Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN URIN PADA

PEMERIKSAAN PROTEIN METODE CARIK CELUP DAN BANG


Rahma Vildhya Aeni1, Neni Anggraeni2, Sri Sugiatmini3
1,2,3
Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih, Jl. Padasuka Atas No. 233 Bandung 40192, Indonesia

Abstrak

Keberadaan protein dalam urin secara sederhana dapat di deteksi menggunakan metode Bang dan metode
Dipstick. Hasil pengujian menggunakan larutan bang ini akan menunjukkan secara jelas keberadaan dan
kadar protein urin secara kualitatif, sedangkan metode Dipstick merupakan salah satu metode pemeriksaan
proteinuria semi kuantitatif. Pemeriksaan protein positif dan negatif merupakan yang tidak hanya
memberikan fakta tentang ginjal dan saluran kemih saja, tetapi juga mengenai faal berbagai penelitian

Dipstick dan metode bang yang telah dilakukan di laboratorium kimia Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih pada
bulan september. Objek penelitian yang digunakan dengan memodifikasi urine yang negatif protein dengan
penambahan serum dengan berbagai konsentrasi yaitu, 30 mg/dl, 100 mg/dl, 300 mg/dl, 2000 mg/dl. Dari
alasan tersebut penulis berusaha menganalisa perbandingan hasil pemeriksaan protein dengan metode Bang
dan metode Dipstick menggunakan sampel urine segar dan sampel simpan, serta penundaan waktu. Dari tabel
hasil yang didapat tidak terjadi perubahan pada kedua metode Dipstick dan bang dengan berbagai varian
konsentrasi dan perbedaan suhu serta waktu penyimpanan.

Kata kunci : Proteinuria, suhu, waktu penyimpanan, bang, carik celup.

Abstract

The presence of protein in the urine can be detected simply by the Bang Dipstick method. The test results
using this bang solution will show clearly the presence and levels of urine protein qualitatively, while the
Dipstick method is one of the semi-quantitative proteinuria examination methods. Positive and negative
protein tests are not only giving facts about the kidneys and urinary tract, but also regarding physiology
various studies on the effect of urine storage time at 27 ° C and 6 ° C on the urine protein Dipstick method
and the bang method that have been carried out in the chemical laboratory of the Bakti Asih Analyst School
in September. The object of research used by modifying protein-negative urine with the addition of serum
with various concentrations namely, 30 mg / dl, 100 mg / dl, 300 mg / dl, 2000 mg / dl. From this reason the
author tries to analyze the comparison of protein examination results with the Bang method and the Dipstick
method using fresh urine samples and stored samples, as well as time delays. From the results table, there
were no changes in both the Dipstick and Bang methods with various variants of concentration and
differences in temperature and storage time.

Keywords : Proteinuria, Temperature, storage time, Bang methode, Dipstick.

JAB – STABA | VOL.03 NO.02 | Agustus 2019 1


1. Pendahuluan yang diproduksi dinefron ginjal. Ginjal terdiri 1 – 1 ½
nefron. Vesika urinaria merupakan suatu kantong yang
Protein dalam urin termasuk pemeriksaan kimiawi. dapat mengempis. Kandung kemih ini mempunyai 3
Keberadaan protein dalam urin menandakan ada muara yaitu 2 muara urether dan 1 muara urethra.
kebocoran pada glomerulus. Spesimen urin yang baik Fungsi dari kandung kemih, yaitu :
untuk diperiksa adalah urin segar yang langsung 1. Sebagai tempat penyimpanan limbah cairan sebelum
diperiksa. Padahal yang sering terjadi adalah penundaan meninggalkan tubuh.
pengiriman sampel. Penundaan pemeriksaan spesimen 2. Dibantu urethra kandung kemih mendorong urin
pada protein urin harus dihindari karena dapat keluar dari tubuh.
mengurangi validitas hasil. Dampak dari penundaan Urethra merupakan saluran kecil yang dapat
pemeriksaan urin (Gandasoebrata, 2007). mengenbang mulai dari kandung kemih sampai keluar
Sampel harus segera dikerjakan kurang dari 2 jam tubuh. Pada wanita panjangnya ± 1½ inchi atau 0,9 cm.
setelah penampungan dengan penyimpanan ditempat Pada pria bisa sampai 8 inchi. Muara terakhir dari
suhu ruang dan jika tidak segera dikerjakan simpan pada urethra disebut meatus urinarius.
suhu 2- (Syafe’i, 2013).
pada suhu kamar sebelum dilakukan pemeriksaan
(Labkesda Bogor,2016). 2.2 Tinjauan Umum Protein Urin
Hasil penelitian (Inna, 2017), ini terdapat sampel Pemeriksaan adanya protein dalam urin juga
protein urin yang sebagian besar mengalami termasuk pemeriksaan kimiawi urin. Adanya protein
peningkatan pada waktu pemeriksaan penundaan 2 jam dalam urin menandakan adanya gangguan dalam tubuh
dibandingkan dengan pemeriksaan secara langsung. Hal terutama adanya kesusakan atau gangguan dalam
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saluran uretra dan ginjal misalnya sindrom nefrotik.
dapat mempengaruhi kadar protein urin seperti (Ani Riyani, 2018).
mikroorganisme yang akan menyebabkan peningkatan Terdapatnya protein dalam urin juga dapat
pada protein urin yang ditunda 2 jam karena bakteri mengetahui adanya gangguan selama masa kehamilan
dapat mengurai protein urin untuk dijadikan sebagai trismester dua atau tiga. Adanya protein urin pada
sumber energi atau makanan untuk tetap bertahan dan wanita hamil dapat ditandai juga dengan terjadinya
berkembang biak dalam urin. pembengkakan (oedema) terutama pada kaki. (Ani
Berdasarkan latar belakang masalah diatas akan Riyani, 2018).
dilakukan penelitian perbandingan pemeriksaan protein Adanya protein didalam urin disebabkan karena :
urine dengan metode reagen Bang dan metode carik - Adanya kerusakan glomerulus
celup dengan penundaan waktu dan suhu yang berbeda, - Penyakit – penyakit yang kronik
yakni suhu 60C dengan suhu 270C. Dari alasan tersebut - Infeksi kuman
penulis berusaha menganalisa perbandingan hasil Protein urin pada orang normal didalam urinnya
pemeriksaan protein dengan metode Bangdan metode sebenarnya ada sejumlah protein yang lolos filtrasi oleh
Carik Celup menggunakan sampel urine segar dan glomerulus karena memiliki BM yang rendah. Dalam 24
sampel simpan, serta penundaan waktu. jam jumlahnya tidak lebih dari 40mg/24 jam sehingga
tidak dapat dideteksi oleh pemeriksaan laboratorium.
2. Tinjauan Pustaka (Syafe’i, 2013).
2.1 Urinalisa Jumlah protein normal dalam urin adalah <150
Merupakan bagian dari pemeriksaan kimia klinik mg/hari. Sebagian besar protein merupakan hasil dari
yang khusus membahas tentang urin mulai dari proses glikoprotein kental yang disekresikan secara fisiologis
pembentukan urin, komposisi yang normal sampai oleh sel tubulus, yang dinamakan protein Tamm-
pembahasan yang terjadi pada kelainan organ tubuh. Horsfall. Protein dalam jumlah yang banyak
Sistem urinari : diindikasikan adanya penyakit ginjal yang signifikan.
1. Ginjal (Davey, 2005).
2. Urether Menurut Bawazier (2006) proteinuria didefinisikan
3. Kandung kemih/vesika urinaria sebagai terdapatnya protein dalam urin manusia yang
4. Urethra melebihi nilai normal yaitu lebih dari 150 mg/hari atau
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2. Biasanya
kacang terletak dikedua sisi columna vertebralis. Ginjal proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya
yang sebelah kanan sedikit lebih rendah dari ginjal melebihi 200 mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan
sebelah kiri karena tertekan oleh hati yang terletak dalam waktu yang berbeda. Ada yang mengatakan
diatasnya. proteinuria persisten jika protein urin telah menetap
Urether merupakan saluran dengan panjang sekitar selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya
10 – 12 cm, terbentang dari ginjal sampai kandung hanya sedikit dari atas nilai normal.
kemih yang fungsinya adalah mengalirkan air kemih Diantara pemeriksaan kimia rutin yang dilakukan
pada urin, tanda penyakit ginjal yang paling jelas adalah

2 JAB – STABA | VOL.03 NO.02 | Agustus 2019


penentuan protein. Proteinuria sering kali dikaitkan (dipstik, strip reagen, striptes urin). Sebuah carik celup
dengan penyakit ginjal awal yang menjadikan atau dipstik merupakan alat diagnostik dasar yang
pemeriksaan protein urin sebagai bagian penting dari digunakan untuk menentukan perubahan patologis
semua pemeriksaan fisik. dalam urine pada urinalisis standar. Carik celup berupa
Urin normal mengandung sangat sedikit protein : carik plastik tipis kaku yang pada sebelah sisisnya
biasannya, kurang dari 10 mg/dl atau 100 mg per 24 jam dilekati dengan satu sampai sembilan kertas isap atau
setelah dieksresikan. Protein tersebut terdiri, terutama bahan penyerap lain (kertas seluloid) yang, masing –
atas protein serum berat molekul-rendah yang telah masing mengandung reagen – reagen spesifik terhadap
disaring oleh glomerulus dan protein yang dihasilkan di salah satu zat yang dicari ditandai perubahan warna
saluran kemih-kelamin (Strasinger, Di Lorenzo, 2017). tertentu pada bagian yang mengandung reagen spesifik,
skala warna yang menyertai carik celup memungkinkan
2.3 Pemeriksaan Metode Bang penilaian semikuantitatif. Tes carik celup dapat terdiri
Pemeriksaan protein dalam urin juga termasuk dari hingga 10 bantalan kimia yang berbeda atau reagen
pemeriksaan kimiawi urin. adanya protein dalam urin yang bereaksi (berubah warna) ketika direndam, dan
menandakan adanya kerusakan atau gangguan dalam kemudian dihapus dari sebuah sampel urin.
saluran uretra dan ginjal missalnya sindrom nefrotik. Pemeriksaan yang memakai carik celup biasanya sangat
Protein dapat diendapkan dalam suasana asam dan cepat, mudah, dan spesifik (Pramita, 2015).
panas dengan menggunakan pereaksi BANG yang
mengandung asam asetat dengan pH 2,5 - 6 dan natrium 3. Metode Penelitian
asetat (buffer asetat) dengan pH 8, protein dalam
suasana panas dapat diendapkan, banyaknya endapan 3.1. Jenis Penelitian
yang terbentuk menandakan banyaknya protein yang
terdapat dalam urin. selain metode Bang ada juga Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode lain misalnya metode asam asetat, metode asam metode Eksperimen. Artinya adalah peneliti melakukan
sulfosalisilat dan metode asam nitrat pekat yang eksperimen untuk mengetahui perbedaan yang di dapat
berdasarkan pada pengendapan protein dalam suasana dari hasil perbandingan metode bang den
asam dan metode yang paling praktis adalah metode gan carik celup.
carik celup. (Pramita, 2015).
3.2 Desain Penelitian
2.4 Pemeriksaan Metode carik celup Dalam penelitian ini desain ekperimen dilakukan
Banyak pemeriksaan penyaring sekarang dilakukan perbandingan metode carik celup dengan metode Bang
dengan menggunakan carik celup. Pemeriksaan yang dengan prinsip yang berbeda serta perbedaan suhu
memakai carik celup biasanya sangat cepat dan mudah. kulkas dengan suhu ruang dan penundaan sampel yaitu,
Carik celup berupa secarik kertas plastik yang pada 0 jam, 1 jam, 3 jam, 6 jam.
sebelah sisinya dilekati dengan satu sampai sembilan Jumlah treatment pada penelitian ini adalah 70
kertas isap atau bahan penyerap lain yang masing- kelompok sehingga dengan rumus gomez didapatkan
masing mengandung reagen-reagen spesifik terhadap pengulangan minimal sebanyak 1 kali.
salah satu zat yang mungkin ada dalam urin. Adanya
dan banyaknya zat yang dicari ditandai oleh perubahan
warna tertentu pada bagian yang mengandung reagen 3.3 Waktu dan tempat penelitian
spesifik. Pemeriksaan protein urin dengan carik celup Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan
ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penelitian ini adalah pada bulan September 2019 dan
faktor suhu dan cahaya matahari maka carik celup harus dilaksanakan di Laboratorium Biologi Sekolah Tinggi
disimpan dengan baik (Gandasoebrata, 2007). Analis Bakti Asih Bandung.

3.4 Alat dan Bahan


Clinipette 20 ul & 1.000 ul, Bulp Pipet, Tip Biru dan
Kuning, Fotometer, Mikropipet 1000 ul, Pipet Ukur,
Penjepit Kayu, Rak Tabung, Tabung reaksi, Tissue,
Spirtus, Carik Celup, Serum, Larutan Standar Protein
Total, Reagen Bang dan Pereaksi Biuret.

3.5. Cara Kerja


Gambar 2. Metode Carik Celup 3.5.1. Pembuatan reagen bang
(Riyani Ani, 2018) Ditimbang Natrium asetat 11,8 gram.
dimasukan ke dalam gelas ukur. Ditambahkan Asam
Banyak jenis pemeriksaan penyaring sekarang
asetat glasial 5,65 ml. Kemudia ditambahkan 100 ml
dilakukan dengan menggunakan metode carik celup

JAB – STABA | VOL.03 NO.02 | Agustus 2019 3


aquades lalu dihomogenkan dan diukur pH nya untuk (++++) Menggumpal dan padat
mendapatkan pH 4,7. (pramita, 2015) (>500 mg/dL) (Gandasoebrata, 2007)

3.5.2 Pembuatan Serum 3.5.6 Prosedur kerja Pemeriksaan Urin Metode Carik
Diambil darah vena, darah yang telah diambil Celup
segera dimasukan kedalam tabung serologi kering, Prinsip :Protein Error of Indicators” ketika pH
tanpa penambahan antikoagulan. Kemudian biarkan menjadi konstan oleh adanya buffer, indikator
sampai membeku, selama 15 menit. Disentrifuge selama melepaskan ion H+ karena adanya protein dan
15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Serum yang ada mengubah warna dari kuning menjadi biru kehijauan.
dibagian atasnya dipindahkan kedalam aliquot yang Prosedur : dimasukan 5 ml urin kedalam tabung
bersih dan kering, setelah itu diberi label identitas. reaksi. Celupkan Strip kedalam urin selama 1 detik.
Keluarkan dan tiriskan. Kelebihan urin di lab dengan
3.5.3 Pemeriksaan Kadar Protein Total Metode Biuret tisu/kertas saring. Dibaca terjadinya perubahan warna
Prinsip : Ikatan peptida yang terdepat dalam dalam 60 detik. Dibandingkan dengan warna standar
protein dalam suasana basa akan membentuk senyawa pada tabung/baca dengan alat khusus.
kompleks yang berwarna ungu dengan pereaksi Biuret, Interpretasi hasil :
intensitas warna yang terjadi setara dengan kadar ( - ) : Tetep kuning (<5 mg/dl)
protein Total dalam sampel dan diukur dengan (+1) : Kuning kehijau – hijauan (30 mg/dl)
menggunakan Fotometer dengan panjang gelombang (+2) : Hijau kekuning-kuningan (100 mg/dl)
546 nm. (+3) : Hijau muda (300 mg/dl)
(+4) : Hijau tua (>2000 mg/dl)
Blanko Standar Sampel
4. Hasil dan Pembahasan
Standar - 20 ul - Setelah dilakukan penelitian protein urin dapat
diketahui dengan Carik Celup berdasarkan pH karena
Serum - - 20 ul adanya protein. Indikator tertentu dapat menunjukan
larutan protein memeliki pH tertentu. Derajat perubahan
Larutan 1.000 ul 1.000 ul 1.0000 ul warna tertentu oleh kadar protein dalam cairan,
kerja sehingga perubahan warna itu menjadi ukuran semi
kuantitatif pada protein urin. Daerah ini berubah kuning
Dicampur sampai homogen. Diinkubasi selama 5 menit jika protein negatif tetapi akan berubah menjadi hijau
pada suhu 370C. diukur Kadar protein total pada tergantung pada konsentrasi protein yang ada.
fotometer dengan panjang gelombang 564 nm. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan urin
modifikasi yakni dengan konsentrasi 30 mg/dl, 100
3.5.4 Pembuatan Urin Positif Protein mg/dl, 300 mg/dl, dan 2000 mg/dl. Dengan cara
Disiapkan urin sewaktu. Disiapkan serum yang memasukan rumus V1 . N1 = V2 . N2 dan perbandingan
sudah diketahui kadar proteinnya, kemudian urin dengan serum yang telah diketahui konstentrasinya,
ditambahkan serum kedalam urin sesuai rumus V1 x N1 konsetrasi serum yang didapatkan yaitu 5900 mg/dl
= V2 x N2. Masukan masing – masing 5 ml kedalam kemudian barulah dicampur dengan urin.
tabung reaksi. Pada larutan Bang adanya protein dalam urin dapat
diketahui berdasarkan timbulnya kekeruhan. Derajat
3.5.5 Prosedur kerja Pemeriksaan Urin Metode Bang kekeruhan ini menjadi satu ukuran jumlah protein yang
Prinsip : Protein urin dalam suasana asam akan ada. Prinsip dari metode ini adalah protein dalam
membentuk endapan atau gumpalan bila dipanaskan. suasana asam lemah apabila dipanaskan akan
Dimasukan 5 ml urin kedalam tabung reaksi. mengalami denaturasi dan terjadi endapan.
Ditambah 0,5 ml reagen Bang. Kemudian dipanaskan
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan protein urine metode bang
selama 5 menit/20 detik. Dilihat kekeruhan yang
terbentuk. (Ani riyani, 2018)
Interpretasi hasil :
(-) Tidak ada kekeruhan (<10 mg/dl)
(+) Kekeruhan sedikit(tanpa butir – butir)
(10 – 50 mg/dL)
( ++ ) Kekeruhan jelas (berbutir)
(50 – 200 mg/dL)
( +++ ) Kekeruhan hebat dan (berkeping – keping)
(200 – 500 mg/dL) Dari tabel 4.1 diketahui bahwa tidak adanya
perubahan hasil protein total metode bang selam sampel
urin ditunda baik pada suhu 270C dan 60C. Hasil ini

4 JAB – STABA | VOL.03 NO.02 | Agustus 2019


relatif stabil dalam penundaan selama 6 jam. Begitupula Daftar Pustaka
pemeriksaan protein urin metode cari celup, tidak
adanya perubahan hasil protein urin yang di tunda DR. Ani Riyani, M.Kes, 2018. Penuntun Praktikum
selama 6 jam seperti yang tertera pada tabel 4.2 Kimia Klinik I. Untuk Mahasiswa Analis
Kesehatan.Bandung.
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan protein urine metode carik
celup
DR. Ani Riyani, M.Kes, 2018. Penuntun Praktikum
Kimia Klinik II. Untuk Mahasiswa Analis
Kesehatan.Bandung.

Bandiyah, 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan


Gennoritik. Nuha Medika. Gejala dan tanda gagal
ginjal akut. Yogyakarta.

Baron.D.N., 1990.Kapita Selekta Patologi Klinik. Buku


Pada pelaksaan dilapangan untuk pemeriksaan Kedokteran EGC : Jakarta.
proteinuria metode carik celup dapat digunakan karena
metode ini relatif mudah cepat dan tidak memerlukan Bawazier LA.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (5th ed).
urin yang banyak dan metode bang digunakan sebagai Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
konfirmasi untuk hasil – hasil yang meragukan, karena Siti S, editors. Jakarta: Interna Publishing, 2009; p.
pada metode carik celup menggunakan cara kerja 956-61.
enzimatik yang sangat sensitif terhadap kondisi
lingkungan diantaranya perubahan suhu. Karena enzim Bawazier, LA., 2006, Proteinuria dalam : Buku Ajar
itu adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat Ilmu Penyakit Dalam FKUI, edisi ke-4 jilid 1 : 519,
menyebabkan terjadinya proses denaturasi, apabila Jakarta : Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit
terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif enzim akan Dalam.
terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif
enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun Berhrman, dkk. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson.
akan menurun. Faktor yang dapat mempengaruhi Volume 3. EGC : Jakarta.
temuan laboratorium :
1. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh hematuria Bintang M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta :
(kencing berdarah), pengaruh obat, urin yang Erlangga.
sangat basa (pH > 8)
2. Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh urin yang
Davey, Pacrick, 2005, Medicine at a Glance, Erlangga
sangat encer, urine sangat asam (pH dibawah
ISBN 979-741-994-0 : Jakarta.
Sedangkan pada metode Bang cara kerja atau perubahan
yang terjadi adalah perubahan kimia yang bersifat tetap
Froom, P dkk. 2000. Stabilitiy Of Common Analytes in
baik ditunda dan disimpan pada suhu 27C atau suhu Urine Refrigerated for24 h Before Auotomated
6C. Analysis by Tes Strip. Clinical chemistry.
Pada pemeriksaan carik celup tidak terjadi
Gandasoebrata, R. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian
perubahan hasil dengan adanya pengaruh waktu
Rakyat: Jakarta. 2007.
penyimpanan dan suhu pada pemeriksaan, karena suhu
yang di pilih tidak berpengaruh pada pemeriksaan
protein serta pH pada urin tetap stabil yaitu 5,0. Karena Hardjoeno, H., & Fitriani. 2007. Substansi dan cairan
pH pun berpengaruh pada protein urin metode carik tubuh. Makassar : Lembaga Penerbitan Universitas
celup. Stabilitas pH pada protein urin yaitu 4,5 – 8,0. Hasanudin (LEPHAS).

Hawab HM. 2007. Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta :


5.Kesimpulan
Erlangga.
Berdasaran penelitian tentang pemeriksaan protein
urin metode Bang dan metode Carik celup didapatkan Kus Irianto, 2005. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia
hasil tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pada untuk Paramedis, Yrama Widya, Bandung.
urin dengan variasi suhu 27°C dan suhu 6°C dengan
penundaan 0 jam, 1 jam, 3 jam, dan 6 jam hasil masih Mulyati, 2009. Perbandingan Hasil Pemeriksaan
tetap stabil pada metode bang maupun metode carik Proteinuria Menggunakan Tes Strip dan Presipitasi
celup. Asam Sulfosalisilat 20% di Laboratorium
Puskesmas. Universitas Muhammadiyah Semarang.

JAB – STABA | VOL.03 NO.02 | Agustus 2019 5


Mutma Inna, 2017 “Perbedaann Pemeriksaan Protein
Urin Positif dan Berat Jenis Urin Yang Diperiksa
Secara Langsung dan Tunda 2 jam”, Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Pramitha Galuh Ajeng Pradana, 2015. Alat Pemeriksaan


Carik Celup Urine (Reflactan). Politeknik
Kesehatan Surabaya.

Purnomo, B.B. 2007. Dasardasar Urologi. Cetakan


ketiga, Informedika, Jakarta.

RI Kesehatan. Infodatin Pusat Data dan Informasi


Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI: Penyebab
Kematian Ibu, 2014.

Syafe’i Amd.Ak, 2013, Kimia Klinik. Untuk Analis


Kesehatan. Tangerang.

Sibai BM. Preeclampsia and Hypertensive Disorders


(7th ed). Obstetrics: Normal and Problem
Pregnancies. Elsevier Inc, 2016; p. 661-705.e3.

Setiadi, 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha


Ilmu: Yogyakarta.

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa


Kehamilan. Salemba Medika : Jakarta.Susan King
Strasinger, Marjorie Schaub Di Lorenzo,
2017.Urinalisis dan Cairan Tubuh. Edisi 6. EGC :
Jakarta.

6 JAB – STABA | VOL.03 NO.02 | Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai