Sulfisoksazol
Merupakan prototip golongan ini dengan efek antibakteri kuat.
Distribusinya hanya sampai cairan ekstrasel, sebagian terikat pada
protein plasma
Kadar puncak dalam plasma 2-4 jam setelah dosis oral 2-4 gram.
95% diekskresi melalui urin dalam 24 jam setelah dosis tunggal
Kadar dalam urin jauh lebih tinggi dari kadar dalam plasma sehingga
daya kerjanya sebagai bakterisida.
Kadar dalam SSP hanya 1/3 dari kadar darah.
Kelarutannya dalam urin lebih tinggi daripada sulfadiazin sehingga
resiko kristal uria dan hematuria jarang terjadi.
Sulfametoksazol
Merupakan derivat dari sulfisoksazol yang absorpsi dan
ekskresinya lebih lambat, sering dikombinasi dengan
trimetoprim.
Sulfadiazin
Diabsorpsi cepat di sal. cerna
Kadar maksimum dalam darah setelah 3-6 jam.
Sukar larut dalam urin sehingga dapat timbul kristal uria.
Harus banyak minum sehingga jml urin min. 1200 ml atau
ditambah Na bikarbonat.
Untuk mencegah kristaluria dikombinasi dengan
sulfamerazin dan sulfamezatin yang disebut
trisulfapirimidin (trisulfa).
Sulfonaminda yang Sedikit Diabsorpsi
SULFASALAZIN
ABSORPSI DI SAL. CERNA SANGAT LAMBAT.
DIGUNAKAN UTK TERAPI ULCERATIVE COLITIS (RINGAN-SEDANG)
DAN REGIONAL ENTERITIS.
•A G - S U L F A D I A Z I N
UNTUK MENCEGAH INFEKSI LUKA BAKAR.
1. Metode Diazotasi
Diazotasi adalah reaksi antara amin aromatis primer dengan asam nitrit
yang berasal dari natrium nitrit dalam suasana asam untuk membentuk
garam diazonium. Metode ini hampir digunakan terhadap sulfadiazin dan
senyawa lain yang mempunyai gugus amin aromatis primer bebas atau
yang pada hidrolisis atau reduksi mampu menghasilkan amin aromatis
primer bebas atau yang pada hidrolisis atau reduksi mampu
menghasilkan amin aromatis primer.
Prosedur kerja :
Untuk analisa kuantitatif, sampel dilarutkan dalam asam mineral berlebih
kemudian dititrasi dengan larutan baku natrium nitrit. Titik akhir titrasi
dapat ditunjukkan dengan :
- indikator dalam, terdiri dari campuran 5 tetes larutan tropeolin 00 0,1%
dalam air dan 3 tetes larutan metilen biru 0,1% dalam air
- indikator luar yaitu pasta kanji-iodida
2. Metode Titrasi Bebas Air (TBA)
Metode titrasi bebas air digunakan pada sulfadiazin berdasarkan pada
sifat asam dari gugus - SO2 - NH - sehingga dapat dititrasi sebagai basa.
Pelarut yang dapat digunakan adalah alcohol, aseton, dimetil formamida
dan butyl amin sedangkan sebagai titran digunakan larutan basa dalam
air atau larutan Na metoksida.
Prosedur kerja:
Timbang ±250 mg sampel sulfadiazin larutkan dalam aseton netral
tambah 10 tetes campuran (0,025 bagian biru timol dan 0,075) bagian
merah fenol yang dilarutkan dalam 50 bagian alkohol dan 50 bagian air).
Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi biru.
3. Metode Bromometri
Metode bromometri dapat digunakan untuk penetapan kadar sulfadiazin dimana
brom akan mensubstitusi sulfadiazine pada inti benzen. Reaksi umum yang terjadi
adalah sebagai berikut :
* Titrasi langsung
Ditimbang seksama 250 mg sulfadiazin, dilarutkan dalam HCl 3% lalu tambahkan 5
g kalium bromide dan asam klorida pakat. Setelah itu dititrasi dengan larutan baku
kalium bromat 0,1 N menggunakan indikator metal merah. Titik akhir titrasi
ditandai dengan hilangnya warna merah.
Prosedur kerja :
Ditimbang seksama 250 mg sulfadiazin, dilarutkan dalam sedikit natrium
hidroksida 0,1 N (sampai warna biru lemah dengan indikator timoftalein)
dan encerkan dengan 50 ml air. Hilangkan warna biru tersebut dengan
beberapa tetes asam sulfat 0,1 N. tambahkan 25 ml larutan perak nitrat
baku 0,1 N. Setelah didiamkan di tempat gelap, endapan disaring. Asamkan
filtrate dengan asam nitrat dan kelebihan perak nitrat dititrasi dengan
larutan baku ammonium tiosianat 0,1 N dengan indikator besi (III)
ammonium sulfat