PENDAHULUAN
1
berlaku bagi organisme bersel tunggal saja, tetapi juga untuk organisme bersel
banyak dengan pertumbuhan yang dibatasi secara genetik (Burrows, 2004).
Berdasarkan dari penjelasan yang telah dijelaskan di atas, maka praktikum ini
penting dilakukan agar mahasiswa mampu mengetahui cara melakukan pengambilan
sampel mikroba dan mampu membiakkan mikroba dengan baik dan benar.
1.2 Tujuan Praktikum
Mengetahui teknik pengambilan sampel air
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Di alam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri
dari campuran berbagai macam sel. Di dalam laboratorium populasi bakteri ini dapat
diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari
morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya. Dalam pengaplikasiannya dikenal
banyak teknik dalam pengambilan sampel. Dapat dilihat dibawah teknik-teknik
berikut:
2.1 Teknik Pengambilan Sampel
Sebelum melakukan isolasi terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel.
Berikut merupakan prosedur pengambilan sampel ( Adam, 2001).
1. Sampel tanah
Jika mikroorganisme yang diinginkan kemungkinan berada di dalam tanah, maka
cara pengambilannya disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan. Misal jika yang
diinginkan mikroorganisma rhizosfer maka sampel diambil dari sekitar perakaran
dekat permukaan hingga ujung perakaran.
2. Sampel udara
Jika mikroba yang diinginkan adalah berada di udara sekitar, misalnya di kamar
mandi, ruangan dan lain-lain, maka caranya hanya dengan membuka tutup cawan
petri yang berisi media steril selama ±5 menit.
3. Sampel air
Pengambilan sampel air bergantung kepada keadaan air itu sendiri. Jika berasa l
dari air sungai yang mengalir maka botol dicelupkan miring dengan bibir botol
melawan arus air. Bila pengambilan sampel dilakukan pada air yang tenang, botol
dapat dicelupkan dengan tali, jika ingin mengambil sampel dari air keran maka
sebelumya keran dialirkan dulu beberapa saat dan mulut kran dibakar.
2.2 Fase Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda,
yang berturut-turut disebut dengan fase lag, fase exponensial, fase stasioner, dan fase
kematian. Pada fase kematian exponensial tidak diamati pad kondisi umum
pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan zat
kimia toksik, panas atau radiasi (Hadioetomo, 1985).
Fase lag merupakan fase yang dilakukan mikroorganisme untuk beradaptasi
dengan lingkungannya yang baru sebelum memulai pertumbuhan. Waktu yang
3
dibutuhkan untuk berkembang biak cukup lama, kecepatan pertumbuhan berada pada
titik yang rendah mendekati nol dengan waktu generasi yang panjang. Ukuran serta
kecepatan aktivitas metabolisme berada pada kondisi maksimum. Fase log akan
pendek jika inokulum yang dipakai adalah bakteri pada pertumbuhan eksponensial
dan media memiliki komposisi yang sama dengan media pertumbuhan sebelumnya.
Inokulasi bakteri pada fase stasioner atau inokulasi ke media dengan komposisi
berbeda akan menghasilkan fase lag sepuluh sampai dua puluh jam lebih lama. Fase
lag mengindikasikan waktu yang diperlukan bakteri untuk mensintesis enzim yang
dibutuhkan dalam metabolisme nutrisi baru. Setelah aklimatisasi sel akan mengalami
fase percepatan pertumbuhan eksponensial, di mana nutrisi digunakan untuk
membentuk materi sel baru. Pada tahap ini waktu yang dibutuhkan untuk berkembang
biak semakin pendek dan terjadi peningkatan kecepatan pertumbuhan (Adam, 2001).
Pada tahap fase eksponensial ini waktu yang dibutuhkan untuk berkembang biak
atau waktu generasi berada pada kondisi minimal atau konstan, kecepatan
pertumbuhan spesifik berada pada kondisi maksimal atau konstan. Terjadinya kondisi
ini ditandai dengan nilai DNA/sel, RNA/sel, protein/sel dan kerapatan sel berada pada
kondisi konstan, sedangkan untuk ukuran sel biasanya minimum. Karena kecepatan
pembelahan diri relatif konstan maka tahap ini paling cocok untuk menetapkan
kecepatan pembelahan diri dan kecepatan pertumbuhan. Selain dapat juga digunakan
untuk mempelajari faktor – faktor lingkungan dan untuk mengetahui kemampuan
mikroorganisme dalam menggunakan substrat (Burrows, 2004).
Pada fase ini nutrien telah habis, konsentrasi tinggi dari hasil metabolisme yang
bersifat toksik, serta mempunyai kepadatan populasi yang tinggi. Fase stasioner
merupakan fase keseimbangan antara pertumbuhan dan kematian sel. Sebenarnya
dalam fase ini sel berada pada tahap tidak melakukan aktivitas (suspended
animation), dengan berakhirnya fase stasioner akan diikuti dengan mulainya fase
kematian. Pada fase ini proses metabolisme berhenti, laju kematian meningkat dan
ada kemungkinan sel – sel dihancurkan oleh pengaruh enzim yang berasal dari sel itu
sendiri (autolisis). Ketika proses lisis terjadi nutrien intraselular terlepas ke dalam
medium yang kemudian dapat digunakan oleh mikroorganisme lain yang masih hidup
(Adam, 2001).
4
Gambar 2.1 KurvaPertumbuhan Bakteri (Adam, 2001)
5
mematikan sel bakteri, sehingga keberadaan bahan kimia dapat menghambat
pertumbuhan bakteri (Cappuccino, dkk, 2000).
2.4 Media Pertumbuhan Bakteri
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme khususnya bakteri memanfaatkan nutrisi di dalam
media berupa molekul-molekul terkecil yang dirakit untuk menyusus komponen sel.
Dengan media, pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi mikroorganisme menjadi
kultur murni, juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Bahan dasar
adalah air sebagai pelarut dari agar dimana agar tersebut berfungsi sebagai pemadat
media (Bergey’s, 2005).
Bahan yang didinokulasikan pada medium tersebut disebut inoculum. Dengan
menginokulasi medium agar nutrient (nutrient agar) dengan metode cawan gores atau
dengan metode cawan tuang. Sel-sel mikroba akan terpisah sendiri-sendiri. Jika dua
sel pada inoculum asal terlalu berdekatan letaknya pada medium agar, maka koloni
yang terbentuk dari masing-masing sel dapat bercampur dengan sesamanya, atau
paling tidak bersentuhan, jadi massa sel dapt diamati dalam medium agar, bukanlah
suatu biakan yang murni (Pelczar, dkk, 2008).
Setiap mikrobia dapat diinkubasi dengan media tertentu sesuai dengan sifat-sifat
karakteristik biosintesisnya. Media PCA (plate count agar) dan NA (nutrient agar)
biasa digunakan untuk pemupukan bakteri dan media PDA (potato dextrose agar)
biasanya digunakan untuk pemupukan jamur (Fardiaz, 1994).
Penurunan jumlah bakteri disebabkan oleh perbedaan daya tahan mikroba
terhadap kadar garam sangat bervariasi, tergantung dari sifat dinding sel dan tekanan
osmotic internal mikroorganisme tersebut. Selain itu juga penurunan jumlah total
bakteri ,menunjukkan fase menuju kematian dan fase kematian. Pada fase ini
sebagian populasi jasad renik mulai mengalami kematian karena beberapa faktor
yaitu nutrient di dalam medium sudah habis, dan energy cadangan di dalam sel sudah
habis (bergey’s, 2005).
2.5 Pengamatan Koloni Mikroba
Karakteristik koloni bakteri hasil isolasi yaitu berdasarkan (Bergey’s, 2005):
a. Bentuk koloni (dilihat dari atas) : berupa titik-titik, bulat, berbenang, tak teratur,
serupa akar, serupa kumparan.
b. Permukaan koloni (dilihat dari samping) : rata, timbul-datar, melengkung,
membukit, serupa kawah.
6
c. Tepi koloni (dilihat dari atas) : utuh, berombak, berbelah, bergerigi, berbenang,
keriting.
d. Warna koloni : keputih-putihan, kelabu, kekuning-kuningan atau hampir bening.
7
III. METODE
8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
GAMBAR KETERANGAN
4.2 Pembahasan
Dalam teknik sampling, kita akan mengenal istilah populasi dan sampel. Populasi
merupakan semua kemungkinan pengukuran yang perlu diperhatikan dalam suatu
pengamatan, bisa berupa fisik (lebar atau luas), bisa berupa jawaban pertanyaan (ya
atau tidak), atau bisa juga berupa klasifikasi atau karakteristik. Banyaknya
pengamatan atau anggota populasi disebut ukuran populasi, sedangkan suatu nilai
yang menggambarkan ciri/karakteristik disebut parameter (nilai stabil dari suatu
observasi terhadap anggota populasi) (Sugiarto, 2003)
Standar teknik pengambilan sampel dan ukuran sampel dalam sebuah penelitian
diperlukan untuk menghasilkan gambaran yang sesungguhnya atas populasi atau
9
permasalahan yang sedang diteliti, sehingga dapat diambil tindakan atau langkah
untuk mengatasi masalah tersebut (Fachrul, 2008)
Umumnya, prosedur sampling (khususnya sampel air) haruslah memastikan:
1. Sampel yang diambil dapat mewakili sumber daya air yang bersangkutan;
2. Terhindar dari kontaminasi sekunder;
3. Sifat kimia dan fisik sampel air dipertahankan sampai pada proses analisa.
2.2.1. Permasalahan dalam pengambilan sampel
Salah satu permasalahan dalam pengambilan sampel yaitu polutan/ zat pencemar
bersifat dinamis dan bermigrasi seiring dengan perubahan situasi dan kondisi
setempat. Ada beberapa hal yang mempengaruhi cara serta kecepatan migrasi
polutan:
1. Karakteristik fisik matrik, udara, tanah/sedimen, padatan/lumpur atau cairan
2. Cuaca
3. Jumlah polutan
4. Kecepatan lepasnya polutan ke lingkungan
5. Sumber emisi atau efluen
6. Sifat kimia, biologi, dan fisika polutan
7. Intervensi manusia
Disamping factor migrasi, konsentrasi parameter kualitas lingkungan yang
berasal dari air, udara, dan tanah umumnya rendah, yaitu ppm (parts per million), ppb
(parts per billion) atau bahkan ppt (parts per trillion) merupakan problem analitik
yang sering muncul ketika menganalisis sampel lingkungan di laboratorium
(Barcelona, 1988)
Sementara itu, mendapatkan sampel homogen sebagaimana kondisi
sesungguhnya merupakan permasalahan yang sering muncul karena pengambilan
sampel lingkungan dituntut representative atau mewakili populasi (Hadi, 2007)
10
V. PENUTUP
5.1 Kesimpula
Kesimpulan yang bisa diambil saat praktikum yaitu Jika kita ingin melakukan
peneli1ian pada sesuatu populasi yang besar, kita tidak perlu meneliti setiap unit dari
populasi akan tetapi cukup hanya mengambil sebagian saja (sampel). Untuk
mendapatkan suatu sampel yang "representatif perlu diperhatikan cara-cara yang
disebut dalam "Probability Sample". Jika kita hanya ingin mengetahui sekedar
gambaran umum dari suatu keadaan, sedang biaya dan waktu sangat sedikit, dapat
kita pergunakan "Non Probability Sample". Untuk menghindari terjadinya Non
Sampling Error perlu diadakan perencanaan yang baik, dalam pembuatan kwesioner,
manual, penetapan defenisi dan konsep serta pengumpulan dan pengolahan data.
5.2 Saran
Sebaiknya pratikan harus menentukan waktu yang pas untuk mengambil sampel,
karena waktu pengabilan sampel juga perlu diperhatikanbeserta suanamya
11
DAFTAR PUSTAKA
Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B.
Saunders Company. Philadelphia.
Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
12