Anda di halaman 1dari 22

IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN SULFONAMIDA, ANTIBIOTIK, VITAMIN DAN HORMON

Senyawa golongan Sulfonamida


Sulfonamida adalah obat antimikroba derivat para-aminobenzensulfonamid (sulfanilamid) yang digunakan secara sistemik
maupun topikal untuk mengobati dan mencegah beberapa penyakit infeksi. Sebelum ditemukan antibiotik sulfonomida
merupakan kemoterapeutik yang utama.
Penggunaan sulfonamida kemudian terdesak oleh karena adanya antibiotik.Pertengahan tahun 1970 penemuan kegunaan sedian
kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan sulfonamida untuk pengobatan penyakit infeksi
tertentu. Selain sebagai kemoterapeutik, senyawa senyawa sulfonamida juga digunakan sebagai diuretika dan antidiabetik 0ral.

Struktur Kimia Sulfonamida


Berbagai variasi radikal R pada gugus amida (-SO2NHR) dan substitusi gugus amino (NH2)
menyebabkan menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia dan daya antibaktreri sulfonamida

Sifat umum Sulfonamida


-- Sulfonamida bersifat amfoter, artinya dapat membentuk garam dengan asam maupun dengan basa.
-- Daya larutnya dalam air sangat kecil, garam alkalinya lebih baik walaupun larutan ini tidak stabil karena mudah terurai.
-- Sulfonamida berbentuk Kristal putih yang umumnya sukar larut dalam air, tetapi garam natriumnya mudah larut.
Pemakaian Sulfonamida :
-- Kemoterapeutikum : Sulfadiazin, Sulfathiazol, Sulfametoksazol.
-- Antidiabetikum : Nadisa, Restinon, dll.
-- Desinfektan saluran kemih : Thidiour
-- Diuretikum : Diamox
Reaksi umum Sulfonamida
1. Reaksi elementer terhadap C, N, S : positif
2. Reaksi terhadap gugus-gugus amin : reaksi diazotasi, reaksi dengan p-DAB–HCl, reaksi korek api, dan reaksi indophenol.
Positif untuk amin-amin bebas.
3. Reaksi terhadap gugus sulfon :
Zat + H2O2 30% + 1 tetes FeCl3 + HNO3 dan BaCl2 atau Barium Nitrat → endapan BaSO4 putih (BaSO4 sukar larut,
bahkan dalam aqua regia).
4. Reaksi furfural : terhadap gugus amin bebas
1 tetes pereaksi ( furfural 2% dalam asam asetat glasial ) + zat akan memberi warna merah tua segerah berubah menjadi ungu.
Semua sulfa memberikan hasil positif, kecuali sulfasuksidin, pthalazol, septazin.
5. Reaksi Vanilin : Huckhal dan Turftiti
Terhadap derivat metil piridin, diatas kaca arloji atau objek : 1 tetes H2SO4 + beberapa kristal vanilin, tambahkan zat uji,
panaskan diatas nyala api kecil terbentuk warna kuning atau hijau muda.
Kecuali : Sulfamerazin Na : merah tua, Sulfamezathin Na : merah tua.
6. Reaksi korek api
Zat + HCl encer lalu kedalamnya dicelupkan korek api, maka timbul warna jingga sampai jingga kuning. Asam sulfanilat : kuning
7. Reaksi Diazotasi : untuk amin aromatik primer
Zat + 2 tetes HCl 2 N + 1 ml air + NaOH/NaNO2 dan teteskan larutan 0,1 g beta-naftol dalam 2 ml NaOH, endapan jingga
kemudian merah darah. Negatif : sulfasuksidin, thalazol, septazin
8. Reaksi Erlich dengan p-DAB-HCl : reaksi yang umum dengan amin aromatik.
Pereaksi : 1 gram p-DAB, 10 ml HCl, tambahkan aquades hingga 100 ml.
Cara : Zat padat pada plat tetes + 2 tetes pereaksi ----->kuning jingga, Kuning sitrun = Sulfametazin, Sulfadiazin, Sulfamerazin.
Kuning = Elkosin ; Kuning tua = Thazalol, Sulfanilamid; Jingga = Sulfaguanidin
9. Reaksi dengan CuSO4
Larutan CuSO4 encer dalam air
Reaksi ini untuk sulfa yang heterosiklik dalam NaOH dengan CuSO4 → endapan dan warna
Cara : Zat dalam tabung reaksi + 2 ml air dipanaskan sampai mendidih + NaOH 2 tetes dan CuSO4, setelah dingin + 1 tetes HCl
encer sampai netral atau asam lemah lihat warna yang terjadi.Hijau = Elkosin, Globuoid, Eucacil, Sulfapyridin; Ungu = Sulfadiazin,
Sulfasuksidin, Sulfatiazol ; Putih = Irgafen, Sulfanalamid.
10. Reaksi Indophenol Khusus untuk Sulfa gugus amin aromatik dengan tempat para yang kosong.
Cara : Panaskan zat 100 mg dalam tabung reaksi + 2 cc air sampai mendidih lalu segera + 2 tetes NaOH dan 2 ml kaporit + 1
tetes fenol liquafectum segera. Amati perubahan warna yang terjadi.
Sulfaddiazin = Merah rosa ; Elkosin =Coklat; Sulfaguanidin = kuning; Sulfamerazin = Merah rosa ;Sulfametazin = merah rosa
Sulfanilamid = biru ; Sulfapyridin = coklat ; Sulfasuksidin = kuning lemah ; Sulfa thiazol = kuning jingga
11. Reaksi Roux
Pereaksi : Na Nitroprusida 10 ml, aquadest 100 ml, NaOH 2 ml, dan KMnO4 5 ml.
Na-Nitroprusid dilarutkan dalam air lalu tambahkan NaOH kemudian tambahkan KMnO4, terjadi endapan. Saring ke dalam
botol berwarna coklat.
Cara : Zat padat diletakkan diatas plat tetes lalu + 1 tts pereaksi lalu diaduk dengan batang pengaduk. Dilihat perubahan
warna yang terjadi.
Sulfapyridin = ungu ; Elkosin = ungu coklat-ungu; Sulfasuksidin = hijau kuning ;Sulfadiazin = ungu-hijau biru ; sulfathiazol =
hijau kining ; Sulfaquanidin = ungu-coklat ; Sulfatiooreum = merah biru ; Sulfamezatinus = ungu – hijau tua
12. Pirolisa
Semua sulfida bila dipanaskan diatas titik leburnya akan terurai dan timbul warna dari residu. Prinsip: dengan api kecil.
Perubahan warna
Sulfadiazin = jingga ; Sulfaguanidin = ungu ; Sulfanalamid = ungu ; Sulfatiazol =coklat merah
13. Sublimasi, Untuk beberapa sulfa yakni: Sulfadiazin, Sulfamerazin, Sulfamezatin, Elkosin.
14. Reaksi Kristal
– Aseton – air – Dragendorf – Bouchardat – Asam pikrat 1 % dalam air – Asam pikrolon
– Mayer – Fe kompleks – Cu kompleks – p-DAB-HCl
Identifikasi senyawa Sulfonamida
a. Organonoleptis
b. Reaksi terhadap gugus-gugus amin : -- Reaksi diazotasi
-- Reaksi dengan p-DAB–HCl dan reaksi korek api
-- Reaksi indophenol.
c. Koniferil alkohol (reaksi untuk amin aromatik primer)
Reagen : Panaskan 0,1 g koniferil alkohol sampai melebur (T.L. 74oC) larutkan dalam 3 mL etanol dan diencerkan dengan etanol
sampai 10 mL.
Cara : Teteskan larutan sampel pada kertas saring, tambahkan 1 tetes reagen dan diberi uap HCl.
Terbentuk warna jingga, mengindikasikan adanya amin aromatik primer yang terikat secara langsung pada cincin benzen.
d. Tembaga sulfat
Cara : Larutkan sampel dalam 0,1 M NaOH dan tambahkan 1% (b/v) larutan tembaga sulfat sampai larutan berubah sempurna.
Terbentuk warna hijau, biru atau cokelat mengindikasikan adanya sulfonamida.
e. Tes Koppanyi–Zwikker
Larutan 1% (b/v) kobalt nitrat dalam etanol.
Cara : Larurkan sampel dalam 1 mL etanol, tambahkan 1 tetes reagen diikuti dengan 10 mikro liter larutan pirolidin dan campuran
diaduk. Warna ungu diberikan oleh senyawa yang mengandung struktur berikut:
Imida, dimana C=O dan NH terikat dalam cincin (misalnya barbiturat, glutetimida, oksipenisatin, dan sakarin)
struktur sulfadiazin dan sulfadimetoksin memberikan warna pink atau merah-violet.
f. Merkuri nitrat
Reagen : Untuk menjenuhkan larutan merkuri nitrat, tambahkan serbuk natrium bikarbonat sampai menghasilkan gas dan
endapan terbentuk berwarna kuning. Endapan kemudian berubah warna menjadi cokelat muda. Reagen harus dibuat segar,
kocok sebelum digunakan dan jangan disimpan melebihi 1 jam.
Cara : Larutkan sampel dalam etanol, tambahkan 1 tetes reagen yang keruh, kocok dan amati selama 2 menit. Blanko negatif yang
hanya mengandung etanol dan reagen harus disertai.
Warna abu-abu gelap atau hitam mengindikasikan adanya cincin imida atau sulfonamida dengan cincin tambahan. Kecepatan dan
intensitas reaksi bervariasi antar senyawa. Intensitas reaksi imida berikut menurun dengan urutan: barbiturat,bemegrid,fenitoin>
beneperidol,sikloserin,pimozid > glutetimida,oksifensatin >sakarin, sulfinpirazon.
Dalam hal sulfonamida: suksinil sulfatiazol, sulfamoksol, sulfanilamida, sulfasomidin, dan sulfatiazol. Klorpropamid dan
tolbutamid memberikan respon lemah.
g. Sublimasi
h. Reaksi Kristal, Aseton air

Contoh Sulfonamida

Sulfametoksazol
SENYAWA GOLONGAN ANTIBIOTIK
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme. Pada awalnya antibiotika diisolasi dari mikroorganisme, dan dalam
perkembangannya antibiotika kemudian diproduksi massal melalui sintesa kimia.
Dalam dunia farmasi, sediaan antibiotika banyak digunakan sebagai terapi untuk berbagai penyakit infeksi, baik yang disebabkan
oleh bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif.
Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimianya yaitu :
a. Antibiotika β lactam, turunan Penisilin dan Sefalosporin Contoh : Benzylpenisillin, Cloxasillin, Methicillin, Oxacillin, Ampicillin,
Amoxacillin, Sefalexin dll
b. Aminoglikosida, contoh : Streptomisin, Kanamisin, Neomisin, Gentamisin dll
c. Tetrasiklin, contoh : Tetrasiklin, Oksitetrasiklin, Klortetrasiklin dll
d. Polipeptida, contoh : Polimiksin, Vankomisin dll
e. Makrolida, contoh : Eritromisin, Roksitromisin, Klaritromisin, Azitromisin dll
f. Linkomisin, contoh : Linkomisin dll
g. Lain-lain, contoh : Kloramfenikol, Rifampisin dll
Reaksi Identifikasi Antibiotik
1. Test organoleptis:
Bau : bau yang khas, contoh : turunan penisilin (Ampisilin), Warna : kuning (tertracyclin), merah (rifampisin). Rasa : umumnya
pahit, sangat pahit: kloramfenikol.
2. Pirolisa : bau khas penisilin
3. Reaksi warna dengan asam sulfat pekat; asam nitrat pekat.
4. Reaksi azo: untuk senyawa yang mengandung gugus alcohol (mis: streptomisin, kanamisin, dll) dan gugus fenol (mis: turunan
tetrasiklin).
5. Dengan FeCl3: untuk senayawa yang mengandung gugus fenol (mis: turunan tetrasiklin).
6. Reaksi Marquis, Frohde, Madelin: untuk senyawa yang mengandung cincin aromatis atau senyawa nitrogen.
7. Reaksi dengan asam sulfat pekat; asam nitrat pekat .
8. Reaksi Fehling : untuk senyawa – senyawa mereduksi (Streptomisin)
9. Reaksi Sakaguchi: untuk senyawa yang mengandung gugus guanidine (Streptomisin)
Cara : zat + air 2 ml + 2 tetes ml larutan NaOH 10% + 5 tetes Alpha naphtol (1% dalam alkohol) Tambahkan 5 tetes sodium
hipoclorit atau sodium hipobromit. Amati perubahan warna yang terjadi.
10.Reaksi Kristal aseton air.

AMPISILLIN
1. Organoleptis
Bentuk bubuk halus, Warna agak kuning, Rasa Pahit, berbau agak keras amis dibanding amoxcilin, larut air
2. Reaksi warna
a. Zat + HNO3 pkt → Ungu
b. Zat + Diazo A+B + NaOH → kuning merah rosa
c. Zat + H2SO4 + K2Cr2O7 → hijau lumut, kuning
3. Reaksi Kristal : Zat + Aseton air → Kristal berbentuk tombak pedang
4. Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Ampisillin BPFI .

CHLORAMPHENICOL
1. Organoleptis
Bentuk hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih kelabu atau putih Kekuningan; Larutan
praktis netral terhadap lakmus P; stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.
2. Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol, dalam aseton dan dalam etil asetat.
3. Zat + 2 tetes CaCl2 10% + beberapa tetes serbuk Zn panaskan 2 menit dan dinginkan 1-10 menit + 2 tetes α Napthalamine
dalam asetat di panaskan lagi 2 menit akan terbentuk warna ungu
4. Zat + 3 tetes NaOH 40% + piridin kemudian panaskan akan membentuk lapisan priding berwarna merah dan lapisan air kuning.
5. Zat + 5tetes Cu(NH3)2(NO3)2 diamkan kemudian panakan 2 menit menghasilkan warna Coklat abu-abu
6. Zat di reduksi dengan Zn + HCl, panaskan + NaNO2 10% dikocok + Ureum + Naphtol dalam NaOH maka terbentuk warna merah
intensif
7. Zat + H2SO4 pkt + K2Cr2O7 menghasilakn warna coklat jingga, hijau coklat kekuningan
8. Zat + FeCl3 akan terbentuk warna ungu hitam
9. Reaksi Kristal : Zat + Alkohol lalu di keringkan
Zat + aseton air terlihat jarum panjang dibawah mikroskop
10. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada panjang
gelombang yang sama seperti pada Kloramfenikol BPFI.
TETRACYCLIN

1. Organoleptis
Serbuk hablur putih kuning, Rasa pahit Stabil diudara bila kena cahaya matahari menjadi gelap
2. Kelarutan dalam air 1: 10 bersifat amfoter Kelarutan dalam spiritus 1: 100, dalam air mudah terhidrolisa
3. Zat + H2SO4 → merah violet, setelah 5 menit berubah menjadi kuning dan bila + FeCl3 → merah coklat
4. Zat direduksi dengan Zn + HCl lalu di panaskan terbentuk selaput setelah itu dipanaskan terus dengan K2Cr2O7→ endapan
kuning yang larut dalam air
5. Zat + Frohde → coklat bintik hitam
6. Zat + HNO3 pkt → merah jingga
7. Zat + Marquis → hijau lumut, hitam pekat, jingga
8. Zat + Daizo A + diazo B + NaOH → merah, coklat kehitaman
9. Zat + H2SO4 + NaNO3 → gelembung, coklat tua kehitaman
10. Zat + fehling A dan B → Hijau kekuningan
SENYAWA GOLONGAN VITAMIN
Vitamin merupakan senyawa essensial yang diperlukan oleh tubuh, senyawa senyawa ini tidak dapat diproduksi dalam
tubuh manusia sama sekali atau dalam jumlah yang tidak mencukupi pada kondisi normal, oleh sebab itu perlu asupan dari luar.
Umumnya tumbuhan adalah sumber vitamin dalam diet makanan kita, karena vitamin disintesa, baik langsung maupun
tidak langsung, pada tumbuhan. Pengecualian adalah vitamin D yang dapat diproduksi oleh tubuh dalam jumlah cukup dengan
bantuan sinar matahari.
Vitamin dikelompokkan menjadi 2 kelas :
1. Vitamim larut dalam air (water soluble vitamin).
2. Vitamin larut dalam minyak (fat soluble vitamin).

1. Vitamin larut dalam air


Vitamin kelas ini dalam sistem biologis ditemukan pada lingkungan berair (aqueous) dalam sel. Umumnya vitamin-vitamin ini,
kecuali vitamin B12, tidak disimpan dalam tubuh. Vitamin ini yang masuk ke dalam tubuh menuju ke dan menempati cairan intra
dan ekstraselular dan kemudian keluar dari tubuh dengan mudah melalui urine.
Contoh : Vitamin B1, Vitamin B2, Asam Nikotinat, Vitamin B5, Vitamin B6, Vitamin B7(Biotin), Asam Folat, Vitamin B12, Vitamin C.
2. Vitamin yang larut dalam minyak
Contoh : Vitamin A, Vitamin D, Vitamin E, Vitamin KIdentifikasi Vitamin

Identifikasi Vitamin B1(Thiamin HCl)


a) Pirolisa : bau dedak
b) Pemeriksaan Sulfur
→dilakukan destruksi Lassaigne terlebih dahulu, untuk unsur S yang masih terdapat dalam inti aromatis.
1 ml larutan zat + 1 ml Pb asetat + 1 ml NaOH → kuning
Zat + HCl encer + Diazo A + diazo B + NaOH → Merah
Panaskan di penangas air → cokelat → dinginkan → endapan cokelat-hitam
c) Cl
Reaksi Beilstein: bersihkan kawat Cu, pipihkan. Masukan ke dalam zat → pijar pada nyala api → hijau
Zat dalam air + AgNO3 terbentuk endapan putih, yang larut dalam ammonium hidroksida 6N berlebih.
d) Fluorosensi
Reaksi Thiokrom
Zat + 100 cc air + 5 cc K4Fe(CN)6 1% + 100 cc NaOH 10% → merah + isobutyl alcohol → fluoresensi biru ungu. Dengan
penambahan asam, fluoresensi akan hilang, sedangkan dengan penambahan basa, akan terjadi fluoresensi lagi.
e) Calomel reduksi.
Zat + calomel ditiupkan uap air → abu-abu.
f) Reaksi Warna 1) Zat + NaOH : kuning + KMnO4 → hijau
2) Reaksi Nessler : kuning hitam
3) Zat + NaOH + K3Fe(CN)6 + amil alkohol → jika dikocok, berfluoresensi biru ungu pada lapisan amil alcohol
g. Identifikasi dengan spektrun serapan IR
) Identifikasi Vitamin B2 (RIBOFLAVIN)
1) Organoleptik, bentuk serbuk warna kuning
2) Reaksi warna H2SO4(p), HNO3(p), HCl(p)
3) Diazo A + Diazo B + NaOH Kuning → Jingga merah
4) FeCl3 Merah Jingga/ merah kecoklatan
5) Fluorosensi
Zat + air → fluoresensi hijau, bila ditambahkan asam atau basa, maka fluoresensi hilang.
6) Frohde → merah
7) Salkowski → merah (+)
8) Cuprifil → (+)
9) Marquis → jingga + gas
10) KMnO4 → merah keunguan
11)Nessler → endapan
12)Reaksi Azo → merah
13)Fehling → endapan merah
Identifikasi Vitamin B6 (Piridoksin HCl)
1) Identifikasi klorida
Reaksi Beilstein: bersihkan kawat Cu, pipihkan. Masukan ke dalam zat → pijar pada nyala api → hijau
2) Zat + Diazo A + Diazo B + NaOH terbentuk warna kuning yang berubah menjadi warna jingga merah.
3) 1. Dengan penambahan larutan FeCl3 akan menghasilkan warna merah coklat, jika ditambahkan dengan HCl encer, warna
merah akan hilang menjadi warna kuning.
4) 0,5 ml larutan asam sulfanilat (0,1 g dalam 30 ml asam asetat) ditambahkan 3 tetes larutan NaNO2 1%, 1 ml NaOH 3N dan
larutan sampel akan menghasilkan warna kuning tua sampai jingga, lalu jika ditambahkan 2 ml asam asetat 3N akan
menghasilkan warna jingga sampai merah.
5) Larutan zat ditambahkan 1 ml larutan diklorokinon klorimida 0,04% dalam etanolabsolut dan 1 tetes NH4OH akan
menghasilkan warna biru (spesifik)
5) 2 ml larutan 0,5% b/v + 0,5 ml larutan fosfowolframat → endapan putih
6) Reaksi kristal
-- Dragendorf
-- Fe Kompleks

Identifikasi VITAMIN C (Asam Askorbat)


1) Pemerian : Serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; tidak berbau; rasa asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun
menjadi gelap. Dalam keadaan kering mantap di udara, dalam larutan cepat teroksidasi.
5) Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam
eter P dan dalam benzen P.
3) Mereduksi kuat larutan Iod 0,1 N
2) Menghilangkan warna larutan dikhlorofenolindofenol
3) Reaksi warna:
a. Zat + NaOH 0,1 N sampai as. Lemah + 1 tetes FeSO4 → ungu
b. Zat + FeCl3 → Kuning
c. Zat + I2 → Hitam dan warna I2 hilang
d. Zat + KMnO4 → hilang warna KMnO4
4) Larutan + CuSO4 + NaOH → biru ungu
5) Larutan + Na nitroptrussida →
+ NaOH → kuning
+ HCl → biru
6) Larutan + NaOH + CuAc → jingga
7) Plate Test
Zat + FeSO4 + NaHCO3 → Ungu
+ asam → hilang
+ basa → ungu lagi
8) Reaksi Cuprifil (+)
9) Zat + Na2CO3 + 1 tetes Ferrosulfat → hilang dengan penambahan asam
Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B6 Vitamin C
SENYAWA GOLONGAN HORMON
Hormon merupakan zat-zat kimiawi yang disekresikan oleh kelenjar endokrin dan langsung masuk ke dalam aliran darah.
Karena langsung masuk ke dalam aliran darah maka setelah dilepaskan hormon akan segera bekerja pada organ tertentu agar
dapat menjalankan fungsinya secara normal. Kelenjar yang mensekresi hormon disebut kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin
merupakan kelenjar yang berada di otak yang berguna sebagai pengatur hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar lainnya.
Di dalam tubuh kelenjar endokrin membentuk suatu system yang disebut system endokrin. Kelenjar endokrin terdiri atas
kelenjar hipofisis, hipotalamus dan epifisis di otak, kelenjar kelamin (ovaria dan testes), anak-ginjal, pankreas, tiroid, paratiroid
dan timus.
Dalam dunia farmasi, sediaan hormon banyak digunakan sebagai terapi substitusi untuk menggantikan kekurangan yang
terjadi akibat hipofungsi suatu kelenjar endoktrin,misalnya insulin pada diabetes dan estrogen pada masa setelah menopause.
Tetapi jumlah terbanyak digunakan sebagai obat pada gangguan yang tidak bersifat endokrin, tetapi berdasarkan kegiatannya
yang khas. Misalnya penggunaan kortikosteroida antara lain pada gangguan yang berkaitan dengan peradangan dan hormon
kelamin wanita dalam pil anti hamil (obat KB).
Kortikosteroid adalah obat yang mengandung hormon steroid yang berguna untuk menambah hormon steroid dalam
tubuh bila diperlukan, dan meredakan peradangan atau inflamasi, serta menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang berlebihan.
Kortikosteroid, seperti cortisone atau hydrocortisone, diproduksi secara alami di kelenjar adrenal bagian terluar atau korteks.
Sementara itu, kortikosteroid dalam bentuk obat disebut kortikosteroid sintetis dengan cara kerja dan manfaat yang sama dengan
kortikosteroid alami.
Berikut ini sejumlah kegunaan kortikosteroid dalam menangani kondisi-kondisi seperti : Asma, Rheumatoid arthritis, Bronkitis
Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn dan Reaksi alergi pada kulit, mata, atau hidung.
Obat obat ini bekerja dengan cara masuk ke dinding sistem sel imun untuk mematikan zat yang bisa melepaskan senyawa-
senyawa yang menjadi pemicu peradangan. Contoh-contoh kortikosteroid sintetis adalah :
Betametason, Dexamethasone, Methylprednisolone, Prednison, Prednisolone,Triamcinolone.
Reaksi umum untuk Hormon (Kortikosteroid)
Reaksi Warna
1. Reaksi Libermann – Bouchard; terbentuk warna-warna untuk hormom golongan steroid.
2. Reaksi Rosenhein; larutan steroid dalam kloroform memberikan endapan merah brilliant setelah penambahan Trichlor asetat
3. Reaksi Tartelli – Japfe; Larutan steroid dalam asam asetat dengan penambahan bromine 2 % dalam kloroform terjadi warna
hijau pada campuran
4. Reaksi Zimmermann; Larutan steroid dalam alkohol setelah penambahan dinitro benzene dan potassium hydroxyda terjadi
warna violet
5. Zat + H2SO4, panaskan diatas penangas air akan memberikan warna-warna
6. NaNO2 0,1 mg + 1 tetes H2SO4 panaskan 10 menit, tambahkan zat dalam keadaan panas akan memberikan warna-warna
7. 0,1 mg zat + 0,1 mg vanillin + 1 tetes H2SO4 panaskan diatas penangas air selama 1 menit kemudian dinginkan + 1 – 2 ml
methanol akan memberikan warna-warna.
8. 0,1 mg zat + 0,1 mg vanillin + 1tetes H3PO4 didihkan selama 10 – 15 menit, akan memberikan warna-warna.
9. Reaksi Fluoresensi 2 ml zat + 0,2 ml Asam asetat glacial + 2 ml H3PO4 8 %, biarkan 1 jam, terjadi warna dan fluoresensi
10. Reaksi Kristal
• Aseton – air
• Alkohol – air
Identifikasi senyawa Hormon
1. Organoleptik.
2. Zat + Dengan Asam asam pekat, HNO3 pekat, H2SO4 pekat, HCl pekat ter warna terjadi warna
3. Reaksi warna dengan FeCl3
4. Zat + Pereaksi Frohde
5. Zat + Pereaksi Bouchardat
6. Zat + NaNO2 + H2SO4 pekat
7. Zat + PereaksiMarquis
8. Spektrum serapan IR
9. Reaksi Kristal Aseton – air dan Alkohol - air

IDENTIFIKASI HIDROKORTISON
1. Hidrokortison + H2SO4 pekat ( coklat hitam-kuning)
2. Hidrokortison + HNO3pekat ( kuning pucat )
3. Hidrokortison + king ( kuning muda )
4. Hidrkortison + marquis (jingga)
5. Reaksi Kristal Aseton – air dan Alkohol - air
.
IDENTIFIKASI PREDNISON
1.. Prednison + H2SO4 pekat ( lama-lamakuning)
2. Prednison + HNO3 pekat ( jingga
3. Prednison + pereaksi king ( merah fanta )
4. Prednison + wasicky ( coklat tua )
5. Reaksi Kristal Aseton – air dan Alkohol - air

Anda mungkin juga menyukai