Anda di halaman 1dari 153

Pembekalan

Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Mahasiswa DIII TLM
Universitas Megarezky

Fitriana, S.Si., M.Kes 1


Laboratorium Klinik
Laboratorium Klinik merupakan setiap tempat pengambilan,
pemprosesan, pemeriksaan atau analisis spesimen dari tubuh
manusia dapat dilakukan.
Dapat berada difasilitas mandiri, fasilitas perawatan jangka panjang,
tempat praktek layanan kesehatan maupun fasilitas kecil yang
hanya digunakan untuk pengambilan dan pemprosesan spesimen.
Laboratorium klinik, laboratorium rumah sakit & laboratorium
rujukan.
Mengapa pemeriksaan
laboratorium dilakukan…????
• Untuk menegakkan diagnosis
• Pencegahan atau deteksi dini penyakit melalui pemeriksaan
penapisan.
• Penilaian kemajuan dan tatalaksana pasien berkelanjutan.
Departemen Laboratorium
Pengolahan spesimen
Hematologi
Kimia klinik
Serologi/imunohematologi
Urinalisis
Mikrobiologi/Parasitologi
Sitologi
Koagulasi
Histologi/patologi
Ketika seorang wanita muda yang tengah hamil
mengunjungi bidannya untuk pemeriksaan rutin, dan
bidan tersebut meminta dilakukan pemeriksaan untuk
melihat apakah pasiennya menderita DM selama
kehamilan.
Mengapa pemeriksaan tersebut dilakukan??????
Fase pemeriksaan laboratorium
• Pra analitik : semua prosedur/proses yang terjadi sebelum
sampel/spesimen diperiksa (persiapan pasien, lembar kerja & entri
data yg akurat, pengambilan, pemprosesan, penyimpanan dan
transportasi spesimen yang benar.
• Analitik: semua prosedur/proses yang terlibat di dalam
pemeriksaan spesimen
• Pasca analitik: semua prosedur/proses bagaimana hasil
pemeriksaan stelah selesai dianalisis.
Jika spesimen diambil di dalam tabung dengan jenis antikoagulan
yang salah untuk pemeriksaan yang diminta, maka fase
pemeriksaan mana yang salah????
Pemeriksaan kimia klinik
• Kimia klinik mencakup analisis kuantitatif dan kualitatif berbagai
analit yang terlarut dalam cairan tubuh kita.
• Pemeriksaan yang dilakukan pada plasma atau serum dan
mencakup analisis zat terlarut di dalam aliran darah. Sebagian
pemeriksaan bersifat otomatis dan pemeriksaan panel atau
kelompok.
Jenis spesimen yang digunakan
dalam pemeriksaan klimia klinik:
Urine
Serum
Plasma
Cairan serebrospinal
Cairan sinoval
Sperma
Cairan ketuban
Cairan peritonial
Jenis pemeriksaan kimia klinik:
• Glukosa darah (GDS, GDP, GD2PP, TTGO, HbA1c, Gycated albumin)
• Fraksi lipid (Kolesterol total, LDL, HDL, TG)
• Fungsi hati ( AST, ALT, ALP, Bilirubin, protein total, albumin)
• Fungsi Ginjal ( ureum, kreatinin, asam urat, cystatin C
• Tiroid (FT3, FT4, TSH)
• Enzim jantung ( CK-Nac, CK-MB, LDH)
• Elektrolit (kalium, natrium,karbondioksida, clorida)
• Analisis Gas Darah
Kemungkinan sumber kesalahan
Spesimen hemolisis
Spesimen lipemik
Kesalahan pengambilan spesimen
Jumlah tidak mencukupi
Pajanan terhadap sinar
Pajanan terhadap udara
Pengolahan spesimen
Pengolahan yang terlambat
Penggunaan antikoagulan yang tidak tepat.
Alat pemeriksaan kimia klinik
• Fotometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur
pencahayaan atau
penyinaran. Seperti
penerapan di fotometry
industri, suatu "fotometer"
adalah kata umum yang
meliputi alat-alat untuk
mendeteksi:
- intensitas cahaya hamburan
- penyerapan
- fluoresensi
• Prinsip kerja alat spektrofotometer iberdasarkan hukum
Lambert Beer, bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu
media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia),
sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Transmitan adalah perbandingan intensitas cahaya yang
ditransmisikan ketika melewati sampel (It) dengan intensitas
cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io).
• Banyaknya cahaya yang diabsorbsi oleh zat berbanding lurus dengan
kadar zat. Memastikan ketepatan pengukuran, kadar yang hendak
diukur dibandingkan terhadap kadar yang diketahui (standar).
Point Of Care Testing (POCT) Point Of Care Testing (POCT)

• Point Of Care Testing (POCT) Point Of Care Testing (POCT)


didefinisikan sebagai pengujian atau perawatan dekat pasien setiap
perawatan medis diperlukan.
• Tujuan POCT adalah untuk mendukung memberikan informasi
segera kepada pasien, sehingga informasi ini dapat segera
diintegrasikan ke dalam keputusan pengobatan yang tepat.
• POCT dapat dilakukan di lingkungan yang berbeda seperti di rumah
sakit, di rumah ataupun di lokasi lain.
• Nama lain POCT adalah near patient testing, patient self testing,
rapid testing atau bedside testing
Pemeriksaan Glukosa
Darah
1. Tes kadar gula darah sewaktu (GDS)
• Kadar glukosa darah sewaktu disebut juga kadar glukosa darah acak atau
kasual. Tes glukosa darah sewaktu dapat dilakukan kapan saja. Kadar glukosa
darah sewaktu dikatakan normal jika tidak lebih dari ≤200 mg/dL.
• Tes ini bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, sehingga biasa dilakukan
oleh orang dengan diabetes. Tes ini mengukur kadar gula darah terlepas dari
kapan terakhir Anda makan. Tes GDS dilakukan secara acak dalam satu hari
karena kadar glukosa darah bisa saja berubah setiap waktu pada orang dengan
diabetes. Berbeda dengan orang sehat yang biasa mempunyai kadar gula
darah yang tidak banyak berubah dalam satu hari. Jika pada orang sehat
dilakukan tes gula darah sewaktu dan hasilnya menunjukkan hasil yang
bervariasi, mungkin orang tersebut sedang mengalami masalah pada gula
darahnya.
• Prinsip pemeriksaan glukosa darah : Metode GOD-PAP
Glukosa ditentukan setelah oksidasi enzimatik dengan adanya glukosa
oksidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan phenol dan 4-
aminophenazone dengan katalisator peroksidase menjadi zat warna
quinonemine berwarna merah violet sebagai indikator.
2. Tes gula darah puasa (GDP)

• Tes gula darah ini dilakukan setelah berpuasa selama 8 jam. Biasanya disarankan untuk
melakukan puasa pada malam hari dan pagi harinya Anda melakukan tes GDP ini. Tes GDP
sering digunakan sebagai tes pertama untuk mengetahui apakah Anda
menderita prediabetes atau diabetes.
• Tes glukosa darah puasa mengukur kadar glukosa darah setelah tidak mengkonsumsi apa
pun kecuali air selama 8 jam. Tes ini biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum sarapan.
• Prinsip pemeriksaan glukosa darah : Metode GOD-PAP
Glukosa ditentukan setelah oksidasi enzimatik dengan adanya glukosa oksidase. Hidrogen
peroksida yang terbentuk bereaksi dengan phenol dan 4-aminophenazone dengan
katalisator peroksidase menjadi zat warna quinonemine berwarna merah violet sebagai
indikator.
3. Tes gula darah 2 jam post-prandial (GD2PP)

• Tes gula darah ini dilakukan 2 jam setelah makan. Tes ini
berguna untuk mengetahui apakah seseorang dengan
diabetes sudah tepat dengan pola makannya. Jika hasilnya
tinggi, kemungkinan makanan yang Anda makan sebelumnya
mengandung jumlah gula atau karbohidrat yang banyak, dan
sebaliknya. Tes ini mungkin kurang tepat untuk mendiagnosis
apakah Anda menderita diabetes atau tidak.
• Alasan dilakukan tes ini karena kadar gula darah mengalami
kenaikan pada 10 menit setelah makan dan mencapai
puncaknya pada dua jam setelah makan Kemudian, gula darah
akan kembali pada kondisi normal pada 2-3 jam kemudian. Tes
gula darah ini tidak digunakan untuk mendiagnosis diabetes,
tapi lebih kepada mengontrol penderita diabetes dalam
mengonsumsi makanan terkait kadar insulin yang tepat.
4. Tes toleransi glukosa oral (TTGO)

• Ini merupakan serangkaian tes yang dilakukan setelah minum


cairan manis yang mengandung gula. Tes ini biasanya
digunakan untuk mendiagnosis diabetes yang terjadi selama
kehamilan (diabetes gestasional). Tes ini juga bisa dilakukan
setelah hamil jika wanita memiliki kadar gula darah tinggi
selama kehamilan. TTGO juga bisa digunakan untuk
mendiagnosis prediabetes atau diabetes pada orang sehat.
• Tes toleransi glukosa oral adalah tes yang mengukur kadar
glukosa darah sebelum dan dua jam sesudah mengkonsumsi
glukosa sebanyak 75 gram yang dilarutkan dalam 300 mL air.
PRAANALITIK
Pra analitik adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang pengambilan,
persiapan, penyimpanan, dan pengiriman spesimen.
a. Persiapan pasien:
GDP :
1) Pasien dipuasakan 8 – 12 jam sebelum tes
2) Semua obat dihentikan dulu, bila ada obat yang harus diberikan ditulis pada
formulir permintaan tes.
GD2PP :
1) Pengambilan sampel darah dilakukan 2 jam sesudah makan setelah
pengambilan darah GDP
GDS :
Tidak ada persiapan khusus
b. Persiapan sampel: Tidak ada persiapan khusus. Pengambilan sampel sebaiknya
pagi hari karena adanya variasi diurnal.
c. Metode tes: Metode enzimatik :glucose oxidase / hexokinase
ANALITIK
Analitik adalah segala sesuatu yang menyangkut cara kerja
pemeriksaan glukosa darah meliputi metode tes glukosa, prinsip
pemeriksaan, alat dan bahan serta cara kerjanya.
a. Metode tes Glukosa Darah :
”GOD”-PAP : Tes Enzimatik Photometric
b. Prinsip :
Penentuan glukosa setelah oksidasi enzimatik oleh oksidasi glukosa.
Indikator kolorimeteri merupakan quinoneimine yang dihasilkan dari
4-aminoantipyrine dan fenol oleh hidrogen peroksida dibawah
perlakuan katalik dari peroksidasi.
c. Prinsip tes:
Darah kapiler diserap ke dalam strip tes, kemudian mengalir ke
area tes dan bercampur dengan reagen untuk memulai proses
pengukuran. Enzim Glucose dehydrogenase dan koenzim
dalam strip tes mengkonversi glukosa dalam sampel darah
menjadi glukonolakton. Reaksi tersebut menghasilkan listrik
DC yang tidak berbahaya sehingga Meter mampu mengukur
gula darah.
d. Alat dan bahan:
Alat: 1. Lancet 2. Alat glukosameter
Bahan: 1. Sampel whole blood (darah kapiler) 2. Jarum 3. Strip
4. Kapas alkohol 5. Handschoen 6. Wadah limbah infeksius
ANALITIK
• Cara Kerja:
- Alat glukosameter disiapkan
- Jarum dimasukkan dalam lancet dan dipilih nomor pada lancet sesuai
ketebalan kulit pasien
- Chip khusus untuk pemeriksaan glukosa dimasukkan pada alat
glukosameter pada tempatnya (sesuai alat glukosameter)
- Strip dimasukkan pada tempatnya (sesuai alat glukosameter)
- Jari kedua/ketiga/keempat pasien dibersihkan dengan menggunakan
kapas alkohol lalu dibiarkan mengering
- Darah kapiler diambil dengan menggunakan lancet yang ditusuk pada
jari kedua/ketiga/keempat pasien
- Sampel darah kapiler dimasukkan ke dalam strip dengan cara
ditempelkan pada bagian khusus pada strip yang meyreap darah
- Hasil pemgukuran kadar glukosa akan ditampilkan pada layar
- Strip dicabut dari alat Glukosa meter
- Jarum dibuang dari lancet
Pasca Analitik
• Pasca analitik adalah kegiatan akhir dari proses analisis suatu sampel.
Kegiatan pasca analitik meliputi pembacaan hasil.
5. Hemoglobin A1c (HbA1c) atau Glicated Hemoglobin

• Glycated Hemoglobin adalah hemoglobin dewasa (HbA) yang mengalami


reaksi glikosilasi sehingga terbentuk ikatan antara glukosa dengan asam
amino valin pada N-terminal rantai β globin. Glycated Hemoglobin yang
diukur menggunakan metode turbidimetric inhibition immunoassay
(TINIA), hasil dalam satuan %. Nilai normal <6,5%.
• Tes ini mengukur seberapa banyak glukosa (gula) yang menempel pada sel
darah merah. Tes HbA1c biasanya dilakukan pada penderita diabetes
untuk mengetahui seberapa baik ia dapat mengontrol penyakitnya dalam
dua sampai tiga bulan terakhir. Dari hasil tes tersebut, dokter juga dapat
menentukan apakah obat diabetes Anda perlu diganti. Hasil tes HbA1c
juga dapat memberi tahu berapa kadar rata-rata gula darah Anda. Tes
HbA1c juga dapat digunakan pada orang sehat untuk mendiagnosis
apakah ia menderita diabetes atau tidak.
• Uji HBA1C mengukur kadar glukosa darah rata-rata dalam
2 – 3 bulan terakhir. Uji ini lebih sering digunakan untuk mengontrol kadar
glukosa darah pada penderita diabetes.
Hemoglobin A1c (HbA1c)
• Glycated Hemoglobin terjadi karena hemoglobin dewasa (HbA) yang
mengalami reaksi glikosilasi sehingga terbentuk ikatan antara glukosa
dengan asam amino valin pada N-terminal rantai β globin. Pengukuran
kadar HbA1c dapat memberikan gambaran glikemia yang berlaku
selama 2-3 bulan sebelumnya atau setara dengan umur eritrosit.
Glycated Hemoglobin adalah "standar emas" untuk menilai glikemia
selama penanganan DM, dan sejak tahun 2009 telah direkomendasikan
oleh American Diabetes Association (ADA, 2015) dan WHO sebagai
kriteria diagnostik untuk diabetes, dengan nilai diagnostik cut-off > 6,5%
(48 mmol / mol) (WHO,2011).
• Meskipun HbA1c paling banyak dipakai bahkan sebagai gold standard
indeks kontrol glikemik, namun ada beberapa kondisi yang memerlukan
alternatif kontrol glikemik lainnya dikarenakan HbA1c dipengaruhi oleh
hemoglobin varian dan kondisi lain yang mempengaruhi masa hidup
eritrosit seperti anemia renal,sehingga kurang sesuai digunakan sebagai
indikator kontrol glukosa pada semua pasien diabetes. Oleh karena itu,
Glycated Albumin sangat berguna dalam mengevaluasi efek terapi
sekaligus bertindak sebagai penanda kontrol glikemik berharga pada
pasien diabetes dengan berbagai komorbiditas karena tidak
berhubungan dengan metabolisme hemoglobin.
Analitik
• Tujuan: uji in vitro untuk mengukur kadar hemoglobin A1c dalam
darah (whole blood) manusia.
• Prinsip pemeriksaan: HbA1c diukur berdasarkan Turbidimetric
Inhibition Immunoassay (TINIA)
Glycohemoglobin (HbA1c) dalam sampel bereaksi dengan antibody
anti-HbA1antibody membentuk kompleks larutan antigen-
antibodi.Karena spesifikasi antibody HbA1c spesifik muncul sekali
pada molekul HbA1c, pembentukan kompleks yang tidak terlarut
tidak terjadi.
• Polyhapten bereaksi dengan sisa antibodi anti-HbA1c membentuk
komplek antibody-polyhapten tak terlarut yang dapat diukur secara
turbidimetri.
• Metode: Turbidimetric Inhibition Immunoassay (TINIA)
• Metode reference: IFCC
• Sampel: whole blood (EDTA)
• Alat :Cobas C111
Pasca Analitik
6. Glikasi Albumin (GA) atau Glycated Albumin

• Glycated Albumin adalah produk glikasi albumin serum yang terdapat


dalam darah dan seluruh tubuh. Albumin merupakan protein yang
mudah terikat dengan glukosa. Karena masa hidup albumin pendek,
level GA menggambarkan level glukosa darah rata-rata sekitar 2 minggu
sebelumnya. Pengukuran GA dapat mengkonfirmasi perubahan status
glukosa darah 1-2 minggu setelah pengobatan dimulai sehingga efikasi
pengobatan dapat diperoleh lebih cepat.
• Glycated Albumin adalah albumin terglikasi yang diukur menggunakan
Metode enzimatik kolorimetri dengan prinsip highperformance liquid
chromatography (HPLC), (Bio-Rad Laboratories, Inc. USA), menggunakan
alat Advia 1800. Hasil dinyatakan dalam satuan %. Kriteria Obyektif:
Rendah : <11%, Normal : 11-16% , Tinggi : >16%
• Pada kasus tertentu kadar GA dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi turnover albumin. Karena mayoritas pasien nefropati
lanjut disertai dengan proteinuria yang nyata, maka dapat menyebabkan
pengaruh pada nilai GA pada pasien tersebut. Suatu studi menunjukkan
adanya penurunan nilai GA yang signifikan pada pasien diabetes dengan
sindrom nefrotik, sedangkan pada nonnephrotic range proteinuria tidak
terpengaruh
Analitik
• Tujuan: untuk mengukur kadar albumin terglikasi secara
kuantitatifdalam serum manusia.
• Prinsip pemeriksaan: Pengukuran glycoalbumin
Glycated amino acid+O2+H2O KAOD Glucosone + AA + H2O2
Glycated albumin (Glycoalbumin) KAOD Glycated Amino acid
Glycated Amino acid+O2+ H2O KAOD Glucosone + AA + H2O2
H2O2 + 4-AA + TODB POD blue-purple pigment + H2O
• Glycated amino acid yang dihasilkan dari glycoalbumin
dihitung denganpengukuran absorbansi pigmen biru-ungu
secara fotometrik.
• Metode: Enzimatik kolorimetri
• Jenis: Serum
• Alat : Advia 1800
Pasca Analitik
• Kriteria Obyektif:
Rendah : <11%
Normal : 11-16%
Tinggi : >16%
Metode Pemeriksaan Glukosa
Metode Pemeriksaan Glukosa
Pemeriksaan Fraksi
Lipid
Kolesterol Total
• Kolesterol dalam tubuh disintesis di dalam hati serta ditemukan juga pada eritrosit,
membran sel dan otot.
• Kolesterol terdiri dari 70% dalam bentuk ester kolesterol dan 30% dalam bentuk
kolesterol bebas.
• Merupakan pemeriksaan yang digunakan sebagai indikator penyakit arteri koroner dan
aterosklerosis.
• Metode: CHOD-PAP ( cholesterol oxidase-para aminophenazone)
• Prinsip: esterkolesterol dengan adanya enzim Cholesterol esterase (CE) akan
membentuk asam lemak dan kolesterol bebas. Kolsterol bebas yg terbentuk kemudian
diubah menjadi koles-4-en-on dan hidrogen peroksida oleh enzim Cholesterol Oxidase
(CO). Hidrogen peroksida yang terbentuk bersama-sama fenol dan 4-aminofenazone
oleh peroksidase (POD) diubah menjadi senyawa yang berwarna.
• Sampel: serum atau plasma (heparin/EDTA), Serum dipisahkan dari sel-sel tidak lebih
dari 2 jam setelah disentrifus.
• Kolesterol stabil dalam sampel selama:
2-8oC : 5-7 hari
-20 oC: 3 bulan
• Persiapan pasien: puasa 12 jam
• Alat : spektrofotometer
Trigliserida
• Kolesterol dalam tubuh disintesis di dalam hati serta ditemukan
juga pada eritrosit, membran sel dan otot.
• Merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya
gangguan metabolisme lipid.
• Metode: GPO-PAP ( Glyserol phosphatase oxidase-para
aminophenazone)
• Sampel: serum atau plasma (heparin/EDTA), Serum dipisahkan dari
sel-sel tidak lebih dari 2 jam setelah disentrifus.
• Kolesterol stabil dalam sampel selama:
2-8oC : 5-7 hari
-20 oC: 3 bulan
• Persiapan pasien: puasa 12 jam
• Alat : spektrofotometer
Kolesterol HDL
• High density lipoprotein (HDL), mengangkut kolesterol dalam tubuh untuk
dikeluarkan melalui hati .
• Merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan
metabolisme lipid, penyakit jantung koroner atau target terapi.
• Metode: Presipitasi dan kolorimetrik enzimatik
• Prinsip: LDL, VLDL dan kilomikron dari sampel diendapkan oleh fosfotungstik
(PTA) dan magnesium klorida. Supernatan yang didapat dipisakan dan
direaksikan dengan reagen kolesterol untuk mendapatkan hasil kolesterol
HDL.
• Sampel: serum atau plasma (heparin/EDTA), Serum dipisahkan dari sel-sel
tidak lebih dari 2 jam setelah disentrifus.
• Kolesterol stabil dalam sampel selama:
2-8oC : 5-7 hari
-20 oC: 3 bulan
• Persiapan pasien: puasa 12 jam
• Alat : spektrofotometer
Kolesterol LDL
• Low density lipoprotein (LDL), mengangkut kolesterol untuk didistribusikan
keseluruh tubuh dan menyebabkan pembutukan plak aterosklerosis .
• Merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya
gangguan metabolisme lipid, penyakit jantung koroner atau memantau
efektifitas pengobatan.
• Metode: Presipitasi dan kolorimetrik enzimatik
• Prinsip: HDL, VLDL dan kilomikron dari sampel diendapkan oleh
fosfotungstik (PTA) dan magnesium klorida. Supernatan yang didapat
dipisakan dan direaksikan dengan reagen kolesterol untuk mendapatkan
hasil kolesterol LDL.
• Sampel: serum atau plasma (heparin/EDTA), Serum dipisahkan dari sel-sel
tidak lebih dari 2 jam setelah disentrifus.
• Kolesterol stabil dalam sampel selama:
2-8oC : 5-7 hari
-20 oC: 3 bulan
• Persiapan pasien: puasa 12 jam
• Alat : spektrofotometer
Kolesterol LDL
• Metode Friedewald.
• Prinsip: kolesterol total terdiri dari kolesterol VLDL, LDL, dan HDL.
Kolesterol LDL didapat dari koleterol total dikurangi kolesterol VLDL
dan kolesterol HDL. Nilai kolesterol VLDL diperkirakan menggunkan
faktor TG/5 yang telah ditetapkan oleh Friedewald dkk.
• Kolesterol LDL= Kolesterol total –Kolesterol HDL – (Tg/5)
• Kadar kolesterol total tidak melebihi 400 mg/dl
• Sampel: serum atau plasma (heparin/EDTA), Serum dipisahkan dari
sel-sel tidak lebih dari 2 jam setelah disentrifus.
• Kolesterol stabil dalam sampel selama:
2-8oC : 5-7 hari
-20 oC: 3 bulan
• Persiapan pasien: puasa 12 jam
• Alat : spektrofotometer
Klasifikasi kadar kolesterol normal

• Kolesterol total = 120-200 mg/dl


• LDL = 60-160 mg/dl
• HDL = 35-65 mg/dl
• TG = 160 mg/dl
LIPID CLASIFICATION NCEP ATP III
(National Center for Environmental Prediction- Adult Treatment
Panel III)
Dislipidemia merupakan gangguan metabolisme
lipid yang ditandai dengan penurunan dan
peningkatan fraksi lipid. Diantara fraksi lipid yang
mana yang mengalami penurunan dan
peningkatan????

A. Kolestrol Total
B. Kolestrol LDL
C. Trigliserida
D. kolestrol HDL
Pemeriksaan Fungsi
Ginjal
Biomarker Penyakit Ginjal
BIOMarker Aspek Klinis
Kreatinin serum ↑ pada penyakit ginjal, penanda GFR
Urea ↑ pada penyakit ginjal, menunjukkan korelasi dengan
gejala uremia dan menggambarkan asupan protein
Cystacin-C ↑ pada penyakit ginjal, penanda GFR yang lebih baik
dari kreatinin
Renin Plasma ↑ pada penyakit ginjal kronik
Aldosteron Serum ↑ pada penyakit ginjal
Batu ginjal ↑ pada dRTA, ↓ pada glomerulonefritis
Sitokin ↑ pada penyakit ginjal
Protein Penanda Dapat dilihat pada tabel berikut
N-Acetyl-B-D-glucosaminidase Ditemukan pada urin akibat kerusakan tubulus
(β-NAG) (tubular integrity marker)
NON PROTEIN NITROGEN
• Merupakan senyawa – senyawa nitrogen bukan protein yang berasal dari katabolisme
protein dan asam nukleat.
• Ada lebih dari 15 NPN berbeda dalam plasma dengan kosentrasi total nitrogen 250-400
mg/L
• NPN terbesar adalah urea 45%
• Zat zat yang tergabung dalam NPN diantaranya:
- Ureum - Asam Urat
- Kreatinin - Amonia
- Asam Amino
UREA/UREUM
• Urea dibentuk dihati dari katabolisme asam amino/protein
• Merupakan produk ekskresi metabolisme protein
• Urea difiltrasi diglomerulus dan direabsorbsi ditubulus
• Reabsorbsi menjadi lebih besar dengan meningkatnya kadar urea dalam urine. Sebaliknya
reabsorbsi berkurang bila urine makin cair.
• Meningkatnya urea dalam darah dinamakan uremia
• Keadaan ini disebabkan oleh ekskresi urea yang terhambat karena kegagalan fungsi ginjal.
• Urea darah seringkali diperiksa atas nitrogennya yang disebut dengan istilah BUN (Blood Urea
Nitrogen)
Enzymatic Methods
GLDH coupled enzymatic method
• Program :C/ST
• Prinsip : urea-conversion to amonia (NH3)
Urea urase (NH4)2CO3

𝑁𝐻 + 4 + 𝑎 − 𝑘𝑒𝑡𝑜𝑔𝑙𝑢𝑡𝑎𝑟𝑖𝑐 𝑎𝑐𝑖𝑑 + 𝑁𝐴𝐷𝐻 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑁𝐴𝐷 +


+ 𝐺𝑙𝑢𝑡𝑎𝑚𝑖𝑐 𝐴𝑐𝑖𝑑
• Sampel : serum
• Cara kerja : Reagen standar Sampel
Blanko 1000𝜇𝑙 - -
Standar 1000𝜇𝑙 10𝜇𝑙 -
Sampel 1000𝜇𝑙 - 10𝜇𝑙
• (diinkubasi pada suhu 37℃ selama 10’ untuk blanko dan 5’ untuk standar. Untuk
sampel diinkubasi pada suhu 25℃ selama 10’ dan dibaca pada panjang gelombang
600nm)
• Batas normal ureum : 1,7 – 8.3 mmol/L (10 – 50 mg/dL)
BLOOD UREA NITROGEN (BUN)
• Karena bagian PENYEBAB KENAIKAN BUN
terbesar dari NPN • Peningkatan katabolisme
adalah urea maka protein
kadar urea darah • Peningkatan pencernaan
dapat dianggap protein
bersesuaian dengan
kadar NPN • Penurunan laju glomeruluss.
• BUN = kadar ureum
2,14
KREATININ
• Disintesi oleh hati
• Terdapat hampir semuanya dalam otot rangka
• Kreatinin meningkat dalam darah fungsi renal berkurang
• Berjumlah relatif kecil dalam darah dan jaringan tubuh
• Kreatinin secara normal didalam darah akan disaring oleh ginjal dan
terakumulasi menjadi urine
• Peningkatan kadar kreatinin dalam plasma dan jaringan tubuh lain
akan meningkatkan resiko kerusakan pada ginjal
• Kreatinin difiltrasi glomerulus dan tidak diabsorbsi oleh tubulus 
sehingga hasil lebih akurat dibandingkan pemeriksaan ureum
dalam menilai penurunan GFR
• Kreatinin disekresi oleh tubulus jika konsentrasi plasma terlalu
tinggi
Metode Pemeriksaan
• Program :C/ST

• Prinsip :

Creatinine +H2O creatinine amidohydrolase Creatinine

cretinine + ATP creatinine kinase creatinine phosphate +ADP

ADP +PEP piruvate kinase ATP+Piruvat

Piruvat +NADH + 𝐻 + lactate dehydrogenase laktate + 𝑁𝐴𝐷 +


• Sampel : serum
• Cara kerja :
Blanko Standar Sampel (tabung
(tabung 1) (tabung 2) 3)
Serum - - 10𝜇𝑙
Standar - 10𝜇𝑙 -
Kreatinin R-b 1000𝜇𝑙 1000𝜇𝑙
Tabung 2 dan 3 dihomogenkan, diinkubasi 3 menit pada
suhu 37℃ dan ditambahkan masing-masing tabung
R-b 1000𝜇𝑙 1000𝜇𝑙 1000𝜇𝑙
Dihomogenkan ke 3 tabung diinkubasi 5 menit pada suhu
37℃
Pembacaan hasil kreatinin pada alat fotometer TRX 70 dengan panjang
gelombang 492 nm
ket :
R-a : natrium hidroksida konsentrasi 0,6 mol/L
R-b : asam pikrat konsentrasi 4,0 mmol/L
• Nilai normal :
pria : 0,6-1,3 mg/dl
wanita : 0,5-1,0 mg/dl
Kreatinin

Penurunan
Nilai normal GFR Metode

• 0,6–1,2 mg/dL • peningkatan • Metode Jaffe


• Perombakan kreatinin 2 kali reaction secara
kreatin fosfat lipat dalam fotometris
dalam otot darah.
• Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin
adalah : gagal ginjal akut dan kronis (syok berkepanjangan,
kanker(usus, kandung kemih, testis , uterus dan prostat), leukemia,
diet tinggi protein.
• Keadaan yang berhubungan dengan penurunan kadar kreatinin
dapat dijumpai pada: kurangnya asupan nutrisi
Asam Urat (Uric Acid)
• Asam urat adalah produk utama dari katabolisme nukleosida,
purin, adenosin, dan guanosin.
• Disintesis dihati dan dikatalis oleh enzim Xantin Oksidase.
• Selanjutnya uric acid diangkut ke ginjal fungsi ginjal
berpengaruh pada eksresi UA
• Dalam jumlah kecil, UA merupakan zat organik yang normal
terdapat dalam urine.
• Hyperuricemia : kadar asam urat dalam serum yang lebih dari
normal
• Kristal asam urat dalam urine tidak mungkin larut pada ph < 6
Metode Pemeriksaan
• Program :Absorbans
• Prinsip :Asam urat +H2O2 + O2 dengan bantuan urinase
menjadi alantion + CO2 +H2O2. H202 +kromogen menghasilkan
kompleks warna + H2O
• Cara kerja
Pipet kedalam tabung blanko sampel Standart
Serum - 10𝜇𝑙 -
Standart - - 10𝜇𝑙
Reagen 1000𝜇𝑙 1000𝜇𝑙 1000𝜇𝑙

• (diinkubasi pada suhu 25℃ selama 10’ dan dibaca pada panjang gelombang 546 nm)
• Nilai normal :
laki – laki : 4,0 – 8,5 mg/dl
wanita : 2,7 – 7,3 mg/dl
Cystatin-C

• Nilai normal : 0,01 g/dL


• Merupakan cysteine protease inhibitor
• Merupakan protein (BM 13 kD), muatan +,
difiltrasi sempurna oleh glomerulus dan
direabsorbsi oleh tubulus proksimal
• Digunakan sebagai penanda penyakit ginjal non
proteinuria
• Pemeriksaan : metode PETIA (particle enhanced
turbidimetric immunoassay) dan PENIA (particle
enhanced nephelometric immunoassay)
Cystatin C

Protein dengan BM rendah Tidak dipengaruhi oleh


sekitar 13.000 Da makanan, usia, massa otot

Cystatin C

Sensitifitas dan
Alternatif baru sebagai spesifitas yang baik
penanda uji fungsi ginjal
Cepat, simpel, dan valid
Pemeriksaan Fungsi
Hati
Petanda Enzim (Marker) Sel Hati

Alkali Phosphatase (ALP)


Gamma Glutamil Transferase (GGT)
SGOT / AST
SGPT / ALT
Kolinesterasi (CHE)
73
TEST FAALHATI
• Suatu langkah awal dalam mendeteksi kerusakan
hati dengan mendeteksi enzim yang dikeluarkan
oleh hati.
• Jika hati terluka, sel-sel hati menumpahkan
enzim-enzim kedalam darah, menaikan tingkat-
tingkat enzim dalam darah dan menandai
kerusakan hati.
• Diantara yang paling sensitif dan digunakan
secara luas dari enzim-enzim hati yaitu enzim
Transaminase/Aminotransferase.

74
• Aminotransferase mengkatalisasi reaksi-reaksi
kimia dalam sel-sel
• Nama lain untuk aminotransferase adalah
transaminase.
• Enzim aspartate aminotransferase (AST) juga
dikenal sebagai serum glutamic oxaloacetic
transaminase (SGOT);
• Enzim alanine aminotransferase (ALT) juga
dikenal sebagai serum glutamic pyruvic
transaminase (SGPT)

75
• Disebut juga Glutamic Oxal-acetic Transaminase
(GOT)
• Mengkatalisis konversi bagian nitrogen asam amino
menjadi energi dalam siklus Krebs
• Ditemukan dalam sitoplasma dan mitokondria sel hati,
jantung,otot skelet, ginjal pankreas dan eritrosit
• Meninggi dengan adanya kerusakan organ
• Tujuan tes :
• Diagnosis dan evaluasi penyakit hati dan penyakit jantung
• Memantau efek obat yang hepatotoksik dan nefrotoksik

76
• Deteksi kerusakan berbagai organ: jantung, hati, otot,
ginjal, pankreas limpa dan paru.
• Rendah : uremia, def B6, metronidazole,
trifluoperazine
• Meningkat :
• Sirosis, Hepatitis alkoholik (< 300 u/l)
• Hepatitis virus Akut ( 500 – 3000 u/l)
• Hemokromatosis, kolesistitis
• Kerusakan oleh bahan kimia (nekrosis)
• Perikarditis, Miokarditis

77
• Persyaratan sampel
1. Jenis : Serum/Plasma
2. Jumlah : 0.5 (0.25) mL
3. Antikoagulan : Heparin/EDTA
4. Kriteria Penolakan sampel :
Hemolisis : mutlak
Lipemik : trigliserida > 1000 mg/dL
Beku ulang : mutlak
Lain-lain : Ikterus : bilirubin > 60 mg/dL
5. Suhu penyimpanan sampel :
20-25oC : 24 jam
2-8oC : 7 hari
• Nilai Rujukan : Laki-laki : < 37 U/L
Perempuan : < 31 U/L

78
Aspartate Amino Transferase (AST)
• Metode : Enzimatic (without pyridoxal phosphate activation)
• Referensi metode : IFCC
• Prinsip :
α-ketoglutarat + L-aspartat→L-glutamate + oxaloasetat

Enzim AST menyeimbangkan reaksi tersebut. Peningkatan


oxaloasetat ditentukan dengan reaksi indikator yang
dikatalisis oleh malate dehydrogenase
oxaloasetat + NADH + H+<=>L-malate + NAD+
NADH dioksidasi menjadi NAD.
Penurunan kecepatan reaksi oksidasi NADH menjadi NAD
sebanding dengan kecepatan pembentukan oxaloasetat dan itu
adalah aktivitas AST yang diukur secara fotometrik.

• Nilai Rujukan : Laki-laki : < 37 U/L


Perempuan : < 31 U/L
■ Peningkatan tegas (5 kali ataulebih)
- Kerusakan sel hati akut:hepatitis - Pankreatitis akut
- Hepatitis karena obat - Infark miokard
- Sirosis karena alkohol - Syok
- Mononukleosis infeksiosa - Trauma otot

■ Peningkatan sedang ( 3 – 5 kali nilai rujukan ):


- Obstruksi traktus biliaris. - Hepatitis kronik.
- Aritmia jantung - Distrofi otot
- Penyakit jantung kongestif - Dermatomiositis
- Tumor hati
■ Peningkatan ringan ( 2 – 3 kali nilai rujukan ):
- Perikarditis - Delirium tremens
- Sirosis, perlemakan hati - Cerebrovascular accident
- Infark paru - Anemia hemolitik

33
Alanin Amino Transferase(ALT)
• Disebut juga Glutamic-pyruvic Transaminase (GPT)
• Mengkatalisis kelompok amino dalam siklus krebs untuk
menghasilkan energi di jaringan.
• Terdapat terutama di sitoplasma sel hati, dan sedikit di sel
ginjal, sel jantung, dan otot skelet
• Merupakan indikator kerusakan sel hati
• Tujuan tes:
• Diagnosis dan evaluasi penyakit hati
• Memantau efek obat yang hepatotoksik
• Membedakan ikterus hemolitik dengan ikterus karena
penyakit hati
Alanin Amino Transferase(ALT)
• Persyaratan sampel
1. Jenis : Serum/Plasma
2. Jumlah : 0.5 (0.25) mL
3. Antikoagulan : Heparin/EDTA
4. Kriteria penolakan sampel :
Hemolisis : hemoglobin : mutlak
Lipemik : trigliserida > 1000 mg/dL
Beku ulang : -
Lain-lain : ikterus : bilirubin > 60 mg/dL
5. Suhu penyimpanan sampel :
2-8oC ; 7 hari
20-25o : 24 jam
Alanin Amino Transferase(ALT)
• Metode : Enzymatic (without pyridoxal phosphate activation)
• Referensi Metode : IFCC
• Prinsip :
α-ketoglutarat + L-alanine→L-glutamate + pyruvate
Enzim ALT menyeimbangkan reaksi tersebut. Peningkatan
pyruvate ditentukan dengan reaksi indikator yang dikatalisis
oleh lactate dehydrogenase
pyruvate + NADH + H+<=>L-lactate + NAD+
NADH dioksidasi menjadi NAD. Penurunan kecepatan reaksi
oksidasi NADH menjadi NAD sebanding dengan kecepatan
pembentukan pyruvate dan itu adalah aktivitas ALT yang
diukur secara fotometrik.
• Nilai Rujukan : Laki-laki : < 50 U/L
• Perempuan : < 31 U/L
TES GPT/ALT (Interpretasi)

■ Peningkatan 20 – 50 kali nilai rujukan:


- Hepatitis virus atau karenaobat
■ Peningkatan 10 –  20 kali nilai rujukan:
- Hepatitis kronis - Kolestasis/Kolesistitis
- Mononukleosis infeksiosa

■ Peningkatan  10 kali nilai rujukan:


- Sirosis hepatis
- Hepatitis karena alkohol
- Obstruksi traktus biliaris
TES GPT/ALT (Interpretasi)
Peningkatan sedang ALT ( 3 – 10 kali nilai rujukan):
- Gagal ginjal
- Infark miokard akut
- Pankreatitis akut
- Penyakit jantung kongestif
- Recent cerebrovascular accident
- Trauma intestinal
- Trauma otot: injeksi intramuskular, infeksi
- Obat-obatan yang hepatotoksik: allupurinol,
aspirin, antibiotik:
(oksasilin,ampisilin),narkotik, digitalis
Peningkatan 1 – 2 kali nilai rujukan:
- Kongesti hepatik
Alkalin phosphatase (ALP)
• ALP Merupakan enzim yang kebanyakan terdapat pada
permukaan sel jaringan manusia.
• ALP diproduksi dihati dan tuang dan juga terdapat pada
usus, ginjal, limpa dan plasenta.
• Merupakan indikator kerusakan hepatobilier dan tulang
• Tujuan tes:
• Menemukan apakah terjadi gangguan hati atau tulang
• Membandingkan hasil ALP dengan pengujian
laboratorium lain. Guna memastikan apakah terjadi
gangguan hati atau tulang.
Alkalin phosphatase (ALP)
• Persyaratan sampel
1. Jenis : Serum/Plasma
2. Jumlah : 0.5 (0.25) mL
3. Antikoagulan : Heparin/EDTA
4. Kriteria penolakan sampel :
Hemolisis : hemoglobin : mutlak
Lipemik : trigliserida > 1000 mg/dL
Beku ulang : -
Lain-lain : ikterus : bilirubin > 60 mg/dL
5. Suhu penyimpanan sampel :
2-8oC ; 7 hari
20-25o : 24 jam
Alkalin phosphatase (ALP)
• Metode : Enzymatic (without pyridoxal phosphate activation)
• Referensi Metode : Kinetik - IFCC
• Prinsip :
P-nitrofenilfosfat + H2O → P-nitrofenol+ fosfat

ALP akan mengkatalisis reaksi P-nitrofenilfosfat, H2O


dan Ion Magnesium menjadi P-nitrofenol dan fosfat.
Aktifvitas ALP berbading lurus dengannterbentuknya
warna merah dari p-nitrofenol dan diukur pada panjang
gelombang 405 nm.
• Nilai Rujukan : 30 – 120 U/L


- Lebih dominan pada kondisi obstruktif dari pada
kelainan hepatoseluler

- Peningkatan ALP bisa terjadi pada obstruksi bilier,


tumor hati

- Pada obstruksi saluran empedu, ALP meningkat 3-10


kali batas atas normal.

- Pada hepatitis dan sirosis hati <3 kali nilai rujukan

- Pda kelainan tulang peningkatan tertinggi ditemukan


pada paget’s desease (osteitis deformans). Juga
ditemukan pada osteomalacia, ricket, hiperparatoroid
dan osteogenic sarcoma.

- Pada individu yg mengalami pertumbuhan tulang atau


penyembuhan patah tulang.
89
*
ALP1: Enzim yg digunakan sebagai petanda kerusakan hati
ALP2: Enzim yg digunakan sebagai petanda kerusakan tulang
• merupakan enzim yang
terdapat di dalam hati dan ginjal.
• Terdapat dalam jumalah sedikit pada limpa, prostat dan
jantung.
• Merupakan indikator kerusakan sel hati
• Tujuan tes:
• Mendeteksi keberadaan gangguan hepar
• Memanttau kadar enzim GGT hati selama terjadi
gangguan hati dan selama pengobatan.
• Membandingkan dengan kadar enzim hati lainnya
untuk mengidentifikasi disfungsi hati.
• Persyaratan sampel
1. Jenis : Serum/Plasma
2. Jumlah : 0.5 (0.25) mL
3. Antikoagulan : Heparin/EDTA
4. Kriteria penolakan sampel :
Hemolisis : hemoglobin : mutlak
Lipemik : trigliserida > 1000 mg/dL
Beku ulang : -
Lain-lain : ikterus : bilirubin > 60 mg/dL
5. Suhu penyimpanan sampel :
2-8oC ; 7 hari
20-25o : 24 jam
• Metode : Gamma Glutamil p-nitroanilida (GPNA)
• Prinsip :
L-ɣ-glutamil-p-nitoanilida + Glisilglisin→L L-ɣ-
glutamil-glisilglisin + p-nitoanilida
Dalam suasana basa, GGT mengkatalisis reaksi L-ɣ-
glutamil-p-nitoanilida dengan Glisilglisin menjadi L-ɣ-
glutamil-glisilglisin dan p-nitoanilida. Aktivitas GGT
diukur berdasarkan peningkatan p-nitroanilida pada
panjang gelombang 405 nm.
• Nilai Rujukan : Laki-laki : < 49 U/L
• Perempuan: <32 U/L

- Enzim yang dihasilkan oleh berbagai jenis organ
- Umumnya GGT meningkat pada penyakit hati
yang disertai peningkatan ALP
- Sangat sensitif pada kelainan hati yang timbul
akibat keracunan barbiturat, fenitoin dan alkohol
- Juga meningkat pada kelainan hepatoselular,
kolestasis, infark miokard, payah jantung
kongestif, DM dan pankreatitis

94
95
Gangguan Ekskresi Hati :
• Bilirubin
• Asam Empedu
• Serum Amonia
Gangguan Sintesis Hati :
• Serum Albumin
• Faktor Koagulasi
• Kolesterol dan Hormon derivat
Kolesterol (testosteron)
96
 Bilirubin adalah pigmen orange-kuning yang berasal dari
pemecahan hemoglobin oleh sistem retikuloendotelial,
bilrubin diangkut menuju ke hati dan mengalami
biotrasformasi yang kemuadian kan doekskresikan melalui
cairan empedu dan urine.

 Terdapat 2 jenis bilirubin di dalam tubuh, yaitu bilirubin


terkonjugasi dan bilirubin tidak terkonjugasi.

 75 % produksi bilirubin berasal dari katabolisme hemoglobin


dari eritrosit. Satu gram hemoglobin akan menghasilkan 34 mg
bilirubin, sisanya 25% berasal dari pelepasan hemoglobin
karena eritropoesis yang tidak efektif pada sumsum tulang.

97
 Pemeriksaan bilirubin total adalah pemeriksaan
pada bilirubin direck dan bilirubin indirek.

 Pemerksaan bilirubin total umumnya dilakukan


untuk mengukur seberapa parah tingkat ikterus
pada neonatus. Yaitu jika kadar bilirubin >3 mg/dl
dan kritis jika >15 mg/dl

 Tujuan: Memantau kadar bilirubin yang dikaitkan


dengan ikterik dan memastikan gangguan pada
hati.

98
• Persyaratan sampel
1. Jenis : Serum/Plasma
2. Jumlah : 0.5 (0.25) mL
3. Antikoagulan : Heparin/EDTA
4. Kriteria penolakan sampel :
Hemolisis : hemoglobin : mutlak
Lipemik : trigliserida > 1000 mg/dL
Beku ulang : -
Lain-lain : ikterus (sampel 20 µl)
5. Suhu penyimpanan sampel :
2-8oC ; 7 hari
20-25o : 24 jam
6. Perlu disimpan jauh dari cahaya, konsentasinya
akan berubah jika terpapar oleh cahaya.
• Metode : Diazo sulfanilat
• Prinsip :
Sulfanic acid dengan sodium nitrit membentuk
diazotized sulfanic acid (DSA) yang hanya bereaksi
dengan bilirubin direk. Penambahan dimethylsulfoxide
(DMSO) menyebabkan bilirubin tidak terkonjugasi akan
bereaksi dengan DSA membentuk azobilirubin yang
dapat diukur pada panjang gelombang 550 nm (530-
580).
Bilirubin + DSA + DMSO Azobilirubintotal

• • Nilai Rujukan : 0,2 – 1,2 mg/dL


 Bilirubin direk adalah bilirubin yang terkonjugasi
sehingga bilirubin larut didalam darah.

 Bilirubin direk meningkat akibat ikterik obstruktif,


baik yang bersifat intrahepatikan maupun
ekstrahepatika seperti pembentukan batu atau
neoplasma.

 Tujuan: Mendeteksi bilirubin terkonjugasi dan


memastikan gangguan pada hati.

10
1
• Persyaratan sampel
1. Jenis : Serum/Plasma
2. Jumlah : 0.5 (0.25) mL
3. Antikoagulan : Heparin/EDTA
4. Kriteria penolakan sampel :
Hemolisis : hemoglobin : mutlak
Lipemik : trigliserida > 1000 mg/dL
Beku ulang : -
Lain-lain : ikterus (sampel 20 µl)
5. Suhu penyimpanan sampel :
2-8oC ; 7 hari
20-25o : 24 jam
6. Perlu disimpan jauh dari cahaya, konsentasinya
akan berubah jika terpapar oleh cahaya.
• Metode : Diazo sulfanilat
• Prinsip :
Sulfanic acid dengan sodium nitrit membentuk
diazotized sulfanic acid (DSA) yang hanya bereaksi
dengan bilirubin direk membentuk azobilirubin yang
dapat diukur pada panjang gelombang 550 nm (530-
580).
Bilirubin + DSA Azobilirubindirek

• Nilai Rujukan : Laki-laki : < 0,2 mg/dL


Bilirubin Indirek adalah bilirubin tidak terkonjugasi
yang tdk larut dalam darah.

 Peningkatan bilirubin indirek dikaitakan dengan


peningkatan penghancuran eritrosit (hemolisis),
terjadi pada produksi bilirubin yang berlebihan,
gangguan konjugasi serta gangguan uptake.

 Hemolisis dapat dipicu oleh autoimun, transfusi darah,


eritroblastosis dan anemia hemolitik.
 Adanya kerusakan hati, sehingga sel hati tdka mampu
melakukan konjugasi dan berakibat pada peningkatan
bilirubin tak terkonjugasi.
10
4
 Kadar bilirubin direck ditetapkan melalui perhitungan:
Bilirubin indirek=Bilirubin total – Bilirubin direk
 Tujuan: Mendeteksi keberadaan bilirubib tak
terkonjugasi akibat penyakit hemolitik atau penyakit
hati
 Nilai Rujukan: 0,1 – 1,0 mg/dl
 Limitasi dan lineritas pemeriksaan bilirubin indirek
dipengaruhi oleh pemeriksaan bilirubin total dan
bilirubin direk.

10
5
*
* Protein total merupakan pemeriksaan untuk menentukan kadar
albumin dan globulin dalam darah (serum)
* Merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi masalah
kesehatan yang berhubungan dengan defesit protein.
* Metode: Biuret, fotometrik, dye-binding, Folin-Ciocaltieu (Lowry),
Kjeldahl, refraktometri, turbidimetri dan nefelometrik.
* Sampel: serum, Serum dipisahkan dari sel-sel tidak lebih dari 2 jam
setelah disentrifus.
* stabil dalam sampel selama:
2-8oC : 5-7 hari
-20 oC: 6 bulan
* Persiapan pasien: tidak ada persiapan khusus
* Alat : spektrofotometer
*
* Albumin merupakan komponen paling banyak yang menyusun 55%-
65% dari total protein.
* Peningkatan nilai rasio tidak memiliki makna klinis, tetapi
penurunan nilai rasio sebagai penanda adanya penyakit hhati dan
ginjal.
* Metode: referensi dari IFCC adalah BCG (Bromcresol green dye)
* Sampel: serum atau plasma (heparin/EDTA), Serum dipisahkan dari
sel-sel tidak lebih dari 2 jam setelah disentrifus.
* stabil dalam sampel selama:
2-8oC : 3 hari
-20 oC: 3 bulan
* Persiapan pasien: Tidak ada persiapan khusus
* Alat : spektrofotometer
*
* Globulin merupakan komponen paling banyak setelah albumin dan
terdiri dari beberapa fraksi yaitu 1-globulin, 2-globulin, beta-globulin,
ɣ-globulin
* Merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya
gangguan pada hati
* Metode: kolorimetrik menggunakan glyoxylic acid, dalam susana asam
(asam asetat dan asam sulfat) dan dengan adanya CU2+ akan
membentuk warna ungu.
* Metode: perhitungan (Globulin= Protein total-Albumin Serum)
* Sampel: serum atau plasma (heparin/EDTA), Serum dipisahkan dari sel-
sel tidak lebih dari 2 jam setelah disentrifus.
* stabil dalam sampel selama:
2-8oC : 3 hari
-20 oC: 6 bulan
* Persiapan pasien: tidak ada persipan khusus
* Alat : spektrofotometer
Pemeriksaan Fungsi
Jantung
 Creatinin Kinase (CK)
 Creatinin Kinase Myocard Band (CKMB)
 Lactat Dehydrogenase (LDH)
 Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT)
 Cardiac Troponin T (cTnT)
 Cardiac Troponin I (cTnI)
 Myoglobin
 High Sensitivity C Reaktif Protein (hsCRP)
 N Terminal pro B type Natriuretic Peptide (NT pro-BNP)
 Brain Natriuretic Peptide (BNP)
11
1
CREATINE KINASE (CK)
• Kreatin kinase (creatine kinase, CK)/ kreatin fosfokinase (creatine
phosphokinase, CPK)
• Enzim yang tersebar hampir di seluruh jaringan. Aktivitas enzim tertinggi
ditemukan pada otot rangka, otot jantung dan jaringan otak.
• Aktivitas CK paling kecil ditemukan pada ginjal, paru-paru, limpa, hati &
pankreas
• Merupakan indikator kerusakan jantung
• Tujuan tes:
• Memastikan keberadaan penyakit miokardium atau otot rangka
• Membandingkan temuan uji dengan kadar SGOT dan LDH, untyuk
memastikan keberadaan kerusakan miokardium.
CREATINE KINASE (CK)
• Persyaratan sampel
1. Jenis : Serum/Plasma
2. Jumlah : 0.5 (0.25) mL
3. Antikoagulan : Heparin/EDTA
4. Kriteria penolakan sampel :
Hemolisis : hemoglobin : mutlak
Lipemik : trigliserida > 1000 mg/dL
Beku ulang : -
Lain-lain : ikterus : bilirubin > 60 mg/dL
5. Suhu penyimpanan sampel :
2-8oC ; 7 hari
20-25oC: 2 hari
-20oC : 4 minggu
CREATINE KINASE (CK)
• Metode : Kinetik Enzymatic
• Referensi Metode : IFCC
• Kreatin fosfat + ADP CK Kreatin + ATP
• ATP + D-glukosa HK ADP + G6P
• G6P + NADP+ G6P-DH Glukonat-6-fosfat + NADPH + H +

Peningkatan NADPH yang terbentuk sesuai dengan aktivitas katalik CK.


Diukur dengan peningkatan absorban pada panjang gelombang 340 nm.

Nilai rujukan:
laki-laki: ≤ 171 U/L
Perempuan : ≤ 145 U/L

CREATINE KINASE (CK)
 Peningkatan aktivitas CK ditemukan pada gangguan otot jantung dan
otot rangka.
 Tingkat CK dianggap sebagai indikator sensitif infark miokard akut
(AMI) dan distrofi muskular
 Kondisi patofisiologi lain yang menggambarkan peningkatan aktivitas
CK: hipertirodisme, hiperireksia maligna dan Reye’s syndrome.
 Isoenzim CK: CK-MM, CK-BB, CK-MB)


CREATINE KINASE-MB (CK-MB)
• Kreatin kinase-MB (CK-MB) merupakan isoenzim CK.
• CK-MB hanya terdapat pada otot jantung, sehingga dapat membantu
diagnosis kecurigaan infark miokard akut (AMI)
• Pemeriksaan CK-MB: elektroforesis, imunoasai dan fotometrik.
• Merupakan indikator kerusakan jantung
• Tujuan tes:
• Memastikan keberadaan penyakit miokardium
• Membandingkan temuan uji dengan kadar SGOT dan LDH, untuk
memastikan keberadaan kerusakan miokardium.
CREATINE KINASE-MB (CK-MB)
• Persyaratan sampel
1. Jenis : Serum/Plasma
2. Jumlah : 0.5 (0.25) mL
3. Antikoagulan : Heparin/EDTA
4. Kriteria penolakan sampel :
Hemolisis : hemoglobin : mutlak
Lipemik : trigliserida > 1000 mg/dL
Beku ulang : -
Lain-lain : ikterus : bilirubin > 60 mg/dL
5. Suhu penyimpanan sampel :
2-8oC ; 7 hari
-20oC : 4 minggu
CREATINE KINASE-MB (CK-MB)
Peningkatan kadar:
Angina peptoris berat, iskemia jantung, miokarditis, hipokalemia dan
defibrilisasi jantung.
Nilai rujukan: ≤ 24 U/L


LACTATE DEHYDROGENASE (LDH)
• Lactate Dehydrogenase (LDH), Enzim intraseluler yang terdapat pada
hampir semua sel yang bermetabolisme.
• Konsentrasi tinggi ditemukan di jantung, otot rangka, hati, ginjal, otak
dan eritrosit.
• Uji aktivitas LDH: secara kinetik dgn menggunakan fotometer
• Prinsip kerja: LDH akan mengkatalisis asam laktat menjadi piruvat
dengan bantuan NAD + yang terdapat pada reagen.
• Tujuan tes:
• Mendiagnosis kerusakan otot miokardium atau otot rangka
• Membandingkan temuan uji dengan enzim jantung lainnya
• Nilai Rujukan:
• .Laki-laki : <248 U/L
• Perempuan : <247 U/L
LACTATE DEHYDROGENASE (LDH)
• Peningkatan aktivitas LDH ditemukan pada kelainan otot jantung, hati,
skeletal dan penyakit ginjal, serta beberapa kelainan hematologi dan
neoplastik.
• Peningkatan LDH 2-3 kali NR : Kelainan hati seperti hepatitis dan sirosis
hati.
• Pada kasus AMI Kadar LDH meningkat dalam waktu 12 sampai 24 jam,
mencapai puncaknya 48 sampai 72 jam. Dan akan tetap meningkat
selama 10 hari.
TROPONIN

 Petanda infark miokard, umumnyaberupa protein yang terdapat


dalamsel otot j antung.
 Kompleks protein: Troponin C(18 kD), T(39,7 kD), I (22,5 kD)
 TnC: komponenyang mengikatCa&menginisiasi kontraksi
 TnI: komponenpenghambat kontraksi pada keadaan istirahat
 TnT: Komponenpengikatkomplekstroponin pada tropomiosin
 SebagbesarTnI di ototjantungmembentukkompleks denganTnC&
TnT
 3-6%TnI bebasdi sitoplasmaotot jantung
* The Troponin
complex

Troponin T

Troponin C

Troponin I

Tropomyosin

Actin Head-to-Tail Overlap


of Tropomyosin

• The Troponin complex: three unrelated proteins


Troponin I, C and T which interact synergistically
• In the absence of Ca++, the Troponin complex and
Tropomyosin inhibit myosin – actin interaction
• Troponin T in the myocardium is different from
Troponin T in skeletal muscle
cTnI
- Meningkat : 2 –8 jam
- Puncak : 10 –24 jam
- Menurun : Hari ke 7
cTnT
- Meningkat : 2 –8 jam
- Puncak : 10 –24 jam
- Menurun : Hari ke 14

Normal : cTnI : < 1,0 μg/L


cTnT : < 0,1 μg/L
Sampel: Plasme Heparin
MIOGLOBIN

 Protein heme(2% total protein dlmotot)


 Berada dalamsitoplasma sel otot skelet & jantung
 Bergunadalamoksigenasi otot
 BMkecil  cepat di lepas ke sirkulasi dibanding CK, CKMB,
Troponin
 Lebih sensitif dibanding parameter lain (82%, Tn T 64%, CKMB 23%)
 Meningkat pd: kerusakan otot skelet & otot jantung
 Dideteksi: 2 jamsetelah IMA & Puncak: 8-12 jam & Hilang: < 24 jam
post infark
LDH
cTnI

CK-MB

Myoglobin

Reference Interval

0 1 2 3 4 5 6 7 10
Days after onset of AMI

Marker Initial Elevation Peak Return to Baseline


Troponin-I 4 – 6 hours 24 hours Up to 10 days
CK-MB 4 – 8 hours 12 – 24 hours 3 – 4 days
Myoglobin 2 – 4 hours 18 hours < 24 hours
LDH 10 – 12 hours 48 – 72 hours 7 – 10 days
*
*
*
Merupakan zat yang mampu menghantarkan muatan listrik
jika dilarutkan di dalam air.
Partikel yang bemuatan positif atau negatif yang kehilangan
atau mendapatkan elektron disebut sebagai ion.
Ion bermuatan positif disebut kation dan ion bermuatan
negatif disebut anion.
Kation yg paling umum didalam tubuh adalah kalium dan
natrium
Anion yang paling banyak ditemukan di dalam tubuh adalah
klorida dan bikarbonat.
Elektrolit tambahan di dalam tubuh: magnesium, kalsium
fosfat, dan sulfat tetapi tidak termasuk di dalam kategori
panel elektrolit.
* Alat: chemestry analyzer
* Persiapan pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
* Sampel: plasma/serum, harus dipisahkan dari sel darah dalam
waktu kurang dari satu jam sejak pengumpulan.
* Nilai rujukan:
Natrium: 135-145 mEq/L = mmol/L
Kalium: 3,5 – 5,0 mmol/L = mmol/L

*
Klorida: 98 – 108 mmoL/L = mmol/L
Bikarbonat: 22-30 mmol/L = mmol/L
*
*Thanks for your attention

Anda mungkin juga menyukai