Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cendawan merupakan organisme bersifat heterotropik yang tidak dapat menghasilkan
makanan sendiri, memiliki spora dan benang-benang bercabang yang disebut hifa.. Divisi
gymnomycota merupakan golongan jamur tingkat rendah yang biasa disebut juga dengan
istilah cendawan primitive, hal ini dikemukakan oleh Alexopoulus dan Mims (1979).
Cendawan divisi ini mempunyai thalus berupa plasmodium dengan pergerakan amoeba.
Salah satu yang masuk dalam divisi ini adalah Myxomycetes yang umumnya disebut
cendawan lendir. Keberadaan cendawan sendiri ada yang menguntungkan dan ada yang
merugikan. Menurut Fardiaz (1992), terdapat 580 spesies jamur air yang diketahui sebagai
pengurai di habitat perairan. Mereka mendapatkan nutrisi dari organisme di air dan hidup
bebas. Beberapa jenis hidup di jaringan yang sudah mati, namun sebagian hidup sebagai
parasite seperti Saprolegnia yang memarasit ikan dan hewan air lainnya. Diketahui bahwa
Saprolegnia berbentuk seperti selaput
Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis, membuat air yang terdapat di alam
terbuka kemungkinan besar terdapat mikroorganisme di dalamnya. Salah satunya adalah
jamur, yang mana terdapat jamur dengan sifat parasite dan saprofit. Kedatangan
mikroorganisme di dalam air ini dapat menguntungkan atau justru merugikan (Waluyo,
2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990 dijelaskan bahwa air adalah air minum, air bersih, air kolam
renang dan air pemandian umum. Selanjutnya air minum adalah air yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sedangkan air bersih adalah air
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak (Slamet,1996).

1.2 Tujuan
1. mempelajari ciri-ciri cendawan Gymnomycota
2. mempelajari cara isolasi cendawan Gymnomycota
3. mempelajari cara identifikasi cendawan Gymnomycota
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jamur merupakan organisme eukariotik dan heterotropik yang bisa menjadi


kontaminan di dalam air. Jamur terbagi ke dalam kelompok bersel tunggal (uniseluler) dan
berfilamen (multiseluler), dan dapat berkembang biak melalui spora. Jamur memiliki
metabolit sekunder yang dapat menghasilkan racun. Beberapa jenis juga dapat menghasilkan
racun bagi manusia atau allergen (Defra, 2011). Struktur tubuh jamur yang paling umum
adalah filamen multiseluler dan sel tunggal (ragi). Banyak spesies yang dapat tumbuh baik
sebagai filamen dan ragi, tetapi kebanyakan tumbuh sebagai filamen, hanya sedikit spesies
yang tumbuh sebagai ragi. Ragi biasanya berada di tempat yang lembab, termasuk getah
tumbuhan dan jaringan hewan, dimana terdapat nutrisi seperti gula dan asam amino
(Campbell et al., 2009).
Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur golongan Gymnomycota merupakan
jamur lendir sehingga menyerupai bakteri, yang termasuk dalam jamur lendir seluler masuk
dalam kelas Acrasiomycetes dengan bentuk menyerupai Myxamoeba (dunia binatang) dan
jamur lendir masuk dalam kelas Myxomycetes yang memiliki sel soma berupa plasmodium.
Sifat utama dari jamur jenis ini yaitu tidak memiliki dinding sel karena tubuhnya lebih mirip
amoeba. Beberapa jamur di lingkungan perairan biasanya zoosporic, dan banyak termasuk
dalam filum Chytridiomycota. Jamur yang ditemukan di dalam air mencakup jamur
uniselular (ragi), tapi kebanyakan jamur yang ditemukan berupa jamur berfilamen (kapang).
Jamur ini dapat berpotensi sebagai patogen, alergen, dan mengandung toksin (Hageskal et al.,
2009). Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, fakultatif, atau
saprofit (Cooke, 2009). Identifikasi jamur merupakan suatu kegiatan yang sangat penting
mengingat banyak jenis jamur yang belum diketahui. Jumlah spesies jamur yang sudah
diketahui hingga kini hanya < 69.000 dari per kiraan 1.500.000 spesies yang ada didunia.
Dapat dipastikan bahwa indonesia memiliki diservitas jamur yang sangat tinggi mengingat
lingkungannya yang lembab dan suhu tropik yang mendukung pertumbuhan jamur
(handajani, 2006).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain cawan petri, pinset, lampu
spritus, pisau, dan ent case.
b. bahan yang digunakan antara lain air danau, air suangai, air PAM, air minum, dan
tanah yang diindikasi terkontaminasi jamur, umpan (mentimun, apel, kulit udang, dan
kedelai).

3.2 Langkah Kerja


 Menyiapkan bahan dan 4 cawan petri sebagai tempat kembang biak jamur,
 Merebus kulit udang dan kedelai dalam 2 wadah yang berbeda hingga mendidih
 Memotong mentimun dan apel menjadi beberapa bagian
 Meletakkan bahan umpan pada setiap cawan petri yang telah dituang air
 Mengamati perubahan air setelah 3 hari
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Air Gambar Klasifikasi
1 Danau Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus

2 Pam

3 Sungai
4 Galon Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus

4.2 Pembahasan
Gymnomycota adalah jenis jamur berbentuk lendir, mirip seperti amoeba, dengan
plasmodium sebagai sel soma. Jamur ini merupakan jamur tingkat yang masih motil,
biasanya terdapat di air. Namun, pada praktikum kali ini justru ditemukan air yang terdapat
jamur yang mempunyai hifa berseptat dan miselium bercabang, koloninya berkelompok, pada
ujung hifa muncul sebuah gelembung, keluar dari gelembung ini muncul sterigma, pada
sterigma muncul konidium-konidium yang tersusun berurutan, di dalam air danau dan air
galon. Ciri-ciri ini mirip dengan ciri-ciri jamur Aspergillus, yang mana keberadaannya juga
dapat dikatan sebagai pencemar air.
Menurut Sardjono (1998), jenis jamur yang sering mengkontaminasi makanan dan
biasa di temukan di udara antara lain Aspergillus sp. Aspergillus sp yaitu jenis jamur
multiseluler yang bersifat opportunistic. Jamur ini tersebar luar di alam dan kebanyakan
spesies ( Aspergillus flavus, Aspergillus niger, Aspergillus oryzae, Aspergillus terreus,
Aspergillus fumigatus) ini sering menyebabkan kerusakan makanan karena menghasilkan zat-
zat racun yang di kenal sebagai aflatoksin. Aflatoksin dapat menyebabkan kanker dan
menurunkan imunitas. Namun pada praktikum ini, jamur air yang diamati melalui mikroskop
tidak menunjukkan bahwa jamur tersebut masuk dalam golongan Gymnomycota, karena ciri-
cirinya lebih mirip Ascomycota.
BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum yang sudah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan, antara lain:

1. Ciri-cri yang menandakan jamur divisi Gymnomycota adalah berbentuk lendir sehingga
menyerupai bakteri, dengan pergerakan amoeba
2. Jamur divisi gymnomycota yang diisolasi di cawan petri tumbuh di dekat umpan yang
mengandung kitin atau selulosa
3. Identifikasi jamur divisi Gymnomycota dengan melihat bentuk mikroskopis dan
makroskopisnya yang menyerupai lendir dengan habitatnya di air.
DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulos, C.J., C.W. Mims, and M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology. John Wiley
and Sons, Inc. Canada.
Campbell, N.A., J.B Reece., L.A Urry., M.L Cain., S.A Wasserman., P.V Minorsky., and R.B
Jackson. 2009. Biology Ninth Edition. Pearson Education Inc, Benjamin
Cummings. San Fransisco.
Cooke, M.C. 2009. Fungi: Their Nature and Uses. D. Appleton and Company, 549 and 551
Broadway. New York.
Defra, 2011. A Review of Fungi in Drinking Water and The Implications for Human Health.
Final Report Bio Intelligence Service. France.
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Hageskal et al., ( 2009). The Study Of Fungi In Drinking Water. Journal Of Institute For
Biotechnology And Bioengineering, 13 165-172
Handajani, Noorsoesanti dan Ratna setyaningsih.2006. Identifikasi Jamur dan Deteksatif
Latoksin Terhadap Petis Udang Komersial. Biodiversitas. Vol.7.no.3. hal.212-215
Sardjono. 1998. Pencemaran Pangan oleh Jamur, Potensi Bahaya dan Pencegahannya.
Agritech. 18:2: 23 – 27
Slamet, S. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI
“DIVISI GYMNOMYCOTA”

Disusun oleh:

Nama : Novtiana Khamidah


NPM : E1K018011
Shift : Senin, 13.00-14.40 WIB
Dosen : Dr. ir. Tunjung pamekas, m.sc
Coass : Ika Nur Fatimah (E1K016015)

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
LAMPIRAN

Sampel air (air minum, danau, PAM, dan


sungai)

Potongan apel (mengandung selulosa)

Potongan mentimun (mengandung


selulosa)

Tanah

Anda mungkin juga menyukai