Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Akhir Praktikum

Biokimia

Objek 6. Pemeriksaan Gula Darah (Diabetes Mellitus) dan Kreatinin (Gangguan Fungsi Ginjal)

Oleh

Eugenia Shepany

1911012040

Kelompok :2

Anggota Kelompok :

1. Nurul Fadhila (1911011004)


2. Nisa Nasution (1911011040)
3. Andini Septiana (1911012016)
4. Andriani Gita (1911013015)
5. Rabiul Fajri (1911013028)

Asisten :

1. Mila Yultri Daromina (1711011035)


2. Annisia Oksa Wella Putri (1711011037)

Dosen Penanggung Jawab:

1. Apt. Lailaturrahmi, M. Farm


2. Apt. Rahmi Yosmar, M. farm
Laboratorium Biokimia
Fakultas Farmasi
Universitas Andalas
2020
I. Tujuan
- Untuk menentukan adanya glukosa di dalam darah
- Untuk mengetahui adanya kreatinin di dalam darah.
II. Teori

Glukosa darah merupakan gula yang terdapat dalam darah yang berasal dari karbohidrat
dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dihati dan diotot rangka. Glukosa darah
berfungsi sebagi penyedia energitubuh dan jaringan-jaringan dalam tubuh. Kadarglukosa juga
dipengaruhi berbagai faktor dan hormon insulinyang dihasilkan kelenjar pankreas, sehingga hati
dapat mengatur kadar glukosa dalam darah.[1]

Glukosa darah dibagi menjadi dua yaitu hiperglikemia dan hipoglikemia.


Hiperglikemiabisaterjadi karena asupan karbohidrat danglukosa yang berlebihan. Beberapa tanda
dan gejala dari hiperglikemia yaitu peningkatan rasa haus, nyeri kepala, sulit konsentrasi,
pengelihatan kabur, peningkatan frekuensi berkemih, letih, lemah, penurunan berat badan.
Sedangkan hipoglikemia juga bisaterjadi karenaasupan karbohidrat dan glukosa kurang.
Beberapa tanda dan gejala dari hipoglikemia yaitu gangguan kesadaran, gangguan penglihatan,
gangguan daya ingat, berkeringat, tremor, palpitasi, takikardia, gelisah, pucat, kedinginan,
gugup, rasa lapar.[2]

Kadar glukosa darah dalam keadaan normal berkisar antara 70-110 mg/dl. Nilai normal
kadar glukosa dalam serum dan plasma adalah 75-115 mg/dl,kadar gula 2 jam postprandial ≤ 140
mg/dl, dan kadar gula darah sewaktu ≤ 140 mg/dl.[1]

Macam –macam Pemeriksaan Gula Darah Menurut Depkes ada macam –macam
pemeriksaan gula darah, yaitu :

a.Gula darah sewaktu

Suatu pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu tanpa tidak harus
memperhatikan makanan terakhir yang dimakan.[3]

b.Gula darah puasa dan 2 jam setelah makan

Suatu pemeriksaan gula darah yang dilakukan pasien sesudah berpuasa selama 8 –10 jam,
sedangkan pemeriksaan gula darah 2 jam sesudah makan yaitu pemeriksaan yang dilakukan 2
jam dihitung sesudah pasien menyelesaikan makan.[3]

Pemeriksaan penyaring menurut Departemen Kesehatan: Pemeriksaan penyaring yang


ditujukan pada seorang yang memiliki risiko DM namun belum menunjukkan adanya gejala DM.
Pemeriksaan penyaring sendiri bertujuan untuk menemukan pasien dengan DM, TGT (toleransi
glukosa terganggu) ataupun GDPT (glukosa darah puasa terganggu), sehingga dapat ditangani
lebih dini secara tepat. Pasien dengan TGT dan GDPT juga sebagai intoleransi glukosa, yaitu
tahapan sementara menuju DM. Kedua kondisi tersebut merupakan faktor risiko untuk terjadinya
DM dan penyakit kardiovaskular di kemudian hari. Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada
kelompok yang mempunyai salah satu faktor risiko DM.Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan
dengan cara melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darahpuasa.
Apabila pemeriksaan penyaring ditemukan hasil yang positif, maka perlu dilakukan konfirmasi
dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa atau dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO)
standar.[3]

Kriteria diagnosis diabetes melitus Menurut Chris (2014) melitus dapat ditegakkan
melalui tiga cara, yaitu :

a. Jika keluhan klasik ditemukan, maka hasil pemeriksaan sesaat pada glukosa plasma
sewaktu lebih dari 200 mg/dl. Glukosa plasma sewaktu merupakan dari hasil
pemeriksaan sesaat pada satu waktu tanpa tidak memperhatikan waktu makan teratur.
b. Pemeriksaan kadar glukosa plasma puasa lebih dari 126 mg/dl dengan adanya keluhan
klasik. Puasa dimana tidak ada asupan kalori sekurangnya 8 jam.
c. Kadar gula plasma 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) > 200 mg/dL.[4]

Hasil pemeriksaan yang tidak memasuki kriteria normal dapat digolongkan ke dalam
kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
Kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) yaitu bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan
glukosa plasma 2 jam sesudah beban antara 140 –199 mg/dl. Kelompok glukosa darah puasa
terganggu (GDPT) yaitu sesudah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 –125
mg/dl dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam <140 mg/dl.[4]

Cara Mengukur Kadar Gula Darah

Menurut Rudi (2013) ada beberapa cara yang bisa dilakukan baik secara pribadi atau tes
klinik antara lain :

a. Tes Darah
Bisa dilakukan di laboratorium, yang diperiksa adalah darah saat puasa dan
setelah makan. Sebelum melakukan pemeriksaan, harus berpuasa dahulu selama 12 jam.
Kadar gula darah yang normal selama berpuasa antara 70 –110 mg/dL.Kemudian,
pengambilan darah akan dilakukan kembali 2 jam setelah makan, bila hasilnya > 140 mg/
dL berarti menderitakencing manis atau diabetes melitus.
b. Tes Urine
Tes ini juga dilakukan di laboratorium atau klinik yang diperiksa air kencing atau
urine yang dilihat seperti kadar albumin, gula dan mikroalbuminurea untuk mengetahui
apakah seorang menderita penyakit diabetes atau tidak.
c. Glukometer
Tes ini dapat dilakukan dilaboratorium yang diperiksa bisa gula darah sewaktu,
gula darah puasa (puasa terlebih dahulu minimal selama 8 jam sebelum diperiksa)
ataupun gula darah 2 jam setelah makan. Kadar gula darah sewaktu normalnya adalah <
110 mg / dL, gula darah puasa normalnya adalah antara 70 –110 mg / dL dan gula darah
saat 2 jam setelah makan normalnya < 140 mg / dL. Tes ini juga bisa dilakukan sendiri di
rumah jika mempunyai alatnya. Caranya antara lain dengan menusukkan jarum pada jari
untuk mengambil sampel darah, kemudian sampel darah dimasukkan ke dalam celah
yang tersedia pada mesin glukometer. Hasilnya tidak terlalu akurat, tetapi bisa digunakan
untuk memantau gula bagi penderita agar apabila ada indikasi gula darah tinggi dapat
segera melakukan pengecekan di laboratorium dan menghubungi dokter. Alat glukometer
terkini sudah dirancang begitu mudah digunakan dan tidak menimbulkan rasa sakit pada
saat mengambil sampel darah.[4]

Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.Keratin sebagai besar dijumpai di otot
rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.Dalam sintesis ATP
(Adenisin Tri Phospat) dari ADP (Adenosin Diphospat), keratin fosfat diubah menjadi kreatin
dengan kataliasi enzim keratin kinase. Sejumlah kecil proses kreatinin diubah secara irreversible
menjadi kreatinin, yang dikeluarkan dari sirkulasi oleh ginjal. Jumlah kreatinin yang dihasilkan
oleh seseorang setara dengan masa otot rangka yang dimiliki.[5]

Kreatinin dalam darah meningkat apabila fungsi renal berkurang, bila pengurangan fungsi
ginjal terjadi lambat dan disampingnya massa otot juga menyusut secara berangsur-angsur, maka
ada kemungkinan kadar kreatinin dalam serum tetap sama meskipun ekskresi per 24 jam kurang
dari normal.[5]

Kreatinin punya batasan normal yang sempit. Nilai batasan ini menunjukkan semakin
berkurangnya fungsi ginjal secara pasti.Terdapat ikatan yang jelas antara bertambahnya nilai
kreatinin dengan derajat kerusakan ginjal, sehingga diketahui pada nilai berapa, perlu dilakukan
tindakan cuci darah.[5]

Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi kadar kratinin dalam darah diantaranya
adalah:

a. Perubahan masa otot.


b. Diet kaya daging atau suplemen kaya kreatinin akan meningkatkan kadar kreatinin
sampai beberapa jamsetelah makan.
c. Aktivitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin darah.
d. Obat-obatan seperti Sefalosporin, Aldacton, Aspirindan Co-trimexazole dapat
mengganggu sekresi kretinin sehingga meninggikan kadar kreatinin.
e. Kenaikan sekresi tubulusdan destruksi kreatinin internalf.
f. Usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi daripada orang muda,
serta pada laki-laki kadar kreatinin lebih tinggi dari pada wanita.[6]

Metode Pemeriksaan yang sering di pakai di laboratorium adalah metode JaffeReaction,


dengan prinsip reaksi:
Kreatinin + Asampikrat →Kompleks kreatinin pikrat

Kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning
jingga.Absorbance ini proposional dengan konsentrasi kreatinin dalam sampel. Alat yang
digunakan photometer.[6]

Pemeriksaan Metode Jaffe ini terbagi dalam 2 cara yaitu cara deproteinasi dan tanpa
deproteinasi. Cara deproteinasi adalah dengan penambahan TCA(Tri Chlor Acetic Acid) 1,2
Npada sampel sebelum dilakukan pengukuran, diputar dengan kecepatan tinggi selama 5-10
menit maka protein dan senyawa lain akan mengendap dan filtrat digunakan untuk pengukuran
kreatinin dalam suasana alkalis dan konsentrasi ditentukan dengan ketepatan waktu
pembacaan.[6]
III.Prosedur Kerja
a. Pemeriksaan Gula Darah (Diabetes Mellitus)
Alat
1. Buret micro 2 ml
2. Tes tube
3. Blood lancet
4. Kapas,funel
5. Penangas air (waterbath)

Bahan

1. Zincsulfat 0,45%
2. NaOH 0,1N
3. K3Fe(CN)6 0,005N
4. KI
5. Asetic acid
6. Amilum
7. Na2S2O3 0,005N

Cara Kerja

Campur NaOH dengan ZnSO4 dalam testube masing masing 1 ml dan 5 ml

Tambahkan 0,1 ml darah kapiler, campur, lalu rebus selama 4 menit

Saring dan cuci dengan aquadest melalui saringan kapas (2x3 ml), air
cucian masukan ke filtrat

Filtrat ditambah dengan 2 ml K3Fe(CN)6 rebus selama 15 menit, dinginkan


lalu tambah 3 ml KI dan 2 ml acetic acid

Tambahkan 2-3 tetes amilum lalu titer dengan Na tiosulfat

Blanko dibuat sama tapi tanpa darah, perlakuan yang lain sama
Catat Na2S2O3 terpakai,kadar gula lihat tabel (sampel-blanko)

b. Pemeriksaan Kreatinin Darah


Alat
1. Centrifuges aparatus
2. Tabung centrifuges
3. Spektrofotometer
Bahan
1. Na tungstat 10%
2. H2SO4 0,006 N
3. FBP

Cara Kerja

Teknik membuat FBP cara Folin Wu

Gunakan tabung sentrifuge

Masukkan 1 ml serum darah

Tambahkan aquadest 7 ml

Tambahkan 1 ml Na tungstat 10% campur 3 menit,tunggu 5 menit

Tambahkan 1 ml H2SO4 0,006 N, disentrifus 15 menit dengan 1500 rpm

Mengambil filtrat harus hati hati jangan sampai keruh. Bila menggunakan serum
standart juga dibuat FBP nya. Bila digunakan standart murni juga diberlakukan sama
tanpa deproteinisasi, karena standart murni tidak mengandung protein. Kemudian
sediakan 3 buah test tube dengan label B,S dan St

Cara membuat pikrat alkalis

Campur pikrat alkalis jenuh dengan NaOH 10% 7:1 Sampel dan standart
dibaca dengan spektrofotometer
Cara membuat F0

Air + Na tungstat + H2SO4 dengan perbandingan 8 : 1 : 1. Tujuan supaya


PH sama dengan sampel

Skema kerja

Blank + 2 ml FO + 1 ml Pikrat Alkalis

Standart + 2 ml FBP serum standart + 1 ml Pikrat Alkalis

Sampel + 2 ml FBP serum sampel + 2 ml Pikrat Alkalis

C= As/Ast x C St mg%

St = Nilai standart serum


IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
a. Pemeriksaan glukosa darah
Metode Jenis Hasil Nilai Keterangan
Pemeriksaan rujukan
Metode GOD Glukosa 60 gr/dl 70-110 gr/dl Hipoglikemia
PAP umum
Metode 60 gr/dl
Hagedorn Jansen
Metode Glukosa 140 gr/dl 80-109 gr/dl Hiperglikemia
Orthotoluidin puasa
Metode Nelson Glukosa 125,64 100-144 gr/dl Normal
Somogy darah 2 jam gr/dl

b. Pemeriksaan kreatinin darah


Metode Jenis Hasil Nilai Keterangan
Pemeriksaan rujukan
Metode Jeffe Kreatinin 1,76 gr/dl 0,70-1,20 Tidak normal
gr/dl

Kel 2
Dik:
Serapan sampel = 0,010
Serapan standar = 0,020
Konsentrasi standar 1 mg/ml
Dit: kadar glukosa
0,010
= 𝑥 100 𝑚𝑔/𝑑𝑙
0,020
= 60 gr/dl
4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini membahas tentang pemeriksaan gula darah dan kreatinin darah.
Pemeriksaan gula darah berfungsi untuk mengetahui kadar gula darah normal atau tidak dan
untuk mendiagnosis penyakit DM, sedangkan fungsi dari pemeriksaan kreatinin adalah melihat
kemampuan ginjal dalam menyaring darah dan urin.

Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan dengan metode enzimatis dan non enzimatis.
Enzimatis artinya sampel direaksikan dengan enzim yang terdapat dalam kit, sedangkan non
enzimatis artinya sampel direaksiakan dengan reagen-reagen tertentu. Pada praktikum ini kita
menggunakan 3 metode non enzimatis dan 1 metode enzimatis. Pertama, metode pemeriksaan
non enzimatis antara lain metode Hagedorn Jansen yang prinsipi nya Gula akan mereduksi
K3Fe(CN)6 . Sisa K3Fe(CN)6 akan direaksikan dengan KI yang akan menghasilkan I2. I2 yang
dihasilkan dititer dengan Na2S2O3. Dengan perhitungan kimia K3Fe(CN)6 yang telah tereduksi
dapat diperhitungkan yang setara dengan jumlah gula. Kedua, metode Orthotoluidin prinsipnya
adalah hydrogen dicampur dengan orthotoluidin dalam larutan asam panas menghasilkan warna
hijau yang ditentukan kadarnya secara fotometrik. Ketiga, metode Nelson somogy prinsipnya
adalah gula pereduksi akan mereduksi cupri menjadi cupro. Lalu metode enzimatis yang
digunakan disini adalah metode GOD PAP yang prinsipnya glukosa dalam sampel dioksidasi
membentuk asam glukonat dan hydrogen peroksida. Semua hasil dapat diukur nilai
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer disesuaikan dengan panjang gelombang
dan warnanya. Kadarnya dapat dihitung dengan membandingkan nilai absorbansi sampel dengan
standar dikalikan dengan konsentrasi standar.

Kelebihan metode enzimatis adalah spesifik, presisi tinggi, dan relative bebas dari
ganggua zat lain sedangkan kekurangannya adalah ketergantungan reagen. Sedangkan
kekurangan metode non enzimatis adalah kurang spesifik karena masih dapat mendeteksi zat lain
yang sifatnya sama seperti glukosa.

Pemeriksaan kreatinin dilakukan dengan menggunakan metode jeffe yang prinsipnya


kreatinin membentuk kompleks berwarna merah oranye dalam larutan pikrat basa. Perbedaan
absorbansi selama terjadinya konversi sebanding dengan konsentrasi kreatinin pada sampel.

Pada percobaan ini kelompok saya mendapatkan data pemeriksaan glukosa dengan metode
Hagedorn jansen, yang mana setelah dihitung dengan rumus yang tertera. Didapatkan nilai kadar
glukosa 60 gr/dl. Nilainya tidak normal dan tergolong rendah, yang menginterpretasikan
hipoglikemia. Dengan gula darah 60 gr/dl ini maka akan tampak gejala neurogenik seperti
berkeringat dan gejala neuroglikopenik seperti ataxia dan paraesthesia.

Berdasarkan hasil dari semua kelompok, didapatkan hasil yang beragam ada yang
hiperglikemia dan ada yang hipoglikemia dan ada yang kadar kreatininya tinggi setelah
dibandingkan dengan nilai rujukan. Faktor yang menyebabkan hipoglikemia adalah
mengkonsumsi obat-obatan seperti sulfonylurea, konsumsi alkohol, penyakit hati, kekurangan
hormone dan tumor pancreas atau pemberian insulin berlebih pada penderita DM. Sedangkan
faktor yang menyebabkan hiperglikemia adalah tidak minum obat diabetes secara teratur, tidak
menyuntikkan insulin dengan benar atau menggunakan insulin kedaluwarsa, mengonsumsi
makanan tinggi karbohidrat secara berlebihan, memiliki penyakit kronis tertentu dan mengalami
penyakit infeksi tertentu.

Adapun faktor yang mempengaruhi kreatinin adalah perubahan masa otot, diet kaya daging
atau suplemen kaya kreatinin akan meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jamsetelah
makan, aktivitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin darah, obat-obatan
seperti Sefalosporin, Aldacton, Aspirindan Co-trimexazole dapat mengganggu sekresi kretinin
sehingga meninggikan kadar kreatinin, kenaikan sekresi tubulusdan destruksi kreatinin internalf,
serta usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi daripada orang muda,
serta pada laki-laki kadar kreatinin lebih tinggi dari pada wanita
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
1. Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode
enzimatis dan non enzimatis
2. Penentuan kadar glukosa ditentukan dengan membandingkan nilai absorban
sampel dengan standar dikali konsentrasi standar
3. Kadar glukosa darah yang melebihi nilai rujukan diinterpretasikan
hiperglikemia dan jika kurang dari nilai rujukan diinterpretasikan
hipoglikemia
4. Faktor yang menyebabkan hipoglikemia adalah mengkonsumsi obat-obatan
seperti sulfonylurea, konsumsi alkohol, penyakit hati dan sebagainya
5. Faktor yang menyebabkan hiperglikemia adalah tidak minum obat diabetes
secara teratur, tidak menyuntikkan insulin dengan benar atau menggunakan
insulin kedaluwarsa, mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat secara
berlebihan dan sebagainya
6. Kadar kreatinin menunjukkan kemapuan ginjal dalam menyaring darah dan
urin. Adapun faktor yang mempengaruhi kreatinin adalah perubahan masa
otot, diet kaya daging atau suplemen kaya kreatinin, aktivitas fisik, jenis
kelamin dan sebagainya

5.2 Saran
1. Praktikan memahami materi yang akan dipraktikumkan
2. Praktikan mencari referensi tambahan lainnya untuk praktikum
3. Praktikan mencatat hasil diskusi bersama dosen dan asisten
4. Praktikan mentaati tata tertib praktikum
5. Praktikan melakukan percobaan sesuai prosedur
DAFTAR PUSTAKA

[1] Kee, Joyce LeFever. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik ed 6. Jakarta:
EGC; 2007

[2] Poedjiadi, A. Dasar Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press); 2006

[3] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta:
KEMENKES RI; 2011

[4] Chris tanto, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV. Jakarta : Media Aeskulapiu; 2014

[5] Ronald, A. Sacher. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama; 2004

[6] Sukandar. Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Jakarta: Pusat Informasi Ilmiah; 2006
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai