Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan protein urine adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk


menilai jumlah protein yang terdapat dalam urine. Jika ternyata diketahui terdapat kelebihan
protein dalam urine, hal ini dapat mengindikasikan penyakit tertentu, khususnya kelainan
pada ginjal.

Pemeriksaan reduksi urine adalah pemeriksaan uji laboratorium untuk mengetahui


kadar gula pada pasien. Protein urine merupakan pemeriksaan uji laboratrium untuk
mengetahui adanya protein didalam urine. Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk
mengetahui kondisi kesehatan pada ibu hamil.

Mengetahui golongan darah untuk setiap individu sangatlah penting dalam


pentranfusian darah. Dalam kenyataan sehari-hari, di Indonesia masih sangat banyak orang
yang tidak pernah memeriksa golongan darahnya. Banyak di antara kita yang asal menebak
golongan darah ketika harus mengisi data resmi seperti di KTP (Kartu Tanda Penduduk).
Sesungguhnya hal ini sangat berbahaya. Jika di suatu saat kita membutuhkan darah donor,
ketidakcocokan darah kita dengan darah donor bisa menimbulkan efek fatal kematian.

Hemoglobin dalam darah berfungsi untuk membawa oksigen dari paru-paru ke


seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru- paru
untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai menerima, menyimpan dan
melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Adapun manfaat hemoglobin bagi ibu hamil
diantaranya untuk mengetahui kadar sel darah merah pada ibu hamil. Kadar hb normal pada
saat hamil 11 gr % dan apabila hb > 11 gr % maka ibu hamil tersebut mengalami anemia.

VCT atau voluntary counselling and testing adalah layanan konseling dan tes HIV
yang dilakukan secara sukarela (KTS). Layanan ini bertujuan untuk membantu pencegahan,
perawatan, dan pengobatan bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Orang Dengan
HIV/AIDS.

PMTCT (Prevention of Mother to Child HIV Transmission) merupakan upaya yang


dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi dengan cara
pencegahan penularan HIV dengan memberikan konseling pranikah, mendapatkan informasi
HIV/AIDS dan seks bebas, cara pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu

1
HIV positif, pencegahan penularan HIV dari hamil positif ke janin yang dikandungnya.
Sehingga PMTCT dapat mencegah penularan HIV dari ibu yang HIV ke bayi serta
mengurangi dampak epidemik HIV terhadap ibu dan bayi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari protein urine ?

2. Apa pengertian dari reduksi urine ?

3. Apa yang di maksud golongan darah ?

4. Apa Pengertian dari Hemoglobin ?

5. Apa Pengertian dari VCT ?

6. Apa pengertian dari PMTCT ?

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami tentang protein urine.

2. Mengetahui dan memahami tentang reduksi urine.

3. Mengetahui dan memahami tentang golongan darah.

4. Mengetahui dan memahami tentang hemoglobin.

5. Mengetahui dan memahami tentang CVT.

6. Mengetahui dan memahami tentang PMTCT.

2
.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 protein urine

Pemeriksaan protein urine adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai
jumlah protein yang terdapat dalam urine. Jika ternyata diketahui terdapat kelebihan
protein dalam urine, hal ini dapat mengindikasikan penyakit tertentu, khususnya kelainan
pada ginjal. Pengambilan Sampel untuk Pemeriksaan Protein Urine Pemeriksaan protein
urine terdiri dari 2 jenis, yakni pemeriksaan urine sewaktu dan pemeriksaan urine 24 jam.
Pemeriksaan urine 24 jam ini dilakukan pada sampel urine yang terkumpul dalam waktu
24 jam terakhir. Prosedur pengambilan sampel bisa dilakukan di laboratorium maupun di
rumah. Dalam pemeriksaan urine acak, kadar normal protein dalam urine berkisar antara
0–20 mg/dL. Sementara untuk pemeriksaan protein urine 24 jam, nilai normalnya adalah
kurang dari 80 mg/dL.

Langkah-langkah pengambilan sampel dilakukan dengan cara berikut:

1. Cuci tangan sampai bersih.


2. Bersihkan organ kelamin dengan tisu pembersih yang diberikan dokter. Bagi pria,
bersihkan bagian lubang saluran kemih di ujung penis. Sementara bagi wanita,
usapkan tisu pembersih dari arah vagina menuju anus.
3. Saat buang air kecil, buanglah urine di wadah steril khusus yang sudah disediakan.
Usahakan agar tidak menyentuh bagian dalam wadah sampel karena dapat
menyebabkan kontaminasi.
4. Tes urine acak bisa dilakukan setiap saat. Namun, jika dilakukan di rumah, lakukanlah
pengambilan dan penyimpanan sampel sesuai arahan dokter atau petugas laboratorium.
5. Saat sampel urine telah terkumpul, biasanya petugas laboratorium akan menuliskan
nama Anda beserta tanggal dan waktu pengambilan sampel urine. Anda kemudian bisa
diminta untuk mencocokkan nama agar tidak terjadi kesalahan dalam pemeriksaan
urine.
6. Bila sampel urine dikumpulkan di rumah dan tidak memungkinkan untuk segera
dibawa ke laboratorium, simpanlah wadah sampel di kulkas atau wadah tertutup berisi

3
es. Dalam 24 jam setelah pengambilan sampel, sampel urine harus dibawa ke
laboratorium untuk dianalisis.

Penyebab protein urine tinggi Melansir Mayo Clinic, fungsi ginjal untuk menyaring
produk limbah dari darah dan mempertahankan zat yang dibutuhkan tubuh. Namun,
beberapa penyakit dan kondisi menyebabkan protein bisa menembus filter ginjal.
Umumnya, protein urine bakal naik untuk sementara saat tubuh kekurangan cairan, stres,
kedinginan, demam, dan olahraga berat. Namun, protein urine tinggi di atas umumnya

tidak terkait dengan gangguan pada ginjal.

Beberapa masalah kesehatan dan kondisi yang bisa jadi penyebab protein urine tinggi
berkepanjangan serta terkait dengan penyakit ginjal, antara lain:

1. Amiloidosis atau penumpukan protein abnormal di organ tubuh


2. Efek samping obat anti-peradangan nonsteroid
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit diabetes
5. Infeksi lapisan dalam jantung atau endokarditis
6. Peradangan pada filter ginjal atau glomerulonefritis
7. Penyakit jantung
8. Gagal jantung
9. Tekanan darah tinggi
10. Penyakit limfoma hodgkin
11. Penyakit berger atau radang ginjal karena penumpukan antibodi imunoglobin A
12. Infeksi ginjal
13. Lupus
14. Malaria
15. Mieloma multipel
16. Sindrom nefrotik karena kerusakan pembuluh darah filter ginjal
17. Preeklamsia Kehamilan
18. Penyakit radang sendi atau rheumatoid arthritis Sarkoidosis atau penyakit peradangan
di sejumlah bagian tubuh Penyakit anemia sel sabit

4
2.2 reduksi urine

Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan rutin yang


selalu dilakukan di klinik. Hasil (+) menunjukkan adanya glukosuria. Beberapa hal
yang perlu diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:

1) Gunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk
menegakkan diagnosis.
2) Nilai (+) sampai (++++).
3) Jika reduksi (+) masih mungkin oleh sebab lain, seperti renal glukosuria, obat-
obatan, dan lainnya.
4) Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200-300 mg %
5) Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300-400 mg %
6) Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg%.
7) Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan.
8) Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.
a. Pemeriksaan Reduksi Urine dengan Metode Benedict

Pemeriksaan glukosa urine metode Benedict memanfaatkan sifat glu kosa sebagai
zat pereduksi. Reagen Benedict mengandung garam cupri dimana jika ditambahkan
urine yang mengandung glukosa dan dipanaskan maka akan berubah menjadi cupro
dengan ditandai dengan adanya peruba han warna dan kekeruhan pada reagen
tersebut. Prinsip pemeriksaan reduksi urine dengan metode Benedict berupa glukosa
dalam urine akan mereduksi cuprisulfat menjadi cuprusulfat yang terlihat dengan
perubahan warna dari larutan Benedict.

Interpretasi hasil:
• Negatif (-): warna biru jernih karena tidak ada perubahan warna pada reagen
Benedict
• Positif (1+) setara dengan 50-100 mg/dl.: warna hijau kekuningan agak keruh
• Positif (2+) setara dengan 100-150 mg/dL.: warna kuning keruh Positif (3+)
setara dengan 200-350 mg/dL.: warna jingga atau lumpur keruh

5
• Positif (4+) setara dengan > 350 mg/dL.: warna merah bata keruh

Faktor yang mempengaruhi hasil pada pemeriksaan reduksi urine de ngan metode
Benedict, yaitu uji glukosa urine metode ini kurang spesifik karena ada beberapa
zat yang dapat menyebabkan hasil positif palsu, antara lain fruktosa, sukrosa,
galaktosa, pentose, laktosa, formalin, glukoronat serta pengaruh obat antara lain
streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C. Hal ini karena vitamin C adalah
asam askorbat yang dapat merreduksi cuprisulfat menjadi cuprosulfat, selain itu
pemanasan yang terlalu lama dan hasil reaksi yang tidak segera dibaca
menyebabkan hasil menjadi positif lebih tinggi.

b. Pemeriksaan Reduksi Urine dengan Metode Fehling


Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian yaitu Fehling A yang berisi larut
pengaruh obat antara lain streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C. Hal ini
karena vitamin C adalah asam askorbat yang dapat merreduksi cuprisulfat menjadi
cuprosulfat, selain itu pemanasan yang terlalu lama dan hasil reaksi yang tidak
segera dibaca menyebabkan hasil menjadi positif lebih tinggi.
Pemeriksaan Reduksi Urine dengan Metode Fehling Pereaksi Fehling terdiri
dari dua bagian yaitu Fehling A yang berisi larut an CuSO4 dan Fehling B yang
berisi campuran larutan NaOH dan kalium tartrat. Prinsip pemeriksaan reduksi
urine dengan metode Fehling yaitu dalam suasana alkali, glukosa mereduksi cupri
menjadi cupro kemudian membentuk Cu20 yang mengendap dan berwarna merah.
Interpretasi hasil:
• Negatif (-): warna biru atau hijau keruh
• Postifi (1+): larutan hijau agak kuning keruh
• Positif (2+): larutan kuning kehijauan dengan endapan kuning
• Positif (3+): larutan kuning kemerahan dengan endapan kuning merah
• Positif (4+): larutan merah jingga sampai merah bata
Faktor yang mempengaruhi hasil pada pemeriksaan Fehling yaitu pada reagen
Fehling mengandung basa kuat (KOH), karena adanya basa kuat tersebut
menyebabkan positif palsu dimana semua reduktor terdeteksi sebagai glukosa.

2.3 golongan darah


1. Sejarah Penggolongan Darah

6
Pembagian golongan darah tidak lepas dari jasa besar seorang ilmuwan
berkebangsaan Austria, bernama Karl Landsteiner. Ia lahir di Wina, Austria 14 Juni
1868, anak seorang doktor hukum dan jurnalis terkenal yangmeninggal sejak Karl
berusia 6 tahun. Landsteiner menikah dengan HelenWlasto pada 1916. Penemuannya
mengenai klasifikasi golongan darah A,Bdan O menghantarkannya meraih nobel
dibidang kedokteran tahun 1930.Kemudian, Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli
—kolega Landsteiner— menemukan golongan darah AB.
Sejak kecil, Karl menyukai ilmu kedokteran dan biologi. Ia
memilihUniversitas kedokteran di Wina dan lulus tahun 1891.
Kemudian,memperdalam ilmu kimia selama lima tahun di Laboratorium Hantzch
diZurich. Pada tahun, 1896, Karl kembali ke Wina dan bekerja di Rumah SakitGruber
di Institut Higiene Wina. Karl yang keturunan Yahudi ini kemudianmenekuni
penyelidikan tentang kekebalan tubuh manusia dan penyakit.Sayangnya, Karl harus
pindah tugas menjadi dokter pembantu di DepartemenAnatomi dan Patologi di
Universitas Wina. Anehnya, Karl tidak menyukai halitu. Ia lebih menyukai bidang
lama yang ia tekuni.
Golongan darah adalah ciri khusus darah atas suatu individu karenaadanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran seldarah merah.
Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat(kemudian disebut
antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah. Karl Landsteiner menemukan 3
dari 4 golongan darah (yang kemudiandisebut sistem ABO) dengan cara memeriksa
golongan darah beberapa temansekerjanya. Percobaan sederhana itu dilakukan dengan
mereaksikan sel darahmerah dengan serum dari para donor.
Hasil percobaan itu menghasilkan dua macam reaksi (menjadi dasarantigen A
dan B, dikenal dengan golongan darah A dan B), dan satu macamtanpa reaksi (tidak
memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O).Kesimpulannya, ada dua macam
antigen A dan B di dalam sel darah merahyang disebut golongan A dan B, atau sama
sekali tidak ada reaksi yangdisebut golongan O.
Kemudian, Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli—kolegaLandsteiner—
menemukan golongan darah AB. Pada golongan darah AB, kedua antigen A dan B
ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah,sedangkan pada serum tidak
ditemukan antibodi.

7
Pada 24 Juni 1943, Karl meninggal karena serangan jantung saat ia bekerja di
laboratoriumnya. Perjuangannya di bidang ilmu pengetahuan tidak sia-sia, karena
sampai saat ini hasil temuannya masih digunakan olehmasyarakat seluruh dunia.

2. Macam-macam Sistem Penggolongan Darah


Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO
dan Rh. hanya saja lebih jarang dijumpai. Namun kami akan memberikannya
beberapa saja, diantaranya sebagai berikut.

3. Penggolongan Darah Berdasarkan Sistem ABO


Dalam sistem A-B-O dikenal 2 macam antigen, yaitu antigen A dan antigen B.
Golongan darah kita ditentukan oleh perpaduan gen yang diwariskan oleh ayah dan
gen yang diwariskan oleh ibu kita. Pewarisan gen yang menentukan golongan darah
mengikuti hukum Mendel. Jenis gen yang diwariskan itu disebut genotip (genotype),
terdiri dari genotip A, B, dan O.
Perpaduan gen O dan gen O menghasilkan golongan darah O.
Perpaduanbgen A dan gen O menghasilkan golongan darah A.
Perpaduan gen A dan gen A menghasilkan golongan darah A.
Perpaduan gen B dan gen O menghasilkan golongan darah B.
Perpaduan gen B dan gen B menghasilkan golongan darah B.
Perpaduan gen A dan gen B menghasilkan golongan darah AB.

Dengan kata lain:

8
 Jika kita bergolongan darah O. kita hanya mempunyai gen O.
 Jika kita bergolongan darah A, kita mungkin mempunyai gen A saja, atau mempunyai
gen A dan gen O
 Jika kita bergolongan darah B, kita mungkin mempunyai gen B saja, atau mempunyai
gen B dan gen 0.
 Jika kita bergolongan darah AB, kita mempunyai gen A dan gen B.
 Orang yang bergolongan darah A, jika menerima gen A dan gen A dari kedua
orangtuanya, disebut homozigot, jika menerima gen A dan gen O dari kedua
orangtuanya, disebut heterozigot. Orang yang bergolongan darah B, jika menerima
gen B dan gen B dari kedua orangtuanya, disebut homozigot: jika menerima gen B
dan gen O dari kedua orangtuanya, disebut heterozigot.
 Orang yang bergolongan darah O hanya mewariskan gen O untuk keturunannya.
 Orang yang bergolongan darah A bisa mewariskan gen A atau gen O untuk
keturunannya.
 Orang yang bergolongan darah B bisa mewariskan gen B atau gen O untuk
keturunannya.
 Orang yang bergolongan darah AB bisa mewariskan gen A atau gen B untuk
keturunannya.

Oleh karena itu:

A. Orangtua golongan O dan O, menghasilkan anak golongan O.


B. Orangtua golongan O dan A, menghasilkan anak atau golongan A.
C. Orangtua golongan O dan B, menghasilkan anak golongan O atau golongan B.
D. Orangtua golongan O dan AB, menghasilkan anak golongan A atau golongan B.
E. Orangtua golongan A dan A. menghasilkan anak golongan A atau golongan O.
F. Orangtua golongan A dan B, menghasilkan anak golongan A atau golongan B atau
golongan AB atau golongan O.
G. Orangtua golongan A dan AB, menghasilkan anak golongan A atau golongan AB atau
golongan B.
H. Orangtua golongan B dan B. menghasilkan anak golongan B atau golongan O.
I. Orangtua golongan B dan AB, menghasilkan anak golongan A atau golongan AB atau
golongan B.

9
J. Orangtua golongan AB dan AB, menghasilkan anak golongan A atau golongan B atau
golongan AB.

Cara menentukan golongan darah dengan sistem ABO adalah sebagai berikut:

a. Ujung jari dibersihkan dengan kapas yg telah dibasahi alkohol 70%, jangan diusap
agar tetap steril.
b. Jarum dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi alkohol 70%, kemudian ditusuk
ke ujung jari dengan alkohol 70%, apabila darah telah di teteskan.
c. Pijit ujung jari agar darah mudah keluar, kemudian teteskan pada kaca objek A dan B.
d. Bersihkan kembali ujung jari dengan alkohol 70% apabila darah telah di teteskan.
e. Beri setetes serum anti A pada darah di kaca A dan serum anti B pada darah di kaca
B.
f. Campur tetesan darah yg telah diberi serum dan amati hasilnya.

Tentukan golongan darah berdasarkan keterangan berikut:

1. Jika darah di A menggumpal sedangkan di B tidak maka termasuk golongan darah A.


2. Jika darah di A tidak menggumpal sedangkan di B menggumpal maka termasuk
golongan darah B.
3. Jika darah di A dan B menggumpal maka termasuk golongan darah AB.
4. Jika darah A dan B tidak menggumpal maka termasuk golongan darah O

10
Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras.
Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi yang

11
berbeda-beda

4. Penggolongan Darah Berdasarkan Sistem MN


Sistem penggolongan darah MN, M. dan N didasarkan pada dua molekul
spesifik yang terletak pada permukaan sel darah merah. Orang-orang dengan
golongan darah M mempunyai satu dari kedua tipe molekul ini dan orang dengan
golongan darah N mempunyai tipe yang lainnya. Golongan MN dikarakterisasi oleh
adanya kedua molekul pada sel darah merah.
Sebuah lokus gen tunggal, dimana dua variasi alel bisa berada, menentukan
golongan-golongan darah ini. Individu M adalah homozigot untuk satu alel, individu
N adalah homozigot untuk alel yang lainnya. Kondisi heterozigot terdapat pada
golongan MN. Perlu diperhatikan bahwa fenotip MN bukanlah intermediet antara
fenotip M dan N, tetapi kedua fenotip tersebut secara sendiri-sendiri terekspresikan
oleh adanya kedua tipe molekul ini pada sel darah merah.
Golongan darah M, N, dan MN tidak menimbulkan penggumpalan pada darah
manusia, karena darah manusia tidak membentuk zat anti M dan anti N.
Penggumpalan akan terjadi apabila antigen tersebut (M, N. dan MN) disuntikkan ke
tubuh kelinci. Menurut penelitian, keberadaan antigen itu ditentukan oleh suatu gen
yang memiliki dua alel. Dengan demikian, golongan darah M memiliki genotip
LMLM; golongan darah N memiliki genotip LL; sedangkan golongan darah MN
memiliki genotip LL Bagaimanakah hubungannya dengan golongan darah ABO?
Ternyata, pada semua golongan darah ditemukan golongan darah golongan darah
MN. Jadi, golongan darah A ada kemungkinan memiliki golongan darah M, N. atau

12
MN. Demikian pula, golongan darah B dan 0. Misalnya, orang bergolongan darah A,
M mempunyai genotip I^I^. LLM. Golongan darah B, M memiliki genotip 11, LML
Golongan darah A, N memiliki genotip I^IA, LL", dan seterusnya.
5. Penggolongan Darah Berdasarkan Sistem Rhesus
Landsteiner dan Weiner tahun 1940 menemukan antigen sistem Rhesus pada
sel darah merah. Mula-mula mereka menyuntikkan sel darah monyet Rhesus pada
kelinci, ternyata serum kelinci yang telah disuntik atau diimunisasi tersebut,
mengandung zat anti atau antibody yang mengagglutinasikan (menggumpalkan) sel
darah merah, seperti pada 185% orang-orang Eropa, dan golongan darah mereka
kemudian disebut golongan Rhesus Positif (Rh Positif). Pada 15% sisanya, yang sel-
selnya tidak diagglutinasikan (tidak digumpalkan) disebut golongan Rhesus negatif
(Rh negatif).
Dalam sistem Rhesus tidak ada anti RH yang timbul secara alami. Bila dalam
tubuh seseorang ada zat anti, anti RH. pasti hal itu karena immunisasi. Proses
immunisasi memerlukan waktu, mungkin beberapa minggu setelah penyuntikan
antigen, sebelum zat antinya terbentuk dalam darah. Dalam sistem Rhesus telah
ditemukan beberapa macam antigen dan antigen yang utama, yaitu antigen D. Antigen
ini merupakan antigen yang kuat yang dapat menyebabkan komplikasi, berupa reaksi
transfusi hemolitik, yaitu reaksi hancurnya sel-sel darah merah. Pada bayi
menyebabkan penyakit Hemolytic disease of the newborn, yaitu bayi lahir kuning
atau bahkan bengkak di seluruh tubuh atau mungkin lahir meninggal.

Cara seseorang mendapatkan immunisasi antigen golongan darah adalah:

1. Transfusi darah. Seseorang yang mempunyai golongan Rhesus negatif ditransfusi


dengan golongan Rhesus positif, pada orang itu dapat berbentuk zat anti atau
antibody, yaitu anti-D.
2. Kehamilan. Wanita yang mempunyai golongan Rhesus negatif, menikah dengan
laki-laki yang mempunyai golongan Rhesus positif, kemudian hamil bayi golongan
Rhesus positif, pada wanita tersebut dapat berbentuk zat anti atau antibody, yaitu
anti-D.
Perlu diketahui bahwa adanya zat anti atau antibody dalam serum seseorang,
tidak dengan sendirinya mempengaruhi kesehatan seseorang tetapi keadaan ini
dapat menjadi buruk pada keadaan:
1. Transfusi darah, Bahaya timbulnya reaksi transfusi hemolitik.

13
2. Kehamilan, Bahaya timbulnya Hemolytic disease of the newborn pada bayi.

2.4 Hemoglobin

1. Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin (Hb) didefinisikan sebagai suatu kumpulan komponen pembetuk


sel darah merah yang dibentuk oleh sumsum tulang yang tujuannya berfungsi sebagai
alat transportasi 02 dari paru ke seluruh tubuh, serta membawa CO2 dari jaringan
tubuh ke paru. Kompenen yang ada dalam Hb diantaranya adalah protein, garam besi,
dan zat warna.

2. Tanda Gejala Hemoglobin Rendah

Tanda gejala yang biasanya dirasakan oleh seseorang mengalami Hb rendah,


diantaranya yaitu pucat, lemah, letih, lesu, nafas sesak, kepala pusing, nadi cepat,
irama jantung tidak teratur, nyeri dibagian dada, telinga berdengung.

3. Nilai Kadar Hemoglobin

Status anemia seseorang secara luas dapat ditentukan dengan mudah, caranya
yaitu dengan melakukan pengukuran kadar Hb dalam darah. Sampel darah bisa
diambil dari jari tangan atau kaki, namun untuk hasil yang akurat maka sampel darah
dapat diambil dari vena.

4.Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin

a.Perdarahan
Perdarahan kronis yang terjadi pada tubuh dapat menyebabkan seseorang
kehilangan sel darah merah secara perlahan-lahan. Dalam sel darah merah memiliki
sedikit kandungan Hb, sehingga jika terjadi adanya perdarahan maka dapat

14
menyebabkan anemia. Penyakit yang dapat menyebabkan terdiagnosa anemia
seseorang diantaranya berisiko yaitu hemoroid, gastritis, ulkus lambung, kanker
kolon, dan lain-lain.

b. Menstruasi
Wanita pada umumnya secara alami akan mengalami kejadian menstruasi tiap
bulannya. Namun, apabila wanita saat menstruasi mengeluarkan darah yang sangat
banyak maka akan berisiko mengalami anemia. Manarce adalah sebutan bagi wanita
yang mengalami menstruasi pertama kali. Menstruasi pertama dialami wanita pada
kisaran umur 9-16 tahun, dan akan berhenti sementara selama wanita tersebut
mengalami masa hamil, serta akan berhenti selamanya pada saat memasuki masa
menopause. Umumnya menstruasi berlangsung selama 4-5 hari, ada yang 3 hari, dan
ada juga yang berlangsung selama 7 hari. Normalnya siklus menstruasi terjadi 28-40
hari, akan dikatakan abnormal jika kurang dari 28 hari atau lebih dari 40 hari.

c. Konsumsi zat besi (Fe)


Zat besi adalah jenis mineral yang dibutuhkan sumsum tulang saat
memproduksi Hb dalam darah. Anemia dapat terjadi ketika rendahnya asupan zat besi
seseorang didalam tubuh.
1) Fe (zat besi)
Zat besi merupakan mineral yang sangat penting bagi tubuh, meskipun dibutuhkan
dalam jumlah yang sedikit. Sumsum tulang memerlukan zat besi untuk
memproduksi Hb darah. Elemen penting dalam pembentukan Hb yaitu zat besi.
Zat besi digunakan untuk pembentukan Hb, zat ini sebagian berasal dari
pemecahan sel darah merah dan sebagiannya lagi didapat dari makanan. Asupan
diet yang rendah zat besi, atau rendahnya penyerapan zat besi di dalam usus
karena gangguan usus atau operasi usus juga dapat menyebabkan anemia
2) Protein
Makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi terutama Fe nonheme
adalah vitamin C, serta sumber protein hewani tertentu (daging dan ikan).
Makanan yang dapat meningkatkan nonheme, yaitu tumbuhan. penyerapan dari
zat serealia besi dan Protein melalui bahan makanan yang disebut meat factor
seperti daging, ikan dan ayam, apabila terdapat dalam makanan dapat
meningkatkan absropsi zat besi nonheme yang berasal dari serealia dan tumbuh-

15
tumbuhan. Protein juga berperan penting dalam penyimpanan absorpsi zat
kurangnya dan transportasi serta besi. Oleh karena itu, asupan protein
mengakibatkan transportasi zat akan besi terhambat sehingga akan terjadi
defisiensi besi dan mengalami kekurangan kadar Hb. Menurut penelitian Mantika
dan Mulyati, (2014), menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan protein
dengan kadar Hb. tenaga kerja wanita.
3) Vegetarian
Kebanyakan orang yang mempunyai status zat besi rendah disebabkan oleh
kualitas konsumsi pangan yang rendah. Kelompok yang termasuk berisiko ini
adalah vegetarian, konsumsi pangan hewani yang rendah, atau terbiasa
melewatkan waktu makan (skip meal).
4) Penyakit Kronis
Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi produksi sel darah merah
diantaranya yaitu AIDS, kanker hati, peradangan, gagal ginjal, rematik artritis dan
efek obat dari kemoterapi. Selain yang telah disebutkan dengan rematik di atas,
seseorang artritis juga mengalami anemia.
5) Penyakit Infeksi (infeksi cacing)
Infeksi cacing tambang masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena
merupakan faktor penyebab anemia defisiensi besi. Akibat infeksi cacing ini dapat
memberikan dampak buruk bagi keadaan gizi dan anemia, sehingga hal ini dapat
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, kemunduran kemampuan belajar dan
produktivitas kerja. Apabila jumlah cacing semakin meningkat maka kehilangan
darah akan semakin tinggi, sehingga mengganggu keseimbangan zat besi karena
zat besi di keluarkan lebih banyak dari zat gizi yang masuk.

5. Absorpsi Zat Besi

Andiani &Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi nonheme sampai empat
kali lipat. Vitamin C dengan zat besi membentuk senyawa askorbat besi kompleks yang
larut dan mudah diabsorpsi, karena itu sayur-sayur segar dan buah-buahan yang
mengandung banyak vitamin C baik dikonsumsi untuk mencegah anemia. Hal ini
disebabkan bukan saja karena bahan makanan itu mengandung zat besi yang banyak,
melainkan mengandung Vitamin с yang mempermudah absorpsi zat besi, sebab dalam hal
hal tertentu faktor yang menentukan absorpsi lebih penting dari jumlah zat besi yang ada
dalam bahan makanan itu. Vitamin C berperan dalam pembentukan substansi antara sel

16
dari berbagai jaringan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan aktivitas
fagositosis sel darah putih, meningkatkan absorpsi zat besi dalam usus, serta transportasi
besi dari transferin dalam darah ke feritin dalam sumsum tulang, hati, dan limpa.

Cara Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Berikut tatacara melakukan pemeriksaan kadar


Hb dengan alat cek darah digital (easy touch), yaitu:

a. Pastikan alat dapat menyala dengan baik.


b. Tekanlah tombol power pada alat, jika layar muncul "Ok" maka alat telah siap
untuk digunakan
C. Masukan stik Hb pada alat
d. Masukan jarum dan atur kedalaman jarum pada pemegang jarum
e. Bersihkan ujung jari (orang yang mau di ukur kadar Hbnya) dengan menggunakan
Alkohol.
f. Tusukkan jarum di pada ujung jari tangan, tekanlah supaya darahnya dapat keluar
g. Letakkan ujung jari tangan yang telah di tusuk dan keluar darah tadi pada stik.
h. Tunggu beberapa saat, sampai hasil keluar pada layar
i. Lepaskan stik, dan buang jarum di tempat yang aman.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK IBU HAMIL

Hemoglobin yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan oksigen
ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen
diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. Hemoglobin mempunyai fungsi
yaitu komponen utama eritrosit yang berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida.
Warna merah pada darah disebabkan oleh kandungan hemoglobin yang merupakan
susunan protein yang komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu senyawa yang
bukan protein yang disebut heme. Heme tersusun dari suatu senyawa lingkar yang
bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). Kadar
hemohlobin yang rendah dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil. indikasi anemia
adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl. Dalam
penelitian ini, peneliti hanya mengidentifikasi kadar hemoglonin pada ibu hamil
trimester I, II dan III terhadap kejadian anemia.

Bila kadar Hb kurang dari 11 gram % pada kehamilan termasuk anemia dan harus
diberikan suplemen tablet Fe, diminum secara teratur 1 tablet per hari selama 90 hari
berturut-turut. Bila kadar Hb masih kurang dari 11 gram % disebut menderita anemia.
17
Anemia dalam kehamilan paling yang sering dijumpai adalah anemia gizi besi, hal ini
disebabkan kurangnya asupan gizi dalam makanan karena gangguan resobsi, gangguan
penggunaan atau perdarahan. Pemeriksaan kadar hemoglobin yang diajurkan dilakukan
pada trismeter pertama dan ketiga kehamilan, sering hanya dapat dilaksanakan pada
trimeter kedua kehamilan. Sehingga pemeriksaan Hb pada kehamilan tidak berjalan
dengan seharusnya (Ikatan Bidan Indonesia, 2006)

Menjaga kesehatan saat hamil tentu menjadi prioritas bagi setiap ibu hamil.
Umumnya semua orang mengetahui bahwa untuk mendeteksi apakah seorang perempuan
hamil atau tidak dapat pemeriksaan HCG atau testpack atau pp test. Ibu hamil selain
melakukapemeriksaan fisik dan penunjang seperti ultrasonografi atau USG, pemeriksaan
laboratorium juga penting untuk dilakukan. Pemeriksaan laboratorium ini tentunya
memiliki banyak tujuan dan manfaat, di antaranya:

1. Mempersiapkan masa kehamilan, persalinan, dan menyusui yang sehat dan aman bagi
ibu hamil dan janin.

2. Mengetahui risiko genetis yang akan diturunkan kepada janin sehingga bisa
melakukan pencegahan yang tepat.

3. Mengetahui kesehatan ibu hamil dan janin secara keseluruhan.

4. Mencegah adanya risiko preeklampsia, gangguan obesitas, riwayat hipertensi, dan


gangguan kehamilan lainnya yang sekiranya bisa menghambat masa kehamilan.

5.Memperkecil potensi janin gugur, Penyebab Janin Cacat Sejak dalam Kandungan, atau
meninggal di dalam kandungan.

Adapun pemeriksaan laboratorium untuk ibu hamil di antaranya :

1. Kadar hemoglobin, pemeriksaan ini dilakukan pada trimester I dan trimester III. Pada
trimester I, berfungsi untuk persiapan nutrisi selama masa konsepsi dan pada trimester III
berfungsi untuk persiapan persalinan apabila dicurigai menderita anemia.

2. Skrining HIV dan penyakit menular lainnya, pemeriksaan ini penting dilakukan untuk
mencegah penularan dari ibu ke bayi. Dengan skrining lebih awal, dapat menurunkan
risiko penularan dan membantu ibu dan bayi mendapatkan penanganan lebih awal karena
diagnosa yang lebih awal.

18
3. Skrining penyakit endemi tertentu, untuk memastikan apakah ibu hamil sehat dari
penyakit endemi atau tidak, serta sebagai upaya pengobatan secara dini untuk mencegah
dampak pada janin. Misalnya jika suatu daerah terdapat endemi malaria, maka skrining
malaria penting dilakukan untuk mengetahui apakah ibu menderita malaria atau tidak,
apabila hasil menunjukkan ibu menderita malaria, maka bisa dilakukan tata laksana lebih
awal agar tidak berdampak pada janin.

4. Urinalisis, atau tes urin digunakan untuk mendeteksi apakah ada infeksi pada kandung
kemih atau ginjal, diabetes, dehidrasi, dan preeklampsia dengan cara memeriksa kadar
protein, reduksi, keton, dan bakteri urin.

5. Gula Darah Puasa, dilakukan untuk skrining adanya Diabetes Melitus Gestasional. Tes
yang paling tepat adalah dengan menggunakan metode tes toleransi glukosa oral yang
berfungsi untuk mengidentifikasi cara tubuh dalam menangani glukosa setelah makan.
Untuk mendeteksi Diabetes Melitus Gestasional, skrining dilakukan pada minggu ke 24-
28 kehamilan.

6. Golongan darah dan rhesus, diperiksa untuk persiapan perencanaan persalinan dan
deteksi dini adanya ketidaksamaan golongan darah dan rhesus antara ibu dan bayi.
Pemeriksaan ini penting dilakukan karena, akan jadi masalah jika ada perbedaan
golongan darah atau rhesus pada ibu dan bayi. Ketika ibu mempunyai rhesus negatif (Rh
negatif) namun bayi mempunyai

2.5 VCT
Tes HIV atau juga sering disebut dengan VCT (Voluntary Counseling and
Testing) adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui status HIV dan dilakukan secara
sukarela serta melalui proses konseling terlebih dahulu. Sukarela, artinya keinginan
untuk melakukan tes HIV harus datang dari kesadaran sendiri bukan karena paksaan
dari orang lain. Ini juga berarti bahwa siapapun tidak boleh melakukan tes HIV
terhadap orang lain tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.
Konseling HIV adalah dialog atau konsultasi rahasia antara klien dengan
konselor HIV. Konseling HIV ini dilakukan sebelum dan sesudah tes HIV. Konseling
sebelum tes (pre Test) dilakukan untuk memberikan informasi yang lengkap tentang
HIV dan AIDS, keuntungan dan kerugian VCT, menggali faktor–faktor resiko dan
cara menguranginya sehingga klien mempunyai kesiapan untuk melakukan tes HIV.

19
Sedangkan Konseling Pasca Tes bertujuan untuk mempersiapkan klien
menghadapi hasil tes. Di sini diberikan penjelasan tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan hasil tes, kemana dan apa yang harus dilakukan seandainya hasil
positif HIV atau negatif dengan segala konsekuensinya.
Tujuan VCT :
Umum : mempromosikan perubahan perilaku yang dapat mengurangi resiko
penyebaran infeksi HIV
Khusus :
1. Menurunkan jumlah ODHA
2. Mempercepat diagnosa HIV
3. Meningkatkan Penggunaan layanan kesehatan dan mencegah infeksi lain.
4. Meningkatkan perilaku hidup sehat.
Siapa saja yang perlu VCT?
Siapa saja yang merasa sudah melakukan kegiatan yang berisiko terinfeksi HIV,
seperti: melakukan hubungan seksual tidak aman, menggunakan narkoba suntik
beramai- ramai, melakukan tato dengan jarum suntik tidak steril, dan sebagainya.
Kapan sebaiknya melakukan VCT?
VCT sebaiknya dilakukan 2-3 bulan setelah kita merasa melakukan kegiatan tersebut
di atas. Kenapa 2 bulan? Karena masa inkubasi HIV umumnya 3 minggu sampai
dengan 2 bulan. Biasanya dianjurkan untuk melakukan tes ulang 6 bulan berikutnya
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Sekarang ini sudah ada obat yang dapat menekan jumlah HIV yang disebut
dengan antiretroviral (ARV).Ada beberapa manfaat dari terapi atau pemakaian ARV,
antara lain:
1. Menghambat perjalanan HIV
2. Untuk orang yang belum mempunyai gejala AIDS, ARV akan
mengurangi kemungkinan menjadi sakit.
3. Untuk orang yang dengan gejala AIDS, memakai ARV biasanya
mengurangi atau menghilangkan gejala tersebut. ARV juga
mengurangi kemungkinan gejala tersebut timbul di masa depan
4. Meningkatkan jumlah CD 4 (sel darah putih)
5. Mengurangi jumlah virus dalam darah
6. Merasa lebih baik.
Prinsip Dasar VCT

20
Dalam pelaksanaannya, tes HIV harus mengikuti prinsip yang telah disepakati secara
global yaitu 5 komponen dasar yang disebut 5C.10
1. Informed Consent, adalah persetujuan akan suatu tindakan pemeriksaan
laboratorium HIV yang diberikan oleh pasien/klien atau wali setelah
mendapatkan dan memahami penjelasan yang diberikan secara lengkap oleh
petugas kesehatan tentang tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
pasien/klien tersebut.
2. Confidentiality, adalah semua isi informasi atau konseling antara klien dan
petugas pemeriksa atau konselor dan hasil laboratoriumnya tidak akan
diungkapkan kepada pihak lain tanpa persetujuan pasien/klien.
Konfidensialitas dapat dibagikan kepada pemberi layanan kesehatan yang akan
menangani pasien untuk kepentingan layanan kesehatan sesuai indikasi
penyakit pasien.
3. Counselling, yaitu proses dialog antara konselor dengan klien bertujuan untuk
memberikan informasi yang jelas dan dapat dimengerti klien/pasien. Konselor
memberikan informasi, waktu, perhatian, dan keahliannya, untuk membantu
klien mempelajari keadaan dirinya, mengenali, dan melakukan pemecahan
masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan. Layanan konseling
HIV harus dilengkapi dengan informasi HIV dan AIDS, konseling pra-
Konseling dan Tes, dan konseling pasca-Konseling dan Tes.
4. Correct test results, hasil tes harus akurat. Layanan tes HIV harus mengikuti
standar pemeriksaan HIV nasional yang berlaku. Hasil tes harus
dikomunikasikan sesegera mungkin kepada pasien/klien secara pribadi oleh
tenaga kesehatan yang memeriksa.
5. Connections to care, treatment and prevention services, pasien/klien harus
dihubungkan atau dirujuk ke layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan
pengobatan HIV yang didukung dengan system rujukan yang baik dan
terpantau.

2.6 PMTCT (Prevention of Mother to Child HIV Transmission)


a. Pengertian PMTCT

21
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke
bayi (BKKBN, 2007, p: 25)

b. Strategi PMTCT (Prevention Of Mother to Child HIV Transmission) Ada 4 Prong


(Strategi) dalam pencegahan penularan HIV dari Ibu ke bayi:
1. Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif dengan
konseling pranikah, mendapatkan informasi HIV dan AIDS dan seks bebas.
2. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif. Dengan
mendapatkan layanan konseling dan tes HIV sukarela dan Pemakaian
kontrasepsi yang aman dan efektif.
3. Pencegahan penularan HIV dari hamil HIV positif ke janin yang
dikandungnya
a) Ibu mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang terpadu
b) Pemberian obat anti retroviral (ARV) untuk mengoptimalkan kesehatan ibu
dan mengurangi risiko penularan HIV ke bayi dengan cara menurunkan kadar
virus HIV serendah mungkin.
c) Ibu menjalani persalinan dengan cara seksio Caesar
d) Ibu memberikan susu formula kepada banyinya.
4. Pemberian dukungan psikologis, social dan perawatan kepada ibu HIV positif
beserta bayi dan keluarganya yang meliputi :
a) Pemberian ARV jangka panjang
b) Merujuk ke fasilitas pelayanan
c) Pengobatan dan perawatan
d) Dukungan operasi Caesar
e) Dukungan pemberian susu formula
f) Dukungan dari suami dan keluarga

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PMTCT

Faktor-faktor yang mempengaruhi PMTCT yaitu :


1) Faktor Bayi
a) Prematuritas
b) Nutrisi Fetus
c) Fungsi Pencernaan
d) Respon Imun Neonatus

22
2) Faktor Ibu
a) Antepartum
b) Intrapartum
c) Air susu Ibu

d. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayinya


1) Standar
Semua ibu hamil mendapatkan informasi tentang HIV/ AIDS, akses untuk
mendapatkan layanan VCT (Voluntery Counseling and Test), profilaksis ARV, dan
layanan rujukan.
2) Tujuan
Mencegah penularan HIV dari ibu yang HIV ke bayi dan mengurangi dampak
epidemik HIV terhadap ibu dan bayi.
3) Persyaratan
Menurut Pratiajati, 2009 persyaratan ANC Integrasi yaitu :
a) Tersedia kebijakan nasional maupun lokal tentang HIV/ AIDS dan PMTCT,
termasuk buku pedoman (manual) pelayanan HIV pada ibu hamil
b) Adanya kebijakan dan dukungan dari pemerintah daerah dan institusi pelayanan
kesehatan untuk mendukung dan memberikan pelayanan HIV pada ibu hamil
c) Terdapat pemberi pelayanan kesehatan yang kompeten serta mempunyai
pengetahuan dan ketrampilan untuk memberikan dorongan pada ibu dan
suaminya untuk mengetahui status HIV dengan dating ke klinik VCT terdekat.
4) Pembahasan
Penularan HIV/AIDS dapat melalui hubungan seksual, pemakaian jarum
suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV, menerima transfusi darah yang tercemar
HIV,dari ibu hamil yang terinfeksi virus HIV kepada bayi yang dikandungnya. Virus
HIV dapat ditularkan ibu kepada bayi saat di dalam kandungan, saat proses
persalinan, maupun saat pemberian ASI.
PMTCT (Prevention of Mother to Child HIV Transmission) merupakan upaya
yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi dengan
cara pencegahan penularan HIV dengan memberikan konseling pranikah,
mendapatkan informasi HIV/AIDS dan seks bebas, cara pencegahan kehamilan yang
tidak direncanakan pada ibu HIV positif, pencegahan penularan HIV dari hamil

23
positif ke janin yang dikandungnya. Sehingga PMTCT dapat mencegah penularan
HIV dari ibu yang HIV ke bayi serta mengurangi dampak epidemik HIV terhadap ibu
dan bayi.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan protein urine adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai
jumlah protein yang terdapat dalam urine. Jika ternyata diketahui terdapat kelebihan protein
dalam urine, hal ini dapat mengindikasikan penyakit tertentu, khususnya kelainan pada ginjal.

Urine reduksi adalah pemeriksaan uji laboratorium untuk mengetahui kadar gula pada
pasien. Protein urine merupakan pemeriksaan uji laboratrium untuk mengetahui adanya
protein didalam urine. Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui kondisi
kesehatan pada ibu hamil.

Mengetahui golongan darah untuk setiap indifidu sangatlah penting dalam


pentranfusian darah. Dalam kenyataan sehari-hari, di Indonesia masih sangat banyak orang
yang tidak pernah memeriksa golongan darahnya. Banyak di antara kita yang asal menebak
golongan darah ketika harus mengisi data resmi seperti di KTP (Kartu Tanda Penduduk).
Sesungguhnya hal ini sangat berbahaya. Jika di suatu saat kita membutuhkan darah donor,
ketidakcocokan darah kita dengan darah donor bisa menimbulkan efek fatal kematian.

Hemoglobin dalam darah berfungsi untuk membawa oksigen dari paru-paru ke


seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru- paru
untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai menerima, menyimpan dan
melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Adapun manfaat hemoglobin bagi ibu hamil
diantaranya untuk mengetahui kadar sel darah merah pada ibu hamil. Kadar hb normal pada
saat hamil 11 gr % dan apabila hb > 11 gr % maka ibu hamil tersebut mengalami anemia.

VCT atau voluntary counselling and testing adalah layanan konseling dan tes HIV
yang dilakukan secara sukarela (KTS). Layanan ini bertujuan untuk membantu pencegahan,
perawatan, dan pengobatan bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Orang Dengan
HIV/AIDS.

PMTCT (Prevention of Mother to Child HIV Transmission) merupakan upaya yang


dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi dengan cara
pencegahan penularan HIV dengan memberikan konseling pranikah, mendapatkan informasi
HIV/AIDS dan seks bebas, cara pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu

25
HIV positif, pencegahan penularan HIV dari hamil positif ke janin yang dikandungnya.
Sehingga PMTCT dapat mencegah penularan HIV dari ibu yang HIV ke bayi serta
mengurangi dampak epidemik HIV terhadap ibu dan bayi.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penjelasan yang ada dalam makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan,untuk itu kami menyarankan untuk dilakukan suatu
pengkajian dan revisi yang lebih mendalam mengenai materi ini.
demi perbaikan makalah ini kami selanjutnya,kami mohon saran dan kritik membaca yang
tentunya bisa membangun kesempurnaan makalah ini.
Demikian karya tulis kami yang terangkum dalam makalah ini semoga bermanfaat dan
berguna bagi pembaca,Sekian terimakasih.

26
DAFTAR PUSTAKA
                                
Kistinnah, Indun dan Endang Sri Lestari. 2006. Biologi 3 Makhluk Hidup dan Lingkungannya,
Jakarta: Encarta.
Subardi dkk. 2009, Biologi 3 Untuk SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
Suwarno. 2009, Paduan Pembelajaran Biologi Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
www.aimustakim.wordpress.com
www.kesehatan.kompasiana.com
www.pmi-kaboku.comule.com
www.wikipedia.org
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3622477/9-tips-menjaga-bayi-tetap-hangat-di-musim-
hujan

https://www.liputan6.com/health/read/2676416/tips-merawat-bayi-di-bawah-1-tahun-di-musim-
hujan

https://www.liputan6.com/health/read/2144520/5-cara-agar-badan-bayi-hangat-di-musim-hujan

Kistinnah, Indun dan Endang Sri Lestari. 2006. Biologi 3 Makhluk Hidup dan Lingkungannya,
Jakarta: Encarta.
Subardi dkk. 2009, Biologi 3 Untuk SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
Suwarno. 2009, Paduan Pembelajaran Biologi Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
www.aimustakim.wordpress.com
www.kesehatan.kompasiana.com
www.pmi-kaboku.comule.com
www.wikipedia.org

27

Anda mungkin juga menyukai