Kualitatif II
Oleh
Dr. Roslinda Rasyid, M.Si, Apt
N SO2 N
H
R2
(CH3CO)2O ClSO3H
Anilin Asetanilida
SO2Cl
p-Asetamidobenzen
sulfonilklorida
NHCO CH 3 NH 2
NH 3 H 2O
H+
NHCOCH 3
SO 2 NH 2 SO 2 NH 2
Sulfanilam ida
NHCOCH 3 NH 2
SO 2 Cl
RNH 2 H 2O
H+
SO 2 NHR SO 2 NHR
Pada reaksi sintesa di atas, asetilasi terhadap
gugus amin dari anilin diperlukan untuk
mencegah penyerangan sulfonil klorida
terhadap gugus amin.
Pada tahap akhir dari proses sintesa gugus
asetil dapat dihidrolisa kembali. Gugus asetil
yg terikat disini lebih mudah dihidrolisa
dibandingkan dengan gugus amida yg terikat
pada gugus sulfon.
Struktur dari beberapa senyawa gol. Sulfonamida
(Berdasarkan substitusi gugus R1 dan R2)
SO2 NH2
1. Gugus R1 dan R2 adalah H
Sulfanilamida
NH2
2. Gugus R1 adalah H, R2 bukan H. Kelompok ini yg paling banyak
ditemukan.
NH SO2 H3C NH SO2 NH SO2
N N N
N N N
CH3 CH3
CH3
NH2 NH2
NH2
Sulfasomidina Sulfaguanidina Sulfasetamida
H H
NH SO2
N
SO2 N S SO2 N O
N
N CH3
NH2
NH2 NH2
Sulfapiridina
Sulfatiazol Sulfafurazol
3.Gugus R1 dan R2, bukan H
H
H
S N SO2 S N SO2
N N
COOH
O O
Suksinilsulfatiazol Ftalilsulfatiazol
Di samping 3 kelompok tersebut dikenal lagi derivat atau turunan
senyawa sulfonamida. Kelompok ini mirip senyawa sulfonamida, tetapi
tidak sesuai dengan rumus umum di atas, yg termasuk kelompok ini
antara lain :
O
O
SO2 NH C NH
SO2 NH C NH (CH2)3 CH3
CH3
CH3
Adiabil = Diaboral
Tolbutamida = Artosin rastinon N N
H
H3C C N C C SO2 NH2
S
O
Diamox = Asetazolamida
Sifat umum
HO
R2
N SO2 N N . Cl +
-HCl
H
Garam diazonium
HO
R2
N SO2 N N
H
Merah jingga
2. Reaksi Erlich
Dalam plat tetes, zat ditambahkan 1-2 tetes reagen p-DAB. HCl atau p-DAB akan
terbentuk warna merah jingga.
R2 H CH3 HCl
N SO2 NH2 + C N
H O CH3
p-DAB
R2 CH3
N SO2 N C N + H2O
H H CH3
Merah jingga
Kedua reaksi di atas hanya (+) untuk amin aromatis primer, dan untuk sulfonamida dengan
gugus amin tersubstitusi atau R1 nya bukan H, seperti ftalilsulfatiazol dan suksinilsulfatiazol,
kedua reagen diatas memberikan reaksi (-), warna yg terjadi adalah kuning dan bukan merah
jingga.
3. Reaksi Korek Api
Reaksi erlich dalam praktek sering dimodifikasikan
dengan memakai batang korek api, dikenal dengan
reaksi korek api.
Pada zat ditambahkan HCl encer, lalu kedalamnya
dicelupkan batang korek api, maka batang korek
api akan berwarna kuning jingga sampai merah
jingga. Hal ini diduga karena kayu batang korek api
mengandung lignin yg merupakan senyawa
aldehid.
4. Reaksi untuk gugus sulfon
Pada zat ditambahkan H2O2 30% dan 1 tetes FeCl3, kemudian ditambahkan HNO3 encer
dan BaCl2 atau Ba(NO3)2 akan terbentuk endapan putih.
FeCl3
H2N SO2 NH R + HO OH H2N +
+
H
2- 2+
H+
SO4 + Ba BaSO4
Endapan putih
Pada reaksi diatas H2O2 dalam suasana asam terlebih dulu memberikan efek hidrolisis
terhadap ikatan antara S dan N, akan menghasilkan –SO3H dan R-NH2. Kemudian sulfonat
yang terbentuk dioksidasi menjadi sulfat. Sedang FeCl3 berfungsi sebagai katalis.
5. Reaksi dengan CuSO4 dalam NaOH
Zat dilarutkan dalam NaOH kemudian ditambahkan CuSO4
akan terbentuk senyawa kompleks dengan warna yg
berbeda, tergantung pada gugus R2 dari sulfonamida.
NaOH
H2N SO2 NH R + CuSO4
7. Reaksi KBrO3
Dalam tabung reaksi kecil, zat ditambah 1 ml H 2SO4 encer dan 1 tetes larutan
KBrO3 jenuh, amati warna yg terjadi.
KBrO3 jenuh dibuat dengan melarutkan KBrO3 dalam jumlah berlebih,
sehingga setelah dikocok masih didapatkan endapan dari KBrO 3 dalam larutan.
8. Reaksi Vanilin
Diatas kaca arloji atau kaca objek 1 tetes H 2SO4 ditambah beberapa kristal
vanilin dan kemudian diaduk, tambahkan zat, dan panaskan di atas api kecil,
amati warna yg terjadi.
Reaksi ini memberikan warna merah tua yg stabil untuk sulfamerazina dan
sulfamezatina, sedangkan sulfonamida yg lain memberikan warna kuning
atau hijau muda.
9. Pirolisa
Semua sulfonamida bila dipanaskan diatas titik leburnya akan terurai dan
timbul warna dari residunya.
sulfadiazinmerah
sulfaguanidinungu
sulfanilamidaviolet
sulfatiazol coklat merah
Reaksi Kristal
1. Aseton-Air
Zat dilarutkan dalam aseton dan tambahkan air sama banyak, larutan
diteteskan dikaca objek, dan lihat kristal dibawah mikroskop.
Reaksi kristal ini adalah berdasarkan kelarutan dari sulfonamida, dimana
pada umumnya sulfonamida mudah larut dalam aseton, dengan
penambahan air dia akan mengkristal kembali, karena sulfonamida tidak
larut dalam air.
2. Asam pikrat 1% dalam air.
3. p-DAB . HCl
Reagen ini disamping sebagai pereaksi warna, endapan yg terbentuk
adalah berupa kristal yg dapat dilihat dibawah mikroskop.
4. Mayer, Bouchardat dan Dragendorf
Ketiga pereaksi diatas umum dipakai untuk alkaloida, tetapi dapat juga
dipakai untuk pereaksi kristal untuk sulfonamida.
BARBITAL
Yang termasuk kepada golongan barbital adalah senyawa-senyawa
turunan asam barbiturat atau malonil urea, dengan nama kimia 2,4,6-
trioksoheksahidropirimidin, dimana atom-atom H pada posisi 5
disubstitusi oleh gugus-gugus alkil, aril, atau oleh gugus alisiklik.
Ada pula senyawa barbital yg berasal dari asam barbiturat dimana
substitusi terjadi pada posisi 1.
Pada golongan tiobarbital atom O pada posisi 2 disubstitusi oleh atom S.
H R3
R3
O N O O N S
O N O
C C C C
H C C R1
R1
C N C N
C N
C H C C H
H R2 H R2
O O O
C NH2 O O
N
R1
OC2H5 C C
C + C O R1 + C2H5OH
OC2H5
R2 C N
C NH2 C
R2 H
O
O
Untuk memperoleh senyawa tiobarbital dapat dipakai tioureum
( H2N C ) sebagai
NH2 pengganti ureum.
S
Tata nama
Nama generik yg umum digunakan adalah dengan nama induk asam
barbiturat, yg diawali dengan macam dan posisi substituen, misalnya :
asam 5,5-dietilbarbiturat = Veronal = Barbital
asam 5-etil-5-fenil barbiturat = Luminal
asam 1-metil-5-etil-5-fenil barbiturat = Prominal
Seringkali nomor posisi pada tata nama tidak dituliskan, terutama pada posisi
5, dan untuk substituen pada posisi 1, diberi tanda atau diawali dengan N-. Jadi
apabila tidak dituliskan tanda posisi substituen, ini berarti substituen tersebut
terletak pada posisi 5, contoh :
Luminal = asam etilfenilbarbiturat
Prominal = asam N-metil, etilfenilbarbiturat
Evipan = asam N-metil, metilsikloheksenilbarbiturat
R2
C N
O H
Hidantoin
H3C Br O O
CH CH C NH C NH2
H3C
Bromural
Klasifikasi Barbital
O O O O O O
N N N
C C C C C C
R1 R1
-CO2
R1
C N C NH2 CH NH2
C COOH
R2 H R2 R2
O
OH H2N
O
C H2O
H2O R1 + C CO2 + NH3
CH
NH2
R2
Ureum
Sifat Umum Gol. Barbital
O O O OH O O-
N N N
C C C CH C CH
R R R + H+
C N C NH C NH
C C C
R H R R
O O O
Keto Enol
Ekstraksi Gol. Barbital
Seperti umumnya ekstraksi senyawa organik yg bersifat
asam, maka ekstraksi gol. Barbital dapat dilakukan dengan
pelarut organik, misalnya eter atau kloroform, dengan
penambahan asam sulfat atau asam klorida pada pH 4-5.
Ada pula cara lain, yaitu dengan membentuk kompleks
piridin-CuSO4-Barbital yg mengendap, endapan
dipisahkan dan kemudian barbitalnya dibebaskan dari
kompleks tersebut dengan cara hidrolisis dengan asam.
Reaksi secara skematik dapat digambarkan sebagai
berikut : + CuSO + 2 Piridin
2 Barbital (Barb) Cu(Pir)
4 2 2
Identifikasi Gol. Barbital
3. Reaksi Millon’s
Reagen ini dibuat dengan melarutkan merkuri nitrat dalam
asam nitrat, atau 1 bagian logam merkuri dilarutkan dalam 1
bagian asam nitrat pekat, kemudian diencerkan dengan 2
bagian air.
Zat + beberapa tetes reagen, amati endapan yang terbentuk.
4. Reaksi Iodoform
Pada 2 ml zat ditambahkan beberapa tetes larutan
NaOH 2 N dan larutan iodium 0,1 N, akan terbentuk
endapan yg berwarna kuning dari iodoform. Endapan ini
berupa kristal yg dapat dilihat dibawah mikroskop. Di
samping itu juga dapat diamati bau dari iodoform.
5. Reaksi Lieberman’s
Reagen ini dibuat dengan melarutkan 1 g KNO2 dalam 10
ml H2SO4 pekat.
Zat + beberapa tetes reagen, amati warna yg terbentuk.
6. Reaksi Zwikker
Zat + beberapa tetes reagen Zwikker (CuSO 4 + piridin) akan
terbentuk kompleks berupa endapan yg berwarna.
7. H2SO4 + HNO3
Zat + H2SO4 + HNO3, amati warna yg terjadi.
Reaksi ini digunakan untuk penentuan substituen fenil.
8. Reaksi-reaksi kristal
a. Aseton-air
b. Fe-kompleks
c. Sublimasi
d. NaOH-asam asetat
9. Penentuan titik lebur endapan dengan xanthydrol
Semua barbital yg hanya tersubstitusi pada posisi 5,5 dapat
membentuk endapan dengan xanthydrol, sedang yg tersubstitusi
pada posisi 1 tidak memberikan endapan.
Cara : 30-50 mg barbiturat + 100 mg xanthydrol dan larutkan dalam
0,5-1 ml asam asetat glasial, panaskan 1 menit, dinginkan akan
terbentuk endapan kristal halus yg selanjutnya dapat ditentukan
titik leburnya setelah dicuci dengan etanol dan direkristalisasi
dalam campuran aseton dan n-amilasetat sama banyak.
Contoh : Titik lebur kristal xanthydrol dari :
Aprobarbital : 230-231
Luminal: 220-221
Veronal : 246-248
10.Pemisahan campuran dan identifikasi senyawa gol. Barbital secara
kromatografi
Metode kromatografi dapat digunakan untuk pemisahan senyawa dalam
campuran dan langsung identifikasi senyawa tsb dengan memakai data nilai
Rf dari literatur atau memakai larutan pembanding.
Kromatografi kertas
Sistem 1 :
Kertas whatman no.1, setelah dipotong-potong dicelupkan dalam larutan
trinatrium ortofosfat (Na3PO4. 12H2O), kemudian dikeringkan diudara atau
dalam oven. Sebelum perlakuan kertas dicelupkan dalam campuran aseton :
air (3:1). Setelah asetonnya kering (kira-kira 2 menit), larutan barbital
ditotolkan pada garis yg telah dibuat pada salah satu tepi kertas.
Sampel : Larutkan barbital 1% dalam etanol, eter, kloroforom, atau pelarut
organik lain yg mudah menguap. Garam-garam barbital dalam larutan air
dapat ditotolkan langsung pada kertas tanpa diisolasi dulu dalam suasana
asam. Jumlah zat yg ditotolkan berkisar antara 10-50 ug.
Sebagai cairan pengembang atau larutan eluen dipakai etilen diklorida.
Lokasi atau daerah noda dilihat dibawah sinar UV (254 nm) akan terlihat
senyawa gol. Barbital berupa noda gelap.
Nilai Rf dibandingkan terhadap Amilobarbital :
Allobarbital 0,09 Pentobarbital 1,16
Allilbarbital 0,40 Fenobarbital 0,09
Amilobarbital 1,00 Probarbital 0,08
Barbital 0,06 Heptabarbital 0,58
Butobarbital 0,52 Tiopental 1,80
Hexobarbital 2,40 Metilfenobarbital2,00
Sistem 2 :
Kertas whatman no.1 dicelupkan dalam larutan 20-30% formamida dalam
aseton selama 10-15 menit dan kemudian dikeringkan diudara.
Sampel : 3 sampai 4 ul dalam larutan kloroform.
Cairan pengembang atau larutan eluen :
Ammonium hidroksida 5 N : Benzen : Kloroform (6 : 3 : 13). Chamber
dijenuhkan dengan 20 sampai 30% formamida dalam aseton.
Lama pengembangan : 2 sampai 2,5 jam
Penampak noda dipakai larutan perak nitrat.
Nilai Rf :
Allobarbital 0,15 Siklobarbital 0,18
Amilobarbital 0,31 Heksobarbital 0,77
Barbital 0,19 Pentobarbital 0,41
Butobarbital 0,06 Fenobarbital 0,07
Sistem 3 :
Kertas dan sampel sama dengan sistem 2.
Sebagai cairan pengembang atau larutan eluen dipakai NH 4OH 5N : n-
butanol : kloroform : formamida (3 : 3 : 5 : 1).
Sebagi penampak noda sama seperti sistem 2.
Nilai Rf :
Allobarbital 0,12 Heksobarbital 0,85
Amilobarbital 0,46 Metilfenobarbital0,90
Barbital 0,09 Pentobarbital 0,64
Butobarbital 0,35 Fenobarbital 0,06
Siklobarbital 0,23
Kromatografi Lapis Tipis
Sistem 1:
Plat kaca dilapisi dengan bubur yg dibuat dari 30 g silica gel G dan air 60 ml. Lapisan
dibuat dengan ketebalan 0,25 mm dan dikeringkan pada temperatur 120˚ C selama
30 menit.
Sampel diekstraksi dengan kloroform, 200 ul residu ditotolkan pada plat dengan
jarak 0,5 cm dari permukaan larutan, diameter totolan (spot) tidak lebih dari 2 mm
dan jarak tiap spot tidak kurang dari 0,5 cm. Kloroform diuapkan memakai sinar
inframerah.
Larutan eluen
Aseton : kloroform (1 : 9)
Untuk pengembangan ditunggu sampai larutan naik 10 cm, atau kira-kira 17 menit.
Lokasi atau daerah noda dapat dilihat dengan menyemprot :
a. Fluoresein memberikan warna merah muda.
b. Merkuri nitrat menghasilkan warna hitam.
c. Kalium permanganat menghasilkan warna kuning coklat.
d. Reagen Zwikker’s menghasilkan warna merah muda atau hijau.
TRANQUILIZER
Turunan Fenotiazin
R1
R2
N
S
Contoh :
Klorpromazin (Largactil)
R1 = CH2 (CH2)2 N(CH3)2
R2 = Cl
Fluopromazin (Triflupromazin)
R1 = CH2 (CH2)2 N(CH3)2
R2 = CF3
1,4 benzodiazepin
NH CH3 CH3
O
N
N
O N
Cl Cl
C6H5 C6H5
Klordiazepoksida Diazepam
Ekstraksi : dilakukan dengan pelarut organik dalam suasana
basa.
Reaksi : Hidrolisis turunan benzodiazepin yg dilakukan dalam
suasana asam akan menghasilkan senyawa amin aromatis yaitu
2-amino-5-klorobenzofenon, yg dapat dideteksi dengan reagen
untuk senyawa gol. Amin aromatis misalnya p-DAB. HCl.
NH CH3
N
NH2
O
O H+, H2O
Cl C
Cl
Reaksi Umum
1. Reaksi diazotasi
Zat/hasil ekstraksi dengan kloroform dalam suasana
basa/ammonia dihidrolisis dengan pemanasan
memakai HCl. Kemudian tambahkan larutan NaNO2
untuk pembentukan garam diazonium lalu dikopel
dengan N-1-naftiletilendiamin akan terbentuk senyawa
berwarna merah jingga.
2. Dengan pereaksi marquis terbentuk warna.
3. Dengan larutan ammonium molibdat terbentuk warna.
4. Dengan asam nitrat terbentuk warna.
HORMON
Hormon merupakan zat yg dihasilkan oleh
kelenjar endokrin dan berfungsi untuk
menstimulasi berbagai reaksi dalam tubuh.
Hormon-hormon Hipotalamus
H
HO O CH2 C COOH
NH2
I I
L-Tirosin
Hormon-hormon Pankreas
C O C O
HO O
OH OH
CH3
O O
Deksametason Kortison
Mineralkortikoid, berperan dalam
pengaturan keseimbangan elektrolit melalui
retensi Na⁺. Contoh :
CH OH 2
CH2OH
OH
C O
C O
CH
O
HO
O O
Aldosteron Kortikosteron
Hormon-hormon Kelamin
a. Golongan estrogen
Berfungsi mengatur proses ovulasi dan karakteristik kelamin
sekunder betina.
O OH
OH
HO HO
Estron Estradiol
HO
Dietilstilbestrol
b. Golongan Progestogen (Gestagen, Progestin)
Hormon ini berfungsi dalam memelihara kehamilan
dan dihasilkan oleh corpus luteum. Contoh :
CH3
C O OH
C CH2
H
O O
Progesteron Etusteron
c. Golongan Androgen = Hormon kelamin
jantan
OH OH
CH3
O O
Testosteron 17-metiltestosteron
Daristruktur tersebut dapat dilihat bahwa
ada 4 golongan hormon yg berstruktur
steroid :
1. Golongan kortikosteroid
2. Golongan estrogen
3. Golongan progestin
4. Golongan progestogen
HO
Kolesterol (C 27)
Asal : Kolestan
Ikatan tak jenuh alken : kolesten
Posisi ikatan tak jenuh : 5-kolesten
Gugus fungsional ol : 5-kolestenol
Posisi gugus fungsional : 5-kolesten-3-ol
Orientasi gugus fungsional : 5-kolesten-3-ol
Nama kimia kolesterol ditulis: 5-kolesten-3-ol
Analisis Hormon
OH
COOH
H H 2O
+ R C COOH OH + R C
OH NH
NH2
O O
Ninhidrin
COOH O
H 2O + CO2 + NH3
R C R C
NH H
O O
OH
+ NH3 + HO
OH
O O
O O
O O
N
N
-
O O
O O
Biru violet
c. Gugus karboksilat C-terminal dari peptida dapat mengalami reaksi esterifikasi
dan reduksi.
d. Reaksi biuret adalah reaksi yg khas diberikan oleh protein dan peptida-
peptida. Protein dan peptida dengan Cu⁺⁺ dalam suasana alkali akan
menghasilkan kompleks Cu⁺⁺-peptida yg berwarna ungu.
O + C O C O
H2N H2N
Senyawa semikarbazon
c. Pembentukan senyawa fenilhidrazon dengan menggunakan 2,4-dinitrofenilhidrazin
O2N O2N
H H2SO4 H
O + NH2 N NO2 N N NO2
alkohol