Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGENTAR

Assalamu’allaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala

berkat, rahmat, taufik serta hidayah-nya yang tiada terkira besarnya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas hasil laporan praktikum “Pemeriksaan

HBsAg metode Imunokromatografi”

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka penulis menerima saran dan kritik dari pembaca agar

penulis dapat memperbaiki laporan selanjutnya.

Akhir kata penulis berharap semoga hasil laporan praktikum ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Wasalamu’allaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Gorontalo, September, 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGENTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Praktikum .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Praktikum ........................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4

2.1 Definisi Virus ............................................................................................... 4


2.2 Pengertian Hepatitis ...................................................................................... 4
2.3 Mekanisme Sistem Imun Terhadap Hepatitis ............................................... 6
2.4 Macam-Macam Hepatitis .............................................................................. 7
2.5 Plasma Dan Serum ........................................................................................ 8
2.6 Pengertian HbsAg (Hepatitis B Surface Antigen) ...................................... 10
2.7 Etiologi dan Masa Inkubasi Virus Hepatitis B ............................................ 11
2.8 Sumber dan Cara Penularan Virus Hepapatis B ......................................... 12
2.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hepatitis B ........................ 13
2.10 Pencegahan Hepatitis B............................................................................. 15
2.11 Pemeriksaan Hepatitis B ........................................................................... 18

BAB III METODE PRAKTIKUM ....................................................................... 21

3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................................... 21


3.2 Metode ........................................................................................................ 21
3.3 Prinsip ......................................................................................................... 21
3.4 Pra Analitik ................................................................................................. 21
3.5 Analitik........................................................................................................ 22
3.6 Pasca Analitik.............................................................................................. 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 23

4.1 Hasil ........................................................................................................... 23


4.2 Pembahasan ................................................................................................ 23

ii
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 26

5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 26


5.2 Saran ............................................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hepatitis merupakan peradagan hati yang bersifat sistemik akan tetapi

hepatitis bisa bersifat asimtomatik. Hepatitis ini umumnya lebih ringan dan

lebih asimtomatik pada yang lebih muda dari pada yang tua. Penyakit

hepatitis pada dasarnya bisa menyerang siapa saja. Hepatitis juga tidak

dibatasi oleh usia dan jenis kelamin. Meskipun begitu, patut diwaspadai

bahwa ikterius atau gejala kuning dapat terjadi akibat hepatitis virus.

Dinegara-negara berkembang, wanita hamil cenderung lebih mudah terserang

hepatitis virus karena persoalan sanitasi dan nutrisi yang kurang baik

(Wijayanti, 2016).

Penyakit hepatitis yang diseababkan oleh virus hingga sekarang belum

ditemukan obatnya. Tindakan yang paling tepat adalah pencegahan baik

tindakan sehaari-hari maupun secara vaksinasi. Seiring dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, sampai sekrang telah dikenal tujuh macam

hepatitis virus, yaitu virus hepatitis A (VHA), virus hepatitis B (VHB), virus

hepatitis C (VHC), virus hepatitis D (VHD), virus hepatitis E (VHE), virus

hepatitis F (VHF) dan virus hepatitis G (VHG) .

Hepatitis B merupakan penyakit infeksi atau inflamasi pada hepatosit yang

disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB), dan apabila VHB terus menyerang

hati penderita dalam jangka waktu yang lama maka bia berlanjut menjadi

sirosis hati atau kanker hati. Sekitar sepertiga dari populasi dunia atau lebih

1
dari 2 miliar orang, telah terinfeksi dengan virus hepatitis B. Penularan virus

hepatitis B seringkali terpapar melalui darah ataupun cairan tubuh yang

terdapat VHB.

Untuk mengetahui adanya virus hepatitis B dalam tubuh pasien diperlukan

pemeriksaan HBsAg. HBsAg merupakan salah satu jenis antigen yang

terdapat pada bagian pembungkus dari virus hepatitis B yang dapat dideteksi

pada cairan tubuh yang terinfeksi. Pemeriksaan HBsAg dapat dilakukan

dengan berbagai cara, yaitu dengan metode RIA (Radio Immuno Assay),

ELISA (Enzym Linked Immuno Sorbent Assay), RPHA (Reverse Passive

Hemaglutination) dan Immuno-Cromatografi. Upaya pencegahan dari

berkembangnya virus dan pengobatan awal yang dapat dilakukan adalah

dengan pemberian vaksinasi hepatitis B (Wijayanti, 2016).

Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan pemeriksaan HBsAg

untuk melihat adanya infeksi virus hepatitis B pada serum menggunakan

metode Immuno-cromatografi yakni strip test dapat digunakan untuk deteksi

dini terhadap hepatitis B

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara pemeriksaan HbsAg menggunakan metode

imunokromatografi?

1.3 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilakukan praktikum untuk mengetahui adanya infeksi

HBsAg melalui pemeriksaan imunokromatografi.

2
1.4 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum adalah mahasiswa dapat mengetahui cara

pemeriksaan HBsAg melalui pemeriksaan imunokromatografi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Virus

Virus adalah agen infeksius terkecil dengan ukuran diameter antara 20 nm

sampai kira-kira 300 nm yang hanya mempunyai satu jenis asam nukleat

(DNA atau RNA) sebagai genom mereka. Asam nukleat terbungkus mentel

protein yang dikelilingi oleh membran dari lipid. Unit infeksius secara

keseluruhan disebut virion (Anggi angraini, 2012).

Dalam lingkungan ekstraseluler virus akan diam (inert).Virus hanya akan

mengalami replikasi di dalam sel hidup dengan menjadi parasit pada tingkat

gen. Asam nukleat virus mengandung informasi penting untuk bisa

menghasilkan keturunannya yaitu dengan cara memprogram sel inang yang

diinfeksinya agar mensintesis makromolekul virus-spesifik. Setiap siklus

replikasi menghasilkan asam nukleat dari mantel protein virus dalam jumlah

yang banyak. Mantel protein virus bergabung bersama-sama membentuk

kapsid yang berfungsi membungkus dan menjaga stabilitas asam nukleat

virus terhadap lingkungan ekstraseluler. Selain itu juga berfungsi

mempermudah penempelan serta penetrasi virus terhadap sel baru yang dapat

dimasukinya (Anggi angraini, 2012).

2.2 Pengertian Hepatitis

Hati merupakan salah satu organ yang paling penting. Organ ini berperan

sebagai gudang untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Memerangi

racun dalam tubuh seperti alkohol, menyaring produk-produk yang tidak

4
berguna lagi dari darah dan bertindak sebagai semacam pengaruh bagian

tubuh yang menjamin terjadinya keseimbangan zat-zat kimia dalam sistem itu

(Sievert, 2014).

Salah satu penyakit yang sering menyerang organ hati yaitu penyakit

hepatitis. Pastinya Anda sering mendengar tentang penyakit tersebut.

Penyakit ini merupakan peradangan dari organ hati karena toxin, seperti

kimia atau obat ataupun agen penyebab infeksi yang disebabkan oleh

berbagai macam virus tergantung pada jenis hepatitisnya (Sievert, 2014).

Terjadinya hepatitis sudah mulai mengalami peningkatan khususnya di

Indonesia. Walalupun mengalami peningkatan kejadian, minimnya informasi

tentang penyakit ini menyebabkan kebanyakan masyarakat kurang waspada

terhadap penularan penyakit ini (Sievert, 2014).

Penyakit hepatitis adalah satu dari sekian banyak ancaman kesehatan

utama di dunia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, diperkirakan 10 dari 100 orang

Indonesia terinfeksi hepatitis B atau C. Artinya, ada 28 juta penduduk

Indonesia yang terinfeksi hepatitis B dan C. Empat belas juta di antaranya

berpotensi untuk berkembang hingga stadium kronis, dan 14 juta kasus

hepatitis kronis berisiko tinggi untuk berlanjut ke kanker hati. Ini

menjadikan Indonesia menempati peringkat kedua se-ASEAN dengan jumlah

kasus Hepatitis B tertinggi.

Meskipun kebanyakan kasus dari penyakit hepatitis ini disebabkan oleh

virus, tetap ada kemungkinan penyebab hepatitis yang lainnya. Penyebab

5
hepatitis yang lainnya ini termasuk hepatitis autoimun dan hepatitis yang

terjadi sebagai akibat sekunder dari pengobatan, obat-obatan, racun, dan

alkohol. Hepatitis autoimun adalah penyakit yang terjadi ketika tubuh Anda

membuat antibodi terhadap jaringan hati (Sievert, 2014).

Hepatitis adalah penyakit yang apabila dibiarkan dapat berkembang

menjadi penyakit yang lebih parah. Pada kasus tertentu, hepatitis dapat

berkembang menjadi kronis bahkan berubah menjadi kanker hati (Sievert,

2014).

2.3 Mekanisme Sistem Imun Terhadap Hepatitis

Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis B. Virus

Hepatitis B mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar

kemudian mengalami penetrasi kedalam sitoplasma sel hepar. Virus

melepaskan mantelnya di sitoplasma, sehingga melepaskan nukleokapsid.

Selanjutnya nukleokapsid akan menembus sel dinding hati (Sulaiman, 2016).

Asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel

pada DNA hospes dan berintegrasi pada DNA tersebut.Proses selanjutnya

adalah DNA VHB memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi

virus baru.Virus Hepatitis B dilepaskan ke peredaran darah, terjadi

mekanisme kerusakan hati yang kronis disebabkan karena respon imunologik

penderita terhadap infeksi (Sulaiman, 2016).

Proses replikasi virus tidak secara langsung bersifat toksik terhadap sel,

terbukti banyak carrier VHB asimtomatik dan hanya menyebabkan kerusakan

hati ringan. Respon imunhost terhadap antigen virus merupakan faktor

6
penting terhadap kerusakan hepato seluler dan proses klirens virus,makin

lengkap respon imun, makin besar klirens virus dan semakin berat kerusakan

sel hati. Respon imunhostdimediasi oleh respon seluler terhadap epitop

protein VHB, terutama HBsAg yang ditransfer ke permukaan sel hati.Human

Leukocyte Antigen (HLA) class I-restricted CD8+ cellmengenali fragmen

peptida VHB setelah mengalami proses intrasel dan dipresentasikan ke

permukaan sel hatioleh molekul Major Histocompability Complex (MHC)

kelas I.Proses berakhir dengan penghancuran sel secara langsung oleh

Limfosit T sitotoksik CD8+ (Sulaiman, 2016).

2.4 Macam-Macam Hepatitis

1. Hepatitis A

Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). Jenis

hepatitis ini paling sering ditularkan melalui mengonsumsi makanan atau

air yang terkontaminasi oleh feses dari seseorang yang terinfeksi hepatitis

A (Sulaiman, 2016).

2. Hepatitis B

Hepatitis B ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh yang

menular, seperti darah, cairan vagina, atau air mani, yang mengandung

virus hepatitis B (HBV). Penggunaan narkoba suntikan, berhubungan seks

dengan pasangan yang terinfeksi, atau berbagi alat cukur dengan orang

yang terinfeksi meningkatkan risiko terkena hepatitis B (Sulaiman, 2016).

7
3. Hepatitis C

Hepatitis C berasal dari virus hepatitis C (HCV). Penyakit hepatitis C

ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh yang terinfeksi,

biasanya melalui penggunaan narkoba suntikan dan kontak seksual. HCV

adalah salah satu infeksi virus darah yang paling umum di Amerika

Serikat. Sekitar 2,7 hingga 3,9 juta orang Amerika saat ini hidup dengan

bentuk kronis dari infeksi ini (Sulaiman, 2016).

4. Hepatitis D

Juga disebut delta hepatitis, hepatitis D adalah penyakit hati yang serius

yang disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). HDV dikontrak melalui

kontak langsung dengan darah yang terinfeksi. Penyakit Hepatitis D adalah

bentuk hepatitis langka yang hanya terjadi bersamaan dengan infeksi

hepatitis B. Virus hepatitis D tidak dapat berkembang biak tanpa kehadiran

hepatitis B (Sulaiman,2016).

5. Hepatitis E

Hepatitis E adalah penyakit yang ditularkan melalui air yang

disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E terutama ditemukan

di daerah dengan sanitasi yang buruk dan biasanya disebabkan air yang

tercemar kotoran (Sulaiman,2016).

2.5 Plasma Dan Serum

1. Plasma

Plasma darah Adalah cairan yang berwarna kuning jernih. Fungsi dan

komponen/komposisi serta kandungan dari plasma darah merupakan

8
pembahasan yang akan dikaji dalam plasma darah. Plasma darah

memiliki proses mekanisme dalam bekerja di dalam tubuh manusia.

Plasma darah mengandung 90% air dan larutan bermacam-macam zat

sejumlah 7%-10%. Zat-zat yang terkandung di dalam plasma darah,

yakni sari makanan, hormon enzim, mineral, antibodi dan zat-zat sisa

(misalnya CO2 dan sisa pembongkaran protein). Sari-sari makanan

tersebut diserap usus halus (Sunata, 2014).

Mineral-mineral di dalam plasma darah terdapat dalam bentuk garam

mineral. Fungsi garam mineral ialah untuk mengatur tekanan osmotik

dan PH darah. Protein yang terdapat dalam darah (protein darah) terdiri

atas albumin, globulin, dan fibrinogen. Albumin berperan dalam

pengaturan tekanan darah. Globulin biasanya dikenal sebagai

imunoglobulin berfungsi membentuk benang-benang fibrin. Benang-

benang fibrin berperan penting dalam proses pembekuan darah saat tubuh

kita terluka. jika larutan protein dalam plasma darah diendapkan dengna

sentrifuge (alat pemutar), akan tertinggal cairan berwarna kuning jernih

yang disebut serum (Sunata, 2014).

9
2. Serum

Serum adalah plasma tanpa faktor pembekuan, terutama fibrinogen

tersebut. Jadi serum, tidak menggumpal. Biasanya, untuk memperoleh

serum, semua agen pembekuan dalam plasma dikeluarkan melalui

pemutaran progresif, atau kita bisa mendapatkan sampel darah dan

setelah bagian yang memungkinkan untuk menggumpal diambil. Serum

mencakup semua elektrolit lainnya, protein tidak digunakan dalam proses

pembekuan, obat-obatan dan racun. Serum manusia biasanya digunakan

untuk tujuan pengujian diagnostik. Serum hewan lainnya digunakan

sebagai anti racun, anti racun, dan vaksinasi (Sunata, 2014).

2.6 Pengertian HbsAg (Hepatitis B Surface Antigen)

Antigen permukaan virus hepatitis B (hepatitis B surface antigen, HBsAg)

merupakan material permukaan dari virus hepatitis B. Pada awalnya antigen

ini dinamakan antigen Australia karena pertama kalinya diisolasi oleh seorang

dokter peneliti Amerika, Baruch S. Blumberg dari serum orang Australia

(Sunata, 2014).

HBsAg merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B pertama

yang muncul di dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu

pasca infeksi, mendahului munculnya gejala klinik serta meningkatnya

SGPT. Selanjutnya HBsAg merupakan satu-satunya petanda serologik selama

3 – 5 minggu. Pada kasus yang sembuh, HBsAg akan hilang antara 3 sampai

6 bulan pasca infeksi sedangkan pada kasus kronis, HBsAg akan tetap

terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan. HBsAg positif yang persisten lebih dari

10
6 bulan didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Sekitar 10% penderita yang

memiliki HBsAg positif adalah carrier, dan hasil uji dapat tetap positif selam

bertahun-tahun (Sunata, 2014).

Pemeriksaan HbsAg secara rutin dilakukan pada pendonor darah untuk

mengidentifikasi antigen hepatitis B. Transmisi hepatitis B melalui transfusi

sudah hampir tidak terdapat lagi berkat screening HbsAg pada darah

pendonor. Namun, meskipun insiden hepatitis B terkait transfusi sudah

menurun, angka kejadian hepatitis B tetap tinggi. Hal ini terkait dengan

transmisi virus hepatitis B melalui beberapa jalur, yaitu parenteral, perinatal,

atau kontak seksual. Orang yang berisiko tinggi terkena infeksi hepatitis B

adalah orang yang bekerja di sarana kesehatan, ketergatungan obat, suka

berganti-ganti pasangan seksual, sering mendapat transfusi, hemodialisa, bayi

baru lahir yang tertular dari ibunya yang menderita hepatitis B (Sunata,

2014).

2.7 Etiologi dan Masa Inkubasi Virus Hepatitis B

Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini pertama

kali ditemukan oleh Blumberg pacta tahun 1965 dan di kenal dengan nama

antigen Australia. Virus ini termasuk DNA virus. Virus hepatitis B berupa

partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut "Partikel Dane". Lapisan

luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungkus partikel inti (core). Pada

inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti terdapat Hepatitis B

core antigen (HBcAg) dan Hepatitis B e antigen (HBeAg). Antigen

permukaan (HBsAg) terdiri atas lipo protein dan menurut sifat imunologik

11
proteinnya virus Hepatitis B dibagi menjadi 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw dan

ayr. Subtipe ini secara epidemiologis penting, karena menyebabkan

perbedaan eogmfik dan rasial dalam penyebarannya. Virus hepatitis B

mempunyai masa inkubasi 45-80 hari, rata-rata 80-90 hari (Sunata, 2014).

2.8 Sumber dan Cara Penularan Virus Hepapatis B

2.8.1 Sumber Penularan Virus Hepatitis B.

Dalam kepustakaan disebutkan sumber penularan virus Hepatitis B

berupa (Sunata, A. 2009):

1. Darah

2. Saliva

3. Kontak dengan mukosa penderita virus hepatitis B

4. Feces dan urine

5. Lain-lain: Sisir, pisau cukur, selimut, alat makan, alat kedokteran

yang terkontaminasi virus hepatitis B. Selain itu dicurigai

penularan melalui nyamuk atau serangga penghisap darah.

2.8.2 Cara penularan virus Hepatitis B

Menurut Sunata, 2014, Penularan infeksi virus hepatitis B melalui

berbagai cara yaitu :

1. Parenteral : dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya

melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis

B dan pembuatan tattoo

2. Non Parenteral : karena persentuhan yang erat dengan benda yang

tercemar virus hepatitis B.

12
Secara epidemiologik penularan infeksi virus hepatitis B dibagi

2 cara penting yaitu:

1. Penularan vertikal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B

dari ibu yang HBsAg positif kepada anak yang dilahirkan

yang terjadi selama masa perinatal. Resiko terinfeksi pada

bayi mencapai 50-60 % dan bervariasi antar negara satu dan

lain berkaitan dengan kelompok etnik.

2. Penularan horizontal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B

dari seorang pengidap virus hepatitis B kepada orang lain

disekitarnya, misalnya: melalui hubungan seksual.

2.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hepatitis B

2.9.1 Faktor Host (Penjamu)

Faktor Host (Penjamu) Adalah semua faktor yang terdapat pada

diri manusia yang dapat mempengaruhi timbul serta perjalanan penyakit

hepatitis B. Faktor penjamu meliputi:

1. Umur

Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering

pada bayi dan anak (25 -45,9 %) resiko untuk menjadi kronis,

menurun dengan bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 %

akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 -46 % dan pada

orang dewasa 3-10% (Sulaiman, dkk. 2010). Hal ini berkaitan

dengan terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk menjamin

terhindar dari hepatitis kronis.

13
2. Jenis kelamin

Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis

B dibanding pria. Mekanisme pertahanan tubuh bayi baru lahir atau

bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi hepatitis B,

terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada

bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B. Hal ini karena

sistem imun belum berkembang sempurna (Sunata, 2014).

3. Kebiasaan hidup

Sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena

aktivitas seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat

narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur (Sunata,

2014).

4. Pekerjaan

Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B

adalah dokter, dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas

kamar operasi, petugas laboratorium dimana mereka dalam

pekerjaan sehari-hari kontak dengan penderita dan material manusia

(darah, tinja, air kemih) (Sunata, 2014).

2.9.2 Faktor Agent

Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA

virus. Virus Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg,

HBcAg, dan HBeAg. Berdasarkan sifat imunologik protein pada

HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang

14
menyebabkan perbedaan geografi dalam penyebarannya.Subtype adw

terjadi di Eropah, Amerika dan Australia. Subtype ayw terjadi di Afrika

Utara dan Selatan. Subtype adw dan adr terjadi di Malaysia, Thailand,

Indonesia. Sedangkan subtype adr terjadi di Jepang dan China (Sunata,

2014).

2.9.3 Faktor Lingkungan

Menurut Sunata, 2014, Merupakan keseluruhan kondisi dan

pengaruh luar yang mempengaruhi perkembangan hepatitis B. Yang

termasuk faktor lingkungan adalah :

1. Lingkungan dengan sanitasi jelek

2. Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi

3. Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata.

4. Daerah unit laboratorium

5. Daerah unit bank darah

6. Daerah tempat pembersihan

7. Daerah dialisa dan transplantasi.

8. Daerah unit perawatan penyakit dalam

2.10 Pencegahan Hepatitis B

Menurut Sievert, 2014, ada lima pokok pencegahan yaitu :

1. Health Promotion, usaha peningkatan mutu kesehatan

2. Specifik Protection, perlindungan secara khusus

3. Early Diagnosis dan Prompt Treatment, pengenalan dini terhadap

penyakit,

15
4. serta pemberian pengobatan yang tepat

5. Usaha membatasi cacat

6. Usaha rehabilitasi

2.10.1 Pencegahan Penularan Hepatitis B

Pencegahan dapat dilakukan dengan melalui tindakan Health

Promotion baik pada hospes maupun lingkungan dan perlindungan

khusus terhadap penularan (Sievert, 2014).

Health Promotion terhadap hos berupa pendidikan kesehatan,

peningkatan higiene perorangan, perbaikan gizi, perbaikan sistem

transfusi darah dan mengurangi kontak erat dengan bahan-bahan yang

berpotensi menularkan virus VHB.

1. Pencegahan virus hepatitis B melalui lingkungan, dilakukan

melalui upaya : meningkatkan perhatian terhadap kemungkinan

penyebaran infeksi VHB melalui tindakan melukai seperti tindik,

akupuntur, perbaikan sarana kehidupan di kota dan di desa serta

pengawasan kesehatan makanan yang meliputi tempat penjualan

makanan dan juru masak serta pelayan rumah makan.

2. Perlindungan Khusus Terhadap Penularan Dapat dilakukan melalui

sterilisasi benda-benda yang tercemar dengan pemanasan dan

tindakan khusus seperti penggunaan sarung tangan bagi petugas

kesehatan, petugas laboratorium yang langsung bersinggungan

dengan darah, serum, cairan tubuh dari penderita hepatitis, juga

pada petugas kebersihan, penggunaan pakaian khusus sewaktu

16
kontak dengan darah dan cairan tubuh, cuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan penderita pada tempat khusus selain itu

perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg petugas kesehatan (Onkologi

dan Dialisa) untuk menghindarkan kontak antara petugas kesehatan

dengan penderita

2.10.2 Pencegahan Penyakit

Pencegahan penyakit dapat dilakukan melalui immunisasi baik

aktif maupun pasif (Sievert, 2014).

1. Immunisasi Aktif

Pada negara dengan prevalensi tinggi, immunisasi diberikan

pada bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif, sedang pada negara

yang prevalensi rendah immunisasi diberikan pada orang yang

mempunyai resiko besar tertular. Vaksin hepatitis diberikan secara

intra muskular sebanyak 3 kali dan memberikan perlindungan

selama 2 tahun. Program pemberian sebagai berikut:

1) Dewasa:Setiap kali diberikan 20 µg IM yang diberikan sebagai

dosis awal, kemudian diulangi setelah 1 bulan dan berikutnya

setelah 6 bulan.

2) Anak :Diberikan dengan dosis 10 µg IM sebagai dosis awal ,

kemudian diulangi setelah 1 bulan dan berikutnya setelah 6

bulan.

17
2. Immunisasi Pasif

Pemberian Hepatitis B Imunoglobulin (HBIG) merupakan

immunisasi pasif dimana daya lindung HBIG diperkirakan dapat

menetralkan virus yang infeksius dengan menggumpalkannya.

HBIG dapat memberikan perlindungan terhadap Post Expossure

maupun Pre Expossure. Pada bayi yang lahir dari ibu, yang HBsAs

positif diberikan HBIG 0,5 ml intra muscular segera setelah lahir

(jangan lebih dari 24 jam). Pemberian ulangan pada bulan ke 3 dan

ke 5. Pada orang yang terkontaminasi dengan HBsAg positif

diberikan HBIG 0,06 ml/Kg BB diberikan dalam 24 jam post

expossure dan diulang setelah 1 bulan (Sievert, 2014).

2.11 Pemeriksaan Hepatitis B

1. Metode ELISA

Diagnosa Laboratorium Untuk Hepatitis B dengan Metode ELISA,

penelitian laboratorium secara intensif mengenai VHB telah menemukan

hal untuk diamati diklinik dan laboratorium. Keterangan diatas (petanda

serologi) telah memuat variabel - variabel yang sering diperiksa. Tes - tes

yang sangat sensitif pun telah banyak dikembangkan secara luas untuk

meneggakan diagnosa hepatitis B dalam kasus - kasus ringan, sub klinis

atau yang menetap. Salah satunya adalah tes pemeriksaan yang tergolong

dalam generasi ketiga menurut WHO adalah ELISA. ELISA dianggap

pemeriksaan yang memiliki spesifitas dan sensitifitas yang tinggi yang

mampu menunjang diagnosa klinis hepatitis B (Sievert, 2014).

18
ELISA adalah suatu metode yang dikerjakan sebagai sarana mengukur

kadar antigen atau antibodi dalam suatu medium cair, seperti serum atau

organ yang telah dicairkan/dilarutkan. Metode ELISA yang dilakukan

dengan metode untuk mengukur kadar HbsAg dalam serum pasien.

ikatan antigen-antibodi yang akan dibaca dengan reaksi enzimatis yang

dapat mengakibatkan terjadinya perubahan intensitas warna pada larutan.

Intensitas warna ini kemudian akan diukur pada ELISA reader. Prinsip

dari pemeriksaan ELISA ( EnzymLinkedImunoSorbentAssay ) adalah

reaksi antigen-antibodi ( Ag - Ab ) dimana setelah penambahan konjugat

yaitu antigen atau antibodi yang dilabel enzim dan substrat akan terjadi

perubahan warna. Perubahan warna ini yang akan diukur intensitasnya

dengan alat pembaca yang disebut spektrofotometer atau ELISA reader

dengan menggunakan panjang gelombang tertentu (Sievert, 2014).

2. Metode Rapid Tes

Rapid diagnostictests (RDTs) adalah tes sekali pakai yang disediakan

dalam format sederhana yang biasanya tidak memerlukan reagen

tambahan kecuali yang ada disertakan dalam test kit. Mereka dibaca

secara visual dan bisa memberikan kualitatif yang sederhana Hasilnya

kurang dari 30 menit. Karena kesederhanaan, biaya dan waktu

penyelesaian yang cepat, mereka dapat dilakukan oleh penyedia awam

terlatih atau petugas layanan kesehatan. RDT yang berkualitas terjamin

karenanya sangat berguna dalam pengaturan di mana layanan pengujian

berbasis laboratorium konvensional tidak tersedia (Sievert, 2014).

19
Tes HbsAg (serum/plasma) pada tes langsung untuk pemeriksaan

kualitatif adanya HbsAg pada spesimen serum atau plasma. Tes ini

memanfaatkan kombinasi antibodi monoklonal dan poliklonal

mendeteksi peningkatan kadar HbsAg pada serum atau plasma. Prinsip

HBsAg dalam sampel akan berikatan dengan anti

HBscolloidalgoldkonjugat membentuk komplek yang akan bergerak

melalui membran area tes yang telah dilapisi oleh anti HBs. Kemudian

terjadi reaksi membentuk garis berwarna merah muda keunguan yang

menunjukkan hasil positif (Sievert, 2014).

Keuntungan rapid tes sebagai berikut: Dapat diakses di tingkat

terendah dari sistem perawatan kesehatan (termasuk komunitas

pengaturan) Tidak secara khusus membutuhkan fasilitas laboratoriumBisa

dilakukan dengan dilatih penyedia awam dan perawatan kesehatanpekerja,

serta laboratorium teknisiBisa digunakan dengan kurang invasive

Spesimen yang tidak dibutuhkan venepuncture seperti seluruh darah

kapiler atau oral cairan (Sievert, 2014).

20
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pada parktikum virologi yang berjudul “Pemeriksaan HBsAg” dilakukan

di lingkungan STIKES Bina Mandiri Gorontalo khususnya di laboratorium

Mikrobiologi, pada hari senin tanggal 23 September 2019, pukul 08.00

WITA.

3.2 Metode

Adapun pada pemeriksaan HBsAg ini menggunakan metode

imunokromatografi menggunakan strip test.

3.3 Prinsip

Imokromatografi dengan prinsip serum/plasma yang diteteskan pada

bantalan sampel bereaksi dengan partikel yang telah dilapisi dengan anti-

HBS (atibodi). Selanjutnya akan bergerak sepanjang strip membran untuk

berikatan dengan antibodi spesifik pada daerah test, sehingga akan

menghasilkan garis berwarna.

3.4 Pra Analitik

3.4.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu dispo 5 ml,

kapas alkohol dan kering, centrifuge.

3.4.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yatu strip test anti-

HBS dan sampel.

21
3.5 Analitik

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Centrifuge sampel darah, lalu buka strip test anti-HBS

3. Celupkan strip pada serum dan tunggu sampai garis merah pada control

(C/T). Hasil sebaiknya dibaca dalam 15 menit.

3.6 Pasca Analitik

Positif : Terbentuk 2 garis merah pada control (C) dan test (T), atau samar-

samar.

Negatif : Hanya 1 garis merah muncul pada bagian control (C).

Invalid : Tidak timbul garis merah sama sekali atau timbul hanya bagian

test (T).

22
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pemeriksaan yang telah di lakukan di dapatkan hasil

berdasarkan pada tabel berikut:

Hasil Interpretasi hasil Keterangan

Positif : jika dua garis ( line


test dan line control).
Negative: jika satu garis
Muncul 1 garis
(line control).
(line control).
Invalid : hanya satu garis pada
line test atau tidak kedua-
duanya.

Tabel 4.1 Hasil Periksaan HBsAg metode rapid test


(Sumber: data primer,2019)
4.2 Pembahasan

HBsAg (hepatitis B surface antigten) merupakan suatu tahap secara

kualitatif yang menggunakan serum atau plasma dimana bertujuan untuk

mendeteksi adanya HBsAg dalam serum atau plasma membrane yang dilapisi

dengan anti HBsAg antibody pada daerah garis test selama proses

pemeriksaan, sampel serum atau plasma bereksi dengan partikel yang ditutupi

dengan anti HBsAg antibodi, campuran tersebut akan meresap sepanjang

membrane kromatografi dengan anti HBsAg, anti pada membrane dan

menghasilkan suatu hasil posotif pada daerah test, jika tidak menghasilkan

garis yang berwarna pada daerah test menunjukan hasil yang negatif

23
Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik

untuk keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit

transfusi darah, serta digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis.

Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut

yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus lain

(Hadi, 2017).

Menurut (Suryani, 2015) kebanyakan infeksi VHB akut pada orang

dewasa ternyata HBsAg menghilang diikuti dengan terbentuknya anti-HBs,

Deoxyribonucleic Acid (DNA)- VHB tetap ada walaupun dalam jumlah kecil,

baik dalam sirkulasi ataupun dalam hati. Demikian juga setelah penyembuhan

dari hepatitis B kronis, DNA-VHB masih terdapat di sel hati. Keadaan DNA-

VHB ditemukan dalam hati atau serum dari seseorang dengan HBsAg negatif,

disertai atau tanpa adanya anti-HBs disebut dengan infeksi hepatitis B occult

(HBO).

Menurut (Bratanata.J., dkk.2015) individu dengan HBsAg (hepatitis B

surface antgen) negatif disebut sebagai infeksi VHB tersamar. Pemikiran

mengenai adanya VHB tersamar ditemukan sejak awal tahun 1980an, namun

baru teridentfkasi dengan baik selama 10 tahun terakhir setelah ditemukannya

teknik biologi molekular yang sangat sensitf. Kejadian VHB tersamar sering

ditemukan pada pasien dengan kondisi imunosupresi yang diinduksi oleh

terapi atau penyakit yang berhubungan dengan sistem imun. Infeksi VHB

tersamar dapat terjadi pada pasien dengan keganasan hematologi, infeksi

HIV, menjalani transplantasi organ serta kemoterapi.

24
Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan HBsAg dengan metode rapid

test. Pada pemeriksaan ini menggunakan sampel serum yang sebelumnya

telah dilakukan sentrifus pada sampel darah vena. Kemudian strip HBsAg

dimasukan ke dalam serum tersebut dan amati hingga muncul garis berwarna

merah. Dari pemriksanaa yang telah dilakuna diperoleh hasil bahwa pasien

tersebut negative HBsAg yang di tunjukan dengan 1 garis (line control),

karena serum tersebut tidak berikatan dengan antibodi spesifik pada daerah

tes (T) yang ditunjukan dengan garis berwarna.

25
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa hasil yang di dapatkan pada praktimum yang

kami lakukan pada pasien Ny. LM menggunakan serum atau plasma

diperoleh hasil negative (-) dengan terbentuknya 1 garis control pada alat

yang menggunakan metode rapid test, hal ini menunjukan bahwa pasien

tersebut tidak terinfeksi penyakit hepatitis.

5.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum selanjutnya yaitu sebaiknya dalam

melakukan pemeriksaan HBsAg harus menggunakan alat atau strip yang

belum rusak atau yang sudah kadarluarsa sehingganya harus diperhatikan

sebelum pemakaian agar hasil yang di dapatkan juga lebih akurat.

26
DAFTAR PUSTAKA

Sievert, 2014. Segala sesuatu tentang Hepatitis. Jakarta : Arcar. Diakses 24


September 2019

Sulaiman, 2016. Pendekatan teknik hepatitis B dan C dalam praktikan. Jakarta :


Sagung Seto. Diakses 24 September 2019

Sunata, A. 2014. Virus Hepatitis B. Jakarta : Akademi Keperawatan Subang.


Diakses 24 September 2019

Syahrurachman Agus, 2018. Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta : Binarupa Aksara.


Diakses 24 September 2019

Wijayanti B Ika, 2016. ”Efektifitas HBsAg Rapid Screening Test untuk Deteksi
Dini Hepatitis B”. Jurnal Kesmadaska 29-34, 2016. pdf. (di akses tanggal
22 Sep 2019).

27

Anda mungkin juga menyukai