Anda di halaman 1dari 10

1.

Pemeriksaan Urinee Metode Carik Celup


a) Pemeriksaan Keasaman (pH) Urinee Metode Carik Celup

Gambar 2.2 Ph level

Prinsip : Kombinasi indikator methyl red dan bromthymol blue yang


terkandung pada carik memungkinkan perubahan warna carik sesuai
dengan pH urine.
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus
ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urine.
Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari
4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi
makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang
basa menjelang makan berikutnya. Urinee pagi hari (bangun tidur) adalah
yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan
keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urinee. Urinee yang
diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan
berubah menjadi basa. Urinee basa dapat memberi hasil negatif atau tidak
memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen
urinee, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urinee yang
basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urinee dengan pH
yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi ph
urinee :
a. pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran
kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan
ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
b. pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak),
asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis
respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urinee dan
meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman

Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu


lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi
hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur
mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami
lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi.
Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu
asam urat.
b) Pemeriksaan Glukosa Urinee Metode Carik Celup

Gambar 2.3 standar warna pemeriksaan urine metode carik celup

Prinsip : D-glukosa oleh enzim glukosa oksidase diubah menjadi D-


glukonolakton dan H2O2. H2O2 yang erbentuk akan mengoksidasi
kromogen membentuk senyawa berwarna coklat.
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus
muncul dalam urine (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan
gula dalam urine) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya
reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes
mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan
peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak
selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urinee, reagen strip diberi enzim
glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna. Darah
disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil
penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (mis. urea), elektrolit
(mis. natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian
dialirkan ke tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat
yang diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak
diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urine.
Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat
dalam urine (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula
dalam urine) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa
darah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi
tubulus yang menurun.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji dipstick adalah :
a. Hasil uji positif palsu dapat disebabkan oleh : bahan pengoksidasi
(hidrogen peroksida, hipoklorit, atau klorin) dalam wadah sampel urine,
atau urinee yang sangat asam (pH di bawah 4)
b. Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh : pengaruh obat (vitamin C,
asam hogentisat, salisilat dalam jumlah besar, asam
hidroksiindolasetat), berat jenis urinee > 1,020 dan terutama bila
disertai dengan pH urinee yang tinggi, adanya badan keton dapat
mengurangi sensitivitas pemeriksaan, infeksi bakteri.
c) Pemeriksaan Urobilinogen Urine Metode Carik Celup
Prinsip : Urobilinogen dengan para-aminobenzaldehide dalam suasana
asam akan terbentuk senyawa azo yang berwarna merah Empedu yang
sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area
duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen.
Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar
kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang
menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam
urinee oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urinee terjadi bila fungsi
sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran
gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan
rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin
berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun),
kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar,
keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi
usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urinee
menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati
yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit
inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau
dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat
mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
Urobilinogen Urine :
Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi
mencapai area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen. Sejumlah besar urobilinogen berkurang di faeses, sejumlah
besar kembali ke hati melalui aliran darah; di sini urobilinogen diproses
ulang menjadi empedu, dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan oleh
ginjal ke dalam urine.
Ekskresi urobilinogen ke dalam urinee kira-kira 1-4 mg/24jam.
Ekskresi mencapai kadar puncak antara jam 14.00 – 16.00, oleh karena itu
dianjurkan pengambilan sampel dilakukan pada jam-jam tersebut.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
1. Reaksi positif palsu
a) Pengaruh obat : fenazopiridin (Pyridium), sulfonamide, fenotiazin,
asetazolamid (Diamox), kaskara, metenamin mandelat
(Mandelamine), prokain, natrium bikarbonat, pemakaian pengawet
formaldehid.
b) Makanan kaya karbohidrat dapat meninggikan kadar urobilinogen,
oleh karena itu pemeriksaan urobilinogen dianjurkan dilakukan 4
jam setelah makan.
c) Urinee yang bersifat basa kuat dapat meningkatkan kadar
urobilinogen; urinee yang dibiarkan setengah jam atau lebih lama
akan menjadi basa.
2. Reaksi negatif palsu
a. Pemberian antibiotika oral atau obat lain (ammonium klorida,
vitamin C) yang mempengaruhi flora usus yang menyebabkan
urobilinogen tidak atau kurang terbentuk dalam usus, sehingga
ekskresi dalam urinee juga berkurang.
b. Paparan sinar matahari langsung dapat mengoksidasi urobilinogen
menjadi urobilin.
c. Urinee yang bersifat asam kuat.
d) Pemeriksaan Blood Urinee Metode Carik Celup
Prinsip: H2O2 oleh peroksidase yang ada pada Hb membentuk On dan
H2O. On yang terbentuk akan mengoksidasi benzidin (kromogen)
membentuk senyawa berwarna hijau biru.
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik
untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik
celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat
peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi
hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan
hasil tidak sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urinee.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urinee
yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam
urinee juga dapat terjadi karena urinee encer, pH alkalis, urinee didiamkan
lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan
ke dalam pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot
skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin
memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus
dan diekskresi ke dalam urine.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1. Hasil positif palsu dapat terjadi bila urinee tercemar deterjen yang
mengandung hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang
mengandung peroksidase.
2. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urinee mengandung vitamin C
dosis tinggi, pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein
konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.
3. Urinee dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil
positif.
e) Pemeriksaan Keton Urinee Metode Carik Celup
Prinsip: Natriumnitroprusid sebagai oksidator kuat dengan asam
acetoasetat dan aseton yang bersifat basa membentuk senyawa yang
berwarna violet.
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat)
diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat
digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan
bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama untuk otot
jantung dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan
keton sudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urinee, dan
apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui
batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urinee
terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat
(kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah
karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal),
gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh
mengambil kekurangan energi dari lemak atau protein, febris.
Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat,
dan asam β-hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak
dan asam lemak yang berlebihan. Badan keton diproduksi ketika
karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang
disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat (mis.Diabetes
melitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan,
diet tidak seimbang : tinggi lemak – rendah karbohidrat), gangguan
absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi
glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.
Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis
sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3)
dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton
serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dl.
Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke
dalam urine. Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma
atu serum, kemudian baru urine. Ketonuria (keton dalam urine) terjadi
akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urinee terutama adalah
aseton dan asam asetoasetat.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium :
a. Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan
positif palsu. Obat tertentu (Lihat pengaruh obat)
b. Urine disimpan pada temperature ruangan dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan hasil uji negaif palsu
21

c. Adanya bakteri dalam urine dapat menyebabkan kehilangan asam


asetoasetat
d. Anak penderita diabetes cenderung mengalami ketonuria daripada
penderita dewasa

Penundaan waktu pemeriksaan urine adalah pemeriksaan urinealisis


yang dilakukan lebih dari 1 jam setelah pengambilan sampel. Namun seringkali
22

dengan banyaknya sampel urine yang harus diperiksa dan kondisi lain yang
menyebabkan terjadinya penundaan pemeriksaan. Dari dua penelitian
sebelumnya penundaan pemeriksaan urinealisis mengakibatkan perubahan
hasil pada parameter berat jenis, pH, blood, keton, glukosa dan urobilinogen
pada urine.
Dengan kriteria objektif :
a. Berpengaruh : Bila pemeriksaan sampel kimia urine yang di tunda selama 2
jam sebelum pemeriksaan mempunyai hasil yang berbeda dengan
pemeriksaan langsung (tanpa penundaan).
b. Tidak berpengaruh : Bila hasil pemeriksaan kimia urine menunjukan hasil
yang sama dengan pemeriksaan langsung (tanpa penundaan).
Nilai normal pemeriksaan kimia urine :
 BJ (Berat Jenis), Normal : 1.003-1.030
 pH, Normal : 6-8
 Glukosa, Nomal : Negatif
 Keton, Normal : Negatif
 Protein, Normal : Negatif
 Bilirubin, Normal : Negatif
 Urobilinogen, Hanya ditulis Normal atau Abnormal, umumnya
Normal
 Urobilin, Normal : Negatif
 Lekosit Esterase, Normal : Negatif
 Blood (darah samar), Normal : Negatif
 Nitrit, Normal : Negatif

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/235/1/KARYA%20TULIS%20ILMIAH%20-
%20LINDA%20HARDIYANTI%20SYARIF%20%28P00320013118%29.pdf
23

Anda mungkin juga menyukai