Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

ACARA VI

“PERKEMBANGAN DAN PETAMORFOSA”

Disusun oleh:

Nama : Tiara Astra Wulandita

NPM : E1K020007

Shift : Shift 1

Hari/Tanggal : Kamis / 31 Maret 2022

Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Dwinardi Apriyanto, M.Sc

2. Ir. Nadrawati, MP.

Coass : Silva Fauziah (E1K018002)

LABORATORIUM PROTEKSI TANAMAN

JURUSAN PERLINDUNGAN TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya morfologi serangga kurang lebih memanjang dan memiliki bentuk
seperti tabung dan setangkup bilateral. Ukuran panjang serangga berkisar 0,25 sampai 330
mm dan bentangan sayap 0,5 sampai 300 mm. Tubuh pada serangga dewasa terbagi atas satu
rentetan ruas, yaitu metamer, dan ruas-ruas ini di kelompokkan atas tiga bagian utama atau
tagmata (tunggal tagma) yaitu kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen) perpaduan
syaraf, dan mengumpulkan makanan. Tagma yang dapat bergerak dan terdapat tungkai serta
sayap itu disebut thorax. Di dalam abdomen itu sendiri terdapat organ-organ dalam seperti
sistem saluran pencernaan, ekskretoris, dan reproduksi (Borror, 1996).
Serangga berkembang dari telur yang terbentuk di dalam ovarium serangga betina.
Kemampuan reproduksi serangga dalam keadaan normal pada umumnya sangat besar. Oleh
karena itu, dapat dimengerti mengapa serangga cepat berkembang biak. Masa perkembangan
serangga di dalam telur dinamakan perkembangan embrionik, dan setelah serangga keluar
(manetas) dari telur dinamakan perkembangan pasca embrionik.
Metamofosis adalah keseluruhan rangkaian perubahan bentuk dan ukuran sejak telur
sampai menjadi dewasa (imago). Dua macam perkembangan yang dikenal dalam dunia
serangga yaitu metamorfosa sempurna atau holometabola yang melalui tahapan-tahapan atau
stadium: telur - larva – pupa - dewasa dan metamorfosis bertahap atau hemimetabola yang
melalui stadiumstadium: telur – nimfa – dewasa.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami berbagai tipe metamorfosa
pada kelompok serangga yang brbda dan ciri-ciri morfologi fase muda, transisi dan dewasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Serangga juga dapat berperan sebagai kontrol biologi (predator bagi serangga lain)
yang mampu menekan populasi hama serangga perkebunan. Serangga predator yang umum
adalah belalang sembah (Hierodula sp.; Mantodea; Mantidae) yang memangsa serangga-
serangga lain. Dalam suatu ekosistem perkebunan juga terdapat serangga parasit pada
serangga lain, misalnya dari Ordo Diptera dan Hymenoptera yang dapat bersifat sebagai
endoparasit atau ektoparasit. Keberadaan serangga parasit di perkebunan dapat membantu
menekan populasi hama serangga (Lin, 2013).
Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologis pada hewan yang
memengaruhi pertumbuhan fisik yang dimulai sejak kelahiran sampai dewasa. Perubahan
fisik itu terjadi akibat differensasi sel yang tumbuh secara radikal. Metamorfosis dibedakan
menjadi dua yaitu, metamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna. menjelaskan
metamorfosis tidak sempurna (Hemimetabola) yaitu siklus yang hanya melalui fase telur,
nimfa, dan imago (dewasa), yang biasanya terjadi pada hewan sejenis serangga, seperti
capung, belalang, nyamuk, dan jangkrik. Sedangkan metamorfosis sempurna (Holometabola)
melalui fase telur, larva, pupa, dan imago (dewasa) (Sherwood, 2009).
Metamorfosa menjadikan serangga sangat unik dibandingkan dengan makhluk lain.
Pergantian kulit memfasilitasi Pertambahan ukuran tubuh serangga yang kerangka tulang nya
ada di bagian luar (eksosekelton) hanya dengan pergantian kulit serangga bisa tumbuh dari
ukuran kecil menjadi besar. Setiap ganti kulit, bagian kutikula yang dilepas diganti dengan
yang baru. Bentuk serangga yang dibatasi oleh pergantian kulit disebut instar. Tergantung
kepada jenis serangga bervariasi jumlah instarnya, pada umumnya semakin besar ukuran
maksimum suatu jenis serangga semakin banyak jumlah ini instar (Aprianto, D. 2017).
Masa perkembangan serangga di dalam telur dinamakan perkembangan embrionik,
dan setelah serangga keluar (manetas) dari telur dinamakan perkembangan pasca embrionik.
Metamofosis adalah keseluruhan rangkaian perubahan bentuk dan ukuran sejak telur sampai
menjadi dewasa (imago). Dua macam perkembangan yang dikenal dalam dunia serangga
yaitu metamorfosa sempurna atau holometabola yang melalui tahapan-tahapan atau stadium:
telur- larva –pupa-dewasa dan metamorfosis bertahap atau hemimetabola yang melalui
stadiumstadium: telur-nimfa-dewasa. Perkembangan serangga di alam dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor dalam yang dimiliki serangga itu sendiri dan faktor luar yang berda di
lingkungan sekitarnya (Rahayu, 2012).
Perkembangan serangga di alam dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam yang
dimiliki serangga itu sendiri dan faktor luar yang berda di lingkungan sekitarnya. Tinggi
rendahnya populasi suatu jenis serangga pada suatu waktu merupakan hasil antara kedua
fakor tersebut. Contohnya pada lalat buah (Drosophilla melanogaster) proses perkembangan
metamorphosis sangat dipengaruhi oleh media biakannya. Media biakan ini selain tempat
hidup lalat buah juga sebagai sumber makanan dari mulai larva hingga imago (dewasa)
(Agustina, 2013)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Kertas A4
2. ALat Tulis
3. Telur Belalang
4. Nimfa Belalang
5. Belalang Dewasa (Imago)
6. Belalang Betina Bertelur

3.2 ProsedurPratikum
Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Memilih dan menyiapkan bahan pengamatan (preparat), berupa awetan basah atau kering
serangga muda dan dewasa dari kelompok yang mewakili tipe metamorfosa
2. Mengamati dengan teliti fase muda, mulai dari larva, nimfa, pupa, dan dewasa
3. Menggambar masing-masing pada kertas A4 dan menyebutkan tipe metamorfosanya
4. Menyebutkan bagian-bagiannya, termasuk embelannya yang tampak
5. Menyebutkan tipe larva dan tipe pupanya untuk yang metamorfosanya holometabola, dan
menyebutkan ciri-cirinya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Metamorfosis Hidup Belalang

Pengawetan Belalang
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini kami melakukan pengamatan untuk memahami tipe metamorfosa
pada serangga belalang dan mempelajari ciri-ciri morfologi fase muda, transisi dan dewasa.
Serangga yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah belalang, belalang
tergolong serangga yang bersayap lurus dan selalu bertahan hidup pada ekosistem padang
rumput (Resh dan Carde, 2003). Secara umum belalang dibedakan ke dalam dua sub ordo
yaitu Caelifera dan Ensifera. Caelifera mencakup semua belalang rumput (berantena pendek),
sementara Ensifera mencakup jangkrik, belalang daun, dan belalang berantena panjang (Tan
dan Kamaruddin, 2014)
Belalang termasuk ordo orthoptera. Orthoptera berasal dari kata Orto yang artinya
lurus dan ptera berarti sayap. Ordo ini membawahi kelompok insekta yang mempunyai sayap
lurus. Habitat hidup di rerumputan dan tempat kering misalnya, batu-batuan, tanah kering dll.
Memiliki mata majemuk atau sederhana, antena cukup panjang. Femur kaki belalang besar
bertipe mulut menggigit dan mengunyah. Sayap depan lurus dan kuat biasanya untuk
melindungi pasangan sayap yang lebih besar dan tipis seperti membran. Pasangan sayap
belakang ini saat istirahat dilipat dibawah sayap depan dan ketika terbang berkembang seperti
membran. Hewan ini mempunyai tipe pertumbuhan metabolisme tidak sempurna. Cara jalan
dengan meloncat dan dibantu dengan terbang jarak pendek (Syahrin, 2019).
Belalang adalah serangga yang sering menjadi hama bagi tanaman para petani.
Sifatnya yang rakus membuat daun-daun tanaman habis dimakannya. Kendati begitu, ia juga
memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, terutama ekosistem sawah.
Metamorfosis belalang tergolong jenis metamorfosis tidak sempurna karena tidak mengalami
fase kepompong atau pupa. Metamorfosis belalang hanya melalui 3 tahapan utama, yaitu fase
telur, fase nimfa, dan fase belalang dewasa (Elisa, N. et al. 2018).
Siklus hidup belalang:
1. Telur
Proses metamorfosis belalang diawali dengan tahap telur. Belalang betina yang telah
dibuahi umumnya dapat menghasilkan 10 sampai 300 butir telur. Biasanya belalang
betina bertelur saat musim panas dan meletakkan telurnya di dedaunan, batang tanaman,
hingga di dalam tanah.

2. Belalang muda (nimfa)


Telur belalang tersebut kemudian menetas menjadi nimfa atau bayi belalang yang
berwarna putih. Warna nimfa akan berubah menjadi hijau atau cokelat saat terkena sinar
matahari. Bentuk nimfa mirip seperti belalang dewasa, tetapi belum memiliki sayap.
Nimfa akan bertumbuh bulu sayap di punggungnya menjadi belalang dewasa

3. Belalang dewasa (imago)


Nimfa kemudian mengalami pergantian kulit empat kali dan penyempurnaan organ
tubuh sehingga menjadi belalang dewasa yang bersayap. Pergantian kulit ini memiliki
tujuan supaya memudahkan belalang kecil membentuk sel-sel baru. Belalang dewasa
memiliki sayap sempurna dan siap bertelur.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah bahwa Belalang merupakan salah satu
serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna yaitu tidak terjadi perubahan yang
drastis pada proses daur hidup sejak telur hingga dewasa. Dalam perubahannya, belalang
tidak mengalami tahap kepompong atau pupa layaknya kupu-kupu yang melalui metamorfosis
sempurna. Metamorfosis belalang hanya melalui tahap telur, nimfa dan dewasa (imago).

5.2 Saran
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga jika anda ingin lebih mendalami
materi ini maka anda sebaiknya melakukan pembelajaran dengan baik, teliti dan dengan
penyempurnaan-penyempurnaan. Saya mohon maaf jika ada penulisan kata yang salah atau
pun yang kurang tepat.Untuk praktikan diharapkan selalu menjaga ketertiban dan kedisiplinan
selamapraktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina elika dkk. 2013. Perkembangan Metamorphosis Lalat Buah (Drosophilla
Melanogaster) Pada Media Biakan Alami Sebagai Referensi Pembelajaran Pada
Matakuliah Perkembangan Hewan. Jurnal Biotik. vol.1(1) Hal. 1-66.
Aprianto, D. 2017. Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Entomologi. Bengkulu: Universitas
Bengkulu
Borror, dkk. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Enam. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Elisa, N. Et Al. 2018. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Materi Daur Hidup Hewan.
Aceh: Universitas Almuslim, Bireuen-Aceh.
Iin Nursaidah. 2013. Komposisi Serangga Kanopi Pohon Apel di Desa Poncokusumo
Kabupaten Malang. Jurnal Biotropika. Volume 1, No. 2.
Rahayuningsih., Oqtaiana., dan Priyono. 2012. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Resh, V. H. dan Carde , R. T. 2003. Encyclopedia of Insects. Elsevier Science (USA).
ACADEMIC PRESS.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Syahrin, FA. 2019. Morfologi Ordo Orthoptera (Belalang). Bandung: Universitas Pasundan
Bengkulu.
Tan, M. K. dan Kamaruddin, K. N. 2014. Orthoptera of Fraser’s Hill, Peninsular Malaysia.
Singapore. Lee Kong Chian Natural History Museum Faculty of Science Nasional
University of Singapore

Anda mungkin juga menyukai