Kualitatif II
Oleh
Dr. Roslinda Rasyid, M.Si, Apt
Sulfanilamida
Kedua reaksi di atas hanya (+) untuk amin aromatis primer, dan untuk sulfonamida
dengan gugus amin tersubstitusi atau R1 nya bukan H, seperti ftalilsulfatiazol dan
suksinilsulfatiazol, kedua reagen diatas memberikan reaksi (-), warna yg terjadi adalah
kuning dan bukan merah jingga.
3. Reaksi Korek Api
Reaksi erlich dalam praktek sering
dimodifikasikan dengan memakai batang korek
api, dikenal dengan reaksi korek api.
Pada zat ditambahkan HCl encer, lalu
kedalamnya dicelupkan batang korek api, maka
batang korek api akan berwarna kuning jingga
sampai merah jingga. Hal ini diduga karena
kayu batang korek api mengandung lignin yg
merupakan senyawa aldehid.
4. Reaksi untuk gugus sulfon
Pada zat ditambahkan H2O2 30% dan 1 tetes FeCl3, kemudian ditambahkan HNO3
encer dan BaCl2 atau Ba(NO3)2 akan terbentuk endapan putih.
Pada reaksi diatas H2O2 dalam suasana asam terlebih dulu memberikan efek
hidrolisis terhadap ikatan antara S dan N, akan menghasilkan –SO3H dan R-NH2.
Kemudian sulfonat yang terbentuk dioksidasi menjadi sulfat. Sedang FeCl3
berfungsi sebagai katalis.
5. Reaksi dengan CuSO4 dalam NaOH
Zat dilarutkan dalam NaOH kemudian ditambahkan
CuSO4 akan terbentuk senyawa kompleks dengan warna
yg berbeda, tergantung pada gugus R2 dari sulfonamida.
6.Reaksi Roux
Zat padat dalam plat tetes tambahkan 1 tetes reagen kemudian
diaduk dengan batang pengaduk dan amati perubahan warna yg
terjadi.
Reagen Roux : natrium nitrofrusid 10
air suling 100
natrium hidroksida 2
kalium permanganat 5
Cara pembuatan :
Natrium nitrofrusid dilarutkan dalam air tambahkan NaOH dan
KMnO4 akan terbentuk endapan yg banyak.
7.Reaksi KBrO3
Dalam tabung reaksi kecil, zat ditambah 1 ml H2SO4 encer dan 1
tetes larutan KBrO3 jenuh, amati warna yg terjadi.
KBrO3 jenuh dibuat dengan melarutkan KBrO3 dalam jumlah
berlebih, sehingga setelah dikocok masih didapatkan endapan
dari KBrO3 dalam larutan.
8. Reaksi Vanilin
Diatas kaca arloji atau kaca objek 1 tetes H2SO4 ditambah
beberapa kristal vanilin dan kemudian diaduk, tambahkan
zat, dan panaskan di atas api kecil, amati warna yg terjadi.
Reaksi ini memberikan warna merah tua yg stabil untuk
sulfamerazina dan sulfamezatina, sedangkan sulfonamida
yg lain memberikan warna kuning atau hijau muda.
9. Pirolisa
Semua sulfonamida bila dipanaskan diatas titik leburnya
akan terurai dan timbul warna dari residunya.
sulfadiazin merah
sulfaguanidin ungu
sulfanilamida violet
sulfatiazol coklat merah
Reaksi Kristal
1. Aseton-Air
Zat dilarutkan dalam aseton dan tambahkan air sama banyak,
larutan diteteskan dikaca objek, dan lihat kristal dibawah
mikroskop.
Reaksi kristal ini adalah berdasarkan kelarutan dari
sulfonamida, dimana pada umumnya sulfonamida mudah larut
dalam aseton, dengan penambahan air dia akan mengkristal
kembali, karena sulfonamida tidak larut dalam air.
2. Asam pikrat 1% dalam air.
3. p-DAB . HCl
Reagen ini disamping sebagai pereaksi warna, endapan yg
terbentuk adalah berupa kristal yg dapat dilihat dibawah
mikroskop.
4. Mayer, Bouchardat dan Dragendorf
Ketiga pereaksi diatas umum dipakai untuk alkaloida, tetapi
dapat juga dipakai untuk pereaksi kristal untuk sulfonamida.
BARBITAL
Yang termasuk kepada golongan barbital adalah senyawa-senyawa
turunan asam barbiturat atau malonil urea, dengan nama kimia 2,4,
6-trioksoheksahidropirimidin, dimana atom-atom H pada posisi 5
disubstitusi oleh gugus-gugus alkil, aril, atau oleh gugus alisiklik.
Ada pula senyawa barbital yg berasal dari asam barbiturat dimana
substitusi terjadi pada posisi 1.
Pada golongan tiobarbital atom O pada posisi 2 disubstitusi oleh
atom S.
Sintesis
Senyawa gol. Barbital disintesis dari turunan senyawa
dietilestermalonat yg dikondensasikan dengan ureum. Karena
senyawa ini berasal dari ureum, dan berbentuk lingkar, maka
disebut juga gol. Ureida siklik.
Untuk
H 2 N memperoleh
C NH
2 senyawa tiobarbital dapat dipakai tioureum
( ) sebagai pengganti ureum.
S
Tata nama
Nama generik yg umum digunakan adalah dengan nama induk
asam barbiturat, yg diawali dengan macam dan posisi
substituen, misalnya :
asam 5,5-dietilbarbiturat = Veronal = Barbital
asam 5-etil-5-fenil barbiturat = Luminal
asam 1-metil-5-etil-5-fenil barbiturat = Prominal
Seringkali nomor posisi pada tata nama tidak dituliskan,
terutama pada posisi 5, dan untuk substituen pada posisi 1,
diberi tanda atau diawali dengan N-. Jadi apabila tidak dituliskan
tanda posisi substituen, ini berarti substituen tersebut terletak
pada posisi 5, contoh :
Luminal = asam etilfenilbarbiturat
Prominal = asam N-metil, etilfenilbarbiturat
Evipan = asam N-metil, metilsikloheksenilbarbiturat
Untuk tiobarbital digunakan nama induk asam tiobarbiturat,
misalnya untuk tiopental atau pentotal, dituliskan sebagai asam
etil, 1-metil butil tiobarbiturat.
Beberapa senyawa barbital lain
Dial : asam-allil-allilbarbiturat
Pentobarbital : asam etil, 1-metilbutilbarbiturat
Amytal : asam etilisoamilbarbiturat
Kemital : asam allilsiklohekseniltiobarbiturat
Senyawa ureida siklik yg bukan barbital, tetapi
mempunyai rumus molekul mirip barbital adalah
dari gol. Hidantoin. Senyawa ini digunakan sbg
antiepileptika, disintesis dari asam glikolat dan
ureum, contoh :
5,5-difenilhidantoin = Fenitoin = Difenilhidantoin
5-etil-5-fenilhidantoin = Nirvanol
Senyawa gol. Ureida alifatik yg kerjanya mirip barbital adalah: Adalin
Bromural
Sedormid
Klasifikasi Barbital
2 B ar b i tal + C uS O 4 + 2 Piridin ( B ar b ) 2 C u (P i r ) 2
Identifikasi Gol. Barbital
5. Reaksi Lieberman’s
Reagen ini dibuat dengan melarutkan 1 g KNO2
dalam 10 ml H2SO4 pekat.
Zat + beberapa tetes reagen, amati warna yg
terbentuk.
6. Reaksi
Zwikker
Zat + beberapa tetes reagen Zwikker (CuSO4 + piridin)
akan terbentuk kompleks berupa endapan yg berwarna.
7. H2SO4 +
HNO3
Zat + H2SO4 + HNO3, amati warna yg terjadi.
Reaksi ini digunakan untuk penentuan substituen fenil.
8. Reaksi-reaksi kristal
a. Aseton-air
b. Fe-kompleks
c. Sublimasi
d. NaOH-asam asetat
9. Penentuan titiklebur endapan dengan xanthydrol
Semua barbital yg hanya tersubstitusi pada posisi 5,5
dapat membentuk endapan dengan xanthydrol, sedang
yg tersubstitusi pada posisi 1 tidak memberikan
endapan.
Cara : 30-50 mg barbiturat + 100 mg xanthydrol dan
larutkan dalam 0,5-1 ml asam asetat glasial, panaskan
1 menit, dinginkan akan terbentuk endapan kristal
halus yg selanjutnya dapat ditentukan titik leburnya
setelah dicuci dengan etanol dan direkristalisasi dalam
campuran aseton dan n-amilasetat sama banyak.
Contoh : Titik lebur kristal xanthydrol dari :
Aprobarbital : 230-231
Luminal : 220-221
Veronal : 246-248
10.Pemisahan campuran dan identifikasi senyawa gol. Barbital
secara kromatografi
Metode kromatografi dapat digunakan untuk pemisahan
senyawa dalam campuran dan langsung identifikasi senyawa tsb
dengan memakai data nilai Rf dari literatur atau memakai larutan
pembanding.
Kromatografi kertas
Sistem 1 :
Kertas whatman no.1, setelah dipotong-potong dicelupkan
dalam larutan trinatrium ortofosfat (Na3PO4. 12H2O), kemudian
dikeringkan diudara atau dalam oven. Sebelum perlakuan
kertas dicelupkan dalam campuran aseton : air (3:1). Setelah
asetonnya kering (kira-kira 2 menit), larutan barbital ditotolkan
pada garis yg telah dibuat pada salah satu tepi kertas.
Sampel : Larutkan barbital 1% dalam etanol, eter, kloroforom,
atau pelarut organik lain yg mudah menguap. Garam-garam
barbital dalam larutan air dapat ditotolkan langsung pada kertas
tanpa diisolasi dulu dalam suasana asam. Jumlah zat yg
ditotolkan berkisar antara 10-50 ug.
Sebagai cairan pengembang atau larutan eluen dipakai etilen
diklorida.
Lokasi atau daerah noda dilihat dibawah sinar UV (254 nm)
akan terlihat senyawa gol. Barbital berupa noda gelap.
Nilai Rf dibandingkan terhadap Amilobarbital :
Allobarbital 0,09 Pentobarbital 1,16
Allilbarbital 0,40 Fenobarbital 0,09
Amilobarbital 1,00 Probarbital 0,08
Barbital 0,06 Heptabarbital 0,58
Butobarbital0,52 Tiopental 1,80
Hexobarbital 2,40 Metilfenobarbital2,00
Sistem 2 :
Kertas whatman no.1 dicelupkan dalam larutan 20-30%
formamida dalam aseton selama 10-15 menit dan kemudian
dikeringkan diudara.
Sampel : 3 sampai 4 ul dalam larutan kloroform.
Cairan pengembang atau larutan eluen :
Ammonium hidroksida 5 N : Benzen : Kloroform (6 : 3 : 13).
Chamber dijenuhkan dengan 20 sampai 30% formamida dalam
aseton.
Lama pengembangan : 2 sampai 2,5 jam
Penampak noda dipakai larutan perak nitrat.
Nilai Rf :
Allobarbital 0,15 Siklobarbital 0,18
Amilobarbital 0,31 Heksobarbital 0,77
Barbital 0,19 Pentobarbital 0,41
Butobarbital 0,06 Fenobarbital 0,07
Sistem 3 :
Kertas dan sampel sama dengan sistem 2.
Sebagai cairan pengembang atau larutan eluen dipakai NH4OH 5N :
n-butanol : kloroform : formamida (3 : 3 : 5 : 1).
Sebagi penampak noda sama seperti sistem 2.
Nilai Rf :
Allobarbital 0,12 Heksobarbital 0,85
Amilobarbital 0,46 Metilfenobarbital0,90
Barbital 0,09 Pentobarbital 0,64
Butobarbital 0,35 Fenobarbital 0,06
Siklobarbital 0,23
Kromatografi Lapis Tipis
Sistem 1:
Plat kaca dilapisi dengan bubur yg dibuat dari 30 g silica gel G dan
air 60 ml. Lapisan dibuat dengan ketebalan 0,25 mm dan
dikeringkan pada temperatur 120˚ C selama 30 menit.
Sampel diekstraksi dengan kloroform, 200 ul residu ditotolkan
pada plat dengan jarak 0,5 cm dari permukaan larutan, diameter
totolan (spot) tidak lebih dari 2 mm dan jarak tiap spot tidak
kurang dari 0,5 cm. Kloroform diuapkan memakai sinar inframerah.
Larutan eluen
Aseton : kloroform (1 : 9)
Untuk pengembangan ditunggu sampai larutan naik 10 cm, atau
kira-kira 17 menit.
Lokasi atau daerah noda dapat dilihat dengan menyemprot :
a.Fluoresein memberikan warna merah muda.
b.Merkuri nitrat menghasilkan warna hitam.
c. Kalium permanganat menghasilkan warna kuning coklat.
d.Reagen Zwikker’s menghasilkan warna merah muda atau hijau.
TRANQUILIZER
Turunan Fenotiazin
Contoh :
Klorpromazin (Largactil)
Fluopromazin (Triflupromazin)