Anda di halaman 1dari 27

Analisis Obat

Obat,, Makanan dan Kosmetik April 201


20199

Oleh
Dr. Hari Susanti
Susanti,, M.Si
M.Si.,., Apt
Fakultas Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
SULFONAMIDA
SULFA
(Sulfonamida
Sulfonamida))

O R2
HN S N
R1 O R3

Hidrogen,, R3 bervariasi)
Gugus R1 dan R2 umumnya atom Hidrogen
Sediaan sulfa  tablet, suspensi, larutan parenteral,
larutan untuk mata, dan ointment
O
R2
HN S N
R1 O R3
Struktur 2):
No. Nama R1 R2 R3

1 Sulfonamida (SA) H H H ..
N
2 Sulfadiazin (SD) H H CH3
..
N N
3 Sulfemerazin (SMer) H H ..
CH3
N N
4 Sulfamezatin (SMet) H H ..
NH N
5 Sulfaguanidin (SG) H H C .. CH3 CH
3
NH2
6 Sulfasomidin (Elkosin) H H N ..
O N
7 Sulfasetamid (Albucid) H H C .. CH3
CH3 S
8 Sulfatiazol H H ..
HOOC
O N
S
9 Ptalil-sulf atiazol C H ..
N
S
10 Suksinil- HOOCCH2CH2CO H ..
sulfatiazol N
A. Analisis Kualitatif
1. Kromatografi Kertas :

Sampel : Suspensi campuran sulfonamida


Metode : Desenden
Fase Diam : Ketas Whatman no 1
Fase gerak : N-
N-butanol 3% - larutan amoniak (1:1)
Detektor : reagen Bratton-
Bratton-Marshall dalam butanol

Preparasi sampel :
Sampel digojog dengan larutan amoniak encer dan akuades, kemudian
diencerkan dengan akuades.
2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) :

Sampel : Tablet sulfametoksazol + trimetoprim


Metode : Asenden
Fase Diam : Campuran silika gel dan mengandung zat berfluorosensi
Fase gerak : Kloroform – isopropil alkohol – dietilamin (6:5
6:5:1)
:1)
Larutan baku : - larutan baku trimetoprim BPFI
- larutan baku Sulfemetoksazol BPFI
Detektor : Sinar UV 254 nm
Harga Rf : TMP – 0,3
0,3:: SMX – 0,
0,55

Preparasi sampel :
Sejumlah serbuk halus tablet setara dengan 4 mg trimetoprim di dalam
tabung tentukur 10-
10-ml ditambah 8 ml metanol, kemudian dihangatkan
beberapa menit di atas tangas uap sambil sering dikocok. Setelah dingin
diencerkan dengan metanol sampai tandadan disentrifus sebentar
3. HPTLC

Sediaan : tablet [campuran SMX (sulfametoxazol


(sulfametoxazol)) dan TMP
trimetoprim]
Preparasi : sampel disuspensi dengan metanol, di-
di-sonikasi 10
menit,
diencerkan, disaring; filtrat diencerkan dengan metanol
Kondisi Kromatografi
Plat : silika gel 60 F254 - aluminium, 10X10 cm
Tehnik : ascenden
F gerak : kloroform-
kloroform-metanol
metanol--DMF (10:0,5:0,5, v/v) – 11 ml
Migrasi : 50 mm, 16 menit
Deteksi : UV
HRf : SMX – 45, TMP – 18

Sampel dapat juga diekstraksi dengan kloroform


kloroform--metanol (1:1, v/v)
kemudian dikromatografi dengan fase gerak metanol
metanol--kloroform (1:9)
setinggi 50 mm (9 menit
menit).
). HRf : TMP – 10, SMX – 32.
4. Reaksi tabung

1). Sampel : bahan baku sulfadiazin

Cara identifikasi : 50 mg zatdilelehkan dalam tabung reaksi kecil,


terjadi warna coklat kemerahan. Uap yang timbul selama peruraian
tidak menghitamkan kertas timbal(II)asetat yang telah dilembabkan
(perbedaan dengan sulfatiazol)

2). Sampel : bahan baku sulfadimidin

Cara identifikasi : pada 100 mg zat ditambahkan 10 ml air dan larutan


NaOH (1 dalam 250) secukupnya hinggamemberi warna merah muda
pada kertas fenolftalein. Selanjutnya ditambah 5 tetes
tembaga(II)sulfat, sehingga terbentuk endapan kuning hijau yang
berubah menjadi cokelat bila dibiarkan
Sediaan lain yang diidentifikasi secara reaksi tabung :

- bahan baku sulfasetamid


- bahan baku sulfasetamid natrium
- bahan baku sulfametizol
5. Spektrofotometri
Spektrofotometri--UV
Sampel : bahan baku Sulfadoksin
Spektum serapan UV laruan 6 g per ml dalam larutan NaOH 0,1N
menunjukkan maksimum dan minimum pada bilangan gelombang yang
sama seperti Sulfadoksin BPFI.
Baku Pembanding :sulfadoksin BPFI, tidak boleh dikeringkan. Disimpan
dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya
6. Spektrofotometri
Spektrofotometri--IR
Sampel : bahan baku Sulfadiazin, Sulfadimidin, Sulfadoksin,
sulfamerazin, sulfametizol
Spektum serapan IR zat terdispersi dalam KBr P, menunjukkan maksimum
hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti baku BPFI yang
digunakan
Catatan: bahan baku sulfametizol didispersi dalam minyak mineral
Sediaan lain yang diidentifikasi secara spektrofotometri-
spektrofotometri-IR :

- bahan baku sulfametizol


- bahan baku Sulfametoksazol
- bahan baku selfasetamida
7. Pembentukan hablur
Sampel : bahan baku Sulfasetamid natrium
Larutan 1 g zat dalam 25 ml air diatur pH 4-
4-5 dengan penambahan asam
asetat 6N. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci dengan airdan
dikeringkan pada suhu 105 oC selama 2 jam. Hablur yang terbentuk
melebur antara 180o dan 184o

Sediaan lain yang diidentifikasi secara pembentukan hablur :


- Tetes mata sulfasetamid natrium
B. Analisis Kuantitatif
Umumnya didasarkan pada :
- gugus amin aromatik primer
 didiazotasi atau dititrasi dalam larutan bebas-
bebas-air
- gugus hidrogen yang bersifat asam
 dititrasi dengan basa
basa,, dalam medium bebas-
bebas-air lebih baik
Cincin benzen juga dapat dibrominasi atau diiodinasi
diiodinasi..
Beberapa sulfa membentuk garam dengan perak.
Metode kolorimetri kebanyakan didasarkan pada kenyataan bahwa
gugus amin aromatik dapat didiazotasi dan di
di--kopel dengan
berbagai reagen menjadi senyawa berwarna.
1. HPTLC
Sediaan : tablet [campuran SMX (sulfametoxazol
(sulfametoxazol)) dan TMP
trimetoprim]
Preparasi : sampel disuspensi dengan metanol, di- di-sonikasi 10 menit,
diencerkan, disaring; filtrat diencerkan dengan metanol
Kondisi Kromatografi
Plat : silika gel 60 F254 - aluminium, 10X10 cm
Tehnik : ascenden
F gerak : kloroform-
kloroform-metanol
metanol--DMF (10:0,5:0,5, v/v) – 11 ml
Migrasi : 50 mm, 16 menit
Deteksi : UV
Scanning densitometri (Camag Scanner II)
Mode : absorbansi/reflektansi
 : 240 nm, 285 nm
HRf : SMX – 45, TMP – 18
Sampel dapat juga diekstraksi dengan kloroform
kloroform--metanol (1:1, v/v) kemudian
dikromatografi dengan fase gerak metanol
metanol--kloroform (1:9) setinggi 50 mm
(9 menit
menit).
). Kromatogram di
di--scan pada 285 nm (HR
(HRf : TMP – 10, SMX – 32).
2. Nitrimetri
Dasar  diazotasi senyawa yang memang mempunyai gugus amin
aromatis bebas (Ar
Ar--NH2), atau diazotasi senyawa yang
mempunyai gugus amin aromatis bebas setelah dihidrolisis
atau direduksi
Diazotasi : amin aromatis (primer) bereaksi dengan asam nitrit menjadi
garam diazonium
Ar--NH2 + HNO2 + HCl  ArN2Cl + H2O
Ar

untuk keperluan analisis


analisis,, sampel biasanya dilarutkan dalam
HCl dan dititrasi dengan larutan standar natrium nitrit
nitrit.. Titik
akhir dideteksi secara elektrokimia atau dari warna biru yang
terjadi pada pemberian beberapa tetes larutan titrasi pada
kertas kanji
kanji--iodida
iodida,, atau pasta, sebagai indikator eksternal
eksternal..
Kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodida pada indikator
menjadi iodium
iodium;; iodium berwarna biru dengan kanji
Jika tidak mempunyai gugus amin bebas bebas,, misalnya pada ptalil
ptalil--
sulfatiazol dan suksinil
suksinil--sulfatiazol  gugus asil dihidrolisis dengan
asam atau basa encer agar terbentuk amin yang dapat didiazotasi

Sediaan lain yang dapat diuji kadarnya secara nitrimetri :

- bahan baku sulfadimidin


- bahan baku sulfamerazin
- bahan baku sulfasetamid
- bahan baku sulfasetamid natrium
3. Kolorimetri dan Spektrofotometri
Dasar  reaksi terdiri dari diazotasi sulfa dengan NaNO2 dalam asam
asam encer, dekomposisi nitrit berlebih dengan asam sulfamat,
dan kopling senyawa diazo dengan N- N-(1
(1--naftil)
naftil)--etilendiamin
etilendiamin..
Intensitas warna merah jambu yang terjadi dibandingkan dengan
standar atau diukur secara spektrofotometri pada 540 540--550 nm

Reaksi :

400--700 nm
400
4. Titrasi Bebas Air (TBA)
Teori (dasar
dasar)) umum TBA :
- jika mentitrasi basa lemah
lemah,, gunakan pelarut yang lebih asam daripada air,
misalnya asam asetat glasial
glasial..
- jika mentitrasi asam lemah
lemah,, gunakan pelarut yang lebih basa daripada air,
misalnya metilformamid
metilformamid,, butilamin dan etilendiamin
etilendiamin..
- basa lemah dan basa kuat mempunyai kekuatan lebih kurang sama bila
dilarutkan dalam asam asetat glasial
glasial..
Ada beberapa jenis TBA yang dapat digunakan untuk sulfa. Karena sifat asam
gugus –SO2NH –, kebanyakan sulfa dapat dititrasi dengan basa.
basa. Pelarut yang
digunakan meliputi alkohol, aseton, metilformamid; sebagai titran digunakan
natrium metoksi anhidrat atau suatu basa kuartener. Titik akhir dapat ditentukan
secara potensiometri. Beberapa sulfa juga dapat dititrasi sebagai basa dalam
asam asetat glasial menggunakan titran asam perklorat.
5. Argentometri
Dasar  beberapa sulfa membentuk garam (yang tidak larut)
larut) dengan
perak.. Halida dan senyawa lain yang juga membentuk garam
perak
(yang tidak larut) dengan perak, harus benar-
benar-benar tidak ada.

O N O Ag N
Reaksi : H Ag+
H2N S N H2N S N
O O
(mengendap)

Sulfa yang dapat ditetapkan kadarnya secara Argentometri :


- Sulfapiridin - S. diazin - S. merazin - S. metazin
- Sulfatiazol - S. dimetin - Suksinilsulfatiazol
Sulfanilamid dalam NaOH 0,5N dapat dititrasi dengan larutan standar perak
nitrat dengan difenilkarbazol sebagai indikator
6. Bromometri
Dasar  reaksi substitusi Br2 pada benzen
benzen,, dalam beberapa hal terjadi pada
heterocyclic;; tergantung jenis sulfa
heterocyclic
Two general types of procedures are used :
a. Sulfonamide may be titrated directly with bromate in the presence of
bromide and the end point observed potentiometrically or by means of an
indicator such as methyl red.
b. In the other method a small excess of bromate is added, and the solution is
allowed to stand for a definite length of time before the excess is back-
back-
titrated..
titrated
Reaksi :
Br
O O
2 Br2 >>>
H2N S NHR H 2N S NHR
O O
Br
H2N-C6H4-SO2NHR + 3 HBr  H2N-C6H2Br2-SO2NRBr + 3 HBr
Kelebihan Br2 + KI  I2 + KBr
amilum
I2 + 2 Na2S2O3  NaI + Na2S4O6

Amilum ditambahkan setelah jumlah I2 tinggal sedikit  saat


kuning pucat
7. KCKT/HPLC
1) Sampel : bahan baku sulfadiazin
menggunakan larutan 1 mg per ml dalam NaOH 0,025N
Kondisi Kromatografi
Fase gerak : air – asetonitril – asam asetat glasial (87 : 12 : 1)
Kolom : ukuran 4,0 mm x 30 cm; isi oktadesil silana (ODS) 3-10 µm
Detektor : UV 254 nm
Laju alir : ± 2 ml/menit
Larutan baku : larutan sulfadiazin BPFI dalam NaOH 0,025N, kadar ± 1 mg
per ml
Faktor ikutan puncak sulfadiazin ≤ 1,5 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang ≤ 2,0%
Prosedur Penetapan Kadar : FI V

Hitung jumlah dalam mg sulfadiazin (C


(C10H10N4O2S) dalam zat yang
digunakan dengan rumus :

100 C ( ru / rs )

C adalah kadar sulfadiazin BPFI dalam mg/ml larutan baku; ru dan rs


berturut--turut adalah respon puncak dari larutan uji dan larutan baku
berturut
2) Sampel : bahan baku sulfadoksin
menggunakan larutan 1 mg per ml dalam NaOH 0,025N
Kondisi Kromatografi
Fase gerak : asam fosfat 0,1% – asetonitril (83 : 17)
Kolom : ukuran 2,0 mm x 10 cm; isi gugufenil yang terikat secara
kimiawi pada partikel silika berpori, diameter3 µm
Detektor : UV 230
230 nm
Laju alir : ± 0,3 ml/menit
Larutan baku : larutan sulfadoksin BPFI dalam fase gerak, kadar ± 0,4 mg
per ml
Faktor ikutan puncak sulfadoksin ≤ 1,8 dan simpangan baku relatif pada 5 kali
penyuntikan ulang ≤ 1,0%
Prosedur Penetapan Kadar : FI V

Hitung persentase, sulfadoksin (C


(C12H14N4O4S), dalam zat yang
digunakan dengan rumus :

100 (Cs / Cu ) ( ru / rs )

Cs adalah kadar sulfadiazin BPFI dalam mg/ml larutan baku; Cu adalah


kadar zat dalam mg/ml larutan uji; ru dan rs berturut
berturut--turut adalah
respon puncak sulfadoksin dari larutan uji dan larutan baku
Sediaan lain yang ditetapkan kadarnya secara KCKT :

- Tablet sulfadoksin + piritamin


- Bahan baku sulfametizol
- Injeksi sulfametoksazol + trimetoprim
- Tablet sulfametoksazol + trimetoprim
- Tetes mata sulfasetamid natrium
- Salep mata sulfasetamid natrium
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai