Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala

berkat, rahmat, taufik serta hidayah-nya yang tiada terkira besarnya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas hasil laporan praktikum “Pemeriksaan Sifilis

Metode Immunochromatografi (rapid test)”

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka penulis menerima saran dan kritik dari pembaca agar

penulis dapat memperbaiki laporan selanjutnya.

Akhir kata penulis berharap semoga hasil laporan praktikum ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Wasalamu’allaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Gorontalo, April,2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

DAFTAR TABEL.................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2

1.3 Tujuan Praktikum....................................................................................2

1.4 Manfaat Praktikum..................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

2.1 Pengertian Sifilis......................................................................................3

2.2 Klasifikasi Penyakit Sifilis.....................................................................4

2.3 Morfologi Treponema Pallidum..............................................................8

2.4 Cara Penularan Sifilis..............................................................................9

2.5 Kelainan Sifilis......................................................................................10

2.6 Pencegahan Sifilis..................................................................................11

2.7 Pengobatan Sifilis..................................................................................12

BAB III METODE PRAKTIKUM.....................................................................14

3.1 Waktu Dan Tempat................................................................................14

3.2 Metode...................................................................................................14

3.3 Prinsip....................................................................................................14

3.4 Pra Analitik............................................................................................14

3.5 Analitik..................................................................................................14

ii
3.6 Pasca Analitik........................................................................................15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................16

4.1 Hasil.......................................................................................................16

4.2 Pembahasan...........................................................................................16

BAB V PENUTUP................................................................................................19

5.1 Kesimpulan............................................................................................19

5.2 Saran......................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan sifilis Metode Immunochromatografi...................16

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3 Treponema Pallidum........................................................................8

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PMS (Penyakit Menular Seksual) dimaksudkan sebagai yang ditularkan

secara langsung dari seseorang ke orang lain melalui kontak seks, PMS

menyebar cukup mengkhawatirkan di Indonesia baik jenis gonorrhoeae

maupun sifilis (Djuanda adhi,dkk.2005).

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang sangat infeksius, disebabkan

oleh bakteri berbentuk spiral, Treponema pallidum subspesies pallidum.

Schaudinn dan Hoffmann pertama kali mengidentifikasi Treponema pallidum

sebagai penyebab sifilis pada tahun 1905. Schaudin member nama organisme

ini dari bahasa Yunani trepo dan nema, dengan kata pallida dari bahasa

Latin(Efrida., Elvinawaty.2014).

Penyakit sifilis tidak bisa diabaikan, karena merupakan penyakit berat

yang bila tidak terawat dapat menyerang hampir semua alat tubuh, seperti

kerusakan sistem saraf, jantung, tulang, dan otak. Selain itu wanita hamil

yang menderita sifilis dapat juga menularkan penyakitnya ke janin sehingga

menyebabkan sifilis kongenital yang bisa menyebabkan penyakit bawaan dan

kematian. Bahkan pada sifilis stadium lanjut terdapat suatu lubang (gumma)

yang bisa timbul di langit-langit mulut. Maka istilah untuk penyakit ini yaitu

“raja singa” sangat tepat karena keganasannya (Djuanda adhi,dkk.2005).

Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan pemeriksaan sifilis dengan

metode Rapid test strip immunoassay.

1
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara pemeriksaan sifilis dengan menggunakan metode Rapid

test strip immunoassay.

1.3 Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui cara pemeriksaan sifilis dengan metode Rapid test strip

immunoassay.

1.4 Manfaat Praktikum

Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan sifilis dengan metode Rapid

test strip immunoassay.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sifilis

Sifilis adalah salah satu penyakit menular sexual, penyakit tersebut

tersebut ditularkan melalui hubunagn seksual.penyakit tini bersifat laten atau

dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis.

Penyakit ini dapat cepat di obati bila sudah dapat dideteksi dini. Kuman yang

menyebabkan penyakit sifillis dapat memasuki tubuh dengan menembus

selaput lendir yang normal dan mampu menenbus plasenta sehingga

menginfeksi janin (Djuanda adhi,dkk.2005).

Sifillis adalah prnyakit infeksi oleh Troponema pallidium dengan

perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan aksaserbasi, dapat

menyerang semua organ dalam tubuh terutama sistem kardiovaskuler, otak,

dan susunan syaraf, serta dapat terjadi sifilis congenital (Harahap, Marwali.

1990).

Sifilis adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan

oleh bakteri Treponema pallidum, sangat kronis dan bersifat sistemik. Pada

perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai

banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari satu orang

ke orang yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin)

maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang

ibu kepada bayinya selama masa kehamilan. Tidak dapat tertular oleh sifilis

dari handuk, pegangan pintu atau tempat duduk WC (Sudoyo aru W, 2006).

3
2.2 Klasifikasi Penyakit Sifilis

Menerut (Sudoyo aru W, 2006) penyakit sifilis diklasifikasikan dalam

beberapa jenis sebagai berikut:

1. Sifilis Primer

Gejala pertamanya adalah munculnya bisul kecil keras yang disebut

syanker pada situs infeksi. Biasanya di ujung batang pelir pada pria dan

di leher rahim atau vagina wanita. Syanker itu terlihat jelas pada pria,

tetapi pada wanita seringkali tersembunyi. Bisul itu tidak gatal ataupun

sakit. Jadi sifilis primer dapat berkembang tanpa diketahui. Treponema

biasanya dapat ditemukan di dalam syanker semacam itu melalui

pemeriksaan mikroskopis medan gelap. Juga dalam stadium ini, spiroketa

menyerang kelenjar getah bening, menyebabkan menjadi lebih besar dan

keras. Setelah 3-5 minggu, syanker itu sembuh secara spontan, dan

penyakit itu dari luar nampak tenang-tenang saja. Tetapi sementara itu

organisme tersebut disebarkan lewat aliran darah ke seluruh tubuh.

2. Sifilis Sekunder

Stadium penyakit ini di dahului oleh ruam ( pemunculan pada kulit)

yang timbul setiap saat pada 2 sampai 12 minggu setelah hilangnya

syanker. Penyakit itu sekarang tersebar umum dan juga terjadi

limfodenopati (kelenjar getah belling yang berpenyakit) yang tersebar

luas. Sifilis disebut pula "peniru besar" karena gejala-gejala yang timbul

pada stadium ini mirip dengan yang ditimbulkan oleh penyakit lain

seperti flu atau mononuleosis menular. Selain ruam gejala-gejala lainnya

4
meliputi radang tenggorokan, kelenjar getah bening yang lembek,

demam, lesu dan pusing. Kadang-kadang disertai rontoknya rambut

sebagian-sebagian. Luka patogenik terjadi pada selaput lendir, mata, dan

sistim syaraf pusat luka-luka ini penuh dengan treponema. Korban dapat

menderita hanya satu atau dua dari seluruh gejala penyakit ini atau semua

gejala. Stadium ini berlangsung beberapa minggu, dan gejala-gejalanya

termasuk luka-luka patogenik, hilang tanpa pengobatan. Tetapi sementara

itu treponema mungkin sudah mulai menyerang organ-organ lain dalam

tubuh.

3. Sifilis Laten

Bila tidak diobati, sifilis sekunder berlanjut menjadi sifilis laten.

Selama stadium ini penderita sama sekali tidak menunjukkan gejala yang

jelas. Stadium ini dapat berlangsung berbulan-bulan, bertahun-tahun atau

bahkan seumur hidup. Stadium laten hanya dapat diketahui dengan

melakukan uji darah (serologis).

4. Sifilis Tersier Atau Lanjut

Stadium ini timbul pada sekitar 30% dari orang-orang yang tidak

diobati dan dapat terjadi 5 sampai 40 tahun sesudah infeksi mula-mula.

Hasil kerja spiroketa secara diam-diam tetapi mematikan selama stadium

laten itu menjadi jelas. Luka-luka patogenik tersier terjadi pada sistim

safar pusat, sistim pembuluh darah jantung, kulit dan organ-organ vital

lain seperti mata, otak, tulang, ginjal dan hati. Luka-luka ini yang disebut

5
gumata lalu pecah dan menjadi borok .Penderita dapat terserang sakit

jiwa, kebutaan atau penyakit jantung ; dan akhirnya dapat meninggal.

5. Sifilis Syaraf

Selama stadium early, sepertiga dari penderita sifilis dapat terkena

susunan syaraf pusatnya dan setengah dari golongan ini jika tidak

mendapat pengobatan akan menderita laten neurosifilis, yang jaraknya

dari stadium primer dapat mencapai waktu lebih dari 5 tahun. Penyakit

ini terjadi tanpa gejala, sedangkan gejala klasik dapat timbul dalam

bentuk dementia paralytica, tabes dorsalis dan sebagainya. Gejala

penyakit yang timbul juga dapat menyerupai penyakit saraf lainnya.

6. Sifilis Kardiovaskuler

Setelah 10-40 tahun sejak terjadinya sifilis primer, penderita yang

tidak mendapat pengobatan dapat,menunjukkan tanda-tanda terkena

sistim kardiovaskuler. Terjadi kelainan sifilis pada aorta dan arteritis

paru-paru. Reaksi peradangan yang terjadi dapat menyebabkan stenosis

yang berakibat angina, insufisiensi miokardium yang dapat

mengakibatkan kematian.

7. Sifilis Kongenita

Sifilis kongenita merupakan penyakit sifilis yang timbul pada bayi

waktu lahir, beberapa waktu atau beberapa tahun sesudahnya. Wanita

hamil yang sedang menderita sifilis, terutama stadium sekunder, dapat

menularkannya pada bayi yang sedang dikandungnya secara

transplasenta. Treponema pallidum yang terdapat dalam peredaran darah

6
ibu masuk ke janin pada waktu kehamilan minggu ke 16. Pada saat itu

lapisan gel Langhans telah menjadi atropik. Jika infeksinya terjadi secara

masif,maka dapat mengakibatkan kematian janin, atau bayi lahir terus

mati. Infeksi treponema juga dapat mengakibatkan gangguan

pertumbuhan janin intra atau ekstrauteri. Jika wanita hamil baru terkena

sifilis pada waktu 6 minggu terakhir kehamilannya, maka biasanya janin

belum sempat terkena sifilis, karena kuman belum sempat tersebar di

dalam peredaran darah ibu.

8. Sifilis Kongenita Praekoks

Penyakit ini mulai menunjukkan gejala pada waktu bayi lahir atau

setelah berumus 1-3 bulan. Terlihat bullae pada telapak tangan,

condylomata lata, osteochondritis atau periostitis epiphysis tulang

panjang yang dapat menyebabkan terjadinya pseudoparalisis dari Parrot,

kelainan pada tulang tibia atau sabre bone, terjadi patah tulang spontan

atau penonjolan tulang dahi. Selain itu dapat terjadi gejala penyumbatan

hidung atau snuffle-nose, hepatosplenomegali, atropi dan distropi otot,

sehingga berat badan statis tidak bertambah.

9. Sifilis Kongenita Tarda

Penyakit ini mulai menunjukkan gejala pada usia lebih dari satu tahun

sampat usia 6- 7 tahun. Akan ditemukan trias Hutchinson, yaitu berupa

tuli syaraf ke-8 atau tuli perseptif, defo~itas gigi seri atas tengah dan

keratitisinterstitialis.

7
2.3 Morfologi Treponema Pallidum

Treponema pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini

berbentuk spiral. Terdapat empat subspecies yang sudah ditemukan, yaitu

Treponema pallidum pallidum, Treponema pallidum pertenue, Treponema

pallidum carateum, dan Treponema pallidum endemicum. Tulisan ini akan

membahas Treponema pallidum pallidum yang merupakan penyebab sifilis

(Jawetz, Melnick. 2005).

Gambar 2.3 Treponema Pallidum

Treponema pallidum merupakan spirochaeta yang bersifat motile yang

umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke dalam

tubuh inang melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat

ditularkan kepada janin melalui jalur transplasental selama masa-masa akhir

kehamilan. Struktur tubuhnya yang berupa heliks memungkinkan Treponema

pallidum pallidum bergerak dengan pola gerakan yang khas untuk bergerak di

dalam medium kental seperti lender (mucus). Dengan demikian organisme ini

8
dapat mengakses sampai ke sistem peredaran darah dan getah bening inang

melalui jaringan dan membran mucosa (Jawetz, Melnick. 2005).

2.4 Cara Penularan Sifilis

Sifilis disebabkan oleh bakteri yang disebut spiroketa. Penyebarannya

tidak seluas gonorea, tetapi lebih menakutkan karena kerusakan yang

mungkin ditimbulkannya lebih besar. Seperti gonorea, penyakit ini

disebarkan melalui kontak langsung dengan luka-luka pada orang yang ada

pada stadium menular. Spiroketa, seperti gonokokus, adalah mikrobe yang

tidak tahan berada di luar tubuh manusia, sehingga kemungkinan tertulari dari

benda mati sangat kecil.

Treponema pallidum masuk ke dalam tubuh sewaktu terjadi hubungan

kelamin melalui luka-luka goresan yang amat kecil pada epitel, dengan cara

menembus selaput lendir yang utuh ataupun mungkin melalui kulit yang utuh

lewat kantung rambut. Masa inkubasi sifilis berkisar 10-90 hari (rata-rata 21

hari) setelah infeksi. Bila tidak diobati, sifilis dapat timbul dalam beberapa

stadium penyakit. Adapun cara penulaannya bisa melalui :

1. Melalui kontak langsung dengan penderita sifilis

2. Luka terjadi terutama pada alat kelamin eksternal, vagina, anus atau di

dubur. Luka juga dapat terjadi di bibir dan dalam mulut

3. Wanita hamil dengan penyakit ini dapat terbawa ke bayi

4. Hubungan genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks

oral) (Jawetz, Melnick. 2005).

9
2.5 Kelainan Sifilis

Treponema Pallidium adalah bakteri penyebab Sifilis atau penyakit Raja

Singa adalah salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang kompleks,

disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Perjalanan penyakit ini

cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua alat tubuh dapat

diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita hamil

yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga

menyebabkan sifilis kongenital yang dapat menyababkan kelainan bawaan

atau bahkan kematian. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat

disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat

berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di luar alat

kelamin. Gejala yang mungkin terjadi pada wanita, yang terurai dalam empat

stadium berbeda.

1. Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan

dan basah di daerah vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut

dengan chancre, dan muncul di tempat spirochaeta masuk ke tubuh

seseorang untuk pertama kalinya. Pembengkakan kelenjar getah bening

juga ditemukan selama stadium ini. Setelah beberapa minggu, chancre

tersebut akan menghilang. Stadium ini merupakan stadium yang sangat

menular.

2. Stadium dua. Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para

penderita akan mengalami ruam, khususnya di telapak kaki dan tangan.

Mereka juga dapat menemukan adanya luka-luka di bibir, mulut,

10
tenggorokan, vagina dan dubur. Gejala-gejala yang mirip dengan flu,

seperti demam dan pegal-pegal, mungkin juga dialami pada stadium ini.

Stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.

3. Stadium tiga. Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para

penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal

ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun

penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan

bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten

ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.

4. Stadium empat. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada

stadium ini, spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat

merusak otak, jantung, batang otak dan tulang (Jawetz, Melnick. 2005).

2.6 Pencegahan Sifilis

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak

tertular penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:

1. Tidak berganti-ganti pasangan

2. Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan

pempratikkan ‘protective sex’.

3. Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi

darah yang sudah terinfeksi.

4. Menghindari alkohol dan penggunaan narkoba juga dapatmembantu

mencegah penularan sifilis, karena kegiatan tersebut dapat

mengakibatkan perilaku seksual beresiko.

11
5. Menggunakan kondom saat berhunungan , mencegah penularan PMS.

6. Menjauhkan diri dari kontak seksual yang diketahui terinfeksi.Tidak ada

vaksin terhadap sifilis. Untuk perseorangan penggunaan kondom sangat

efektif. Untuk masyarakat, cara utama pencegahan sifilis ialah melalui

pengendalian yang meliputi pemeriksaan serologis dan pengobatan

penderita. Sifilis bawaan dapat dicegah dengan perawatan prenatal (sebelum

kelahiran) yang semestinya (Djuanda adhi,dkk. 2005).

2.7 Pengobatan Sifilis

Penderita Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya.

Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin 4×500 mg/hr, atau eritromisin

4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100 mg/hr Menurut statistik, perawatan

dengan pil kurang efektif dibanding perawatan lainnya, karena pasien

biasanya tidak menyelesaikan pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif

adalah dengan penyuntikan procaine penisilin di setiap pantat (procaine

diikutkan untuk mengurangi rasa sakit); dosis harus diberikan setengah di

setiap pantat karena bila dijadikan satu dosis akan menyebabkan rasa sakit.

Cara lain adalah memberikan kapsul azithromycin lewat mulut (memiliki

durasi yang lama) dan harus diamati (Djuanda adhi,dkk. 2005).

Sifilis mudah untuk disembukan dalam tahap awal, suntikan intra

muskuler tungal dari pemnisin, antibiotik, akan menyembuhakan orang yang

memiliki sifilis kurang dari satu tahun. Dosis di tambahkan untuk mengobati

orang yang memiliki sifilis selama lebih dari satu tahun. Bagi penderita yang

alergi dengan penisilin,antibiotik lain yang tersedia untuk mengobati sifilis,

12
pengobatan akan membunuh bakteri sifilis dan mencegah kerusakan lebih

lanjut,tetapi tidak akan memperbaiki kerusakan yang telah dilakukan

(Djuanda adhi,dkk. 2005).

Pengobatan sifilis dalam kehamilan yitu dengan penisilin 1 kali

penyuntiksn dirasa cukup adekuat, meski beberapa penderita memerlukan 1-3

kali suntkan penisilin.dokter akan menderita yang telah menjalani medikasi

untuk melakuka tes darah setahun kedepan, yang dumaksudkan untuk

memastikan bahwa bakreri telah lisis dari tubuh penderita (Djuanda adhi,dkk.

2005).

13
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum yang berjudul “Pemeriksaan Sifilis” dilaksanakan pada tanggal

8 April 2019 di Laboratorium Stikes Bina Mandiri Gorontalo.

3.2 Metode

Pemeriksaan Sifilis Metode Immunochromatografi (rapid test)

3.3 Prinsip

Rapid test strip Immunochromatografi untuk mendeteksi an-tibody (Ig G

dan ig M) Treponema Pallidum dalam serum/plasma. Antigen sifilis

rekombinan terdapat pada daerah garis test, kemudian bereaksi dengan

antigen sifilis yang melapisi partikel pada daerah test. Campuran ini akan

bergerak secara kromatografi sepanjang garis test dan akan bereaksi dengan

antigen sifilis pada test strip.

3.4 Pra Analitik

Persiapan Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu

rapid strip sifilis, pipet pasteur, sentrifuse, tabung tutup merah, serum.

3.5 Analitik

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Ambil darah vena dengan menggunakan vacutainer

3. Kemudian darah diambil disentrifuse

4. Kemudian masukan serum pada rapid strip sifilis.

14
5. Tunggu sampai garis merah pada control (C/T).

3.6 Pasca Analitik

Interpretasi hasil

Positif : jika dua garis ( line test dan line control).

Negative : jika satu garis (line control).

Invalid : hanya satu garis pada line test atau tidak kedua-duanya.

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pemeriksaan yang telah di lakukan di dapatkan hasil

berdasarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan sifilis Metode Immunochromatografi (rapid test)

Pasien Sampel Hasil Metode keterangan


MR. Muncul 1 garis (line
serum negatif (-) Rapid test
AD control).

4.2 Pembahasan

Sifilis adalah salah satu penyakit menular sexual, penyakit tersebut

tersebut ditularkan melalui hubunagn seksual.penyakit tini bersifat laten atau

dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis.

Penyakit ini dapat cepat di obati bila sudah dapat dideteksi dini. Kuman yang

menyebabkan penyakit sifillis dapat memasuki tubuh dengan menembus

selaput lendir yang normal dan mampu menenbus plasenta sehingga

menginfeksi janin.

T.pallidum penyebab sifilis dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang

lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital

(seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya

selama masa kehamilan. Jadi Anda tidak dapat tertular oleh sifilis dari

handuk, pegangan pintu atau tempat duduk WC.

Uji Treponema merupakan uji yang spesifik terhadap silis, karena

mendeteksi langsung Ab terhadap Ag Treponema Pallidum. Biasanya uji ini

16
digunakan untuk mengkonfirmasi uji non treponema dan untuk menilai

respon bakteri treponema tersebut. walapun pengobatan secara dini diberikan

namun uji treponema dapat memberi hasil positif seumur hidup.

Pada praktikum ini digunakan metode pemeriksaan Immunochromatografi

Rapid Test degan prinsipnya yaitu Rapid test strip immunoassay untuk

mendeteksi an-tibody (Ig G dan ig M) Treponema Pallidum dalam

serum/plasma. Antigen sifilis rekombinan terdapat pada daerah garis test,

kemudian bereaksi dengan antigen sifilis yang melapisi partikel pada daerah

test. Campuran ini akan bergerak secara kromatografi sepanjang garis test dan

akan bereaksi dengan antigen sifilis pada test strip. Dalam pemeriksaan ini

menggunakan strip uji, dimana dalam strip uji ini terdapat “S” (sumur

sampel), garis “C” (control), dan garis “T” (Test). Pada penggunaan strip uji

harus ditempatkan pada tempat yang datar karena nanti akan mempengaruhi

migrasi sampel. Dimana pada penggunaan strip ini menggunakan serum

pasien sebanyak 1 tetes menggunakan pipet disposible yang ada pada alat

rapid test (setara dengan 10µl) diteteskan kedalam sumur “S” dan diteteskan

3 tetes buffer sifilis, fungsi dari buffer ini adalah untuk memigrasi sampel dan

akan terlihat hasilnya. Bila pada garis “C” muncul garis merah maka strip ini

masih dalam keadaan bagus jika tidak muncul garis merah pada “C” maka

strip tidak dapat digunakan. Pada pemeriksaan menggunakan strip uji ini

untuk pembacaan dibaca setelah 5-20 menit. Hasil yang didapat adalah

negatif dimana tidak terbentuk garis warna merah “T”, hanya terbentuk pada

daerah “C”.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan diatas dapat disimpulkan bahwa Sifilis adalah salah

satu penyakit menular sexual, penyakit tersebut tersebut ditularkan melalui

hubunagn seksual.penyakit tini bersifat laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-

waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat di obati

bila sudah dapat dideteksi dini dengan melakukan pemeriksaan menggunakan

Immunochromatografi Rapid Test. berdasarkan hasil diatas didapatkan hasil

negatif dimana tidak terbentuk garis warna merah “T”, hanya terbentuk pada

daerah “C”, karena tidak terjadi reaksi an-tibody (Ig G dan ig M) Treponema

Pallidum dalam serum/plasma dengan antibodi didalam tubuh.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya pada saat pengambilan sampel darah

harus berhati-hati agar tidak dapat tertular oleh penyakit sifilis dari darah

yang diambil.

18
DAFTAR PUSTAKA

Efrida., Elvinawaty.2014.Imunopatogenesis Treponema pallidum dan


Pemeriksaan Serologi. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)

Djuanda adhi,dkk. 2005.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. edisi IV. Jakarta.
Gramedia.

Harahap, Marwali. 1990. Penyakit Menular Seksual. Jakarta: Gramedia.

Sudoyo aru W, 2006.Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

Jawetz, Melnick. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

19

Anda mungkin juga menyukai