Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang pesat sekarang ini,
membuat kita untuk lebih membuka diri dalam menerima perubahan-
perubahan yang terjadi akibat kemajuan dan perkembangan tersebut. Dalam
masa persaingan yang sedemikian ketatnya sekarang ini, menyadari sumber
daya manusia merupakan model utama dalam suatu usaha, maka kualitas
tenaga kerja harus dikembangkan dengan baik. Jadi perusahaan atau instansi
diharapkan memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk lebih mengenal
dunia kerja dengan cara menerima mahasiswa yang ingin mengadakan
kegiatan praktek belajar klinik.
Praktek Belajar Klinik (PBK) merupakan hal yang penting bagi
mahasiswa untuk belajar dari pengalaman kerja praktis di suatu institusi.
Dengan adanya magang diharapkan dapat meningkatkan kompetisi lulusan
dan menjadi tambahan pengetahuan serta wawasan dunia kerja. Termasuk
dalam pengalaman praktis pemagangan adalah melakukan identifikasi
permasalahan, analisis dan penyelesaian masalah, serta penerapan ilmu dan
teknologi, khususnya bidang kesehatan masyarakat.
Lahan praktik sebagai sarana belajar mengajar utama untuk mewujudkan
keprofesionalitas mahasiswa dan juga sebagai wahana untuk meningkatkan
keterampilan secara utuh dari seorang mahasiswa yang telah mendapat
pelajaran teori pada proses belajar mengajar di kampus. Jurusan Analis
Kesehatan Stikes BMG dalam mengambil suatu langkah pendekatan dan
pembaruan calon tenaga analis kesehatan dengan masyarakat dilaksanakan
Praktek Belajar Klinik di Rumah sakit.
Rumah sakit merupakan sarana tempat pelayanan kesehatan. Pelayanan
yang diberikan berbentuk pelayanan jasa dengan berbagai jumlah dan jenis
pelayanan dan diberikan oleh berbagai prosfesi seperti pelayanan medis,
pelayanan keperawatan/kebidanan, pelayanan kefarmasian dan lain-lain.
Berbagai pelayanan yang diberikan ini menjadikan rumah sakit punya peran

3
yang sangat strategis dalam memberikan dan menciptakan pelayanan yang
berkualitas karena memiliki sumber daya yang potensial untuk dikembangkan
yaitu fasilitas pelayanan yang padat teknologi, padat karya dan padat modal.
Rumah sakit memilki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dalam mewujudkan pelayanan
yang berkualitas tidak terlepas dengan proses pendidikan mahasiswa
kesehatan yang pada masa ini menjamur disemua kota didirikan yang
membutuhkan lahan praktek dirumah sakit.
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto adalah sebuah institusi perawatan
kesehatan yang pelayanannya disediakan oleh Dokter, Perawat dan Tenaga
Ahli Kesehatan lainnya yang didirikan pada tanggal 25 November 1963.
Berfungsi memberikan pelayanan kesehatan secara lengkap kepada
masyarakat yang outputnya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan.
Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk
penelitian biososial. Fungsinya menyediakan dan menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabitasi
pasien).
Praktek Belajar Klinik akan menambah kemampuan untuk mengamati,
mengkaji serta menilai antara teori ataupun praktek dengan kenyataan yang
terjadi dilapangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas
managerial mahasiswa dalam mengamati permasalahan dan persoalan, baik
dalam bentuk aplikasi teori maupun kenyataan yang sebenarnya.
Laboratorium kesehatan adalah sarana yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan, pengukuran, penetapan dan penguji terhadap bahan yang
berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan
jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-faktor yang
dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan Masyarakat. Analis
Kesehatan merupakan tenaga kesehatan yang memiliki peran penting
terhadap pemeriksaan laboratorium.
Oleh karena itu pentingnya dalam melakukan praktek kerja klinik yang
dilakukan di RSUD Dr. M.M Dunda Limboto agar mahasiswa lebih dalam

3
lagi dalam mengetahui Standar Operasional Prosedur (SOP) dan pengetahuan
lainnya tentang pemeriksaan dan metode-metode yang belum didapat di
kampus agar bisa dikembangkan di tempat praktek agar mahasiswa bisa tau
dan paham tentang prosedur dari suatu alat semi otometik dan metode-metode
baru untuk pemeriksaan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktek belajar klinik II sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa melakukan identifikasi
masalah masalah di tempat kerja.
2. Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa melakukan penentuan
prioritas masalah di tempat kerja.
3. Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa melakukan kegiatan
pemeriksaan di tempat kerja.
4. Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa melakukan kegiatan evaluasi
Hasil pemeriksaan di tempat kerja.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pratek belajar klinik II sebagai berikut :
1. PBK merupakan wahana untuk mengaplikasikan pengetahuan di tempat
kerja.
2. PBK merupakan media untuk mengadopsi pengalaman-pengalaman yang
relevan di tempat kerja.
3. PBK merupakan strategi untuk membangun kepedulian dan
pengorganisasian di tempat kerja.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Sejarah Rumah Sakit dr. MM Dunda Limboto
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto yang semula bernama RSUD Limboto
adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang berlokasi
diwilayah administrasi Kabupaten Gorontalo, RSUD dr. M.M Dunda
Limboto didirikan pada tanggal 25 November 1963 dengan kapasitas awal
tempat tidur adalah 29 buah.
Melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
171/Menkes/SK/III/1994 RSU Dr. M.M. Dunda ditetapkan menjadi RSUD
Kelas C yang peresmiannya pada tanggal 19 September 1994 bersamaan
dengan penggunaan nama Dr. Mansyoer Mohamad Dunda, Nama Rumah
Sakit tersebut diambil dari nama seorang putra daerah perintis kemerdekaan
yang telah mengabdikan dirinya dibidang kesehatan sehingga diabadikan
menjadi nama Rumah Sakit Umum Daerah milik Pemerintah Daerah
Kabupaten Gorontalo dengan berkedudukan sebagai unit pelaksana
pemerintah Kabupaten Gorontalo dibidang pelayanan kesehatan masyarakat.
Dalam perkembangannya RSUD Dr. M.M Dunda Limboto menjadi Badan
Pengelola berdasarkan SK. Bupati Gorontalo Nomor 171 tahun 2002 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
M.M Dunda Kab. Gorontalo. Dengan ditetapkannya sebagai Badan Layanan
Umum Daerah maka sejak Tahun Anggaran 2001 RSUD Dr. M.M Dunda
Limboto mulai dikembangkan secara bertahap, dengan mempunyai kapasitas
239 tempat tidur berdasarkan keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor : HK
03.05/I/1077/2011, RSUD Dr. M.M Dunda Limboto berubah tipe menjadi
kelas B.
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto ditahun 2015 mendapatkan izin
operasional tetap Rumah Sakit sesuai SK Gubernur No. 39/89/I/2015 serta
Surat keputusan Menteri Kesehatan No. HK. 02.03/I/2015 tentang penetapan
Rumah Sakit provinsi dan Rumah Sakit Rujukan Regional. Surat dari komisi
Akreditasi RS Nomor KARS-SERT/567/VI/2012 tentang Akreditasi Dasar

3
untuk 5 (lima) pelayanan yakni UGD, Pelayanan Medik, Pelayanan
Keperawatan, Rekan Medis dan Administrasi manajemen. Surat dari komisi
Akreditasi RS (KARS) Nomor : 939/KARS/IX/2017 tentang pemberitahuan
hasil akreditasi RSUD Dr. M.M Dunda Limboto dengan Lulus Tingakat
Paripurna.
2.2 Visi, Misi Filosofi dan Motto RSUD dr. M.M Dunda Limboto
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto memiliki komitmen untuk mewujudkan
pelaynan optimal (Pelayanan Prima) dengan memformulasikan dalam visi,
misi dan filosofi dengan program unggulannya sebagai berikut :
2.2.1 Visi RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
“Menjadikan Rumah sakit yang terbaik di Provinsi Gorontalo”
2.2.2 Misi RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
1. Memberikan pelayanan kesehatan yangprofesional bermutu, tepat
waktu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia melalui
pendidikan dan pelatihan
3. Meningkatkan pendapatan Rumah Sakit dan mandiri dalam
pendanaan
4. Meningkatkan kesejateraan karyawan
5. Mengembangkan penelitian dan pengembangan teknologi
kesehatan
2.2.3 Filosofi RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
“Keselamatan, Kesembuhan dan Kepuasan Pasien adalah Kebanggaan
Kami”
2.2.4 Motto
“Bekerja Ikhlas untuk Pelayanan yang Lebih Berkualitas”
2.3 Struktur Organisasi
Adapun bagan struktur organisasi sebagai berikut :

3
Direktur

Wakil Direktur Administrasi Wakil Direktur Administrasi


& Keuangan & Keuangan

Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bidang Kepala Bidang Kepala Bidang
Keuangan Admin & Umum Bina Prog & Pelayanan Medik Pelayanan Pelayanan
Publikasi Keperawatan Penunjang
KASUBAG
Akuntasi & KASUBAG KASUBAG KASIE KASIE KASIE
Pelaporan Ketatausahaan Perencanaan & Pelayanan Medik Pelayanan & Penunjang
Evaluasi
Asuhan Kep. Medik
KASUBAG
KASUBAG Kepegawaian &
Perbendaharaan KASUBAG KASIE Rekam
Diklat KASIE Etika & KASIE
Hukum & Medik & SIRS
Kelompok Jabatan Pengembangan Penunjang Non
Humas
Fungsional Mutu Kep. Medik
KASUBAG KASUBAG RT
Verifikasi & & Perlengkapan
KASUBAG
Anggaran INSTALASI
PromKes Rumah
Sakit

Sumber : Kepegawaian RSUD Dr. M.M Dunda Limboto, 2018


2.4 Kondisi Umum
Dalam perkembangannya RSUD Dr. M.M Dunda Limboto menjadi Badan
Pengelola berdasarkan SK. Bupati Gorontalo Nomor 171 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
M.M. Dunda Kab. Gorontalo. Dengan ditetapkannya Rumah Sakit Daerah,
maka sejak Tahun Anggaran 2001, RSUD Dr. M.M Dunda Limboto mulai
dikembangkan secara bertahap, dengan biaya dari dana rutin, APBD, APBN,
dan hingga kini mempunyai kapasitas 235 tempat tidur dengan rata-rata
penderita dirawat ± 166 pasien perhari. Seiring dengan tuntutan masyarakat
yang semakin membutuhkan pelayanan kesehatan bermutu, lebih mudah,
lebih cepat maka berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
HK.03.05/I/1077/2011, RSUD Dr. M.M Dunda Limboto berubah tipe
menjadi Kelas B.
2.5 Sarana Kesehatan
Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatanyang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat oleh karena itu rumah sakit didaerah dituntut untuk
memperbaiki manajemen, mengembangkan sumber pembiyaan sendiri, agar
dapat secara atonomi berupaya meningkatkan mutu pelayanan melakukan
pemberdayaan terhadap semua potensi yang ada termasuk sumber daya
manusia karena mutu pelayanan sangat tergantung pada kemampuan sumber
daya kesehatan. Berikut adalah sumber daya atau sarana yang dimiliki RSUD
Dr. M.M Dunda Limboto.
2.5.1 Gedung
1. Gedung Pelayanan Rawat Jalan :
a. Poliklinik terdiri dari ruangan Poliklinik Penyakit Dalam,
poliklinik Obsetetri Gynekologi, Poloklinik Anak, Poliklinik
Bedah, Poliklinik Bedah Syaraf, Poliklinik THT, Poliklinik
Mata, Poliklinik Syaraf, Polklinik Kulit Kelamin, Poliklinik
Jiwa, Poliklinik Jantung, Poliklinik Gigi, Poliklinik KIA/KB,
Poliklinik Paru, Pelayanan Haemodialisa, Pelayanan
Fisioterapi, Pelayanan Endoscopy dan Polikilinik Gizi
b. Unit Gawat Darurat (UGD)
2. Gedung Pelayanan Rawat Inap :
a. Irina A (Obsetetri Gynekology)
b. Irina B (Mata)
c. Irina C (Neurology)
d. Irina E (Bedah)
e. Irina F (Penyakit Dalam)
f. Irina G (Anak)
g. Irina H (Penyakit Dalam)
h. PICU
i. HCU/ICCU
j. ICU
k. NICU
l. IMC
m. VVIP Edewels
Dalampengembangan pelayanan rumah sakit, gedung rawat
inap sidah disatukan kembali dirumah sakit lama. Pada tahun 2016
telah dilakukan proses pemindahan secara bertahap dan juga telah
dilaksanakan upaya perluasan lahan serta penambahan gedung
layanan untuk memenuhi pelayanan yang telah optimal.
3. Gedunng Administrasi yang terdiri dari ruangan Ddirektur, Wakil
Direktur I, Wakil Direktur II, Dewan Pengawas, Satuan Pengawas
Internal,Pejabat Pengadaan, Ruang Pola, Bidang Keperawatan,
Bidang Administrasi Umum, Bagian Bina Program dan Publikasi
serta Bagian Keuangan
4. Kamar Jenazah
2.5.2 Alat Kesehatan
Sejak berdirinya RSUD Dr. M.M Dunda Limboto, alat kesehatan
terus diadakan untuk melayani pasien
2.5.3 Sarana Penunjang
Beberapa sarana penunjang yang dimiliki oleh RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto tahun 2018, antara lain sebagai berikut :
Tabel 2.5.3 Saran Penunjang RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
No Sarana Penunjang Jumlah
1. Mobil Ambulance 11 Unit
Mobil Operasional termasuk mobil
2. 22 Unit
Direktur dan Para Wakil Direktur
3. Mobil Gizi 1 Unit
4. Mobil Operasional 5 unit
5. Generator 3 Unit
6. Incenerator 1 Unit
Instalasi Pengolahan Air Limbah
7. 1 Paket
(IPAL)
8. Website dan Internet 2 Paket
9. Laboratorium 1 Gedung
10. Radiologi 1 Gedung
11. Dapur Gizi 1 Gedung
12. IPRS 1 Gedung
(Sumber : Subag Kepegawaian & Diklat RSUD Dr. M.M Dunda
Limboto, 2018)
2.6 Letak Geografis
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto terletak diwilayah administrasi
Kabupaten Gonrontalo memiliki dua lokasi. Lokasi pertama dijalan Achmad
A. Wahab (Eks. Jl. Jend. Ahmad Yani Nomor 53) Kelurahan Hunggaluwa
Kecamatan Limboto Kabupatan Gorontalo, dan memiliki luas bangunan
±6507, 103 M2 dan Luas Lahan ±10791 M2.
Adapun batas-batas lahan sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan rumah penduduk
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Daerah Aliran Sungai Bionga
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Mbui Bungale
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Achmad A. Wahab
2.7 Data Ketenagaan
Berikuti adalah data ketenagaan yang ada di RSUD Dr. Dunda Limboto
Tahun 2018 :
Tabel 2.7 Data Ketenagaan RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
No Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter umum 23 orang

2 Dokter spesialis 22 orang

3 Dokter PPDS 6 orang

4 Dokter gigi 4 orang

5 Perawat 215 orang

6 Bidan 49 orang

7 Perawat gigi 1 orang

8 Farmasi apoteker 12 orang

9 Teknis kefarmasian 14 orang

10 Kesehatan Masyarakat 44 orang

11 Kesehatan Lingkungan 6 orang

12 Tenaga gizi nutrisionis 22 orang

13 Analis kesehatan 7 orang

14 Radiologi 7 orang

15 Anastesi 1 orang

16 Resioterapi 4 orang

17 Rekam medis 1 orang

18 Tenaga gigi 1 orang

19 Tenaga elektro medis 4 orang

(Sumber : Subag Kepegawaian & Diklat RSUD Dr. M.M Dunda Limboto,
2018)
BAB III
KEGIATAN PRAKTEK BELAJAR KLINIK II
3.1 Sampling
3.1.1 Pengertian Pengambilan Sampel Darah
Plebotomi atau dalam bahasa Ingris disebut Phlebotomy berasal
dari kata Yunani phleb dan omia. Phleb berarti pembuluh darah vena
dan tomia berarti mengiris/ memotong (miring). Dulu dikenal istilah
miring (BLd), venesection atau venesection I Ing), Flebotomis  adalah
seorang tenaga medis yang telah mendapatkan latihan untuk
mengeluarkan dan menampung specimen darah dari pembuluh darah
vena, arteri atau kapiler (Rochmi. 2018).
Pengambilan sampel darah adalah cara pengambilan darah dengan
menusuk area pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Darah
dapat diambil dari vena dalam fossa cubitti, vena saphena magna/vena
superficial lain yang cukup besar untuk mendapatkan sampel darah.
Komplikasi pada phlebotomy ialah pembendungan yang terlalu lama
akan mempengaruhi hasil pemeriksaan karena akan terjadi
hemokonsentrasi. Pengisapan darah yang terlalu dalam akan
menyebabkan darah membeku dalam spuit, segera dipisahkan darah ke
dalam tabung sesuai jenis pemeriksaan. Terbentuk hematoma pada
tempat penusukan dan terjadi perdarahan pada tempat penusukan
(Rochmi. 2018).
Tujuan dalam tindakan untuk mendapatkan sampel darah vena
yang baik dan memenuhi syarat untuk melakukan pemeriksan,
mendapatkan specimen darah vena tanpa antikoagulan yang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi dan
menganalisa kandungan kompenonen darah, seperti sel darah merah, sel
darah putih, dan trombosit penusukan. Pengambilan darah vena
menggunakan metode syringe (spuit). Untuk prinsipnya ialah suata cara
pengambilan darah pada pembulu darah vena yang terlihat besar, jelas
dan letaknya superficial.
3.1.2 Pra Analitik
1. Alat
Adapun alat yang akan digunakan dalam pengambilan darah
vena ialah APD, Disposable Syringe, Tourniquet, Tabung K3
EDTA, label dan plester.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan bahan yang akan digunakan
dalam pengambilan darah vena ialah Kapas alkohol sweb dan
kapas kering.
3.1.3 Analitik
1. Menyiapkan terlebih dahulu alat dan bahan untuk pengambilan
sampel darah vena
2. Keadaan pasien hedaknya senyaman mungkin begitu juga dengan
petugas (Phlebotomis).
3. Melakukan palpasi pada lokasi vena yang akan ditusuk, dan
mintalah kepada pasien untuk mengepalkan tangannya agar vena
terlihat jelas.
4. Memasang Tourniquet kurang lebih 3 jari di atas lipat siku
5. Melakukan desinfeksi dengan kapas alcohol sweb pada daerah vena
yang akan ditusuk
6. Menusuk vena dengan posisi jarum mengikuti arah vena dimana,
jarum menghadap keatas dan posisi tangan memegang spuit pada
sudut 15-300
7. Melepaskan tourniquet dan pasien diminta membuka kepalan
tangannya.
8. Meletakan kapas kering diatas jarum, kemudian melepaskan jarum
dari vena secara cepat dan hati-hati
9. Pasien diinstruksikan untuk menekan kapas selama 1 – 2 menit dan
setelah itu bekas luka tusukan diberi plester
10. Jarum ditutup lalu dilepaskan dari sempritnya, darah dimasukkan
kedalam botol atau tabung penampung melalui dinding secara
perlahan. Bila menggunakan antikoagulant, segera
dihomogenisasikan.
3.1.4 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengambilan darah
vena adalah sebagai berikut :
1. Pada Vacutainer pemasangan tabung vakum pada holder harus
kuat, dengan cara ibu jari kanan mendorong tabung sedangkan jari
telunjuk dan jari tengah (kanan) tertumpu pada kedua sisi holder,
ibu jari tangan kiri memegang holder dengan sedikit menekan agar
holder tidak bergerak
2. Pasien yang takut hendaknya petugas (phlebotomis) dapat
menenangkan pasien dengan memberi penjelasan mengenai apa
yang akan dilakukan, maksud beserta tujuannya
3. Pembendungan yang terlalu lama dapat mengakibatkan
hemokonsentrasi setempat
4. Hematome, yaitu keluarnya darah dibawah kulit dalam jaringan
pada kulit ditempat tusukan akan terlihat berwarna biru, biasanya
akan terasa nyeri, perintahkan pasien untuk mengompresnya
dengan air hangat beberapa menit atau beberapa hari sampai
sakitnya hilang.
3.2 Pemeriksaan Hematologi
3.2.1 Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dan darah rutin (Complete Blood
Count/CBC) merupakan pemeriksaan yang paling banyak dilakukan
dilaboratorium, Pemeriksaan darah lengkap biasanya digunakan
sebagai deteksi awal dalam memberikan diagnosis terhadap penyakit
atau sebagai monitoring kondisi pasien. Banyaknya pemeriksaan serta
peran yang sangat besar tersebut sehingga membutuhkan kecepatan
dan keakuratan dalam pemeriksaan darah lengkap sehingga dalam
penggunaannya lebh efektif dan efisien (Zulfikar H. Faruq, 2018)
Hematologi Analyzer merupakan alat untuk pemeriksaan darah
lengkap yang memiliki kecepatan dan tingkat keakuratan yang cukup
baik. Alat ini dapat mengurangi waktu pemeriksaan dari 30 menit
menggunakan metode manual menjadi 15 detik dan dapat mengurangi
kesalahan. Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis
parameter pemeriksaan, yaitu hemoglobin, hematokrit, leukosit (White
Blood Cell / WBC), trombosit (platelet), eritrosit (Red Blood Cell /
RBC), indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) (Zulfikar H. Faruq,
2018)
Darah lisis atau disebut dengan hemolisis merupakan hancurnya sel
darah disebabkan karena preparasi sampel yang salah. Darah lisis
sebagaian besar disebabkan oleh pemecahan sel darah merah diserum
atau plasma. Gangguan akibat darah lisis dalam pengukuran
laboratoriun disebabkan oleh banyak factor yaitu pelepasan zat aktif
sperktroskopi dan juga pelepasan zat aktif yang dapat mengganggu
dan memicu reaksi laboratorium. Darah lisis juga dapat mengganggu
pemeriksaan trombosit. Hasil lisis darah tersebut menjadi partikel
kecil atau fragmen sehingga terbaca pada Haemotology Analyzer
sebagai trombosit (Zulfikar H. Faruq, 2018).
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat Hematologi
yang dapat memeriksa jenis leukosit tiga Difftcount. Alat hematologi
tiga Difftcount menggunakan metode Impedante. Prinsipnya ialah
berdasarkan spesifikasi ukuran sel yang melewati filter dengan
memakai tegangan listrik untuk sekali pembacaan bisa diperiksa
sekaligus beberapa parameter seperti Hb, HCT/PCV, Leukosit,
Trombosit, Eritrosit, MCH, MCHC, MCV dan Hitung Jenis Leukosit.
1. Prosedur Kerja Swelab Alfa
A. Menghidupkan alat dan Persiapan
a. Cek kecukupan reagen
b. Cek analyser Swelab Alfa : apakah kabel-kabel dan selang
sudah terpasang dengan benar
c. Cek pembuangan (waste) : buang jika perlu
d. Cek kertas di printer
e. Nyalakan secara berturut-turut ups – alat – printer
f. Nyalakan analyzer Sweleb Alfa (tombol On/Off dibagian
belakang sisi kiri bawah analyzer)
g. Alat akan melakukan self test, instrument QC download,
initialization mekanik dan hidrolik, mencuci, menstabilkan
suhu serta background check secara otomatis
h. Jika nilai backround check keluar tekan prima pada
maintenance setelah itu chek kembali backround
i. Jika nilai backround check masuk, alat siap untuk digunakan
B. Menjalankan sampel
a. Masukan ID pasien pada kolom ID 1 atau ID 2
b. Hisap sampel darah pasien melalui sampel probe pada mode
Whole Blood startplate 1:1
c. Tekan start plate 1:1 pada belakang sampel probe
d. Tunggu hingga hasil ditampilkan pada layar jika hasil tidak
keluar lakukan Re-sampel
e. Pilih Caplary mode :
Tekan icon keluarkan – Sampel diencerkan 1 : 7 (20uL
sampel darah + 200ul celipack)
No (Defaul) – Whole Blood
f. Pilih icon keluarkan
g. Letakkan tabung kosong pada probe prediluent
h. Klik start plate 1 : 250
i. Buang diluents yang pertama keluar pada pertama kali
j. Masukkan sampel darah kapiler 20ul
k. Letakkan tabung pada prob prediluent 1 : 250
l. Tekan prediluent start plate 1 : 250 dibelakang probe
m. Mixing sampel dengan baik
n. Tekan exit pada layar
C. Mematikan alat
a) Pilih shutdown pada layar
b) Tekan siaga/matikan
c) Matikan saklar pada posisi belakang alat
2. Prosedur Kerja Sysmex KX-21
A. Menghidupkan alat dan persiapan
a. Cek kecukupan reagen
b. Cek analyzer sysmex : apakah kabel-kabel dan selang sudah
terpasang dengan benar
c. Cek pembuangan (waste) : buang jika perlu
d. Cek kertas diprint
e. Nyalakan analyzer sysmex (tombol On/Off disebelah sisi
kanan bawah analyzer)
f. Alat akan melakukan self test, instrument QC doaload,
initialization mekanik dan hidrolik, mencuci, menstabilkan
suhu serta backround chek secara otomatis
g. Jika nilai backround chek keluar (bunyi alarm, tekan help
untuk mematikannya), klik auto rinse
h. Jika nilai backround chek masuk, alat siap untuk digunakan
B. Quality control
Pastikan setiing nilai QC sudah didefinisikan (target limit)
dan alat dalam kondisi ready
a. Tekan select, pilih quality control atautekan 2
b. Pilih jenis QC yang akan dijalankan (e-chek level 1, 2, atau
3) lalu tekan OK
c. Homogenisasi kan e-chek dengan baik lalu isapkan
keaspirator probe
d. Tekan start
e. Pada layar hasil, pastikan hasil QC masuk dalam range dan
target kemudian klik accept
f. Klik OK untuk menerima dan menyimpan hasil QC
g. Klik No jika hasil QC keluar dari range dan target
h. Untuk mengulangi QC, ulangi langkah 3-6
C. Menjalankan Sampel
a. Pastikan alat dalam kondisi ready
b. Klik sampel no. dan tekan enter
c. Tekan start, tunggu hingga terdengar bunyibeep 2x lalu tarik
sampel kebawah
d. Hasil akan tertampil pada layar dan secara otomatis tercetak
pada kertas printer
D. Mematikan Alat
a. Klik shutdown
b. Aspirate cellcien (5 menit)
c. Biarkan alat bekerja secara otomatis hingga 100% dan hingga
muncul konfirmasi “please power off the analyzer”
d. Matikan analyzer Sysmex (tombol On/Off disebelah sisi
kanan bawah analyzer
e. Matikan ups
3. Prosedur Kerja Sysmex Xn-Series
A. Menghidupkan alat dan Persiapan
a. Cek kecukupan reagen
b. Cek analyser sysmex : apakah kabel-kabel dan selang sudah
terpasang dengan benar
c. Cek pembuangan (waste) : buang jika perlu
d. Cek kertas di printer
e. Nyalakan secara berturut-turut ups-alat-print
f. Masukkan user nama dan password (jika ada) pada menu
log on lalu klik OK.
g. Nyalakan analyzer sysmax (tombol ON/OF di bagian
belakang kanan bawah analyser))
h. Alat akan melakukan self test, instrument QC download,
initialization mekanik dan hidrolik, mencuci, menstabilkan
suhu serta background check secara otomatis
i. Jika nilai backround check keluar (bunyi alarm, tekan help
untuk mematikannya) klik Auto rinse
j. Jika nilai backround check masuk, alat siap untuk
digunakan
B. Quality kontrol
Pastikan setting nilai QC sudah didefinisikan ( target limit )
dan alat dalam kondisi ready
a. Klik QC
b. Pilih jenis QC yang akan dijalankan (e-check level 1, 2 atau
lalu tekan OK
c. Homogenisasikan e-check dengan baik lalu letakkan di
tempat rak sampel
d. Tekan start
e. Pada layar hasil, pastikan hasil QC masuk dalam range dan
target kemudian klik accept
f. Klik ok untuk menerima dan menyimpan hasil QC
g. Klik cancel jika hasil QC keluar dari range dan target
(warna latar kuning atau merah)
h. Untuk mengulangi QC,ulangi langkah 3-6
C. Menjalankan Sampel
a. Pastikan alat sudah dalam kondisi ready (lampu LED
padaanalyzer berwarna hijau)
b. Klik worklist untuk mengimput data pasien
c. Klik manual
d. Klik nomor sampel
e. Pilih discrete mode : CBC atau CBC+DIIF atau CBC+RET
atau CBC+DIIF+RET
f. Pilih capilary mode : yes atau no
g. Capillary mode : yes → sampel diencerkan 1:7 (20µ sampel
darah + 120µ cellpack). no (default) → whole blood
h. Masukkan patient ID (bila ada)
i. Tekan star tempat sampel akan masuk dengan sendirinya.
Setelah alat selesai memipet sampel. Sampel akan keluar
kembali
j. Hasil dapat dilihat pada explorer
k. Untuk print hasil tekan output, pilih report (GP)
D. Mematikan alat
a. Klik menu (F4)
b. Klik shutdown dan execute (2 menit)
c. Biarkan alat bekerja secara otomatis hingga 100% dan
hingga muncul konfirmasi “please power off the analyzer”
d. Matikan analyzer SYSMEX (tombol ON/OFF disebelah sisi
kanan atas analyzer)
e. Keluar dari program analyzer SYSMEX
f. Pada layar deskop CPU, klik star pilih shutdawn pilih turn
off
l. CPU akan mati secara otomatis kemudian matikan monitor
print dan usp
4. Nilai Rujukan
Nilai rujukan pemeriksaan Haemotology Analyzer sebagai
berikut :
Tabel 3.2.1 Nilai Rujukan Pemeriksaan Haemotology Analyzer
Jenis pemeriksaan Nilai rujukan Satuan

Hemoglobin ♂ : 13 – 17
g/dl
♀ : 12 – 15

Leukosit 5.000 – 10.000 /mm3

Eritrosit ♂ : 4,5 – 5,5


Juta/mm3
♀ : 3,8 – 4,8

Hematokrit ♂ : 40 – 50
%
♀ : 36 – 46

MCV 83 – 101 fL

MCH 27 – 32 Pg

MCHC 31,5 – 34,5 g/dl

Trombosit 150.000 – 450.000 /mm3


Segmen 20 – 40 %

Limfosit 2 – 10 %

Monosit 1–6 %

(Sumber : Nilai rujukan laboratorium RSUD Dr. M.M Dunda


Limboto, 2019)
3.2.2 Malaria/DDR (Drike Drupple)
Pemeriksaan DDR adalah pemeriksaan darah penderita yang
diduga malaria dengan dilakukan adanya pemeriksaan secara
mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis terdiri dari pemeriksaan
sediaan darah tebal dan sediaan datah tipis.
Sediaan darah tebal terdiri dari sejumlah besar sel darah merah
yang terhemolisis, terutama bagian sitoplasma yang mengalami
kerusakan sehingga parasit yang ditemukan umumnya tidak utuh.
Diagnosis tidak dapat dibuat bila hanya melihat 1-2 parasit. Untuk
itu diagnosis harus memerlukan pemeriksaan banyak parasit.
Volume darah yang diambil dan parasit yang terkandung dalam
darah akan terkonsentrasi pada area yang lebih kecil sehingga
pemeriksaan sediaan darah menjadi cepat. Oleh karena itu dalam
penegakan diagnosis malaria menggunakan sediaan darah tebal
(Irianto, 2013).
Sediaan darah tipis terdiri dari sel darah merah yang lebih
tersebar dan tidak saling melekat satu sama lain. Volume darah
yang diambil sedikit tetapi bidang sediaan luas sehingga sediaan
darah tipis digunakan untuk membantu identifikasi
spesies Plasmodium setelah ditemukan parasit malaria dalam
sediaan darah tebal (Irianto, 2013).
Penderita dinyatakan positif malaria apabila pada pemeriksaan
secara mikroskopis ditemukan adanya Plasmodium sp. Dalam
darah. Untuk melihat adanya parasit didalam darah pasien, perlu
dibuat sedian apusan darah malaria (SD). Selanjutnya diwarnai
dengan pewarnaan geimsa. Berikut prosedur kerja dari pemeriksaan
DDR (Aditama, 2011)
Prinsipnya Setetes darah dibuat hapusan dan diwarnai dengan
larutan giemsa maka akan terlihat bentuk-bentuk plasmodium
dalam darah. Alat dan Bahan : Objek glass, Pipet tetes, Bak
pewarna, Mikroskop, Larutan giemsa (1:3), Methanol, Oil imersi,
Sampel (darah pasien).
Pembuatan sedian apusan :
1. Pada objek gelas yang sudah diberi identitas, teteskan darah kira
kira 1 cm dari tepi objek gelas bagian kiri seukuran 3 mm untuk
apusan darah tebal dan satu tetes lagi dengan ukuran sama untuk
apusan darah tipis kira kira 1 cm.
2. Letakkan objek gelas berisi darah diatas meja
3. Sentuh darah pada permukaan objek gelas dengan ujung objek
gelas lain yang berfungsi sebagai pendorong sampai darah
menyebar kesemua ujung objek gelas pendorong ini
4. Buat sudut 45 derajat antara objek gelas yang berisi tetesan
darah dan objek gelas pendorong.
5. Dorong objek gelas kedua kearah depan dengan tetap
mempertahankan sudut 45 derajat dan ujung objek gelas
pendorong tidak pernah terlepas dari objek gelas yang berisi
tetesan darah
6. Letakkan objek gelas I yang sudah ditetesi diatas meja. Ambil
objek gelas lain yang berfungsi sebagai penyebar. Sebarkan
darah dengan memakai sudut tajam hingga penyebar sampai kira
kira besarnya satu cm.
Adapun prosedur pewarnaan :
1. Buatlah apusan darah diatas objek glass, keringkan
2. Fiksasi apusan tersebut dengan methanol ± 5 menit
3. Tiriskan methanol, tunggu sampai sediaan agak kering
4. Teteskan larutan giemza sampai seluruh permukaan apusan
tertutupi dengan larutan biarkan selama 15 menit.
5. Bilas dengan air yang mengalir lalu keringkan
6. Tetesi dengan oil imersin
7. Periksa dibawah mikroskop dengan lensa objektif 100x
8. Pembacaan Hasil : (+) : Bila ditemukan plasmodium
(-) : Tidak ditemukan plasmodium
3.2.3 CT/BT
1. CT (Clooting Time)
Menurut Gandasoebrata (2010) pemeriksaan masa
pembekuan (Clootting Time) merupakan pemeriksaan untuk
menentukan lamanya waktu yang dibutuhkan darah untuk
membeku.
Cara kerja menggunakan Metode tabung sebagai berikut :
a. Menggunakan 4 tabung masing-masing terisi 1 ml darah
lengkap
b. Kemudian tabung perlahan-lahan dimiringkan setiap 30
detik supaya darah bersentuhan dengan dinding tabung
sekaligus melihat sudah terjadinya gumpalan padat.
c. Masa pembekuan darah itu ialah masa pembekuan rata-
rata dari tabung kedua, ketiga dan keempat. Masa
pembekuan itu dilaporkan dengan dibulatkan sampai
setengah menit.
Nilai normal untuk metode tabung (modifikasi Lee dan
White) adalah 9 – 15 menit (Gandasoebrata, 2001 dalam Eva,
2014).
Hasilnya menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor koagulasi,
terutama faktor-faktor yang membentuk tromboplastin dan
faktor-faktor yang berasal dari trombosit, juga kadar
fibrinogen. Pemeriksaan yang bertujuan untuk menentukan
lama waktu / masa pembekuan darah.
Metode Slide hanya boleh dipakai dalam keadaan darurat
jika cara tabung atau cara dengan kapiler tidak dapat
dilakukan. Cara kerja sebagai berikut :
a. Darah yang diteteskan pada object glass yang kering dan
bersih sebanyak 2 tetesan besar berdiameter 5 mm secara
terpisah
b. Setiap 30 detik darah diangkat menggunakan lidi dan
dicatat waktu saat terlihat adanya benang fibrin
c. Setelah itu dilakukan hal yang sama pada tetesan yang
kedua secara bersamaan.
d. Kemudian hentikan stopwatch setelah terlihat adanya
benang fibrin pada tetesan kedua.
e. Waktu pembekuan adalah saat adanya benang fibrin dalam
tetes darah yang kedua terhitung mulai dari darah masuk
ke semprit.
Nilai normal untuk metode slide adalah 2-6 menit
(Gandasoebrata, 2001 dalam Eva, 2014).
2. BT (Bleeding time)
Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium
untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan
akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini
mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan
tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu
koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Dan
untuk prinsipnya ialah dibuat perlakuan standar pada daun
telinga, lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat.
Metode Ivy. Ikatan spigmomanometer dikenakan pada
lengan atas dengan tekanan 40 mmHg. Penusukan bagian
lengan bawah kira-kira 3 jari dibawah lipat siku dengan
kedalaman tusukan 3 mm. Harus dibuat di tempat yang sudah
dibersihkan, bebas dari penyakit kulit dan jauh dari vena
(Riswanto, 2013 dalam Mayangsari, 2016).
Metode Duke Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan
tusukan pada bagian cuping telinga dengan kedalaman 2 mm.
Prinsip metode Duke : Dibuat perlukaan standar pada daun
telinga. Lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat sebagai
waktu perdarahan (Riswanto, 2013 dalam Mayangsari, 2016).
Alat dan bahan yang akan digunakan ialah sebagai berikut:
a. Alat : lanset steril, Stopwatch
b. Bahab : Alkohol Sweb, Tisu/kertas saring, Darah
kapiler.
Prosedur kerja pemeriksaan sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Bersihkan daun telinga dengan kapas alkohol, biarkan
mengering.
3. Objek buat luka dengan disposible lanset steril panjang 2
mm dalam 3 mm. Sebagai pegangan pakailah kaca objek
dibalik daun telinga dan tepat pada saat darah keluar
jalankan stopwatch
4. Bila perdarahan berhenti, hentikan stopwatch dan catatlah
waktu perdarahan
5. Nilai rujukan :
CT : 9-15 Menit
BT : 1-3 Menit
3.2.4 PT dan aPTT
Uji skrining pembekuan darah memungkinkan penilaian
terhadap system ektrinsik dan instrinsik pembekuan darah dan juga
perubahan PT (Prothrombin Time) berguna untuk mengukur
kemampuan pembekuan darah dilihat dari jalur external dan jalur
bersama yaitu Faktor I (Fibrinnogen), Faktor II (Prothrombin),
Faktor V (Proakselerin), Faktor VII (Prokonvertin), dan factor X
(factor Stuart). Perubahan Faktor V dan VII akan memperpanjang
PT selama 2 detik atau 10% dari nilai normal (Wahdania dan Sri
Tumpuk, 2017).
Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial
thromboplastin time = aPTT) adalah uji laboratorium untuk menilai
kelaianan koagulasipada jalur intrinsic dan jalur bersama, yaitu
factor XII (factor Hagemen), pre-kalikrein, kininogen, factor XI
(Plasma tromboplastin antecedent), factor IX (factor Christmas),
factor VIII (antihemopihilic factor), factor X (faktor Stuart), factor
V (proakselerin), factor II (protrombin) dan factor I (fibrinogen).
Masa pembekuan yang memanjang pada PT dan aPTT terjadi
karena defisiensi factor akan trkoreksi dengan penambahan plasma
normal ke dalam plasma yang diuji. Jika koreksitidakada atau tidak
lengkap dengan plasma normal, maka dicurigai terdapat inhibitor
koagulasi (Wahdania dan Sri Tumpuk, 2017).
Metode yang digunakan pemeriksaan PT aPTT ialah Semi
Automatic dan untuk prinsipnya ialah menilai terbentuknya bekuan
bila ke dalam plasma yang telah diinkubasi ditambahkan campuran
tromboplastin jaringan dan ion kalsium. Reagen yang digunakan
adalah kalsium tromboplastin, yaitu tromboplastin jaringan dalam
larutan(CaCl2).  
Adapun cara kerja pemeriksaan PT (Prothrombin Time)
dan aPTT (Activated Partial Thromboplastin Time) sebagai
berikut:
1. Alat dan bahan yang digunakan :
a. Alat : Cup serum, Klinipet 50 µl dan 100 µl, Tip kuning,
Alat CA50 Semi-auotomatic
b. Bahan : Serum (serum didapat dari sampel darah yang
disentrifuge dalam tabung Sodium citra, Reagen
Thromborel S, Tabung EDTA K3
2. Prosedur Kerja :
A. Menghidupkan alat
a. Persiapan
 Keluarkan reagen dari kulkas
 Cek analyser sysmex : apakah kabel-kabel dan
selang sudah terpasang dengan benar
 Cek well CA-50 apa masih terisi cup sampai sisa
sampel sebelumnya
 Cek kertas printer
 Nyalakan ups
 Nyalakan sysmex CA-50 (tombol ON/OFF
disebelah sisi kanan bawah analyser)
 Alat akan melakukan selft test, instrument QC
dowloand, initialization mekanik dan hidrolik,
mencuci, mensttabilkan suhu serta background
check secara otomatis, sampai lampu pada well
sudah berwarna hijau
B. Quality control
Pastikan reagen kontrol masih bagus (setelah
pencampuran minimal 1 minggu)
C. Menjalankan alat
a. Test APTT
 Masukkan sampel 50ul kedalam cup sampel
 Buka penutup well, masukkan cup sampel yang
sudah berisi sampel kedalam well APTT kemudian
tutup kembali
 Tekan start
 Pada layar akan muncul waktu 60 sec
 Setelah 60 sec tambahkan reagen Actin FS sebanyak
50ul
 Pada layar akan muncul kembali waktu 180 sec
 Setelah 180 sec tambahkan reagen CaCI2 sebanyak
50ul
 Alat akan melakukan mix detection
 Hasil akan keluar setelah 190 sec
b. Test PT
 Masukkan sampel 50ul ke dalam cup sampel
 Buka penutup well, masukkan cup sampel yang
sudah berisi sampel kedalam well APTT kemudian
tutup kembali
 Tekan start
 Pada layar akan muncul waktu 180 sec
 Setelah 180 sec tambahkan reagen Thromborel S
sebanyak 100ul
 Alat akan keluar setelah 120 sec
D. Mematikan alat
a. Pastikan sudah selesai semua pemeriksaan
b. Periksa kembali semua well apa masih terdapat cup
sampel
c. Matikan SYSMEX CA-50 (tombol ON/OFF disebelah
sisi kanan bawah analyzer)
d. Matikan up

E. Nilai Rujukan :
Protrombin time /PT : 8,8 – 12,0
Activated Partial Thromboplastin Time/aPTT : 21,9 -29,7
INR : 0,81 – 1,21
3.3 Kimia Klinik
Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah, urin,
sputum (ludah, dahak), cairan otak, ginjal, sekret yang dikeluarkan.
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat
digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan
kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot
jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat
pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis anemia (Hurint, Y. D. B., dkk. 2014).
Kimia klinik juga dikenal sebagai kimia patologi, biokimia klinis atau
medis biokimia, adalah bagian dari patologi klinis yang umumnya berkaitan
dengan analisis cairan tubuh. Pengujian ini berasal dari akhir abad ke-19
dengan penggunaan tes kimia sederhana untuk berbagai komponen darah dan
urin. Namun saat ini, teknik lain yang diterapkan termasuk penggunaan dan
pengukuran aktivitas enzim, spektrofotometri, elektroforesis, dan
immunoassay. (Hurint, Y. D. B., dkk. 2014)
Semua tes biokimia selalu dibawah patologi kimia. Ini dilakukan pada
setiap jenis cairan tubuh, tapi kebanyakan pada serum atau plasma. Serum
adalah bagian darah yang berwarna kuning muda yang tersisa setelah darah
dibuat membeku dan semua sel darah dapat dihilangkan. Hal ini paling
mudah dilakukan dengan sentrifugasi, sel-sel darah dan trombosit padat ke
bagian bawah tabung centrifuge, meninggalkan fraksi cairan serum yang
dikemas dan berhenti di atas sel-sel. Ini langkah awal sebelum analisis baru-
baru ini telah dimasukkan dalam instrumen yang prinsipnya beroperasi pada
"sistem yang terintegrasi". Plasma pada dasarnya sama dengan serum, tetapi
diperoleh dengan pemutaran darah tanpa pembekuan. Plasma diperoleh
dengan sentrifugasi sebelum terjadi pembekuan. Jenis uji yang diperlukan
menentukan jenis sampel yang digunakan. (Hurint, Y. D. B., dkk. 2014)
Sebuah laboratorium medis yang besar akan menerima sampel sampai
sekitar 700 jenis tes. Bahkan yang terbesar dari laboratorium jarang
melakukan semua tes ini sendiri, dan sebagian harus dirujuk ke laboratorium
lain. Sub tes dapat dikategorikan ke dalam sub spesialisasi, (Hurint, Y. D. B.,
dkk. 2014) :
1. Kimia umum atau rutin - umumnya memerintahkan kimia darah
misalnya, tes fungsi hati dan  ginjal.
2. Kimia khusus - teknik rumit seperti elektroforesis, dan metode pengujian
manual.
3. Clinical endokrinologi - studi tentang hormon, dan diagnosis gangguan
endokrin.
4. Toksikologi - studi tentang penyalahgunaan obat dan bahan kimia
lainnya.
5. Obat Terapi Monitoring - pengukuran terapi obat kadar darah untuk
mengoptimalkan dosis.
6. Urine - analisis kimia urin untuk beragam penyakit , bersama dengan
cairan lain seperti CSF dan efusi
7. Analisis Faeces (tinja) - sebagian besar untuk mendeteksi gangguan
pencernaan.
3.3.1 Pemeriksaan kimia darah dengan Analyser Biosistem A15
Pemeriksaan kimia darah dengan Analyser Biosistem A15 sebagai
berikut :
1. Kreatinin
Kreatinin disintesis secara endogen dari kreatin dan kreatini
fosfat dalam metabolisme otot. Ginjal yang normal akan
mengekskresi kreatinin glomerulus. Hasil kreatinin digunakan untuk
mendiagnosis dan memantau penyakit ginjal akut dan kronik serta
memantau dialisis ginjal. Pemeriksaan ini dikukan untuk mengetahui
kadar kreatinin dalam sampel.
Metode : Bentuk kreatin dalam larutan alkali berwarna orange-
merah dengan asam picric. Absorbansi kompleks ini sebanding
dengan konsentrasi kreatin dalam sampel.
Prinsip Reaksi : Kreatinin + Asam pikrat → Kreatin pikrat kompleks
Nilai normal : 0,6 - 1,6 mg/dL
2. Protein total
Protein adalah makromolekul yang tersusun atas molekul-
molekul asam amino yang berhubungan satu dengan yang lain
melalui suatu ikatan yang dinamakan ikatan peptida. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui kadar protein total dalam sampel.
Metode biuret : Lumpur cupric bereaksi dengan protein
dalam larutan alkali untuk membentuk kompleks ungu. Penyerapan
kompleks ini sebanding dengan konsentrasi protein dalam sampel.
Nilai normal : 6,6 – 7,8 mg/dL
3. ALT (Alanine Aminotansferase)
ALT/SGPT ditemukan terutama di dalam sel hepar,
jantung, dan otot musculoskeleta dan hanya sedikit ditemukan pada
jaringan ginjal. Enzim ini akan dilepaskan oleh sel organ yang rusak
sehingga kadarnya dalam serum akan meningkat. Pemeriksaan ini
dikukan untuk mengetahui kadar ALT dalam sampel.
Metode : Metode kinetik digunakan untuk
penentuan GPT (ALAT) menurut aktifitas yang
direkomendasikan oleh ahli dari IFCC (Federasi
internasional kimia klinik).
Prinsip reaksi :
Alanine + 2 - Oxoglutarat GPT
Pyruvate +
glutamate
Pyruvate + NADH+ H+ LDH
lactate + NAD+
Nilai normal : 0 – 31 u/l
4. Glukosa
Glukosa merupakan karbohidrat utama yang ada dalam
darah pelifer. Oksidasi glukosa adala sumber utama energi sel dalam
tubuh. Glukosa berasal dari sumber makanan yang diubah menjadi
glikogen untuk penyimpanan dalam hati atau asam lemak untuk
penyimpanan dalam jaringan adiposa. Konsentrasi glukosa dalam
darah dikontrol dalam batas yang sempit dengan banyak hormon,
yang terpenting adalah hormon diproduksi oleh pankreas.
Pemeriksaan ini dikukan untuk mengetahui kadar gula darah pada
pasien.
Metode : Glukosa ditentukan setelah oksidasi enzimatik
dengan adanya glukosa oksidase. Hidrogen peroksidase bereaksi
dibawah katalisa peroksidase dengan phenol dan 4-aminophenazone
membentuk warna merah violet, quinoneimine sebagai indikator.
Prinsip kimia :
GOD
Glukosa + O2 + H2O Gluconic acid + H2O2
POD
2 H2O2 + 4 - aminophenazeo + phonel quinoneimine+4 H2O
Nilai normal :
GDP : <100 mg/dL
GD 2 PP : <140 mg/dL
GDS : <200 mg/dL
5. Ureum
Ureum atau urea merupakan hasil akhir degradasi dan
metabolisme nitrogen protein. Ammonia yang terbentuk dalam
proses katabolisme protein disintesis menjadi urea dalam liver. Tes
urea digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal. Pemeriksaan ini
dikukan untuk mengetahui kadar urea dalam sampel.
Metode : Urea adalah produk hidrolisis dalam
air dan urease untuk memproduksi amonia dan
karboon dioksida. Dalam modifikasi reaksi Berthelot
ion amonia bereaksi dengan hipoklorit dan sallicylat
membentuk pewarna hijau. Penyerapan meningkat
pada 578 nm seimbang untuk konsentrasi urea dalam
sampel.
Nilai normal : 10-50 mg/dL

6. Asam urat
Asam urat adalah produk akhir katabolisme nukleosida
purin yaitu adenosine dan guanosin. Pembentukannya terjadi pada
jaringan yang mengandung enzim xanthine okesidase, terutama pada
hati dan mukosa saluran cerna. Pemeriksaan ini dikukan untuk
mengetahui kadar asam urat dalam sampel.
Metode : Asam urat ditentukan dengan reaksi
uricase. H2O2 yang terbentuk bereaksi dibawah
katalisis peroxida dengan 3,5-dikloro-2-
hidroxybenzena sulfonic acid dan 4-amino phenazone
(PAP)untuk memberikan warna merah-violet dengan
qulnoneimine sebagai indikator.
Prinsip reaksi
asam urat + O2 + allatoin + CO2 + H2O2
2 H2O2 + DCHBS +PAP Peroxidase
N – (4-antypyryl)-3-
kloro-5-sulfonat-
benzequinon imine +
HCL + 4H2O
Nilai normal :
Perempuan : 3,4 – 7,0 mg/dL
Laki-laki : 2,4 – 5,7 mg/dL
7. HDL (High Density Lipoprotein)
HDL kolestrol singkatan dari high density lipoprotein
cholesterol atau kolesterol lipoptotein berkepadatan rendah, juga
dikenal sebagai kolesterol baik. Peranan kolesterol HDL adalah
membawa kembali kolesterol buruk ke organ hati untuk pemrosesan
lebih lajut. Pemeriksaan ini dikukan untuk mengetahui kadar HDL
dalam sampel.
Metode : Chylomicrons, VLDL ( lipoprotein
densitas sangat rendah), LDL (lipoprotein densitas
rendah) mereka diendapkan oleh tambahan asam
phosphotungstic dan magnesium clorida. Setelah
dicentrifuge cairan supernatan berisi pecahan HDL
(lipoprotein densitas tinggi) yang akan diuji untuk HDL
kolesterolnya dengan kolesterol kit.
ΔA sampel
Metode mikro : C = 15 x ; C = 3,87 x
ΔA Standar

ΔA sampel
ΔA Standar
ΔA sampel
Metode semimikro : C = 175 x ; C = 4,52 x
ΔA Standar

ΔA sampel
ΔA Standar
Nilai normal : >35 mg/dL
8. Kolesterol
Kolesterol adalah kelompok steroid dengan group hidroksil
sekunder pada posisi C3. Disintesis pada berbagai jaringan, terutama
hepar dan dinding usus. Sekitar ¾ kolesterol disintesis baru dan ¼
berasal dari diet. Pemeriksaan kolesterol digunakan untuk menapis
resiko aterosklerotik dan untuk diagnosis dan penatalaksanaan
kalinan yang melibatkan peningkatan kadar kolesterol termasuk
kelainan metabolisme lipid dan lipoprotein. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol dalam sampel.
Metode : Kolesterol ditentukan setelah adanya hidrolisis
enzimatik dan oksidasi. Indikator quinoneimine terbentuk dari
hidrogen peroksida dan 4-aminophenazone dengan adanya phenol
dan peroksida.
Prinsip reaksi
Kolesterol + H2O CHE
kolesterol + asam lemak
Kolesterol + H2O CHO
kolestene-3-one + H2O2
POD
2 H2O2 + 4-amino-fenazone + fenol qulnoneimine + 4 H2O2
Nilai normal : <200 mg/dL
9. Trigliserida
Suatu jenis lipida (lemak) yang terdapat dalam darah dan
merupakan hasil uraian tubuh pada makanan yang mengandung
lemak dan kolesterol yang telah dikonsumsi dan masuk kedalam
tubuh serta juga dibentuk di hati. Setelah mengalami proses di dalam
tubuh, trigliserida akan diserap usus dan masuk ke dalam plasma
darah yang kemudian disalurkan keseluruh jaringan tubuh dalam
bentuk kilomikron dan VLDL (Very Low-Density Lipoprotein).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida
dalam sampel.
Metode : Trigliserida ditentukan setelah hidrolisis enzimatik
dengan lipase. Indikatornya adalah quinoneimineyang terbentuk dari
hydrogen peroksida, 4-aminoantipirin dan 4-klorofenol di bawah
pengaruh dari katalisa peroksidase.
Prinsip Reaksi
lipase
Trigliserida gliserol + asam lemak
GK
Gliserol + ATP gliserol-3-fosfat+ADP
GPO
Gliserol-3-fosfat + O2 dihydroxyacetone fosfat + H2O2
POD
H2O2 + 4-aminoantipirin quinoneimine+HCl+H2O+4-klorofenol
Nilai normal : <150 mg/dL
10. AST/SGOT
AST adalah enzim yang ditemukan dalam sel hepar,
jantung, muskuoskeletal dan sedikit ditemukan pada sel ginjal.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar AST dalam
sampel.
Metode : metode kinetik untuk penentuan
aktivitas GOT (ASAT) sesuai dengan rekomendasi
panel ahli IFCC (International Federation of Clinical
Chemistry).
Prinsip Reaksi :
Alanine + 2 - Oxoglutarat AST
Pyruvate +
glutamate
Oxalacetate + NADH+ H+ MDH
Malate + NAD+
Nilai normal : 0-37 mg/dL
11. Albumin
Albumin merupakan suatu protein non-glycosylated dengan
BM 66000 dalton yang disintesis oleh sel-sel parenkim hati.
Pemeriksaan ini dikukan untuk mengetahui kadar albumin dalam
sampel.
Metode : Bentuk hijau bromocresol dengan albumin dalam
buffer sitrat suatu kompleks berwarna. Penyerapan kompleks ini
sebanding dengan konsentrasi albumin dalam sampel.
Nilai normal : 3,5 – 5,7 mg/dL
12. Billirubin
Billirubin adalah pigmen kuning dalam kandungan empedu yang
diproduksi dari hasil katabolisme hemoglobin. Hemoglobin
dilepaskan dari erytrosit berusia 120 hari yang dihancurkan dalam
retikuloendotelial hepar dan sumsum tulang. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui kadar billirubin dalam sampel.
Bilirubin indirek merupakan bilirubin yang belum mengalami
konjugasi oleh hati dengan asam glukoronat sedangkan bilirubin
direk merupakan bilirubin yang telah mengalami konjugasi dengan
asam glukoronat dalam hati. Pemeriksaan bilirubin di laboratorium
untuk membedakan antara bilirubin direk dan indirek makan
dilakukan juga pemeriksaan bilirubin total yang merupakan jumlah
bilirubin direk dan bilirubin indirek (Wibowo S. 2007 dalam
Seswoyo.2016)
Rumus bilirubin : bilirubin total = bilirubin indirek + bilirubindirek
bilirubin indirek = bilirubin total – bilirubin direk
Prinsip : Bilirubin bereaksi dengan Diazotized Sulphanilic Acid
(DSA) untuk membentuk warna merah. Absorbansi zat warnaini
pada 546 nanometer (nm) berbanding lurus dengan konsentrasi
bilirubin dalam sampel. Bilirubin glukonat larut dalam air bereaksi
lamgsung dengan DSA, sedangkan pada bilirubin albumin tidak
terkonjugasi hanya akan bereaksi dengan DSA dengan adanya
akselerator : bilirubin total = bilirubin langsung +tidak langsung.
Asam sulfat nili + Sodium nitrat → DSA
Bilirubin + DSA →Azobilirubin langsung
Bilirubin + DSA + Akselerator →Azobilirubin total

Nilai normal
Billirubin total : <1,2 mg/dL
Billirubin direck: <0,3 mg/dL
Bilirubin Indirek: <0,9 mg/dL
13. Gamma GT ( Glutamil Transferase)
GGT adalah enzim yang berperan dalam transfer asam
amino dan peptide kedalam sel. enzim ini terutama ditemukan pada
hepar dan ginjal. Enzim ini akan meningkat 12 – 24 jam setelah
konsumsi alkohol. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
kadar -GT dalam sampel.
Metode : Metode kolorimetrik kinetik untuk
penentuan aktivitas ϒ-GT menurut Persijn & Van der
Silk.
Prinsip reaksi
L-ϒ-glutamyl-3-carbox ϒ-GT
L-ϒ-glutamyl –
glycylglycine
4-nitroanilide + glycylglycine 5-amino-2-nitro-
benzoate
Nilai normal :10-50 mg/dL
14. LDL (Low-Density Lipoprotein)
Low Density Lipoprotein (LDL) adalah sebuah enzim tubuh
manusia yang bertindak sebagai fasilitator penggunaan gula pada
setiap pembakaran di dalam sel. adanya kerusakan pada jaringan
menyebabkan keluar atau bocornya enzim ini ke dalam darah
sehingga dapat meningkatkan kadar LDH apabila diukur dalam
darah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menunjukan suatu kerusakan
berbagai jenis organ (multiple organ failure).
Metode : Metode assay menggabungkan dua
langkah, yaitu langkah pertama, chylomcrons, VLDL
dan HDL secara khusus dihilangkan dengan reaksi
enzimatik. Langkah kedua sisa LDL ditentukan oleh
reaksi enzimatik yang baik serta menggunakan
surfaktan spesifik untuk LDL. Penggabungan ini
membuat metode assay lebih spesifik untuk LDL dari
metode yang lain.
Metode Friedwold ialah mencari kadar LDL (Low
Density Lipoprotein) dalam tubuh. Untuk mendapatkan
nilai Low Density Lipoprotein (LDL) nya ialah sebagai
berikut :
Tg
LDL = Choles.T – HDL – ( )
5
Apabila Choles. < 100 gr/dl rumus untuk
mendapatkan nilai LDL dipakai dan jika Choles. >100
gr/dl rumus ini tidak digunakan.
Apabila juga nilai Trigriserida >400 gr/dl rumus
untuk mendapatkan nilai LDL dipakai dan jika nilai
Trigliserida <400 gr/dl rumus untuk mendapatkan nilai
trigliserida tidak digunakan
Prinsip reaksi
Langkah pertama:
HDL, VLDL, dan chylomicrons CHE + CHO
Kolestenon
+ H2O2 Kondisikhusus

2H2O2 E.Katalase
2H2O + O2
Langkah kedua:
LDL CHE + CHO
Kolestenon + H2O2
KondisiKhusus

H2O2 + Kromogen E. Peroksida


Pewarna quinine
Nilai Normal : <150 mg/dL
15. LDH (laktat dehidrogenase)
Laktat dehidrogenase (LDH) adalah enzim intraseluler yang
terdapat pada hamper semua sel yang bermetabolisme dengan
kosentrasi tinggi yang di temukan pada jantung, otot rangka, hati,
ginjal, otak dan sel darah merah. Peningkatan kadar LDH ditemukan
pada infark miokard akut, CVA, kanker (paru, tulang, hati, usus,
payudara, serviks, testis, ginjal, lambung, melanoma kulit), leukemia
akut, infark pulmonal akut, anemia, defisiensi asam folat, dan
hepatitis akut serta akibat pemakaian obat jenis narkotik (kodein,
morfin, meperidin) (Vincent A. 2008 Dalam Raeiza Oltvia Rachman.
2014).
Metode : Modifikasi metode berdasarkan rekomendasi SCE
(Scandinavian Commite on Enzymes). Prinsip reaksi : Pyruvate +
NADH + H
3.3.2 Prosedur Kerja
Metode yang digunakan ialah Kimia Analyzer Full automatic dan
untuk prinsip pemeriksaannya pemipetan serum dan reagen
dikerjakan secara otomatis dan reaksinya berlangsung dalam Rotor,
kemudian diinkubasi dalam rotor tersebut dengan suhu 37 °C, waktu
inkubasi tergantung masing-masing pemeriksaan. Setelah itu, alat
secara otomatis membaca absorban dari larutan menggunakan lampu
halogen sebagai sumber cahaya dan dibacaoleh Photo diode. Nilai
absorban tersebut dikonversikan menggunakan rumus yang sudah
ditentukan untuk setiap parameternya dengan menggunakan Factor.
Hasil akan ditampilkan pada layar monitor (Manual Book Biosystem
A15, 2007).
Alat dan bahan yang digunakan ialah Blue tip, Mikropipet,
Cuvet, alat kimia darah analyzer full automatic, serum dan reagen
Cara kerja pemeriksaan sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan pemeriksaan terhadap sampel periksa
reagen dan Rotor terlebih dahulu
2. Jika reagen sudah habis maka ganti dengan reagen yang ada
3. Rotor diperiksa apabila telah digunakan semua maka ganti
dengan yang bersih
4. Setelah melakukan penggantian Rotor diwajibkan untuk
melakukan N-Rotor dengan cara mengklik icon N-Rotor dengan
pada tampilan monitor, tunggu beberapa menit dan lanjutkan ke
pemeriksaan sampel
5. Melakukan pemipetan serum sebanyak 500 µl ke dalam cup
serum
6. Membuka cover alat dan memasukkan cup sampel kedalam rak
cup sampel sesuai dengan urutan nomor pasien dan nomor urut
rak cup sampel, kemudian menutup kembali cover alat tersebut.
7. Pada layar monitor klick icon yang bergambarkan tabung.
8. Meng-input identitas pasien dan jenis pemeriksaan yang akan di
analisis
9. Mengklik ikon ► identitas dan pemeriksaan yang akan di
analisis akan tampil
10. Mengklik ikon lalu tekan ok, klik tabung lalu rak tabung, lalu
tekan Accept
11. Icon diklik, jika pemeriksaan pertama kali di tentukan klik start,
tunggu hasil beberapa menit. Untuk menampilkan hasil
pemeriksaan klik icon kertas pada layar monitor. Catatlah hasil
pemeriksaan
3.3.3 Elektrolit
Elektrolit adalah ion yang dibutuhkan untuk metabolisme
tubuh. Natrium merupakan ion ekstraseluler yang dibutuhkan untuk
distribusi air dan cairan ekstraseluler dalam metabolisme sel,
kekurangan natrium menyebabkan pengenceran cairan ekstraseluler
sehingga air akan berpindah kedalam sel-sel. kalium merupakan ion
yang dibutuhkan untuk fungsi neuromuscular terutama untuk
aktivitas tubuh dan aktivitas otot jantung. Klorida merupakan anion
ekstraseluler yang dibutuhkan untuk mengatur asam basa dan
keseimbangan air. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
kadar elektrolit dalam sampel (Seacher R.A & Mcpherson, 2002).
1. Metode : ISE (Ion Selective Electrode)
2. Prinsip kerja : reaksi antara sampel dan cairan referens pada
membran ion selektif terjadi reaksi short-circuited pada
jembatan elektroda membentuk sirkiut elektrolit antara tepi
elektroda cairan referen dan tepi sampel yang memberikan
perbedaan potensial untuk dinilai. Reaksi ini berdasarkan hukum
Nernst.
3. Alat dan bahan : handskun, spotchem plate, spotchem elektrolit,
clinipath spotchem 2 tip, dan serum.
4. Prosedur kerja pemeriksaan ialah:
a. Masukkan nomor ID
b. Masukan nama pasien
c. Kemudian pipet serum
d. Kemidian pipet buffer Na K Cl
e. Letakkan stip pada alat Akray
f. Tekan secara bersamaan kemudian pipet kedalam strip
sampai bunyi bit
g. Kemudian secara otomatis strip akan masuk kedalam alat
tersebut
h. Lalu tunggu beberapa detik akan terprint secara otomatis
5. Nilai normalnya sebagai berikut :
Tabel 3.3.3 Nilai Normal Elekrolit
Dewasa Anak-anak
Natrium 135-145 mEq 138-145 mEq
Kalium 3,5-5 mEq 3,5-5 mEq
Klorida 90-110 mEq 95-106 mEq
(Sumber : Nilai rujukan laboratorium RSUD Dr. M.M Dunda Limboto,
2019)
3.4 Pemeriksaan Imunoserologi
3.4.1 Pemeriksaan Widal
Demam Typhoid adalah penyakit sistematik yang bersifat akut,
dapat disebabkan oleh Salmonella serotype typhi, Salmonella serotype
paratyphi A, B, dan C ditandai dengan demam berkepanjangan,
bakteremia tanpa perubahan pada system endotel, invasi dan
multiplikasi bakteri dalam sel pagosit mononuclear pada hati dan limpa.
Uji serologi digunakan untuk mendetekasi antibody spesifik terhadap
komponen antigen Salmonella typhi maupun mendetaksi antigen itu
sendiri. Prinsip pemeriksaannya adalah reaksi aglutinasi antara antigen
kuman Salmonella typhi dengan antibody yang disebut agglutinin
(Ghaida P. Setiana, 2016).
Alat dan bahan yang digunakan ialah slide pereaksi, klinipet, tip
kuning, atang pengaduk, serum, reagen antigen Salmonella Typhi O,
antigen Paratyphi OA, antigen Paratyphi OB, antigen Paratyphi OC,
antigen Typhi H, antigen Paratyphi HA, antigen Paratyphi HB, antigen
Paratyphi HC. Cara kerja pemeriksaan sebagai berikut :
1. Menyiapkan slide yang bersih dan bebas lemak
2. Memipet sebanyak 40 µl atau setetes reagen widal pada masing-
masing serum
3. Memipet sebanyak 20 µl serum pada masing-masing bagian type
antigen yang diperiksa
4. Mengaduk sambil diratakan searah jarum jam menggunakan batang
pengaduk, hati-hati jangan sampai dari masing-masing type antigen
saling terkontaminasi
5. Dihomogenisasikan menggunakan rotator. Pembacaan tidak boleh
lewat dari satu menit.
6. pembacaan hasil dilakuakn dengan melihat adanya besar kecilnya
aglutinasi dan cepat terbentuknya aglutinasi.
7. Titer widal biasanya angka kelipatan 1/80, 1/160 , 1/320 , 1/640.
Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan
(+). Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan,
apakah ada kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+). Jika 1 x
pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+)
pada pasien dengan gejala klinis khas. (Gandasoebrata, R. 1992).
3.4.2 Pemeriksaan HBsAg
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati yang
bersifat sistematik, akan tetapi hepatitis bisa bersifat asimtomatik.
Penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus hingga sekarang belum
ditemukan obatnya. Hepatitis B merupakan penyakit infeksi atau
inflamasi pada hepatosit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B
(VHB), suatu anggota family Hepadnavirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus
dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati (Ika Budi
Wijayantiwq, 2016).
Metode : Immunocromatography
Prinsip : bereaksinya Immunocromatography yang menggunakan
membrane berwarna untuk mendeteksi HBsAg dalam serum, membrane
yang dilapisi dengan anti HBs pada daerah test (T) dapat bereaksi
secara kapilaritas sehingga membentuk garis merah.
Alat dan bahan yang digunakan ialah cup serum, klinipet, Serum/
Plasma dan rapid test HbsAg. Cara kerja pemeriksaan sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Melakukan pemberian label berupa kode pada strip tersebut sesuai
dengan formulir pemeriksaan pasien.
3. Memasukkan stick/strip dalam tabung secara perlahan-lahan
4. Tunggu setelah 15 menit. Barulah pembacaan hasil dilakukan.
5. Pembacaan Hasil :
Positif : Bila terbentuk 2 garis warna merah pada strip (T: Test + C
Control +).
Negatif : Bila terbentuk 1 tanda garis warna merah pada strip (T:
Test + C : Control -).
Invalid : Tidak terbentuk garis warna pada Control : C.
3.4.3 Pemeriksaan Kehamilan/Planotest
Pemeriksaan Planotest/ HCG (Human Chorionic Gonadotropic)
adalah suatu hormone yang dihasilkan oleh jaringan plasenta yang
masih muda dan dikeluarkan lewaturine. Hormon ini juga dihasilkan
bila terdapat proliferasi yang abnormal dari jaringan epitel korion
seperti molahidatidosa atau suatu chorio carcinoma. Kehamilan akan
ditandai dengan meningkatnya kadar HCG dalam urine pada trimester I,
HCG disekresikan 7 hari setelah ovulasi (Agnes Sri Harti,2013).
Metode : Immunocromatography
Prinsip : Immunocromatography dimana terjadi reaksi antara urine
wanita hamil yang mengandng α dan β HCG dengan anti α dan anti β
HCG pada test line (T) dan control line (C) (Agnes Sri Harti,2013).
Alat dan bahan yang digunakan ialah Test strip HCG dan Urine
Sewaktu. Cara kerja pemeriksaan sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyediakan sampel urine sewaktu untuk pemeriksaan HCG.
3. Memberi label berupa kode pada strip tersebut sesuai dengan
formulir pemeriksaan pasien
4. Stik plano/strip test dimasukkan dalam sampel sampai tanda garis,
diamkan sebentar agar urin meresap dan naik ke atas
5. Stik plano/strip test diangkat dan catat hasilnya dalam waktu 3
meni
6. Pembacaan Hasil :
Positif : Bila terbentuk 2 garis warna merah pada strip (T: Test +
C Control +).
Negatif : Bila terbentuk 1 tanda garis warna merah pada strip (T:
Test + C : Control -).
Invalid : Tidak terbentuk garis warna pada control :C.
3.4.4 Pemeriksaan Golongan Darah
Pemeriksaan golongan darah pada manusia ditentukan berdasarkan
jenis antigen dan antibody yang terkandung dalam darahnya, yaitu
golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A
dipermukaan eritrositnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen
B dalam serum darahnya. Golongan darah B memiliki antigen B
dipermukaan eritrositnya dan menghasilkan antibody antigen A dalam
serum darahnya. Golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B dipermukaan eritrositnya serta tidak menghasilkan
antibody terhadap antigen A maupun antigen B dalam serum darahnya.
Sedangkan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tetapi
dalam serum terdapat antibody terhadap antigen A dan B. Metode yang
digunakan ialah aglutinasi test dan untuk prinsip pemeriksaannya ialah
reaksi antara antigen yang terdapat pada permukaan eritrosit dengan
reagen antisera anti A dan B ataupun dengan serum anti A ataupun Anti
B terjadi aglutinasi(Ikah Rahman, dkk, 2019).
Alat dan bahan yang digunakan ialah kartu golongan darah, batang
pengaduk, reagen Anti sera A, Anti sera B, Anti D (Rhesus) dan arah
K3EDTA / Darah kapiler. Cara kerja pemeriksaan sebagai berikut :
1. Menyiapkan kertas golongan darah/ slide yang bersih dan steril .
2. Meneteskan setetes darah EDTA diatas kartu golongan darah/slide
3. Meneteskan kembali masing-masing anti A, B, dan D diatas kartu
tersebut.
4. Mencampurkan dengan menggunakan batang pengaduk merata.
Pembacaan dilakukan berdasarkan ada atau tidaknya aglutinasi.
5. Interpretasi Hasil :
Tabel 3.4.4 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Golongan Darah
Anti- Anti-B Anti- GolonganDarah Rhesus
A D
+ - + A Positif
- + + B Positif
+ + - AB Negatif
- - - O Negatif
(Sumber : Nilai rujukan laboratorium RSUD Dr. M.M Dunda
Limboto, 2019)
3.5 Pemereiksaan Urinalisis
1. Metode : Urine Analyzer Semi Automatic
2. Prinsip : ialah strip tes urine ini digunakan untuk strip multiparameter
penentuan berat jenis, pH, leukosit, nitrit, protein, glukosa, keton,
urobilinogen,bilirubin dan darah dalam urin. Urine Analyzer adalah alat
fotometer reflektansi (Reflectance photometer). Urine Analyzer membaca
strip tes urine pada kondisi standar, menyimpan hasil ke memori dan
menampilkan hasil melalui printer built-in dan / atau serial interface
pada alat tersebut (Indranila KS dan Lukitaning Puspito, 2012).
Alat dan bahan yang digunakan ialah strip dirui, tempat urin, tisu dan urin
dan Persiapan Alat pemeriksaan sebagai berikut :
1. Siapkan strip Dirui
2. Hidupkan alat dengan mengakses tombol ON/OFF di belakang alat
3. Tunggu hingga dimonitor menampilkan posisi start dan menu
Cara Pemeriksaan :
1. Celupkan strip urine ke dalam sampel urine, kemudian posisikan strip ke
atas tempat Strip
2. Tekan tombol start dan tunggu hingga hasil diprint
3.6 Pemeriksaan Bakteriologi
Bakteri Tahan Asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya
sangat tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa,
tetapi harus dengan pewarnaan tahan asam. Bakteri ini mempertahankan zat
warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Golongan bakteri ini
bersifat patogen pada manusia contohnya Mycobakterium Tuberculosis.
Reaksi bakteri berwarna merah yang penularannya dapat melalui udara masuk
ke saluran pernafasan (Hatta M, et al, 2004).
Pemeriksaan BTA Mikroskopis (Sputum) menggunakan metode
Ziehl-Neelsen dan untuk prinsipnya ialah setelah BTA dipanaskan lapisan
lemak akan terbuka dan bakteri akan mengambil warna Carbol Fuchsin. Pada
pencucian lapisan lemak yang terbuka pada waktu dipanaskan akan merapat
kembali karena terjadi pendinginan. Sewaktu dituangi dengan Asam Alcohol
warna merah dari Carbol Fuchsin pada bakteri tahan asam tidak
dilepaskannya. Tetapi bakteri yang tidak tahan asam akan melepaskan warna
merah itu sehingga menjadi pucat. Akhirnya pada waktu di cat dengan
Mhetylene Blue bakteri yang tidak tahan asam akan mengambil warna biru
dan bakteri tahan asam akan tetap merah (Hatta M, et al, 2004).
Alat dan bahan yang digunakan ialah Mikroskop, Objek glass Ose/tusuk
gigi, bunsen, Sputum, Carbol fuchsin, Asam alkohol dan Mhetylen blue. Cara
kerja :
1. Sebelum melakukan pemeriksaan bakteriologi yakni BTA-Sputum ada
baiknya gunakan alat pelindung diri yang lengkap.
2. Menyiapkan sampel berupa lendir atau dahak yang berwarna hijau
kekuningan dan kental.]
3. Selanjutnya, menyiapkan objek glass yang bersih. Berilah label berupa
kode yang sesuai dengan formulir pemeriksaan pasien. Misalnya kode
“A”.
4. Jika bekerja sebaiknya kita bekerja di belakang api Bunsen.
5. Pada kaca objek buatlah pola ukuran 2x3 cm.
6. Ambil sputum dengan menggunakan Ose, kemudian letakkan sputum yang
ada di Ose dan ratakan dengan cara melingkar/spiral pada object glass.
Atau supaya lebih mudah ikuti pola yang telah dibuat sebelumya dengan
metode sarang laba-laba.
7. Dibiarkan hingga kering, selanjutnya melakukan Fiksasi dengan
melewatkan 3 kali di atas api bunsen.
8. Mewarnai sediaan dengan Carbol Fuchsin 0,3% sampai menutup seluruh
permukaan selama 5 menit, sambil diwarnai dipanaskan dengan api
Bunsen kurang lebih dalam waktu 5 menit sebanyak 3 kali pemanasan
hingga keluar uap. Hati-hati jangan sampai mendidih.
9. Setelah itu, bilas dengan Asam Alkohol 0,1% selama 3-5 detik dan bilas
dengan air mengalir sampai warna merah hilang.
10. Mewarnai kembali dengan Mhetylene Blue 0,3%  selama 10-20 detik.
Kemudian cuci dengan air mengalir.
11. Dikeringkan, setelah kering periksa dibawah Mikroskop dengan
pembesaran Lensa Objektif 100x dengan pemakaian Oil Imesi, minimal
10 lapang pandang.

Interpretasi hasil :
Tabel 3.6 Interpretasi Hasil BTA
Pengujian Hasil Penulisan
0-BTA/100 Lp Negative Neg
1-9BTA/100 Lp Scanty Tulis Jumlah BTA
10-99BTA/100 Lp 1+ 1+
1-10BTA/1 Lp 2+ 2+
>10BTA/1 Lp 3+ 3+
(Sumber : Nilai rujukan laboratorium RSUD Dr. M.M Dunda Limboto,
2019)
3.7 Pemeriksaan Parasitologi
Pemeriksaan secara Kualitatif atau Metode Natif (Direct slide)
yang biasanya banyak dipakai untuk mengidentifikasi telur parasit. Metode
ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi
berat, tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara
pemeriksaan ini menggunakan larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%.
Penggunaan eosin 2% dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan telur-telur
cacing dengan kotoran disekitarnya (Gandahusada,S.W, dkk, 2000)
1. Pemeriksaan Feaces
Tabel 3.7 Parameter Pemeriksaan Feaces

Pemeriksaan Makroskopi Pemeriksaan Mikroskopi


Warna Leukosit
Bau Eritrosit
Konsentrasi Amuba
Kristal
Lendir
Telur Cacing
(Sumber : Nilai rujukan laboratorium RSUDDr. M.M Dunda Limboto,
2019)

a. Metode : Cara Langsung.


b. Alat dan bahan yang digunakan ialah Mikroskop, Objek glass, Cover
glass, Ose, Eosin 0,2 %.
Prosedur kerja pemeriksaan ialah sebagai berikut :
1. Menggambil sampel Feaces sebesar biji jagung keatas Objek glass,
serta menambahkan 1-2 tetes Eosin 0,2% dan dihomogenisasikan
agar tercampur merata
2. Kemudian ditutup dengan Cover glass
3. Selanjutnya diperiksa dibawah Mikroskop dengan pembesaran
Lensa Objektif 10x dan 40x.
4. Amati adanya Lekosit, Eritrosit, telur cacing, serat makanan,
lemak, karbohidrat, jamur dan amuba.
5. Tulis dan dilaporkan hasil yang didapat.
BAB IV
HASIL
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada minggu pertama hingga minggu ke
tiga di Rumah Sakit Dr. MM Dunda Limboto dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Praktek Belajar Klinik II

No Parameter Jumlah Pasien

1. Phlebotomy 11
2. Darah rutin/Darah lengkap 310
3. Kimia Darah 326
4. Urinalisis 113
5. Widal 63
6. Elektrolit 27
7. Parasitologi 12
8. Bakteriologi 8
9. HIV 152
10. HBsAg 156
11. Golongan Darah 15
12. DDR/Malaria 3
13. IgG/IgM 3
14. Sedimen Urine 10
15. HbA1C 2
16. Nafza 2
Total Pasien 1.213
(Sumber Data Primer 2019)
4.2 Prioritas Pemeriksaan
Berdasarkan hasil yang didapatkan selama Praktek Belajar Klinik II di
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto pemeriksaan yang paling banyak dilakukan
yaitu kimia darah, dimana pemeriksaan kimia darah terdiri dari beberapa
parameter dan salah satu parameter yang paling sering dilakukan pemeriksaan
yaitu gula darah.
4.3 Kendala
1. Cuci Tangan
2. Darah yang diambil terlalu sedikit
3. Menekan atau memecet jari terlalu keras
4. Jumlah sampel darah diambil harus tepat
5. Habis makan
6. Serum terlalu sedikit
7. Rotor kotor
8. Darah lisis

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat
digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Dalam sirkulasi darah
didapatkan sel darah dan cairan yang disebut plasma. Sel darah tersebut
terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), trombosit
(sel pembeku darah).
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk
mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas sel darah merah, sel darah
putih dan trombosit serta menguji perubahan yang terjadi pada plasma yang
terutama berperan pada proses pembekuan darah. Akhir-akhir ini dengan
perkembangan teknologi dalam bidang laboratorium, jumlah sel darah dapat
dihitung dengan metoda otomatis yang disebut Blood cell counter yang pada
Rumah Sakit Dr. MM Dunda Sendiri menggunakan alat sysmex KX 21,
swelab alfa, dan sysmex XN-450. Pemeriksaan darah lengkap menggunakan
darah yang terisi dalam tabung yang mengandung antikoagulan EDTA,
digunakan tabung tersebut untuk mencegah terjadinya pembekuan dalam
darah, tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuk dari eritrosit dan leukosit,
selain itu untuk mencegah peenggumpalan pada trombosit. Adapun parameter
pemeriksaan daral lengkap yaitu eritrosit yang nilai normalnya sendiri
berkisar 3,5 juta – 5,5 juta. Jika kadar eritrosit dibawah nilai normal
didiagnosa penyakit anemia. Selain itu rendahnya sel darah merah disebabkan
oleh penyakit malaria. Leukosit memiliki nilai normal dari 5000 – 10000.
Dimana jika leukosit melebihi batas nilai normal disebabkan oleh infeksi dan
radang. Sedangkan jika kekurangan sel darah putih yang disebabkan oleh
sumsum tulang belakang yang tidak mampu memproduksi sel darah putih.
Trombosit memiliki nilai normal yang berkisar 150 – 450 dimana jika terjadi
kekurangan trombosit dapat menyebabkan terhambatnya proses pembekuan
darah, dikarenakan DBD. Hematokrit adalah jumlah sel darah merah dalam
darah sehingga dengan melakukan pemeriksaan hematokrit maka akan kita
dapatkan hasil perbandingan jumlah sel darah merah (eritrosit) terhadap
volume darah dalam satuan persen, Tes hematokrit dapat membantu dokter
mendiagnosis atau mengetahui penyakit yang diderita pasien jika hematokrit
rendah mengakibatkan penyakit sumsum tulang, gagal ginjal, leukimia,
limfoma, dan jika hematokrit tinggi penyakit jantung bawaan, tumor ginjal,
dehidrasi, penyakit paru-paru. Untuk nilai normal hematokrit laki-laki : 40 –
50, dan untuk perempuan : 36 – 46. Hemoglobin (HB) adalah suatu protein
yang mengandung zat besi (Fe) dan memberi warna merah pada darah.
Fungsi utama hemoglobin adalah untuk mengikat oksigen. Satu gram
hemoglobin akan bergabung dengan 1,34 ml oksigen. Hemoglobin mengikat
oksigen dari paru-paru dan membentuk oksihemoglobin (HbO2) yang
selanjutnya dibawa ke seluruh jaringan tubuh. Apabila kadar Hemoglobin,
yang lebih rendah dari nilai normal disebut sebagai Anemia, yang
memberikan gejala kelelahan, kelemahan, nafas pendek saat berolah-raga,
Berdebar-debar. Nilai normal hemoglobin (HB) yaitu : 11-16 mg/dl.
Pemeriksaan PT (Prothrombin Time) digunakan untuk menilai
kemampuan faktor koagulasi jalur ekstrinsik dan jalur bersama, yaitu : faktor
I (fibrinogen), faktor II (prothrombin), faktor V (proakselerin), faktor VII
(prokonvertin), dan faktor X (faktor Stuart). Perubahan faktor V dan VII akan
memperpanjang PT selama 2 detik atau 10% dari nilai normal, PT diukur
dalam detik. Dilakukan dengan cara menambahkan campuran kalsium dan
trombo plastin pada plasma. Tromboplastin dapat dibuat dengan berbagai
metode sehingga menimbulkan variasi kepekaan terhadap penurunan faktor
pembekuan yang bergantung pada vitamin K dan menyebabkan pengukuran
waktu protrombin yang sama sering mencerminkan ambang efek
antikoagulan yang berbeda. Usaha untuk mengatasi variasi kepekaan ini
dilakukan dengan menggunakan sistem INR (International Normalized
Ratio). PT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi ekstrinsik dan
bersama jika kadarnya <30%. Pada penyakit hati PT memanjang karena sel
hati tidak dapat mensintesis protrombin. Pemanjangan PT dapat disebabkan
pengaruh obat-obatan : vitamin K antagonis, antibiotik (penisilin,
streptomisin, karbenisilin, kloramfenikol, kanamisin, neomisin, tetrasiklin),
antikoagulan oral (warfarin, dikumarol), klorpromazin, klordiazepoksid,
difenilhidantoin, heparin, metildopa), mitramisin, reserpin, fenilbutazon ,
quinidin, salisilat/ aspirin, sulfonamide. PT memendek pada tromboflebitis,
infark miokardial, embolisme pulmonal. Pengaruh Obat : barbiturate,
digitalis, diuretik, difenhidramin, kontrasepsi oral, rifampisin dan
metaproterenol. Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan PT
(Prothrombin Time) adalah sampel darah membeku, membiarkan sampel
darah sitrat disimpan pada suhu kamar selama beberapa jam, diet tinggi
lemak (pemendekan PT) dan penggunaan alkohol (pemanjangan PT).
Suatu massa tromboplastin parsial teraktivasi (activated Partial
Thromboplastin Time, aPTT) adalah uji laboratorium untuk menilai aktifitas
faktor koagulasi jalur intrinsik dan jalur bersama, yaitu faktor XII (faktor
Hagemen), pre-kalikrein, kininogen, faktor XI (plasma tromboplastin
antecendent, PTA), faktor IX (factor Christmas), faktor VIII (antihemophilic
factor, AHF), faktor X (faktor Stuart), faktor V (proakselerin), faktor II
(protrombin) dan faktor I (fibrinogen). Pemeriksaan APTT dapat dilakukan
pada defisiensi bawaan serta dapatan atau abnormal seperti faktor koagulasi,
kemungkinan kekurangan HMW kininogen defisiensi vit. K, penyakit hati
(sirosis hati), leukemia (mielositik, monositik).
Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan penyaring yang dipakai untuk
mengetahui adanya kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan
salurannya, kelainan yang terjadi di luar ginjal, untuk mendeteksi adanya
metabolit obat seperti zat narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan. Pada
penyakit ginjal dapat diketahui adanya kerusakan ginjal, saluran kemih
seperti infeksi, radang, adanya trauma atau keganasan. Kelainan yang terjadi
di luar ginjal juga dapat dideteksi dengan pemeriksaan urin, seperti adanya
diabetes melitus (DM) dapat diketahui dengan pemeriksaan glukosa urin,
hepatitis dengan memeriksa adanya bilirubin dalam urin; perdarahan saluran
kemih dapat pula diketahui terutama yang belum terlihat warna merah dalam
urin yang disebut mikrohematuria. Dengan adanya penyalahgunaan obat
akhir-akhir ini dapat diketahui hasil metabolit obat narkotika di dalam urin..
Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut
dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna
sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine
pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi
karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat
(dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular
berlebihan atau protein dalam urin.
Pemeriksaan Bakteriologi dilakukan untuk menentukan bakteri Basil
Tahan Asam merupakan sejenis bakteri yang telah dilakukan proses
pewarnaan dengan berbagai zat warna secara permanen dan memiliki sifat
yang asam atau alkohol. Contoh: Mycobacterium tuberculosis (penyebab
TBC) dan Mycobacterium leprae (penyebab kusta). Basil tahan asam juga
dapat dikatakan sebagai bakteri yang memiliki kandungan lemak sangat tebal
sehingga dalam pewarnaannya tidak dapt dipengaruhi oleh reaksi pewarna
lainnya. Pada kelompok bakteri tersebut disebut dengan bakteri tahan asam
(BTA), pada saat pencucuian pertama dapat mempertahankan warnanya
dengan pelarut pemucat.  Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada
manusia contohnya adalah Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri tahan asam, berbentuk
batang dan bersifat aerob obligat yang tumbuh lambat dengan waktu generasi
12 jam atau lebih. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis
dan merupakan patogen yang berbahaya bagi manusia. Mycobacterium leprae
menyebabkan lepra. Bakteri tahan asam adalah bakteri yang pada pengecatan
Ziehl-Neelsen (ZN) tetap mengikat warna pertama, tidak luntur oleh asam
dan alkohol, sehingga tidak mampu mengikat warna kedua. Bakteri tersebut
ketika diamati dibawah mikroskop tampak berwarna merah dengan warna
dasar biru muda.
Pemeriksaan Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai
lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces)
merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.
Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya mendapatkan
infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga
mengundang kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Beberapa penyakit
yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera,
bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan
sebagainya. Jenis Pemeriksaan Feses Jika akan memeriksa tinja, pilihlah
selalu sebagian dari tinja itu yang memberi kemungkinan sebesar-besarnya
untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur darah atau
lendir dan sebagainya. 
Pemeriksaan golongan darah dan rhesus merupakan pemeriksaan untuk
golongan darah dan rhesus yang dimiliki oleh seseorang. Penetapan
pengolongan darah dan rhesus terbilang cukup mudah yaitu cukup dengan
meneteskan darah pada slide di tiga titik. Tiap tetes darah diberi masing-
masing satu serum secara berurutan yaitu serum anti-A, serum anti-B, dan
serum anti-D (untuk rhesus). Jika terjadi aglutinasi (penggumpalan) pada
serum anti-A maka golongan darah A. Jika terjadi aglutinasi pada serum anti-
B maka golongan darah B. Jika terjadi aglutinasi pada kedua serum anti-B
maka golongan darah AB dan jika tidak terjadi agluinasi pada kedua serum
maka golongan darah O. Kemudian, jika terjadi aglutinasi pada serum anti-D
maka rhesus positif (+) dan jika tidak maka rhesus negatif (-).
Pemeriksaan widal merupakan untuk mendiagnosa bahwa seseorang
menderita penyakit demam thypoid (tifus) yang disebabkan oleh bakteri
salmonella typhii. Pemeriksaan ini termasuk ke dalam imunoserologi
sehingga menjadi salah satu pemeriksaan yang kami pelajari dalam magang
mandiri.
Pemeriksaan plano test merupakan pemeriksaan yang biasanya dilakukan
oleh wanita untuk mengetahui kehamilan. Mempelajati plano test cukup
mudah, plano test menggunakan sampel urine dari pasien yang ingin
memeriksakan kehamilannya. Dengan menggunakan strip HCG, urin dari
pasien kemudian dimasukkan strip tersebut. Setelah strip tersebut
menunjukkan kontrol berupa garis yang berwarna tebal, maka strip tersebut
ditunggu hingga muncul garis kedua yang berwarna agak samar maupun
tebal. Jika garis tersebut muncul maka dapat dipastikan bahwa hasil
pemeriksaan pasien ialah positif (+) atau sedang hamil.
Pemeriksaan HBs-Ag merupakan pemeriksaan untuk menegakkan
diagnosa bahwa seseorang menderita penyakit hepatitis B. Sama halnya
dengan plano test, pemeriksaan HBs-Ag menggunakan strip HBs-Ag dengan
cara pembacaanya pun sama namun smapel yang digunakan ialah plasma dari
pasien penderita.
Pemeriksaan IgG/IgM merupakan pemeriksaan untuk menegakan
diagnosa bahwa seseorang menderita penyakit DBD (Demam berdarah
dengue). Sampel yang digunakan ialah serum pasien cara pembacaanya pun
sama dengan pemeriksaan plano dan Hba-Ag namun pemeriksaan IgG/IgM
menggunakan reagen tersendiri. Pemeriksaan B20 merupakan pemeriksaan
untuk menegakkan diagnosa bahwa seseorang menderita penyakit HIV/AIDS
Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik
antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi
pankreas, elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan
untuk membantu menegakkan diagnosis anemia.
Uji fungsi hati meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin,
bilirubin total & bilirubin direk, Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase
(SGOT/AST) & Serum Glutamic Pyruvate Transaminase (SGPT/ALT),
gamma glutamyl transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan
cholinesterase (CHE). Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya
dilengkapi dengan pemeriksaan fraksi protein serum dengan teknik
elektroforesis. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat
diketahui perubahan fraksi protein di dalam serum. Pemeriksaan
elektroforesis protein serum ini menunjukkan perubahan fraksi protein lebih
teliti dari hanya memeriksa kadar protein total dan albumin serum.
Uji fungsi jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine kinase yaitu
CKMB, N-terminal pro brain natriuretic peptide (NT pro-BNP) dan
Troponin-T. Kerusakan dari otot jantung dapat diketahui dengan memeriksa
aktifitas CKMB, NT pro-BNP, Troponin-T dan hsCRP. Pemeriksaan LDH
tidak spesifik untuk kelainan otot jantung, karena hasil yang meningkat dapat
dijumpai pada beberapa kerusakan jaringan tubuh seperti hati, pankreas,
keganasan terutama dengan metastasis, anemia hemolitik dan leukemia.
Uji fungsi ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum
adalah produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang diproduksi
oleh hati dan dikeluarkan lewat urin. Pada gangguan ekskresi ginjal,
pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadar ureum akan
meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot
dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu kadar kreatinin
dalam serum dipengaruhi oleh besar otot, jenis kelamin dan fungsi ginjal.
Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total,
trigliserida, HDL dan LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama
dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan pada pembuluh darah seperti
pasien dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan pembuluh darah
jantung, pasien dengan diabetes melitus (DM) dan hipertensi serta pasien
dengan keluarga yang menunjukkan peningkatan kadar lemak darah. Untuk
pemeriksaan lemak darah ini, sebaiknya berpuasa selama 12 - 14 jam. Bila
pada pemeriksaan kimia darah, serum yang diperoleh sangat keruh karena
peningkatan kadar trigliserida sebaiknya pemeriksaan diulang setelah
berpuasa > 14 jam untuk mengurangi kekeruhan yang ada. Untuk
pemeriksaan kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL tidak perlu
berpuasa. Selain itu dikenal pemeriksaan lipoprotein (a) bila meningkat dapat
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Pada RSUD Dr. M.M Dunda Limboto juga untuk pemeriksaan Glukosa
dalam darah banyak dilakukan. Dalam kasus ini pemeriksaan gula darah juga
dapat digunakan untuk menguji hipoglikemia, ketika kadar gula darah terlalu
rendah.
Pemeriksaan kadar gula darah dipakai untuk mengetahui adanya
peningkatan atau penurunan kadar gula darah serta untuk monitoring hasil
pengobatan pasien dengan Diabetes Melitus (DM). Peningkatan kadar gula
darah biasanya disebabkan oleh  Diabetes Melitus atau kelainan hormonal di
dalam tubuh. Kadar gula yang tinggi akan dikeluarkan lewat urin yang
disebut glukosuria. Terdapat beberapa macam pemeriksaan untuk menilai
kadar gula darah yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu, kadar gula puasa,
kadar gula darah 2 jam setelah makan, test toleransi glukosa oral, HbA1c,
insulin dan C-peptide. Kadar gula darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar
gula pada waktu yang tidak ditentukan dan untuk nilai normalnya <200
mg/dl. Kadar gula darah puasa bila pemeriksaan dilakukan setelah pasien
berpuasa 10 - 12 jam dan untuk nilai normalnya <100 mg/dl, sebelum
pengambilan darah atau sesudah makan 2 jam yang dikenal dengan gula
darah 2 jam post-prandial dan untuk nilai normalnya <200 mg/dl.
Pemeriksaan kadar gula darah puasa dipakai untuk menyaring adanya DM,
memonitor penderita DM yang menggunakan obat anti-diabetes; sedangkan
glukosa 2 jam post-prandial berguna untuk mengetahui respon pasien
terhadap makanan setelah 2 jam makan pagi atau 2 jam setelah makan siang.
Kadar gula darah sewaktu digunakan untuk evaluasi penderita DM dan
membantu menegakkan diagnosis DM.
Untuk pemantauan DM dilakukan uji HbA1c. Pemeriksaan ini
menunjukkan kadar gula darah rerata selama 1 – 3 bulan. Dalam keadaan
normal, kadar HbA1c berkisar antara 4 – 6% dan bila gula darah tidak
terkontrol, kadar HbA1c akan meningkat. Oleh karena itu, penderita dengan
kadar gula darah yang normal bukan merupakan petanda DM terkontrol. DM
terkontrol bila kadar HbA1c normal. Hasil pemeriksaan HbA1c akan lebih
rendah dari sebenarnya bila didapatkan hemoglobinopati seperti thalassemia.
Oleh karena itu, penderita DM sebaiknya melakukan pemeriksaan analisa
hemoglobin untuk mengetahui kelainan tersebut dalam menilai hasil
pemeriksaan HbA1c . Akhir – akhir ini uji HbA1c selain untuk monitoring
pengobatan, dipakai untuk diagnosis DM.
Dalam pemeriksaan gula darah adapun kesalahan secara umum yaitu tidak
cuci tangan sebelum melakukan cek gula darah ini karena kotoran atau zat
lain akan bercampur dengan darah, darah yang diambil terlalu sedikit, jangan
menekan atau memencet jari terlalu keras yang akan menimbulkan rasa
hangat dan aliran darahnya kurang, jumlah sampel darah yang diambil harus
tepat agar hasilnya akurat, habis makan langsung tes darah akan
menimbulkan gula darah terlalu tinggi dan kendala atau kesalahan secara
umumnya itu pada pemeriksaan Reagen pemeriksaan habis dapat
pemeriksaan tertunda ataupun tidak sesuai waktu yang ditentukan, serum
terlalu sedikit tidak dapat dilakukan karena tidak seimbang antara reagen dan
serum, rotor pemeriksaannya kotor akan hasil pemeriksaan tidak dapat
terbaca oleh alat.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktek Belajar Klinik II (PBK II) yang dilakukan
pada rumah sakit RSUD. Dr. M.M. Dunda Limboto, mahasiswa mampu
mengaplikasikan pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium didunia kerja yang
telah didapatkan selama perkuliahan sehingga keterampilan ataupun
pengetahuan sebagai tenaga analis kesehatan mampu dalam memberikan
pelayanan kesehatan kemasyarakat dan dalam melakukan jenis-jenis
pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh
mahasiswa selama Praktek Belajar Klinik II, pemeriksaan laboratorium yang
paling banyak dilakukan yaitu pemeriksaan gula darah sehingga diakibatkan
pasien dilingkungan RSUD Dr. M.M Dunda Limboto menderita Diabetes
Melitus.
5.2 Saran
Dalam melakukan agar dapat mencuci tangan sebelum pemeriksaan, pada
saat pengambilan darah tidak boleh terlalu lama atau darah tidak boleh
didiamkan terlalu lama atau ada gumpalan dalam darah agar kadar trombosit
dalam darah tidak turun dan untuk mahasiswa Praktek Belajar Klinik II
sebaiknya dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah didapatkan
dirumah sakit ke masyrakat ataupun bangku perkuliahan.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama Yoga Tjandra. 2011. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria.
Jakarta : Bakti Husada
Agnes Sri Harti, dkk. 2013. Pemeriksaan HCG (Human Chronic Gonadotropin)
Untuk Deteksi Kehamilan Dini Secara Immunokromatografi.
Jurnal KesMaDaSka
Eva. 2014. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Masa Pembekuan Darah (Clotting
Time) Metode Slide Dengan Metode Tabung (Modifikasi Lee
Dan White. Surakarta: Universitas Setia Budi Surakarta.
Gandahusada,S.W, dkk, 2000. Parasitologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI,
Jakarta.
Gandasoebrata. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Ghaida Putri Setiana & Angga Prawira Kautsar. 2016. Perbandingan Metode
Diagnosis Demam Tifoid Comparison Methods For Diagnosis
OF Typhoid Fever. Jurnal Suplemen Vol. 14 No. 1
Hurint, Y. D. B., dkk. 2014. Laporan Akhir Praktikum Kimia Klinik II. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kupang. Nusa Tenggara Timur
Ika Budi Wijayanti. 2016. Efektivitas HBsAg-Rapid Test Untuk Deteksi Dini
Hepatitis B. Jurnal KesMaDaSka Hal (29-30)
Ikah Rahman, dkk. 2019. Penentuan Golongan Darah Sistem ABO Dengan
Serum Dan Reagen Anti-Sera Metode Slide. Jurnal GASTER
Vol. 17 No. 1
Indranila KS dan Lukitaning Puspito. 2012. Akurasi Pemeriksaan Carik Celup
Pada Unrinalisis Proteinuria dan Glukosuria Dibandingkan
Dengan Metode Standard. Jurnal Molucca Medica Vol. 5 No, 1
Irianto, dan Koes, 2013, Mikrobiologi Medis (Medical Microbiology) Penerbit
Alfabeta, Bandung
Mayangsari, E. 2016. Gambaran Hasil Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu
Perdarahan) Dengan Metode Ivy Dan Duke. [KTI]. Ciamis:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah.
Potter, P. & Perry, A. G. 2005. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Raeiza Oltvia Rachman. 2014. Gambaran aktivitas enzim laktat dehodrogenase
(LDH) dalam jaringan Keloid. [Skripsi]. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Rochni. 2018. Phlebotomi. http://www.academia.edu/9045662/phlebotomi.
Semarang : Poltekes KemenKes Semarang
Seacher R.A & Mcpherson, 2002. Pengaturan Asam-Basa dan Elektrolit. Buku
ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ke-5. Interna Punblishing :
Jakarta
Seswoyo.2016. pengaruh cahaya terhadap bilirubin total serum segera dan serum
simpan pada suhu 20-250C selama 24 jam. [skripsi]. Semarang:
Universitas Muhamadiyah Semarang
Wahdaniah & Sri Tumpuk. 2017. Hubungan Jumlah Trombosit Dengan Nilai
Prothrombin Time Dan Ativated Partial Thromboplastin Time
Pada Pasien Persiapan Tindakan Operasi Caesar. Jurnal
Laboratorium Khatulistiwa Vol 1 (1)
Zulfikar Husni Faruq. 2018. Analisis Darah Lisis Terhadap Nilai Trombosit
Menggunakan Metode Electrical Impedance. Jurnal Labora
Medika Vol 2 No. 1
LAMPIRAN

HEMATOLOGI SYSMEX KX-21 CENTRIFUGE KUBUTA 4000

KIMIA BIO SISTEM A 15 URINALISIS DIRUI H- 100


PT APTT SYSMEX CA- 60 LED VES MATIC 30

ELEKTROLIT SPTOCHEMTM EL SE-1520 MIKROPIPET


DAN TIP

Anda mungkin juga menyukai