Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

Disusun oleh:
DEVINA PUTRI HARUM SARI
P07131321006

DOSEN PEMBIMBING :
RAHMAYANTI, S.Pd., M.Pd

POLTEKKES KEMENKES ACEH


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga dapat saya dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini dibuat dengan
tujuan memenuhi tugas semester dari ibu Rahmayanti S.Pd., M.Pd. pada bidang studi
Entomologi. Selain itu, penyusunan laporan ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembingbing selaku dosen
mata kuliah Entomologi. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis
berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Penulis

Banda Aceh, 1 November 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................................ii
ORDO PTHIRAPTERA ( KUTU ) ............................................................................................... 1
ORDO SIPHONAPTERA ( PINJAL ) .......................................................................................... 5
ORDO DIPTERA ( LALAT Musca domestica ) ....................................................................... 11
ORDO DIPTERA ( NYAMUK Aedes aegypti ) ........................................................................ 17
ORDO DIPTERA ( NYAMUK Aedes albopictus) .................................................................... 22
ORDO DIPTERA ( NYAMUK Culex)....................................................................................... 28
ORDO DIPTERA ( NYAMUK Anopheles) ............................................................................... 33
ORDO HEMIPTERA ( Cimex hemipterus ) .............................................................................. 37
ORDO DYCTIOPTERA ( KECOA/LIPAS) .............................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 46

ii
ORDO PTHIRAPTERA ( KUTU )

JUDUL PRAKTIKUM : ORDO PTHIRAPTERA ( KUTU )

TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh


Pediculus humanus capitis
SPESIMEN : Kutu Kepala ( Pediculus humanus capitis )

HARI / TANGGAL : Kamis, 11 Agustus 2022

ALAT : 1. Mikroskop compound

2. Botol spesimen

BAHAN : 1. Alkohol 70%

2. Tissue

PREPARAT : 1. Spesimen preparate kaca kutu kepala


(Pediculus humanus capitis )
2. Telur kutu kepala ( Pediculus humanus capitis )

CARA KERJA :

 Cara kerja pembuatan preparate kaca


1. Ektoparasit dibunuh terlebih dahulu dengan klorofom atau alkohol.
2. Masukan secara perlahan ke dalam KOH 10% selama 2-3 hari pada
suhu kamar.
3. Setelah itu dilakukan pencucian dengan air sebanyak 2 sampai 4 kali.
4. Preoses dehidrasi dengan alkohol bertingkat mulai 70%, 80%, 95% tiap
fase 10 menit.
5. Proses penjernihan dengan cara merendam ektoparasit kedalam asam
laktat 60% selama 15-30 menit.
6. Proses pencucian dengan larutan xylol, bila masih berkabut dilakukan
pencucian ulang.

1
7. Ektoparasit siap diawetkan dalam praparat kaca, kemudian dibubuhi
medium balsam kanada/entellan.
8. Disimpan dalam pemanas kaca preparate (slide warner) selama 2-3 hari
sampai kering.
9. Bila sudah kering, sekeliling kaca penutup diberi lapisan kuteks.
10. Bagian ujung kaca objek diberi data specimen pada kertas label.

 Cara kerja pemeriksaan


1. Sediakan spesies dari kutu kepala ( Pediculus humanus capitis ) mulai
dari telur, nimfa, dan imago.
2. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound.
3. Pada telur kutu amati bagian dari operculum dan cement.
4. Pada fase nimfa dan imago amati keseluruhan morfologi tubuhnya.
5. Amati juga bagian alat reproduksi yang membedakan Pediculus
humanus capitis jantan dan betina.
6. Perhatikan dan gambarkan hasil pengamatan yang didapat.

PENGAMATAN :

(TELUR KUTU) (BETINA) (JANTAN)

PEMBAHASAN :

Kutu kepala (Pediculus humanus capitis) tergolong serangga yang hidup


disela-sela rambut dan menempel pada kulit kepala manusia. Hewan ini berukuran

2
sangat kecil dan mempertahankan hidupnya dengan cara menghisap darah melalui
kulit kepala manusia, serta berkembang biak dengan cara bertelur dan
menyarangkan telurnya pada helai rambut, terutama pada pangkal rambut.
Dampak Pediculus humanus capitis terhadap Kesehatan adalah dapat
menyebabkan koreng pada kepala dan penyakit Pedikulosis kapitis. Pada anak-
anak didapat masalah kesehatan yaitu penyakit Pedikulosis kapitis dapat
menyebabkan anemia (Azizah, 2018).

Kutu kepala (Pediculus humanus capitis) merupakan parasite yang terdapat


pada rambut atau kepala manusia dan parasite ini memnghabiskan seluruh siklus
hidupnya pada manusia. Pediculus humanus capitis dapat menginfeksi manusia
secara cepat dengan kontak langsung maupun tidak langsung karena Pediculus
humanus capitis tersebut tidak dapat terbang maupun melompat. Penyebaran
berlangsung dengan cepat pada lingkungan yang kurang baik (Prameswari, 2017).

Kutu adalah serangga yang sangat mengganggu manusia karena


menghisap darah. Kutu juga bisa menjadi vektor penyakit. Di Indonesia, sampai
akhir tahun 1970an, permasalahan kutu banyak ditemukan di rumah, gedung
pertunjukan, hotel atau tempat lainnya dimana manusia tidur atau duduk. Tetapi
karena keberhasilan pengendalian dengan insektisida berbasis organoklorin (al.
DDT), kutu busuk hampir dapat dikendalikan secara penuh, dan hampir tidak ada
informasi tentang serangan kutu busuk dalam kurun waktu 1980-2000. Tetapi
akhir-akhir ini, terutama dalam 3-5 tahun terakhir, kutu busuk mulai menjadi
masalah, banyak ditemukan di hotel berbintang, losmen asrama, dan sedikit di
rumah tinggal. Sebenarnya permasalahan yang (mulai) terjadi di Indonesia tidak
separah permasalahan yang sudah terjadi di banyak negara di Eropa, Amerika
Serikat, Canada, dan Australia; bahkan Malaysia dan Singapura mulai melaporkan
adanya permasalahan dengan kutu busuk. Di AS, misalnya pada tahun 2007
dilaporkan telah terjadi peledakan populasi (out breaks) kutu busuk di 50 negara
bagian. (Vanessa & Santoso, 2021)

3
SUMBER :

Azizah, N. S. (2018, Oktober Senin). Kutu Kepala. Laporan Praktikum


Entomologi, p. 1.
Prameswari, A. (2017). Universitas Diponegoro. laporan praktikum entomologi,
1-3.

4
ORDO SIPHONAPTERA ( PINJAL )

JUDUL PRAKTIKUM : ORDO SIPHONAPTERA ( PINJAL )

TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh


Ctenocephalides felis
SPESIMEN : Pinjal ( Ctenocephalides felis )

HARI / TANGGAL : Kamis, 18 Agustus 2022

ALAT : 1. Mikroskop compound

2. Botol spesimen

BAHAN : 1. Alkohol 70%

2. Tissue

PREPARAT : Spesimen preparate kaca pinjal (Ctenocephalides


felis )
CARA KERJA :

 Cara kerja pembuatan preparate kaca


1. Ektoparasit dibunuh terlebih dahulu dengan klorofom atau alkohol.
2. Masukan secara perlahan ke dalam KOH 10% selama 2-3 hari pada
suhu kamar.
3. Setelah itu dilakukan pencucian dengan air sebanyak 2 sampai 4 kali.
4. Preoses dehidrasi dengan alkohol bertingkat mulai 70%, 80%, 95% tiap
fase 10 menit.
5. Proses penjernihan dengan cara merendam ektoparasit kedalam asam
laktat 60% selama 15-30 menit.
6. Proses pencucian dengan larutan xylol, bila masih berkabut dilakukan
pencucian ulang.
7. Ektoparasit siap diawetkan dalam praparat kaca, kemudian dibubuhi
medium balsam kanada/entellan.

5
8. Disimpan dalam pemanas kaca preparate (slide warner) selama 2-3 hari
sampai kering.
9. Bila sudah kering, sekeliling kaca penutup diberi lapisan kuteks.
10. Bagian ujung kaca objek diberi data specimen pada kertas label.

 Cara kerja pemeriksaan


1. Sediakan spesies dari pinjal ( Ctenocephalides felis ).
2. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound.
3. Amati keseluruhan morfologi tubuh pinjal.
4. Amati juga bagian alat reproduksi yang membedakan Ctenocephalides
felis jantan dan betina.
5. Perhatikan dan gambarkan hasil pengamatan yang didapat.

PENGAMATAN :

(Betina) (Jantan)

PEMBAHASAN :

Pinjal kucing (Ctenocephalides felis) adalah salah satu jenis pinjal yang
paling umum ditemukan di dunia. Sesuai namanya, pinjal kucing merupakan
parasit pada kucing yang hidup dari menghisap darah. Meskipun demikian, pinjal
kucing relatif tidak berbahaya jika dibandingkan dengan pinjal tikus karena jarang
membawa agen penyakit.

6
Seperti jenis pinjal lainnya, pinjal kucing memiliki bentuk tubuh pipih
vertikal dan berwarna cokelat kemerahan atau cokelat kehitaman. Pinjal kucing
juga tidak memiliki sayap, tetapi memiliki kaki belakang yang kuat sehingga
mampu melompat dan berlari melewati rambut pada permukaan tubuh kucing.
Pinjal kucing sering hidup pada bagian punggung kucing, yaitu daerah pangkal
ekor sampai leher.Selain bagian tersebut, pinjal kucing juga terkadang ditemukan
pada paha bagian dalam

Serangga ektoparasit ini bersifat semiobligat atau temporer, karena tidak


seluruh siklus hidupnya berada pada tubuh inangnya. Hanya tahap dewasa
yang menghisap darah, oleh karena itu sering dikatakan menghisap
darah.Tubuhnya berbentuk pipih bilateral dan mempunyai kaki-kaki yang
panjang terutama kaki belakang. Pinjal tidak memiliki sayap, hal ini merupakan
bentuk adaptasi untuk tinggal dan menghisap darah di antara bulu-bulu inangnya.
Sampai saat ini diketahui terdapat sekitar 2500 jenis pinjal dari 239 genera. Dari
jumlah ini 94% di antaranya menyerang mamalia sedangkan sisanya merupakan
parasit pada burung.

Ordo Siphonaptera terdiri atas beberapa famili, tetapi yang terpenting


sebagai ektoparasit adalah famili Pulicidae. Dari famili ini, terdapat beberapa
genus yang penting yaitu Tunga (pinjal chigoe), Ctenocephalides (pinjal kucing
dan anjing), Echidnophaga (pinjal ayam), Pulex (pinjal manusia) dan
Xenopsylla (pinjal tikus). Adapun jenis-jenis yang sering dijumpai sebagai
ektoparasit utama dan menimbulkan masalah di Indonesia adalah Pulex irritans,
Ctenocephalides felis, C. canis, dan Xenopsylla cheopis.

Pinjal mengalami metamorfosis sempurna, yang didahului dengan telur,


larva, pupa kemudian dewasa. Pinjal betina akan meninggalkan inangnya untuk
meletakkan telurnya pada tempat-tempat yang dekat dengan inangnya, seperti
sarang tikus, celah- celah lantai atau karpet, di antara debu dan kotoran organik,
atau kadang-kadang diantara bulu-bulu inangnya. Telurnya menetas dalam waktu
2–24 hari tergantung jenis pinjal dan kondisi lingkungan. Larva pinjal sangat

7
aktif, makan berbagai jenis bahan organik di sekitarnya termasuk feses
inangnya.

Larvanya terdiri atas 3-4 instar (mengalami 2–3 kali pergantian kulit instar)
dengan waktu berkisar antara 10–21 hari. Larva instar terakhir bisa mencapai
panjang 4–10 mm, setelah itu berubah menjadi pupa yang terbungkus kokon.
Kondisi pupa yang berada dalam kokon seperti itu merupakan upaya
perlindungan terhadap sekelilingnya. Tahap dewasa akan keluar 7–14 hari setelah
terbentunya pupa. Lamanya siklus hidup pinjal dari telur hingga dewasa
berkisar antara 2–3 minggu pada kondisi lingkungan yang baik. Pinjal
dewasa akan menghindari cahaya, dan akan tinggal di antara rambut-rambut
inang, pada pakaian atau tempat tidur manusia. Baik pinjal betina maupun
yang jantan keduanya menghisap darah beberapa kali pada siang atau malam
hari.

Gangguan utama yang ditimbulkan oleh pinjal adalah gigitannya yang


mengiritasi kulit dan cukup mengganggu. Selain itu dalam dunia kesehatan,
pinjal tikus Xenopsylla cheopis berperan sebagai vektor penyakit pes (sampar),
yang disebabkan oleh Yersinia pestis dan Ricketssia typhi. Pinjal anjing dan
kucing, Ctenocephalides canis dan C. felis berperan sebagai inang antara cacing
pita Dipylidium caninum dan Hymenolepis diminuta. Pinjal C. canis dan C. felis
juga merupakan inang antara cacing filaria Dipetalonema reconditum. Adapun
pinjal chigoe, Tunga penetrans betina dapat bersarang pada kulit manusia atau
babi, terutama pada ujung-ujung jari kaki atau di bawah kukunya dan
menyebabkan pembengkakan berupa nodul-nodul abses yang menyakitkan.

Pinjal juga termasuk kedalam metamorphosis sempurna.Pinjal betins


meletakkan telurnya pada tempat-tempat yang dekat dengan inangnya,seperti
sarang tikus,celah-celah lantai atau karpet,diantara debu dan kotoran organic atau
diantara bulu-bulu inangnya .

Kerugian utama yang disebabkan pinjal adalah gigitannya yang


menyebabkan iritasi pada kulit dan sangat menggangu.Pinjal tikus (Xenopsylla

8
cheopis)berperan sebagai vector penyakit pes(sambar)yang disebabkan Yersinia
pestis dan Ricketssia typhi (Harwood & James,1979).Pinjal anjing
(Ctenocephalides canis)dan kucing (Ctenocephalide felis) berperan sebagai inang
antara cacing pita dan cacing filaria. (sari)

KESIMPULAN :

Pinjal kucing sering hidup pada bagian punggung kucing, yaitu daerah
pangkal ekor sampai leher.Selain bagian tersebut, pinjal kucing juga terkadang
ditemukan pada paha bagian dalam Serangga ektoparasit ini bersifat semiobligat
atau temporer, karena tidak seluruh siklus hidupnya berada pada tubuh
inangnya.

Dari famili ini, terdapat beberapa genus yang penting yaitu Tunga (pinjal
chigoe), Ctenocephalides (pinjal kucing dan anjing), Echidnophaga (pinjal
ayam), Pulex (pinjal manusia) dan Xenopsylla (pinjal tikus).

Pinjal betina akan meninggalkan inangnya untuk meletakkan telurnya pada


tempat-tempat yang dekat dengan inangnya, seperti sarang tikus, celah- celah
lantai atau karpet, di antara debu dan kotoran organik, atau kadang-kadang
diantara bulu-bulu inangnya.

Pinjal anjing dan kucing, Ctenocephalides canis dan C. felis berperan


sebagai inang antara cacing pita Dipylidium caninum dan Hymenolepis diminuta.
Pinjal juga termasuk kedalam metamorphosis sempurna.Pinjal betins meletakkan
telurnya pada tempat-tempat yang dekat dengan inangnya,seperti sarang
tikus,celah-celah lantai atau karpet,diantara debu dan kotoran organic atau
diantara bulu-bulu inangnya .

Kerugian utama yang disebabkan pinjal adalah gigitannya yang


menyebabkan iritasi pada kulit dan sangat menggangu.Pinjal tikus (Xenopsylla
cheopis)berperan sebagai vector penyakit pes(sambar)yang disebabkan Yersinia
pestis dan Ricketssia typhi (Harwood & James,1979). Pinjal anjing

9
(Ctenocephalides canis)dan kucing (Ctenocephalide felis) berperan sebagai inang
antara cacing pita dan cacing filaria.

SUMBER :
Sari, p. r. (n.d.). Laporan Praktikum Rodent(revised).
Wahyuni, T. (n.d.). Laporan entomologi kesehatan.

10
ORDO DIPTERA ( LALAT Musca domestica )

JUDUL PRAKTIKUM : ORDO DIPTERA ( LALAT Musca domestica )

TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh


Musca domestica
SPESIMEN : Lalat ( Musca domestica )

HARI / TANGGAL : Kamis, 25 Agustus 2022

ALAT : 1. Mikroskop compound

2. Botol spesimen

BAHAN : 1. Alkohol 70%

2. Tissue

PREPARAT : 1. Spesimen preservasi pinning Musca domestica


2. Preservasi basah / cair dari mulai telur, larva,
pupa, dan imago.
CARA KERJA :

 Cara kerja pembuatan pinning


1. Matikan terlebih dulu hewan yang ingin anda pinning
(nyamuk,lalat,kecoa,dll) dengan cara membasuki kapas yang telah
dilarutkan dengan larutan klorofom.
2. Tunggu hingga kurang kebih 15 menit.
3. Buka dan pilih hewan yang mau dipinning.
4. Letakan hewan dipinset dibagian toraks hewan tersebut.
5. Lalu amati di bawah mikroskop stereo.

 Cara kerja pemeriksaan


1. Sediakan spesies dari lalat rumah ( Musca domestica ) mulai dari telur,
larva, pupa dan imago.

11
2. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound dan
stereo.
3. Amati keseluruhan morfologi tubuh Musca domestica.
4. Perhatikan dan gambarkan hasil pengamatan yang didapat.

PENGAMATAN :

(Telur) (Spirakel) (Lalat dewasa)

PEMBAHASAN :

Lalat termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Hexapoda dan ordo Diptera.
Serangga dalam ordo diptera memiliki dua sayap dan pada bagian belakang
terdapat sepasang halter yang digunakan sebagai alat keseimbangan. Lalat
mempunyai sepasang antena dan mata majemuk, dengan mata lalat jantan lebih
besar dan sangat berdekatan satu sama lain, tubuh lalat terbagi dalam 3 bagian
yaitu, kapala dengan sepasang antena ,toraks, dan abdomen. Lalat
mempunyai metamorfosis yang sempurna yaitu, telur, larva, pupa, dan dewasa
(Mosokuli, 2001).

Musca domestica (lalat rumah) dapat berperan sebagai vektor mekanik


amebiasis, disentri, taksoplasmosis dan penyakit cacing usus. Lalat rumah (Musca
domestica) mudah berkembang biak, tempat perindukannya ditimbun sampah,
tinja manusia dan binatang. Setiap 3-4 hari seekor lalat betina bertelur dalam 5-6
kelompok yang masing-masing berisi 75-150 butir telur. Jarak terbangnya dapat
sampai 10km, umur lalat dewasa 2-4 minggu. Karena lalat mudah membiak,

12
maka untuk mengurangi populasinya perlu dilakukan pemberantasan dengan cara
membersihkan rumah dan pekarangan dari tumpukan sampah, memasang kawat
kasa untuk mencegah lalat rumah, menutup makanan dengan tudung saji,
mengadakan samijaga dan menggunakan insektisida jika perlu (Sutanto, dkk.,
2008).

Ordo Diptera mempunyai genus dan spesies yang sangat besar yaitu,
Diptera Australiana/Oceania ada 3.880 spesies lalat yang ditemukan berdasarkan
sebaran zoogeografisnya. Lalat bersifat ketergantungan yang tinggi karena
sebagian besar makanan lalat berasal dari makanan manusia dan tersebar
secara keseluruhan diberbagai tempat (Wahyudi et al. 2015). Beberapa spesies
lalat yang sering mempunyai kontak dengan manusia adalah famili Calliphoridae
yang terutama jenis lalat hijau atau Chrysomia megacephala dan famili Muscidae
dengan jenis Musca domestica linneaus atau lalat rumah. Lalat memiliki peran
penting dalam masalah kesehatan masyarakat sebagai ancaman karena timbulnya
penumpukan sampah (Sembel, 2009).

Menurut Suraini (2011) dijelaskan bahwa tanda-tanda morfologi Lalat


rumah (Musca domestica) yaitu warna tubuh abu-abu kehitaman, pada bagian
abdomen berwarna kuning orange dan ujungnya coklat kehitaman. Pada bagian
permukaan atas thorax terdapat 4 garis berwarna hitam. Panjang tubuh 7mm dan
panjang venasi sayap 6mm. Kepalanya besar berwarna cokla gelap, mata besar
menonjol dan terpisah. Sayap tipis serta tembus cahaya, dan berpangkal
kuning.

Lalat mempunyai siklus hidup yang sempurna, yaitu dengan stadium telur,
larva, pupa, dan dewasa dengan rata-rata waktu perkembangbiakan antara 7-22
hari tergantung dari faktor lingkungan.

a. Telur
Telur lalat mempunyai warna putih dan diletakkan pada tempat
lembab yang mengandung bahan organik membusuk yang tidak terkena
sinar matahari langsung. Lalat betina mampu menghasilkan telur sekitar

13
2000 butir dalam sepanjang hidupnya dan menetas setelah 8-30 jam,
tergantung dari faktor lingkungannya (Hastutiek & Fitri 2007).
b. Larva
Saat larva mengalam kondisi kekurangan nutrisi atau bisa juga
perubahan lokasi hidupnya, maka larva akan mempercepat metabolisme
tubuhnya dan mempersingkat waktu perkembanganya (Eka Putra, 2013).
Larva berkembang baik pada suhu 30-350C dengan tempat yang
berpindah- pindah, contohnya pada sampah organik. Stadium larva
mempunyai 3 tingkatan, yaitu larva instar 1, larva instar 2, dan larva instar
3. Tingkat 1 berukuran 2 mm berwarna putih dan membutuhkan waktu 1 -
4 hari untuk menjadi larva instar 2.Setelah menjadi larva instar 2,
berukuran 2 kali dari larva instar 1 dan setelah satu sampai beberapa hari
menjadi larva instar 3. Pada tingkat yang terakhir ini berukuran
12mm/lebih dengan waktu 3-9 hari untuk menjadi pupa.
c. Pupa
Setelah melalui fase menjadi larva, lalat akan berubah menjadi pupa
dan berkembang dengan waktu 3-9 hari baik pada suhu kurang lebih

350C.
d. Lalat dewasa
Fase terakhir yaitu berkembang menjadi lalat dewasa yang siap
mencari makannya sendiri dengan cara hinggap pada satu makanan ke
makanan lainya. Pada saat lalat mulai dewasa, lalat akan menjadi vektor
penyakit dengan cara hinggap dari satu makanan ke makanan satunya.
Lalat dewasa mempunyai umur 2-4 minggu (Husain, 2014).

Lalat rumah (Musca domestica) bertindak sebagai vektor penyakit yang artinya
lalat bersifat pembawa penyakit dari satu tempat ke tempat lain. Terdapat dua
macam vektor yaitu mekanis dan biologis. Dinamakan vektor mekanis apabila
agen penyakit didalam tubuh vektor tidak mengalami perubahan. Sedangkan agen
penyakit mengalami perubahan (bertambah banyak, berubah siklus atau
keduanya) di dalam tubuh vektor disebut sebagai vektor biologis. Lalat rumah

14
(Musca domestica) bukan merupakan parasit obligat tetapi merupakan vektor
yang penting dalam penyebaran agen penyebab penyakit. Disamping itu juga
dapat menyebabkan myiases atau memperparah keadaan luka pada jaringan akibat
investasi lalat rumah Musca domestica (Mazidah, 2015).

KESIMPULAN :

Lalat mempunyai sepasang antena dan mata majemuk, dengan mata lalat
jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu sama lain, tubuh lalat terbagi dalam
3 bagian yaitu, kapala dengan sepasang antena ,toraks, dan abdomen.
Karena lalat mudah membiak, maka untuk mengurangi populasinya perlu
dilakukan pemberantasan dengan cara membersihkan rumah dan pekarangan dari
tumpukan sampah, memasang kawat kasa untuk mencegah lalat rumah, menutup
makanan dengan tudung saji, mengadakan samijaga dan menggunakan insektisida
jika perlu (Sutanto, dkk., 2008).

Beberapa spesies lalat yang sering mempunyai kontak dengan manusia


adalah famili Calliphoridae yang terutama jenis lalat hijau atau Chrysomia
megacephala dan famili Muscidae dengan jenis Musca domestica linneaus atau
lalat rumah.

Lalat mempunyai siklus hidup yang sempurna, yaitu dengan stadium telur,
larva, pupa, dan dewasa dengan rata-rata waktu perkembangbiakan antara 7-22
hari tergantung dari faktor lingkungan. Tingkat 1 berukuran 2 mm berwarna putih
dan membutuhkan waktu 1-4 hari untuk menjadi larva instar 2.Setelah menjadi
larva instar 2, berukuran 2 kali dari larva instar 1 dan setelah satu sampai beberapa
hari menjadi larva instar. Lalat dewasa Fase terakhir yaitu berkembang menjadi
lalat dewasa yang siap mencari makannya sendiri dengan cara hinggap pada satu
makanan ke makanan lainya. Lalat rumah (Musca domestica) bertindak sebagai
vektor penyakit yang artinya lalat bersifat pembawa penyakit dari satu tempat ke
tempat lain.

15
SUMBER :

Hadi, u. k. (n.d.). bioekologi baerbagai jenis serangga pengganggu pada hewan


ternak. Parasit dan entomologi kesehatan masyarakat.
http://repository.umsurabaya.ac.id/4785/3/BAB_2.pdf diakses 1 November 2022

16
ORDO DIPTERA ( NYAMUK Aedes aegypti )

JUDUL PRAKTIKUM : ORDO DIPTERA ( NYAMUK Aedes aegypti )

TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh


nyamuk Aedes aegypti
SPESIMEN : Nyamuk dalam rumah (Aedes aegypti)

HARI / TANGGAL : Kamis, 1 September 2022

ALAT : 1. Mikroskop compound

2. Botol spesimen

BAHAN : 1. Alkohol 70%

2. Tissue

PREPARAT : 1. Spesimen preservasi pinning Aedes aegypti


2. Preservasi basah / cair dari mulai telur, larva,
pupa, dan imago.
CARA KERJA :

1. Sediakan spesies dari lalat rumah ( Aedes aegypti ) mulai dari telur,
larva, pupa dan imago.
2. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound dan
stereo.
3. Amati keseluruhan morfologi tubuh Aedes aegypti.
4. Amati juga bagian tubuh yang membedakan nyamuk jantan dan betina.
5. Perhatikan dan gambarkan hasil pengamatan yang didapat.

17
PENGAMATAN :

(Larva) (Comb) (Pupa) (Nyamuk)

PEMBAHASAN :

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh


berwarna hitam kecokelatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-
garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis
melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini.
Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas
sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna
nyamuk jenis ini kerap berbeda antarpopulasi, tergantung dari kondisi lingkungan
dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan
betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya
lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk
jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.

Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari.
Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina
yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein
yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak
membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun
tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam
atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak

18
cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka
yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.

Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku


yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk
menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang andal
dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscisnya, namun tidak
berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang
lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar.

Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan


perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi
ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang
dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun
(sylvan areas).

Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada


permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan
terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi
larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar.
Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah
mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa
dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar
dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu
10 hingga 14 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak
mendukung.

Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 3 bulan
dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi
larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk
perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi
nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi
ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih

19
rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi
menghasilkan nyamuk-nyamuk.

Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan
penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan
penyebaran vektor. Program yang sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3M,
yaitu menguras, menutup, dan mengubur.

 Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang
berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding
bak mandi.
 Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang
memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.
 Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan
dijadikan tempat nyamuk bertelur.

Beberapa cara alternatif pernah dicoba untuk mengendalikan vektor dengue


ini, antara lain mengintroduksi musuh alamiahnya yaitu larva nyamuk
Toxorhyncites sp. Predator larva Aedes sp. ini ternyata kurang efektif dalam
mengurangi penyebaran virus dengue.

Sebuah penelitian melepas Aedes aegypti yang terinfeksi bakteri lalat buah
disebut Wolbachia. Bakteri membuat nyamuk kurang mampu membawa virus
demam berdarah sehingga membatasi penularan demam berdarah jika meluas
dalam populasi nyamuk. Pada prinsipnya Wolbachia dapat menyebar secepat
nyamuk jantan yang terinfeksi menghasilkan keturunan dengan Wolbachia
menginfeksi betina.

Penggunaan insektisida yang berlebihan tidak dianjurkan, karena sifatnya


yang tidak spesifik sehingga akan membunuh berbagai jenis serangga lain yang
bermanfaat secara ekologis. Penggunaan insektisida juga akhirnya memunculkan
masalah resistensi serangga sehingga mempersulit penanganan di kemudian hari.

20
KESIMPULAN :

Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antarpopulasi, tergantung
dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama
perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal
ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya
rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan.

Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk


betina yang mengisap darah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena
anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan
kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk
jenis ini. Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan
perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan
nyamuk menyebarkan virus.

Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang andal dalam mengisap


darah, berulang kali menusukkan proboscisnya, namun tidak berhasil mengisap
darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Sebagai contoh,
populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk
dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah. Menguras bak mandi,
untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan
tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi. Penggunaan insektisida
yang berlebihan tidak dianjurkan, karena sifatnya yang tidak spesifik sehingga
akan membunuh berbagai jenis serangga lain yang bermanfaat secara ekologis.

SUMBER :

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti diakses pada1 November 2022

2. Womack, M. 1993. The yellow fever mosquito, Aedes aegypti. Wing Beats,

21
ORDO DIPTERA ( NYAMUK Aedes albopictus)

JUDUL PRAKTIKUM : ORDO DIPTERA ( NYAMUK Aedes albopictus)

TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh


nyamuk Aedes albopictus
SPESIMEN : Nyamuk luar rumah (Aedes albopictus)

HARI / TANGGAL : Kamis, 15 September 2022

ALAT : 1. Mikroskop compound

2. Botol specimen

3. kertas kalender bekas

BAHAN : 1. Alkohol 70%

PREPARAT : 1. Spesimen preservasi pinning Aedes albopictus


2. Preservasi basah / cair dari mulai telur, larva,
pupa, dan imago.
CARA KERJA :

1. Cara membius nyamuk


a. Ambil nyamuk dari kandang menggunakan aspirator.
b. Siapkan paper cup dan kain kasa. Tutupkan kain tersebut pada paper cup
dan agak sedikit dilubangi.
c. Masukkan nyamuk kedalam paper cup yang telah tertutup kain kasa.
d. Basahi kapas menggunkan chloroform.
e. Letakkan kapas tersebut pada lubang tadi.
f. Tunggu 1 menit nyamuk akan pingsan.

2. Pembuatan pinning nyamuk


a. Kelurkan nyamuk yang sudah pingsan dari paper cup dengan hati-hati.

22
b. Siapkan jarum pinning dan potongan kertas yang dipotong menggunakan
punch (bentuk segitiga)
c. Tusukkan potongan kertas tersebut pada jarum pinning.
d. Beri lem pada ujung kertas yang lancip.
e. Tata seluruh bagian tubuh nyamuk agar terlihat mikroskop secara
keseluruhan.
f. Tempelkan nyamuk pada kertas tadi dan nyamuk siap diamati.

3. Cara mengamati pinning nyamuk di mikroskop


1. Sediakan spesies dari lalat rumah ( Aedes albopictus) mulai dari telur,
larva, pupa dan imago.
2. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound dan
stereo.
3. Amati keseluruhan morfologi tubuh Aedes albopictus.
4. Amati juga bagian tubuh yang membedakan nyamuk jantan dan betina.
5. Perhatikan dan gambarkan hasil pengamatan yang didapat.

PENGAMATAN :

(Larva) (Abdomen 8) (Comb) (Pupa) (Nyamuk)

PEMBAHASAN :

Aedes Sp merupakan jenis nyamuk yang menyebabkan vektor penyakit


Demam Berdarah Dengue (DBD). Terdapat dua jenis spesies nyamuk Aedes
yaitu, Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ukuran nyamuk Aedes
albopictus lebih kecil dibandingkan Aedes aegypti. Berdasarkan ukuran

23
tubuhnya, nyamuk Aedes albopictus memiliki kemampuan terbang lebih jauh
Nyamuk ini dalam hidupnya mengalami beberapa fase perkembangan dimulai
dari telur, larva, pupa dan dewasa.nyamuk ini mengalami metamorfosis sempurna
(telur, larva dan pupa hidup di dalam air, sedangkan dewasa hidup di udara).

Aedes albopictus merupakan nyamuk asli daerah timur (Asia dan


sekitarnya) yang menyebar ke daerah barat seperti Madagaskar dan pulau-pulau di
Afrika Timur kecuali daratan benua Afrika. Dalam penyebarannya Aedes
albopictus di Asia Tenggara meliputi Pulau Kalimantan Burma, Kamboja, Laos,
Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan pulau-pulau di seluruh
Indonesia. Di luar daerah Asia Tenggara penyebarannya meliputi daerah oriental
(India), Australia, daerah Somalia Perancis, pulau-pulau Bonin, Chagas dan
Hawai, Jepang, Korea, Madagaskar, Pulau Mariana, Mauritus, Nepal, New
Guinea dan Pulau Ryukyu (sumarni, 2016)

Ukuran nyamuk aedes albopictus jantan lebih kecil dibandingkan nyamuk


betina. Bagian tubuh dari nyamuk dewasa aedes albopictus terdiri dari 3 bagian
caput (kepala), thorax (dada), dan abdomen (perut). Ukuran bagian kepala lebih
kecil dibandingkan dengan ukuran thorax dan abdomen. Kepala memiliki
sepasang palp, antena, proboscis, dan mata. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya
membentuk proboscis panjang untuk menembus kulit dan menghisap darah
hospes. Nyamuk jantan memiliki bagian mulut yang tidak dapat digunakan untuk
menghisap darah dan berfungsi untuk mengisap bahan-bahan cair seperti cairan
tumbuhan maupun buah-buahan. Bagian palp nyamuk betina ukurannya lebih
pendek daripada proboscisnya, sedangkan pada nyamuk jantan palpnya melebihi
panjang proboscisnya atau sama panjang dengan proboscisnya. (agustin, 2017)

Nyamuk aedes albopictus biasanya bisa bertahan hidup pada suhu rendah.
Pada suhu lebih dari 35°C dapat terjadi perubahan akan lambatnya proses-proses
fisiologis. Suhu rata rata untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25°C sampai
27°C. Pertumbuhan nyamuk akan terhenti bila suhunya kurang dari 10°C atau

24
lebih dari 40°C. Kelembaban akan berpengaruh terhadap umur nyamuk.
(sumarni, 2016)

Aedes albopictus biasanya bertelur di air yang tergenang, misalnya pada


kaleng-kaleng,pot atau wadah bekas yang menampung air hujan di luar rumah,
pada ban yang sudah tidak terpakai. Pada saat musim hujan, nyamuk ini banyak
terdapat di kebun atau halaman rumah karena terdapat banyak tempat yang
terisi air. Larva nyamuk ini biasanya memakan organisme air, alga dan bagian
dari hewan atau tanaman yang berada ditempat ia bertelur. Siklus hidupnya akan
berlangsung selama tujuh hingga sembilan hari. Sementara itu, masa hidup
nyamuk dewasa akan berlangsung selama tiga minggu. (fadli, 2022)

Telur nyamuk Aedes Albopictus berwarna hitam, yang akan menjadi lebih
hitam warnanya ketika menjelang menetas, bentuk lonjong dengan satu
ujungnya lebih tumpul dan ukurannya lebih kurang 0,5 mm. Larva Aedes
albopictus, kepala berbentuk bulat silindris, antena pendek dan halus dengan
rambut-rambut berbentuk sikat di bagian depan kepala, pada ruas abdomen VIII
terdapat gigi sisir yang hanya lurus saja (yang membedakannya dengan Aedes
aegypti). Pupa Aedes albopictus bentuk seperti koma dengan cephalothorax yang
tebal, abdomen dapat digerakkan vertikal setengah lingkaran, warna mulai
terbentuk agak pucat berubah menjadi kecoklatan kemudian menjadi hitam
ketika menjelang menjadi dewasa, dan kepala mempunyai corong untuk
bernapas. (sumarni, 2016)

Bentuk dewasa nyamuk jenis ini akan mudah dikenali dari sisik hitam
mengkilap, dan sisik putih keperakan yang jelas pada palpus (organ di antara
antena yang merasakan bau), dan tarsusnya (ujung kaki). Sementara itu, skutum
(punggung) nyamuk tersebut akan berwarna hitam dengan garis putih mulai dari
permukaan punggung kepala dan berlanjut di sepanjang torax. Nyamuk ini
memiliki kaki berwarna hitam dengan sisik basal putih pada setiap ruasnya.
Selayaknya nyamuk yang berasal dari genus Aedes lainnya, nyamuk Aedes
albopictus juga memiliki perut yang menyempit. (fadli, 2022)

25
Selain itu nyamuk dewasa Aedes albopictus, memiliki ciri tubuh berwarna
hitam dengan garis-garis putih pada notum dan abdomen, antena berbulu, pada
yang jantan palpus sama panjang dengan proboscis sedang yang betina
palpus hanya 1/4 panjang proboscis, mesonotum dengan garis putih horizontal,
femur kaki depan sama panjang dengan proboscis, femur kaki belakang putih
memanjang di bagian posterior, tibia gelap dan sisik putih pada pleura
tidak teratur Nyamuk Aedes albopictus dewasa yang betina berumur antara 12-
40 hari dan yang jantan antara 10-22 hari. Pada suhu 20ºC nyamuk betina Aedes
albopictus dapat hidup selama 101 hari dan yang jantan selama 35 hari. Nyamuk
Aedes Albopictus merupakan nyamuk yang selalu menyenangi darah manusia
dengan puncak aktifitas pada saat matahari terbit dan sebelum matahari
terbenam. Sifat mengigit nyamuk Aedes albopictus adalah secara multiple atau
mengigit beberapa kali pada beberapa individu. Nyamuk betina sesudah
kenyang tidak akan menghisap darah lagi sampai kepada sesudah perletakkan
telurnya. (sumarni, 2016)

KESIMPULAN :

Dari hasil pengamatan pada saat praktikum kami dapatkan nyamuk aedes
albopictus yang merupakan salah satu nyamuk yang dapat menyebabkan demam
berdarah dengan gigitannya biasanya pada saat pagi dan sore hari. Nyamuk ini
memiliki ciri yang khas yaitu pada abdomen ke 8 pada larva yaitu memiliki gigi
sisir yang hanya lurus saja (yang membedakannya dengan Aedes aegypti) dan
pada pupa Aedes albopictus bentuk seperti koma dengan cephalothorax yang
tebal, sedangkan pada dewasanya secara kasat mata kita dapat mengamati
nyamuk ini dengan dengan corak warna hitam dengan belang putih diseluruh
tubuh dan lebih spesifiknya adalah terdapat satu garis lurus putih (lira) pada
bagian thorax.

26
SUMBER :
1. agustin, w. t. (2017). identifikasi nyamuk (famili culidae) sebagai vektor
penyakit diblok merak dan widuri resort labuhan merak kawasan taman
nasional baluran. reporsitory.unej.ac.id.
2. fadli, d. r. (2022, agustus 22). Mengenal Nyamuk Aedes Albopictus
Penyebab Demam Berdarah. halodoc.
3. sumarni. (2016). identifikasi larva aedes sp pada tempat penampung air
masyarakat di RW1 kelurahan padaleu kecamatan kambu kota kendari
sulawesi tenggara. repository.poltekkes-kdi.ac.id, 12.

27
ORDO DIPTERA ( NYAMUK Culex)

JUDUL PRAKTIKUM : ORDO DIPTERA ( NYAMUK Culex)

TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh


nyamuk Culex
SPESIMEN : Nyamuk

HARI / TANGGAL : Kamis, 15 September 2022

ALAT : 1. Mikroskop compound

2. Botol specimen

3. kertas kalender bekas

BAHAN : 1. Alkohol 70%

PREPARAT : 1. Spesimen preservasi pinning Culex


2. Preservasi basah / cair dari mulai telur, larva,
pupa, dan imago.
CARA KERJA :

1. Cara membius nyamuk


a. Ambil nyamuk dari kandang menggunakan aspirator.
b. Siapkan paper cup dan kain kasa. Tutupkan kain tersebut pada paper cup
dan agak sedikit dilubangi.
c. Masukkan nyamuk kedalam paper cup yang telah tertutup kain kasa.
d. Basahi kapas menggunkan chloroform.
e. Letakkan kapas tersebut pada lubang tadi.
f. Tunggu 1 menit nyamuk akan pingsan.

2. Pembuatan pinning nyamuk


a. Kelurkan nyamuk yang sudah pingsan dari paper cup dengan hati-hati.

28
b. Siapkan jarum pinning dan potongan kertas yang dipotong menggunakan
punch (bentuk segitiga)
c. Tusukkan potongan kertas tersebut pada jarum pinning.
d. Beri lem pada ujung kertas yang lancip.
e. Tata seluruh bagian tubuh nyamuk agar terlihat mikroskop secara
keseluruhan.
f. Tempelkan nyamuk pada kertas tadi dan nyamuk siap diamati.

3. Cara mengamati pinning nyamuk di mikroskop


1. Sediakan spesies dari l nyamuk Culex mulai dari telur, larva, pupa dan
imago.
2. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound dan
stereo.
3. Amati keseluruhan morfologi tubuh Culex.
4. Amati juga bagian tubuh yang membedakan nyamuk jantan dan betina.
5. Perhatikan dan gambarkan hasil pengamatan yang didapat.

PENGAMATAN :

(Larva) (Abdomen 8) (Comb) (Pupa) (Nyamuk)

PEMBAHASAN :

Nyamuk mempunyai beberapa ciri yaitu tubuhnya dibedakan atas kaput,


toraks, abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki dan sepasang antena. Satu pasang
sayap dan halter menempatkan nyamuk dalam ordo Diptera. Sisik pada sayap dan
adanya alat mulut yang panjang seperti jarum menempatkan nyamuk ke dalam

29
famili Culicidae (Borror dkk, 1992). Nama lain nyamuk Culex quinquefasciatus
adalah Culex pipiens fatigans Wiedemann (Setiawati, 2000).

Kepala Culex umumnya bulat atau sferik dan memiliki sepasang mata,
sepasang antena, sepasang palpus yang terdiri atas 5 segmen dan 1 probosis
antena yang terdiri atas 15 segmen. Berbeda dengan Aedes, pada genus Culex
tidak terdapat rambut pada spiracular maupun pada post spiracular. Panjang
palpus maxillaris nyamuk jantan sama dengan proboscis. Bagian toraks nyamuk
terdiri atas 3 bagian yaitu protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Bagian
metatoraks mengecil dan terdapat sepasang sayap yang mengalami modifikasi
menjadi halter. Abdomen terdiri atas 8 segmen tanpa bintik putih di tiap segmen.
Ciri lain dari nyamuk Culex adalah posisi yang sejajar dengan bidang permukaan
yang dihinggapi saat istirahat atau saat menusuk dengan kaki belakang yang
sedikit terangkat (Setiawati, 2000).

Genus Culex dikenali dengan struktur sketelumnya yang trilobus, ujung


abdomen yang tumpul dan badannya yang penuh dengan sisik-sisik. Selain itu,
struktur yang membedakan genus ini dengan genus yang lain adalah struktur yang
disebut pulvilus yang berdekatan dengan kuku diujung kaki nyamuk (Setiawati,
2000). Nyamuk Culex quinquefasciatus berwarna coklat, berukuran sedang,
dengan bintik-bintik putih di bagian dorsal abdomen. Sedangkan kaki dan
proboscis berwarna hitam polos tanpa bintik-bintik putih. Spesies ini sulit
dibedakan dengan nyamuk genus Culex lainnya.

Seluruh siklus hidup Culex quinquefasciatus mulai dari telur hingga dewasa
membutuhkan waktu sekitar 14 hari. Untuk bertelur, nyamuk betina akan mencari
tempat yang sesuai seperti genangan air yang lembab (Metcalff, 1985).

Nyamuk Culex meletakkan telur di atas permukaan air secara bergerombol


dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung. Sekali bertelur
menghasilkan 100 telur dan biasanya dapat bertahan selama 6 bulan. Telur akan
menjadi jentik setelah sekitar 2 hari (anonim, 2002).

30
Salah satu ciri dari larva nyamuk Culex adalah memiliki siphon. Siphon
dengan beberapa kumpulan rambut membentuk sudut dengan permukaan air.
Nyamuk Culex mempunyai 4 tingkatan atau instarc (Matsumura, Ciri dari larva
nyamuk Culex , 1985).

Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Pupa membutuhkan


waktu 2-5 hari. Pupa tidak makan apapun. Sebagian kecil tubuh pupa kontak
dengan permukaan air, berbentuk terompet panjang dan ramping, setelah 1 – 2
hari akan menjadi nyamuk Culex (Kardinan, 2003).

Ciri-ciri nyamuk Culex dewasa adalah berwarna hitam belang-belang putih,


kepala berwarna hitam dengan putih pada ujungnya. Pada bagian thorak terdapat 2
garis putih berbentuk kurva (Matsumura,, 1985).

Nyamuk tertarik pada benda dan pakaian berwarna gelap, manusia serta
hewan. Hal ini disebabkan oleh rangsangan bau zat-zat yang dikeluarkan hewan,
terutama CO2 dan beberapa asam amino. Berbeda dengan nyamuk Anopheles,
nyamuk genus Culex mempunyai kebiasaan menghisap pada malam hari saja.
Jarak terbang nyamuk Culicini sangat pendek hanya beberapa puluh meter saja
(Dinata, 2009).

Nyamuk Culex merupakan golongan serangga penular (vektor). Nyamuk


dari genus Culex dapat menyebarkan penyakit Japanese Encephalitis (radang
otak), West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.
dan Filariasis. Japanese Encephalitis (JE) adalah suatu penyakit yang menyerang
susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus. Ada beberapa macam
encephalitis diantaranya Japanese Encephalitis dan St Louis Encephalitis (anonim,
2010).

KESIMPULAN :

Dari hasil pengamatan pada saat praktikum kami dapatkan nyamuk Culex
merupakan serangga penular penyakit atau vektor. Yang memiiki ciri bagian
toraks nyamuk terdiri atas 3 bagian yaitu protoraks, mesotoraks dan metatoraks.

31
Bagian metatoraks mengecil dan terdapat sepasang sayap yang mengalami
modifikasi menjadi halter. Abdomen terdiri atas 8 segmen tanpa bintik putih di
tiap segmen. Ciri lain dari nyamuk Culex adalah posisi yang sejajar dengan
bidang permukaan yang dihinggapi saat istirahat atau saat menusuk dengan kaki
belakang yang sedikit terangkat.

SUMBER :
1. anonim. (2002). Telur nyamuk culex.
2. anonim. (2010). Peran Culex quinquefasciatus.
3. Borror dkk, B. (1992). Identifikasi nyamuk culex famili culicidae.
4. Dinata. (2009). Perilaku Culex quinquefasciatus.
5. Kardinan. (2003). Pupa nyamuk culex.
6. Matsumura. (1985). Ciri dari larva nyamuk Culex .
7. Matsumura. (1985). Ciri-ciri nyamuk Culex dewasa .
8. Metcalff. (1985). Siklus hidup Culex quinquefasciatus .
9. Setiawati. (2000). Identifikasi nyamuk culex quinquefasciatus.

32
ORDO DIPTERA ( NYAMUK Anopheles)

JUDUL PRAKTIKUM : ORDO DIPTERA ( NYAMUK Anopheles)

TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh


nyamuk Anopheles
SPESIMEN : Nyamuk

HARI / TANGGAL : Kamis, 15 September 2022

ALAT : 1. Mikroskop compound

2. Botol specimen

3. kertas kalender bekas

BAHAN : 1. Alkohol 70%

PREPARAT : 1. Spesimen preservasi pinning Anopheles


2. Preservasi basah / cair dari mulai telur, larva,
pupa, dan imago.
CARA KERJA :

1. Cara membius nyamuk


a. Ambil nyamuk dari kandang menggunakan aspirator.
b. Siapkan paper cup dan kain kasa. Tutupkan kain tersebut pada paper cup
dan agak sedikit dilubangi.
c. Masukkan nyamuk kedalam paper cup yang telah tertutup kain kasa.
d. Basahi kapas menggunkan chloroform.
e. Letakkan kapas tersebut pada lubang tadi.
f. Tunggu 1 menit nyamuk akan pingsan.

2. Pembuatan pinning nyamuk


a. Kelurkan nyamuk yang sudah pingsan dari paper cup dengan hati-hati.

33
b. Siapkan jarum pinning dan potongan kertas yang dipotong menggunakan
punch (bentuk segitiga)
c. Tusukkan potongan kertas tersebut pada jarum pinning.
d. Beri lem pada ujung kertas yang lancip.
e. Tata seluruh bagian tubuh nyamuk agar terlihat mikroskop secara
keseluruhan.
f. Tempelkan nyamuk pada kertas tadi dan nyamuk siap diamati.

3. Cara mengamati pinning nyamuk di mikroskop


1. Sediakan spesies dari l nyamuk Anopheles mulai dari telur, larva, pupa
dan imago.
2. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound dan
stereo.
3. Amati keseluruhan morfologi tubuh Anopheles.
4. Amati juga bagian tubuh yang membedakan nyamuk jantan dan betina.
5. Perhatikan dan gambarkan hasil pengamatan yang didapat.

PENGAMATAN :

(Larva) (Abdomen 8) (Pupa) (Nyamuk)

PEMBAHASAN :

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit. Penularannya


terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit ini dapat menimbulkan
gangguan yang fatal jika tidak segera diatasi. Penyakit malaria disebabkan oleh

34
parasit bernama plasmodium. Saat gigitan nyamuk membuat parasit tersebut
masuk ke tubuh, menyerang organ hati lalu menginfeksi sel darah merah. Hanya
nyamuk Anopheles betina yang dapat menyebabkan malaria. Maka dari itu, setiap
orang perlu tahu cara menghindari gigitan nyamuk sebelum tertular malaria dari
gigitan nyamuk ini. (Na'imah, 2021)

Ada beberapa spesies dari nyamuk ini, yaitu: Anopheles balabacensis,


Anopheles gambiae, Anopheles stephensi, danAnopheles maculatus. Nyamuk
dewasa dari jenis ini memiliki tubuh yang langsung dan terdiri dari tiga bagian,
yaitu kepala, dada, dan perut. Kepala dari nyamuk ini berguna untuk mendapatkan
makanan dan terkait sensorik. Lalu, badan atau thorax digunakan untuk bergerak.
Serta, perut untuk mencerna makanan dan mengeluarkan telur.

Nyamuk ini lebih aktif saat senja atau bahkan di malam hari. Kemampuan
terbang hewan ini lemah, sehingga tidak aktif jika kondisi cuaca sedang berangin.
Dalam hal bertelur, nyamuk betina dapat mengisap darah agar dapat bertelur.
Jumlah telur yang dihasilkan oleh nyamuk anopheles betina ini sebanyak 50-200
butir. Telur tersebut diletakkan di atas air yang tenang, lalu akan menetas dalam
waktu 2-3 hari. Jika sedang memasuki musim tropis, waktu yang dibutuhkan
adalah 10-14 hari agar telur tersebut menjadi nyamuk dewasa. Untuk lama
hidupnya, nyamuk betina mampu hidup hingga satu bulan. Berbeda jauh dengan
nyamuk jantan yang hanya dapat hidup selama satu minggu. (Na'imah, 2021)

Saat nyamuk Anopheles masih dalam tahap larva dan pupa, aktivitasnya
terbatas hanya pada lingkungan yang berair. Hewan ini mudah berkembang biak
di kolam air atau sungai. Jika kamu tinggal di dekat tempat perkembangbiakan
nyamuk ini, ada baiknya untuk rutin melindungi diri. Hal ini dilakukan agar tidak
mudah terkena malaria. Seperti kebanyakan nyamuk, Anopheles memiliki bentuk
tubuh yang panjang dan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala, dada (toraks), dan
perut. Saat hinggap di kulit manusia, posisi nyamuk Anopheles biasanya miring
sekitar 45 derajat, berbeda dengan nyamuk kebanyakan. Nyamuk Anopheles juga
biasanya berwarna kekuningan. (Na'imah, 2021)

35
Nyamuk Anopheles biasanya memasuki rumah di antara pukul 5 sore dan
9.30 malam, serta di pagi hari. Waktu menggigitnya dimulai dari senja, dan masa
paling aktif nyamuk Anopheles dalam menggigit manusia adalah antara tengah
malam dan pagi hari. (Makarim, 2022)

Nyamuk Anopheles penyebab malaria menyukai air bersih yang belum


terpapar polusi. Maka itu, perkembangbiakan nyamuk ini lebih banyak ditemukan
di air terbuka dengan vegetasi atau tumbuhan, seperti sawah, rawa, hutan
mangrove, sungai, serta genangan air sisa hujan. (Makarim, 2022)

Ketika Anda melihat genangan air dengan jentik nyamuk yang mengambang
dengan posisi horizontal atau mengikuti permukaan air, bisa diperkirakan itu
adalah jentik nyamuk Anopheles. (Makarim, 2022)

KESIMPULAN :

Dari hasil pengamatan pada saat praktikum kami dapatkan nyamuk


Anopheles dengan ciri memiliki bentuk tubuh yang panjang dan terbagi menjadi
3 bagian, yaitu kepala, dada (toraks), dan perut. Saat hinggap di kulit manusia,
posisi nyamuk Anopheles biasanya miring sekitar 45 derajat, berbeda dengan
nyamuk kebanyakan. Nyamuk Anopheles juga biasanya berwarna kekuningan.

SUMBER :
1. Makarim, d. F. (2022). Kenali nyamuk anopheles penyebab penyakit
malaria. Hallodok.
2. Na'imah, S. (2021). Mengenal ciri-ciri nyamuk malaria. hallosehat.

36
ORDO HEMIPTERA ( Cimex hemipterus )

JUDUL PRAKTIKUM : ORDO HEMIPTERA ( Cimex hemipterus )

TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh


Cimex hemipterus
SPESIMEN : Kutu Busuk (Cimex hemipterus)

HARI / TANGGAL : 27 Oktober 2022

ALAT : 1. Mikroskop compound

2. Botol spesimen

BAHAN : 1. Alkohol 70%

2. Tissue

PREPARAT : 1. Spesimen preparate kaca kutu kepala


(Cimex hemipterus)
2. Telur kutu busuk ( Cimex hemipterus )

CARA KERJA :

 Cara kerja pembuatan preparate kaca


1. Ektoparasit dibunuh terlebih dahulu dengan klorofom atau alkohol.
2. Masukan secara perlahan ke dalam KOH 10% selama 2-3 hari pada
suhu kamar.
3. Setelah itu dilakukan pencucian dengan air sebanyak 2 sampai 4 kali.
4. Preoses dehidrasi dengan alkohol bertingkat mulai 70%, 80%, 95% tiap
fase 10 menit.
5. Proses penjernihan dengan cara merendam ektoparasit kedalam asam
laktat 60% selama 15-30 menit.
6. Proses pencucian dengan larutan xylol, bila masih berkabut dilakukan
pencucian ulang.

37
7. Ektoparasit siap diawetkan dalam praparat kaca, kemudian dibubuhi
medium balsam kanada/entellan.
8. Disimpan dalam pemanas kaca preparate (slide warner) selama 2-3 hari
sampai kering.
9. Bila sudah kering, sekeliling kaca penutup diberi lapisan kuteks.
10. Bagian ujung kaca objek diberi data specimen pada kertas label.
 Cara kerja pemeriksaan
1. Sediakan spesies dari kutu busuk dewasa (Cimex hemipterus ).
2. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound.
3. Amati keseluruhan morfologi tubuh (Cimex hemipterus ).
4. Amati juga bagian tubuh yang membedakan Cimex hemipterus jantan
dan betina.
5. Perhatikan dan gambarkan hasil pengamatan yang didapat.

PENGAMATAN :

(Betina) (jantan)

PEMBAHASAN :

Kutu busuk adalah serangga parasit dari keluarga Cimicidae. Kutu busuk
dikenal sebagai spesies yang meminum darah manusia dan hewan berdarah panas
lainnya. Kutu busuk senang tinggal di rumah manusia, khususnya pada tempat
tidur.Kutu busuk biasa tinggal dan bertelur di lipatan tempat tidur atau bantal dan

38
tempat-tempat tersembunyi lainnya. Kutu busuk bisa menggigit tanpa disadari
korbannya, biasanya ia akan agresif pada malam hari. ia akan menimbulkan bekas
gigitannya yang berupa bentol dan terasa gatal serta panas pada korbannya.
Serangga parasit ini bisa menimbulkan penyakit ruam-ruam, efek psikologis, dan
gejala alergi. Hewan ini beraroma tidak sedap dan sangat menyengat di hidung.

Kutu Busuk atau Bed bug, Cimex hemipterus, adalah serangga yang amat
mengganggu manusia karena menghisap darah (umumnya di tempat tidur, kursi
atau sofa). Darah diperlukan untuk kehidupan kutu busuk sejak menetas, menjadi
nimfa, berganti kulit beberapa kali (setiap berganti kulit harus menghisap darah)
dan menjadi dewasa. Setiap ekor kutu busuk betina akan bertelur sekitar 200 butir
(3-4 butir telur setiap harinya). Dalam 5 bulan kutu busuk mencapai dewasa
(dengan ukuran 6-10 mm) dan dapat hidup sampai 10 bulan. (Analis kesehatan,
2014)

Di Indonesia, sampai akhir tahun 1970an, permasalahan kutu busuk banyak


ditemukan di rumah, gedung pertunjukan, hotel atau tempat lainnya dimana
manusia tidur atau duduk. Tetapi karena keberhasilan pengendalian dengan
insektisida berbasis organoklorin (al. DDT), kutu busuk praktis hampir dapat
dikendalikan secara penuh, dan hampir tidak ada informasi tentang serangan kutu
busuk dalam kurun waktu 1980-2000. Tetapi akhir-akhir ini, terutama dalam 3-5
tahun terakhir, kutu busuk mulai menjadi masalah, banyak ditemukan di hotel
berbintang, losmen asrama, dan sedikit di rumah tinggal. ( Ahmad, Ph.D. , 2019)

KESIMPULAN :

Kutu busuk senang tinggal di rumah manusia, khususnya pada tempat


tidur.Kutu busuk biasa tinggal dan bertelur di lipatan tempat tidur atau bantal dan
tempat-tempat tersembunyi lainnya.

Tetapi karena keberhasilan pengendalian dengan insektisida berbasis


organoklorin (al. DDT), kutu busuk praktis hampir dapat dikendalikan secara

39
penuh, dan hampir tidak ada informasi tentang serangan kutu busuk dalam kurun
waktu 1980-2000.

Tetapi akhir-akhir ini, terutama dalam 3-5 tahun terakhir, kutu busuk mulai
menjadi masalah, banyak ditemukan di hotel berbintang, losmen asrama, dan
sedikit di rumah tinggal.

SUMBER :

Ahmad, Ph.D. , I. (2019). Fakta tentang kutu busuk (bed bugs),.

Analis kesehatan. (2014). Makalah Tentang kutu.

40
ORDO DYCTIOPTERA ( KECOA/LIPAS)

JUDUL PRAKTIKUM : ORDO DYCTIOPTERA ( KECOA/LIPAS)

TUJUAN PRAKTIKUM : Mengamati berbagai ciri yang dimiliki oleh


KECOA/LIPAS
SPESIMEN : Kecoa/Lipas

HARI / TANGGAL :

ALAT : 1. Mikroskop compound

2. Alat bedah

3. petridish

4. Pipet tetes

BAHAN : 1. Alkohol 70%

2. Tissue

PREPARAT : 1. Spesimen preservasi pinning kecoa/lipas


2. Preservasi basah / cair dari mulai telur (ooteka) ,
nimfa, dan imago.
CARA KERJA :

 Cara kerja pembuatan pinning


1. Matikan terlebih dulu hewan yang ingin anda pinning
(nyamuk,lalat,kecoa,dll) dengan cara membasuki kapas yang telah
dilarutkan dengan larutan klorofom.
2. Tunggu hingga kurang kebih 15 menit.
3. Buka dan pilih hewan yang mau dipinning.
4. Letakan hewan dipinset dibagian toraks hewan tersebut.
5. Lalu amati di bawah mikroskop stereo.

41
 Cara kerja pemeriksaan
1. Sediakan spesies dari kecoa/lipas mulai dari telur (ooteka), nimfa dan
imago.
2. Selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop compound.
3. Amati keseluruhan morfologi tubuh Periplaneta americana dan Blatella
germanica.
4. Amati juga bagian tubuh yang membedakan kecoa jantan dan betina.
5. Perhatikan dan gambarkan hasil pengamatan yang didapat.

PENGAMATAN :

(Telur) (Jantan) (Betina)

(Tegmina) (Membranous) (Serkus)

42
PEMBAHASAN :

Kecoa merupakan salah satu insekta yang berperan sebagai vektor penyakit
yang banyak ditemukan dalam rumah, gedung-gedung, termasuk dalam restoran
ataupun rumah makan. Kecoa dapat mengkontaminasi makanan manusia dengan
membawa agent berbagai penyakit yang berhubungan dengan pencernaan seperti
diare, demam typoid, disentri, virus hepatitis a, polio dan kolera.

Kecoa rumah adalah serangga dengan bentuk tubuh oval, pipih dorso-
ventral. Kepalanya tersembunyi di bawah pronotum yang dilengkapi dengan
sepasang mata majemuk dan satu mata tunggal, antena panjang, sayap dua pasang,
dan tiga pasang kaki. Pronotum dan sayap licin, tidak berambut dan tidak bersisik,
berwarna coklat sampai coklat tua (Robby, 2012). Kecoa memiliki 3 bagian tubuh
utama yaitu caput (kepala), thorax (dada) dan abdomen (perut). Pada segmen
thorak terdapat 3 pasang kaki dengan tipe alat kaki yang memiliki ukuran dan
bentuk yang sama dimana tipe alat kaki seperti ini digunakan untuk berlari
sedangkan tipe mulut kecoa adalah menggigit dan mengunyah. Kecoa Periplaneta
americana memiliki panjang sekitar 3,81 cm, berwarna coklat kemerahan,
memiliki tanda di dada, dan memiliki sayap sempurna. Kecoa betina mampu
menghasilkan kapsul telur yang panjangnya 79 cm dan lebarnya 46 cm setiap
minggunya. Kecoa rumah betina biasanya membawa sebuah kapsul telur sekitar
sehari lalu kemudian disimpan di tempat yang aman. Masa inkubasi berlangsung
selama 1-2 bulan. Nimfa Periplaneta americana dengan nimfa Blatta orientalis
sulit dibedakan. Namun nimfa Periplaneta americana lebih kecil, berwarna coklat
kemerahan dan belum memiliki sayap sempurna. (Harahap, 2011)

Kecoa merupakan hama yang tidak disukai, hal ini berkaitan dengan kesan
kotor, menjijikkan, menimbulkan bau busuk, vektor beberapa penyakit dan
menyebabkan reaksi alergi terhadap manusia.2 Kecoa juga dapat menyebabkan
keracunan makanan karena membawa patogen di tubuhnya seperti Salmonella,
Staphylococcus, Streptococcus, Coliform dan bakteri patogen lainnya. Kecoa
menjadi harbor (tempat hidup) dan transmitter patogen penyakit karena kecoa

43
dapat makan apa saja, termasuk sisa makanan dibuang di dapur dan di kotak
sampah. Kecoa secara mekanis dapat mentransfer kuman dengan berjalan di atas
piring dan peralatan makan.3 Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa infestasi
kecoa dapat menyebabkan stres psikologis manusia dan stigma bahwa infestasi
kecoa dapat mengubah perilaku manusia, seperti entomofobia.4,5 Kecoa
Periplaneta americana merupakan jenis kecoa yang paling banyak terdapat di
lingkungan pemukiman di Indonesia. Perkembangbiakan Periplaneta americana
relatif tinggi, dihasilkan rata-rata satu ooteka perminggu sampai kira-kira yang
dihasilkan sejumlah 15-90 ooteka. Setiap ooteka berisi sekitar 15 butir telur.1
Untuk menghindari adanya kontak antara manusia dengan kecoa dan mencegah
timbulnya penyebaran penyakit, maka sangat diperlukan pengendalian vector
kecoa. Sehingga peluang kecoa menjadi vektor mekanik dapat diminimalisir.
Pengendalian kecoa dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti secara sanitasi,
biologis, mekanis atau kimiawi. Pada umumnya cara kimiawi lebih banyak
dilakukan oleh masyarakat seperti penyemprotan atau pengasapan karena dinilai
lebih praktis.6 Pengendalian vektor penyakit dengan menggunakan insektisida
masih jadi prioritas utama yang dilakukan baik pemerintah maupun masyarakat.
Maka perlu dicari model pengendalian secara kimia dengan metode yang lain
yang bisa digunakan sewaktu-waktu. (Arifah, Hestiningsih, & Rahadian, 2016)

KESIMPULAN :

Pada segmen thorak terdapat 3 pasang kaki dengan tipe alat kaki yang
memiliki ukuran dan bentuk yang sama dimana tipe alat kaki seperti ini digunakan
untuk berlari sedangkan tipe mulut kecoa adalah menggigit dan mengunyah.
Kecoa merupakan hama yang tidak disukai, hal ini berkaitan dengan kesan kotor,
menjijikkan, menimbulkan bau busuk, vektor beberapa penyakit dan
menyebabkan reaksi alergi terhadap manusia.2 Kecoa juga dapat menyebabkan
keracunan makanan karena membawa patogen di tubuhnya seperti Salmonella,
Staphylococcus, Streptococcus, Coliform dan bakteri patogen lainnya.

44
Kecoa menjadi harbor (tempat hidup) dan transmitter patogen penyakit
karena kecoa dapat makan apa saja, termasuk sisa makanan dibuang di dapur dan
di kotak sampah. Kecoa secara mekanis dapat mentransfer kuman dengan berjalan
di atas piring dan peralatan makan.3 Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa
infestasi kecoa dapat menyebabkan stres psikologis manusia dan stigma bahwa
infestasi kecoa dapat mengubah perilaku manusia, seperti entomofobia.4,5 Kecoa
Periplaneta americana merupakan jenis kecoa yang paling banyak terdapat di
lingkungan pemukiman di Indonesia.

SUMBER :

Arifah, F. G., Hestiningsih, R., & Rahadian, R. (2016). Preferensi Kecoak


Amerika Periplaneta americana (L.) . JURNAL KESEHATAN
MASYARAKAT.
Harahap, R. (2011). Tinjauan Pustaka.

45
DAFTAR PUSTAKA

1. ORDO PTHIRAPTERA ( KUTU )


Azizah, N. S. (2018, Oktober Senin). Kutu Kepala. Laporan Praktikum
Entomologi, p. 1.
Prameswari, A. (2017). Universitas Diponegoro. laporan praktikum entomologi,
1-3.

2. ORDO SIPHONAPTERA ( PINJAL )


Sari, p. r. (n.d.). Laporan Praktikum Rodent(revised).
Wahyuni, T. (n.d.). Laporan entomologi kesehatan.

3. ORDO DIPTERA ( LALAT Musca domestica )


Hadi, u. k. (n.d.). bioekologi baerbagai jenis serangga pengganggu pada hewan
ternak. Parasit dan entomologi kesehatan masyarakat.
http://repository.umsurabaya.ac.id/4785/3/BAB_2.pdf diakses 1 November 2022

4. ORDO DIPTERA ( NYAMUK Aedes aegypti )


https://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti diakses pada1 November 2022
Womack, M. 1993. The yellow fever mosquito,Aedes aegypti. Wing Beats,

5. ORDO DIPTERA ( NYAMUK Aedes albopictus)


Agustin, w. t. (2017). identifikasi nyamuk (famili culidae) sebagai vektor penyakit
diblok merak dan widuri resort labuhan merak kawasan taman nasional
baluran. reporsitory.unej.ac.id.
Fadli, d. r. (2022, agustus 22). Mengenal Nyamuk Aedes Albopictus Penyebab
Demam Berdarah. halodoc.
Sumarni. (2016). identifikasi larva aedes sp pada tempat penampung air
masyarakat di RW1 kelurahan padaleu kecamatan kambu kota kendari
sulawesi tenggara. repository.poltekkes-kdi.ac.id, 12.

46
6. ORDO DIPTERA ( NYAMUK Culex)
Anonim. (2002). Telur nyamuk culex.
Anonim. (2010). Peran Culex quinquefasciatus.
Borror dkk, B. (1992). Identifikasi nyamuk culex famili culicidae.
Dinata. (2009). Perilaku Culex quinquefasciatus.
Kardinan. (2003). Pupa nyamuk culex.
Matsumura. (1985). Ciri dari larva nyamuk Culex .
Matsumura. (1985). Ciri-ciri nyamuk Culex dewasa .
Metcalff. (1985). Siklus hidup Culex quinquefasciatus .
Setiawati. (2000). Identifikasi nyamuk culex quinquefasciatus.

7. ORDO DIPTERA ( NYAMUK Anopheles)


Makarim, d. F. (2022). Kenali nyamuk anopheles penyebab penyakit malaria.
Hallodok.
Na'imah, S. (2021). Mengenal ciri-ciri nyamuk malaria. hallosehat.

8. ORDO HEMIPTERA ( Cimex hemipterus )


Ahmad, Ph.D. , I. (2019). Fakta tentang kutu busuk (bed bugs),.
Analis kesehatan. (2014). Makalah Tentang kutu.

9. ORDO DYCTIOPTERA ( KECOA/LIPAS)


Arifah, F. G., Hestiningsih, R., & Rahadian, R. (2016). Preferensi Kecoak
Amerika Periplaneta americana (L.) . JURNAL KESEHATAN
MASYARAKAT.
Harahap, R. (2011). Tinjauan Pustaka.

47

Anda mungkin juga menyukai