DAFTAR ISI……...………………………………………………………………ii
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
A. Klasifikasi ................................................................................................... 4
C. Identifikasi .................................................................................................. 6
F. Patogenesis ................................................................................................ 11
H. Gejala Penyakit..................................................................................... 21
A. Simpulan ................................................................................................... 28
B. Saran ......................................................................................................... 28
ii
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
makalah ini. Salam dan salawat tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam penuh kegelapan
penanggung jawab yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini
Akhir kata “Tiada gading yang tak retak” tak ada yang sempurna di dunia
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dua belas keluarga bakteri, telah diidentifikasi sebagai bagian mikroba yang
paling penting untuk dipantau lebih lanjut. Beberapa dari bakteri penting untuk
dipantau karena mereka adalah penyebab umum infeksi atau menyebar dengan
mudah, sementara yang lain penting dapat memiliki dampak signifikan pada
S. aureus, biasa disebut 'golden staph', adalah bakteri yang sering hidup di
mendapatkan akses ke aliran darah atau memasuki tubuh melalui luka terbuka
atau cedera.
folliculitis, carbuncles ini adalah penyebab sindrom kulit tersiram air panas, dan
1
2
B. Rumusan Masalah
infeksinya?
aureus?
C. Tujuan Penulisan
menyeluruh.
aureus.
D. Manfaat Penulisan
menyeluruh
aureus
3
S. aures
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
2008)
Domain : Bacteria
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : S. aureus
4
5
anggur dan coccus berarti bulat atau bola. Salah satu spesies menghasilkan
pigmen berwama kuning emas sehingga dinamakan aureus (berarti emas, seperti
matahari). Bakteri ini dapat tumbuh dengan atau tanpa bantuan oksigen.
kuning emas dan Staphylococcus albus untuk koloni berpigmen putih yang
kaya nutrisi. Bersifat hemolitik pada media agar yang mengandung darah.
terkontaminasi. Gejala umum yang timbul adalah mual, muntah, kram perut,
umumnya ditemukan di lingkungan (tanah, air dan udara) dan juga ditemukan di
C. Identifikasi
seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak
bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk
pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat
dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus yang
mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi
bersifat katalase negatif. Uji ini dapat dilakukan dengan menambahkan hidrogen
peroksida 3% pada koloni dalam lempeng agar atau agar miring. Biakan katalase
positif menghasilkan oksigen dan gelembung. Pengujian ini tidak dapat dilakukan
dalam agar darah karena darah sudah mengandung katalase (Radji. 2019).
7
faktor lingkungan seperti suhu, aktivitas air (aw), pH, keberadaan oksigen dan
Tabel 1. Limits for growth dari S. aureus dan produksi enterotoxin lain (ICMSF.
1996).
makanan yang disimpan di bawah -20°C; namun, viabilitas berkurang pada suhu -
S. aureus secara unik resisten terhadap kondisi buruk seperti aw rendah, kadar
dan anaerob. Namun, pertumbuhan terjadi pada tingkat yang jauh lebih lambat di
Berbagai spesies Staphylococcus tumbuh dengan baik dalam kaldu biasa pada
suhu 37°C. Kisaran suhu pertumbuhan adalah 15-40°C dan suhu optimum adalah
35°C. Dalam lempeng agar biasa dengan suasana aerob dan suhu 37°C, bakteri ini
tidak menghasilkan pigmen. Dalam lempeng agar darah pada suhu 37°C,
dipindahkan ke agar biasa atau perbenihan Loeffler dan diinkubasi pada suhu
Koloni yang masih sangat muda tidak berwarna. Akan tetapi, pigmen yang
larut dalam alkohol, eter, dan kloroform akan terbentuk seiring pertumbuhan
bakteri. S. aureus membentuk koloni besar berwarna agak kuning dalam media
yang baik. Untuk mengisolasi Staphylococcus dari tinja, digunakan media agar
yang mengandung NaCl sampai 10% sebagai penghambat bakteri jenis lain dan
(Radji. 2019).
9
E. Metabolit Bakteri
a. Katalase
Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap
b. Koagulase
Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat, karena
adanya faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi dengan enzim
c. Hemolisin
medium agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan
yang diisolasi dari hewan, yang menyebabkan lisis pada sel darah merah
10
domba dan sapi. Sedangkan delta hemolisin adalah toksin yang dapat
melisiskan sel darah merah manusia dan kelinci, tetapi efek lisisnya kurang
d. Leukosidin
Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan. Tetapi
patogen tidak dapat mematikan sel-sel darah putih manusia dan dapat
difagositosis.
e. Toksin eksfoliatif
kulit.
Sebagian besar galur S. aureus yang diisolasi dari penderita sindrom syok
dalam tubuh.
g. Enterotoksin
Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana
basa di dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam keracunan
F. Patogenesis
febitis, dan meningitis; dan infeksi pada saluran urin. Selain itu, Staphylococcus
(Radji. 2019).
2019):
jaringan inang.
hialuronidase.
Beberapa toksin yang berfungsi untuk melisis membran sel inang, seperti
keracunan pada manusia. lmpetigo atau bisul pada bayi baru lahir merupakan
penyakit kulit akibat infeksi Staphylococcus yang paling sering terjadi. Impetigo
sering terjadi pada anak-anak, biasanya di sekitar hidung. Penyebaran penyakit ini
menunjukkan tingkat kematian yang tinggi, yaitu lebih dari 50%. Sekitar 75%
kasus pneumonia terjadi pada bayi berusia kurang dari 1 tahun. Pneumonia
seluruh organ tubuh lain, seperti paru-paru, ginjal, hati, otot rangka, dan otak.
tubuh kita. Bakteri ini dapat ditemukan pada hidung, mulut, kulit, mata, jari, usus,
dan hati. Bakteri ini akan bertahan dalam waktu yang lama di berbagai tempat.
Staphylococcus aureus dapat tinggal sementara di daerah kulit yang basah dan
13
muncul di sekitar 3 jam setelah konsumsi (kisaran 1–6 jam). Gejala umum
termasuk mual, muntah, kram perut dan diare. Individu tertentu mungkin tidak
menunjukkan semua gejala terkait dengan penyakitnya. Dalam kasus yang parah,
sakit kepala, kram otot dan sementara perubahan tekanan darah dan denyut nadi
dapat terjadi. Pemulihan biasanya antara 1-3 hari (Stewart 2003; FDA 2012).
dilaporkan pada anak-anak dan orang tua (tingkat kematian 4,4%) (Montville dan
Matthews 2008).
berhubungan dengan makanan seperti radang kulit (misal bisul dan gabus),
mastitis, infeksi saluran pernapasan, sepsis luka, dan syok toksik sindrom (Stewart
G. Mekanisme Infeksi
pada protein sel inang; (b) invasi; (c) perlawanan terhadap sistem pertahanan
membantu penempelan bakteri pada sel inang. Protein tersebut adalah laminin
menyebabkan infeksi artritis septik pada tikus percobaan. Hal ini diduga
bersangkutan.
b. Invasi
α-Toksin
α-Toksin adalah toksin yang paling dikenal sebagai toksin yang dapat
untuk α-toksin sehingga toksin tersebut dapat terikat pada sel itu. Ini
β-Toksin
16
bakteriofaga lisogenik.
δ-Toksin
diketahui.
kompleks protein toksin yang dapat merusak membran sel yang rentan.
hampir 90% isolat yang diisolasi dari luka nekrotik kulit menunjukkan
17
Koagulase
Stafilokinase
Simpai polisakarida
dilihat dengan mikroskop elektron; hal ini berbeda dari simpai bakteri
proses fagositosis.
Protein A
rendah.
Leukosidin
Eksotoksin
merusak membran sel inang telah dibahas pada invasi. Beberapa toksin
Superantigen
antigenik (SE-A, SE-B, SE-C, SE-D SE-E dan SE-G) dan sindrom
20
jawab atas 75% kasus sindrom renjat toksik. Lima puluh persen kasus
toksik.
Toksin Eksfoliatin
epidemis. Toksin ini memiliki dua tipe antigenik, yaitu tipe A dan tipe
kulit.
21
H. Gejala Penyakit
Impetigo
berisi nanah.
Folikulitis
Furunkel
seluruh bagian tubuh, infeksi ini lebih dijumpai di daerah wajah, leher,
ketiak, dan anus. Furunkel dikenal dengan nama borok atau bisul.
Karbunkel
yang terikat satu dengan yang lain di bawah kulit. Karbunkel sering
Hidradenitis
22
alat genital.
Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada payudara. Infeksi ini terjadi pada payudara
ibu yang sedang menyusui melalui luka atau melalui puting payudara
Selulitis
Piomiositis
daerah tropis.
Endokarditis
injeksi intravena.
Osteomielitis
sekitar tulang.
Artritis Septik
berisi nanah. Bila ini dibiarkan, bagian itu akan menjadi kaku.
Pneumonia
tertutup popok atau di sekitar pusar (pada bayi lahir). Pada anak-anak
mudah pecah.
24
Biefaritis
mata. Infeksi ini dapat juga menyebabkan mata merah dan bernanah.
Paronikia
Paronikia adalah jenis infeksi yang terjadi pada tepi-tepi kuku yang
nanah.
Keracunan Makanan
I. Pemeriksaan Laboratorium
1. Bahan pemeriksaan
2. Cara pemeriksaan
3. Pemeriksaan langsung
Bakteri yang berasal dari nanah atau sputum langsung dibuat preparat dan
4. Perbenihan
yang khas akan terbentuk setelah diinkubasi pada suhu 37°C selama 18 jam.
Hemolisis dan pembentukan pigmen baru terlihat jelas setelah beberapa hari
jenis mikroba, dapat dipakai suatu perbenihan yang mengandung NaCl 10%.
5. Uji Koagulase
clamping factor. Cara ini tidak dianjurkan untuk keperluan pemeriksaan rutin
Cara ini dilakukan untuk menemukan adanya koagulase bebas dan cukup
menggunakan plasma kelinci. Hasil positif jika terjadi penggumpalan atau bila
tabung reaksi dibalik, gumpalan plasma tidak terlepas dan tetap melekat pada
dinding tabung.
Cara ini penting untuk menentukan tipe Staphylococcus yang diisolasi dari
sakit resisten terhadap penisilin. Selain itu, pemeriksaan tipe faga dapat
digunakan untuk menemukan jenis galur bakteri yang berasal dari manusia
atau hewan.
untuk mengatasi infeksi. Penisilin atau derivatnya dapat diberikan, kecuali pada
pasien yang alergi. Terapi oral penisilin semisintetik, seperti kloksasilin atau
dikloksasilin, cukup berhasil untuk infeksi akut. Oksasilin dan nafsilin tidak
dianjurkan untuk terapi oral karena absorpsinya kurang baik dalam saluran cerna.
Staphylococcus yang berat dan sistemik. Untuk pasien yang alergi, dapat diganti
27
dilengkapi dengan tindakan bedah, baik untuk pengeringan abses maupun untuk
nekrotomi.
Belum ada vaksin yang tersedia untuk menstimulasi kekebalan tubuh manusia
pasien rumah sakit sebelum tindakan bedah. Upaya pengembangan vaksin dapat
PENUTUP
A. Simpulan
seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak
bergerak.
febitis, dan meningitis; dan infeksi pada saluran urin. Selain itu, Staphylococcus
B. Saran
mengecek kondisi rumah dan penghuni rumah dan juga selalu mmperhatikan
kebersihan sekitar agar senantiasa hidup sehat dan terhindar dari ancaman
penyakit.
28
DAFTAR PUSTAKA
FDA. 2012. Bad bug book: Foodborne pathogenic microorganisms and natural
Spring.
Montville TJ, Matthews KR. 2008. Food microbiology: An introduction. 2nd ed.
12 In:
Branch).
29