Anda di halaman 1dari 70

Bahan Ajar Kimia Farmasi

Kualitatif II

Oleh
Dr. Roslinda Rasyid, M.Si, Apt

Fakultas Farmasi, Universitas


Andalas
SULFONAMIDA
Rumus umum sulfonamida :
R1 R2

N SO2 N
H
R2

Sintesa senyawa gol. Sulfonamida


NH2 NHCOCH3 NHCOCH3

(CH3CO)2O ClSO3H

Anilin Asetanilida
SO2Cl

p-Asetamidobenzen
sulfonilklorida
NHCO CH 3 NH 2

NH 3 H 2O
H+

NHCOCH 3

SO 2 NH 2 SO 2 NH 2
Sulfanilam ida

NHCOCH 3 NH 2

SO 2 Cl
RNH 2 H 2O
H+

SO 2 NHR SO 2 NHR
 Pada reaksi sintesa di atas, asetilasi terhadap
gugus amin dari anilin diperlukan untuk
mencegah penyerangan sulfonil klorida
terhadap gugus amin.
 Pada tahap akhir dari proses sintesa gugus
asetil dapat dihidrolisa kembali. Gugus asetil
yg terikat disini lebih mudah dihidrolisa
dibandingkan dengan gugus amida yg terikat
pada gugus sulfon.
Struktur dari beberapa senyawa gol. Sulfonamida
(Berdasarkan substitusi gugus R1 dan R2)

SO2 NH2
1. Gugus R1 dan R2 adalah H

Sulfanilamida

NH2
2. Gugus R1 adalah H, R2 bukan H. Kelompok ini yg paling banyak
ditemukan.
NH SO2 H3C NH SO2 NH SO2
N N N

N N N

CH3 CH3

NH2 NH2 NH2


Sulfadiazina Sulfadimidina Sulfamerazina
H3C NH SO2 SO2 N C NH2 SO2 N C CH3
N
H NH Na O

CH3
NH2 NH2
NH2
Sulfasomidina Sulfaguanidina Sulfasetamida

H H
NH SO2
N
SO2 N S SO2 N O
N

N CH3

NH2
NH2 NH2
Sulfapiridina
Sulfatiazol Sulfafurazol
3.Gugus R1 dan R2, bukan H
H
H

S N SO2 S N SO2

N N

COOH

O O

HN C CH2 CH2 COOH HN C

Suksinilsulfatiazol Ftalilsulfatiazol
 Di samping 3 kelompok tersebut dikenal lagi derivat atau turunan
senyawa sulfonamida. Kelompok ini mirip senyawa sulfonamida, tetapi
tidak sesuai dengan rumus umum di atas, yg termasuk kelompok ini
antara lain :
O
O

SO2 NH C NH
SO2 NH C NH (CH2)3 CH3

CH3
CH3
Adiabil = Diaboral
Tolbutamida = Artosin rastinon N N
H
H3C C N C C SO2 NH2
S
O

Diamox = Asetazolamida
Sifat umum

 Senyawa gol. Sulfonamida pada umumnya tidak


larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan larut
dalam aseton, asam mineral encer dan larutan
alkali hidroksida.
 Bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai
asam dan basa.
Sifat asam diberikan oleh gugus sulfon, sifat basa
diberikan oleh gugus amin. Karena itu sukar
dipisahkan dengan cara pengocokan yg umum
dilakukan untuk analisa senyawa organik.
Ekstraksi atau Penarikan

 Kalau zat dalam bentuk larutan , maka sebaiknya


dinetralkan dulu sampai pH 7, kemudian pelarutnya
diuapkan dan selanjutnya ditarik dengan aseton.
 Kalau zat dalam bentuk tablet atau bubuk dapat
ditarik langsung dengan aseton. Di samping itu
dapat juga dilakukan dengan menariknya memakai
pelarut HCl encer atau NH4OH encer, kemudian
disaring. Pada filtrat yg didapat ditambahkan
natrium asetat atau asam asetat, maka
sulfonamida akan mengendap.
Pemisahan

 Untuk pemisahan senyawa golongan


sulfonamida dapat dilakukan secara
kromatografi, yg biasa digunakan adalah
Kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas.
 Pemisahan dengan metode ini sebetulnya dapat
digunakan langsung sebagai penentuan
kualitatif dan kuantitatif, asal pemisahan dapat
berhasil dengan baik. Untuk itu pengetahuan
tentang kromatografi sangat menentukan.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
 Untuk pemisahan senyawa gol. Sulfonamida secara KLT, zat
terlebih dulu dilarutkan dalam aseton. Larutan zat jangan
terlalu pekat, cukup kira-kira 1%, dan larutannya sejumlah 5 uL.
 Untuk sulfonamida yg mempunyai gugus amin aromatis primer
atau R1 adalah H, sebagai cairan pengembang atau pengelusi
dapat dipakai :
Campuran kloroform : etanol : heptan ( 1: 1: 1) mengandung
1,5% air.
Penampak noda : setelah diazotasi dengan memakai NaNO 2
dalam HCl disemprot dengan larutan N-1-Naftiletilendiamin
atau naftilamin akan menghasilkan warna merah ungu.
 Penentuan kualitatif ditentukan dengan nilai Rf yg dihasilkan
masing-masing komponen.
Nilai Rf : sulfasetamida 0,42
sulfadiazina 0,47
sulfadimidina 0,64
sulfamerazina 0,57
sulfanilamida 0,53
sulfatiazol 0,50
Drai data diatas terlihat bahwa penampak noda atau larutan
fiksasi hanya bereaksi dengan sulfonamida yg mempunyai
gugus amin aromatis primer dan tidak dapat dipakai untuk
sulfonamida dengan R1 tersubstitusi.
 Untuk sulfonamida dengan gugus amin aromatis tersubstitusi atau
gugus R1 bukan H, seperti ftalilsulfatiazol atau suksinilsulfatiazol,
sebagai cairan pengembang dapat dipakai :
1. Campuran etanol : metanol (1 : 1).
2. Campuran asam klorida 0,05 N : n-propanol (1 : 4).
Pembuatan : 100 ml n-propanol dicampur dengan 25 ml air dan 0,1 ml
asam klorida pekat.
Penampak noda :
3. Ditaruh dibawah sinar ultraviolet (254 nm)
4. Larutan bromkresol ungu, dengan sulfonamida akan memberikan
warna biru atau ungu dengan latar belakang noda warna kuning.
Nilai Rf : Ftalilsulfatiazol 0,51
Suksinilsulfatiazol 0,43
Ftalilsulfasetamida 0,61
Kromatografi Kertas
 Kertas yg sering dipakai adalah kertas whatman. Kertas ini
disediakan dalam bermacam-macam ukuran dan harus disimpan
jauh dari sumber uap dan tempat yg mempunyai kelembaban tinggi.
 Sebagai cairan pengembang dapat dipakai :
Campuran n-butanol : NH4OH pekat : air (40 : 10 : 50).
Pembuatan : 40 ml n-butanol dicampur 10 ml NH4OH pekat dan 50
ml air suling di dalam corong pemisah. Kocok kuat-kuat, biarkan
beberapa saat sampai terjadi pemisahan, ambil lapisan organiknya.
 Sebagai penampak noda atau larutan fiksasi dipakai pereaksi Erlich
(p-DAB 1 g. HCl encer 10 ml dan etanol sampai 100 ml),
menghasilkan warna merah orange.
 Identifikasi
Untuk identifikasi senyawa gol. Sulfonamida
pada umumnya didasarkan pada :
1. Reaksi terhadap gugus amin aromatis
2. Reaksi terhadap gugus sulfon
3. Reaksi hidrolisis
Reaksi terhadap gugus amin aromatis
1. Reaksi Diazo
Zat dilarutkan dalam HCl p panas, kemudian dinginkan dengan es, tambahkan
NaNO2 LP, encerkan dengan air dan tambahkan 2-naftol LP, akan terbentuk
endapan berwarna jingga.
R2
N SO2 NH2 + HONO + HCl
-2H2O
H

HO

R2
N SO2 N N . Cl +
-HCl
H
Garam diazonium

HO
R2
N SO2 N N
H
Merah jingga
2. Reaksi Erlich
Dalam plat tetes, zat ditambahkan 1-2 tetes reagen p-DAB. HCl atau p-DAB akan
terbentuk warna merah jingga.
R2 H CH3 HCl
N SO2 NH2 + C N
H O CH3

p-DAB

R2 CH3
N SO2 N C N + H2O
H H CH3
Merah jingga

Kedua reaksi di atas hanya (+) untuk amin aromatis primer, dan untuk sulfonamida dengan
gugus amin tersubstitusi atau R1 nya bukan H, seperti ftalilsulfatiazol dan suksinilsulfatiazol,
kedua reagen diatas memberikan reaksi (-), warna yg terjadi adalah kuning dan bukan merah
jingga.
3. Reaksi Korek Api
Reaksi erlich dalam praktek sering dimodifikasikan
dengan memakai batang korek api, dikenal dengan
reaksi korek api.
Pada zat ditambahkan HCl encer, lalu kedalamnya
dicelupkan batang korek api, maka batang korek
api akan berwarna kuning jingga sampai merah
jingga. Hal ini diduga karena kayu batang korek api
mengandung lignin yg merupakan senyawa
aldehid.
4. Reaksi untuk gugus sulfon
Pada zat ditambahkan H2O2 30% dan 1 tetes FeCl3, kemudian ditambahkan HNO3 encer
dan BaCl2 atau Ba(NO3)2 akan terbentuk endapan putih.
FeCl3
H2N SO2 NH R + HO OH H2N +
+
H

R NH2 + SO42- + H2O

2- 2+
H+
SO4 + Ba BaSO4

Endapan putih
Pada reaksi diatas H2O2 dalam suasana asam terlebih dulu memberikan efek hidrolisis
terhadap ikatan antara S dan N, akan menghasilkan –SO3H dan R-NH2. Kemudian sulfonat
yang terbentuk dioksidasi menjadi sulfat. Sedang FeCl3 berfungsi sebagai katalis.
5. Reaksi dengan CuSO4 dalam NaOH
Zat dilarutkan dalam NaOH kemudian ditambahkan CuSO4
akan terbentuk senyawa kompleks dengan warna yg
berbeda, tergantung pada gugus R2 dari sulfonamida.
NaOH
H2N SO2 NH R + CuSO4

Cu2 H2N SO2 NH R


6. Reaksi Roux
Zat padat dalam plat tetes tambahkan 1 tetes reagen kemudian diaduk dengan
batang pengaduk dan amati perubahan warna yg terjadi.
Reagen Roux : natrium nitrofrusid10
air suling 100
natrium hidroksida2
kalium permanganat 5
Cara pembuatan :
Natrium nitrofrusid dilarutkan dalam air tambahkan NaOH dan KMnO 4 akan
terbentuk endapan yg banyak.

7. Reaksi KBrO3
Dalam tabung reaksi kecil, zat ditambah 1 ml H 2SO4 encer dan 1 tetes larutan
KBrO3 jenuh, amati warna yg terjadi.
KBrO3 jenuh dibuat dengan melarutkan KBrO3 dalam jumlah berlebih,
sehingga setelah dikocok masih didapatkan endapan dari KBrO 3 dalam larutan.
8. Reaksi Vanilin
Diatas kaca arloji atau kaca objek 1 tetes H 2SO4 ditambah beberapa kristal
vanilin dan kemudian diaduk, tambahkan zat, dan panaskan di atas api kecil,
amati warna yg terjadi.
Reaksi ini memberikan warna merah tua yg stabil untuk sulfamerazina dan
sulfamezatina, sedangkan sulfonamida yg lain memberikan warna kuning
atau hijau muda.

9. Pirolisa
Semua sulfonamida bila dipanaskan diatas titik leburnya akan terurai dan
timbul warna dari residunya.
sulfadiazinmerah
sulfaguanidinungu
sulfanilamidaviolet
sulfatiazol coklat merah
Reaksi Kristal
1. Aseton-Air
Zat dilarutkan dalam aseton dan tambahkan air sama banyak, larutan
diteteskan dikaca objek, dan lihat kristal dibawah mikroskop.
Reaksi kristal ini adalah berdasarkan kelarutan dari sulfonamida, dimana
pada umumnya sulfonamida mudah larut dalam aseton, dengan
penambahan air dia akan mengkristal kembali, karena sulfonamida tidak
larut dalam air.
2. Asam pikrat 1% dalam air.
3. p-DAB . HCl
Reagen ini disamping sebagai pereaksi warna, endapan yg terbentuk
adalah berupa kristal yg dapat dilihat dibawah mikroskop.
4. Mayer, Bouchardat dan Dragendorf
Ketiga pereaksi diatas umum dipakai untuk alkaloida, tetapi dapat juga
dipakai untuk pereaksi kristal untuk sulfonamida.
BARBITAL
 Yang termasuk kepada golongan barbital adalah senyawa-senyawa
turunan asam barbiturat atau malonil urea, dengan nama kimia 2,4,6-
trioksoheksahidropirimidin, dimana atom-atom H pada posisi 5
disubstitusi oleh gugus-gugus alkil, aril, atau oleh gugus alisiklik.
 Ada pula senyawa barbital yg berasal dari asam barbiturat dimana
substitusi terjadi pada posisi 1.
 Pada golongan tiobarbital atom O pada posisi 2 disubstitusi oleh atom S.
H R3
R3
O N O O N S
O N O
C C C C
H C C R1
R1
C N C N
C N
C H C C H
H R2 H R2
O O O

Asam barbiturat Gol. barbital Gol. tiobarbital


Sintesis
 Senyawa gol. Barbital disintesis dari turunan senyawa dietilestermalonat
yg dikondensasikan dengan ureum. Karena senyawa ini berasal dari
ureum, dan berbentuk lingkar, maka disebut juga gol. Ureida siklik.
H
O

C NH2 O O
N
R1
OC2H5 C C
C + C O R1 + C2H5OH
OC2H5
R2 C N
C NH2 C
R2 H
O
O
 Untuk memperoleh senyawa tiobarbital dapat dipakai tioureum
( H2N C ) sebagai
NH2 pengganti ureum.
S
Tata nama
 Nama generik yg umum digunakan adalah dengan nama induk asam
barbiturat, yg diawali dengan macam dan posisi substituen, misalnya :
asam 5,5-dietilbarbiturat = Veronal = Barbital
asam 5-etil-5-fenil barbiturat = Luminal
asam 1-metil-5-etil-5-fenil barbiturat = Prominal

 Seringkali nomor posisi pada tata nama tidak dituliskan, terutama pada posisi
5, dan untuk substituen pada posisi 1, diberi tanda atau diawali dengan N-. Jadi
apabila tidak dituliskan tanda posisi substituen, ini berarti substituen tersebut
terletak pada posisi 5, contoh :
Luminal = asam etilfenilbarbiturat
Prominal = asam N-metil, etilfenilbarbiturat
Evipan = asam N-metil, metilsikloheksenilbarbiturat

 Untuk tiobarbital digunakan nama induk asam tiobarbiturat, misalnya untuk


tiopental atau pentotal, dituliskan sebagai asam etil, 1-metil butil tiobarbiturat.
 Beberapa senyawa barbital lain
Dial : asam-allil-allilbarbiturat
Pentobarbital: asam etil, 1-metilbutilbarbiturat
Amytal : asam etilisoamilbarbiturat
Kemital : asam allilsiklohekseniltiobarbiturat

 Senyawa ureida siklik yg bukan barbital, tetapi mempunyai


rumus molekul mirip barbital adalah dari gol. Hidantoin.
Senyawa ini digunakan sbg antiepileptika, disintesis dari
asam glikolat dan ureum, contoh :
5,5-difenilhidantoin = Fenitoin = Difenilhidantoin
5-etil-5-fenilhidantoin = Nirvanol
H
R1
N O
C C

R2
C N

O H

Hidantoin

 Senyawa gol. Ureida alifatik yg kerjanya mirip barbital adalah: Adalin


Bromural
Sedormid

H3C Br O O

CH CH C NH C NH2

H3C
Bromural
Klasifikasi Barbital

Secara kimia, senyawa golongan barbital dapat


dibagi atas 3 kelompok :
1. 5,5-disubstitusi barbiturat
2. 1,5,5-trisubstitusi barbiturat
3. 5,5-disubstitusi tiobarbiturat
Stabilitas Gol. Barbital
 Senyawa gol. Barbital pada umumnya tidak stabil dalam air, dan karena
itu dalam bentuk sediaan cair dipakai pelarut bukan air. Peruraian
barbital disebabkan oleh peristiwa hidrolisis yg dapat dituliskan sebagai
berikut : H H H

O O O O O O
N N N
C C C C C C
R1 R1
-CO2
R1
C N C NH2 CH NH2
C COOH
R2 H R2 R2

O
OH H2N
O
C H2O
H2O R1 + C CO2 + NH3
CH
NH2
R2
Ureum
Sifat Umum Gol. Barbital

1. Umumnya berupa zat padat berbentuk kristal putih atau


tidak berwarna, dan berasa pahit.
2. Dalam bentuk asamnya sukar larut dalam air, tetapi mudah
dalam kloroform, eter dan etilasetat.
3. Mudah menyublim, karena itu sublimasinya dapat
dipergunakan untuk pemurnian ataupun identifikasi
kristalnya.
4. Titik leburnya tajam.
5. Merupakan senyawa asam berbasa satu, asam lemah.
6. Dapat mengalami tautomerisasi bentuk keto-enol yg dapat
diionisasi dan membentuk garam dengan alkali.
R R R

O O O OH O O-
N N N
C C C CH C CH
R R R + H+
C N C NH C NH
C C C
R H R R

O O O

Keto Enol
Ekstraksi Gol. Barbital
 Seperti umumnya ekstraksi senyawa organik yg bersifat
asam, maka ekstraksi gol. Barbital dapat dilakukan dengan
pelarut organik, misalnya eter atau kloroform, dengan
penambahan asam sulfat atau asam klorida pada pH 4-5.
 Ada pula cara lain, yaitu dengan membentuk kompleks
piridin-CuSO4-Barbital yg mengendap, endapan
dipisahkan dan kemudian barbitalnya dibebaskan dari
kompleks tersebut dengan cara hidrolisis dengan asam.
Reaksi secara skematik dapat digambarkan sebagai
berikut : + CuSO + 2 Piridin
2 Barbital (Barb) Cu(Pir)
4 2 2
Identifikasi Gol. Barbital

1. Dengan garam kobalt + basa


 Pereaksi ini dikenal dengan pereaksi Parry.
 Kepekaan reaksi sangat tinggi dalam suasana bebas air,
karena itu reaksi ini dilakukan tanpa air.
 Barbital kering ditambah larutan 1% garam kobalt asetat,
kobalt klorida, atau kobalt nitrat dalam metanol atau etanol.
Kepada campuran tsb tambahkan basa, misalnya uap amonia,
larutan 1% NaOH atau LiOH dalam metanol, akan terbentuk
warna biru violet. Sebagai basanya dapat pula dipakai basa
organik, misalnya larutan isopropilamin 1% dalam metanol.
Dengan basa organik biasanya diperoleh warna yg lebih
stabil, dimana barbiturat akan memberikan warna merah
sedangkan difenilhidantoin violet.
2. Vanilin + H2SO4
Pada zat ditambahkan larutan 1% vanilin dalam H2SO4 dan
diamkan selama 2 menit, amati warna yg terjadi. Reaksi ini
dapat digunakan untuk membedakan senyawa-senyawa
dalam gol. Barbital.

3. Reaksi Millon’s
Reagen ini dibuat dengan melarutkan merkuri nitrat dalam
asam nitrat, atau 1 bagian logam merkuri dilarutkan dalam 1
bagian asam nitrat pekat, kemudian diencerkan dengan 2
bagian air.
Zat + beberapa tetes reagen, amati endapan yang terbentuk.
4. Reaksi Iodoform
Pada 2 ml zat ditambahkan beberapa tetes larutan
NaOH 2 N dan larutan iodium 0,1 N, akan terbentuk
endapan yg berwarna kuning dari iodoform. Endapan ini
berupa kristal yg dapat dilihat dibawah mikroskop. Di
samping itu juga dapat diamati bau dari iodoform.

5. Reaksi Lieberman’s
Reagen ini dibuat dengan melarutkan 1 g KNO2 dalam 10
ml H2SO4 pekat.
Zat + beberapa tetes reagen, amati warna yg terbentuk.
6. Reaksi Zwikker
Zat + beberapa tetes reagen Zwikker (CuSO 4 + piridin) akan
terbentuk kompleks berupa endapan yg berwarna.

7. H2SO4 + HNO3
Zat + H2SO4 + HNO3, amati warna yg terjadi.
Reaksi ini digunakan untuk penentuan substituen fenil.

8. Reaksi-reaksi kristal
a. Aseton-air
b. Fe-kompleks
c. Sublimasi
d. NaOH-asam asetat
9. Penentuan titik lebur endapan dengan xanthydrol
 Semua barbital yg hanya tersubstitusi pada posisi 5,5 dapat
membentuk endapan dengan xanthydrol, sedang yg tersubstitusi
pada posisi 1 tidak memberikan endapan.
 Cara : 30-50 mg barbiturat + 100 mg xanthydrol dan larutkan dalam
0,5-1 ml asam asetat glasial, panaskan 1 menit, dinginkan akan
terbentuk endapan kristal halus yg selanjutnya dapat ditentukan
titik leburnya setelah dicuci dengan etanol dan direkristalisasi
dalam campuran aseton dan n-amilasetat sama banyak.
 Contoh : Titik lebur kristal xanthydrol dari :
Aprobarbital : 230-231
Luminal: 220-221
Veronal : 246-248
10.Pemisahan campuran dan identifikasi senyawa gol. Barbital secara
kromatografi
Metode kromatografi dapat digunakan untuk pemisahan senyawa dalam
campuran dan langsung identifikasi senyawa tsb dengan memakai data nilai
Rf dari literatur atau memakai larutan pembanding.
Kromatografi kertas
Sistem 1 :
 Kertas whatman no.1, setelah dipotong-potong dicelupkan dalam larutan
trinatrium ortofosfat (Na3PO4. 12H2O), kemudian dikeringkan diudara atau
dalam oven. Sebelum perlakuan kertas dicelupkan dalam campuran aseton :
air (3:1). Setelah asetonnya kering (kira-kira 2 menit), larutan barbital
ditotolkan pada garis yg telah dibuat pada salah satu tepi kertas.
 Sampel : Larutkan barbital 1% dalam etanol, eter, kloroforom, atau pelarut
organik lain yg mudah menguap. Garam-garam barbital dalam larutan air
dapat ditotolkan langsung pada kertas tanpa diisolasi dulu dalam suasana
asam. Jumlah zat yg ditotolkan berkisar antara 10-50 ug.
 Sebagai cairan pengembang atau larutan eluen dipakai etilen diklorida.
 Lokasi atau daerah noda dilihat dibawah sinar UV (254 nm) akan terlihat
senyawa gol. Barbital berupa noda gelap.
 Nilai Rf dibandingkan terhadap Amilobarbital :
Allobarbital 0,09 Pentobarbital 1,16
Allilbarbital 0,40 Fenobarbital 0,09
Amilobarbital 1,00 Probarbital 0,08
Barbital 0,06 Heptabarbital 0,58
Butobarbital 0,52 Tiopental 1,80
Hexobarbital 2,40 Metilfenobarbital2,00

Sistem 2 :
 Kertas whatman no.1 dicelupkan dalam larutan 20-30% formamida dalam
aseton selama 10-15 menit dan kemudian dikeringkan diudara.
 Sampel : 3 sampai 4 ul dalam larutan kloroform.
 Cairan pengembang atau larutan eluen :
Ammonium hidroksida 5 N : Benzen : Kloroform (6 : 3 : 13). Chamber
dijenuhkan dengan 20 sampai 30% formamida dalam aseton.
 Lama pengembangan : 2 sampai 2,5 jam
 Penampak noda dipakai larutan perak nitrat.
 Nilai Rf :
Allobarbital 0,15 Siklobarbital 0,18
Amilobarbital 0,31 Heksobarbital 0,77
Barbital 0,19 Pentobarbital 0,41
Butobarbital 0,06 Fenobarbital 0,07
Sistem 3 :
 Kertas dan sampel sama dengan sistem 2.
 Sebagai cairan pengembang atau larutan eluen dipakai NH 4OH 5N : n-
butanol : kloroform : formamida (3 : 3 : 5 : 1).
 Sebagi penampak noda sama seperti sistem 2.
 Nilai Rf :
Allobarbital 0,12 Heksobarbital 0,85
Amilobarbital 0,46 Metilfenobarbital0,90
Barbital 0,09 Pentobarbital 0,64
Butobarbital 0,35 Fenobarbital 0,06
Siklobarbital 0,23
Kromatografi Lapis Tipis
Sistem 1:
 Plat kaca dilapisi dengan bubur yg dibuat dari 30 g silica gel G dan air 60 ml. Lapisan
dibuat dengan ketebalan 0,25 mm dan dikeringkan pada temperatur 120˚ C selama
30 menit.
 Sampel diekstraksi dengan kloroform, 200 ul residu ditotolkan pada plat dengan
jarak 0,5 cm dari permukaan larutan, diameter totolan (spot) tidak lebih dari 2 mm
dan jarak tiap spot tidak kurang dari 0,5 cm. Kloroform diuapkan memakai sinar
inframerah.
 Larutan eluen
Aseton : kloroform (1 : 9)
 Untuk pengembangan ditunggu sampai larutan naik 10 cm, atau kira-kira 17 menit.
 Lokasi atau daerah noda dapat dilihat dengan menyemprot :
a. Fluoresein memberikan warna merah muda.
b. Merkuri nitrat menghasilkan warna hitam.
c. Kalium permanganat menghasilkan warna kuning coklat.
d. Reagen Zwikker’s menghasilkan warna merah muda atau hijau.
TRANQUILIZER
Turunan Fenotiazin
R1

R2
N

S
 Contoh :
Klorpromazin (Largactil)
R1 = CH2 (CH2)2 N(CH3)2

R2 = Cl
Fluopromazin (Triflupromazin)
R1 = CH2 (CH2)2 N(CH3)2

R2 = CF3

 Ekstraksi : dilakukan dengan menggunakan pelarut organik dalam suasana basa.


Identifikasi
1. Dengan pereaksi FPN
 Terdiri dari campuran 5 ml larutan 5% FeCl3 dalam air + 45 ml HClO4 20% + 50 ml
HNO3 50%
 Zat + 1 ml pereaksi FPN terbentuk warna merah muda, merah, orange, biru dan
violet.
2. Dengan pereaksi Forrest
 Terdiri dari campuran masing-masing 25 ml larutan : K2Cr2O7 0,2%, H2SO4 30%,
HClO4 20% dan HNO3 50%.
 Zat + 1 ml pereaksi forrest terbentuk warna ungu yg kemudian hilang.
3. Dengan pereaksi yg terdiri dari :
 Campuran 20 ml FeCl3 5% + 20 ml H2SO4 10%.
 Zat + pereaksi terbentuk warna merah muda.
4. Dengan larutan ammonium molibdat terbentuk warna.
5. Dengan pereaksi ammonium vanadat terbentuk warna.
6. Dengan pereksi marquis terbentuk warna.
7. Reaksi kristal dengan reagen :HgCl2
AuCl4
AuBr4
Turunan Benzodiazepin
N

1,4 benzodiazepin

 Contoh : Klordiazepoksida (Librium)


Diazepam (Valium)

NH CH3 CH3
O
N
N

O N
Cl Cl

C6H5 C6H5

Klordiazepoksida Diazepam
 Ekstraksi : dilakukan dengan pelarut organik dalam suasana
basa.
 Reaksi : Hidrolisis turunan benzodiazepin yg dilakukan dalam
suasana asam akan menghasilkan senyawa amin aromatis yaitu
2-amino-5-klorobenzofenon, yg dapat dideteksi dengan reagen
untuk senyawa gol. Amin aromatis misalnya p-DAB. HCl.
NH CH3
N
NH2
O
O H+, H2O
Cl C

Cl
Reaksi Umum
1. Reaksi diazotasi
Zat/hasil ekstraksi dengan kloroform dalam suasana
basa/ammonia dihidrolisis dengan pemanasan
memakai HCl. Kemudian tambahkan larutan NaNO2
untuk pembentukan garam diazonium lalu dikopel
dengan N-1-naftiletilendiamin akan terbentuk senyawa
berwarna merah jingga.
2. Dengan pereaksi marquis terbentuk warna.
3. Dengan larutan ammonium molibdat terbentuk warna.
4. Dengan asam nitrat terbentuk warna.
HORMON
 Hormon merupakan zat yg dihasilkan oleh
kelenjar endokrin dan berfungsi untuk
menstimulasi berbagai reaksi dalam tubuh.
Hormon-hormon Hipotalamus

1. Tiroliberin (Thyrotropin Releasing Hormone, TRH)


merupakan senyawa tripeptida (piro)Glu-His-Pro(NH 2).
2. Gonadoliberin (Gonadotropin Releasing Hormone,
GnRH) merupakan senyawa dekapeptida :
3. Somatostatin (SS, Growth Hormone Release-Inhibiting
Hormone, GH-RIH), merupakan senyawa
sikliktetradekapeptida.
4. Melanotropin Inhibiting Factor merupakan senyawa
tripeptida : Pro-Leu-Gli(NH2).
5. Corticotropin Releasing Factor merupakan senyawa
polipeptida dengan 41 asam amino.
Hormon-hormon Pituitari
1. Tirotropin (Thyroid Stimulating Hormone, TSH) merupakan senyawa protein dengan
BM 30.000.
2. Hormon-hormon gonadotropin merupakan senyawa-senyawa glikoprotein yg
dihasilkan oleh pituitari anterior (adenohipofisa) dan plasenta.
a. Lutropin (Luteinizing Hormone, LH)
b. Folitropin (Follicle Stimulating Hormone, FSH)
c. Human chorionic gonadotropin (Hcg)
d. Human menopausal gonadotropin (Hmg)
3. Somatotropin (Hormon pertumbuhan/Growth Hormone, GH) merupakan senyawa
polipeptida yang terdiri dari 191 asam amino.
4. Kortikotropin (Adreno Cortico Tropic Hormone, ACTH) merupakan senyawa polipeptida
yg terdiri dari 39 asam amino, berfungsi untuk mengatur fungsi korteks adrenal dan
berbagai proses metabolisme tubuh.
5. Prolaktin (PRL) adalah suatu hormon yg mempunyai struktur glikoprotein, dengan BM
23.000, dan berfungsi dalam proses laktasi.
6. Vasopresin merupakan senyawa nonapeptida Sis-Tir-Phe-Gln-Asn-Sis-Pro-Arg-Gli(NH2)
7. Oksitosin merupakan senyawa nonapeptida Sis-Tir-Ile-Gln-Asn-Sis-Pro-Leu-Gli(NH2)
Hormon-hormon Kelenjar Tiroid
 Kelenjar tiroid mempunyai peran yg penting dalam pengaturan metabolisme.
 Sekresi hormon kelenjar tiroid diatur oleh hormon tiroliberin (TRH), yang dihasilkan
oleh hipotalamus melalui hormon tirotropin (TSH) yg dihasilkan oleh pituitari.
a. Kalsitonin adalah suatu polipeptida yg terdiri dari 32 asam amino, berperan dalam
pengaturan kadar Ca⁺⁺ dalam plasma dengan jalan meningkatkan ekskresi Ca⁺⁺ dan
PO₄⁻⁻⁻ melalui urin.
b. Paratirin (Parathyroid Hormone, Parathomone, PTH) merupakan senyawa
polipeptida yg terdiri dari 84 asam amino dan berperan dalam meningkatkan kadar
Ca⁺⁺ dalam serum.
c. L-tirosin (tetraiodotironin, T4)
I I

H
HO O CH2 C COOH

NH2
I I

L-Tirosin
Hormon-hormon Pankreas

a. Insulin, merupakan senyawa polipeptida terdiri


dari 51 asam amino, berfungsi dalam
pengubahan glukosa menjadi glikogen.
b. Glukagon, merupakan senyawa polipeptida
terdiri dari 29 asam amino, berfungsi dalam
pengubahan glikogen menjadi glukosa.
c. Somatostatin, merupakan senyawa polipeptida
terdiri dari 14 asam amino, bekerja
menghambat sekresi insulin dan glukagon.
Hormon-hormon Adrenal
a. Adrenalin, dihasilkan oleh medula adrenal.
b. Hormon Kortikoid (Kortikosteroid)
Glukokortikoid, berperan dalam metabolisme lemak,
karbohidrat dan protein. Efek farmakologinya yg penting
adalah efek anti-inflamasi dan anti-rematik. Contoh :
CH2OH CH2OH

C O C O

HO O
OH OH
CH3

O O

Deksametason Kortison
Mineralkortikoid, berperan dalam
pengaturan keseimbangan elektrolit melalui
retensi Na⁺. Contoh :
CH OH 2
CH2OH
OH
C O
C O
CH
O
HO

O O
Aldosteron Kortikosteron
Hormon-hormon Kelamin
a. Golongan estrogen
Berfungsi mengatur proses ovulasi dan karakteristik kelamin
sekunder betina.
O OH

OH
HO HO
Estron Estradiol

HO
Dietilstilbestrol
b. Golongan Progestogen (Gestagen, Progestin)
Hormon ini berfungsi dalam memelihara kehamilan
dan dihasilkan oleh corpus luteum. Contoh :
CH3

C O OH

C CH2
H

O O
Progesteron Etusteron
c. Golongan Androgen = Hormon kelamin
jantan
OH OH

CH3

O O
Testosteron 17-metiltestosteron
 Daristruktur tersebut dapat dilihat bahwa
ada 4 golongan hormon yg berstruktur
steroid :
1. Golongan kortikosteroid
2. Golongan estrogen
3. Golongan progestin
4. Golongan progestogen
HO

Kolesterol (C 27)
 Asal : Kolestan
 Ikatan tak jenuh alken : kolesten
 Posisi ikatan tak jenuh : 5-kolesten
 Gugus fungsional ol : 5-kolestenol
 Posisi gugus fungsional : 5-kolesten-3-ol
 Orientasi gugus fungsional : 5-kolesten-3-ol
 Nama kimia kolesterol ditulis: 5-kolesten-3-ol
Analisis Hormon

Hormon dengan struktur protein, polipeptida dan


asam amino
a. Gugus amino N-terminal bebas dari senyawa
peptida dapat mengalami reaksi-reaksi yg sama
dengan yg diberikan oleh asam-asam amino bebas
dengan gugus amino, misalnya reaksi asilasi.
b. Gugus amino N-terminal bebas juga dapat bereaksi
dengan pereaksi ninhidrin memberikan warna biru
violet, untuk gugus amino yg tersubstitusi
memberikan warna kuning.
O O

OH
COOH
H H 2O
+ R C COOH OH + R C

OH NH
NH2

O O
Ninhidrin

COOH O
H 2O + CO2 + NH3
R C R C

NH H

O O

OH

+ NH3 + HO

OH

O O

O O
O O

N
N

-
O O
O O

Biru violet
c. Gugus karboksilat C-terminal dari peptida dapat mengalami reaksi esterifikasi
dan reduksi.
d. Reaksi biuret adalah reaksi yg khas diberikan oleh protein dan peptida-
peptida. Protein dan peptida dengan Cu⁺⁺ dalam suasana alkali akan
menghasilkan kompleks Cu⁺⁺-peptida yg berwarna ungu.

 Analisis untuk senyawa-senyawa steroid


a. Reaksi Liebermann-Burchard
Kepada larutan steroid dalam kloroform ditambahkan H2SO4 pekat dan asam
asetat anhidrat. Pada lapisan kloroform akan terbentuk warna hijau.
b. Reaksi Salkowski
Kepada larutan steroid dalam kloroform ditambahkan H2SO4 pekat. Pada
lapisan kloroform terbentuk warna merah, sedangkan pada lapisan H 2SO4
menunjukan frekuensi hijau.
c. Reaksi Tschugaef
Apabila larutan steroid dalam kloroform atau dalam asam asetat glasial
dipanaskan dengan ZnCl2 dan asetilklorida terbentuk warna merah.
d. Reaksi Tortelli-Jafe
Pada larutan steroid dalam asam asetat glasial ditambahkan
larutan Br⁺⁺ dalam kloroform. Adanya ikatan rangkap pada
posisi C8 dari struktur sterol ditunjukkan oleh terbentuknya
warna hijau pada batas campuran dua larutan di atas.
e. Reaksi Rosenheim
Dipergunakan untuk menunjukkan adanya ikatan rangkap
terkonyugasi pada lingkar B dari inti steroid steroid. Reaksi
dilakukan dengan menambahkan larutan asam trikloroasetat
ke dalam larutan steroid dalam kloroform. Reaksi positif
ditunjukkan oleh terbentuknya warna merah yang kemudian
berubah menjadi biru.
 Reaksi umum untuk senyawa-senyawa steroid dengan gugus 3-keto
a. Pembentukan senyawa ketoksim yg dapat ditentukan titik leburnya.

O + NH2OH.HCl HN OH + HCl + H2O


Senyawa
Hidroksilamin. HCl ketoksim
b. Pembentukan kristal semikarbazon yg dapat ditentukan titik leburnya.
NH2 NH N NH

O + C O C O

H2N H2N
Senyawa semikarbazon
c. Pembentukan senyawa fenilhidrazon dengan menggunakan 2,4-dinitrofenilhidrazin

O2N O2N

H H2SO4 H
O + NH2 N NO2 N N NO2
alkohol

Senyawa fenilhidrazon (Kuning)

Anda mungkin juga menyukai