur Harapan Tembakau di Temanggung. Agrovigor. 8(1):43-50

Cara kerja untuk mengekstraksi nematoda yaitu Susun berturut-turut dari bawah nampan plastik,
nampan saringan, kasa dan tissue. Ambil sampel kemudian ratakan pada tissue yang telah disiapkan
tersebut di atas. Tuangkan air pada nampan secara perlahan, sampai tanah yang telah diratakan
tersebut basah/air menyentuh tissue dan permukaan air tidak melebihi permukaan sampel.
Inkubasikan selama 2 x 24 jam. Saringan diangkat dan ditiriskan. Air yang tertampung pada nampan
disaring dengan menggunakan saringan 200 mesh. Cuci saringan dengan air bersih menggunakan
botol semprot. Kemudian masukkan suspensi nematoda ke dalam botol dan disimpan dalam lemari
pendingin untuk pengamatan. Tuang suspensi dalam papan hitung untuk pengamatan nematoda
sekaligus menghitung populasi nematoda di bawah mikroskop stereo. Nematoda dipancing
menggunakan kait nematoda dan diletakkan diatas gelas benda yang telah ditetesi air untuk diamati
dibawah mikroskop compound. Catatan untuk pengerjaan sampel tanah ditimbang sebanyak 100 g,
untuk pengerjaan sampel akar atau jaringan tanaman, dibersihkan dari tanah atau kotoran yang
menempel. Dipotong-potong menggunakan gunting tanaman hingga berukuran 0,5 cm dan
ditimbang. Kemudian sampel diblender selama 3 detik (Pracaya, 2007).

Tanah yang menjadi tempat hidup nematoda mempunyai struktur yang kasar. Kebanyakan
nematoda juga hidup di tanah yang mempunyai banyak pori dan didalam pori-pori tersebut terdapat
cukup udara. Tanah tersebut juga mempunyai kelembapan yang cukup serta tipe tanah dan pH juga
mempunyai pengaruh terhadap distribusi nematoda (Hidayat, 2009).

Tanah yang menjadi tempat hidup nematoda mempunyai struktur yang kasar, bukan halus seperti
lempeng. Nematoda biasanya menyukai keadaan lembab karena kelembaban juga berpengaruh
terhadap dar hidup nematode. Kebanyakan nematoda juga hidup di tanah yang mempunyai banyak
pori dan didalam pori-pori tersebut terdapat cukup udara. Tanah tersebut juga mempunyai
kelembapan yang cukup (Hidayat, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
Anafzhu, 2009. Nematoda. http://anafzhu.blogspot.com/2011/06/penyakit-tungro.html. Diakses
pada tanggal 24 Desember 2011.

Hutagalung, L., 2008. Teknik Ekstrasi dan Membuat Preparat Nematoda Parasit Tumbuhan. Rajawali
Press, Jakarta.

Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.

Subagia, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hidayat, H., 2009. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sinaga, S.M., 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya,Jakarta.

Tjahjadi, N., 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius, Palembang.

Trisnawati, Y., 2006. Pembudidayaan Secara Komersial Tomat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai