CHEPPY WATI
A362190061
Latar Belakang
Ada beberapa metode yang digunakan dalam uji serologi antara lain
Agarose gel precipitation test (AGPT), Dot blot immunobinding assay (DIBA),
Tissue blot immunosorbent assay (TBIA), Enzyme linked immunosorbent assay
(ELISA), dan immunoblotting (Harlow and Lane 1999). Metode serologi yang
telah berhasil dikembangkan untuk mendeteksi virus tumbuhan yaitu metode
DIBA. DIBA merupakan uji serologi menggunakan membran Nitropure
nitrocellulose (NPN) yang sangat efektif mendeteksi dan mendiagnosa virus
tanaman. Teknik ini menggunakan gerusan tanaman segar dan diblot pada kertas
membran (Lin et al. 1990). Metode ini mempunyai tingkat sensitivitas yang
tinggi, prosedur yang digunakan sangat sederhana dan dapat digunakan untuk
deteksi rutin dengan jumlah sampel yang banyak (Dijkstra and De Jager 1998).
Reaksi antara antibodi dan antigen terjadi pada reaksi pertahanan hewan
apabila kemasukan antigen (patogen atau benda asing). Sifat khas reaksi antibodi
dan antigen dimanfaatkan sebagai alat identifikasi patogen dan diagnosis penyakit
virus pada tanaman. Secara umum, reaksi serologi dapat digambarkan dengan
antibodi + antigen presipitasi (Akin 2006). Selain untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi virus penyebab penyakit, uji serologi juga berguna dalam
mengukur konsentrasi virus dalam jaringan tumbuhan, mendeteksi virus
tumbuhan dalam tubuh serangga vektor dan untuk mengetahui hubungan
kekerabatan antar virus (Agrios 2005).
Praktikum ini mempelajari tentang teknik dan prinsip kerja dari DIBA
dalam memdeteksi TMV dalam jaringan tanaman.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari tentang teknik dan prinsip
kerja dari DIBA dalam memdeteksi TMV dan BCMV dalam jaringan tanaman
dan pengujian serologi DIBA .
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Adapun waktu dilaksanakan praktikum adalah pada hari Kamis tanggal 31-
Oktober 2019. Tempat dilaksanakan praktikum di Laboratorium Virologi
Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor (IPB).
Alat dan Bahan
Alat:
Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini antaralain:
1. Kuas,
2. Kamera HP dan
3. shaker,
4. Pipet tetes.
Bahan:
Sedangakan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antaralain:
a. Daun kacang panjang terinfeksi BCMV (0.1 g),
b. Daun tembakau yang yang terifeksi TMV,
c. kontrol negatif (daun bayam),
d. Antiserum Universal Potyvirus (1st dan 2nd universar antiserum GAR-AP:
goat anti rabbit-Alkalin posfatase),
e. sarung tangan,
f. tisu,
g. Tris buffer saline 0,02M [TBS: Tris-HCL 0.15 M, NaCl di dalam 100 ml
aquades pada pH 7,5 dengan perbandingan 1:10 (b/v)] blocking non fat milk,
Triton-100 2%,
h. Tween 20.
i. Antibodi sekunder (AbS),
j. Sigma.
k. Alkalin phosphatase buffer pH9.5 (Tris-HCl 0.1M, NaCl 0.1M dan MgCl2
5mM) dalam aquades steril).
l. membran Nitropure nitrocellulose,
Metode Kerja
Metode yang dilakukan pada praktikum ini melalui beberapa tahap:
1. Potong kertas membran nitroselulosa sesuai dengan banyaknya sample dan
letakan diatas kertas membran nitroselulos ( gunakan sarung tangan
selama proses blotting).
2. Geus sampel yang (sakit dan sehat) dengan buffer TBS-TRIS Buffer saline
(0.02M Tris HCl,0.15 M NaC, PH 7.5) (1:10 b/v)
3. Setalah blotting membrane dikeringkan.kemudian, inkubasi membrane
kedalam buffer TBS yang mengandung 2% skim milkj dan Triton-100 2%
( volume tergantantung ukuran kertas membrane)dishaker pada 100 rpm
selama 1-2 jam sampai warna hijau daun menghilang.
4. Buang buffer (no 5), cuci membrane dentan aquades selama 5x (@ 5 min)
sambil di shaker pad 100 rpm.
5. Rendam membran dalam buffer TBS yang mengandung 2% skim milk
yang didalamnya diberi antiserum pertama tmv (1:5000), inkubasi
semalaman pada suhu ruang, di shaker pada kecepatan50 rpm.
6. Cuci membrane 5x, degan membrane TBST (TBS + 0.05% tween 20)
7. Rendam membrane dalam buffer TBS yang mengandung 2% skim milk
yang didlamnya diberi universal antiserum kedua (GAR-AP) (1:5000)
selama 1 jam pada suhu ruang, dioshaker pada kecepatan 50 rpm.
8. Cuci membran 5x dengan buffer TBST (TBS + 0.05% tween 20).
9. Rendam membran dalam buffer AP pH 9.5 (Tris-HCl 0.1M, NaCl 0.1M,
MgCl2 5Mm) yang diberi Nitrobluetetrazolim-NBT (75 mg/ml), dan 5-
bromo-4choloro-3-inbody-Phosfat –BCIM (50 mg/ml) (10 ml buffer AP+
35 ul BCIP + 45 ul NBT untuk 20 cm 2 membran nitroselulose). Inkubasi
pada suhu ruang/incubator suhu 37 oc dalam kondisin gelap. Cek
perubahan warna dot blot sampai menunjukan warna ungu.
10. Jika telah terjadi perubhan warna ungu pada sampel yang mengandung
virus, maka reaksi dihentikan dengan mencuci membrane dengan air
destilata, lalu biarkan kering.
1 2 3 4 5 6 7
A
B
C
Gambar 1. Reaksi antiserum SAP Tanaman bayam sebagai Kontrol (-) sample A,
BCMV sampel B, TMV sampel C pada Dot immonobinding assay.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 2005. Plant Pathology. Ed. ke-5. New York (US): Academic Press.
Akin MH. 2006. Virologi Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisisus
(Anggota IKAPI).
Dijkstra J, de Jager CP. 1998. Pratical Plant Virology. Protocol and Exercises.
New York (US): Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Lin NS, Hsu YH, Hsu HT. 1990. Immunological detection of plant viruses and a
mycoplasma-like organism by direct tissue blotting on nitrocellulose
membranes. Phytophatology. 80(9): 824-828.
Somowiyarjo S, Sumardiyono YB, Suharno. 1997. Pemanfaatan membran
nitroselulosa untuk pengiriman antigen uji dalam deteksi TMV dengan
DIBA.J Perlind Tan Indonesia.3(1):1-5.