Anda di halaman 1dari 4

1.

Indikasi kuat terjadinya gagal ginjal ditunjukkan dengan keadaan proteinuria yaitu

adanya protein didalam urine >150 mg dalam 24 jam (Ariffriana et al, 2016).

Proteinuria menunjukkan adanya kegagalan fungsi dari ginjal sebagai filter

dalam menyaring urine (Sernita dan Firdayanti, 2016). Pemeriksaan protein urine

konvensional secara umum menggunakan 2 metode pemeriksaan yaitu

metode carik celupdan metode asam asetat 6%.Kelebihan menggunakan metode

carik celup pada pemeriksaan protein urine praktis,cepat, dan spesifik sedangkan

kekurangannya yaitu hanya sensitif terhadap albumin sedangkan globulin

dan protein bence jones dalam urine tidak akan terdeteksi menggunakan carik

celup (Gandasoebrata, 2013). Kelebihan pemeriksaan protein urine metode

pemanasan dengan asam asetat 6% yaitu cukup peka mendeteksi protein urine

hingga konsentrasi terendah yakni 0,004% serta sensitif terhadap semua

jenis protein mulai dari albumin, globulin, dan protein bence jones. Metode

pemanasan dengan asam asetat 6% juga memiliki kekurangan yaitu

pemeriksaan protein urine tidak dapatdiperiksa pada urine yang encer,

karena urine encer memiliki berat jenis rendah (Gandasoebrata, 2013).

2. Akan tetapi, metode yang sering digunakan bagi tenaga kesehatan adalah metode

mikrohematokrit dikarenakan lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan metode

makrohematokrit yang pemeriksaannya membutuhkan sampel yang banyak dan waktu

yang lama. Metode pemeriksaan secara mikrohematokrit berprinsip pada darah

dengan antikoagulan disentrifus dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga

sel darah dan plasma terpisah dalam keadaan rapat. Presentase volume kepadatan sel

darah merah terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan

hematokrit (Ernawati, 2019) (Medik, 2020)

3. Keberadaan protein dalam urin secara sederhana dapat di deteksi menggunakan uji
asam asetat dengan metode osgood. Hasil pengujian ini akan menunjukkan secara
jelas keberadaan dan protein urin secara kualitatif. Ada dua metode yang digunakan
dalam analisis protein yaitu Metode carik celup dan osgood. Carik celup hanya
sensitif terhadap albumin saja. Globulin-globulin termasuk protein bence Jones tidak
dapat dinyatakan oleh carik celup. Selain itu pengaruh konsentrasi garam- garam
dalam urin dan keasaman urin berbeda untuk tes kekeruhan dan tes memakai carik
celup. Pemeriksaan protein pada urin dengan metode osgood cukup karena protein
dapat dinyatakan dengan tes ini karena tes ini lebih sensitif jika untuk memeriksa
protein Bence Jones (Darmojo,2014).
4. Metode Asam asetat dapat mengukur adanya kandungan protein dalam urin dimana
pemberian asam asetat dapat mencapai titik isoelektrik protein, dengan pemanasan
mengakibatkan denaturasi dan terjadi presipitasi, proses presipitasi dibantu oleh
garam-garam yang telah ada dalam urin (Guyton,2015)
5. Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli kertas seluloid
yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan diperiksa.
Urinee Dip merupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosa berbagai penyakit. Uji
kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah : glukosa, protein, bilirubin,
urobilinogen, pH, berat jenis, blood, keton, nitrit, dan leukosit esterase.
Gambar 2.1 Strip Reagen = nama lain dipstick = metode carik celup 12 1.
Pemeriksaan Urinee Metode Carik Celup a) Pemeriksaan Keasaman (pH) Urinee
Metode Carik Celup Gambar 2.2 Ph level Prinsip : Kombinasi indikator methyl red
dan bromthymol blue yang terkandung pada carik memungkinkan perubahan warna
carik sesuai dengan pH urine. Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan
oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urine.
Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH
bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah
makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urinee
pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit
gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urinee. Urinee yang
diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah
menjadi basa. Urinee basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap
albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urinee, seperti eritrosit, silinder
yang akan mengalami lisis. pH urinee yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh
adanya infeksi. Urinee dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya
batu asam urat. 13 Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi ph
urinee : a. pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran
kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia),
terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi. b. pH asam : ketosis
(diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali pada
gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman
urinee dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman Urine yang diperiksa
haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi
basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap
albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder
yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh
adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya
batu asam urat.

Pemeriksaan protein urine metode pemanasan dengan menggunakan asam


asetat 6%. Prinsip pemeriksaan protein urine menggunakan metode ini adalah
protein yang terdapat didalam urine jika dipanaskan terjadi presipitat ditandai dengan
kekeruhan dengan penambahan asam asetat 6% akan mencapai titik isoelektrik. Titik
isoelektrik adalah suatu titik pada pH tertentu yang membuat suatu zat tidak memiliki
muatan sehingga mudah terpresipitat atau terpisah.Kelebihan pemeriksaan protein
urine menggunkan metode pemanasan dengan asam asetat 6% yaitu cukup peka
karena dapat mendeteksi protein urine hingga konsentrasi yang terendah yaitu 0,004%
serta dapat mendeteksi albumin, globulin, dan protein bence jones. Kekurangan
pemeriksaan protein urine menggunakan metode asam asetat 6% yaitu tidak
dapat dilakukan pada urine yang encer karena urine encer mempunyai berat jenis rendah
(Gandasoebrata, 2013).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Protein Urin a. Kerusakan Fungsi Ginjal b. Stress
Sesorang yang stress juga bisa memicu terjadinya hipertensi. Hal tersebut dikarenakan kinerja
kreatinin sebagai pengatur kadar protein urine akan tidak stabil, sehingga mengakibatkan
fungsi ginjal kesusahan untuk menetralkan protein urine. Untuk menghindari stress bias
dilakukan dengan berbagi masalah kepada sahabat atau orang-orang terdekat (Bandiyah,
2009). c. Preeklampsia Sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan
darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya kerusakan ginjal yang
ditunjukan oleh tingginya kadar protein pada urine (proteinuria). d. Hipertensi Hipertensi
merupakan penyakit yang sering kali dijumpai pada Ibu hamil, di mana akan ditemukan
kelainan seperti peningkatan tekanan dalam darah. Pada 9 pemeriksaan tekanan darah
diastole dan sistolik > 140/90 mmHg, sekurang-kurangnya pemeriksaan ini dilakukan dua
kali dalam selang waktu 4 jam. e. Obat-obatan Obat-obatan yang dapat mengganggu fungsi
ginjal seperti toksisitas obat aminoglikosida dan toksisitas bahan kimia. 2.3.3 Pemeriksaan
Protein Urin 1. Pemeriksaan Kualitatif a. Pemeriksaan Protein Dengan Metode Pemanasan
Asam Asetat 6% Gambar 2.2 Reagen asam asetat 6% Pemeriksaan protein urine metode asam
asetat 6% ini protein dalam koloid akan dipresipitasikan. Penambaha asam asetat bertujuan
untuk mendekati atau mencapai titik isoelektrik protein. Selanjutnya proses pemanasan
bertujuan untuk melakukan denaturasi sehingga akan terjadi presipitasi. Proses presipitasi
dibantu dengan adanya garam-garam yang sudah ada dalam urine (Gandasoebrata, 2007). 10
Adapun prosedur yang dilakukan yaitu: 1. Alat: a. Tabung reaksi. b. Api spiritus. c. Penjepit
tabung. d. Wadah urin. e. Korek api. 2. Bahan: a. Asam asetat 6%. b. Urin. 3. Cara kerja: a.
Memasukkan urin dalam tabung reaksi sebanyak 2,5 ml. b. Memanaskan di atas api bunsen
menggunakan penjepit tabung hingga mendidih. c. Menetesi asam asetat 3 tetes d. Diamkan
1-3 menit. e. Dikatakan negative apabila kekeruhan hilang . 4. Cara penilaiannya: a. Negatif
(-): tidak ditemukan kekeruhan. b. Positif +/1+: terdapat kekeruhan ringan tanpa butir-butir.
c. Positif ++/2+: terdapat kekeruhan yang mudah dilihat yang berbentuk seperti butir-butir

Anda mungkin juga menyukai