Nim : 1711C1010
Kelas : S1 Kimia
Mata kuliah : Analisis Kimia Farmasi Teori
1. A). Apa yang anda ketahui tentang obat sulfonamide ?Jelaskan secara lengkap
Jawab:
obat sulfonamide (atau sering juga disebut obat sulfa) merupakan golongan obat-obatan yang
memiliki gugus fungsi sulfonamida. Golongan obat ini ada yang memiliki sifat antimikroba
dan ada juga yang tidak. Obat sulfa yang tidak memiliki aktivitas antibakteri misalnya sultiam
yang digunakan sebagai antikonvulsan, juga sulfonilurea dan diuretik tiazid.
Sulfonamida atau sulfa adalah golongan antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi
bakteri. Sulfa bisa digunakan untuk menangani berbagai penyakit akibat infeksi bakteri,
seperti infeksi saluran kemih, bronkitis, meningitis bakterial, pneumonia, serta infeksi mata
atau telinga.
Struktur sulfonamida
Sulfonamida bekerja dengan cara mengganggu pembentukan asam folat pada bakteri. Asam
folat merupakan nutrisi yang dibutuhkan bakteri untuk membentuk asam nukleat, DNA, dan
RNA, agar bakteri dapat berkembang biak. Jika proses pembentukan asam folat terganggu,
bakteri tidak bisa berkembang biak.
Alergi terhadap sulfonamid sering terjadi. Insiden keseluruhan dari reaksi obat yang
merugikan terhadap antibiotik sulfa adalah sekitar 3%, atau angka ini dekat dengan kejadian
alergi karena penisilin, maka obat yang mengandung sulfonamida diresepkan dengan hati-
hati. Beberapa obat atau bahan tamabahan makanan mengandung belerang seperti sulfat dan
sulfit, tetapi secara kimiawi tidak terkait dengan gugus sulfonamida, sehingga tidak
menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang sama seperti yang terlihat pada sulfonamida.
B). Jelaskan reaksi pendahuluan yang menandakan reaksi kualitatif dari obat golongan
sulfa ! Minimal 6 reaksi pendahuluan, lengkap dengan reaksi kimianya
Jawab:
Reaksi umum penentuan Sulfonamida: Pemeriksaan pendahuluan atau penggolongan
Reaksi elementor terhadap unsur C,N,S : positif
a. Reaksi terhadap gugus-gugus amin:
Reaksi Diazotasi,reaksi dengan p-DAB HCl (Erlich),rekasi korek api dan reaksi
idophenol.Positif untuk amin-amin yang tidak terblokir atau amin bebas,amin yang terblokir
akan negative misalnya ftalazol
b. Reaksi terdap gugus sulfon:
Sulfonamida akan positif bila terjadi reaksi dengan penambahan:
Zat+H2O2 30%+HNO3 DAN BaCl2 atau Barium Nitrat dan adanya endapan BaSO4 putih
(BaSO4 sukar larut,bahkan aqua regia)positif untuk amin-amin bebas,
c. Reaksi furfural: terhadap gugus amin bebas
1 tetes pereaksi atau reagen (furfural 2% dalam asetat glasial)+zat memberikan warna merah
tua segera berubah menjadi ungu.Semua sulfat memberikan hasil positif,kecuali
sulfasuksidin,pthalazol,septazin.
d. Reaksi Vanilin: Huckhal dan Turftiti
Terhadap derivete metil piridin,diatas kaca arloji atau objek:1 tetes H2SO4 ditambah beberpa
kristal vanilin,campurkan +zat uji,panaskan diatas nyala api kecil: kuning atau hijau
muda( dilihat dibawah dasar putih).
Kecuali: Sulfamerazin Na: merah tua
Sulfamezathin Na: merah tua
Irgamid : hijau tua-hitam dengan tepi merah
e. Reaksi Korek Api
Zat + HCL encer lalu kedalamnya dicelupkan korek api, Sulfonamida akan positif,terjadi
warna jingga sampai jingga kuning dari amin aromatis. Selain sulfa yang positf untuk reaksi
ini adalah floroglucine,asam sulfa nitrat dan resorcine.
Asam sulfanilat : kuning
f. Reaksi Diazo : untuk amin aromatik primer
Zat + 2 gtt HCL 2 N dan air, + NaOH dan teteskan larutan 0,1 gram β-naftol a-naftol : merah
ungu
Cratisin:kekeruhan jingga kuning
Negativ:sulfasuksidin,seltazin,thalazol
Khusus amin aromatis mula-mula terjadi endapan jingga,penambahan β-naftol dalam NaOH
menimbulkan warna merah ungu.Bila digunkan a-naftol terjadi warna merah darah.
Amin aromatis yang tak bebas reaksinya negatif.Setelah dihidrolisa baru memberikan hasil
posif.
g. Reaksi Erlich dengan p-DAB HCl: Reaksi yang umum dengan amin aromatik sulfonamida
akan memberikan warna jingga dengan adanya amin aromatis primer pada
gugusnya.Bezokain dan alkaloid turunan amino benzoate lainnya positif dengan reaksi ini.
Reaki: p-DAB HCl : 1 gram dalam 10 ml +air ad 100 ml zat + pereaksi 1-2 tetes di atas
plat tetes: warna yang timbul adalah warna kuning jingga.
Kuning sitrun: Sulfametazin,Sulfadizine,Sulfamorazin,Gratisin
Kuning: Elkosin
Kuining tua: Thalazol,Sulfanilamide
Jingga : Sulfaguanidin
h. Reaksi dengan CuSO4
Larutkan CuSO4 dalam air yang encer.Reaksi ini diberikan oleh sulfa yang heterosiklik
dalam NaOH dengan CuSO4 endapan tidak berwarna.
Hijau: Elkosin,Globucid,Lucocil,Sulfapyridin.
Ungu: Sulfaidzin,Sulfasuksidin,Sulfatiazol
Putih: Irgafon,Sulfanilamid.
i. Reaksi Indophenol ( khusus untuk amin aromatis dengan tempat para bebas)
Caranya :
Panaskan zat 100 mg dalam tabung reaksi + 2 cc air sampai mendidih lalu segera+2 tetes
NaOH dan 2 ml kaforit + 1 tetes fenol liquafactum segar,amati warna yang terjadi .
-Albuoid : Hijau (hijau tua)
-Elkosin: Coklat
-Gantrisin: Merah coklat
-Irgafon: Hijau
-Lucosil: Coklat merah
-Sulfapyridinn: Coklat
-Sulfa thiazol: kuning jingga
-Sulfaidiazin: merah rosa
-Sulfaquanidin: Kuning
- Sulfamorazin: merah rose
-Sulfamotatin: merah rose
-Sulfanolamid : biru(ungu)
-Sulfasuksidin: kuning lemah
-Thazalol : tidak berwarna
jawab:
Karena titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa
senyawa organic, khususnya untuk persenyawaan amina primer.Penetapan kuantitas zat
didasari oleh reaksi antar fenil amina primer 'aromatik( dengan natrium nitrit dalam
suasana asam membentuk garam diazonium. reaksi ini dikenal dengan reaksi diazotasi,
dengan persamaan yang berlangsung dalam dua tahap seperti berikut:
Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagi berikut : (Abdul Rohman; 2008)
NaNO2 + HCl HNO2 + NaCl
KI + HCl KCl +HI
2HI + 2HONO I2 + 2NO + 2H2O
I2 + Kanji Kanji Iod ( biru )
Cara pengerjaannya:
Titrasi Nitritometri
- Disiapkan alat dan bahan
- Diambil ukuran sampel suspensi cotrimoksazol sebanyak 5 ml dengan gelas ukur,
dimasukkan kedalam gelas kimia
- Dipipet HCl sebanyak 10 mL, ditambahkan kedalam sampel homogenkan
- Dipipet aquadest sebanyak 20 mL, lalu ditambahkan kedalam sampel gelas kimia
berisi sampel
- Didinginksn hingga suhu ± 15 °c
- Ditambahkan indikator TOO dan MB dengan berbandingan 5 : 3 menjadi warna
ungu
- Dititrasi dengan natrium nitrit hingga terjadi perubahan warna menjadi hijau toska
Jawab:
1. Sulfadimethoxine (atau sulphadimethoxine, nama dagang Di-Methox atau Albon)
adalah obat antimikroba sulfonamide tahan lama yang digunakan dalam kedokteran
hewan. Ini digunakan untuk mengobati banyak infeksi, termasuk infeksi saluran
pernafasan, saluran kemih, enterik, dan jaringan lunak dan dapat diberikan sebagai
standalone atau dikombinasikan dengan ormetoprim untuk memperluas jangkauan
target. Seperti semua sulfamida, sulfadimethoxine menghambat sintesis bakteri dari
asam folat dengan bertindak sebagai inhibitor kompetitif terhadap PABA. Ini adalah
obat yang paling umum diresepkan untuk anjing yang menderita coccidiosis.
2. Sulfamonomethoxine untuk mengobati infeksi saluran pernafasan
3. Sulfamethoxazole untuk mengobati dan mencegah berbagai jenis infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. umumnya dikombinasikan dengan trimethoprim. Obat
kombinasi ini disebut kotrimoksazol.
4. Sulfadiazine adalah obat untuk mengatasi sejumlah infeksi akibat bakteri. Obat yang
masuk ke dalam kelompok antibiotik sulfonamida (sulfa) ini bekerja dengan cara
membunuh bakteri atau menghentikan perkembangbiakannya.
Sulfadiazine juga bisa digunakan sebagai kombiasi pengobatan
untuk toksoplasmosis dan untuk mencegah kekambuhan penderita demam rematik
5. Sulfadimidin (Sulphadimidine, Sulfametazin) adalah Sulfonamida Anti-mikroba
untuk mengobati infeksi pada beberapa bakteri. Banyak digunakan dalam produksi
olahan seperti "Sulfadimidine Oral Suspension", "Sulfadimidine Solutions", "Tablet
Sulfadimidin". Hal ini juga digunakan dalam produksi obat hewan. Sulfonamida
seperti Sulfadimidine Sodium menghambat konversi enzimatik asam pteridin dan p-
aminobenzoat (PABA) menjadi asam dihidropteroat dengan bersaing dengan PABA
untuk mengikat dihydrofolate synthetase, yang merupakan intermediate sintesis asam
tetrahidrofolik.
6. Sulfaquinoxaline adalah obat hewan yang dapat diberikan kepada sapi dan domba
untuk mengobati coccidiosis. Ini tersedia di Pakistan dengan Sanna Laboratories
dalam kombinasi dengan Amprolium dan Vitamin K sebagai potensi pengobatan
coccidiosis
Jawab:
Barbiturat adalah obat penenang yang dulu sering diresepkan untuk gejala gangguan
kecemasan. Tanpa resep dokter, penggunaan obat ini dianggap ilegal. Dalam penggunaan
terbatas, barbiturat diberikan untuk mengendalikan gangguan seperti kejang dan juga sebagai
obat bius sebelum tindakan medis seperti pembedahan.
Luminal (phenobarbital)
Brevital (methohexital)
Seconal (secobarbital)
Secobarbital dianggap sebagai obat penenang-hipnotik (pil tidur) yang usang, dan sebagai
hasilnya, sebagian besar telah digantikan oleh keluarga benzodiazepine . Seconal disalah
gunakan secara luas, dikenal di jalanan sebagai "setan merah" atau "merah".
Butisol (butabarbital)
Butobarbital adalah obat yang umumnya digunakan untuk insomnia berat. Obat ini
termasuk ke dalam kelompok obat yang disebut barbiturat. Barbiturat bekerja dengan
meningkatkan neurotransmiter yang disebut GABA di otak. GABA bertindak sebagai
agen ‘saraf penenang’ alami yang membantu menjaga aktivitas saraf di otak agar
seimbang, merangsang kantuk, serta mengurangi kecemasan dan merileksasikan otot-otot
di tubuh.
Fiorinal (butalbital)
Jawab:
1. Reaksi zwikker
Modifikasi:
Cara:
Hasil:
Terdapat barbital à lapisan CHCl3 ungu, lapisan air biru
Diganggu asam salisilat dan aspirin à biru
Ada tiobarbital àlapisan CHCl3 biru, lapisan air biru
Diganggu tiofilin, teobromin, Na-salisilat, dan tiourasil àlapisan CHCl3 hijau
2. Reaksi Parri
Prinsip: pembentukan senyawa kompleks antara barbital dengan senyawa Co dalam MeOH
bebas air.
Barbital dalam Metanol murni + 2 tetes CoCl2 dalam asam asetat 1% dan 2 tetes NH4OH à
warna ungu
Barbiturat dilarutkan dalam spiritus fortior + CoCl2 + 1 tts NH4OH (p) à ungu
Barbital dalam lingkungan asam (eter atau kloroform), pisahkan lapisan eter dan
kloroform, uapkan à residu taruh di atas kertas saring yang kering + beberapa tetes
larutan Co(NO3) 2 1% dan MeOH absolut . Kertas saring kering taruh di atas uap
amoniak à warna ungu merah. Identifikasi ini tidak spesifik karena memberikan hasil
positif berwarna ungu juga kepada beberapa sulfa, theophyllin, asam camphoricum,
theobromin, dan asam pthalat. Barbital yang negatif ialah Pseudobarbital, Adalin,
Bromural, Sodormid, Sulfonal
Umumnya akan memberikan endapan dengan garam Hg-(Nitrat, Asetat, Sulfat) tetapi
tidak mengendap dengan HgCl 2
Zat dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam tabung reaksi kering, masukkan Na,
masukkan sedikit lagi zat à pijar ±30’ à larutkan dalam etanol
Pemeriksaan S:
1/3 filtrat asamkan dengan HNO3 à panaskan hingga mendidih + 5 tts lar AgNO 3 5% à
endapan (Cl–, Br–,I–)
AgCl, AgBr, dan AgI + amoniak à AgCl larut, AgBr dan AgI mengendap
0,05 g zat + 10 tts KMnO4 + beberapa tetes NaOH 4N diuapkan sampai kering à sisa
+ 10 tts air, uapkan lagi, lalu tambahkan air + 3 tts H2SO4 4N.
Kocok dengan eter, keringkan dengan Na-Sulfat eksicatus, masukkan ke dalam tabung
reaksi à akan terdapat kristal asam benzoat menempel di tabung (positif gugus fenil)
Reaksi Ekkert
10 mg zat + H2SO4 (p) + 5 tts formalin à merah anggur (positif barbital, luminal,
veronal)
Larutan warna dipanaskan dengan air mendidih à jingga kuning dengan florosensi
hijau (positif gugus fenil)
2. Marquis
0,01 g zat dilarutkan dalam 4ml H2SO4 (p) + 1ml formaldehid, panaskan di WB à
merah & florosensi hijau (Sandoptal), tidak florosensi (Luminal, dll)
3. Kristal p-DAB
0,01 g zat dalam 4ml H2SO4 (p) + beberapa butir kristal p-DAB, panaskan beberapa
menit di WB à merah (Luminal), merah tua (Nembutal, Evipan)
4. Vanilin- H2SO4
sedikit zat dipanaskan dengan 1% vanillin dalam H 2SO4 (p), beberapa menit di WB à
merah karsen
D. Reaksi warna
1. Salisildehid-H2SO4
0,01 g zat + Iml H 2SO4 (p) + beberapa tetes salisildehid 1% dalam spiritus, panaskan di
WB à merah frambos (dial)
2. Furfurol-H2SO4
Zat dalam H2SO4 (p) + larutan furfurol 5% dalam spiritus, panaskan di WB à ungu
(Phanodorm, Medomin), merah coklat (Thiobarbital, Pentotal)
3. Fenol-H2SO4
4. Piperonal-H2SO4
10 mg zat + 10ml HNO3 /H2SO4 (p), panaskan 10’ di air mendidih, dinginkan, encerkan
dengan air à kuning dan endapan + NH4OH berlebih à kuning
E. Reaksi kristal
1. Sublimasi
Larutan zat dalam KOH, teteskan pada objek glass + kristal amonium fosfat à endapan
5. Reaksi Bauchardat
Larutkan zat dalam KOH + 1 tetes aqua brom à kristal (phenodorm, veronal)
8. Aqua Barit
1. Allonal
3. Aprobarbital
Sinonim : Isopral
Rumus molekul : C10H14N2O3
BM : 210,23
Pemerian : Kristal putih, agak pahit, higroskopis, TL : 1400C
Larutan jenuh dalam air : asam
Kelarutan : hampir tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, CHCl 3, eter, aseton,
asam asetat glasial, alkali hidroksida
Fungsi :Sedative, hipnotik
Reaksi :
4. Dial
5. Diphenylhydantoin-Na
6. Evipan
Reaksi kristal :
b. Fe-kompleks
c. Bi-kompleks
d. Cu-kompleks
e. Sublimasi
7. Kemithal
a. Wagenaar
b. Aseton –air
8. Luminal
a. Sublimasi
b. Wagenaar
c. Fe-kompleks
d. Cu-kompleks
e. Bi-kompleks
f.NH4 fosfat
9. Nembutal
a. Fe-kompleks
b. Cu-kompleks
10. Olthophan
Pemerian : kristal putih, rasa agak pahit
Reaksi :
a. Fe-kompleks
b. Sublimasi
c. NaOH/HAc
d. Bi-kompleks
e. Cu-kompleks
11. Orthal – Na
12. Pentothal – Na
Sinonim: Thiopental Na
Nama IUPAC: [5-etil-4,6-diokso-5-(pentan-2-il)-1,4,5,6-tetrahidropirimidin-2-
il]sulfanid sodium
Berat molekul: 264,33
Rumus molekul:C11H17N2O2Sna
Rumus bangun:
Karakteristik:
Pemerian: serbuk putih kekuningan, higroskopis, biru seperti bawang.
pH: 12,5
Kelarutan: larut dalam air dan alcohol, tidak larut dalam eter, benzene dan
petroleum eter, larutan dalam air jika didiamkan terurai dan jika dipanaskan terjadi
endapan.
Larutan 2,5 % b/v dalam air bereaksi alkalis kuat dengan pH 10,5.
Spesifikasi dalam sediaan farmasetik:
Dibuat dalam sediaan serbuk yang steril yang kemudian direkonstitusi dengan
pelarut yang sesuai dan diberikan secara IV (untuk yang bentuk Na).
13. Persedon
Sinonim: 3,3-dietil-2,4-dioxotetrahidropiridin.
Berat molekul: 167,20
Rumus molekul: C9H13NO2
Rumus bangun:
Karakteristik:
Reaksi:
14. Panodorm
Reaksi:
15. Prominal
Reaksi:
Reaksi Kristal:
Larutan jenuh dalam NaOH o,1 N + asam asetat encer
(NH4)H2PO4
16. Rutonal
Reaksi:
Parri (+)
Reaksi Kristal:
Kompleks Fe
Kompleks Cu
Cu amoniak
Zat dilarutkan + NH4OH + diasamkan dengan HCl (p)
17. Serdomid
Sinonim: allysisopylacetluerum
Berat molekul: 184,23
Rumus molekul: C9H16N2O2
Rumus bangun:
Karakteristik:
Reaksi:
Dapat menghilangkan warna KMnO4
Ikatan rangkap (+)
Larutan zat dalam air + H2SO4 (di WB) ” bau permen.
Zat + FeCl3 ” coklat.
Reaksi Beilstein (+)
Sublimasi: ring seperti air mancur.
18. Soneril
Reaksi:
o Sublimasi
o Wagenaar
o Kompleks Cu
o Kompleks Fe
o Aseton air
o Kompleks Bi
19. Veronal
Reaksi:
Reaksi Kristal:
Sublimasi
Zwikker: membentuk kristal rosa
Kompleks Cu
Kompleks Fe
Kompleks Bi
NaOH + asam asetat
NaOH + (NH4)H2PO4
C). Mengapa obat golongan barbital dapat dianalisis secara spektropometri dan secara
kromatofrafi cair kinerja tinggi ? Jelaskan alasannya dan jelaskan pula cara
pengerjaan serta kondisinya dalam analisis tersebut
Jawab:
Umumnya, dalam upaya untuk menentukan identitas suatu zat yang dicurigai mengandung
barbiturate, pendekatan analitisnya harus memerlukan penentuan setidaknya dua parameter
berkorelasi salah satunya harus memberikan informasi tentang bahan kimia struktur analit
(misalnya, IR, MS, atau tandem, metodenya seperti GC-MS). Hal ini diakui bahwa pemilihan
parameter dalam setiap kasus tertentu harus mempertimbangkan obat yang terlibat dan
sumber daya laboratorium yang tersedia.
Bila mungkin, tiga teknik analisis yang sama sekali berbeda harus digunakan, untuk contoh:
tes warna, kromatografi (misalnya TLC, GC atau HPLC) dan spektroskopi (Mis. IR atau
UV). Teknik ditulis dgn tanda penghubung, seperti kromatografi gas - spektrometri massa
(GC-MS), dihitung sebagai dua parameter, memberikan informasi dari kedua
teknik yang digunakan (yaitu waktu retensi dan karakteristik spektral massa).
Cara pengerjaannya:
High Performance Liquid Chromatography (HPLC)/KCKT
HPLC adalah salah satu teknik pemisahan utama yang biasa digunakan dalam obat forensik
analisis. Kromatografi fase terbalik direkomendasikan untuk analisis barbiturat. Ada berbagai
macam fase stasioner dan mobile tersedia untuk analis. Metode berikut disediakan sebagai
panduan. Yang paling umum ditemui dan kolom serbaguna adalah terikat oktadesil silika
kolom (C18). Panjang kolom, diameter, ukuran partikel, ukuran pori dan beban karbon harus
dipertimbangkan sebelum seleksi akhir kolom.
Metode 1
Kolom : 250 mm x 4,6 mm ID
Bahan kemasan: oktadesil-silika HPLC grade, 5μm (Spherisorb 5 ODS-2
atau setara)
Fase gerak : asetonitril: air (30:70 by volume)
Laju alir : 0,9 ml / menit.
Deteksi : UV pada 220 nm atau deteksi diode array (DAD).
Volume Injeksi : 1-5μl
Penghitungan : Dengan luas puncak, metode standar eksternal
Metode 2
Kolom : 150 mm x 4,6 mm ID
Bahan kemasan: oktadesil-silika HPLC grade, 5μm (ODS-Hypersil, atau
setara)
Fase gerak A : 0,1 M sodium penyangga dihidrogen fosfat: metanol
(60:40 oleh volume; menyesuaikan pH menjadi 3,5 unit
dengan fosfat acid)
Fase gerak B : 0,1 M sodium penyangga dihidrogen fosfat: metanol
(60:40 oleh volume; menyesuaikan pH 8,5 unit dengan
natrium hydroxide solution)
Laju alir : 2,0 ml / menit (nilai aliran rendah harus dipertimbangkan
dengan kolom yang lebih pendek dan ukuran partikel yang
lebih kecil).
Deteksi : UV pada 216 nm
Volume Injeksi: 1-5μl oleh jarum suntik atau injeksi lingkaran.
Penghitungan : Dengan luas puncak, metode standar eksternal.
Jawab:
Karena Barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat (2,4,6-
trioksoheksahidropirirmidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara urea dengan asam
malonat.
Asam Barbiturat adalah zat induk barbital-barbital yang sendirinya tidak bersifat
hipnotik. Sifat ini baru nampak jika atom-atom hidrogen pada atom C 5 dari inti pirimidinnya
digantikan oleh gugusan alkil atau aril. Barbital-barbital semuanya bersifat lipofil, sukar larut
dalam air tetapi mudah larut dalam pelarut-pelarut non polar seperti minyak, kloroform dan
sebagainya.
Seorang farmasis dituntun untuk menguasasi berbagai metode yang digunakan untuk
menetapkan kadar maupun pembakuan suatu bahan atau menganalisis senyawa obat salah
satunya adalah dengan titrasi argentometri yang termasuk kedalam titrasi volumetric.
Cara pengerjaannya:
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang secara keseluruhan tablet luminal, kemudian ditimbang berat setara 50 mg
fenobarbital.
3. Dimasukkan dalam Erlenmeyer, dan dilarutkan dengan CHCl3 5 ml dan 10 ml
Na2CO3 2%. Dan ditambahkan indikator K2CrO4 2-3 tetes.
4. Dititrasi dengan AgNO3 0,1 N hingga terbentuk endapan merah bata.
5. Dicatat volume perak nitrat yang digunakan.
3. A). Jelaskan apa yang anda ketahui tentang bahan obat dan obat yang berasal dari
karbohidrat ! Jelaskan pula contoh – contohnya dan kegunaannya dalam bidang
farmasi
Jawab:
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan
untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.
Monosakarida :
A. Glukosa
1. Akar manis (Glychyrrhizae radix) Tanaman asal : Glycyrrhiza glabra Famillia :
Leguminaceae Kegunaan : Demulsen, laksansia dan dapat digunakan untuk menutupi rasa
pahit obat
2. Kulit batang delima (Granati cortex) Tanaman asal : Punica granatum L Familia :
Punicaceae Kegunaan : Pengkelat, antelmetikum dan anti diare
3. Akar sengketan (achyranthi Radix) Tanaman asal : Achytanthes aspera Familia :
Punicaceae Kegunaan : Mengurangi rasa nyeri (analgetik),peluruh dahak (ekspektoran)
B. Fruktosa
1.Madu lebah selain glukosa juga mengandung fruktosa. Fruktosa adalah suatu ketohektosa
yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi kekiri dan karenanya disebut juga
levulosa. Pada umumnya monosakarida dan disakarida mempunyai rasa manis
Oligosakarida (Disakarida):
A. Sukrosa
1. Gula tebu (Saccharum cortex) Tanaman asal : Saccharum officinarum Famillia : Graminae
(Poaceae) Kegunaan : Bahan dasar pemanis
2. Gula Beet Tanaman asal : Beta vulgaris Famillia : Chenopodiaceae Kegunaan : Bahan
dasar Pemanis
B. Laktosa
1. Saccharum Lactis (SL) Asal : Bos taurus Linn Famillia : Bovidae Kegunaan : Diluen pada
pembuatan tablet, pemanis
Polisakarida
A. Amilum
1. Jagung Tanaman asal : Zea mays Famillia : Graminae (Poaceae) Kegunaan : Diluen,
Desintegrator
2. Beras Tanaman asal : Oryza sativa Famillia : Poaceae Kegunaan : Diluen, Desintegrator
B. Glikogen
1. Acacia (Gum Arabicum) Tanaman asal : Acacia senegal, Acacia sp Famillia :
Leguminoceae Kegunaan : Suspending, Emulsifying, demulcen
2. Agar Tanaman asal : Gelidium cartilaginum Famillia : Gelidiaceae Kegunaan :
Laksativum, emulgator, media kultur bakteri dan produk makanan.
C. Selullosa
1. Biji Pinang (Arecae semen) Tanaman asal : Areca catechu Famillia : Arecaceae Kegunaan
: Memperkecil pupil mata dan antelmitikum
2. Daun seledri (Apii graveolentis folium ) Tanaman asal : Apium graveolens Famillia :
Aplaceae Kegunaan : Memacu enzim pencernaan (stomatik),diuretik
Jawab:
C). Jelaskan reaksi – reaksi pendahuluan untuk bahan obat golongan monosakarida
meliputi glukosa dan fruktosa. Jelaskan pula reaksi kimianya
Jawab:
Reaksi Monosakarida
Reaksi Oksidasi Berdasarkan kemampuannya untuk mereduksi senyawa/pereaksi (Tohlens,
Benedict, Fehling), monosakarida dapat digolongkan : Gula pereduksi Gula non pereduksi
Kemampuan monosakarida untuk mereduksi pereaksi- pereaksi tersebut di atas didasarkan
pada adanya gugus aldehid atau gugus -hidroksi keton, dimana dengan adanya pereaksi-
pereaksi tersebut gugus aldehid atau -hidroksi keton akan teroksidasi menjadi
karboksilat/keton.
Reaksi glukosa
Uji Molisch
Pada uji molisch, pertama-tama di ambil 1 mL larutan karbohidrat dengan menggunakan pipet
tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 3 tetes pereaksi molisch
ke dalam tabung tersebut dan dikocok perlahan-lahan. Kemudian ditambahkan 1 mL asam
sulfat pekat ke dalam tabung reaksi tersebut melalui dinding dalam tabung yang dimiringkan.
Jika terjadi warna pada bidang batas antara kedua lapisan cairan tersebut menunjukkan reaksi
positif. Percobaan tersebut dilakukan pada masing-masing larutan 0,1 M glukosa, sukrosa,
maltosa, arabinosa, larutan 1% amilum dan selulosa (kapas) yang disuspensikan dalam air,
dilakukan dari tahap pertama hingga tahap terakhir.
Berdasarkan percobaan ini diperoleh data bahwa semua larutan uji ketika direaksikan dengan
pereaksi Molisch, dapat membentuk kompleks cincin berwarna ungu. Dengan bahan yang
diujikan adalah amilum, dekstrin, sukrosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa
semuanya menunjukkan hasil yang positif. Hal ini membuktikan adanya suatu karbohidrat
dalam larutan tersebut. Larutan uji yang telah dicampurkan dengan pereaksi Molisch, dialirkan
dengan larutan H2SO4 pekat dengan cara memiringkan tabung reaksi. Hal ini dilakukan agar
larutan H2SO4 tidak bercampur dengan larutan yang ada dalam tabung, sehingga pada akhir
reaksi diperoleh suatu pembentukan cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan
larutan dalam tabung. Terbentuknya kompleks berwarna ungu ini karena pengaruh hasil
dehidrasi monosakarida (furfural) dengan α-naftol dari pereaksi Molisch.
Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :
║
→ H2C─ ─C—H +
│ │
OH OH
5-hidroksimetil furfural α-naftol
Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut:
O
║
Uji Beneditct
Pada uji benedict, pertama-tama di ambil 2 mL reagen benedict dengan menggunakan pipet
tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 tetes larutan
karbohidrat. Lalu, sesudah ditambahkan dengan 3 tetes larutan karbohidrat, tabung reaksi
tersebut dijepit pada bagian atasnya dan disimpan di dalam penangas air mendidih selama 3
menit. Sesudah 3 menit, diambil tabung reaksi tersebut dan dibiarkan hingga dingin. Kemudian
tabung tersebut diamati meliputi perubahan warna dan endapan (endapan hijau, kuning atau
merah menunjukkan reaksi positif). Percobaan tersebut dilakukan dari tahap pertama hingga
terakhir pada larutan galaktosa dan fruktosa.
Dalam uji ini, suatu gula reduksi dapat dibuktikan dengan terbentuknya endapan yang
berwarna merah bata. Akan tetapi tidak selamanya warna larutan atau endapan yang
terbentuk berwarna merah bata, hal ini bergantung pada konsentrasi atau kadar gula reduksi
yang dikandung oleh tiap-tiap larutan uji . Dekstrin, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa dan
arabinosa menunjukkan hasil yang positif. Terbentuknya endapan merah bata ini sebagai
hasil reduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ oleh suatu gugus aldehid atau keton bebas yang
terkandung dalam gula reduksi yang berlangsung dalam suasana alkalis (basa). Sifat basa
yang dimilki oleh pereaksi Benedict ini dikarenakan adanya senyawa natrium karbonat.
Selain itu, amilum dan sukrosa tidak membentuk endapan merah bata dan warna larutan
setelah dipanaskan menjadi biru. Hal ini membuktikan amilum dan sukrosa tidak
mengandung gula pereduksi, oleh karena itu amilum dan sukrosa memperlihatkan hasil yang
negatif.
Berikut reaksi yang berlangsung:
O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O(s) + H2O
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata
Uji Brfoed
Pada uji barfoed, pertama-tama di ambil 1 mL reagen barfoed segar dengan menggunakan
pipet tetes dan dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 mL larutan
karbohidrat ke dalam tabung reaksi tersebut. Lalu tabung reaksi tersebut dijepit dan disimpan
di dalam penangas air mendidih dan direbus selama 1 menit atau lebih (jika perlu lebih lama
lagi hingga reaksi reduksi terjadi). Jika tabung reaksi tersebut sudah 1 menit atau sudah terjadi
reaksi reduksi. Tabung reaksi tersebut diambil dan dibiarkan dingin pada air mengalir selama 2
menit. ). Percobaan tersebut dilakukan dari tahap pertama hingga terakhir pada larutan larutan
glukosa, fruktosa dan laktosa.
Pada percobaan ini, diperoleh data bahwa suatu monosakarida dapat dibedakan
dengan disakarida yang dapat diamati dari terbentuknya endapan merah bata pada senyawa
glukosa, galaktosa, fruktosa dan arabinosa, sedangkan pada zat uji lainnya tidak terbentuk
endapan merah bata, sehingga dianggap sebagai disakarida. Sama halnya dengan pereaksi
Benedict, pereaksi Barfoed ini juga mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ . Pada dasarnya,
monosakarida dapat mereduksi lebih cepat dibandingkan dengan disakarida. Disakarida
dengan konsentrasi rendah tidak memberikan hasil positif oleh karena itu, larutan uji
disakarida tidak membentuk warna merah orange pada percobaan ini.
O O
║ Cu2+ asetat ║
R—C—H + ─────→ R—C—OH + Cu2O(s) + CH3COOH
n-glukosa Kalor E.merah
monosakarida bata
Uji Seliwanoff
Pada uji seliwanoff, pertama-tama diambil 3 mL pereaksi seliwanoff dengan menggunakan
pipet tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 tetes fruktosa ke
dalam tabung reaksi tersebut. Lalu tabung reaksi dijepit dan disimpan di dalam penangas air
mendidih selama 60 detik dan diamati perubahan warna yang terjadi. Ditunjukkan reaksi
positif untuk ketosa, jika terjadinya perubahan warna merah dan endapan. Bila endapan
tersebut dilarutkan dengan alkohol akan terjadi larutan yang berwarna merah.
Pada uji ini diperoleh data bahwa hanya fruktosa yang menghasilkan warna larutan
yang spesifik yakni warna merah orange yang mengidentifikasikan adanya kandungan ketosa
dalam karbohidrat jenis monosakarida itu. HCl yang terkandung dalam pereaksi Seliwanoff
ini mendehidrasi fruktosa menghasilkan hidroksifurfural sehingga furfural mengalami
kondensasi setelah penambahan resorsinol membentuk larutan yang berwarna merah orange.
Hal ini tidak dialami oleh zat uji yang lain di mana sukrosa, galaktosa, glukosa, dan arabinosa
menunjukkan hasil negatif terhadap adanya ketosa. Akan tetapi sukrosa apabila dipanaskan
terlalu lama dapat menunjukkan hasil yang positif terhadap pereaksi Seliwanoff. Hal ini
terjadi karena adanya pemanasan berlebih menyebabkan sukrosa terhidrolisis menghasilkan
fruktosa dan glukosa sehingga fruktosa inilah yang nantinya akan bereaksi dengan pereaksi
Seliwanoff menghasilkan larutan berwarna merah orange.
Berikut reaksinya :
Uji pati-iodium
Pada uji pati-iodium, pertama-tama di ambil larutan pati 1% sebanyak 3 mL dengan
menggunakan pipet tetes, kemudian larutan pati 1 % tersebut dimasukkan ke dalam 3 buah
tabung reaksi. Pada tabung pertama yang telah diisi 3 mL larutan pati 1% ditambahkan 2 tetes
air, pada tabung kedua yang telah diisi 3 mL larutan pati 1% ditambahkan 2 tetes asam sulfat
pekat, pada tabung ketiga yang telah diisi dengan 3 mL larutan pati 1% ditambahkan 2 tetes
NaOH 0,25 N. kemudian ketiga tabung tersebut di kocok pelan-pelan, lalu ditambahkan satu
tetes 0,01 M larutan iodium pada setiap tabung reaksi. Kemudian ketiga tabung tersebut dijepit
pada bagian atasnya dan dipanaskan dengan menggunakan pembakar spirtus hingga timbul
warna dan dicatat perubahan warna yang terjadi.
D). Jelaskan cara pemeriksaan mikroskopik yang dapat membedakan amilum kentang,
amilum jagung, amilum singkong dan amilum beras !
1. Amilum solani ( amilum Kentang) :
Mikroskopis Berupa butiran tunggal dan jaringan berkelompok, agak bulat dan persegi
banyak, berbentuk topi baja, hilus terletak di tengah bentuk garis dan bercabang 3 dengan
lamela tidak jelas
Amylum solani ( pati kentang) adalah pati yang diperoleh dari umbi solanum
tuberosum (familia Solanaceae). Yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara
mikroskopik yaitu berupa butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat telur ukuran 30 µm
sampai 100 µm, atau membulat ukuran 10 µm sampai 35 µm, butir majemuk jarang, terdiri
dari 2 sampai 4, hilus berupa titik pada ujung yang sempit dengan lamella konsentris jelas
terlihat, jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam
memotong pada hilus. Untuk idetifikasi secara kimiawi sama dengan amylum manihot.
2. Amilum maydis (amilum jagung) :
Berupa butir bersegi banyak, bersudut, atau butir bulat, kemudian terdapat butir pati dan
hilus yang berupa rongga atau celah dan terdapat lamela.
Amylum maydis ( pati jagung) adalah pati yang diperoleh dari biji zea mays L.
( familia Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu
berupa butir bersegi banyak, bersudut, ukuran 2 µm sampai 23 µm atau butir bulat dengan
diameter 25 µm sampai 32 µm, hilus ditengah berupa rongga yang nyata atau celah
berjumlah 2 sampai 5, tidak ada lamella. Jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi, tampak
bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus. Untuk identifikasi secara kimiawi sama
dengan amylum manihot.
3. Amilum oryzae (amilum beras) :
Butir bersegi banyak, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur, terdapat butir telur dan hilus
yang tidak terlihat jelas, dan tidak terdapat lamella.
Amylum oryzae ( pati beras) adalah amylum yang diperoleh dari biji Oryza sativa L.
(familia Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu
berupa butir bersegi banyak ukuran 2 µm sampai 5 µm, tunggal atau majemuk bentuk bulat
telur ukuran 10 µm sampai 20 µm. hilus di tengah tidak terlihat jelas, tidak ada lamella
konsentris. Jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi tampak bentuk silang berwarna hitam,
memotong pada hilus.
4. Amilum Manihot (amilum singkong) :
Berupa butir tunggal, butir agak bulat atau bersegi banyak butir kecil, ada butir pati,dan juga
hilus yang berupa garis dan titik, ada juga lamella tapi tidak jelas,yang berupa butir majemuk
sedikit.
Amylum manihot ( pati singkong) adalah pati yang diperoleh dari umbi akar manihot
utilissima Pohl (familia Euphorbiaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih, secara
mikroskopik berupa butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak butir kecil dengan diameter
5µm sampai 10 µm, butir besar bergaris tengah 20 µm sampai 35 µm, hilus tengah berupa
titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamella tidak jelas, konsentris, butir majemuk sedikit,
terdiri dari 2 atau 3 butir tunggal yang tidak sama bentuknya. Identifikasi kimiawi yaitu
dengan Iodium dimana akan terjadi biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul kembali
pada pendinginan.
4. A). Apa yang anda ketahui tentang antihistamin ? Jelaskan penggolongannya dan
contoh- contohnya.
Jawab:
Histamin adalah suatu alkaloid yang disimpan di dalam sel mast, dan menimbulkan
berbagai proses faalan dan patologik. Histamin pada manusia adalah mediator penting untuk
reaksi-reaksi alergi yang segera dan reaksi inflamasi, mempunyai peranan penting pada
sekresi asam lambung, dan berfungsi sebagai neurotransmitter dan modulator.
Antihistamin Penghambat Reseptor H1 (AH1)
Tabel penggolongan antihistamin (AH1), dosis, masa kerja, aktivitas antikolinergiknya
Jenis-jenis Antihistamin
Antihistamin terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
Generasi pertama
Jenis ini memiliki efek menenangkan. Ketika diminum, ada efek samping umum
yang bisa dirasakan seperti mengantuk, pusing, konstipasi, mulut kering, gangguan
dalam berpikir, penglihatan buram, dan sulit mengosongkan kandung kemih. Jenis-
jenis antihistamin generasi pertama antara lain :
1) Lemastine
2) Alimemazine
3) Chlorphenamine
4) Cyproheptadine
5) Hydroxyzine
6) Ketotifen dan
7) Promethazine.
Generasi kedua
Jenis ini tidak memiliki efek penenang. Ketika diminum, efek mengantuk tidak akan
sebesar obat generasi pertama. Meski begitu, tetap harus berhati-hati ketika
mengemudi atau mengoperasikan alat berat, karena efek mengantuk masih mungkin
bisa terjadi. Antihistamin generasi kedua memiliki efek samping yang lebih sedikit
ketimbang generasi pertama, misalnya mulut kering, sakit kepala, hidung kering,
dan mual. Jenis-jenis antihistamin generasi kedua antara lain :
1) Fexofenadine
2) Levocetirizine
3) Loratadine
4) Mizolastine acrivastine
5) Cetirizine, dan
6) Desloratadine
B). Jelaskan reaksi pendahuluan yang menandakan reaksi kualitatif dari obat golongan
antihistamin ! Minimal 6 reaksi pendahuluan, lengkap dengan reaksi kimianya
Jawab:
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Antihistamin
Reaksi Warna
Banyak zat yang akan memberikan warna jika bereaksi dengan beberapa pereaksi
kimia. Dalam beberapa keadaan, warna yang dihasilkan dengan suatu pereaksi
khusus dapat memberikan hasil yang spesifik untuk suatu senyawa yang diteliti.
Reaksi warna dapat digunakan pada kelompok senyawa yang ada pada golongan
yang sama, bahkan terkadang senyawa yang tidak terdapat dalam golongan yang
tersebut.
Reaksi Mikrokristal
Reaksi mikrokristal dilakukan dengan melihat kristal yang terbentuk dibawah
mikroskop. Reaksi ini dilakukan sebagai reaksi identifikasi akhir untuk menguatkan
kesimpulan yang didapat dari reaksi-reaksi identifikasi sebelumnya. Kristal terbentuk
karena adanya reaksi antara zat dengan pereaksi, karena perbedaan kelarutan,
ataupun karena terjadi proses sublimasi, dimana suatu zat akan membentuk fase gas
tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Reaksi mikrokristal dilakukan diatas kaca
berukuran 75 x 25 mm, kemudian kristal yang terbentuk diamati dibawah mikroskop
pada perbesaran tertentu. Reaksi mikrokristal sangat sensitif pada beberapa keadaan.
Sedangkan pada reaksi mikrosublimasi dilakukan dengan cara meletakkan zat uji
didalam cincin kaca yang diletakkan diantara dua kaca berukuran 75 x 25 mm.
Kemudian setelah proses sublimasi terjadi, kristal yang terbentuk diamati dibawah
mikroskop.
Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis dilakukan untuk pemisahan senyawa secara cepat, mudah,
dan murah dengan menggunakan zat penjerap. Zat penjerap berupa serbuk halus
yang dilapiskan secara merata pada lempeng kaca. Kromatografi lapis tipis
merupakan salah satu kromatografi padat cair yang terdiri atas dua fase, yaitu fase
diam yang berupa padatan dan fase gerak yang berupa cairan. Kromatogramnya
berupa noda-noda yang terpisah setelah divisualisasikan dengan cara fisika maupun
kimia dan memiliki faktor retensi (Rf).
Densitometri
Densitometri merupakan metode analisis kuantitatif hasil kromatografi lapis tipis
berdasarkan pengukuran serapan atau fluoresensi dari bercak pada lempeng KLT
menggunakan densitometer. Pada umumnya densitometer mempunyai sumber
cahaya, kondensor, sistem pemfokus, dan detektor peka cahaya. Metode pengukuran
didasarkan atas proses transmisi ataupun proses pemantulan. Pada proses transmisi,
lempeng dilewati seberkas sinar dan besarnya energi yang ditransmisikan diukur.
Sedangkan pada proses pemantulan, sinar diarahkan pada lempeng dan berkas sinar
yang dipantulkan diukur besarnya. Energi yang ditransmisikan maupun yang
dipantulkan dideteksi oleh densitometer dan dikonversikan dalam bentuk puncak-
puncak.
Analisis Kuantitatif
1) HPLC/KCKT
Contohnya untuk analisis kadar simetidin, Fase Gerak : masukkan 200 ml
metanol p dan 0,3 ml asam fosfat Pkedalam labu tentukur 1000 ml,
encerkan dengan air sampai tanda,campur, saring dan bebas udarakan.
Larutan Baku : timbang seksama simetidin BPFI, larutkan
dalamcampuran air dan metanol P (4:1) hingga kadar lebih kurang 0,4
mg/ml,diawali dengan melarutkan baku pembanding dalam satu bagian
metanol,dan encerkan dengan 4 bagian air sampai tanda. Masukkan 5,0 ml
larutanini kedalam labu tentukur 200 ml encerkan dengan fase gerak sampaitanda
hingga kadar lebih kurang 10 µg/mlLarutan Uji, timbang seksama lebih kurang
100 mg, masukkan dalamlabu tentukur 250 ml, larutkan dalam 50 ml metanol P,
encerkan denganair sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini kedalam labu tentukur
200 mlencerkan dengan fase gerak sampai tanda. Prosedur, suntikkan secara
terpisah sejumlah volume sama (± 50µl)larutan baku dan larutan uji
kedalam kromatograf, ukur respons puncak. Hitung jumlah mg simetidin dengan
rumus : 10 C ( ru/rs ) C adalah kadar simetidin BPFI dalam mg/ml larutan
baku ; ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak larutan uji dan larutan
baku.
2) Titrasi Bebas Air
Contohnya untuh Hidroxsizin, Timbang seksama lebih kurang 150 ng zat yang
telah dikeringkan larutkandalam 10 ml kloroform P. tambahkan 50 ml asam
asetat glacial P, 5 mlraksa (II) asetat P dan merah kuinaldin LP. Titrasi dengan
asam perklorat0,1 N LV. Lakukan penetapan blanko. 1 ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 22,39 hidroxizin hidroklorida
3) Spektroskopi Massa
Contohnya untuk Dexamethazon, Larutkan sejumlah zat dalam etanol mutlak
babas aldehid P secukupnyahingga kadar antara 340 µg dan 360 µg dalam 10
mL. Masukkan 10 mLdalam labu tentuukur 25 mL, tambahkan 2,0 mL
larutantrifeniltetrazolium klorida P, hilangkan udara dalam labu dengan
nitrogenbebas oksigen P. tambahkan segera 2,0 mL larutan
tetrametilamoniumhidroksida encer P, hilangkan udara dalam labu dengan
nitrogen bebasoksigen P. tutup labu, goyangkan perlahan-lahan, biarkan dalam
tangasair pada suhu 30º selama 1 jam. Dinginkan segera, tambahkan
etanolmutlak bebas aldehida P secukupnya hingga 25,0 mL, campur. Ukur
serapan 1 cm pada maksimum lebih kurang 485 nm terhadap blanko 10mL etanol
mutlak bebas aldehida P. hitung jumlah deksametason dariserapan yang
diperoleh dengan mengulangi pengujian menggunakan deksametason PK
sebagai pengganti zat uji.
C). Jelaskan analisis kuantitatif obat antihistamin CTM dan cetrijin dilihat dari
struktur kimianya dan jelaskan secara lengkap cara pengerjaannya
Jawab:
Mekanisme kerja klorfeniramin maleat adalah sebagai antagonis reseptor H 1, klorfeniramin
maleat akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-
macam otot polos; selain itu klorfeniramin maleat dapat merangsang maupun menghambat
susunan saraf pusat
Klorfeniramin maleat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5%
C6H19ClN2.C4H4O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan dan memiliki berat molekul
390,67. Klorfeniramin maleat berupa serbuk hablur, putih; tidak berbau, larutan mempunyai
pH antara 4 dan 5, mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan kloroform; sukar larut dalam
eter dan dalam benzena (Farmakope IV, 1995).
D). Jelaskan perbedaan antihistamin dan antibiotic jika diberikan pereaksi asam-asam
kuat lalu di encerkan dengan air !
Jawab:
Pada reaksi warna dengan asam-asam pekat senyawa antihistamin dihasilkan warna hijau
stabil,sementara dengan asam-asam pekat lainnya seperti asam nitrat dan asam klorida
pekat ,senyawa antihistamin tersebut menunjukan warna yang sama.Reaksi dengan asam
pekat menunjukan reaksi hidrolisis terhadap zat uji.
Pengamatan antibiotik (eritromisin) yang pertama dilakukan di dalam tabung reaksi. Mula-
mula, zat dilarutkan dengan aseton, kemudian ditambahkan 2 mL asam klorida dan 2 mL
kloroform. Lalu diamati perubahan yang terjadi. Eritromisin ditambahkan asam klorida
karena eritromisin larut dalam asam klorida encer. Pada penambahan aseton dan asam klorida
pada eritromisin, dihasilkan warna coklat tua dan pada penambahan kloroform dihasilkan
warna hijau.
5. A). Jelaskan apa yang anda ketahui tentang obat vitamin ! Jelaskan penggolongannya
nama lain dan khasiat-khasiatnya !
Jawab:
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang
berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia,
hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan
kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh
kita.
1. Penggolongan Vitamin
Vitamin B3 termasuk salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada
makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging unggas, dan ikan. Akan
tetapi, terdapat beberapa sumber pangan lainnya yang juga mengandung
vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain gandum dan kentang manis.
Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh mengalami kekejangan,
keram otot, gangguan sistem pencernaan, muntah-muntah, dan mual.
d. Vitamin B5
Vitamin B5 dikenal juga dengan sebutan asam pantotenat. Fungsi vitamin ini
untuk tubuh adalah membantu memperlancar metabolisme di dalam tubuh.
Selain itu, vitamin B5 juga bisa memperlancar karbohidrat, protein, dan
lemak di dalam tubuh. Jika seseorang kekurangan vitamin B5, akan
mengakibatkan insomnia, gangguan emosi, mengalami kram. Vitamin B5
bisa didapatkan dengan mengonsumsi susu sayur hijau, daging, hati, ginjal,
dan kacang hijau.
Vitamin B6 adalah vitamin larut air yang terdiri dari sebuah group dengan
enam komponen terkait: pyridoxal, pyridoxine, pyridoxamine, dan 5′-
phasphates (PLP, PNP, PMP: komponen komponen ini saling berubah dari
satu menjadi lainnya melalui reaksi metabolik). Seperti halnya vitamin B
lainnya, vitamin B6 juga menjadi faktor esensial pada berbagai reaksi
biokimia metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
f. Vitamin B12
Vitamin B12 dikenal juga dengan sebutan kobalamin. Sangat berguna dalam
membantu pembentukan sel darah merah, pembelahan sel, dan sintesis asam.
Seseorang yang kekurangan Vitamin B12 akan mengakibatkan terkena
penyakit anemia dan mudah lelah. Vitamin B12 itu sendiri bisa diperoleh
dengan mengonsumsi makanan seperti susu, daging, ragi, telur, dan hati, atau
makanan-makanan hasil fermentasi.
Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya
khusus diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh
karena itu, vegetarian sering kali mengalami gangguan kesehatan tubuh
akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin ini banyak berperan dalam
metabolisme energi di dalam tubuh.
g. Vitamin C
Vitamin C disebut juga dengan sebutan Asam Askorbat. Vitamin C sangat
berfungsi untuk menurunkan kolesterol, mencegah penyakit kanker,
mencegah penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi, serta mampu untuk
menjaga daya tahan tubuh agar terhindar dari infeksi racun. Vitamin C bisa
didapatkan dengan mengonsumsi buah-buahan sepatu jeruk dan/atau tomat,
serta berbagai jenis sayuran.
Buah jeruk, terkenal atas kandungan vitamin C-nya yang tinggi. Vitamin C
(asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Di
dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen
yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan
jaringan penyokong lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan
alami yang dapat menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar
lingkungan kita.
Molekul vitamin A berisi atom karbon dan hidrogen yang berikatan dengan
gugus hidroksil (OH) menjadi struktur yang kompleks. Stuktur yang demikian
ini menyebabkan vitamin disebut sebagai retinol. Komposisi retinol haya
tedapat dalam bahan pangan hewani, sedangkan dalam pangan nabati terdaat
zat warna karotenoid. Senyawa karoten akan dirubah menjadi vitamin A dalam
usus halus. Struktur kimiawi beta karoten serupa dengan dua molekul retinol.
b. Vitamin D
Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan
pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya,
seperti keju. Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini
adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu metabolisme kalsium dan
mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D saat terkena
cahaya matahari (sinar ultraviolet).
Bila kadar vitamin D rendah maka tubuh akan mengalami pertumbuhan kaki
yang tidak normal, dimana betis kaki akan membentuk huruf O dan X. Di
samping itu, gigi akan mudah mengalami kerusakan dan otot pun akan
mengalami kekejangan. Penyakit lainnya adalah osteomalasia, yaitu hilangnya
unsur kalsium dan fosfor secara berlebihan di dalam tulang
Vitamin D bersifat larut dalam lemak dan tidak larut dalam air. Vitamin D
banyak ditemukan dalam minyak hati ikan. Ada dua macam vitamin D, yaitu
vitamin D3 atau kholekalsiferol, terdapat dalam minyak hati ikan, sangat
cocok untuk anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Vitamin D2 atau
kalsiferol berasal dari ergosterol yang telah mengalami radiasi oleh sinar
ultraviolet.
c. Vitamin E
Struktur molekul vitamin E. Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan
berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah
merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru
manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di
dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami.
Vitamin E banyak ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak
tumbuh-tumbuhan. Walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit,
kekurangan vitamin E dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang fatal bagi
tubuh, antara lain kemandulan baik bagi pria maupun wanita. Selain itu, saraf
dan otot akan mengalami gangguan yang berkepanjangan.
Vitamin E diketahui sebagai zat gizi esensiel yaitu setelah dilakukan
percobaan dengan tikus. Kekurangan vitamin E mengakibatkan kemandulan
pada tikus jantan sedangkan pada tikus betina terjadi keguguran pada saat
bunting. Zat gizi esensiel tersebut dikenal sebagai tokoferol atau vitamin E.
Ada empat macam tokoferol yaitu alpha, beta, gamma, dan delta tokoferol.
d. Vitamin K
Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang
baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada
pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka
atau pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim
untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena
itu, kita perlu banyak mengkonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar
yang merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di
dalam tubuh.
B). Jelaskan reaksi kualitatif dan kuantitatif dari vitamin C, vitamin B1, dan
vitamin B6 !
Jawab:
1. Analisis kualitatif Vitamin C
Analisis kualitatif dari vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya yaitu titrasi asam basa dan dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi
benedict. Cara kerja dari metode ini yaitu:
1. Titrasi Asam Basa
Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memasukkan sampel ke dalam
tabung reaksi sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan 2 tetes NaOH 10% dan 2
mL larutan FeSO4 5%. Kemudian dicampurkan hingga rata kemudian mengamati
perubahan yang terjadi. Uji positif timbul warna kuning.
2. Menggunakan pereaksi benedict
Ekstrak buah jambu biji merah dan filtrat dimasukkan dimasukkan kedalam
tabung reaksi menggunakan pipet sebanyak 5 tetes. Kemudian ditambah 15 tetes
pereaksi benedict dan dipanaskan diatas api kecil sampai mendidih selama 2
menit. Adanya perubahan warna hijau kekuningan menandakan adanya vitamin C
pada sampel.
Analisis kuantitatif vitamin C
Analisis kuantitatif dari vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa metode,
diantaranya:
1. Metode iodimetri
Dasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat. Metode iodometri
(titrasi langsung dengan larutan baku 0,1 N) dapat digunakan terhadap asam
askorbat murni atau larutannya. Prosedur penetapan kadar vitamin C secara
iodometri: Sekitar 400 mg asam askorbat yang ditimbang seksama dilarutkan
dalam campuran yang terdiri atas 100 mL air bebas oksigen dan 25 mL asam
sulfat encer. Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji
sampai terbentuk warna biru.
2. Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP)
Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP) ini berdasarkan atas sifat mereduksi
asam askorbat terhadap zat warna 2,6-diklorofenolindofenol membentuk larutan
yang tidak berwarna. Pada titik akhir titrasi, kelebihan zat warna yang tidak
tereduksi akan berwarna merah muda dalam larutan asam. Metode ini tidak
spesifik karena beberapa senyawa mereduksi lainnya dapat mengganggu
penetapan. Senyawa pengganggu tersebut adalah senyawa sulfhidril, tiosulfat,
riboflavin dll.
3. Metode kolorimetri 4-metoksi-2-nitroanilin
Sebanyak 2 mL pereaksi 4-metoksi-2-nitroanilin ditambah 2 mL natrium nitrit
0,2% diaduk hingga warna jingga hilang lalu ditambah 75 mL n-butil alcohol
dan dicampur. Larutan ini selanjutnya ditambah 0,5-2mg asam askorbat 0,5%
dan dipindahkan ke dalam corong pemisah. Selanjutnya larutan ditambah 25 mL
natrium hidroksida 10% dan 150 mL dietil eter. Lapisan organic dicuci tiga kali
dengan 15 mL natrium hidroksida 10%. Lapisan air dan cairan hasil cucian
dengan air diencerkan dengan air hingga 200 mL. absorbansi larutan diukur
terhadap blangko pada 570 nm.
4. Metode spektrofotometri
Asam askorbat dalam larutan air netral menunjukkan absorbansi maksimum
pada 264 nm. Panjang gelombang maksimum ini akan bergeser oleh adanya
asam mineral. Asam askorbat dalam asam sulfat 0,01 N memiliki panjang
gelombang maksimal 245 nm..
5. Metode spektrofluorometri
Metode ini digunakan untuk analisis kuantitatif vitamin C yang linier pada
kisaran konsentrasi asam askorbat 9,0 x 10-8sampai 3,6 x 10-8. Suatu hubungan
linier diperoleh antara penurunan intensitas fluoroensi MB dan konsentrasi AA
pada kisaran 3,0 x 10-7 sampai 6,0 x 10-6 . batas deteksi metode ini 2,5 x 10-
7 m. metode ini telah sukses digunakan untuk menetapkan kadar vitamin C
dalam tablet suplemen vitamin.
6. Metode kromatografi
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) telah dikembangkan untuk
penentuan asam askorbat dalam minimum ringan dan jus apel menggunakan tris
2,2-bipiridin ruthenium II. Sampel disaring dan diencerkan sebelum dilakukan
analisis dengan KCKT dan tidak ada pra-perlakuan lain yang dilakukan.
Pemisajhan asam askorbat menggunakan kolom oktadesil silan (ODS, C18)
menggunakan fase gerak larutan buffer NaH2PO4-K2HPO4 (pH 6,5). Aliran
fase gerak 0,3 mL/menit. Asam askorbat yang terelusi dicampur dengan
(Ru(bpy)32+ 0,5 mM dan diosidasi pada 1,5 V (dengan elektroda Ag/AgCl).
Dalam bidang farmasi khususnya kimia atau analisis farmasi sering dilakukan
analisis sediaan farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis kualitatif yang dilakukan seperti identifikasi organoleptis. Analisis ini
bertujuan untuk menyelidiki dan mengetahui adanya kandungan vitamin B1 atau tiamin
HCl yang terdapat dalam sampel uji.
Untuk mengidentifikasi tiamin HCl yaitu dengan larutan sampel dipijarkan
menggunakan kawat ose, reaksi spesifik. Lalu dengan larutan sampel ditambahkan larutan
cuprifil (2 tetes NaOH dan 2 tetes HCl tambah 1 tetes CuSO4) maka larutan akan berubah
menjadi hijau kebiruan. Ditambahkan NaOH akan menghasilkan larutan berwarna
kuning, selanjutnya ditambahkan KMNO4 sebagai reduktor kuat untuk mereduksikan
larutan sampel yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau. Larutan
sampel ditambahkan larutan raksa (II) klorida P membentuk endapan putih. Larutan
sampel ditambahkan larutan iodium P membentuk endapan coklat merah. Larutan sampel
ditambahkan larutan kalium tetraiodohidrargirat. (II) P dan dengan larutan trinitrofenol P
membentuk endapan.
Di alam vitamin B6 terdiri atas tiga senyawa yaitu pirodoksin, pirodoksal dan pirodoksamin.
Ketiga bentuk vitamin B6 terdapat dalam hewan maupun tumbuhan, terutama pada beras dan
gandum.
Pirodoksin stabil terhadap pemanasan, alkali dan asam. Pirodoksal dan pirodoksamin mudah
rusak oleh pemanasan, udara dan cahaya. Dari ketiga bentuk vitamin B 6 hanya pirodoksin
yang paling tahan terhadap pengaruh pengolahan dan penyimpanan. Identifikasi vitamin A
ada dua macam prosedur pengujian
Prosedur A:
1. Masukkan 5 tetes larutan yang diuji (misalnya pirodoksin 1%) ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2 tetes larutan CuSO4 2% dan 10 tetes NaOH 3 N
3. Amati perubahan yang terjadi
Prosedur B:
1. Masukkan 5 tetes larutan yang diuji (misalnya pirodoksin 1%) ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3
3. Amati perubahan yang terjadi
(Jika terbentuk warna jingga sampai merah tua berarti mengandung vitamin B6 )
C). Jelaskan metode-metode kuantitatif untuk analisis vitamin C, minimal 5 metode !
Jelaskan dengan lengkap
Jawab:
1. Metode iodimetri
Dasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat. Metode iodometri
(titrasi langsung dengan larutan baku 0,1 N) dapat digunakan terhadap asam
askorbat murni atau larutannya. Prosedur penetapan kadar vitamin C secara
iodometri: Sekitar 400 mg asam askorbat yang ditimbang seksama dilarutkan
dalam campuran yang terdiri atas 100 mL air bebas oksigen dan 25 mL asam
sulfat encer. Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji
sampai terbentuk warna biru.
2. Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP)
Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP) ini berdasarkan atas sifat mereduksi
asam askorbat terhadap zat warna 2,6-diklorofenolindofenol membentuk larutan
yang tidak berwarna. Pada titik akhir titrasi, kelebihan zat warna yang tidak
tereduksi akan berwarna merah muda dalam larutan asam. Metode ini tidak
spesifik karena beberapa senyawa mereduksi lainnya dapat mengganggu
penetapan. Senyawa pengganggu tersebut adalah senyawa sulfhidril, tiosulfat,
riboflavin dll.
3. Metode kolorimetri 4-metoksi-2-nitroanilin
Sebanyak 2 mL pereaksi 4-metoksi-2-nitroanilin ditambah 2 mL natrium nitrit
0,2% diaduk hingga warna jingga hilang lalu ditambah 75 mL n-butil alcohol
dan dicampur. Larutan ini selanjutnya ditambah 0,5-2mg asam askorbat 0,5%
dan dipindahkan ke dalam corong pemisah. Selanjutnya larutan ditambah 25 mL
natrium hidroksida 10% dan 150 mL dietil eter. Lapisan organic dicuci tiga kali
dengan 15 mL natrium hidroksida 10%. Lapisan air dan cairan hasil cucian
dengan air diencerkan dengan air hingga 200 mL. absorbansi larutan diukur
terhadap blangko pada 570 nm.
4. Metode spektrofotometri
Asam askorbat dalam larutan air netral menunjukkan absorbansi maksimum
pada 264 nm. Panjang gelombang maksimum ini akan bergeser oleh adanya
asam mineral. Asam askorbat dalam asam sulfat 0,01 N memiliki panjang
gelombang maksimal 245 nm..
5. Metode spektrofluorometri
Metode ini digunakan untuk analisis kuantitatif vitamin C yang linier pada
kisaran konsentrasi asam askorbat 9,0 x 10-8sampai 3,6 x 10-8. Suatu hubungan
linier diperoleh antara penurunan intensitas fluoroensi MB dan konsentrasi AA
pada kisaran 3,0 x 10-7 sampai 6,0 x 10-6 . batas deteksi metode ini 2,5 x 10-
7 m. metode ini telah sukses digunakan untuk menetapkan kadar vitamin C
dalam tablet suplemen vitamin.
6. Metode kromatografi
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) telah dikembangkan untuk
penentuan asam askorbat dalam minimum ringan dan jus apel menggunakan tris
2,2-bipiridin ruthenium II. Sampel disaring dan diencerkan sebelum dilakukan
analisis dengan KCKT dan tidak ada pra-perlakuan lain yang dilakukan.
Pemisajhan asam askorbat menggunakan kolom oktadesil silan (ODS, C18)
menggunakan fase gerak larutan buffer NaH2PO4-K2HPO4 (pH 6,5). Aliran
fase gerak 0,3 mL/menit. Asam askorbat yang terelusi dicampur dengan
(Ru(bpy)32+ 0,5 mM dan diosidasi pada 1,5 V (dengan elektroda Ag/AgCl).
D). Jelaskan cara analisis farmasi untuk obat infus NaCl meliputi analisis kualitatif
dan kuantitatifnya !
Jawab:
Titrasi Argentometri
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Diambil sampel infus sebanyak 10 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL.
2. Dilakukan pengenceran sebanyak 20 kali, yaitu dengan ditambahkan 190 mL kedalam
labu ukur 250 mL tadi.
3. Diambil alikuot sebanyak 22 mL kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250
mL.
4. Ditambahkan indikator kalium kromat 5% sebanyak 2 tetes.
5. Dititrasi dengan larutan perak nitrat 0,01 N sampai terbentuk endapan oranye.
6. Dicatat volume titrasi, lalu dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali.