Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jamur

Fungi atau jamur (cendawan) adalah organisme heterotrofik mereka

memerlukan senyawa organic untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda

organic mati yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprotif menghancurkan

sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat-

zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah,

dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat sangat

menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan

bilamana mereka membusukan kayu, tekstil, makanan, dan bahan-bahan lain.

Pada manusia dan hewan sebagai “primary pathogen” maupun “opportunistic

pathogen”, juga dapat menyebabkan alergi dan keracunan (Irianto, 2014).

2.2 Morfologi Jamur

Jamur benang atau biasa di sebut jamur merupakan organisme anggota

kingdom fungi. Pertumbuhan jamur di permukaan bahan makanan mudah di

kenali karena sering kali membentuk koloni berserabut seperti kapas. Tubuh

jamur berupa benang yang disebut hifa, sekumpulan hifa di sebut misellium.

Miesllium dapat mengandung pigmen dengan warna-warna merah, ungu,

kuning, coklat, abu-abu, dan sebagainya. Jamur benang pada umum nya

bersifat aerob obligat, pH pertumbuhan berkisar 2-9 , suhu pertumbuhan

berkisar 10-35oc, water activity 0,85 atau di bawah nya ( Handjani et al.,dkk

2006).
Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai ciri khusus berupa

benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut dengan hifa. Kumpulan

hifa akan membentuk miselium. Menurut Waluyo, (2011) Fungi merupakan

organisme eukariotik yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Mempunyai spora

2. Memproduksi spora

3. Tidak mempunyai klorofil sehingga tidak berfotosintesis

4. Dapat berkembangbiak seksual dan aseksual

5. Tubuh filamen dan dinding sel mengandung kitin, glukosa dan manan

Tubuh jamur dapat berupa sel-sel yang lepas satu sama lain dapat berupa

beberapa sel yang bergandengan, dapat berupa benang. Satu helai benang

disebut hifa. Hifa dapat tumbuh dengan bercabang-cabang sehingga

merupakan jaring-jaring disebut miselium. Hifa menegak berisi spora.

Dinging sel terdiri dari selulosa dan juga kitin.

2.3 Struktur Jamur

Secara umum, jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik

yang mempunyai inti dan organel. Jamur tersusun dari hifa yang merupakan

benang benang sel tunggal panjang, sedangkan kumpulan hifa disebut dengan

miselium. Miselium merupakan massa benang yang cukup besar dibentuk

dari hifa yang saling membelit pada saat jamur tumbuh. Jamur mudah dikenal

dengan melihat warna miseliumnya (Campbell, dkk. 2003).

Bagian penting tubuh jamur adalah suatu struktur berbentuk tabung

menyerupai seuntai benang panjang, ada yang tidak bersekat dan ada yang

bersekat. Hifa dapat tumbuh bercabang-cabang sehingga membentuk jaring-


jaring, bentuk ini dinamakan miselium. Pada satu koloni jamur ada hifa yang

menjalar dan ada hifa yang menegak. Biasanya hifa yang menegak ini

menghasilkan alat-alat pembiak yang disebut spora, sedangkan hifa yang

menjalar berfungsi untuk menyerap nutrien dari substrat dan menyangga alat-

alat reproduksi. Hifa yang menjalar disebut hifa vegetatif dan hifa yang tegak

disebut hifa fertil. Pertumbuhan hifa berlangsung terus-menerus di bagian

apikal, sehingga panjangnya tidak dapat ditentukan secara pasti. Diameter

hifa umumnya berkisar 3-30 µm. Jenis jamur yang berbeda memiliki diameter

hifa yang berbeda pula dan ukuran diameter itu dapat dipengaruhi oleh

keadaan lingkungan (Campbell, dkk. 2003).

2.4 Cara Infeksi Jamur

Usia, jenis kelamin, dan ras merupakan faktor epidemiologi dalam infeksi

jamur, di mana infeksi dermatofit pada laki-laki lebih banyak dari wanita. Hal

ini terjadi karena adanya pengaruh kebersihan perorangan, lingkungan yang

kumuh dan padat serta status sosial ekonomi dalam penyebaran infeksinya.

Jamur dapat ditemukan pada sisir, topi, sarung bantal, mainan anak-anak atau

bahkan kursi sofa. Perpindahan manusia dapat dengan cepat memengaruhi

penyebaran endemik dari jamur (Kurniati dan Rosita, 2008).

Menurut Kurniati dan Rosita, (2008) Cara infeksi jamur terdiri dari 3,

yaitu :

1. Antropofilik, transmisi dari manusia ke manusia. Ditularkan baik secara

langsung maupun tidak langsung melalui lantai kolam renang dan udara

sekitar rumah sakit/klinik, dengan atau tanpa reaksi keradangan (silent

“carrier”).
2. Zoofilik, transmisi dari hewan ke manusia. Ditularkan melalui kontak

langsung maupun tidak langsung melalui bulu binatang yang terinfeksi dan

melekat di pakaian, atau sebagai kontaminan pada rumah / tempat tidur

hewan, tempat makanan dan minuman hewan. Sumber penularan utama

adalah anjing, kucing, sapi, kuda dan mencit.

3. Geofilik, transmisi dari tanah ke manusia. Secara sporadis menginfeksi

manusia dan menimbulkan reaksi radang.

2.5 Infeksi Jamur Pada Kuku

Infeksi jamur kuku atau dalam bahasa medis tinea unguium adalah kondisi

umum yang dimulai dengan bintik putih atau kuning di bawah ujung kuku

tangan atau kuku jari kaki. Infeksi jamur yang parah dapat menyebabkan

kuku menghitam, menebal, dan hancur di tepi. Infeksi ini dapat

mempengaruhi beberapa kuku tetapi biasanya tidak semua kuku terinfeksi

(Leonardus.,Widarti.2013).

Jika infeksi jamur pada kuku masih tergolong ringan maka tidak

membutuhkan pengobatan. Namun terkadang infeksi jamur kuku dapat

menyebabkan nyeri dan penebalan kuku sehingga membutuhkan perawatan

dan pengobatan (Leonardus.,Widarti.2013).

2.6 Penyebab Infeksi Jamur Pada Kuku

Menurut (Leonardus.,Widarti.2013) Infeksi jamur kuku pada umumnya

disebabkan oleh jamur dermatofita. Jamur adalah organisme mikroskopis

(tidak dapat dilihat dengan mata telanjang) yang tidak membutuhkan sinar

matahari untuk bertahan hidup. Beberapa jamur memiliki fungsi atau

kegunaan yang menguntungkan. Namun lainnya menyebabkan penyakit dan


infeksi. Jamur hidup ditempat yang hangat dan lingkungan yang lembab. Ragi

dan jamur juga dapat menyebabkan infeksi jamur pada kuku. Jamur dapat

menginfeksi kulit melalui luka. Berikut beberapa penyebab terjadinya infeksi

jamur pada kuku :

1. Infeksi jamur yang terjadi pada kulit menyebar hingga kuku. Seperti kutu

air dapat menyebar hingga ke kuku.

2. Infeksi jamur pada kuku tangan dapat terjadi ketika kuku pada kaki

terinfeksi. Jamur dapat menyebar ketika Anda menggaruk jari kaki dan

kuku yang gatal.

3. Infeksi jamur pada kuku tangan memiliki kemungkinan lebih tinggi jika

terlalu sering mencuci tangan atau kontak langsung dengan air terlalu

sering. Seorang yang bekerja sebagai juru masak atau pembersih akan

sering mencuci tangan sehingga dapat merusak kulit yang melindungi

kuku. Hal tersebut memungkinkan jamur untuk masuk.

4. Kuku yang mengalami luka atau rusak juga dapat menjadi sarana untuk

jamur masuk dan menginfeksi.

5. Kondisi kesehatan seperti memiliki riwayat penyakit diabetes, memiliki

sistem kekebalan tubuh yang lemah.

6. Lingkungan hidup yang tidak sehat.

7. Hidup ditempat beriklim tropis atau lembab.

8. Seseorang yang merokok memiliki resiko lebih tinggi terinfeksi jamur

pada kuku.
2.7 Gejala Infeksi Pada Jamur Kuku

Seringkali infeksi jamur hanya terjadi pada satu kuku,namun kuku yang

lain memiliki kemungkinan akan tertular. Berikut tanda dan gejala terjadinya

infeksi jamur pada kuku :

1. Kuku mengalami penebalan

2. Kuku menjadi rapuh, mudah hancur atau tidak berbentuk

3. Bentuk kuku menjadi tidak jelas

4. Kuku menjadi kusam

5. Kuku berubah warna menjadi gelap.

6. Kulit disekitar kuku akan mengalami radang atau bersisik.

7. Jika infeksi jamur tidak diobati maka dapat menghancurkan kuku dan

mungkin dapat menyebabkan nyeri (Ariebowo, 2009).

2.8 Cara Pemeriksaan Jamur Pada kuku

Dalam pemeriksaan laboratorium Media yang akan digunakan yaitu

media padat yaitu media Potato Dextrose Agar (PDA). Media Potato

Dextrose Agar (PDA) salah satu media agar yang cocok dan mendukung

pertumbuhan jamur yang terdiri dari atas Dextrose, sari kentang dan agar.

Media PDA mendukung pertumbuhan jamur karena dapat menghindari

kontaminasi bakteri dengan keasaman pada media yang rendah (pH 4,5 – 5,6)

sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan

yang netral dengan pH 7,0 dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-

30°C (Ariebowo, 2009).

Bahan yang diguakan adalah bahan yang pada masa destritus dari bawah

kuku yang sudah rusak atau dari bahan kuku tersebut. Dibersihkan dengan
alkohol 70%, kemudian kuku dikorek menggunakan skapel dan letakkan

pada objek gelas kemudian tuangi dengan KOH 20-40% 1-2 tetes dan tutup

dengan cover gelas, Simpan pada cawan petri yang telah ada tisue beralkohol

untuk diperiksa, Pemeriksaan dilakukan setelah inkubasi 4-5 hari dengan

pembesaran 400x. (Ariebowo, 2009).


DAFTAR PUSTAKA

Irianto, Koes. 2014. Bakteriologi, Mikologi Dan Virologi. Bandung : Alfabeta


Handjani, et. al., Noorsoesanti dan Ratna setyaningsih. 2006. Identifikasi Jamur
Dan Deteksatif Latoksin Terhadap Petis Udang Komersial. Jurnal
Biodiversitas. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Surakarta vol 7 No, 3
Waluyo, Lud. 2011. Mikrobiologi Umum. Malang : Universitas Muhaammadiah
Malang
Campbell, N.A, Reece J.B, Mitchell, L.G. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Kurniati dan Rosita, Cita SP. 2008. Etiopatogenesis Dermatofitosis. FK
UNAIR/RSU Dr. Soetomo. Dept./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Vol. 20 No. 3
Ariebowo, Moekti., dan Fictor Ferdinan P. 2009. Praktis Belajar Biologi untuk
Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional : Jakart
Leonardus.,Widarti.2013. Pemeriksaan Jamur Candida Sp Pada Kuku Jari Kaki
Pekerja Sawah Di Desa Dampang Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten
Bantaeng. Media Analis Category: Vol IV No. 2.

Anda mungkin juga menyukai