Anda di halaman 1dari 29

Proposal Karya Tulis Ilmiah

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN DIPSTIK URINE SEGERA DAN


DITUNDA SELAMA 2 JAM

WINDA ADRIANI
AK917080

Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari


Program Studi Diploma III Analis Kesehatan
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urinalisis merupakan salah satu tes yang sering digunakan untuk

mendeteksi adannya kelainan pada hati dan ginjal. Pemeriksaan urine terdiri

dari pemeriksaan mikroskopis yang meliputi pemeriksaan warna,

kejernihan,dan kimia urine. Metode yang di pakai untuk memperoleh hasil

pemeriksaan urine bermacam- macam, seperti metode konvensional

(Benedict, fehling) dan carik celup. Metode carik celup sering di pakai

karena relatif lebih cepat dan memerlukan sampel urine yang sedikit, tapi

faktannya metode konvensional juga masih sering digunakan, seperti

pemeriksaan glukosa urine dengan metode Benedict, fehling dan carik celup

(Iswari, 2018)

Pemeriksaan glukosa urine metode Benedict memanfaatkan sifat

glukosa sebagai pereduksi. Prinsip pemeriksaan Benedict adalah glukosa

dalam urin akan mereduksi cuprisulfat menjadi cuprosulfat yang terlihat

dengan perubahan warna dari larutan Benedict. (Sufia et al, 2018)

Pemeriksaan menggunakan metode dipstik (carik celup)

pembacaannya menggunakan alat semi otomatik, karena pembacaan yang

dilakukan secara manual menunjukkan variasi yang cukup besar. Cara

dengan memakai metode dipstik memang spesifik untuk glukosa dan tes

hanya memerlukan waktu singkat, hasil negatif palsu terjadi apabila urin
mengandung zat-zat mereduksi seperti vitamin C, keton-keton dan asam

homogentisat (Gandasoebrata, 2013)

Pemeriksaan glukosa adalah analisis kimia terhadap urine yang paling

sering dilakukan. Akibat gejala tidak spesifik yang berkaitan dengan awitan

diabetes, diperkirakan lebih dari separuh kasus diabetes didunia tidak

terdiagnosis. Diagnosis dini diabetes mellitus melalui pemeriksaan glukosa

darah dan urine memperbaiki prognosis. Menggunakan metode strip reagen

yang sekarang ada untuk pemeriksaan glukosa baik darah maupun urine

(Strasinger & Lorenzo,2016).

Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya

hiperglikemia dan gangguan karbohidrat, lemak, protein yang dihubungkan

dengan kekurangan secara absolute dan relatif dari kerja dan atau sekresi

insulin. Gejala yang paling sering dikeluhkan pada penderita diabetes

mellitus yaitu polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan dan

kesemutan (Fatimah,2015).

Berdasarkan data kasus dan kematian penyakirt tidak menular

menurut jenis kelamin dan umur dari Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru

yaitu pasien laki-laki Diabetes Melitus berjumlah 333 orang sedangkan pada

wanita berjumlah sebanyak 547 orang pada tahun 2018 pada kasus baru, dan

pada kasus lama (kunjungan ke-2 atau lebih, pasien laki-laki berjumlah

2082,dan pada perempuan berjumlah 5449 orang ditahun yang sama

(Dinkes,2018)
Urin yang mengalami penundaan lebih dari 2 jam akan terjadi

perubahan susunan oleh kuman-kuman karena sampel urin yang

dikumpulkan tidak ditampung diwadah yang bersih dan steril. Urin harus

langsung diperiksa dalam keadaan segar untuk mendapatkan hasil

pemeriksaan yang akurat sesuai dengan keadaan sampel. Jika urine terpaksa

harus disimpan beberapa lama sebelum melakukan pemeriksaan, tambahkan

pengawet untuk menghambat perubahan susunannya. Untuk mengawetkan

urine jenis pengawet yang digunakan yaitu Toluena, Formaldehida,Thymol,

Asam sulfat pekat dan Natrium Karbonat. Pengawet yang paling sering

digunakan adalah Toluena, yang berfungsi untuk menghambat perombakan

urin oleh kuman dengan merusak sintesa dinding sel oleh bahan kimia yang

bercampur dengan penyusun dinding sel dapat menghambat polimerase

penyusun dinding sel (Gandasoebrata, 2013 )

Berdasarkan hal-hal diatas dapat peneliti menemukan hipotesa

sementara bahwa urin sebagai bahan pemeriksaan glukosa urin dapat

bertahan selama 2 jam pada suhu ruangan. Urin yang baru diambil harus

segera diperiksa atau jika tidak digunakan dapat disimpan dengan

menggunakan pengawet urin. Ketika hal itu tidak dilakukan dan urin

dibiarkan lebih dari 2 jam, maka bakteri atau flora normal yang ada didalam

urin akan menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi, dan hal itu tentu

akan mempengaruhi hasil akhir dari pemeriksaan dan diduga akan terjadi

negatif palsu karena glukosa urin yang berkurang.


1.2 Batasan Masalah

Penelitian ini hanya membatasi masalah yang membahas Perbedaan

Hasi Pemeriksaan Dipstik Urine Segera dan ditunda selama 2 jam pada hasil

glukosa urine.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana hasil pemeriksaan glukosa urin pada pasien penderita DM

yang sampel (urin) di periksa segera dengan urin yang ditunda selama 2 jam

dikerjakan menggunakan pengawet.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Melihat bagaimana perbedaan hasil pemeriksaan dipstik urine segera

dan ditunda selama 2 jam.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui perbedaan hasil urine segar dengan ditunda selama 2

jam.

2. Mengetahui perbedaan hasil glukosa urine dengan menggunakan

pengawet dan tanpa pengawet

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

Memberikan masukan dan informasi untuk tenaga laboratorium

tentang Perbedaan Hasil Pemeriksaan Urine Dipstik Segera dan

Ditunda Selama 2 Jam.


1.5.2 Manfaat Teoritis

Dengan penelitian ini ilmu yang diperoleh dapat diterapkan dalam

dunia kerja dan dapat menambah perbendaharaan Karya Tulis Ilmiah

di perpustakaan Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari

Banjarbaru.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama didaerah

lumbal,disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak

yang tebal, dibelakang peritoneum, dank arena itu diluar rongga peritoneum.

Kedudukan ginjal diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra

torsakalis terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit

lebih rendah dari kiri, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah

kanan. Setiap ginjal panjangnya 6sampai 7,5cm, dan tebal 1,5 sampai

2,5cm. pada orang dewasa beratnya kira kira seperti biji kacang dan

beratnya sekitar 140gram. Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sekitar sisi

dalamnya atau hilum menghadap ke tulang punggung. Sisi luarnya

cembung, pembuluh pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada

hilum. Diatas setiap ginjal menjulang sebuah kelenjar supranrenal. Ginjal

kanan lebih pendek dan lebih tebal dari yang kiri (Pearce,2008)

Sistem kemih khususnya ginjal berperan dalam mempertahankan

keseimbangan dalam tubuh yaitu dengan mengatur banyaknya zat-zat dalam

plasma, khususnya elektrolit dan air dengan cara menyerap kembali zat

yang masih dibutuhkan tubuh dan membuang sisa metabolik yang tidak

dibutuhkan lagi oleh tubuh melalui pengeluaran urin. Selain fungsi yang

diatas ginjal memiliki fungsi yang spesifik yaitu (1) mengatur keseimbangan

air didalam tubuh manusia, (2) mengatur kesimbangan osmotik, (3)


mempertahankan keseimbangan Ion yang optimal, (4) mempertahankan

volume plasma yang tepat, (5) mengatur keseimbangan asam dan basa

cairan tubuh, (6) mengeluarkan produk sisa yangada didalam tubuh,

(7)mengeluarkan senyawa seperti obat obatan, (8) menghasilkan rennin, (9)

mengaktifkan vitamin D (Syaifuddin, 2011).

2.2 Pembentukan Urine

Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai Bowman,

untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan

terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus dan

sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal. Langkah pertama proses

pembentukan urine ultrafiltarsi darah/plasma dalam kapiler glomerulus

berupa air dan kristaloid. Selanjutnya didalam tubuli ginjal disempurnakan

dengan proses reabsorpsi zat-zat yang esensial dari cairan filtrasi untuk

dikembalikan kedalam darah. Selanjutnya proses sekresi dikeluarkan

kedalam urine (Syaifuddin, 2011)

2.3 Jenis-Jenis Urine

Dalam pemeriksaan urin, ada beberapa jenis urin yang digunakan

dalam pemeriksaan sesuai dengan tujuan pemeriksaan yaitu :

1. Urin sewaktu adalah urin yang dapat dikemihkan kapan saja dan

digunakan untuk pemeriksaan penyaring rutin.

2. Urin pagi adalah urin yang pertama kali dikeluarkan di pagi hari yang

konsentrasinya lebih pekat. Urin pagi digunakan untuk pemeriksaan

sedimen urin, berat jenis, protein, dan tes kehamilan.


3. Urin puasa (second morning after fasting) adalah urin yang dikemihkan

setelah urin pagi dan setelah puasa. Urin puasa digunakan untuk

memonitoring kadar glukosa urin.

4. Urin postprandial adalah urin yang dikemihkan 2 jam setelah makan.

5. Urin tampung 12 atau 24 jam adalah urin yang dikumpulkan selama 12

jam atau 24 jam menggunakan pengawet dan digunakan untuk

pemeriksaan klirens.

6. Urin tampung 3 gelas biasanya digunakan untuk diagnosis kelainan

prostat. Setiap gelas urin mempunyai tujuan pemeriksaan yang bebeda

yaiutu gelas urin 1 untuk melihat sel dari pars anterior dan pars prostatica

uretra, gelas urin 2 melihat kandung kencing dan gelas urin 3 khusus

untuk pars prostatica dan getah prostat.

Menurut cara pengambilannya, sampel urin dibagi menjadi :.

1. Urin kateter adalah urin steril yang diambil dengan bantuan kateter yang

digunakan untuk kultur bakteri.

2. Urin pancaran tengah adalah pengambilan urin yang paling mudah dan

aman. Sebelum pengambilan urin, gland penis atau labia harus

dibersihkan terlebih dahulu. Urin pancaran tengah digunakan untuk

pemeriksaan penyaring dan kultur bakteri.

3. Urin aspirasi suprapubik untuk diagnosis infeksi pada saluran kemih,

karena urin yang diambil dengan prosedur ini adalah urin steril

(Strasinger dan Lorenzo, 2016)


2.4 Jenis-Jenis Pengawet Urine

Pemeriksaan urin tidak hanya memberikan fakta-fakta tentang

ginjal dan saluran urin, tetapi juga mengenai faal organ dalam tubuh, seperti

hati, empedu, pancreas, cortexdrenal, dan lain-lain. Dalam kenyataannya,

tidak setiap urin segar dapat dilakukan pemeriksaan seketika. Namun ada

kalanya urin harus didiamkan terlebih dahulu beberapa lama sebelum

melakukan pemeriksaan, untuk menghambat perubahan susunan urin harus

diberi pengawet.

Ada berbagai macam jenis pengawet urine antara lain sebagai berikut :

1. Toluena

Merupakan pengawet urin yang berfungsi untuk menghabat perombakan

urin oleh kuman, bekerja optimal pada keadaan dingin. Biasanya

digunakan untuk pengawetan glukosa, aseton, dan asam aseto-asetat.

Salah satu pengawet urine yang paling banyak digunakan adalah

Toluena, namun, karena sifat toluena yng berbahaya dan mahal, Toluena,

yang berfungsi untuk menghambat perombakan urin oleh kuman dengan

merusak sintesa dinding sel oleh bahan kimia yang bercampur dengan

penyusun dinding sel dapat menghambat polimerase penyusun dinding

sel.

2. Thymol

Merupakan bahan pengawet yang memiliki daya seperti toluene. Pada

pengawetan urin menggunakan thymol, hanya digunakan 1 butir. Apabila


jumlah thymol terlalu banyak, ada kemungkinan terjadi hasil positif palsu

pada reaksi terhadap proteinuria.

3. Formaldehid

Merupakan bahan pengawet urin yang harus digunakan untuk

mengawetkan sedimen. Pengawetan sedimen merupakan hal penting

apabila hendak melakukan pemeriksaan kuantitatif unsur-unsur dalam

sedimen. Larutan formaldehid 40% sebanyak 1-2 ml digunakan untuk

mengawetkan urin 24 jam. Kelemahan penggunaan formaldehid sebagai

pengawet urin apabila menggunakannya dengan jumlah besar, ada

kemungkinan akan mengadakan reduksi pada tes benedict dan

mengganggu tes obermayer.

4. Asam Sulfat Pekat

Digunakan untuk pemeriksaan kalsium, nitrogen dan asam organik lain.

Fungsi: untuk menjaga agar pH urin tidak kurang dari 4,5. 5. Natrium

Karbonat Takaran: 5 gr untuk urin 24 jam. Digunakan untuk pemeriksaan

ekskresi urobilinogen (Gulo, 2019).

2.5 Pemeriksaan Urine

Pemeriksaan urin rutin atau disebut “pemeriksaan penyaring” adalah

beberapa macam pemeriksaan yang dianggap dasar bagi pemeriksaan

selanjutnya dan yang menyertai pemeriksaan fisik tanpa pendapat khusus.

Jenis pemeriksaan yang termasuk rutin itu, berbeda-beda menurut

pandangan yang dianut dalam sesuatu rumah sakit. Pemeriksaan urin rutin

adalah termasuk parameter jumlah urin, makroskopik urin, berat jenis,


protein, glukosa, pemeriksaan sedimen. Ada beberapa metoda pemeriksaan

urin yang biasa dilakukan , antara lain metoda dipstick atau carik celup.

Pemeriksaan urinalisis yang biasa dilakukan dengan carik celup antara lain

berat jenis, pH, glukosa, protein, keton, darah, bilirubin, urobilinogen, nitrit,

leukosit esterase (Puspito,2012).

2.6 Pemeriksaan Urine Dipstik

Pemeriksaan urin kimia stik banyak menggantikan pemeriksaan cara

kimia konvensial karena mudah, praktis, dan murah. Walaupun demikian

untuk mendapatkan hasil yang reliabel, perlu mempelajari prinsip kimiawi,

proses penyimpanan reagen kering, persiapan bahan, dan cara pembacaan

hasil. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Reagen pita harus disimpan dalam botol asalnya, tidak boleh dipindah-

pindahkan dan botol harus dalam keadaan tertutup.

2. Jangan menyentuh kolom pita reagen, hindari kontaminasi dengan

deterjen dan bahan kimiawi.

3. Jangan memakai reagen pita yang sudah kadaluwarsa. Parameter yang

dapat diperiksa dari sampel urin adalah, berat jenis, lekosit, nitrit, pH,

protein, glukosa, keton, urobilinogen, bilirubin, dan darah (Kosim,2010).

Strip reagen terdiri dari atas pad penyerap celupan kimia yang melekat

pada stip plastik. Reaksi kimia yang menghasilkan warna berlangsung saat

pad penyerap kontak dengan urine. Reaksi tersebut diintrpretasikan dengan

membandingkan warna yang dihasilkan pada pad tersebut dalamperiode

waktu yang dibutuhkan denan peta warna yang disediakan oleh pabrik
pembuat. Beberapa warna atau intensitas satu warna untuk tiap zat yang

diperiksa tampak pada peta warna. Melalui pembandingan cermat warna

pada peta tersebut dan strip, nilai semikuantitatif jejak, 1+, 2+, 3+, atau 4+

dapat dilaporkan (Strasinger & Lorenzo, 2016).

2.7 Parameter Pemeriksaan Urine Metode Dipstik

1. Berat Jenis

Pengukuran berat jenis mencerminkan derajat kepekatan atau

pengenceran urin, hal tersebut untuk mengevaluasi kemampuan ginjal

dan sebagai indikator status hidrasi. Partikel besar seperti protein dan

gula cenderung meningkatkan berat jenis urin.

2. pH

pH urin normal 4.6-8.0. Penurunan pH karena diet tinggi protein, buah-

buahan, pengobatan ammonium chloride, methionine, methenamine

mandelat, ketidakseimbangan asam basa (asidosis metabolik atau

respiratorik). Peningkatan pH urin karena diet sayur dan buah, sodium

bicarbonate, kalium citrate dan acetazolamide.

3. Proteinuria

Ekskresi protein dalam urin 150 mg/hari, berasal dari plasma dan traktus

urinarius dan terdiri dari albumin (1/3), protein plasma yaitu alfa, beta

dan gamma globulin (2/3). Glikoprotein Tamm-Horsfall disekresi tubulus

distal dan ascending loop of Henle dan juga imunoglobulin A (IgA).

Kelebihan ekskresi protein merupakan indikator penting penyakit ginjal


karena reabsorbsi oleh tubulus yang rendah sehingga filtrasi protein yang

tinggi mengakibatkan mekanisme reabsorbsi menjadi jenuh

4. Glukosuria

Adanya glukosa dalam urin, atau fruktosa, galaktosa, laktosa, maltosa,

pentosa dan sukrosa, menunjukkan kadar glukosa darah melebihi

kemampuan reabsorbsi tubulus ginjal. Glukosuria biasanya terjadi jika

kadarnya dalam darah mencapai 180-200 mg/dL.

5. Nitrit

Merupakan pemeriksaan tidak langsung untuk infeksi saluran kemih

karena sering adanya bakteri dalam urin tanpa ada gejala dan mengingat

kalau tidak diobati menimbulkan kerusakan pada ginjal. Selain itu ada

individu resiko tinggi seperti orang usia lanjut. kehamilan, pasien

diabetes dan pernah menderita infeksi saluran kemih sebelumnya

6. Keton

Keton menunjukan tiga produk metabolisme lemak intermediet ,yaitu

aseton 2%, asam asetosetat(20%), dan β-hidroksibutirat (78%). Pada

kondisi normal, jumlah keton yang dapat diukur tidak tampak di dalam

urine, karena semua lemak yang dimetabolisme dipecah sempurna

menjadi karbon dioksida dalam air.

7. Darah

Darah dapat ditemukan dalam urine baik dalam bentuk sel darah merah

utuh(hematuria) atau sebagai produk perusakan sel darah merah,

hemoglobin (hemoglobinuria), darah yang ada dalam jumlah besar dapat


dideteksi secara visual hematuria menghasilkan urine merah keruh dan

hemoglobin tampak sebagai spesimen merah jernih.

8. Bilirubin

Munculnya bilirubin dalam urine dapat menjadi indikasi dini penyakit

hati. Bilirubin sering kali dideteksi lama sebelum pasien menunjukkan

ikterus. Bilirubin, senyawakuning berpigmen tingg, adalah produk

degradasi hemoglobin. Dalam kondisi normal, rentang hidup sel darah

merah sekitar120 hari.

9. Urobilinogen

Bilirubin terkonjugasi yang masuk kedalam saluran cerna akan berubah

menjadi urobilogen dan sterkobilin dengan bantuan bakteri yang ada di

saluran cerna. Sebagian besar urobilinogen akan berkurang di feses dan

sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen

diproses ulang menjadi empedu dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan

ke dalam urin oleh ginjal (Strasinger dan Lorenzo, 2016).

2.8 Diabetes Melitus

Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula

darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin

tidak adekuat atau fungsi insulin terganggu (resistensi insulin) atau justru

gabungan dari keduanya. Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit gangguan

metabolik menahun yang lebih dikenal sebagai pembunuh manusia secara

diamdiam atau “Silent killer”. Seringkali manusia tidak menyadari apabila


orang tersebut telah menyandang diabetes, dan seringkali mengalami

keterlambatan dalam menanganinya sehingga banyak terjadi komplikasi.

Diabetes juga dikenal sebagai “Mother of Disease” karena merupakan induk

atau ibu dari penyakit-penyakit lainnya seperti hipertensi, penyakit jantung

dan pembuluh darah, stroke, gagal ginjal dan kebutaan (Anani,2012).

2.9 Glukosa Urine

Glukosa urine adalah adanya glukosa di urine yang disebabkan oleh

tingginya kadar glukosa (Hiperglikemia), seperti yang terjadi pada pasien

diabetes mellitus, transport glukosa ditubulus mencapai ambang batas ginjal

untuk glukosa, dan glukosa pun ditemukan dalam urine. Kadar darah ketika

reabsorpsi tubulus berhenti (ambang batas ginjal) untuk glukosa sekitar 160-

180mg/dL (Strasinger & Lorenzo,2016). Glikosuria tejadi saat tidak ada

hiperglikemia ketika reabsorpsi glukosa oleh tubulus ginjal terganggu. Itu

sering disebut dengan “Glikosuria ginjal” dan di jumpai pada penyakit

ginjal stadium akhir, sistinosis, dan sindrom fanconi. Glikosuria yang tidak

berkaitan dengan diabet gestasional terkadang terlihat sebagai dampak

penurunan sementara ambang batas ginjal untuk glukosa selama kehaamilan

(Strasinger & Lorenzo,2016).

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau

berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes

Melitus (DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan

hormon insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan

sukar menembus dinding sel. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress,
infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan

poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta kelelahan yang parah dan

pandangan yang kabur . Hiperglikemia dapat dipengaruhi oleh obat-obatan

yang dapat menaikan kadar glukosa antara lain adalah hormon steroid,

beberapa obat anti hipertensi, dan obat untuk menurunkan kolesterol

(Aziz,2016).

Pengukuran kadar glukosa urin menggambarkan kadar glukosa darah

secara tidak langsung dengan nilai normal 180mg/dl. Pemeriksaan ini tidak

dapat menunjukkan kadar glukosa darah sehingga tidak dapat membedakan

normoglikemia atau hipoglikemia. Pemeriksaan berikut dapat dipakai untuk

memantau glukosuria penderita diabetes Melitus, dengan uji reduksi urin

seperti pemeriksaan benedict dan uji enzimatik berupa pemeriksaan carik

celup (Aziz,2016).

2.10 Jenis-Jenis Pemeriksaan Glukosa Urine

2.10.1 Metode Benedict

Pemeriksaan glukosa urine metode Benedict memanfaatkan

sifat glukosa sebagai pereduksi. Prinsip pemeriksaan Benedict

adalah glukosa dalam urin akan mereduksi cuprisulfat menjadi

cuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan

Benedict. Hasil positif ditunjukkan dengan adannya kekeruhan dan

perubahan warna dari biru menjadi hijau kekuningan sampai merah

bata. Kelemahan metode ini antara lain reagen yang dibutuhkan

lebih banyak, untuk mendapatkan hasil diperlukan waktu yang agak


lama, metode ini juga tidak spesifik untuk mendeteksi glukosa urin

saja. Kelebihan metode ini biayannya murah, membutuhkan urin

yang lebih sedikit (Gandasoebrata, 2013)

Interpretasi hasil :

(-) : Tetap biru jernih (<50 mg/dL glukosa)

(+) : Hijau kekuningan dan keruh (100-500 mg/dL glukosa)

(++) : Jingga (1400-2000 mg/dL glukosa)

(+++) : Merah keruh (> 2000 mg/dL glukosa)

2.10.2 Metode Dipstik

Dipstik (carik celup) dilekati kertas berisi dua macam enzim,

yakni glukosa oxidase dan peroxidase bersama dengan semacam zat

seperti o-tolidine yang berubah warna jika ia dioxidasi. Kalau ada

glukosa, maka oleh pengaruh glukosa-oxidase glukosa menghasilkan

asam glukonat dan hidrogen peroxida: oleh pengaruh peroxidasa

hidrogen peroxide mengalihkan oxygen kepada o-tolidine yang

berubah warna menjadi biru.lebih banyak glukosa lebih tua warna

biru yang terjadi pada reaksi ini, sehinngga penilaian semikuantitatif

juga mungkin (Gandasoebrata, 2013).

Interpretasi hasil :

- Biru muda : Negatif

- Biru kekuningan : Kadar glukosa urin 100 mg/dL

- Biru kecoklatan : Kadar glukosa urin 250 mg/dL

- Coklat muda : Kadar glukosa urin 500 mg/dL


- Coklat : Kadar glukosa urin 1000 mg/dL

- Coklat tua : Kadar glukosa urin 2000 mg/dL

Cara dengan memakai carik celup memang spesifik untuk

glukosa dengan test hanya memerlukan waktu amat singkat. Tetapi

hal itu tidaklah berarti bahwa tidak ada kelemahan-kelemahannya.

Hasil negatif palsu terjadi bila urinmengandung zat-zat mereduksi

seperti vitamin C, keton-keton dan asam homogentisat. Penilaian

semi kuantitatif harus benar-benar megikutii petunjuk yang

diberikan oleh pembuat carik celup mengenai saat membandingkan

warna yang timbul dengan skala warna yang mendampingi carik

celup. Penilaian semi kuantitatif itu tidak selalu paralel dan sederajat

dengan penilaian semi kuantitatif yang berlaku untuk reagens

Benedict (Nautu, 2019).

2.10.3 Metode Fehling

Metode fehling untuk mengetahui kadar glukosa dalam urin

probandus dengan cara fehling. Glukosa dalam urin dapat mereduksi

garam-garam kompleks dalam reagen fehling yaitu ion kupro dan

membentuk endapan Cu2O berwarna hijau, kekuningan, sampai

merah (Nautu, 2019).

Interpretasi hasil :

- Negatif : Tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan

agak keruh
- Positif (+) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh (sesuai

dengan 0,5-1% glukosa)

- Positif (++) : Kuning keruh (1-1,5% glukosa).

- Positif (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)

- Positif (++++) : Merah keruh (lebih dari 3,5% glukosa)

2.11 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Glukosa

2.11.1 Faktor internal

1. Pengaruh Obat-Obatan

Obat-obatan diberikan secara oral maupun caralain akan

menyebabkan terjadinya respon tubuh terhadap obat tersebut

sehingga menyebakan enzim yang dikandung otot tersebut masuk

kedalam darah dan diekskresikan oleh ginjal kemudian

dikeluarkan oleh urin.

2. Alkohol

Konsumsi alcohol akan menyebabkan terjadinya peningkatan

kadar glukosa, laktat, asam urat, dan terjadinya asidosi metabolik

dalam waktu 2-4 jam setelah mengkonsumsi alkohol.

3. Merokok dapat meningkatkan kadar glukosa didalam darah

4. Aktifitas fisik

2.12 Pengaruh Penundaan Urine Terhadap Kadar Glukosa Urine

Urinalisis sebaiknya dilakukan pada urine segar, yaitu urine yang

didapatkan segera setelah. Penundaan antara berkemih dan urinalisis akan

mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan tidak lebih dari empat
jam dan sebaiknya dilakukan selama dua jam setelah pengambilan sampel.

Bakteri yang terdapat di dalam urine atau terkontaminasi dengan botol yang

tidak steril dapat menguraikan glukosa. Glukosa dalam urine penderita

diabetes merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Bakteri

mengandung enzim-enzim yang dapat memecahkan rantai glukosa melalui

melalui proses glikolisis. Enzim yang terlibat dalam proses glikolisis

ditemukan di dalam fraksi ekstramitokondria sel yang ersifat larut air, yaitu

sitosol. Pemecahan molekul glukosa melalui proses glikolisis akan

menghasilkan produk antara berupa asam piruva (Santoso, 2018).


BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Pemeriksaan Dipstik
Urine

Diperiksa Segera Diperiksa dengan


ditunda 2 jam

Toluene Tanpa
pengawet

Hasil pemeriksaan
glukosa urine

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Penjelasan Kerangka Konsep

Pemeriksaan terhadap glukosa urine termasuk pemeriksaan rutin yang

dilakukan. Kebanyakan cararutin untuk menyatakan dalam urine ada

mengandung gukosa adalah dengan metode dipstik. Ketika spesimen sudah

diperoleh dibagi menjadi 2 yaitu segeradan ditunda selam 2 jam, saat

penundaan spesimen urine akan diberikan perlakuan dengan menambahkan

pengawet urine yaitu pengawet Toluena dan tanpa pengawet urine untuk
melihat adakah perbedaan hasil pemeriksaan dipstik urine pada glukosa

urine dengan metode dipstik.

3.3 Hipotesis Penelitian

3.3.1 Hipotesis Alternatif (H1)

Adanya perbedaan hasil pemeriksaan dipstik urine segera dan

ditunda selama 2 jam.

3.3.2 Hipotesis Null (Ho)

Tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan dipstik urine segera

dan ditunda selama 2 jam.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Pra eksperimen dengan

rancangan penelitian One Group Pretest-Posttest Designe. Dalam rancangan

ini dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen yaitu kadar

glukosa urine pada sampel urine yang diperiksa segera dan ditunda 2 jam

dengan penambahan pengawet. Bentuk rancangan ini adalah sebagai

berikut:

Pretest Perlakuan Posttest


01 X(1) 02(a)

X(2) 02(b)

Tabel 4.1 Rancangan Penelitian

Keterangan :

01 = Pengukuran pertama yang segera diperiksa pada sampel

urine (pretest)

X(1) =Perlakuan atau eksperimen pada urine tanpa pengawet

X(2) =Perlakuan atau eksperimen pada urine ditambahkan

pengawet toluena
02 = Pengukuran kedua yang ditunda 2 jam pada sampel urine

ditambahkan pengawet dan tanpa pengawet (posttest)

(Notoatmodjo, 2012)

4.2 Bahan Penelitian

Bahan dari penelitian ini adalah sampel urine dari pasien Diabetes

Melitus, terdiri dari 3 kelompok perlakuan maka jumlah subjek

perkelompok dihitung dengan menggunakan rumus Federer yaitu:

(t-1) (r-1) ≥ 15

(3-1) (r-1) ≥ 15

2(r-1) ≥ 15

2r ≥ 15+2

2r ≥ 17

r ≥ 17/2

r ≥ 8,5

r ≥8

Keterangan :

t : jumlah kelompok perlakuan

r : jumlah sampel tiap kelompok

4.3 Variabel dan Definisi Operasional

4.3.1 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah waktu yang dilakukan

untuk penyimpanan urine dan pengawet yang digunakan.


2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil pemeriksaan

glukosa urine metode dipstik.

4.3.2 Definisi Operasional

Tabel 4.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Skala


ukur
Waktu Waktu atau Waktu dari Jam Nominal
penyimpan masa menurut jam
an Kamus Besar
Bahasa
Indonesia
(1997) adalah
seluruh
rangkaian saat
ketika proses,
perbuatan,
atau keadaan
berada atau
berlangsung.
Pengawet Menghambat Melihat Jam Nominal
urine pertumbuhan berapa lama
bakteri dan pengawet
perubahan bertahan
kimiawi
Dipstik Strip terdiri Mencelupkan Urine Ordinal
urine atas pad strip reagen analyzer
penyerap kedalam
celupan kimia sampel,
yang melekat mengeringkan
pada plastik strip,
menempatkan
strip ke
platform strip
reagen
4.4 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pot

sampel, stopwatch/jam, reagen strip dengan parameternya, tabung reaksi,

pengawet Toluena.
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik RSUD

Idaman Banjarbaru.

4.5.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan padabulan maret

2019 sampai dengan april 2019

4.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

4.6.1 Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang

didapatkan dari hasil glukosa urine pada perbedaan hasil

pemeriksaan urine dipstick segera dan ditunda selama 2jam

dikerjakan.

4.6.2 Prosedur Pengambilan

a. Persiapan

Persiapan yang dilakukan untuk penelitian ini adalah

menentukan spesimen, mencari spesimen urine pasien DM,

menyusun proposal, dan meminta izin kepada RSUD Idaman

Kota Banjarbaru untuk melakukan penelitian Perbedaan Hasil

Pemeriksaan Dipstik Urine Segera dan Ditunda Selama 2 Jam.


b. Pelaksanaan

Setelah mendapatkan izin dari RSUD Idaman Kota

Banjarbaru,kemudian mencari spesimen urine pasien DM.

Setelah didapat spesimen segera diperiksa di Laboratorium RSUD

Idaman Kota Banjarbaru.

c. Prosedur penelitian

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

2. Melakukan informed-consent kepada responden.

3. Memberi wadah penampung urin dan menjelaskan cara

menampung urin yang baik.

4. Menuliskan identitas responden pada wadah urin.

5. Melakukan pemeriksaan kimia urin secara semikuantitatif

dengan menggunakan reagen strip.

6. Mencelupkan strip sebatas yang telah ditentukan ke dalam

urin.

7. Meniriskan sisa urin yang berlebih pada reagen strip.

8. Menempatkan strip ke platform stri reagen, catat hasil yang

diperoleh pada alat urine semi-otomatik.

9. Pisahkan urine segar kedalam 2 tabung, tabung 1, 5 ml urine

ditambahkan pengawet toluene 1 tetes, tabung harus dikocok,

tabung 2, 5 ml urine tanpa pengawet, tunggu sampai 2 jam


10. Meniriskan sisa urin yang berlebih pada reagen

strip.Menempatkan strip ke platform stri reagen, catat hasil

yang diperoleh pada alat urine semi-otomatik.

4.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data

a. Tabulasi

Membuat tabel data, tabel ini berisi data hasil pemeriksaan

glukosa urin metode dipstick segera dan dengan menggunakan

pengawet, tanpa pengawet yang dilihat adakah perbedaan hasil

dari pemeriksaan tersebut.

b. Entry Data

Data yang didapatkan dari hasil pengukuran kemudian

dimasukkan kedalam program computer

c. Cleaning atau Pengecekan Data

Data yang sudah dimasukkan kemudia dilakukan pngecekan

kembali untuk mengetahui ada atau tidak ada kesalahan dalam

memasukkan data

Anda mungkin juga menyukai