Anda di halaman 1dari 50

Nama : Fitri Ainiyah

Nim : 1711C1010
Kelas : S1 Kimia
Mata kuliah : Analisis Kimia Farmasi Teori
1. A). Apa yang anda ketahui tentang obat sulfonamide ?Jelaskan secara lengkap

Jawab:
obat sulfonamide (atau sering juga disebut obat sulfa) merupakan golongan obat-obatan yang
memiliki gugus fungsi sulfonamida. Golongan obat ini ada yang memiliki sifat antimikroba
dan ada juga yang tidak. Obat sulfa yang tidak memiliki aktivitas antibakteri misalnya sultiam
yang digunakan sebagai antikonvulsan, juga sulfonilurea dan diuretik tiazid.

Sulfonamida atau sulfa adalah golongan antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi
bakteri. Sulfa bisa digunakan untuk menangani berbagai penyakit akibat infeksi bakteri,
seperti infeksi saluran kemih, bronkitis, meningitis bakterial, pneumonia, serta infeksi mata
atau telinga.

Struktur sulfonamida
Sulfonamida bekerja dengan cara mengganggu pembentukan asam folat pada bakteri. Asam
folat merupakan nutrisi yang dibutuhkan bakteri untuk membentuk asam nukleat, DNA, dan
RNA, agar bakteri dapat berkembang biak. Jika proses pembentukan asam folat terganggu,
bakteri tidak bisa berkembang biak.
Alergi terhadap sulfonamid sering terjadi. Insiden keseluruhan dari reaksi obat yang
merugikan terhadap antibiotik sulfa adalah sekitar 3%, atau angka ini dekat dengan kejadian
alergi karena penisilin, maka obat yang mengandung sulfonamida diresepkan dengan hati-
hati. Beberapa obat atau bahan tamabahan makanan mengandung belerang seperti sulfat dan
sulfit, tetapi secara kimiawi tidak terkait dengan gugus sulfonamida, sehingga tidak
menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang sama seperti yang terlihat pada sulfonamida.

B). Jelaskan reaksi pendahuluan yang menandakan reaksi kualitatif dari obat golongan
sulfa ! Minimal 6 reaksi pendahuluan, lengkap dengan reaksi kimianya

Jawab:
Reaksi umum penentuan Sulfonamida: Pemeriksaan pendahuluan atau penggolongan
Reaksi elementor terhadap unsur C,N,S : positif
a. Reaksi terhadap gugus-gugus amin:
Reaksi Diazotasi,reaksi dengan p-DAB HCl (Erlich),rekasi korek api dan reaksi
idophenol.Positif untuk amin-amin yang tidak terblokir atau amin bebas,amin yang terblokir
akan negative misalnya ftalazol
b. Reaksi terdap gugus sulfon:
Sulfonamida akan positif bila terjadi reaksi dengan penambahan:
Zat+H2O2 30%+HNO3 DAN BaCl2 atau Barium Nitrat dan adanya endapan BaSO4 putih
(BaSO4 sukar larut,bahkan aqua regia)positif untuk amin-amin bebas,
c. Reaksi furfural: terhadap gugus amin bebas
1 tetes pereaksi atau reagen (furfural 2% dalam asetat glasial)+zat memberikan warna merah
tua segera berubah menjadi ungu.Semua sulfat memberikan hasil positif,kecuali
sulfasuksidin,pthalazol,septazin.
d. Reaksi Vanilin: Huckhal dan Turftiti
Terhadap derivete metil piridin,diatas kaca arloji atau objek:1 tetes H2SO4 ditambah beberpa
kristal vanilin,campurkan +zat uji,panaskan diatas nyala api kecil: kuning atau hijau
muda( dilihat dibawah dasar putih).
Kecuali: Sulfamerazin Na: merah tua
Sulfamezathin Na: merah tua
Irgamid : hijau tua-hitam dengan tepi merah
e. Reaksi Korek Api
Zat + HCL encer lalu kedalamnya dicelupkan korek api, Sulfonamida akan positif,terjadi
warna jingga sampai jingga kuning dari amin aromatis. Selain sulfa yang positf untuk reaksi
ini adalah floroglucine,asam sulfa nitrat dan resorcine.
Asam sulfanilat : kuning
f. Reaksi Diazo : untuk amin aromatik primer
Zat + 2 gtt HCL 2 N dan air, + NaOH dan teteskan larutan 0,1 gram β-naftol a-naftol : merah
ungu
Cratisin:kekeruhan jingga kuning
Negativ:sulfasuksidin,seltazin,thalazol
Khusus amin aromatis mula-mula terjadi endapan jingga,penambahan β-naftol dalam NaOH
menimbulkan warna merah ungu.Bila digunkan a-naftol terjadi warna merah darah.
Amin aromatis yang tak bebas reaksinya negatif.Setelah dihidrolisa baru memberikan hasil
posif.
g. Reaksi Erlich dengan p-DAB HCl: Reaksi yang umum dengan amin aromatik sulfonamida
akan memberikan warna jingga dengan adanya amin aromatis primer pada
gugusnya.Bezokain dan alkaloid turunan amino benzoate lainnya positif dengan reaksi ini.
Reaki: p-DAB HCl : 1 gram dalam 10 ml +air ad 100 ml zat + pereaksi 1-2 tetes di atas
plat tetes: warna yang timbul adalah warna kuning jingga.
Kuning sitrun: Sulfametazin,Sulfadizine,Sulfamorazin,Gratisin
Kuning: Elkosin
Kuining tua: Thalazol,Sulfanilamide
Jingga : Sulfaguanidin
h. Reaksi dengan CuSO4
Larutkan CuSO4 dalam air yang encer.Reaksi ini diberikan oleh sulfa yang heterosiklik
dalam NaOH dengan CuSO4 endapan tidak berwarna.
Hijau: Elkosin,Globucid,Lucocil,Sulfapyridin.
Ungu: Sulfaidzin,Sulfasuksidin,Sulfatiazol
Putih: Irgafon,Sulfanilamid.
i. Reaksi Indophenol ( khusus untuk amin aromatis dengan tempat para bebas)
Caranya :
Panaskan zat 100 mg dalam tabung reaksi + 2 cc air sampai mendidih lalu segera+2 tetes
NaOH dan 2 ml kaforit + 1 tetes fenol liquafactum segar,amati warna yang terjadi .
-Albuoid : Hijau (hijau tua)
-Elkosin: Coklat
-Gantrisin: Merah coklat
-Irgafon: Hijau
-Lucosil: Coklat merah
-Sulfapyridinn: Coklat
-Sulfa thiazol: kuning jingga
-Sulfaidiazin: merah rosa
-Sulfaquanidin: Kuning
- Sulfamorazin: merah rose
-Sulfamotatin: merah rose
-Sulfanolamid : biru(ungu)
-Sulfasuksidin: kuning lemah
-Thazalol : tidak berwarna

k. Reaksi Roux,amati perubahan warna


Pereaksi: Na Nitroprusida 10 ml
Aquadest 100 ml
NaOH 2 ml
KMnO4

C). Mengapa obat golongan sulfonamide dapat dianalisis secara kuantitatif


menggunakan nitrimetri ? Jelaskan dengan lengkap mekanisme raksinya dan cara
pengerjaannya

jawab:
Karena titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa
senyawa organic, khususnya untuk persenyawaan amina primer.Penetapan kuantitas zat
didasari oleh reaksi antar fenil amina primer 'aromatik( dengan natrium nitrit dalam
suasana asam membentuk garam diazonium. reaksi ini dikenal dengan reaksi diazotasi,
dengan persamaan yang berlangsung dalam dua tahap seperti berikut:

NaNO2 + HCl NaCl + HNO2


Ar-NH2 + HNO2 + HCl Ar-NaCl + H2O
Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium yang terbentuk mudah
terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada
suhu dibawah 15oC. Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan penambahan garam kalium
bromide.
Jenis titrasi diazotasi cukup sederhana untuk dilakukan dan sangat berguna untuk analisis
antibiotik sulfonamide dan anastetik lokal turunan asam benzoat. Titrasi dilakukan dengan
menggunakan natrium nitrit yang diasamkan, menyebabkan fungsi amin aromatik primer
diubah menjadi garam diazonium, seperti pada reaksi sulfasetamina dengan asam nitrit.
Titrasi diazotasi ini sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan kadar-kadar
senyawa antibiotik sulfonamide dan juga senyawa-senyawa anastetika lokal golongan asam
amina benzoate. Metode titrasi diazotasi disebut juga nitrimetri, yaitu metode penetapan
kadar secara kuatitatif dengan menggunakan larutan baku NaNO 2-. Metode ini didasarkan
pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam
suasana asam membentuk garam. Titik akhir titrasi diazotasi tercapai apabila pada
penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta kanji iodide atau kertas kanji iodide akan
terbentuk warna hijau tosca atau biru.
Dalam titrasi diazotasi digunakan dua macam indikator, yaitu : indikator dalam dan
indikator luar. Sebagai indikator dalam digunakan campuran indikator tropeolin OO dan
metilen biru yang mengalami perubahan warna dari ungu menjadi biru kehijauan. Sedangkan
untuk indikator luarnya digunakan kertas kanji iodide (Said; 2003).
Indikator yang digunakan meliputi : (Abdul Rohman; 2008)
1. Indikator Dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru. Tropeolin OO
merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan warna
kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru
sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan
warna dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa yang dititrasi.
2. Indikator Luar
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat pula menggunakan
kertas kanji iodide. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau kertas, adanya
kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodide menjadi iodium dan dengan adanya
kanji atau amilum akan manghasilkan warna biru segera. Indikator kanji-iodida ini
peka terhadap kelebihan 0,05-0,10 mL natrium nitrit dalam 200 mL larutan.

Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagi berikut : (Abdul Rohman; 2008)
NaNO2 + HCl HNO2 + NaCl
KI + HCl KCl +HI
2HI + 2HONO I2 + 2NO + 2H2O
I2 + Kanji Kanji Iod ( biru )
Cara pengerjaannya:
Titrasi Nitritometri
- Disiapkan alat dan bahan
- Diambil ukuran sampel suspensi cotrimoksazol sebanyak 5 ml dengan gelas ukur,
dimasukkan kedalam gelas kimia
- Dipipet HCl sebanyak 10 mL, ditambahkan kedalam sampel homogenkan
- Dipipet aquadest sebanyak 20 mL, lalu ditambahkan kedalam sampel gelas kimia
berisi sampel
- Didinginksn hingga suhu ± 15 °c
- Ditambahkan indikator TOO dan MB dengan berbandingan 5 : 3 menjadi warna
ungu
- Dititrasi dengan natrium nitrit hingga terjadi perubahan warna menjadi hijau toska

D). Sebutkan 6 macam obat golongan sulfonamide beserta khasiatnya !

Jawab:
1. Sulfadimethoxine (atau sulphadimethoxine, nama dagang Di-Methox atau Albon)
adalah obat antimikroba sulfonamide tahan lama yang digunakan dalam kedokteran
hewan. Ini digunakan untuk mengobati banyak infeksi, termasuk infeksi saluran
pernafasan, saluran kemih, enterik, dan jaringan lunak dan dapat diberikan sebagai
standalone atau dikombinasikan dengan ormetoprim untuk memperluas jangkauan
target. Seperti semua sulfamida, sulfadimethoxine menghambat sintesis bakteri dari
asam folat dengan bertindak sebagai inhibitor kompetitif terhadap PABA. Ini adalah
obat yang paling umum diresepkan untuk anjing yang menderita coccidiosis.
2. Sulfamonomethoxine untuk mengobati infeksi saluran pernafasan
3. Sulfamethoxazole untuk mengobati dan mencegah berbagai jenis infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. umumnya dikombinasikan dengan trimethoprim. Obat
kombinasi ini disebut kotrimoksazol.
4. Sulfadiazine adalah obat untuk mengatasi sejumlah infeksi akibat bakteri. Obat yang
masuk ke dalam kelompok antibiotik sulfonamida (sulfa) ini bekerja dengan cara
membunuh bakteri atau menghentikan perkembangbiakannya.
Sulfadiazine juga bisa digunakan sebagai kombiasi pengobatan
untuk toksoplasmosis dan untuk mencegah kekambuhan penderita demam rematik
5. Sulfadimidin (Sulphadimidine, Sulfametazin) adalah Sulfonamida Anti-mikroba
untuk mengobati infeksi pada beberapa bakteri. Banyak digunakan dalam produksi
olahan seperti "Sulfadimidine Oral Suspension", "Sulfadimidine Solutions", "Tablet
Sulfadimidin". Hal ini juga digunakan dalam produksi obat hewan. Sulfonamida
seperti Sulfadimidine Sodium menghambat konversi enzimatik asam pteridin dan p-
aminobenzoat (PABA) menjadi asam dihidropteroat dengan bersaing dengan PABA
untuk mengikat dihydrofolate synthetase, yang merupakan intermediate sintesis asam
tetrahidrofolik.
6. Sulfaquinoxaline adalah obat hewan yang dapat diberikan kepada sapi dan domba
untuk mengobati coccidiosis. Ini tersedia di Pakistan dengan Sanna Laboratories
dalam kombinasi dengan Amprolium dan Vitamin K sebagai potensi pengobatan
coccidiosis

2. A). Apa yang anda ketahui tentang obat golongan barbital !


Jelaskan secara lengkap mulai dari rumus struktur beserta contohnya, dan khasiatnya

Jawab:
Barbiturat adalah obat penenang yang dulu sering diresepkan untuk gejala gangguan
kecemasan. Tanpa resep dokter, penggunaan obat ini dianggap ilegal. Dalam penggunaan
terbatas, barbiturat diberikan untuk mengendalikan gangguan seperti kejang dan juga sebagai
obat bius sebelum tindakan medis seperti pembedahan.   

Struktur Asam Barbiturat

Contoh Beberapa obat yang tergolong barbiturat antara lain:

 Luminal (phenobarbital)

Phenobarbital adalah obat untuk mengendalikan dan mengurangi kejang. Dengan


berkurangnya kejang, penderita dapat menjalani aktivitas sehari-hari secara normal dan
terhindar dari cedera yang timbul akibat kejang. Obat ini juga dapat digunakan sebagai
obat penenang dan membantu untuk tidur, yang biasanya digunakan untuk waktu singkat,
yaitu tidak lebih dari 2 minggu.

Phenobarbital bekerja dengan cara mengendalikan aktivitas listrik abnormal di sistem


saraf dan bagian otak tertentu, yang menjadi penyebab kejang.

 Brevital (methohexital)

Methohexital memperlambat aktivitas otak dan sistem saraf. Methohexital digunakan


untuk membuat Anda tertidur sebelum operasi atau prosedur medis lainnya. Obat ini
biasanya diberikan dalam kombinasi dengan jenis anestesi lain

 Seconal (secobarbital)

Secobarbital dianggap sebagai obat penenang-hipnotik (pil tidur) yang usang, dan sebagai
hasilnya, sebagian besar telah digantikan oleh keluarga benzodiazepine . Seconal disalah
gunakan secara luas, dikenal di jalanan sebagai "setan merah" atau "merah".
 Butisol (butabarbital)

Butobarbital adalah obat yang umumnya digunakan untuk insomnia berat. Obat ini
termasuk ke dalam kelompok obat yang disebut barbiturat. Barbiturat bekerja dengan
meningkatkan neurotransmiter yang disebut GABA di otak. GABA bertindak sebagai
agen ‘saraf penenang’ alami yang membantu menjaga aktivitas saraf di otak agar
seimbang, merangsang kantuk, serta mengurangi kecemasan dan merileksasikan otot-otot
di tubuh.

 Fiorinal (butalbital)

Digunakan untuk perawatan,kontrol,pencegahan dan perbaikan penyakit,kondisi dan


gejala berikut ini:demam,rasa sakit,demam rematik,radang sendi

Barbiturat adalah sekelompok obat penenang yang mengurangi aktivitas di otak;


menimbulkan kecanduan dan kemungkinan fatal ketika diambil bersamaan dengan
alkohol. Barbiturat terutama digunakan untuk sedasi ringan, anestesi umum, dan
sebagai pengobatan untuk beberapa jenis epilepsi.
B). Jelaskan reaksi pendahuluan yang menandakan reaksi kualitatif dari obat golongan
barbital ! Minimal 6 reaksi pendahuluan, lengkap dengan reaksi kimianya

Jawab:

1. Reaksi zwikker

Reaksi kompleks barbital, Cu piridin.

 Modifikasi:

Komponen basa digunakan piridin atau isopropilamin

Pelarut digunakan kloroform (CHCl3)

 Cara:

Larutkan zat dalam 1 ml campuran (1 bagian piridin/1 bagian isopropilamin dalam 9


bagian CHCl3) + I ml CuSO4 1% dalam air àkocok à diamkan

 Hasil:
 Terdapat barbital à lapisan CHCl3 ungu, lapisan air biru
 Diganggu asam salisilat dan aspirin à biru
 Ada tiobarbital àlapisan CHCl3 biru, lapisan air biru
 Diganggu tiofilin, teobromin, Na-salisilat, dan tiourasil àlapisan CHCl3 hijau
2. Reaksi Parri

Prinsip: pembentukan senyawa kompleks antara barbital dengan senyawa Co dalam MeOH
bebas air.

Barbital dalam Metanol murni + 2 tetes CoCl2 dalam asam asetat 1% dan 2 tetes NH4OH à
warna ungu

Pertama kali ditemukan oleh Parri tahun 1935 dengan:

Veronal + H2SO4 (p) + α Naftol à ungu intensif

 Modifikasi oleh Potjewijd

Barbiturat dilarutkan dalam spiritus fortior + CoCl2 + 1 tts NH4OH (p) à ungu

 Modifikasi oleh Marshall

Barbital dalam lingkungan asam (eter atau kloroform), pisahkan lapisan eter dan
kloroform, uapkan à residu taruh di atas kertas saring yang kering + beberapa tetes
larutan Co(NO3) 2 1% dan MeOH absolut . Kertas saring kering taruh di atas uap
amoniak à warna ungu merah. Identifikasi ini tidak spesifik karena memberikan hasil
positif berwarna ungu juga kepada beberapa sulfa, theophyllin, asam camphoricum,
theobromin, dan asam pthalat. Barbital yang negatif ialah Pseudobarbital, Adalin,
Bromural, Sodormid, Sulfonal

3. Reaksi buchi dan pertia

Zat + CHCl3 + reagen (Co(NO3) 2 0,01M dalam metanol) + 0,25 ml isobutilamin 1 M


dalam CHCl3 à ungu

 4. Pengendapan dengan reagen millon

50 mg zat dalam air/aseton + 4 ml pereaksi à endapan

Umumnya akan memberikan endapan dengan garam Hg-(Nitrat, Asetat, Sulfat) tetapi
tidak mengendap dengan HgCl 2

B. Reaksi terhadap substituen barbital

1. Lassaigne (adanya halogen dan belerang)

 Cara membuat filtrat Lassaigne:

Zat dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam tabung reaksi kering, masukkan Na,
masukkan sedikit lagi zat à pijar ±30’ à larutkan dalam etanol
 Pemeriksaan S:

1/3 filtrat asamkan dengan HNO3 à panaskan hingga mendidih + 5 tts lar AgNO 3 5% à
endapan (Cl–, Br–,I–)

 Membedakan Cl–, Br–,I–

AgCl,  AgBr, dan AgI + amoniak à AgCl larut, AgBr dan AgI mengendap

2. Beilstein test (adanya gugus halogen: F, Br)

Pijar dengan kawat Cu à memberikan nyala hijau (Cu-halogenida yang menguap)

3. Adanya gugusan tak jenuh

 Hilangnya warna Brom oleh larutan zat dalam air


 Hilangkan warna KMnO4 :

Zat + NaOH 2N + 1 tetes KMnO4

 4. Adanya gugus fenil aromatis

 Oksidasi menjadi asam benzoat

0,05 g zat + 10 tts KMnO4 + beberapa tetes NaOH 4N diuapkan sampai kering à sisa
+ 10 tts air, uapkan lagi, lalu tambahkan air + 3 tts H2SO4 4N.

Kocok dengan eter, keringkan dengan Na-Sulfat eksicatus, masukkan ke dalam tabung
reaksi à akan terdapat kristal asam benzoat menempel di tabung (positif gugus fenil)

 Reaksi Ekkert

10 mg zat + H2SO4 (p) + 5 tts formalin à merah anggur (positif barbital, luminal,
veronal)

Larutan warna dipanaskan dengan air mendidih à jingga kuning dengan florosensi
hijau (positif gugus fenil)

C. Reaksi Warna Dan Pengendapan

1. Dengan H2SO4 (P)

0,01 g zat + beberapa tetes H2SO4 (p) dipanaskan à timbul warna

2. Marquis
0,01 g zat dilarutkan dalam 4ml H2SO4 (p) + 1ml formaldehid, panaskan di WB à
merah & florosensi hijau (Sandoptal), tidak florosensi (Luminal, dll)

3. Kristal p-DAB

0,01 g zat dalam 4ml H2SO4 (p) + beberapa butir kristal p-DAB, panaskan beberapa
menit di WB à merah (Luminal), merah tua (Nembutal, Evipan)

4. Vanilin- H2SO4

sedikit zat dipanaskan dengan 1% vanillin dalam H 2SO4 (p), beberapa menit di WB à
merah karsen

D. Reaksi warna

1. Salisildehid-H2SO4

0,01 g zat + Iml H 2SO4 (p) + beberapa tetes salisildehid 1% dalam spiritus, panaskan di
WB à merah frambos (dial)

2. Furfurol-H2SO4

Zat dalam H2SO4 (p) + larutan furfurol 5% dalam spiritus, panaskan di WB à ungu
(Phanodorm, Medomin), merah coklat (Thiobarbital, Pentotal)

3. Fenol-H2SO4

Merah rosa (Phanodorm, Kemithal, Evipan), jingga Cydopal

4. Piperonal-H2SO4

0,5% piperonal dalam alkohol + zat à berwarna

5. Nitrasi menurut ranwez

10 mg zat + 10ml HNO3 /H2SO4 (p), panaskan 10’ di air mendidih, dinginkan, encerkan
dengan air à kuning dan endapan + NH4OH berlebih à kuning

E. Reaksi kristal

1. Sublimasi

Veronal, Luminal, Phenodorm, Allonal, Difenil hidantion

2. Reaksi Naoh Dengan Asam Asetat


Larutan zat dalam BaOH/KOH à asamkan dalam asam asetat à kristal yang diawali
dengan adanya tetes minyak warna hijau

3. Reaksi Pengendapan Dengan Fosfat

Larutan zat dalam KOH, teteskan pada objek glass + kristal amonium fosfat à endapan

4. Reaksi Cu, Fe, Dan Br Kompleks

Zat + pereaksi pada objek glass à panaskan à kristal

5. Reaksi Bauchardat

Zat + pereaksi bauchardat à kristal (veronal, luminal, ruonal)

6. Reaksi Dengan Aqua Brom

Larutkan zat dalam KOH + 1 tetes aqua brom à kristal (phenodorm, veronal)

7. Reaksi Dengan Agno3

Larutan zat dalam AgNO3 5% + amoniak hingga endapan larut

8. Aqua Barit

Zat padat + 1 tetes aqua barit à kristal (dial)

6 Identifikasi Turunan Senyawa Barbital

1. Allonal

 Sinonim : isopral + pyramidon


 Pemerian : bubuk berwarna kuning, pahit
 Reaksi
 Zat +FeCl3 à ungu
 Zat + Aqua brom à ungu à hilang
 Zat + KmnO4 à mereduksi
 Isopral : +
 Pyramidon : +
 Reaksi kristal :
 Dragendorf
 Bouchardat
 Fe-kompleks
 Cu-kompleks
2. Amytal

 Sinonim :Asam ethylisoamylbarbiturat


 BM : 228,27
 Pemerian : kristal agak putih
 TL : 156-1580C
 Kelarutan : dalam air : (1:1300); ethanol (1:5); chloroform (1:7); ether (1:6)
 Fungsi      : Hypnotik
 Reaksi      : Larutan dalam air yang jenuh bereaksi asam terhadap lakmus (memberi
warna merah terhadap lakmus)
 Reaksi kristal :
 larutan jenuh dalam NaOH+NH4 fosfat, kristal, lama
 Fe-kompleks
 Cu-kompleks
 Zat + pereaksi Wagenaar : jarum kecil dan besar
 Sublimasi

3. Aprobarbital

 Sinonim : Isopral
 Rumus molekul : C10H14N2O3
 BM : 210,23
 Pemerian :  Kristal putih, agak pahit, higroskopis, TL : 1400C
 Larutan jenuh dalam air : asam
 Kelarutan : hampir tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, CHCl 3, eter, aseton,
asam asetat glasial, alkali hidroksida
 Fungsi      :Sedative, hipnotik
 Reaksi :

 Zat +formalin H2SO4à kuning coklat berflouresensi biru


 Zat dapat mereduksi KMnO4 dan Aqua Brom (warna menjadi hilang)
 Reaksi kristal :
o Cu-kompleks
o Fe-kompleks
o Sublimasi
o NaOH + NH4 fosfat

4. Dial

 Sinonim : Allobarbital, 5,5 asam diallylobarbiturat


 Rumus molekul : C10H12N2O3
 BM : 208,21
 Pemerian : kristal agak pahit
 TL : 171-173 0C
 pH: larutan jenuh bereaksi asam terhadap lakmus
 Kelarutan :dalam air (1:300) : air mendidih (1:50) : etanol (1:20); ether (1:20); sangat
larut dalam etanol panas, larut dalam aseton, ethylasetas
 Fungsi       : Hypnotik sedative
 Reaksi :

 Zat +NaOH +KMnO4 à segera hijau


 Zat +Vanilin-H2SO4 àmerah
 Zat +Aqua brom à mereduksi (warna hilang)
 Zat +Salisilaldehid-H2SO4 àmerah
 Zat + H2SO4 (p) + beberapa butir kristal p-DAB àmerah
 Reaksi kristal :
o NaOH + Asam asetat glasial
o Fe-kompleks
o Sublimasi
o Cu-Kompleks
o Larutan jenuh+NaOH +(NH4)3PO4
o Fe-Komplek
o Zat +Aqua Barit à keping-keping, lama-lama jarum

5. Diphenylhydantoin-Na

 Sinonim : Dilantoin Na, alepsin, Phenitcinum Na


 BM : 274,25
 Pemerian : bubuk kristal putih , rasa seperti sabun, pahit menggigit, tidak berbau,
agak higroskopik,terpapar  udara  akan menyerap CO2 dan melepaskan
difenylhydantoin
 Kelarutan : dalam air ( 1:66) tetapi larutan keruh kecuali ditambah alkali hingga pH
11,7; larut dalam 10,5 ml ethanol; tidak larut dalam eter dan kloroform, mudah
terdisosiasi oleh asam lemah seperti CO2 dengan mengurai diphenylhydantoin
 Fungsi :Anticonvulsant, antiepilepsis
 Reaksi :

 PARRI : sebelum ditambahkan NH3 : ungu, setelah ditambahkan berwarna biru


 Zat +NaOH : merah keunguan tak tetap, ada bintik-bintik ungu

6. Evipan

 Sinonim : asam N-methylcyclohexanyl methyl barbiturat, Hexobarbital


 Struktur molekul : C12H16N2O3
 BM : 235,26
 Pemerian : kristal prisma, tak berasa
 TL 145-1470C
 Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, alkali karbonat;  larut dalam methanol, ethanol,
ether, CHCl3, aseton, benzen, basa.
 Fungsi      : Sedative hipnotik
 Reaksi :

 Zat +H2SO4 pekat à kuning lama-lama merah jingga

 Reaksi kristal :

a. larutan jenuh dalam NaOH + NH4 fosfat

b. Fe-kompleks

c. Bi-kompleks

d. Cu-kompleks

e. Sublimasi

7. Kemithal

 Sinonim : 5-allyl-5 (2-cyclohexenal)-2-thiobarbiturat Na


 Rumus molekul : C13H16N2O2Sna
 BM : 287,36
 Pemerian : Bubuk kuning pucat, agak pahit, higroskopis
 TL : 148-156
 Kelarutan : larut dalam air
 Fungsi        : Anastetik
 Reaksi :
 Reaksi Parri : +
 Penarikan dari pembawa diasamkan lebih dahulu
 Reaksi dengan aseton air : tetes minyak
 Reaksi kristal :

a. Wagenaar

b. Aseton –air

8. Luminal

 Sinonim : asam phenylaethylobarbiturat, gardenal


 BM : 232,23
 Rumus molekul : C12H12N2O3
 Pemerian :Bentuk garam Ba, kristal dengan 3 fase berbeda, rasa agak pahit
 Kelaruan : air (1:1000), ethanol (1:8), CHCl3 (1:40), ether (1:13), benzen (1:700),
larut dalam alkali hidroksida dan karbonat
 TL : 174-178
 pH : asam
 Fungsi       :antikonvulsan, hipnotik sedativ
 Reaksi :

 Zat + α-naphtol +H2SO4 pekatà ungu


 Reaksi ekkert (gugus phenyl) : zat+formalin H2SO4 pekat à merah
o Reaksi kristal :

a. Sublimasi

b. Wagenaar

c. Fe-kompleks

d. Cu-kompleks

e. Bi-kompleks

f.NH4 fosfat

9. Nembutal

 Sinonim : ethylmethylbuthylbarbiturat Na, pentobarbital Na


 Rumus molekul : C11H17N2O3Na
 Pemerian : butir kristal/bubuk putih, rasa agak pahit
 Kelarutan : mudah larut dalam alkohol, air, praktis tidak larut dalam ether
 Larutan bereaksi alkalis terhadap lakmus dan phenolphtalein
 Larutan dalam air mudah terurai, tak boleh disimpan dan disterilkan.
 Fungsi        : Hipnotik, sedatif
 Reaksi :

 Zat +H2SO4 pekat à coklat


 Reaksi kristal :

a. Fe-kompleks

b. Cu-kompleks

c. larutan dalam NaOH 0,1 N sampai jenuh +NH4 fosfat

10. Olthophan
 Pemerian : kristal putih, rasa agak pahit
 Reaksi :

 Zat +H2SO4 pekat à kuning jingga


 Zat +vanilin H2SO4 pekat à kuning dengan fluoresensi hijau
 Zat +phenol H2SO4 à rosa
 Reaksi kristal :

a. Fe-kompleks

b. Sublimasi

c. NaOH/HAc

d. Bi-kompleks

e. Cu-kompleks

11. Orthal – Na

 Sinonim: etil hexenil barbiturat Na, hexetal sodium


 Berat molekul: 262, 29
 Rumus molekul: C12H19NNaO3
 Rumus bangun:
 Karakteristik:
 Pemerian: serbuk putih, agak kuning, rasa pahit.
 pH: basa
 Kelarutan: sangat larut dalam air, larut dalam etanol, tak larut dalam eter dan
benzene, larutan dalam air bereaksi alkalis terhadap lakmus, larutan dalam air
tidak stabil kalau didiamkan.
 Reaksi
Reaksi kristal:
 Cu kompleks
 Fe kompleks
 (NH4)H2PO4

12. Pentothal – Na

 Sinonim: Thiopental Na
 Nama IUPAC: [5-etil-4,6-diokso-5-(pentan-2-il)-1,4,5,6-tetrahidropirimidin-2-
il]sulfanid sodium
 Berat molekul: 264,33
 Rumus molekul:C11H17N2O2Sna
 Rumus bangun:
 Karakteristik:
 Pemerian: serbuk putih kekuningan, higroskopis, biru seperti bawang.
 pH: 12,5
 Kelarutan: larut dalam air dan alcohol, tidak larut dalam eter, benzene dan
petroleum eter, larutan dalam air jika didiamkan terurai dan jika dipanaskan terjadi
endapan.
 Larutan 2,5 % b/v dalam air bereaksi alkalis kuat dengan pH 10,5.
 Spesifikasi dalam sediaan farmasetik:

Dibuat dalam sediaan serbuk yang steril yang kemudian direkonstitusi dengan
pelarut yang sesuai dan diberikan secara IV (untuk yang bentuk Na).

Pentothal Na steril adalah campuran penthotal Na steril (91,7 %) dengan Na 2CO3


anhidrid (Na2CO3 sebagai dapar (60mg/g Na thiopental).

13. Persedon

 Sinonim: 3,3-dietil-2,4-dioxotetrahidropiridin.
 Berat molekul: 167,20
 Rumus molekul: C9H13NO2
 Rumus bangun:
 Karakteristik:

 Pemerian: serbuk kuning muda, rasa pahit.


 TL: 92-93°C
 pH: asam
 Kelarutan: larut dalam air dan pelarut organik.
 Bersifat hipnotik sedatif.

 Reaksi:

 Parri: sangat lemah


 Reaksi Kristal:
o Fe kompleks
o Cu kompleks

14. Panodorm

 Sinonim: siklodorm, siklobarbitalum, heksamalum


 Berat molekul: 236,26
 Rumus molekul: C12H16N2O3
 Rumus bangun:
   Karakteristik:
 Pemerian: Kristal mengkilap, rasa sangat pahit.
 TL: 171-174°C
 Kelarutan: sedikit laut dalam air, cukup larut dalam air panas (mendidih).
 Terdapat dalam bentuk garam Ca.
 Bersifat hipnotik sedatif.

 Reaksi:

 Zat + pereaksi zwikker ” violet biru.


 Zat + H2SO4 (p) ” kuning lama-lama jingga coklat.
 Reaksi Kristal:
 Larutan jenuh dalam NaOH + asam asetat
 Kompleks Bi
 Kompleks Cu
 Kompleks Fe
 Dragendorf

15. Prominal

 Sinonim: asam 5-etilmetil-5-fenilbarbiturat


 Berat molekul: 246,26
 Rumus molekul: C13H14N2O3
 Rumus bangun:
 Karakteristik:

 Pemerian: Kristal putih, tak berasa


 TL: 176°C
 Kelarutan: larut baik dalam air panas dan alkohol.
 Antikonvulsan dan sedatif.

Sifat antikonvulsan nya akibat dari substitusi 5-fenil.

 Reaksi:

 Zat + HCl ” disublimasi bentuk bintang laut.


 Reaksi gugus fenil (+)
 Dalam tabung reaksi + H2SO4 (p) + zat + formalin (di WB) ” merah anggur
 Zat + HCl ” endapan.

Reaksi Kristal:
 Larutan jenuh dalam NaOH o,1 N + asam asetat encer
 (NH4)H2PO4

16. Rutonal

 Sinonim: asam 5-metil-5-fenilbarbiturat


 Berat molekul: 218,21
 Rumus molekul: C11H10N2O3
 Rumus bangun:
 Karakteristik:

 Pemerian: kristal, rasa agak pahit.


 TL: 226°C
 pH: basa.
 Kelarutan: tidak larut dalam air, larut dalam alcohol, eter dan alkali.
 Dapat membentuk garam Na yang larut.
 Antikonvulsan dan sedatif.

Sifat antikonvulsan nya akibat dari substitusi 5-fenil.

 Reaksi:

 Parri (+)
 Reaksi Kristal:
 Kompleks Fe
 Kompleks Cu
 Cu amoniak
 Zat dilarutkan + NH4OH + diasamkan dengan HCl (p)

17. Serdomid

 Sinonim: allysisopylacetluerum
 Berat molekul: 184,23
 Rumus molekul: C9H16N2O2
 Rumus bangun:
 Karakteristik:

 Pemerian: Kristal, tak berasa.


 TL: 194°C
 Kelarutan: larut dalam 3 liter air, larut dalam 210 ml air mendidih, dalam alcohol
1:10, dalam eter 1:75.
 Sedatif.

 Reaksi:
 Dapat menghilangkan warna KMnO4
 Ikatan rangkap (+)
 Larutan zat dalam air + H2SO4 (di WB) ” bau permen.
 Zat + FeCl3 ” coklat.
 Reaksi Beilstein (+)
 Sublimasi: ring seperti air mancur.

18. Soneril

 Sinonim: neocal, butetal, butobarbitalum.


 Berat molekul: 212,34
 Rumus molekul: C10H16N2O3
 Rumus bangun:
 Karakteristik:

 Pemerian: Kristal rosa, keeping taplet, rasa agak pahit.


 TL: 124-127°C
 Kelarutan: larut dalam etanol (1:5), tak larut dalam petroleum eter, dalam air (1:250),
dalam kloroform (1:3).

 Reaksi:

 Reaksi Parri: ungu


 Zat + pereaksi zwikker ” violet biru.
 Reaksi Kristal:

o Sublimasi
o Wagenaar
o Kompleks Cu
o Kompleks Fe
o Aseton air
o Kompleks Bi

19. Veronal

 Sinonim: asam dietilobarbiturat, barbital, barbiton.


 Berat molekul: 184,19
 Rumus molekul: C8H12N2O3
 Rumus bangun:
 Karakteristik:

 Pemerian: Kristal jarum, rasa agak pahit


 TL: 188-192°C
 Kelarutan: larut dalam air, air mendidih, alkohol amilalkohol, piridin, anilin,
niirobenzen, dalam kloroform (1:75).

 Reaksi:

 Zat + H2SO4 (p) + alfa naftol ” ungu violet


 Zat + pereaksi zwikker ” biru.
 Zat + aquabrom ” tidak membentuk endapan.

 Reaksi Kristal:
 Sublimasi
 Zwikker: membentuk kristal rosa
 Kompleks Cu
 Kompleks Fe
 Kompleks Bi
 NaOH + asam asetat
 NaOH + (NH4)H2PO4

Bentuk garamnya: Veronal Na.

Sinonim: barbital Na, dienal natrium, medinal.

 Pemerian: kristal putih.


 Kelarutan: larut air (1:5), dalam etanol (1:60), tidak larut dalam eter dan kloroform.

C). Mengapa obat golongan barbital dapat dianalisis secara spektropometri dan secara
kromatofrafi cair kinerja tinggi ? Jelaskan alasannya dan jelaskan pula cara
pengerjaan serta kondisinya dalam analisis tersebut

Jawab:
Umumnya, dalam upaya untuk menentukan identitas suatu zat yang dicurigai mengandung
barbiturate, pendekatan analitisnya harus memerlukan penentuan setidaknya dua parameter
berkorelasi salah satunya harus memberikan informasi tentang bahan kimia struktur analit
(misalnya, IR, MS, atau tandem, metodenya seperti GC-MS). Hal ini diakui bahwa pemilihan
parameter dalam setiap kasus tertentu harus mempertimbangkan obat yang terlibat dan
sumber daya laboratorium yang tersedia.
Bila mungkin, tiga teknik analisis yang sama sekali berbeda harus digunakan, untuk contoh:
tes warna, kromatografi (misalnya TLC, GC atau HPLC) dan spektroskopi (Mis. IR atau
UV). Teknik ditulis dgn tanda penghubung, seperti kromatografi gas - spektrometri massa
(GC-MS), dihitung sebagai dua parameter, memberikan informasi dari kedua
teknik yang digunakan (yaitu waktu retensi dan karakteristik spektral massa).

Cara pengerjaannya:
High Performance Liquid Chromatography (HPLC)/KCKT
HPLC adalah salah satu teknik pemisahan utama yang biasa digunakan dalam obat forensik
analisis. Kromatografi fase terbalik direkomendasikan untuk analisis barbiturat. Ada berbagai
macam fase stasioner dan mobile tersedia untuk analis. Metode berikut disediakan sebagai
panduan. Yang paling umum ditemui dan kolom serbaguna adalah terikat oktadesil silika
kolom (C18). Panjang kolom, diameter, ukuran partikel, ukuran pori dan beban karbon harus
dipertimbangkan sebelum seleksi akhir kolom.

 Persiapan barbiturat standar dan larutan sampel


 Larutan standar barbiturat
Timbang jumlah yang tepat barbiturat standar ke dalam labu volumetrik untuk
mendapatkan konsentrasi akhir sekitar 1 mg / ml masing-masing senyawa. Encerkan
dengan metanol. Larutan stok ini stabil setidaknya selama tiga bulan saat disimpan
pada suhu -20 ° C.
 Larutan sampel barbiturat
Timbang jumlah yang tepat dari sampel yang diperoleh oleh salah satu prosedur
ekstraksi diuraikan diatas ke dalam labu volumetrik, larut dalam dan membuat volume
dengan metanol untuk menghasilkan konsentrasi barbiturat akhir dari 1 mg / ml.
Tergantung pada asal sampel, setiap partikulat padat larut dapat dihapus dengan
penyaringan.

Metode 1
Kolom : 250 mm x 4,6 mm ID
Bahan kemasan: oktadesil-silika HPLC grade, 5μm (Spherisorb 5 ODS-2
atau setara)
Fase gerak : asetonitril: air (30:70 by volume)
Laju alir : 0,9 ml / menit.
Deteksi : UV pada 220 nm atau deteksi diode array (DAD).
Volume Injeksi : 1-5μl
Penghitungan : Dengan luas puncak, metode standar eksternal

Metode 2
Kolom : 150 mm x 4,6 mm ID
Bahan kemasan: oktadesil-silika HPLC grade, 5μm (ODS-Hypersil, atau
setara)
Fase gerak A : 0,1 M sodium penyangga dihidrogen fosfat: metanol
(60:40 oleh volume; menyesuaikan pH menjadi 3,5 unit
dengan fosfat acid)
Fase gerak B : 0,1 M sodium penyangga dihidrogen fosfat: metanol
(60:40 oleh volume; menyesuaikan pH 8,5 unit dengan
natrium hydroxide solution)
Laju alir : 2,0 ml / menit (nilai aliran rendah harus dipertimbangkan
dengan kolom yang lebih pendek dan ukuran partikel yang
lebih kecil).
Deteksi : UV pada 216 nm
Volume Injeksi: 1-5μl oleh jarum suntik atau injeksi lingkaran.
Penghitungan : Dengan luas puncak, metode standar eksternal.

Spektrofotometri UV-Visible adalah penyerapan cahaya oleh molekul -molekul. Semua


molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Visible (tampak) karena molekul tersebut
mengandung elektron, baik berpasangan maupun sendiri yang dapat dieksitasi ketingkat
energi yang lebih tinggi, panjang gelombang bila mana absorpsi itu terjadi, bergantung pada
kekuatan elektron itu terikat dalam molekul. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal
terikat dengan kuat dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang rendah
untuk eksitasinya.

sampel phenobarbital 1 gram

+ larutan NaOH 0,1 N 15 ml

larutkan ke dalam beaker glass

Masukan ke dalam tabung sentrifugasi

Vortex selama 10 menit

Sentrifuge selama 15 menit

Setelah itu dekantasi endapan dan larutannya di pisahkan

Ambil larutannya (filtrat)

Lakukan penetapan kadar dengan Spektrofotometri UV


dengan Multi point methode
d. Mengapa obat golongan barbital dapat dianalisis secara argentometri ?
Jelaskan alasan dan cara pengerjaannya

Jawab:
Karena Barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat (2,4,6-
trioksoheksahidropirirmidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara urea dengan asam
malonat.
Asam Barbiturat adalah zat induk barbital-barbital yang sendirinya tidak bersifat
hipnotik. Sifat ini baru nampak jika atom-atom hidrogen pada atom C 5 dari inti pirimidinnya
digantikan oleh gugusan alkil atau aril. Barbital-barbital semuanya bersifat lipofil, sukar larut
dalam air tetapi mudah larut dalam pelarut-pelarut non polar seperti minyak, kloroform dan
sebagainya.
Seorang farmasis dituntun untuk menguasasi berbagai metode yang digunakan untuk
menetapkan kadar  maupun pembakuan suatu bahan atau menganalisis senyawa obat salah
satunya adalah dengan titrasi argentometri yang termasuk kedalam titrasi volumetric.
Cara pengerjaannya:
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang secara keseluruhan tablet luminal, kemudian ditimbang berat setara 50 mg
fenobarbital.
3. Dimasukkan dalam Erlenmeyer, dan dilarutkan dengan CHCl3 5 ml dan 10 ml
Na2CO3 2%. Dan ditambahkan indikator K2CrO4 2-3 tetes.
4. Dititrasi dengan AgNO3 0,1 N hingga terbentuk endapan merah bata.
5. Dicatat volume perak nitrat yang digunakan.

3. A). Jelaskan apa yang anda ketahui tentang bahan obat dan obat yang berasal dari
karbohidrat ! Jelaskan pula contoh – contohnya dan kegunaannya dalam bidang
farmasi

Jawab:
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan
untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.
Monosakarida :
A. Glukosa
1. Akar manis (Glychyrrhizae radix) Tanaman asal : Glycyrrhiza glabra Famillia :
Leguminaceae Kegunaan : Demulsen, laksansia dan dapat digunakan untuk menutupi rasa
pahit obat
2. Kulit batang delima (Granati cortex) Tanaman asal : Punica granatum L Familia :
Punicaceae Kegunaan : Pengkelat, antelmetikum dan anti diare
3. Akar sengketan (achyranthi Radix) Tanaman asal : Achytanthes aspera Familia :
Punicaceae Kegunaan : Mengurangi rasa nyeri (analgetik),peluruh dahak (ekspektoran)
B. Fruktosa
1.Madu lebah selain glukosa juga mengandung fruktosa. Fruktosa adalah suatu ketohektosa
yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi kekiri dan karenanya disebut juga
levulosa. Pada umumnya monosakarida dan disakarida mempunyai rasa manis
Oligosakarida (Disakarida):
A. Sukrosa
1. Gula tebu (Saccharum cortex) Tanaman asal : Saccharum officinarum Famillia : Graminae
(Poaceae) Kegunaan : Bahan dasar pemanis
2. Gula Beet Tanaman asal : Beta vulgaris Famillia : Chenopodiaceae Kegunaan : Bahan
dasar Pemanis
B. Laktosa
1. Saccharum Lactis (SL) Asal : Bos taurus Linn Famillia : Bovidae Kegunaan : Diluen pada
pembuatan tablet, pemanis
Polisakarida
A. Amilum
1. Jagung Tanaman asal : Zea mays Famillia : Graminae (Poaceae) Kegunaan : Diluen,
Desintegrator
2. Beras Tanaman asal : Oryza sativa Famillia : Poaceae Kegunaan : Diluen, Desintegrator
B. Glikogen
1. Acacia (Gum Arabicum) Tanaman asal : Acacia senegal, Acacia sp Famillia :
Leguminoceae Kegunaan : Suspending, Emulsifying, demulcen
2. Agar Tanaman asal : Gelidium cartilaginum Famillia : Gelidiaceae Kegunaan :
Laksativum, emulgator, media kultur bakteri dan produk makanan.
C. Selullosa
1. Biji Pinang (Arecae semen) Tanaman asal : Areca catechu Famillia : Arecaceae Kegunaan
: Memperkecil pupil mata dan antelmitikum
2. Daun seledri (Apii graveolentis folium ) Tanaman asal : Apium graveolens Famillia :
Aplaceae Kegunaan : Memacu enzim pencernaan (stomatik),diuretik

B). Jelaskan diagram analisis karbohidrat secara kualitatif dengan lengkap !

Jawab:
C). Jelaskan reaksi – reaksi pendahuluan untuk bahan obat golongan monosakarida
meliputi glukosa dan fruktosa. Jelaskan pula reaksi kimianya

Jawab:
Reaksi Monosakarida
Reaksi Oksidasi Berdasarkan kemampuannya untuk mereduksi senyawa/pereaksi (Tohlens,
Benedict, Fehling), monosakarida dapat digolongkan : Gula pereduksi Gula non pereduksi
Kemampuan monosakarida untuk mereduksi pereaksi- pereaksi tersebut di atas didasarkan
pada adanya gugus aldehid atau gugus -hidroksi keton, dimana dengan adanya pereaksi-
pereaksi tersebut gugus aldehid atau -hidroksi keton akan teroksidasi menjadi
karboksilat/keton.

Reaksi glukosa

Dengan pereaksi fehling


Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, lalu masukkan 2 ml larutan fehling A dan 2 ml larutan
fehling B, lalu menambahkan beberapa tetes larutan glukosa. Kemudian mengocok perlahan-
lahan, lalu masukkan tabung tersebut kedalam penangas air mendididh. Mengamati dan
mencatat perubahan yang terjadi dan tulis reaksinya.

Dengan pereaksi benedict


Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, masukan 2 ml pereaksi benedict, lalu menambahkan
beberapa tetes glukosa. Lalu aduk perlahan dam masukkan kedalam penangas air yang sedang
mendidih. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi, dan tulis reaksinya.

Dengan pereaksi tollens


Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, lalu masukkan 2 ml pereaksi tollens dan eberapa tetes
larutan glukosa. Lalu mengocok perlahan dan panaskan kedalam penangas air sampai
terbentuk cermin perak pada dinding tabung. Tulis reaksi pembentukkan cermin tersebut.

Dengan basa kuat


Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, lalu masukkan 2 ml larutan glukosa 10% dan 0,5 ml
NaOH 25%, aduk perlahan dan panaskan dalam air mendidih selama 5 menit. Perhatikan rupa
dan bau dari zat yang terbentuk dan tulis reaksinya.

Uji Molisch
Pada uji molisch, pertama-tama di ambil 1 mL larutan karbohidrat dengan menggunakan pipet
tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 3 tetes pereaksi molisch
ke dalam tabung tersebut dan dikocok perlahan-lahan. Kemudian ditambahkan 1 mL asam
sulfat pekat ke dalam tabung reaksi tersebut melalui dinding dalam tabung yang dimiringkan.
Jika terjadi warna pada bidang batas antara kedua lapisan cairan tersebut menunjukkan reaksi
positif. Percobaan tersebut dilakukan pada masing-masing larutan 0,1 M glukosa, sukrosa,
maltosa, arabinosa, larutan 1% amilum dan selulosa (kapas) yang disuspensikan dalam air,
dilakukan dari tahap pertama hingga tahap terakhir.
Berdasarkan percobaan ini diperoleh data bahwa semua larutan uji ketika direaksikan dengan
pereaksi Molisch, dapat membentuk kompleks cincin berwarna ungu. Dengan bahan yang
diujikan adalah amilum, dekstrin, sukrosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa
semuanya menunjukkan hasil yang positif. Hal ini membuktikan adanya suatu karbohidrat
dalam larutan tersebut. Larutan uji yang telah dicampurkan dengan pereaksi Molisch, dialirkan
dengan larutan H2SO4 pekat dengan cara memiringkan tabung reaksi. Hal ini dilakukan agar
larutan H2SO4 tidak bercampur dengan larutan yang ada dalam tabung, sehingga pada akhir
reaksi diperoleh suatu pembentukan cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan
larutan dalam tabung. Terbentuknya kompleks berwarna ungu ini karena pengaruh hasil
dehidrasi monosakarida (furfural) dengan α-naftol dari pereaksi Molisch.
    Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :

                                                 H                                 O

                                                 │                                 ║ 


CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O +H2SO4 →     ─C—H + 
                                                                                                       │
                                                                                                      OH
                      Pentosa                                                                          
Furfural           α-naftol

                                                                H                                                            


                                                                │                                                           
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4 
Heksosa                                                         
                                      O


                                 

→ H2C─       ─C—H       +
       │                                         │            
      OH                                       OH
5-hidroksimetil furfural                   α-naftol
 Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah  sebagai berikut:  
                                O
                                ║

                                          ║                     __SO3H

H2C─       ─────C─────         ─OH

Cincin ungu senyawa kompleks

Uji Beneditct
Pada uji benedict, pertama-tama di ambil 2 mL reagen benedict dengan menggunakan pipet
tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 tetes larutan
karbohidrat. Lalu, sesudah ditambahkan dengan 3 tetes larutan karbohidrat, tabung reaksi
tersebut dijepit pada bagian atasnya dan disimpan di dalam penangas air mendidih selama 3
menit. Sesudah 3 menit, diambil tabung reaksi tersebut dan dibiarkan hingga dingin. Kemudian
tabung tersebut diamati meliputi perubahan warna dan endapan (endapan hijau, kuning atau
merah menunjukkan reaksi positif). Percobaan tersebut dilakukan dari tahap pertama hingga
terakhir pada larutan galaktosa dan fruktosa.
        Dalam uji ini, suatu gula reduksi dapat dibuktikan dengan terbentuknya endapan yang
berwarna merah bata. Akan tetapi tidak selamanya warna larutan atau endapan yang
terbentuk berwarna merah bata, hal ini bergantung pada konsentrasi atau kadar gula reduksi
yang dikandung oleh tiap-tiap larutan uji . Dekstrin, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa dan
arabinosa menunjukkan hasil yang positif. Terbentuknya endapan merah bata ini sebagai
hasil reduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ oleh suatu gugus aldehid atau keton bebas yang
terkandung dalam gula reduksi yang berlangsung dalam suasana alkalis (basa). Sifat basa
yang dimilki oleh pereaksi Benedict ini dikarenakan adanya senyawa natrium karbonat.
Selain itu, amilum dan sukrosa tidak membentuk endapan merah bata dan warna larutan
setelah dipanaskan menjadi biru. Hal ini membuktikan amilum dan sukrosa tidak
mengandung gula pereduksi, oleh karena itu amilum dan sukrosa memperlihatkan hasil yang
negatif.
   Berikut reaksi yang berlangsung:
       O                                          O
       ║                                          ║
R—C—H  + Cu2+ 2OH- →  R—C—OH + Cu2O(s)  + H2O
Gula Pereduksi                  Endapan Merah Bata  

Uji Brfoed
Pada uji barfoed, pertama-tama di ambil 1 mL reagen barfoed segar dengan menggunakan
pipet tetes dan dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 mL larutan
karbohidrat ke dalam tabung reaksi tersebut. Lalu tabung reaksi tersebut dijepit dan disimpan
di dalam penangas air mendidih dan direbus selama 1 menit atau lebih (jika perlu lebih lama
lagi hingga reaksi reduksi terjadi). Jika tabung reaksi tersebut sudah 1 menit atau sudah terjadi
reaksi reduksi. Tabung reaksi tersebut diambil dan dibiarkan dingin pada air mengalir selama 2
menit. ). Percobaan tersebut dilakukan dari tahap pertama hingga terakhir pada larutan larutan
glukosa, fruktosa dan laktosa.
Pada percobaan ini, diperoleh data bahwa suatu monosakarida dapat dibedakan
dengan disakarida yang dapat diamati dari terbentuknya endapan merah bata pada senyawa
glukosa, galaktosa, fruktosa dan arabinosa, sedangkan pada zat uji lainnya tidak terbentuk
endapan merah bata, sehingga dianggap sebagai disakarida. Sama halnya dengan pereaksi
Benedict, pereaksi Barfoed ini juga mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ . Pada dasarnya,
monosakarida dapat mereduksi lebih cepat dibandingkan dengan disakarida. Disakarida
dengan konsentrasi rendah tidak memberikan hasil positif oleh karena itu, larutan uji
disakarida tidak membentuk warna merah orange pada percobaan ini.
       O                                      O
       ║            Cu2+ asetat         ║
R—C—H  + ─────→  R—C—OH + Cu2O(s)  + CH3COOH
n-glukosa          Kalor          E.merah
monosakarida                     bata

Uji Seliwanoff
Pada uji seliwanoff, pertama-tama diambil 3 mL pereaksi seliwanoff dengan menggunakan
pipet tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 tetes fruktosa ke
dalam tabung reaksi tersebut. Lalu tabung reaksi dijepit dan disimpan di dalam penangas air
mendidih selama 60 detik dan diamati perubahan warna yang terjadi. Ditunjukkan reaksi
positif untuk ketosa, jika terjadinya perubahan warna merah dan endapan. Bila endapan
tersebut dilarutkan dengan alkohol akan terjadi larutan yang berwarna merah.
Pada uji ini diperoleh data bahwa hanya fruktosa yang menghasilkan warna larutan
yang spesifik yakni warna merah orange yang mengidentifikasikan adanya kandungan ketosa
dalam karbohidrat jenis monosakarida itu. HCl yang terkandung dalam pereaksi Seliwanoff
ini mendehidrasi fruktosa menghasilkan hidroksifurfural sehingga furfural mengalami
kondensasi setelah penambahan resorsinol membentuk larutan yang berwarna merah orange.
Hal ini tidak dialami oleh zat uji yang lain di mana sukrosa, galaktosa, glukosa, dan arabinosa
menunjukkan hasil negatif terhadap adanya ketosa. Akan tetapi sukrosa apabila dipanaskan
terlalu lama dapat menunjukkan hasil yang positif terhadap pereaksi Seliwanoff. Hal ini
terjadi karena adanya pemanasan berlebih menyebabkan sukrosa terhidrolisis menghasilkan
fruktosa dan glukosa sehingga fruktosa inilah yang nantinya akan bereaksi dengan pereaksi
Seliwanoff menghasilkan larutan berwarna merah orange.
    Berikut reaksinya :

CH2OH             OH                                                                                                                             


O               OH   OH

                    +HCl                             ║              │     │


        H               CH2OH     ───→    H2C—       —C—H  +              →  kompleks
                                      │                                                   berwarna
           OH   H                                     OH                                             merah jingga
                          5-hidroksimetil furfural         resorsinol

Uji pati-iodium
Pada uji pati-iodium, pertama-tama di ambil larutan pati 1% sebanyak 3 mL dengan
menggunakan pipet tetes, kemudian larutan pati 1 % tersebut dimasukkan ke dalam 3 buah
tabung reaksi. Pada tabung pertama yang telah diisi 3 mL larutan pati 1% ditambahkan 2 tetes
air, pada tabung kedua yang telah diisi 3 mL larutan pati 1% ditambahkan 2 tetes asam sulfat
pekat, pada tabung ketiga yang telah diisi dengan 3 mL larutan pati 1% ditambahkan 2 tetes
NaOH 0,25 N. kemudian ketiga tabung tersebut di kocok pelan-pelan, lalu ditambahkan satu
tetes 0,01 M larutan iodium pada setiap tabung reaksi. Kemudian ketiga tabung tersebut dijepit
pada bagian atasnya dan dipanaskan dengan menggunakan pembakar spirtus hingga timbul
warna dan dicatat perubahan warna yang terjadi.

Pada percobaan ini, suatu polisakarida dapat dibuktikan dengan


  terbentuknya kompleks adsorpsi yang spesifik pada setiap jenis polisakarida ini. Di
manaamilum dengan iodium menghasilkan larutan berwarna biru pekat dan dekstrin yang
menghasilkan warna larutan merah anggur yang menandakan hasil positif terhadap
kandungan polisakarida tetapi untuk larutan uji monosakarida dan disakarida tidak
menghasilkan warna larutan yang spesifik, oleh karena itu hasil yang ditunjukkan negatif.
Terbentuknya warna biru dan warna merah anggur ini disebabkan molekul amilosa dan
amilopektin yang membentuk suatu molekul dengan molekul dari larutan iodium. Oleh
karena itu, monosakarida dan disakarida tidak menghasilkan warna larutan yang spesifik
karena tidak mengandung amilosa dan amilopektin.

D). Jelaskan cara pemeriksaan mikroskopik yang dapat membedakan amilum kentang,
amilum jagung, amilum singkong dan amilum beras !
1. Amilum solani ( amilum Kentang) :
Mikroskopis   Berupa butiran tunggal dan jaringan berkelompok, agak bulat dan persegi
banyak, berbentuk   topi baja, hilus terletak di tengah bentuk garis dan bercabang 3 dengan
lamela tidak jelas
Amylum solani ( pati kentang) adalah pati yang diperoleh dari umbi solanum
tuberosum (familia Solanaceae). Yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara
mikroskopik yaitu berupa butir tunggal, tidak beraturan, atau bulat telur ukuran 30 µm
sampai 100 µm, atau membulat ukuran 10 µm sampai 35 µm, butir majemuk jarang, terdiri
dari 2 sampai 4, hilus berupa titik pada ujung yang sempit dengan lamella konsentris jelas
terlihat, jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam
memotong pada hilus. Untuk idetifikasi secara kimiawi sama dengan amylum manihot.
2. Amilum maydis (amilum jagung) :
Berupa butir bersegi banyak, bersudut, atau butir bulat, kemudian terdapat butir pati dan
hilus yang berupa rongga atau celah dan terdapat lamela.
Amylum maydis ( pati jagung) adalah pati yang diperoleh dari biji zea mays L.
( familia Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu
berupa butir bersegi banyak, bersudut, ukuran 2 µm sampai 23 µm atau butir bulat dengan
diameter 25 µm sampai 32 µm, hilus ditengah berupa rongga yang nyata atau celah
berjumlah 2 sampai 5, tidak ada lamella. Jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi, tampak
bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus. Untuk identifikasi secara kimiawi sama
dengan amylum manihot.
3. Amilum oryzae (amilum beras) :
Butir bersegi banyak, tunggal atau majemuk bentuk bulat telur, terdapat butir telur dan hilus
yang tidak terlihat jelas, dan tidak terdapat lamella.
Amylum oryzae ( pati beras) adalah amylum yang diperoleh dari biji Oryza sativa L.
(familia Poaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih. Secara mikroskopik yaitu
berupa butir bersegi banyak ukuran 2 µm sampai 5 µm, tunggal atau majemuk bentuk bulat
telur ukuran 10 µm sampai 20 µm. hilus di tengah tidak terlihat jelas, tidak ada lamella
konsentris. Jika diamati dibawah cahaya terpolarisasi tampak bentuk silang berwarna hitam,
memotong pada hilus.
4. Amilum Manihot (amilum singkong) :
Berupa butir tunggal, butir agak bulat atau bersegi banyak butir kecil, ada butir pati,dan juga
hilus yang berupa garis dan titik, ada juga lamella tapi tidak jelas,yang berupa butir majemuk
sedikit.
Amylum manihot ( pati singkong) adalah pati yang diperoleh dari umbi akar manihot
utilissima Pohl (familia Euphorbiaceae) yang berupa serbuk sangat halus dan putih, secara
mikroskopik berupa butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak butir kecil dengan diameter
5µm sampai 10 µm, butir besar bergaris tengah 20 µm sampai 35 µm, hilus tengah berupa
titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamella tidak jelas, konsentris, butir majemuk sedikit,
terdiri dari 2 atau 3 butir tunggal yang tidak sama bentuknya. Identifikasi kimiawi yaitu
dengan Iodium dimana akan terjadi biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul kembali
pada pendinginan.

4. A). Apa yang anda ketahui tentang antihistamin ? Jelaskan penggolongannya dan
contoh- contohnya.

Jawab:
Histamin adalah suatu alkaloid yang disimpan di dalam sel mast, dan menimbulkan
berbagai proses faalan dan patologik. Histamin pada manusia adalah mediator penting untuk
reaksi-reaksi alergi yang segera dan reaksi inflamasi, mempunyai peranan penting pada
sekresi asam lambung, dan berfungsi sebagai neurotransmitter dan modulator.
Antihistamin Penghambat Reseptor H1 (AH1)
Tabel penggolongan antihistamin (AH1), dosis, masa kerja, aktivitas antikolinergiknya

Obat / efek sedatif Dosis reguler Masa Aktivitas Keterangan


orangdewasa kerja antikolinergik
(mg) (jam)
ANTIHISTAMIN GENERASI PERTAMA
Ethanolamin / + – +++
Carbinoxamin (listin) 4-8 3-4 +++ Sedasi ringan-
menengah
Dymenhydrinate (garam) 50 4-6 +++ Sedasi lanjut; aktivitas
anti motion sickness
Diphenydramine
(dramamine)
Diphenhydramine 25-50 4-6 +++ Sedasi lanjut; aktivitas
(benadryl,dll) anti motion sickness
Doxylamine 1,25-25 Sedasi lanjut; tersedia
dalam bentuk obat
pembantu tidur
Ethylamineddiamine / + – ++
Pyrilamine (Neo-Antergen) 25-5- + Sedasi menengah;
komponen obat
pembantu tidur
Pyrilamine (PB2,dll) 25-50 + Sedasi menengah
Obat / efek sedatif Dosis reguler Masa Aktivitas Keterangan
orangdewasa kerja antikolinergik
(mg) (jam)
Derivat piperazine / + – +++
Hydroxyzine (Atarak,dll) 15-100 6-24 Sedasi lanjut
Cyclizine (marezine) 25-50 - Sedasi ringan;
aktivitas anti motion
sickness
Meclizine (bonine,dll) 25-50 12-24 - Sedasi ringan;
aktivitas anti motion
sickness
Alkylamine / + – ++
Bropheniramine 4-8 4-6 + Sedasi ringan
(dimetane,dll)
Chlorpheniramine 4-8 4-6 +++ Sedasi ringan; tersedia
(chlortrimeton,dll) dalam komponen
perawatan flu
Derivat phenothiazine / +++
Promethazine 10-25 4-6 +++ Sedasi lanjut;
(phenergen,dll) antiemetik
Lain-lain
Cyproheptadine 4 + Sedasi menengah; juga
(periactin,dll) mengandung aktivitas
antiserotonin
ANTIHISTAMIN GENERASI KEDUA
Piperidine
Fexofenadine (allegra) 60 - Resiko rendah dari
aritmia
Lain-lain
Loratadine (claritin) 10 12 - Aksi yang lebih lanjut
Catirizine (Zyrtec) 5-10 -

Jenis-jenis Antihistamin
Antihistamin terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
 Generasi pertama
Jenis ini memiliki efek menenangkan. Ketika diminum, ada efek samping umum
yang bisa dirasakan seperti mengantuk, pusing, konstipasi, mulut kering, gangguan
dalam berpikir, penglihatan buram, dan sulit mengosongkan kandung kemih. Jenis-
jenis antihistamin generasi pertama antara lain :
1) Lemastine
2) Alimemazine
3) Chlorphenamine
4) Cyproheptadine
5) Hydroxyzine
6) Ketotifen dan
7) Promethazine.
 Generasi kedua
Jenis ini tidak memiliki efek penenang. Ketika diminum, efek mengantuk tidak akan
sebesar obat generasi pertama. Meski begitu, tetap harus berhati-hati ketika
mengemudi atau mengoperasikan alat berat, karena efek mengantuk masih mungkin
bisa terjadi. Antihistamin generasi kedua memiliki efek samping yang lebih sedikit
ketimbang generasi pertama, misalnya mulut kering, sakit kepala, hidung kering,
dan mual. Jenis-jenis antihistamin generasi kedua antara lain :
1) Fexofenadine
2) Levocetirizine
3) Loratadine
4) Mizolastine acrivastine
5) Cetirizine, dan
6) Desloratadine

B). Jelaskan reaksi pendahuluan yang menandakan reaksi kualitatif dari obat golongan
antihistamin ! Minimal 6 reaksi pendahuluan, lengkap dengan reaksi kimianya

Jawab:
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Antihistamin

 Reaksi Warna
Banyak zat yang akan memberikan warna jika bereaksi dengan beberapa pereaksi
kimia. Dalam beberapa keadaan, warna yang dihasilkan dengan suatu pereaksi
khusus dapat memberikan hasil yang spesifik untuk suatu senyawa yang diteliti.
Reaksi warna dapat digunakan pada kelompok senyawa yang ada pada golongan
yang sama, bahkan terkadang senyawa yang tidak terdapat dalam golongan yang
tersebut.
 Reaksi Mikrokristal
Reaksi mikrokristal dilakukan dengan melihat kristal yang terbentuk dibawah
mikroskop. Reaksi ini dilakukan sebagai reaksi identifikasi akhir untuk menguatkan
kesimpulan yang didapat dari reaksi-reaksi identifikasi sebelumnya. Kristal terbentuk
karena adanya reaksi antara zat dengan pereaksi, karena perbedaan kelarutan,
ataupun karena terjadi proses sublimasi, dimana suatu zat akan membentuk fase gas
tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Reaksi mikrokristal dilakukan diatas kaca
berukuran 75 x 25 mm, kemudian kristal yang terbentuk diamati dibawah mikroskop
pada perbesaran tertentu. Reaksi mikrokristal sangat sensitif pada beberapa keadaan.
Sedangkan pada reaksi mikrosublimasi dilakukan dengan cara meletakkan zat uji
didalam cincin kaca yang diletakkan diantara dua kaca berukuran 75 x 25 mm.
Kemudian setelah proses sublimasi terjadi, kristal yang terbentuk diamati dibawah
mikroskop.
 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis dilakukan untuk pemisahan senyawa secara cepat, mudah,
dan murah dengan menggunakan zat penjerap. Zat penjerap berupa serbuk halus
yang dilapiskan secara merata pada lempeng kaca. Kromatografi lapis tipis
merupakan salah satu kromatografi padat cair yang terdiri atas dua fase, yaitu fase
diam yang berupa padatan dan fase gerak yang berupa cairan. Kromatogramnya
berupa noda-noda yang terpisah setelah divisualisasikan dengan cara fisika maupun
kimia dan memiliki faktor retensi (Rf).
 Densitometri
Densitometri merupakan metode analisis kuantitatif hasil kromatografi lapis tipis
berdasarkan pengukuran serapan atau fluoresensi dari bercak pada lempeng KLT
menggunakan densitometer. Pada umumnya densitometer mempunyai sumber
cahaya, kondensor, sistem pemfokus, dan detektor peka cahaya. Metode pengukuran
didasarkan atas proses transmisi ataupun proses pemantulan. Pada proses transmisi,
lempeng dilewati seberkas sinar dan besarnya energi yang ditransmisikan diukur.
Sedangkan pada proses pemantulan, sinar diarahkan pada lempeng dan berkas sinar
yang dipantulkan diukur besarnya. Energi yang ditransmisikan maupun yang
dipantulkan dideteksi oleh densitometer dan dikonversikan dalam bentuk puncak-
puncak.
 Analisis Kuantitatif
1) HPLC/KCKT
Contohnya untuk analisis kadar simetidin, Fase Gerak : masukkan 200 ml
metanol p dan 0,3 ml asam fosfat Pkedalam labu tentukur 1000 ml,
encerkan dengan air sampai tanda,campur, saring dan bebas udarakan.
Larutan Baku : timbang seksama simetidin BPFI, larutkan
dalamcampuran air dan metanol P (4:1) hingga kadar lebih kurang 0,4
mg/ml,diawali dengan melarutkan baku pembanding dalam satu bagian
metanol,dan encerkan dengan 4 bagian air sampai tanda. Masukkan 5,0 ml
larutanini kedalam labu tentukur 200 ml encerkan dengan fase gerak sampaitanda
hingga kadar lebih kurang 10 µg/mlLarutan Uji, timbang seksama lebih kurang
100 mg, masukkan dalamlabu tentukur 250 ml, larutkan dalam 50 ml metanol P,
encerkan denganair sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini kedalam labu tentukur
200 mlencerkan dengan fase gerak sampai tanda. Prosedur, suntikkan secara
terpisah sejumlah volume sama (± 50µl)larutan baku dan larutan uji
kedalam kromatograf, ukur respons puncak. Hitung jumlah mg simetidin dengan
rumus : 10 C ( ru/rs ) C adalah kadar simetidin BPFI dalam mg/ml larutan
baku ; ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak larutan uji dan larutan
baku.
2) Titrasi Bebas Air
Contohnya untuh Hidroxsizin, Timbang seksama lebih kurang 150 ng zat yang
telah dikeringkan larutkandalam 10 ml kloroform P. tambahkan 50 ml asam
asetat glacial P, 5 mlraksa (II) asetat P dan merah kuinaldin LP. Titrasi dengan
asam perklorat0,1 N LV. Lakukan penetapan blanko. 1 ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 22,39 hidroxizin hidroklorida
3) Spektroskopi Massa
Contohnya untuk Dexamethazon, Larutkan sejumlah zat dalam etanol mutlak
babas aldehid P secukupnyahingga kadar antara 340 µg dan 360 µg dalam 10
mL. Masukkan 10 mLdalam labu tentuukur 25 mL, tambahkan 2,0 mL
larutantrifeniltetrazolium klorida P, hilangkan udara dalam labu dengan
nitrogenbebas oksigen P. tambahkan segera 2,0 mL larutan
tetrametilamoniumhidroksida encer P, hilangkan udara dalam labu dengan
nitrogen bebasoksigen P. tutup labu, goyangkan perlahan-lahan, biarkan dalam
tangasair pada suhu 30º selama 1 jam. Dinginkan segera, tambahkan
etanolmutlak bebas aldehida P secukupnya hingga 25,0 mL, campur. Ukur
serapan 1 cm pada maksimum lebih kurang 485 nm terhadap blanko 10mL etanol
mutlak bebas aldehida P. hitung jumlah deksametason dariserapan yang
diperoleh dengan mengulangi pengujian menggunakan deksametason PK
sebagai pengganti zat uji.

C). Jelaskan analisis kuantitatif obat antihistamin CTM dan cetrijin dilihat dari
struktur kimianya dan jelaskan secara lengkap cara pengerjaannya

Jawab:
Mekanisme kerja klorfeniramin maleat adalah sebagai antagonis reseptor H 1, klorfeniramin
maleat akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-
macam otot polos; selain itu klorfeniramin maleat dapat merangsang maupun menghambat
susunan saraf pusat

Klorfeniramin maleat merupakan obat golongan antihistamin penghambat reseptor H 1 (AH1)


(Siswandono, 1995). Pemasukan gugus klor pada posisi para cincin aromatik feniramin
maleat akan meningkatkan aktifitas antihistamin. Berdasarkan struktur molekulnya, memiliki
gugus kromofor berupa cincin pirimidin, cincin benzen, dan ikatan –C=C- yang mengandung
elektron pi (π) terkonjugasi yang dapat mengabsorpsi sinar pada panjang gelombang tertentu
di daerah UV (200-400 nm), sehingga dapat memberikan nilai serapan
Spektrum serapan UV klorfeniramin maleat bergantung kepada pelarutnya. Pada suasana
netral klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 261
nm, sedangkan dalam metanol klorfeniramin maleat memberikan serapan maksimum pada
panjang gelombang 250-275 nm

Klorfeniramin maleat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5%
C6H19ClN2.C4H4O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan dan memiliki berat molekul
390,67. Klorfeniramin maleat berupa serbuk hablur, putih; tidak berbau, larutan mempunyai
pH antara 4 dan 5, mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan kloroform; sukar larut dalam
eter dan dalam benzena (Farmakope IV, 1995).

D). Jelaskan perbedaan antihistamin dan antibiotic jika diberikan pereaksi asam-asam
kuat lalu di encerkan dengan air !

Jawab:
Pada reaksi warna dengan asam-asam pekat senyawa antihistamin dihasilkan warna hijau
stabil,sementara dengan asam-asam pekat lainnya seperti asam nitrat dan asam klorida
pekat ,senyawa antihistamin tersebut menunjukan warna yang sama.Reaksi dengan asam
pekat menunjukan reaksi hidrolisis terhadap zat uji.
Pengamatan antibiotik (eritromisin) yang pertama dilakukan di dalam tabung reaksi. Mula-
mula, zat dilarutkan dengan aseton, kemudian ditambahkan 2 mL asam klorida dan 2 mL
kloroform. Lalu diamati perubahan yang terjadi. Eritromisin ditambahkan asam klorida
karena eritromisin larut dalam asam klorida encer. Pada penambahan aseton dan asam klorida
pada eritromisin, dihasilkan warna coklat tua dan pada penambahan kloroform dihasilkan
warna hijau.

5. A). Jelaskan apa yang anda ketahui tentang obat vitamin ! Jelaskan penggolongannya
nama lain dan khasiat-khasiatnya !

Jawab:
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang
berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia,
hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan
kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh
kita.

1. Penggolongan Vitamin

Penggolongan Vitamin berdasarkan kelarutannya di dalam air yaitu :


Vitamin yang larut di dalam air yaitu : vitamin B dan vitamin C.
Vitamin yang tidak larut di dalam air yaitu : vitamin A, D, E dan K atau disingkat
vitamin ADEK.
A. Vitamin yang larut di dalam air
a. Vitamin B1
Vitamin B1 biasa juga disebut dengan thiamin. Vitamin B1 sangat berguna
untuk tubuh. Beberapa fungsi vitamin B1 untuk tubuh di antaranya:
membantu proses oksidasi di dalam tubuh tujuannya adalah untuk
mendapatkan energi. Vitamin B1 bisa didapatkan di dalam roti, daging, kulit
besar, sayuran, dan kacang hijau. Sedangkan efek jika Anda kekurangan
vitamin B1 adalah kulit Anda menjadi kering serta bersisik.

Vitamin B1 merupakan vitamin yang larut dalam air. Dengan demikian


vitamin ini banyak mengalami penurunan pada saat dilakukan persiapan
pengolahan seperti pencucian. Vitamin B1 disebut juga anti neuritis karena
dapat menyembuhkan radang saraf tertentu. Vitamin B1 atau tiamin banyak
terdapat dalam kulit ari butir beras ataupun gandum. Roti putih tidak banyak
mengandung tiamin. Demikian pula beras giling kurang mengandung tiamin.
Tiamin merupakan komponen enzim Tiamin Piro Fosfat (TPP) yang
berperanan dalam metabolisme karbohidrat. Kekurangan tiamin atau TPP
akan mengakibatkan tertimbunnya asam piruvat dalarn sel.
b. Vitamin B2
Vitamin B2 ini berfungsi untuk menjaga keutuhan sistem jaringan syaraf
serta mempercepat perpindahan rangsang sinar ke syaraf mata. Vitamin B2
bisa didapatkan pada hati, susu, telur, dan ragi. Kekurangan vitamin B2 bisa
mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh serta menyebabkan berbagai
macam penyakit, seperti bibir pecah-pecah, sariawan.

Vitamin B2 disebut riboflavin, atau sering pula disebut laktoflavin atau


hepatoflavin, ovoflavin, dan renoflavin sesuai dengan sumber vitamin
tersebut yaitu berasal dari susu, hati, telur maupun ginjal. Riboflavin berasal
dari kata latin flavus yang berarti kuning. Riboflavin bersifat stabil terhadap
pemanasan kecuali pada kondisi alkalis. Riboflavin dapat menglami
kerusakan karena sinar. Riboflavin merupakan komponen Flavin Adenin
Dinukleotida (FAD) dan Flavin Mono Nukieotida (FMN). FAD dan FMN
berperanan pada reaksi oksidasi reduksi pada metabolisme karbohidrat dan
protein.
c. Vitamin B3
Vitamin ini berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk
menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein. Di dalam tubuh,
vitamin B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan
darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa
racun dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini.
Vitamin B3 atau sering disebut juga niacin juga merupakan salah satu
vitamin yang larut dalam air. Istilah niacin meliputi nicotinic acid dan
nicotinamide, dimana merupakan bagian reaktif dari co-enzim NAD dan
NADP. Niacin sebenarnya bukan vitamin murni karena dapat dibentuk di
dalam tubuh dari asam amino tryptophan. Namun demikian, suplai asupan
tryptophan yang cukup diperlukan untuk menjamin tersedianya niacin secara
cukup guna fungsi esensial dalam metabolisme dan untuk memperbaiki
DNA.

Vitamin B3 termasuk salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada
makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging unggas, dan ikan. Akan
tetapi, terdapat beberapa sumber pangan lainnya yang juga mengandung
vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain gandum dan kentang manis.
Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh mengalami kekejangan,
keram otot, gangguan sistem pencernaan, muntah-muntah, dan mual.
d. Vitamin B5
Vitamin B5 dikenal juga dengan sebutan asam pantotenat. Fungsi vitamin ini
untuk tubuh adalah membantu memperlancar metabolisme di dalam tubuh.
Selain itu, vitamin B5 juga bisa memperlancar karbohidrat, protein, dan
lemak di dalam tubuh. Jika seseorang kekurangan vitamin B5, akan
mengakibatkan insomnia, gangguan emosi, mengalami kram. Vitamin B5
bisa didapatkan dengan mengonsumsi susu sayur hijau, daging, hati, ginjal,
dan kacang hijau.

Vitamin B5 (asam pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di


dalam tubuh. Hal ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam
berbagai jenis metabolisme, seperti dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan,
terutama lemak. Peranan lain vitamin ini adalah menjaga komunikasi yang
baik antara sistem saraf pusat dan otak dan memproduksi senyawa asam
lemak, sterol, neurotransmiter, dan hormon tubuh.
Vitamin B5 dapat ditemukan dalam berbagai jenis variasi makanan hewani,
mulai dari daging, susu, ginjal, dan hati hingga makanan nabati, seperti
sayuran hijau dan kacang hijau. Seperti halnya vitamin B1 dan B2, defisiensi
vitamin B5 dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik. Selain itu,
gangguan lain yang akan diderita adalah keram otot serta kesulitan untuk
tidur.
e. Vitamin B6
Vitamin B6 memiliki nama lain yaitu pridoksin. Vitamin ini memiliki fungsi
untuk tubuh, di antaranya mampu membantu proses pencernaan protein serta
resipasi seluler. Jika seseorang kekurangan asupan vitamin B6 dapat
berakibat keram otot, kulit pecah-pecah, insomnia. Vitamin ini bisa diperoleh
dengan mengonsumsi kubis, kentang, telur, dan daging.
Merupakan vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini
berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan tubuh untuk
menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid
dan fosfolipid. Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam metabolisme
nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh.

Vitamin B6 adalah vitamin larut air yang terdiri dari sebuah group dengan
enam komponen terkait: pyridoxal, pyridoxine, pyridoxamine, dan 5′-
phasphates (PLP, PNP, PMP: komponen komponen ini saling berubah dari
satu menjadi lainnya melalui reaksi metabolik). Seperti halnya vitamin B
lainnya, vitamin B6 juga menjadi faktor esensial pada berbagai reaksi
biokimia metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
f. Vitamin B12
Vitamin B12 dikenal juga dengan sebutan kobalamin. Sangat berguna dalam
membantu pembentukan sel darah merah, pembelahan sel, dan sintesis asam.
Seseorang yang kekurangan Vitamin B12 akan mengakibatkan terkena
penyakit anemia dan mudah lelah. Vitamin B12 itu sendiri bisa diperoleh
dengan mengonsumsi makanan seperti susu, daging, ragi, telur, dan hati, atau
makanan-makanan hasil fermentasi.
Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya
khusus diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh
karena itu, vegetarian sering kali mengalami gangguan kesehatan tubuh
akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin ini banyak berperan dalam
metabolisme energi di dalam tubuh.
g. Vitamin C
Vitamin C disebut juga dengan sebutan Asam Askorbat. Vitamin C sangat
berfungsi untuk menurunkan kolesterol, mencegah penyakit kanker,
mencegah penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi, serta mampu untuk
menjaga daya tahan tubuh agar terhindar dari infeksi racun. Vitamin C bisa
didapatkan dengan mengonsumsi buah-buahan sepatu jeruk dan/atau tomat,
serta berbagai jenis sayuran.
Buah jeruk, terkenal atas kandungan vitamin C-nya yang tinggi. Vitamin C
(asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Di
dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen
yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan
jaringan penyokong lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan
alami yang dapat menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar
lingkungan kita.

B. Vitamin yang tidak larut di dalam air


a. Vitamin A
Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang
berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di
malam hari, dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina.
Selain itu, vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit
dan imunitas tubuh. Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh paparan panas,
cahaya matahari, dan udara. Sumber makanan yang banyak mengandung
vitamin A, antara lain susu, ikan, sayur-sayuran (terutama yang berwarna hijau
dan kuning), dan juga buah-buahan (terutama yang berwarna merah dan
kuning, seperti cabai merah, wortel, pisang, dan pepaya).
Apabila terjadi defisiensi vitamin A, penderita akan mengalami rabun senja
dan katarak. Selain itu, penderita defisiensi vitamin A ini juga dapat
mengalami infeksi saluran pernafasan, menurunnya daya tahan tubuh, dan
kondisi kulit yang kurang sehat. Kelebihan asupan vitamin A dapat
menyebabkan keracunan pada tubuh. Penyakit yang dapat ditimbulkan antara
lain pusing-pusing, kerontokan rambut, kulit kering bersisik, dan pingsan.

Molekul vitamin A berisi atom karbon dan hidrogen yang berikatan dengan
gugus hidroksil (OH) menjadi struktur yang kompleks. Stuktur yang demikian
ini menyebabkan vitamin disebut sebagai retinol. Komposisi retinol haya
tedapat dalam bahan pangan hewani, sedangkan dalam pangan nabati terdaat
zat warna karotenoid. Senyawa karoten akan dirubah menjadi vitamin A dalam
usus halus. Struktur kimiawi beta karoten serupa dengan dua molekul retinol.
b. Vitamin D
Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan
pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya,
seperti keju. Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini
adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu metabolisme kalsium dan
mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D saat terkena
cahaya matahari (sinar ultraviolet).
Bila kadar vitamin D rendah maka tubuh akan mengalami pertumbuhan kaki
yang tidak normal, dimana betis kaki akan membentuk huruf O dan X. Di
samping itu, gigi akan mudah mengalami kerusakan dan otot pun akan
mengalami kekejangan. Penyakit lainnya adalah osteomalasia, yaitu hilangnya
unsur kalsium dan fosfor secara berlebihan di dalam tulang

Vitamin D bersifat larut dalam lemak dan tidak larut dalam air. Vitamin D
banyak ditemukan dalam minyak hati ikan. Ada dua macam vitamin D, yaitu
vitamin D3 atau kholekalsiferol, terdapat dalam minyak hati ikan, sangat
cocok untuk anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Vitamin D2 atau
kalsiferol berasal dari ergosterol yang telah mengalami radiasi oleh sinar
ultraviolet.
c. Vitamin E
Struktur molekul vitamin E. Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan
berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah
merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru
manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di
dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami.
Vitamin E banyak ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak
tumbuh-tumbuhan. Walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit,
kekurangan vitamin E dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang fatal bagi
tubuh, antara lain kemandulan baik bagi pria maupun wanita. Selain itu, saraf
dan otot akan mengalami gangguan yang berkepanjangan.
Vitamin E diketahui sebagai zat gizi esensiel yaitu setelah dilakukan
percobaan dengan tikus. Kekurangan vitamin E mengakibatkan kemandulan
pada tikus jantan sedangkan pada tikus betina terjadi keguguran pada saat
bunting. Zat gizi esensiel tersebut dikenal sebagai tokoferol atau vitamin E.
Ada empat macam tokoferol yaitu alpha, beta, gamma, dan delta tokoferol.
d. Vitamin K
Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang
baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada
pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka
atau pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim
untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena
itu, kita perlu banyak mengkonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar
yang merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di
dalam tubuh.

Vitamin K disebut juga dengan phylloquinone, merupakan salah satu vitamin


larut dalam lemak yang diperlukan untuk penutupan luka dan sangat penting
untuk menghentikan darah terus keluar saat terluka. Vitamin K juga terlibat
dalam metabolisme protein tulang dan diperlukan untuk pertumbuhan tulang
pada anak-anak dan remaja.

B). Jelaskan reaksi kualitatif dan kuantitatif dari vitamin C, vitamin B1, dan
vitamin B6 !

Jawab:
1. Analisis kualitatif Vitamin C
Analisis kualitatif dari vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya yaitu titrasi asam basa dan dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi
benedict. Cara kerja dari metode ini yaitu:
1. Titrasi Asam Basa
Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memasukkan sampel ke dalam
tabung reaksi sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan 2 tetes NaOH 10% dan 2
mL larutan FeSO4 5%. Kemudian dicampurkan hingga rata kemudian mengamati
perubahan yang terjadi. Uji positif timbul warna kuning.
2. Menggunakan pereaksi benedict
Ekstrak buah jambu biji merah dan filtrat dimasukkan dimasukkan kedalam
tabung reaksi menggunakan pipet sebanyak 5 tetes. Kemudian ditambah 15 tetes
pereaksi benedict dan dipanaskan diatas api kecil sampai mendidih selama 2
menit. Adanya perubahan warna hijau kekuningan menandakan adanya vitamin C
pada sampel.
Analisis kuantitatif vitamin C
Analisis kuantitatif dari vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa metode,
diantaranya:
1. Metode iodimetri
Dasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat. Metode iodometri
(titrasi langsung dengan larutan baku 0,1 N) dapat digunakan terhadap asam
askorbat murni atau larutannya. Prosedur penetapan kadar vitamin C secara
iodometri: Sekitar 400 mg asam askorbat yang ditimbang seksama dilarutkan
dalam campuran yang terdiri atas 100 mL air bebas oksigen dan 25 mL asam
sulfat encer. Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji
sampai terbentuk warna biru.
2. Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP)
Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP) ini berdasarkan atas sifat mereduksi
asam askorbat terhadap zat warna 2,6-diklorofenolindofenol membentuk larutan
yang tidak berwarna. Pada titik akhir titrasi, kelebihan zat warna yang tidak
tereduksi akan berwarna merah muda dalam larutan asam. Metode ini tidak
spesifik karena beberapa senyawa mereduksi lainnya dapat mengganggu
penetapan. Senyawa pengganggu tersebut adalah senyawa sulfhidril, tiosulfat,
riboflavin dll.
3. Metode kolorimetri 4-metoksi-2-nitroanilin
Sebanyak 2 mL pereaksi 4-metoksi-2-nitroanilin ditambah 2 mL natrium nitrit
0,2% diaduk hingga warna jingga hilang lalu ditambah 75 mL n-butil alcohol
dan dicampur. Larutan ini selanjutnya ditambah 0,5-2mg asam askorbat 0,5%
dan dipindahkan ke dalam corong pemisah. Selanjutnya larutan ditambah 25 mL
natrium hidroksida 10% dan 150 mL dietil eter. Lapisan organic dicuci tiga kali
dengan 15 mL natrium hidroksida 10%. Lapisan air dan cairan hasil cucian
dengan air diencerkan dengan air hingga 200 mL. absorbansi larutan diukur
terhadap blangko pada 570 nm.
4. Metode spektrofotometri
Asam askorbat dalam larutan air netral menunjukkan absorbansi maksimum
pada 264 nm. Panjang gelombang maksimum ini akan bergeser oleh adanya
asam mineral. Asam askorbat dalam asam sulfat 0,01 N memiliki panjang
gelombang maksimal 245 nm..
5. Metode spektrofluorometri
Metode ini digunakan untuk analisis kuantitatif vitamin C yang linier pada
kisaran konsentrasi asam askorbat 9,0 x 10-8sampai 3,6 x 10-8. Suatu hubungan
linier diperoleh antara penurunan intensitas fluoroensi MB dan konsentrasi AA
pada kisaran 3,0 x 10-7 sampai 6,0 x 10-6 . batas deteksi metode ini 2,5 x 10-
7 m. metode ini telah sukses digunakan untuk menetapkan kadar vitamin C
dalam tablet suplemen vitamin.
6. Metode kromatografi
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) telah dikembangkan untuk
penentuan asam askorbat dalam minimum ringan dan jus apel menggunakan tris
2,2-bipiridin ruthenium II. Sampel disaring dan diencerkan sebelum dilakukan
analisis dengan KCKT dan tidak ada pra-perlakuan lain yang dilakukan.
Pemisajhan asam askorbat menggunakan kolom oktadesil silan (ODS, C18)
menggunakan fase gerak larutan buffer NaH2PO4-K2HPO4 (pH 6,5). Aliran
fase gerak 0,3 mL/menit. Asam askorbat yang terelusi dicampur dengan
(Ru(bpy)32+ 0,5 mM dan diosidasi pada 1,5 V (dengan elektroda Ag/AgCl).

Analisis Kualitatif Vitamin B1

Dalam bidang farmasi khususnya kimia atau analisis farmasi sering dilakukan
analisis sediaan farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis kualitatif yang dilakukan seperti identifikasi organoleptis. Analisis ini
bertujuan untuk menyelidiki dan mengetahui adanya kandungan vitamin B1 atau tiamin
HCl yang terdapat dalam sampel uji.
Untuk mengidentifikasi tiamin HCl yaitu dengan larutan sampel dipijarkan
menggunakan kawat ose, reaksi spesifik. Lalu dengan larutan sampel ditambahkan larutan
cuprifil (2 tetes NaOH dan 2 tetes HCl tambah 1 tetes CuSO4) maka larutan akan berubah
menjadi hijau kebiruan. Ditambahkan NaOH akan menghasilkan larutan berwarna
kuning, selanjutnya ditambahkan KMNO4 sebagai reduktor kuat untuk mereduksikan
larutan sampel yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau. Larutan
sampel ditambahkan larutan raksa (II) klorida P membentuk endapan putih. Larutan
sampel ditambahkan larutan iodium P membentuk endapan coklat merah. Larutan sampel
ditambahkan larutan kalium tetraiodohidrargirat. (II) P dan dengan larutan trinitrofenol P
membentuk endapan.

Analisis Kuantitatif Vitamin B1

Thiamin HCl dapat ditetapkan kadarnya dengan berbagai metode yang


pemilihannya tergantung pada bentuk sediaan dan effektrifitasnya. Metode yang
digunakan yaitu:
a) Metode Argentometri
Dasar titrasi argentometri adalah reaksi pengendapan (presipitasi) dimana zat
yang hendak ditentukan kadarnya diendapkan oleh larutan baku AgNO3.
Klorida pada tiamin HCl dapat ditetapkan secara argentometri. Dengan
penambahan AgNO3 maka ion klorida akan mengendap sebagai AgCl2.
Jumlah AgNO3 akan setara dengan jumlah CL- dengan demikian setara juga
dengan jumlah tiamin HCl.
Prinsip : berdasarkan metode Volhard yang suasananya harus asam sebab jika
dalam suasana basa maka akan terjadi reaksi antara perak nitrat dengan basa
membentuk Ag (OH) yang pada tahap selanjutnya akan membentuk endapan
putih Ag2O akibatnya perak nitrat tidak hanya bereaksi dengan sampel tetapi
juga bereaksi dengan basa.
b) Metode Alkalimetri
Hidroklorida pada tiamin HCl dapat dititrasi dengan NaOH 0,1N dengan
menggunakan indikator brom timol biru.
Prinsip : Dengan adanya hidroklorida dalam tiamin hidroklorida dapat
dititrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N menggunakan indikator brom timol
blue. Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya warna biru muda
c) Metode Spektrofotometri UV
Metode spektofotometri UV digunakan karena penetapan kadar dapat
dilakukan dengan cepat dan mudah. pemilihan metode spektrofotometri UV
ialah struktur kimia Thiamin HCl yang memiliki ikatan rangkap konjugasi
yang cukup untuk menyerap radiasi pada λ di daerah sinar UV (200-380 nm),
di samping itu thiamin HCl memiliki gugus auksokrom yang dapat
meningkatkan intensitas serapan
Prinsip : Thiamin HCl memberikan serapan pada daerah UV yang tergantung
pH larutan. pH yang digunakan adalah pH 2 atau 7.
d) Metode Gravimetri
Tiamin dalam tablet dan dalam injeksi dapat ditetapkan secara gravimetri
dengan mengendapkan larutan tiamin dengan asam silikowolframat (Sudjadi,
dan Rohman,2004; Hashmi, 1979).
Prinsip : terjadinya reaksi antara larutan asam silikowolframat
[ H4(W12SiO40) ] dengan thiamin membentuk endapan yang tidak larut,
kemudian dikeringkan dan ditimbang untuk penetapan kadar vitamin B1
secara gravimetric.
e) KCKT ( Kromatografi Cair Kinerja Tinggi )
KCKT yang dalam bahasa inggrisnya disebut HPLC adalah suatu
sistem kromatografi yang fase geraknya dialirkan dengan cepat dengan
bantuan tekanan dan pompa dan hasilnya dideteksi dengan suatu instrumen.
Jenis HPLC yang digunakan adalah kromatografi partisi terbalik (Tjandrawati,
2003).
Metode HPLC bekerja dengan cara memisahkan campuran menjadi
komponen-komponen penyusunnya. Setelah itu, dilakukan analisis kualitatif
dan kuantitatif untuk mengetahui jenis senyawa penyusun campuran dan
kadarnya (Rubianto, 1999).
HPLC dikenal sebagai prosedur analisa antioksidan yang paling mudah
dan paling efisien. Teknik ini lebih spesifik untuk menentukan konsentrasi
senyawa antioksidan dibandingkan dengan cara tradisional. Metode HPLC
juga lebih cepat dalam menentukan turunan senyawa yang dibutuhkan
dibandingkan dengan teknik GLC. Kelebihan HPLC adalah mampu
menentukan semua tingkat antioksidan dalam single chromatogram. Semua
senyawa polar hingga nonpolar dapat ditentukan dengan menggunakan teknik
gradien elusi. Deteksi yang paling umum digunakan adalah absorpsi UV pada
gelombang 280 nm, pengukuran emisi fluoresensi pada 315 nm, dan deteksi
amperiometer. Deteksi amperiometer mampu menangkap sensivitas dan
spesifisitas antioksidan fenol (Macrae, 1988).
Prinsip : Thiamin dilarutkan dalam larutan buffer posfat PH 4,5. Pemisahan
terhadap thiamin dilakukan dengan menginjeksikan larutan contoh pada HPLC
menggunakan kolom fase terikat C18. Fase gerak campuran buffer posfat
methanl (55 : 45), secara isokratik dengan kecepatan alir 0,5 m/menit.
Detector yang digunakan adalah jenis UV-VIS pada panjang gelombang 254
nm. Dengan membandingkan area contoh terhadap standar, maka kadar
thiamin dapat diketahui.
Identifikasi vitamin B6

Di alam vitamin B6 terdiri atas tiga senyawa yaitu pirodoksin, pirodoksal dan pirodoksamin.
Ketiga bentuk vitamin B6 terdapat dalam hewan maupun tumbuhan, terutama pada beras dan
gandum.

Pirodoksin stabil terhadap pemanasan, alkali dan asam. Pirodoksal dan pirodoksamin mudah
rusak oleh pemanasan, udara dan cahaya. Dari ketiga bentuk vitamin B 6 hanya pirodoksin
yang paling tahan terhadap pengaruh pengolahan dan penyimpanan. Identifikasi vitamin A
ada dua macam prosedur pengujian

Prosedur Pengujian Identifikasi Vitamin B6

Prosedur A:

1. Masukkan 5 tetes larutan yang diuji (misalnya pirodoksin 1%) ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2 tetes larutan CuSO4 2% dan 10 tetes NaOH 3 N
3. Amati perubahan yang terjadi

(Jika terbentuk warna biru-ungu berarti positif mengandung vitamin B6 )

Prosedur B:

1. Masukkan 5 tetes larutan yang diuji (misalnya pirodoksin 1%) ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3
3. Amati perubahan yang terjadi

(Jika terbentuk warna jingga sampai merah tua berarti mengandung vitamin B6 )
C). Jelaskan metode-metode kuantitatif untuk analisis vitamin C, minimal 5 metode !
Jelaskan dengan lengkap

Jawab:
1. Metode iodimetri
Dasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat. Metode iodometri
(titrasi langsung dengan larutan baku 0,1 N) dapat digunakan terhadap asam
askorbat murni atau larutannya. Prosedur penetapan kadar vitamin C secara
iodometri: Sekitar 400 mg asam askorbat yang ditimbang seksama dilarutkan
dalam campuran yang terdiri atas 100 mL air bebas oksigen dan 25 mL asam
sulfat encer. Larutan dititrasi dengan iodium 0,1 N menggunakan indikator kanji
sampai terbentuk warna biru.
2. Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP)
Metode 2,6-diklorofenolindofenol (DCIP) ini berdasarkan atas sifat mereduksi
asam askorbat terhadap zat warna 2,6-diklorofenolindofenol membentuk larutan
yang tidak berwarna. Pada titik akhir titrasi, kelebihan zat warna yang tidak
tereduksi akan berwarna merah muda dalam larutan asam. Metode ini tidak
spesifik karena beberapa senyawa mereduksi lainnya dapat mengganggu
penetapan. Senyawa pengganggu tersebut adalah senyawa sulfhidril, tiosulfat,
riboflavin dll.
3. Metode kolorimetri 4-metoksi-2-nitroanilin
Sebanyak 2 mL pereaksi 4-metoksi-2-nitroanilin ditambah 2 mL natrium nitrit
0,2% diaduk hingga warna jingga hilang lalu ditambah 75 mL n-butil alcohol
dan dicampur. Larutan ini selanjutnya ditambah 0,5-2mg asam askorbat 0,5%
dan dipindahkan ke dalam corong pemisah. Selanjutnya larutan ditambah 25 mL
natrium hidroksida 10% dan 150 mL dietil eter. Lapisan organic dicuci tiga kali
dengan 15 mL natrium hidroksida 10%. Lapisan air dan cairan hasil cucian
dengan air diencerkan dengan air hingga 200 mL. absorbansi larutan diukur
terhadap blangko pada 570 nm.
4. Metode spektrofotometri
Asam askorbat dalam larutan air netral menunjukkan absorbansi maksimum
pada 264 nm. Panjang gelombang maksimum ini akan bergeser oleh adanya
asam mineral. Asam askorbat dalam asam sulfat 0,01 N memiliki panjang
gelombang maksimal 245 nm..
5. Metode spektrofluorometri
Metode ini digunakan untuk analisis kuantitatif vitamin C yang linier pada
kisaran konsentrasi asam askorbat 9,0 x 10-8sampai 3,6 x 10-8. Suatu hubungan
linier diperoleh antara penurunan intensitas fluoroensi MB dan konsentrasi AA
pada kisaran 3,0 x 10-7 sampai 6,0 x 10-6 . batas deteksi metode ini 2,5 x 10-
7 m. metode ini telah sukses digunakan untuk menetapkan kadar vitamin C
dalam tablet suplemen vitamin.
6. Metode kromatografi
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) telah dikembangkan untuk
penentuan asam askorbat dalam minimum ringan dan jus apel menggunakan tris
2,2-bipiridin ruthenium II. Sampel disaring dan diencerkan sebelum dilakukan
analisis dengan KCKT dan tidak ada pra-perlakuan lain yang dilakukan.
Pemisajhan asam askorbat menggunakan kolom oktadesil silan (ODS, C18)
menggunakan fase gerak larutan buffer NaH2PO4-K2HPO4 (pH 6,5). Aliran
fase gerak 0,3 mL/menit. Asam askorbat yang terelusi dicampur dengan
(Ru(bpy)32+ 0,5 mM dan diosidasi pada 1,5 V (dengan elektroda Ag/AgCl).

D). Jelaskan cara analisis farmasi untuk obat infus NaCl meliputi analisis kualitatif
dan kuantitatifnya !

Jawab:
Titrasi Argentometri

Titrasi argentometri adalah titrasi yang berhubungan dengan pembentukan


endapan garam yang sukar larut baik titran maupun titrat. Hasil dari titrasi argentometri
adalah mencapai keseimbangan pembentukan setiap titran bereaksi dengan titrat, tidak
ada hambatan saat titrasi dan titik akhir titrasi mudah diamati. Salah satu alasan
menggunakan titrasi argentometri karena titratnya termasuk golongan halida sehingga
perlu endapan sebagai hasil titrasi. Suasana pada titrat dalam bentuk netral dimana
larutan bakunya adalah perak nitrat dan indikator yang digunakan adalah larutan kalium
kromat ( Santoso dan Tri, 2017 ).
Dalam menganalisa kadar klorida dapat menggunakan titrasi argentometri
dengan metode mohr. Kegunaan metode mohr adalah untuk menentukan kadar klorida
pada sampel dalam suasana netral dengan pH 6,5-9,0. Apabila ion klorida telah
bereaksi dengan ion perak sehingga membentuk endapan, maka ion kromat akan
bereaksi membentuk endapan perak kromat berwarna cokelat atau warna merah bata
sebagai titik akhir titrasi ( Wulandari, 2017 ).
Salah satu kriteria pH larutan dalam melakukan titrasi yaitu pHnya harus netral atau
basa lemah. Apabila dalam keadaan asam, maka konsentrasi ion CrO 42- akan berkurang.
Apabila dalam keadaan basa, maka akan timbul endapan peroksida. Pada saat titrasi
disarankan aduklah yang kuat dan cepat agar Ag + tidak teroksidasi menjadi AgO yang
menyebabkan titik akhir titrasi tidak tercapai ( Yusmita,2017 )

Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Diambil sampel infus sebanyak 10 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL.
2. Dilakukan pengenceran sebanyak 20 kali, yaitu dengan ditambahkan 190 mL kedalam
labu ukur 250 mL tadi.
3. Diambil alikuot sebanyak 22 mL kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250
mL.
4. Ditambahkan indikator kalium kromat 5% sebanyak 2 tetes.
5. Dititrasi dengan larutan perak nitrat 0,01 N sampai terbentuk endapan oranye.
6. Dicatat volume titrasi, lalu dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali.

Anda mungkin juga menyukai