Anda di halaman 1dari 16

BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi

kelangsungan hidup manusia, sehingga pangan dapat disebut sebagai hak

asasi atas hidup Manusia. Kebutuhan manusia akan pangan menjadi

prioritas utama yang pemenuhannya tidak dapat ditunda. UU No. 18 Tahun

2012 tentang Pangan, menyebutkan bahwa pangan merupakan kebutuhan

dasar manusia yang Paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian

dari hak asasi manusia Yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai komponen dasar untuk

mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Jamur merupakan

salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Jamur

merupakan makhluk hidup Kosmopolitan yang tumbuh di mana saja dekat

dengan kehidupan manusia, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di

tubuh manusia sendiri. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup

parah bagi manusia. Penyakit yang disebabkan oleh jamur Berasal dari

makanan yang kita makan sehari-hari.(Sulastina,2020)

Jamur/Fungi adalah organisme uniseluler atau Multiseluler (umumnya

berupa benang yang disebut hifa, hifa yang bercabang membentuk jalinan

struktur yang disebut miselium, dinding sel mengandung kitin, eukariotik,

tidak Berklorofil. Hidup heterotrof melalui Saprofit (mengurai sampah

organik), parasit (merusak Organisme lain) dan simbiosis. Habitat jamur


umumnya di darat dan di tempat yang lembab. Jamur uniseluler dapat

bereproduksi dengan dua cara; dengan pembentukan spora, pembelahan,

dan tunas, membentuk spora askus secara generatif. Mengenai jamur

multiseluler, reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, konidia, zoospora.

Secara generatif dapat dilakukan dengan konjugasi, hifa menghasilkan

zigospora, spora askus, spora basidium. Jamur berbeda dari organisme lain

dalam hal struktur tubuh, habitat, reproduksi, dan pertumbuhan.

(Wasilah.dkk,2023)

Semua negara di dunia mengalami permasalahan keamanan pangan.

Menurut WHO (World Health Organization), Diperkirakan 70% dari

sekitar 1,5 miliar penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne

disease). Keracunan pangan menjadi penyebab penyakit diare dan setiap

tahunnya menyebabkan sekitar 3 juta kematian anak yang berusia dibawah

5 tahun. Contoh kasus di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 48 juta

kasus keracunan makanan setiap tahunnya. Berdasarkan data tahun 1998,

kejadian keracunan makanan di Amerika Serikat mengakibatkan 128.000

orang dirawat di rumah sakit dan sekitar 3.000 orang meninggal dunia.

Sementara di Indonesia, berdasarkan data BPOM pada periode tahun

2009-2013 diperkirakan ada 10.700 kasus kejadian luar biasa keracunan

pangan dan selama periode tersebut, terdapat 411.500 orang sakit dan

2.500 orang meninggal dunia.(Suhartini & Dwi,2023)

B. Tujuan

Untuk mengidentifikasi fungi kontaminan pada apel


BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

Buah-buahan merupakan sumber makanan yang bersifat mudah rusak

(perishable) karena mempunyai kadar air tinggi (70−95%), tekstur lembut,

dan daya simpannya hanya beberapa hari sehingga memerlukan

penanganan khusus setelah dipanen. Iklim tropis dengan tingkat

kelembapan yang tinggi menjadi faktor penyebab berkembangnya kapang

yang mencemari aneka buah Indonesia, terutama kapang yang

menghasilkan mikotoksin. Kapang penghasil mikotoksin dapat dengan

mudah menginfeksi produk pangan, termasuk aneka buah. Jenis

mikotoksin yang biasa terdapat pada aneka buah antara lain adalah

patulin, aflatoksin, okratoksin, dan alternariol. Contoh Kapang penghasil

mikotoksin sejenis patulin, antara lain Fusarium sp., Penicillium sp., dan

Aspergillus niger. Namun demikian pada beberapa jenis buah dapat

ditemukan juga jenis jamur seperti Rhizopus sp, dan Culvullaria sp.

(Natawijaya,dkk,2015)

Apel merupakan salah satu jenis buah yang banyak diminati masyarakat

Indonesia. Apel memiliki kandungan yang bermanfaat bagi tubuh manusia,

seperti vitamin A, B, dan C, serta mineral (kalsium, fosfor, zat besi, klor,
magnesium, natrium, potassium). Penurunan produksi buah apel pasca

panen terjadi karena adanya kerusakan yang disebabkan oleh faktor fisik,

kimiawi, dan biologis. Salah satu mikroorganisme perusak buah apel

adalah kapang.(Shabrina,dkk,2018)

Penyakit kudis apel (apple scab) oleh Venturia sp., busuk buah (apple rot)

oleh Colletotrichum sp dan busuk Pahit (bitter rot) oleh Monilia sp.

Beberapa spesies kapang dari Penicillium yaitu P. Expansum, P. Solitum

dan P. Komune menyebabkan penyakit busuk kapang biru. Gejala awal

terlihat pada permukaan buah apel yang Lembek, berair, dan berwarna

cokelat muda. Kemudian timbul miselium jamur berwarna putih yang

akhirnya membentuk spora berwarna biru kehijauan. Kapang B. Cinerea

menyebabkan penyakit busuk kapang kelabu. Busuk kapang kelabu terjadi

Akibat adanya luka seperti tusukan dan memar yang timbul pada saat

panen dan selama proses Penanganan pasca panen. Gejala awal terlihat

pada daerah pembusukan yang berwarna cokelat muda Hingga cokelat tua.

Kemudian timbul miselium jamur berwarna putih keabu-abuan yang

akhirnya Membentuk spora berwarna cokelat. (Shabrina,dkk,2018)

Jamur Penicillium sp

Klasifikasi :

Divisio : Mycophyta

Sub Divisio : Eumycophyta

Class : Ascomycetes

Sub class : Euascomycetes


Ordo : Aspergillales

Famili : Aspergillaceae

Spesies : Penicilium sp

Penicillium tersebar dimana-mana terutama pada makanan, koloninya

tumbuh dengan cepat (dalam waktu 8 hari, Diameter koloninya mencapai

50 mm), mula-mula berwarna putih, kemudian berubah menjadi hijau ke

biru-biruan.(Suryani,dkk,2020)

Jamur Monillia sp

Klasifikasi :

Divisio : Mycophyta

Sub Divisio : Eumycophyta

Class : Deuteromycetes

Ordo : Monilliales

Famili : Monilliaceae

Spesies : Monilla sp

Koloninya tumbuh dengan cepat sekali dan dalam beberapa hari dapat

menyelimuti seluruh permukaan cawan petri. Karena jamur ini mudah

tumbuh dan sporanya mudah di terbangkan angin, maka jamur ini

merupakan salah satu jamur kontaminan yang sering ditemukan dan

menggangu pemeriksaan di laboratorium.(Suryani,dkk.2020)

Jamur Botrytis sp

Klasifikasi :

Kingdom: Fungi
Divisi: Ascomycota

Kelas: Leotiomycetes

Ordo: Leotiomycetales

Famili: Moniliaceae

Genus: Botrytis

Spesies: Botrytis sp

Pengamatan ciri morfologi ini sesuai dengan ciri morfologi Botrytis sp,

yang disampaikan yaitu secara makroskopis jamur Botrytis sp. Memiliki

koloni berwarna hijau berbentuk melingkar konsentris, warna Koloni

jamur dan masing masing tanaman warna koloni jamur berbeda serta

bentuknya salah satunya juga dapat dipengaruhi dengan kondisi

lingkungan dan jenis substrat yang digunakan. Pengamatan secara

mikroskopis jamur Botrytis sp, memiliki hifa seperti gelembung yang

dibatasi oleh sekat berwarna putih kemudian membentuk miselium Yang

bercabang dan bersekat. Konidiofor muncul tegak lurus dari miselium.

(Akhsan,dkk,2022)

Jamur Aspergillus sp

Klasifikasi :

Kingdom: Fungi

Divisi: Amastigomycota

Kelas: Ascomycetes

Ordo: Eurotiales

Family: Eurotiaceae
Genus: Aspergillus

Spesies: Aspergillus sp

Secara makroskopik, tlihat bahwa warna koloni yang dihasilkan oleh

jamur ini lama kelamaan berwarna hitam yang menyebar pada Media PSA

memenuhi cawan petri yang mula-mula berwarna. Pengamatan secara

mikroskopis, terlihat bahwa jamur ini memiliki kepala konidia yang

berbentuk ridiate, berbentuk bulat, terdapat phialid di kepala konidia,

konidiofor panjang dan membengkak menjadi vesikel pada ujungnya

membawa sterigma dimana tumbuh konidia, memiliki hifa asepta.

(Akhsan,dkk,2022)

Jamur Fusarium sp

Klasifikasi :

Divisio : Mycophyta

Sub Divisio : Eumycophyta

Class : Deutteromycetes

Ordo : Moniliales

Famili : Tuberculariacea

Species : Fusarium sp

Jamur ini pertumbuhannya cepat sekali dan koloninya padat (diameter

dapat mencapai 45 mm dalam waktu 5 hari).Koloni yang tampak mula-

mula berwarna putih seperti kapas, kemudian berubah menjadi rose pada

bagian pinggirnya. Microconidia yang di hasilkan oleh genus ini sangat


khas, multiseluler dan bentuknya seperti tongkat atau sabit.

(Suryani,dkk,2020)

Jamur Colletotrichum sp

Klasifikasi :

Kingdom: Fungi

Divisi: Aschomycota

Class: Ascomycetes

Ordo: Melanconiales

Family: Melanconiaceae

Genus: Colletotrichum

Spesis: Colletotrichum sp

Pengamatan secara makroskopis di media, terlihat bahwa koloni jamur

Berwarna putih kecoklatan, tekstur jamur halus Seperti kapas. Pengamatan

secara mikroskopis yaitu Terlihat bahwa jamur ini memiliki konidia tidak

Bersekat dan berbentuk bulan sabit.(Akhsan,dkk.2021)

Jamur Rhizopus sp

Klasifikasi :

Kingdom: Micetae,

Divisio: Zygomycota

Class: Zygomicetes

Ordo: Mucorales

Family: Mucoraceae

Genus:Rhizopus,
Spesies: Rhizopus sp

Koloni jamur Rhizopus sp mempunyai koloni yang berwarna keputihan

menjadi abu – abu Kecoklatan hingga kehitaman. Rhizoid dari jamur ini

berwarna coklat, bercabang dan berlawanan arah dengan sporangiofor bisa

muncul langsung dari stolon tanpa adanya rhizoid. Sporangiofor bisa satu

atau berkelompok kadang-kadang menyerupai garpu, dinding berduri dan

warna coklat kehitaman. Stolonnya berdinding halus atau kasar,

sporangiospora jamur ini berbentuk bulat, oval atau berbentuk elips atau

silinder.(Akhsan,dkk,2021)

Tanaman apel telah dikembangkan di Kabupaten Timor Tengah

Selatan (TTS) provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak tahun 1954.

Pada tahun 1981, tanaman apel di Kabupaten TTS telah mencapai

268 hektar atau hampir 300.000 pohon apel yang tumbuh subur

di Kecamatan Mollo Utara dan Mollo Selatan. Namun pada

tahun 1979, tanaman apel mengalami penurunan produksi dan

mengalami kematian karena terserang hama dan penyakit. Pada

awalnya infeksi penyakit terjadi secara sporadis, namun lama

kelamaan makin meluas secara eksplosif sehingga sukar dikendalikan.

Salah satu penyebab penyakit pada tanaman apel Timor adalah serangan

jamur Gromorella sp, jamur tersebut merusak daun apel Timor dengan

gejala warna kuning dan bintik hitam serta menunjukkan karatan

pada permukaan daun, sedangkan pada buah apel terdapat gejala busuk

buah pada bagian apikal buah. Pada batang memperlihatkan


adanya bintik-bintik kecil berwarna hitam pada bagian pangkal

batang. Diperoleh 16 isolat jamur pathogen yang menyerang

tanaman Apel Timor terdiri dari 4 isolat dari Desa Pubasu dan 12

isolat dari Desa Tubuhue, dan terdapat 2 isolat jamur patogen yang

teridentifikasi, yaitu isolat Glomerella cingulata dan Gloeosporium

gloeosporiodes. yang diisolasi dari sampel bergejala busuk buah, dan

Alternaria sp. yang diisolasi dari sampel bergejala bercak daun.

(Ernawati,dkk,2023)

BAB lV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan

Adapun praktikum yang berjudul tentang “Identifikasi Fungi

Kontaminan Pada Apel”. Bertujuan untuk mengidentifikasi fungi

kontaminan pada sampel apel, yang di laksanakan jam 13:00 – 15:00,


pada hari Kamis 19 Oktober 2023, di laboratorium biokimia gedung D

lantai 1, Universitas Megarezky.

Identifikasi sampel apel di lakukan secara makroskopik yang meliputi :

warna, bentuk, bau, pertumbuhan. Sedangkan pengamatan secara

mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang meliputi

: rhizoid, sporangiofor, sporangium, spora, stolon, hifa, dan ada

tidaknya sekat pada hifa. Adapun fungsi dari larutan KOH 10 % yaitu

untuk mengeliminasi sel non-jamur, larutan pewarna LCB

( lactophenol cotton blue) digunakan untuk memperjelas ciri morfologi

fungi saat diamati di bawah mikroskop, media PDA (Potato Dextrose

Agar) adalah media yang umum untuk pertumbuhan jamur di

laboratorium karena memiliki pH yang rendah (pH 4,5 - 5,6) sehingga

menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan

yang netral dengan pH 7,0, dan suhu optimum untuk pertumbuhan

antara 25-30°C.

Pada pengamatan sampel apel, setelah dilakukan penjamuran

didapatkan hasil dari metode mikroskopik (langsung) yaitu

makrokonidia, Hifa, dan spora. Kemudian pada pengamatan

makroskopik pada hari ke 3, setelah dilakukan isolasi ke media PDA

ditemukan ciri-ciri koloni yang warnanya putih krem dengan

permukaan koloni menyerupai kapas dan memiliki bau asam. Pada

pengamatan makroskopik selanjutnya dihari ke 6, ditemukan

perubahan koloni bewarna putih dengan permukaan koloni yang


bertekstur kapas yang terdapat bintik-bintik hitam, lalu terlihat

pertumbuhan semakin menyebar dan bau tetap asam. Hasil

pengamatan secara mikroskopik (tidak langsung) yang dilakukan di

hari ke 6 dengan perbesaran 40X, ditemukan adanya sporangium

berbentuk oval, sporangiosfor dan hifa tidak bersekat yang

menunjukkan bahwa adanya Rhizopus sp.

Klasifikasi jamur Rhizopus sp adalah sebagai berikut :

Kingdom: Micetae,

Divisio: Zygomycota

Class: Zygomicetes

Ordo: Mucorales

Family: Mucoraceae

Genus:Rhizopus,

Spesies: Rhizopus sp

Rhizopus sp banyak dikenal masyarakat karena kegunaannya dalam

memfermentasi kedelai menjadi tempe. Faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan jamur adalah suhu. Suhu akan mempengaruhi reaksi

kimiawi dan reaksi enzimatis pada mikroba yang berpengaruh pada

pertumbuhan mikroba.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini dengan mengidentifikasi sampel

apel dengan menggunakan metode mikroskop dan makroskopik dapat

ditemukan jamur jenis Rhizopus sp.

B. Saran

Untuk praktikum selanjutnya diharapkan menyediakan mikroskopik yang

baik agar mempercepat proses praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Akhsan, N., dkk, 2021. Identifikasi Jamur Rizosfer Pada Tanaman

Pisang Kepok (Musa Paradisiacal) Yang Tumbuh Di Daratan Dan

Perbukitan. Jurnal Agrifarm. Vol 10, No 2

Akhsan, N., dkk, 2022. Identifikasi Jamur Rhizosfer Di Lahan

Tanaman Bawang Merah (Allium Raya Kecamatan Tenggarong Jurnal

Agroekoteknologi Tropika Lembab. Vol 4, No 2

Ernawati, E., dkk, 2023. Agensi Hayati Jamur Endofit Daun Dan

Batang Apel Timur. Jurnal Biologi Universitas Andalas. Vol 11, No 1

Natawijaya, D., dkk, 2015. Uji Kecepatan Pertumbuhan Jamur

Rhizopus Stolonifer Dan Aspergillus Niger Yang Di Inokulasikan Pada

Beberapa Jenis Buah Lokal. Jurnal Siliwangi. Vol 1 , No 1

Shabrina, A., dkk, 2018. Isolasi Dan Uji Patogenitas Kapang Perusak

Pada Apel Malang (Malus Sylvestris Mill) Pasca panen. Jurnal Biologi

Indonesia. Vol 14, No 1

Suhartini, F & Dwi, S. P., 2023..Gambaran Kapang Aspergillus sp

Kemasan Tanpa Merek Di Pasar Tradisional Kota Samarinda. Jurnal

Ilmu Kesehatan. Vol 6, No 2

Suryani, Y., dkk, 2020. Mikologi. Sumatera Barat : PT Freeline Cipta

Granesia
Sulastina, N. A ,2020. Analisis Jamur Kontaminan Pada Roti Yang Di

Jual Di Pasar Tradisional. Jurnal Aisyiyah Medika. Vol 5, No 1

Wasila, S. Z., dkk, 2023. Mikologi. Jawa Tengah : Eureka Media

Aksara
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai