FARMASI FISIKA
OBJEK II
PENGARUH PELARUT CAMPUR TERHADAP KELARUTAN ZAT
I. PENDAHULUAN
I.1 Tujuan
Setelah mengikuti kegiatan pada percobaan ini, diharapkan
mahasiswa dapat menentukan pengaruh pelarut campur terhadap
kelarutan zat.
I.2 Prinsip
Prinsip praktikum objek ini adalah mengamati kelarutan zat aktif
setelah ditambahkan pelarut campur dengan cara melakukan titrasi untuk
mengetahui jumlah atau kadar zat aktif yang terlarut.
II.2Cara Kerja
1. Pembakuan Larutan NaOH
a. Masukkan larutan asam oksalat 0,1 N 10 mL terukur dengan pipet
gondok ke dalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan satu tetes
indicator pp
b. Titrasi dengan larutan NaOH hingga terjadi perubahan dari tidak
berwarna menjadi berwarna merah muda, catat hasil titrasi dan
hitung Normalitet NaOH. Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali
2. Penentuan kadar asam salisilat dalam pelarut campur
a. Buat campuran pelarut seperti yang tertera pada tabel di bawah ini
50 mL
Massa 50 mL = x 20,27 mg
10 mL
= 101,35 mg
102
% kadar as.salisilat = x100 % = 50,67%
200
50 mL
Massa 50 mL = x 24,05 mg
10 mL
= 120,25 mg
120,25
% kadar as.salisilat = x100 % = 60,125%
200
50 mL
Massa 50 mL = x 27,14 mg
10 mL
= 135,7 mg
135,7
% kadar as.salisilat = x100 % = 67,85%
200
50 mL
Massa 50 mL = x 31,27 mg
10 mL
= 156,35 mg
156,35
% kadar as.salisilat = x100 % = 78,175%
200
50 mL
Massa 50 mL = x 34,7 mg
10 mL
= 173,5 mg
173,5
% kadar as.salisilat = x100 % = 86,75%
200
Kadar
asam
V rata-rata
Konsentrasi salisilat
No NaOH 0,1 Ket.
surfaktan yang
N terpakai
terlarut
(%)
Blanko (aquadest)
1 1,77 50,67
50 mL
2 Tween 80 0,5% 2,1 60,125
3 Tween 80 1% 2,37 67,85
4 Tween 80 1,5% 2,73 78,175
5 Tween 80 2% 3,03 86,75
% asam salisilat
100
90
80
70
60 % asam salisilat
50
40
30
20
10
0
0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 2.00%
III.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang pengaruh penambahan
surfaktan terhadap kelarutan zat. Dalam praktikum ini surfaktan yang
dipakai adalah tween 80, sedangkan zat yang akan diuji kelarutannya
adalah asam salisilat. Pengujian ini dilakukan dengan cara melakukan
titrasi dan kemudian dihitung kadar atau massa zat yang terlarut pada
beberapa jenis kadar surfaktan yang berbeda.
Hasil yang didapatkan adalah semakin tinggi konsentrasi surfaktan
yang ditambahkan, semakin banyak zat yang terlarut pada pelarutnya. Hal
itu terbukti dari grafik persentase konsentrasi surfaktan terhadap
persentase kadar asam salisilat yang terlarut. Dimana grafik menunjukkan
garis lurus yang meningkat secara stabil atau linear.
Menurut literatur, mekanisme penurunan tegangan permukaan oleh
surfaktan dapat dipelajari dari mekanisme penetrasi molekul surfaktan ke
dalam fase hidropobik dan hidropilik. Bagian kepala bersifat hidropilik
masuk ke fase hidropil dan bagian ekor bersifat hidropobik masuk ke fase
hidropobik. Interaksi dua gugus ke dalam dua fase menyebabkan
penurunan tegangan permukaan antar fase.(5)
Adapun pada praktikum ini, sifat surfaktan tersebut dapat dilihat dari
perubahan kelarutan zat aktif yang sifatnya sukar larut dalam air. Dengan
penambahan surfaktan, maka bagian kepala surfaktan yang bersifat
hidrofilik (suka air) akan mengarah atau berikatan dengan molekul air,
sedangkan bagian ekor dari surfaktan yang bersifat hidrofobik (tidak suka
air) akan bergerak menjauhi air tetapi mengarah atau berikatan dengan
molekul zat aktif yang sukar larut dengan air tadi. Hal tersebut akan
menyebabkan zat aktif akan terlihat berubah sifatnya dari yang sukar larut
dalam air menjadi seolah-olah larut dalam air. Menurut literature, keadaan
tersebut dinamakan solubilisasi. Solubilisasi merupakan salah satu
perbaikan kelarutan melalui senyawa aktif permukaan yang berfungsi
merubah bahan obat yang kurang larut atau tak larut air menjadi larutan
jernih dalam air atau maksimal larutan yang berpendar, tanpa
menyebabkan terjadinya perubahan struktur kimiawi bahan obat.(4)
Jika konsentrasi surfaktan yang ditambahkan banyak, maka banyak
pula molekul surfaktan tadi sehingga ia akan saling berdekatan dan
membentuk lingkaran. Lingkaran tersebut dinamakan misel. Menurut
literarur, konsentrasi surfaktan ketika membentuk Michele dinyatakan
sebagai CMC (Critical Micelle Concentration). CMC adalah konsentrasi
surfaktan jenuh di dalam suatu emulsi. (5)
IV.2 Saran
- Saat melakukan titrasi, lakukanlah dengan cermat dan hati-hati.
- Jangan mengocok Erlenmeyer terlalu lama, dan usahakan bekerja
secara steril sehingga mendapatkan hasil yang sesuai.
- Usahakan untuk mendapatkan warna merah muda lembayung untuk
hasil titrasi yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
2. Oppusunggu JR, Siregar VR, Masyithah Z. Pada Sintesis Surfaktan Dari Asam
Oleat. J Tek Kim USU. 2015;4(1):25–9.