Anda di halaman 1dari 23

SULFONAMIDA

ABU MALIK 08061281320006


HANINDI AMALIA 08061381320016
SITI MUKAROMAH 08061381320008
IWAN SANTOSO 08061251520092
MIFTAHULLITA RIZKI K 08061381520030
DIAH SAHARA 08061381520060
TITI SUMARNI 08061181520091
ULFA SALYANTI 08061181520086
FILLA NUR OKTRILIANSIH 08061181520082
PENDAHULUAN

Sulfonamida merupakan kemoterapeutik yang


pertama yg efektif pada terapi penyakit sistemik.
Sekarang, penggunaannya terdesak oleh
kemoterapeutik lain yg lebih efektif dan kurang
toksik.
Banyak organisme yg menjadi resisten terhadap
sulfonamida.
Penggunaannya meningkat kembali sejak
ditemukan kotrimoksazol yaitu kombinasi
trimetoprim dengan sulfametoksazol.
 Berbagai variasi pada radikal R pada gugus amida
(-SO2NHR) dan pada gugus amino (NH2) menyebabkan
perubahan sifat fisik, kimia, dan daya antibakteri sulfonamida.
 Kebanyakan sulfonamida tidak larut dalam air. Garam
natriumnya larut.
PENGGOLONGAN SULFONAMIDA
Sulfonamida dengan absorpsi dan ekskresi cepat

 Sulfisoksazol
 Merupakan prototip golongan ini dengan efek antibakteri kuat.
 Distribusinya hanya sampai cairan ekstrasel, sebagian terikat pada
protein plasma
 Kadar puncak dalam plasma 2-4 jam setelah dosis oral 2-4 gram.
 95% diekskresi melalui urin dalam 24 jam setelah dosis tunggal
 Kadar dalam urin jauh lebih tinggi dari kadar dalam plasma sehingga
daya kerjanya sebagai bakterisida.
 Kadar dalam SSP hanya 1/3 dari kadar darah.
 Kelarutannya dalam urin lebih tinggi daripada sulfadiazin sehingga
resiko kristal uria dan hematuria jarang terjadi.
Sulfametoksazol
 Merupakan derivat dari sulfisoksazol yang absorpsi dan
ekskresinya lebih lambat, sering dikombinasi dengan
trimetoprim.

Sulfadiazin
 Diabsorpsi cepat di sal. cerna
 Kadar maksimum dalam darah setelah 3-6 jam.
 Sukar larut dalam urin sehingga dapat timbul kristal uria.
Harus banyak minum sehingga jml urin min. 1200 ml atau
ditambah Na bikarbonat.
 Untuk mencegah kristaluria dikombinasi dengan
sulfamerazin dan sulfamezatin yang disebut
trisulfapirimidin (trisulfa).
Sulfonaminda yang Sedikit Diabsorpsi
SULFASALAZIN
 ABSORPSI DI SAL. CERNA SANGAT LAMBAT.
 DIGUNAKAN UTK TERAPI ULCERATIVE COLITIS (RINGAN-SEDANG)
DAN REGIONAL ENTERITIS.

SULFONAMIDA UNTUK TOPIKAL


•S U L F A S E T A M I D A D A L A H T U R U N A N S U L F A N I L A M I D A
LARUTAN GARAMNYA DIGUNAKAN UNTUK INFEKSI MATA

•A G - S U L F A D I A Z I N
UNTUK MENCEGAH INFEKSI LUKA BAKAR.

SULFONAMIDA KERJA PANJANG


SULFADOKSIN
MASA KERJANYA 7-9 HARI.
DIGUNAKAN UNTUK KOMBINASI DENGAN PIRIMETAMIN (SULFADOKSIN:
PIRIMETAMIN=500 MG:25 MG) UNTUK ANTI MALARIA YANG RESISTEN
TERHADAP KLOROKUIN.
STRUKTUR SULFONAMIDA

Gugus Fungsi Sulfonamida

Gugus fungsi sulfonamida


dituliskan -S(=O)2-NH2,
sebuah gugus sulfonat yang
berikatan dengan amina.
Senyawa sulfonamida adalah
senyawa yang mengandung
gugus tersebut. Beberapa
sulfonamida dimungkinkan
diturunkan dari asam sulfonat
dengan menggantikan gugus
hidroksil dengan gugus amina
SULFAMERAZIN

Sulfamerazin (FI Edisi III, hal.584)


Nama Resmi : sulfamerazinum
Nama lain : N1-(4-methylpirimidin-2-yl)sulphanilamide
Rumus Molekul : C11H12N4O2S
Berat molekul :264,31
Pemerian : serbuk putih agak kekuningan , tidak berbau atau hamper tidak
berbau, rasa agak pahit . mantap diudara kalau kena cahaya langsung lambat laun
warna menjadi tua.
Log : 0,44
Ph : Basa lemah ; pKa : 7,1
Stabilitas : Stabilitas Terhadap pH 0-6°C, Tidak stabil terhadap cahaya, Tidak
stabil dalam air
Titik Lebur : Antara 234 – 239°C
Inkompatibilitas : Klorpropamid, metotreksat, kalsium, alumunium, magnesium
Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik dari cahaya
Kegunaan : antibakteri
Kelarutan:

1.Umumnya tidak larut dalam air, tapi adakalanya


akan larut dalam air anas. Elkosin biasanya larut
dalam air panas dan dingin.
2.Tidak larut dalam eter, kloroform, petroleum
eter,
3.Larut baik dalam aseton, kecuali Sulfasuksidin,
Ftalazol dan Elkosin.
4.Sulfa-sulfa yang mempunyai gugus amin
aromatik tidak bebas akan mudah larut dalam HCl
encer. Irgamid dan Irgafen tidak larut dalam HCl
encer.
5.Sulfa-sulfa dengan gugusan aromatik sekunder
sukar larut dalam HCl, misalnya septazin,
soluseptazin, sulfasuksidin larut dalam HCl, akan
tetapi larut dalam NaOH.
6.Sulfa dengan gugusan –SO2NHR akan
terhidrolisis bila dimasak dengan asam kuat HCl
MEKANISME KERJA
 Mekanisme kerjanya berdasarkan
antagonisme saingan (kompetitif).
 Kuman membutuhkan PABA (p-amino
benzoic acid) untuk membentuk asam
folat (THFA)
 Asam folat digunakan untuk sintesis
purin dan DNA/RNA
 Sulfonamida menyaingi PABA dgn
menghambat/mengikat enzim
dihidropteroat sintase (DHPS) shg
menghambat pembentukan asam folat
 Sulfonamida menyebabkan bakteri
keliru menggunakannya sebagai
pembentuk asam folat
 Sintesis asam folat, purin, dan
DNA/RNA gagal sehingga
pertumbuhan bakteri terhambat PABA : p-aminobenzoic acid;
DHPS : Dihydropteroate synthase;
DHFR : Dihydrofolate reductase,
MEKANISME KERJA

PABA : p-aminobenzoic acid;


DHPS : Dihydropteroate synthase; DHFR : Dihydrofolate reductase,
 Toksisitas selektif
sulfonamida terjadi karena
sel-sel mamalia mengambil
asam folat yg didapat dalam
makanan sedangkan bakteri
kekurangan kemampuan ini
dan harus mensintesis asam
folat.

 Kombinasi sulfonamida dan


trimetoprim (suatu 2,4-
diamino pyrimidine) akan
menguatkan efek antibakteri.
Kombinasi ini menyebabkan
penghambatan ganda pada
pembentukan asam folat. PABA : p-aminobenzoic acid;
DHPS : Dihydropteroate synthase;
DHFR : Dihydrofolate reductase,
 Trimetoprim menghambat
dihidrofolat reduktase (DHFR).

 Trimetoprim bersifat toksisitas


selektif karena afinitasnya thd
enzim DHFR bakteri 50.000 kali
lebih besar daripada afinitasnya
thd enzim DHFR manusia.

 Adanya darah, nanah, dan jaringan


nekrotik dapat menyebabkan efek
antibakteri berkurang karena
kebutuhan asam folat bakteri
sudah terpenuhi dalam media
yang mengandung basa purin. PABA : p-aminobenzoic acid;
DHPS : Dihydropteroate synthase;
DHFR : Dihydrofolate reductase,
RESISTENSI BAKTERI

• Resistensi biasanya ireversibel tetapi tidak disertai


resistensi silang terhadap kemoterapeutik lain.

• Resistensi kemungkinan disebabkan karena:


- meningkatkan produksi PABA atau
- mengubah struktur molekul enzim yang
berperan dalam sintesis asam folat.

• Banyak galur gonococcus, stafilococcus,


meningococcus, pneumococcus, dan
streptococcus yang sudah resisten.
ANALISA IDENTIFIKASI SULFONAMIDA
Reaksi Umum Sulfonamida

1.Reaksi korek api


Zat ditambahkan HCl encer, kemudian ke dalamnya dicelupkan
batang korek api,
timbul warna jingga intensif-kuning jingga.
2. Reaksi diazo
Zat (±10mg) dalam 2 tetes HCl 2 A lalu ditambah dengan 1 ml air.
Pada larutan ini ditambahkan 2 tetes diazo B (larutan 0,9% NaNO2)
dan teteskan larutan 0.1 g β-naftol dalam 2 ml NaOH terbentuk
warna jingga lalu merah darah.
3. Reaksi erlich (ρ-DAB HCl)
Sedikit zat padat pada pelat tetes lalu ditambahkan 1-2 tetes pereaksi
DAB HCl terbentuk warna kuning-jingga.
Reaksi Pendahuluan dan Reaksi Warna

a. Zat murni, dilelehkan dalam tabung reaksi akan terjadi


perubahan warna dan keluar gas H2S, NH3 dan CO2.
b. Sublimasi, hanya beberapa sulfa yang positif
c. Tes Roux, amati perubahan warna
d. Tes Weber ( K4Fe(CN)6 10 % + Na Nitroprusid 10 % +
NaOH 10 % campur sama banyak ), perhatikan perubahan
warna
e. Reaksi Indophenol ( untuk amin aromatis dan para bebas )
f. Dengan pereaksi pDAB HCl
g. Reaksi CuSO4 0,5 N, yaitu zat + 2 tetes NaOH panaskan,
setelah dingin + 1 tetes CuSO4 panaskan. Tambahkan HCl
encer sampai netral, amati perubahan warna yang terjadi.
h. Reaksi furfural, yaitu untuk amin aromatis ( 2 % furfural
dalam asam asetat pekat), amati perubahan warna yang
terjadi.
i. Dengan KBrO3, yaitu zat + asam sulfat 4N + KBrO3 jenuh,
amati perubahan warna yang terjadi
Sulfa yang memberikan warna kuning
Sulfa yang memberikan warna ungu-biru, rose merah
j. Reaksi Hucknall & Turfitti ( Vanilin + H2SO4p ), dimana
untuk sulfamerazin dan sulfamezathine memberikan warna
merah intensif, Irgamel berwarna hijau tua – hitam dengan
pinggiran merah tua. Sulfa yang lain kuning tua sedangkan
elkosin negative.
Kromatografi

Yang biasa digunakan adalah kromatografi kertas dan


kromatografi lapis tipis. Sulfa ditentukan berdasarkan
besarnya Rf yang terlihat dan dibandingkan dengan zat
pembanding.

Eluen yang biasa digunakan adalah :


Butanol – NH­3
CHCl3 – Metanol
Butanol – HCl
Butanol – pyridin
Analisa Kuantitatif Sulfonamida

1. Metode Diazotasi
Diazotasi adalah reaksi antara amin aromatis primer dengan asam nitrit
yang berasal dari natrium nitrit dalam suasana asam untuk membentuk
garam diazonium. Metode ini hampir digunakan terhadap sulfadiazin dan
senyawa lain yang mempunyai gugus amin aromatis primer bebas atau
yang pada hidrolisis atau reduksi mampu menghasilkan amin aromatis
primer bebas atau yang pada hidrolisis atau reduksi mampu
menghasilkan amin aromatis primer.
Prosedur kerja :
Untuk analisa kuantitatif, sampel dilarutkan dalam asam mineral berlebih
kemudian dititrasi dengan larutan baku natrium nitrit. Titik akhir titrasi
dapat ditunjukkan dengan :
- indikator dalam, terdiri dari campuran 5 tetes larutan tropeolin 00 0,1%
dalam air dan 3 tetes larutan metilen biru 0,1% dalam air
- indikator luar yaitu pasta kanji-iodida
2. Metode Titrasi Bebas Air (TBA)
Metode titrasi bebas air digunakan pada sulfadiazin berdasarkan pada
sifat asam dari gugus - SO2 - NH - sehingga dapat dititrasi sebagai basa.
Pelarut yang dapat digunakan adalah alcohol, aseton, dimetil formamida
dan butyl amin sedangkan sebagai titran digunakan larutan basa dalam
air atau larutan Na metoksida.

Prosedur kerja:
Timbang ±250 mg sampel sulfadiazin larutkan dalam aseton netral
tambah 10 tetes campuran (0,025 bagian biru timol dan 0,075) bagian
merah fenol yang dilarutkan dalam 50 bagian alkohol dan 50 bagian air).
Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi biru.
3. Metode Bromometri
Metode bromometri dapat digunakan untuk penetapan kadar sulfadiazin dimana
brom akan mensubstitusi sulfadiazine pada inti benzen. Reaksi umum yang terjadi
adalah sebagai berikut :

BrH2N SO2 NH R + 2Br2 H2N SO2 NH R

* Titrasi langsung
Ditimbang seksama 250 mg sulfadiazin, dilarutkan dalam HCl 3% lalu tambahkan 5
g kalium bromide dan asam klorida pakat. Setelah itu dititrasi dengan larutan baku
kalium bromat 0,1 N menggunakan indikator metal merah. Titik akhir titrasi
ditandai dengan hilangnya warna merah.

* Titrasi tidak langsung


Ditimbang seksama 250 mg sulfadiazin, dilarutkan dalam HCl 3% lalu tambahkan 5
g kalium bromide dan asam klorida pekat. Setelah itu ditambahkan 50 ml larutan
baku kalium bromat 0.1 N hingga timbul warna kuning. Tambahkan segera 1 g
kalium iodide lalu dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N dengan
indikator kanji.
3.Metode Argentometri
Titrasi argentometri adalah fitrasi dengan menggunakan perak nitrat,
sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut.
Sulfadiazin membentuk garam perak yang tidak larut dalam suasana basa.

Prosedur kerja :
Ditimbang seksama 250 mg sulfadiazin, dilarutkan dalam sedikit natrium
hidroksida 0,1 N (sampai warna biru lemah dengan indikator timoftalein)
dan encerkan dengan 50 ml air. Hilangkan warna biru tersebut dengan
beberapa tetes asam sulfat 0,1 N. tambahkan 25 ml larutan perak nitrat
baku 0,1 N. Setelah didiamkan di tempat gelap, endapan disaring. Asamkan
filtrate dengan asam nitrat dan kelebihan perak nitrat dititrasi dengan
larutan baku ammonium tiosianat 0,1 N dengan indikator besi (III)
ammonium sulfat

Anda mungkin juga menyukai