Anda di halaman 1dari 76

KARAKTERISASI ASAM USNAT DARI KAYU ANGIN

(Usnea sp) MENGGUNAKAN METODE MASERASI


DAN SOKLETASI DENGAN
PELARUT n-HEKSAN

SKRIPSI SARJANA FARMASI

Oleh :

DENI OKTAVIA

No. BP : 1601104

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


(STIFARM)
PADANG
2021
KARAKTERISASI ASAM USNAT DARI KAYU ANGIN
(Usnea sp) MENGGUNAKAN METODE MASERASI
DAN SOKLETASI DENGAN
PELARUT n-HEKSAN

SKRIPSI SARJANA FARMASI

Oleh :

DENI OKTAVIA
No. Bp. 1601104

Dosen Pembimbing:
1. apt. Dwi Dinni Aulia Bakhtra, M.Farm

2. apt. Husnunnisa, M.Farm

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


(STIFARM)
PADANG
2021
KATA PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil`alamin...

Dengan penuh kerendahan hati, sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. taburan cinta
dan kasih sayang Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan
akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Segala syukur ku ucapkan kepadaMu
karena telah menghadirkan mereka yang selalu memberi semangat dan doa disaat kutertatih.
Karena Mu lah mereka ada, dan karena Mu lah skripsi ini terselesaikan. Sholawat dan salam
selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga ku persembahkan
karya kecil ini kepada Amak (Mariati) yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan,
dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat ku balas hanya dengan
selembar kertas Yang bertuliskan kata cinta.

Teruntuk cinta pertamaku alm. abak (Basir) meskipun engkau telah tiada engkau
tetap menjadi pahlawanku dan penyemangat dalam hidupku, karena engkau lah salah satu
alasanku untuk menjadi seperti sekarang ini, dan aku yakin selesainya studi ini berkat doa
dan restumu, terimakasih telah menjadi seseorang yang terbaik dalam hidupku, tenang dan
bahagia disana abak.

Semoga ini menjadi langkah awal bagi ku untuk membuat amak dan alm.abak
bahagia. Karena ku sadar, selama ini aku belum bisa berbuat lebih Untuk amak dan alm.abak
yang selalu membuat ku termotivasi dan selalu menyirami ku dengan kasih sayang, selalu
mendoakan ku, selalu menasehati ku menjadi lebih baik, dan yang selalu memberikan aku
semangat disaat rasa malas mulai menghampiri. amak dan abak lah salah satu sumber
kekuatan ku serta penyemangat ku, dan maaf bila anak mu masih merepotkan mu mak, dan
belum sempat membahagiaakan abak.

Kepada abang-abang dan kakak-kakakku, uda (Musmulyadi), elok (Ira maya sofa),
uda (Abdul gafur), abang (Yuliandi), unang (Rahmayeni), unang (Eka putri yanti), abang (Ali
hasan), abang (M.Husin), abang (Fajrianto) tiada waktu yang paling berharga selain
berkumpul dengan kalian.

Terima kasih untuk dukungan, semangat dan bantuan dari uda, elok , unang dan
abg, sehingga adiak berada pada titik ini semoga ini menjadi awal dari kesuksesan adiak
yang akan membahagiakan dan membanggakan kalian. Maaf untuk semua air mata yang
kalian tumpahkan atas kekecewaan yang pernah adiak lakukan. Dan untuk seluruh saudara
dan keluarga besar abbas (abak basir) yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih
atas semangat dan doa yang tiada hentinya.

Terimakasih kepada ibu apt. Dwi Dinni Aulia Bakhtra, M.Farm sebagai Dosen
Pembimbing I yang telah memberikan ilmu, dukungan dan masukan selama pengerjaan skripsi
ini, sehingga dapat memberikan yang terbaik. Dan terima kasih untuk ibu apt. Husnunnisa,
M.Farm sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberi motivasi dan dengan sabar
meluangkan waktu dan ilmunya untuk menuntun dan mengarahkan untuk terus belajar dan
terus semangat. Terima kasih banyak ibu dinni dan bu ica untuk semua ilmu, didikan dan
pengalaman yg sangat berarti yang telah kalian berikan kepada deni.

Kepada keluarga ku selama dipadang apak ulla (Aprianto, S.farm) terimakasih telah
membantu dan meluangkan waktu apak dalam menyelesaikan tugas akhir iblack. Untuk
Canul (Hasnul hidayat), juju (Juliana ratna ningsih), Ilahi (Indah krisnawati), Kaliang
(riski), valget (valdi), keluarga(Ali), aci aceh (Anas), terima kasih untuk kenangan, dan
menjadi tempat berbagi, kebersamaan, bantuan, doa, semangat, traktiran, candaan dan
hiburan kalian, yang tak akan dni lupakan.

Teruntuk sahabatku (Vella Lesti Lestari) terimakasih untuk segalanya, makasi selalu
jadi tempat terbaik aku dalam hal apapun, jadi tempat keluh kesah ku, dan selalu teriak
sahabat kerjakan, sahabat sholat, dan semoga kita beneran jadi orang kaya seperti apa yang
selalu kita ucapkan. Amiiin

Untuk musuhku ijak (Izzatil hasanah) terimakasih untuk kebaikan ang, semangat
yang ang berikan, dan untuk milea (Emelia septina) makasi mel selalu jadi pendengar atas
kesombongan den, meskipun yang lain mual atas apa yang kami bilang haha, untuk nelut
paton (Engla Kartika) yang pernah jadi teman tidur, t4 nangis makasi ya lut utk segalanya,
icin iyuh (Sintia.R.M) makasi untuk supportnya dan mau direpotkan ya cin, untuk lesuik
(Wira guna pratiwi) makasi wir atas ilmu dan pengalaman selama berorganisasi, udah
ngajarin aku banyak hal, dan selalu profesional antara organisasi dan pertemanan, ga
nyangka bisa sesayang ini sama kalian, untuk lala (Syakyla Larasati) laa makasi ya udah jadi
teman curhat dni dan selalu ada buat dni,untuk uni nea (Ainia putri) makasi untuk canda
tawa nya un, intinya dewasalah lai uni, salam untuk sehun wkwk, untuk kak put (Putri
cania) dan agek (Reni fitri sartika) makasi ya udah mau direpotkan dalam menyelesaikan
skripsi deni dan untuk sili (Shelly ersa yunita) sili makasi ya atas kebaikan sili, makasi udah
bantuin deni selama penelitian ga nyangka bisa se-tim dan sedekat ini sama sili, untuk nur
(sinta nur amelia) makasi untuk kerjasamanya selama penelitian ya nur, makasi udah mau
direpotkan selama penelitian. untuk cinto (Yola oktavia), mbet (Nurbaiti), Rahmawati, Irma,
makasi untuk kenangan yang kalian berikan, atas support dan menjadi bagian dalam
hidupku.
Terimakasih juga untuk teman seperjuangan ku Reguler 2016 terutama locefarm’16
terima kasih untuk kenangan indah yang tercipta pada 4,5 tahun ini, terima kasih telah
berjuang bersama-sama demi mencapai cita-cita. Mudah-mudahan kita sama-sama sukses
nantinya dan semoga pertemanan kita ini untuk selamanya. Teruntuk buaya locefarm (Yoki,
igok, riski, frend, rendi boy, febri, zidra)Terima kasih untuk candaan, pengalaman hidup, suka
duka sampai sekarang walaupun saling caci maki haha. Kalian yang selalu dirindukan kelas c
saat libur semester. Semoga kita akan bertemu lagi saat kita sama-sama menjadi orang sukses.
Amin ...

Serta semua pihak yang sudah membantu selama penyelesaian skripsi ini....

-Deni Oktavia, S,Farm-


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil`alamin. Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul

“Karakterisasi Asam Usnat dari Kayu Angin (Usnea sp) menggunakan

Metode Maserasi dan Sokletasi dengan Pelarut n-heksan”. Skripsi ini diajukan

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan strata satu pada Sekolah Tinggi

Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang.

Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari do`a dan dukungan yang

diberikan oleh kedua orang tua, keluarga dan rekan-rekan baik moril maupun

materil. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada ibu

apt, Dwi Dinni Aulia Bahktra, M.Farm dan ibu apt, Husnunnisa, M.Farm

selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberi petunjuk, ilmu,

nasehat dan bimbingan selama masa penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan rasa hormat, penulis juga

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Auzal Halim, Apt selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Farmasi (STIFARM) Padang.

2. Bapak Arman Yacub, S.H selaku Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Ilmu

Kesehatan (YPTIK) Padang.


3. Ibu Rina Desni Yetti, M.Si selaku penasehat akademik yang telah

memberikan perhatian, dukungan, nasehat, bimbingan dan semangat selama

penulis menyelesaikan pendidikan Strata satu di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

(STIFARM) Padang.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM)

Padang atas bantuan dan fasilitas yang telah diberikan selama penulis

menyelesaikan pendidikan Strata satu di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

(STIFARM) Padang.

5. Teman-teman seperjuangan dan rekan-rekan mahasiswa STIFARM atas

kerjasama dan kebersamaan dalam suka maupun duka dalam melakukan

penelitan dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Semua pihak yang telah terlibat dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu

penulis dengan senang hati menerima masukan serta kritikan dan saran yang

membangun dari semua pihak.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca. Semoga yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan ilmu pengetahuan

Nya kepada kita semua. Amin.

Padang, 23 Februari 2021

Penulis
ABSTRAK

Usnea sp merupakan tumbuhan yang banyak mengadung metabolit sekunder


salah satunya asam usnat. Asam usnat memiliki banyak aktivitas biologi sebagai
antimikroba, antivirus, antiprotozoal, antiproliferatif, antiinflamasi, analgesik dan
sebagai bahan dasar pada pembuatan sediaan. Namun masih sedikit metode yang
digunakan untuk isolasi asam usnat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
karakterisasi asam usnat dari metode maserasi dan sokletasi. Hasil isolasi
menunjukkan asam usnat berupa kristal berwarna kuning. Hasil pengujian titik leleh
menunjukkan asam usnat pada metode maserasi memiliki titik leleh 206 ᵒC dan
sokletasi 207ᵒC. Kromatografi lapis tipis (KLT) menunjukan asam usnat memiliki
nilai Rẝ masing masing 0,5. Hasil analisis spekrofotometri infra merah menunjukkan
adanya serapan radiasi dan terdapat gugus fungsi OH, CH, C=O, C=C , CH 3, C-C.
Pada analisa DSC menunjukkan adanya penurunan intensitas dan perubahan titik
leleh. Analisa difraksi sinar-X menunjukkan asam usnat berbentuk padatan kristal
yang ditandai dengan adanya puncak-puncak interferensi yang tajam pada
difraktogram. Dari dua metode yang dilakukan tidak ada perbedaan yang signifikan
terhadap karakterisasi asam usnat.

iii
ABSTRACT

Usnea sp is a plant that contains many secondary metabolites, one of which is


usnic acid. Usnic acid has many biological activities as an antimicrobial, antiviral,
antiprotozoal, antiproliferative, anti-inflammatory, analgesic, and an essential
ingredient in preparing preparations. However, there are still a few methods used for
the isolation of usnic acid. The purpose of this research to determine the
characterization of usnic acid from maceration and soxhletation methods. The results
of the isolation showed that usnic acid was a yellow crystal. The melting point results
showed that usnic acid in the maceration method had a melting point of 206 ᵒC and
soot of 207 ᵒC. Thin-layer chromatography (TLC) showed that usnic acid had Rẝ
values of 0.5 each. The results of the infrared spectrophotometer (FTIR) analysis
revealed the presence of infrared radiation absorption, and there were functional
groups OH, CH, C=O, C=C, CH3, C-C. In thermal analysis differential scanning
calorimetry (DSC) showed an increase in point melting and decreased energy. X-ray
diffraction analysis showed that usnic acid is a crystalline solid characterized by
interference peaks on the diffractogram. From the two methods, there was no
significant difference in the characterization of usnic acid.

iv
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……………………………………………….... i

ABSTRAK…………………………………………………………….. iii

ABSTRACT………………………………………………………….... iv

DAFTAR ISI…………………………………………………………... v

DAFTAR TABEL…………………………………………………….. vii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………….. ix

I. PENDAHULUAN……………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….. 3

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………….…….. 4

1.4 Hipotesis Penelitian……………………………………………….... 4

1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………… 5

2.1 Tinjauan Biologi Tumbuhan …………………………………........ 5

2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan………………………………………... 5

2.1.2 Nama Daerah………………………………………................. 5

2.1.3 Morfologi……………………………………………............. 5

2.1.4 Kandungan Kimia ………………………………………........ 6

2.1.5 Tinjauan Farmakologi…………………................................ 6

2.2 Asam Usnat……………………………………………………….... 7

v
2.2.1 Monografi ……………………………………………............ 7

2.2.2 Kegunaan ……………………………………….................... 7

2.3 Ekstraksi…….…………………………………………….............. 8

2.3.1 Definisi ………………………….……………………........... 8

2.3.1 Metode ………………………….……………………....... 8

2.4 Karakterisasi....................................................................................... 11

2.4.1 Pemeriksaan Organoleptis ........................................................ 11

2.4.2 Penentuan Titi Leleh……......................................................... 11

2.4.3 Spektrofotometer UV-Vis......................................................... 12

2.4.4 Jenis Spekrtofotometer UV-Vis................................................ 14

2.4.5 Spektrofotometer Infra Merah................................................... 15

2.4.6 Kromatografi Lapis Tipis …..................................................... 16

2.4.7 Differential Scanning Calorimetry (DSC)................................. 18

2.4.8. Difraksi Sinar X........................................................................ 18

III. PELAKSANAAN PENELITIAN……………………………………. 21

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian……………………………………... 21

3.2 Metode Penelitian………………………………………………….. 21

3.2.1 Alat………………………………………………………….... 21

3.2.2 Bahan…………………………………………………………. 21

3.3 Prosedur Kerja.......…………………………………………………. 22

3.3.1 Pengambilan Sampel………………………………………… 22

3.3.2 Identifikasi Tumbuhan………………………….................... 22

3.3.3 Penyiapan Simplisia………………….................................. 22

vi
3.3.4 Isolasi asam usnat dari Kayu Angin ……………………….... 23

3.3.4.1 Metode Maserasi............................................................ 23

3.3.4.2 Metode Sokletasi............................................................ 23

3.3.5 Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi ………………............... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….. 28

4.1 Hasil………………………………………………………………... 28

4.2 Pembahasan……………………………………………………….... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………….. 36

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………. 36

5.2 Saran………………………………………………………………... 36

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 37

LAMPIRAN …………………………………………………………... 40

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
I. Rentang serapan IR ……................................................................ 16

II. Hasil pemeriksaan organoleptis …….................................................. 41

III. Randemen Ekstrak……………………………………….................... 41

IV. Berat Kristal Murni Asam Usnat ………………………..…………... 41

V. Hasil Kromatografi Lapis Tipis…………………………….………... 42

VI. Data Analisa Spektrum Infra Merah Metode Sokletasi ...................... 44

VII. Data Analisa Spektrum Infra Merah Metode Maserasi ..................... 45

VIII. Data Analisa Termogram Metode Sokletasi………........................…. 46

IX. Data Analisa Termogram Metode Maserasi………........................…. 47

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tumbuhan kayu angin ........................................................................... 6

2. Struktur kimia asam usnat ……………................................................. 7

3. Alat sokletasi ………………………………………….............……… 10

4. Spektrometer uv-vis single beam ……………………………………........ 14

5. Spektrometer uv-vis double beam ……………………………………........15

6. Identifikasi tanaman…………. ........................................................... 41

7. Hasil Pola KLT……………………..................................................... 43

8. Kurva Panjang gelombang metode sokletasi.……………………….... 44

9. Kurva Panjang gelombang metode maserasi.……………………….... 44

10. Spektrum Infra Merah Metode Sokletasi............................................... 45

11. Spektrum Infra Merah Metode Maserasi.............................................. 46

12. Termogram DSC metode sokletasi ……............................................. 47

13. Termogram DSC metode maserasi ……............................................. 48

14. Difraktogram Sinar X asam usnat…...………………........................... 48

15. Skema kerja isolasi asam usnat……………………………………...... 52

16. Skema kerja ekstraksi kayu angin dengan metode maserasi …..……. 53

17. Skema kerja ekstraksi kayu angin dengan metode sokletasi …..……. 54

ix
18. Kayu angin …………………………………………………………… 55

19. Sokletasi ……………………………………………………………… 55

20. Proses maserasi ………………………………………………………. 56

21. Rotary evaporator……………………………………………………... 56

22. Kristal asam usnat metode sokletasi …………………………………. 57

23. Kristal asam usnat metode maserasi …………………………………. 57

24. Timbangan digital ……………………………………………………. 58

25. Spektrofotometer uv-vis ……………………………………………… 58

26. Spektrofotometri infra merah ………………………………………… 58

27. Melting point dari metode sokletasi…………………………………... 59

28. Melting point dari metode maserasi ………………………………….. 59

x
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lichen merupakan tanaman yang terbentuk dari dua organisme hidup yang

berbeda tetapi saling menguntungkan (simbiosis mutualisme) yaitu antara

ganggang dan jamur yang memiliki potensi dalam menghasilkan senyawa

metabolit dan dapat digunakan untuk pengobatan (Maulidiyah et al., 2015).

Lichen mengandung banyak senyawa aktif yang mempunyai aktivitas sebagai

antibakteri, antijamur, antivirus, antitumor, antikanker, antioksidan, antiinflamasi,

antiprotozoa, antelmintik, analgesik dan antipiretik. Lichen juga memiliki prospek

yang baik untuk dikembangkan menjadi obat modern disertai dengan penerapan

bioteknologi dalam penyediaan biomassa yang berkelanjutan (Septiana, 2011).

Lichen banyak digunakan masyarakat sebagai sumber makanan dan obat-obatan.

Salah satu contohya adalah kayu angin (Usnea sp). Kayu angin (Usnea sp)

terdapat didaerah pegunungan di Indonesia dan hampir diseluruh pegunungan

dengan ketinggian 1000 m dari permukaan laut (Maulidiyah et al., 2011).

Berdasarkan pengalaman empiris kayu angin (Usnea sp) memiliki khasiat

yang dapat mengobati penyakit seperti diare dan tinja berdarah, obat sariawan,

masuk angin, kejang-kejang, nyeri perut, sulit buang air kecil, wasir, gangguan

haid, pening dan penurun panas (Huneck, 1996 ; Maulidiyah et al., 2015)

Berdasarkan penelitian Marlina et al., (2017) bahwa senyawa metabolit

sekunder yang di isolasi dari ekstrak kloroform kayu angin (Usnea sp) terdapat

senyawa golongan alkaloid berbentuk serbuk berwarna putih dan diperoleh titik

1
leleh 162ᵒC. Pada penelitian Zaini et al., (2017) dari isolasi kayu angin diperoleh

asam usnat dengan titik leleh 207,1ᵒC.

Potensi kayu angin (Usnea sp) sebagai bahan obat dan kandungan kimia

lainnya bergantung pada tumbuhan inangnya serta lingkungan tempat tumbuhnya.

Kayu angin (Usnea sp) diduga dapat menghentikan batuk darah pada penderita

TB karena mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, terpen dan golongan

antrakuinon, asam usnat, asam barbatolat, asam barbatat yang diduga bersifat

antibakteri terhadap Mycobacterium tuberculosis dan termasuk kategori aktif

sitotoksik (Sutiningsih & Sulistyani, 2005; Maulidiyah et al., 2015)

Dalam bidang teknologi farmasi asam usnat banyak dibutuhkan untuk

pembuatan berbagai bentuk sediaan. Salah satunya kayu angin dapat diektraksi

dengan etanol menggunakan metode sokletasi dan rendemen yang diperoleh dari

proses ekstraksi sampai didapatkan ekstrak kental yaitu 41,16% dan

diformulasikan menjadi sediaan gel yang mempunyai kemampuan dalam

penyembuhan luka bakar (Fitriani et al., 2018) dan sediaan hydrogel sebagai

antibakteri Propionibacterium acne (Fitriani et al., 2019). Selain itu asam usnat

juga dapat dibuat sebagai sediaan kokristal asam usnat-N-methyl-D-glucamine

yang dapat menurunkan kadar IL-8 pada tikus inflamasi (Fadhila et al., 2020) dan

dapat dibuat sediaan krim sebagai penghilang bau badan (Endarti, 2004).

Pada penelitian Alfarisyi (2019) asam usnat diisolasi menggunakan

metode sokletasi dan memperoleh randemen asam usnat sebesar 0,80%

menggunakan pelarut n-heksan : etil asetat (5 : 1) dengan sampel sebanyak 3200 g

dan digunakan untuk pembuatan sediaan nanokristal. Sedangkan pada penelitian

2
Zura (2019) isolasi 3200 g kayu angin dengan metode sokletasi didapatkan asam

usnat sebanyak 26 g, dengan rendemen 0,81% yang digunakan untuk optimalisai

nanokristal asam usnat. Pada penelitian Endarti et al., (2004) tentang uji aktivitas

asam usnat terhadap bakteri penyebab bau badan diperoleh randemen sebanyak

0,8%. Pada penelitian Marlina et al., (2017) Kayu angin diisolasi dengan cara

maserasi berturut turut dengan n-heksan, kloroform, etil asetat, metanol kemudian

difraksinasi dan dipisahkan dengan kromatografi kolom.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat dilihat bahwa asam usnat sangat

banyak dibutuhkan sebagai bahan baku dalam berbagai macam sediaan farmasi,

namun masih sedikit metode yang digunakan untuk memperoleh asam usnat

dengan jumlah randemen yang banyak, maka dari itu perlu dilakukan penelitian

tentang optimasi dari asam usnat sehingga dapat diperoleh metode yang paling

mudah, murah dan cepat untuk mendapatkan asam usnat dari kayu angin (Usnea

sp) dengan jumlah randemen yang lebih banyak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Metode manakah yang paling efektif digunakan untuk dapat menghasilkan

asam usnat dalam jumlah yang banyak ?

2. Berapakah randemen asam usnat yang diperoleh dari metode maserasi dan

metode sokletasi ?

3. Apakah sifat fisiko kimia asam usnat dari kayu angin dengan metode

maserasi dan sokletasi sesuai dengan literatur ?

3
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui metode mana yang paling baik dan efektif digunakan

untuk dapat memperoleh asam usnat dalam jumlah yang banyak.

2. Untuk mengetahui randemen asam usnat yang diperoleh dari metode

maserasi dan sokletasi.

3. Untuk mengetahui apakah sifat fisiko kimia asam usnat yang diperoleh

dari kayu angin sesuai dengan literatur.

1.4 Hipotesis

1. Metode sokletasi dan maserasi dengan pelarut n-heksan dapat menjadi

metode yang paling efektif untuk isolasi asam usnat.

2. Isolasi asam usnat dengan metode sokletasi dan maserasi dapat

memberikan randemen yang lebih banyak.

3. Hasil fisiko kimia asam usnat dari metode maserasi dan sokletasi yang

diperoleh sesuai dengan literatur.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Untuk peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai metode yang paling

efektif digunakan untuk memperoleh asam usnat dalam jumlah yang

banyak.

2. Untuk ilmu pengetahuan

Dapat dijadikan sebagai informasi tentang pengembangan metode dalam

isolasi asam usnat.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Botani Tumbuhan

2.1.1 Klasifikasi Usnea sp

Tanaman kayu angin (Usnea sp) dapat diklasifikasikan (Plantamor, 2008)

sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Divisi : Ascomycota

Klass : Ascholichenes

Ordo : Lecanorales

Famili : Parmeliaceae

Genus : Usnea

Spesies : Usnea sp

2.1.2 Nama Daerah

Nama lain dari Usnea sp antara lain : Kayu angin (Jawa), Tae angin

(Madura), Tai angin (Bugis), Tae anging (Makassar), Tahi angin (Melayu), Rasuk

angin (Jawa), Cirik angin (Minang), Anin tain, Liken (Melayu), Djenggot resi

(Bali), Janggutan resi (Nusa Tenggara) (Gani, 1998)

2.1.3 Morfologi Usnea sp

Usnea sp merupakan lichen frutikosa yang panjang berjurai atau berbentuk

seperti janggut. Panjang talusnya dapat mencapai lebih dari 1 m, umumnya

berbentuk benang bulat memanjang atau pipih dengan cabang bervariasi, ada yang

cabangnya sedikit sekali, ada yang banyak, ada yang lembut dan ada yang agak

5
keras. Lichen tersebut mempunyai warna hijau keabu-abuan atau hijau

kekuningan atau hijau lumut (Alvin, 1963). Usnea sp hidup subur pada udara

yang bersih, terkena sinar matahari langsung dan sangat peka terhadap

pencemaran udara. Lichen ini tidak bisa bertahan hidup pada udara yang kotor.

Usnea sp hidup sebagai epifit pada cabang-cabang pohon dari berbagai jenis

spesies tumbuhan berbunga, yang memiliki kulit pohon dengan permukaan yang

kasar.

Gambar 1. Kayu angin (Suryana & Putra, 2019)

2.1.4 Kandungan Kimia

Kandungan kimia dari kayu angin yaitu fenol, quinon, dibenzofuran,

depsidon, γ-lakton, turunan asam pulvinat dan xanton (Salgago, 2017) dan

memiliki kandungan flavonoid, terpen (Maulidiyah et al., 2015)

2.1.5 Tinjauan Farmakologi

Usnea sp merupakan salah satu genus dari lichen yang menghasilkan

metabolit sekunder yang telah diketahui memiliki aktivitas farmakologis sebagai

antibakteri, antiprotozoal, antisitotoksik, antiproliferasi, antioksidan dan

antiinflamasi (Araujo, 2015; Behera, 2012).

6
2.2 Asam Usnat

2.2.2 Monografi

Asam usnat memiliki nama kimia 2,6-diasetil-7,9-dihidroksi-8,9-diametil-

1,3 dibenzofurandion dan rumus umum C18H16O7, dengan bobot molekul 334,31.

Asam usnat sukar larut dalam air, sebagian larut dalam etanol, larut eter, aseton,

benzene, kloroform dan DMSO (Sweetman, 2009).

Gambar 2. Struktur kimia asam usnat (Sweetman, 2009)

2.2.3 Kegunaan Asam usnat

Menurut penelitian Sari et al., (2018) pemberian asam usnat berpengaruh

terhadap jumlah sel osteoblas pada tikus periodontitis. Hal ini disebabkan karena

asam usnat mengandung antiinflamasi, antibakteri dan antijamur serta asam usnat

merupakan antibiotik spektrum luas yang sangat berpengaruh dalam proses

penyembuhan dari kasus periodontitis terutama pada proses remodelling tulang.

Menurut penelitian Solihin (2015) ekstrak metanol asam usnat dapat beraktifitas

sebagai anthelmintik dalam membunuh cacing Ascaris.

7
2.3 Ekstraksi

2.3.2 Definisi Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Sampel yang

diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang

terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak

atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Ketika senyawa aktif yang dikandung

simplisia telah diketahui akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi

yang tepat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

2.3.2 Metoda Ekstraksi

A. Cara Dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut

dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan

(kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metoda pencapaian

konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan

yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan

penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan

seterusnya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

8
2. Perkolasi

Perkolasi merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari

tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetasan atau pengampungan ekstrak), dan terus menerus sampai diperoleh

ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2000).

B. Cara Panas

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan

adanya pendinginan balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstrkasi sempurna

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

2. Soklet

Soklet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan

jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendinginan balik. (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

9
Gambar 3. alat sokletasi

Untuk mekanisme kerjanya, hal yang pertama yang harus di lakukan yaitu

dengan menghaluskan sampel (untuk mempercepat proses reaksi, karena luas

permukaannya lebih besar, sehingga laju reaksi lebih cepat berjalan), kemudian

sampelnya di bungkus dengan kertas saring (agar sampel tidak ikut kedalam labu

alas ketika diekstraksi. Kemudian, memasukkan batu didih (untuk meratakan

pemanasan, sehingga tidak terjadi peledakan) ke dalam labu alas. Kemudian

dilakukan pemanasan pada pelarut dengan acuan pada titik didihnya, uap akan

menguuap melalui pipa F dan akan menabrak dinding-dinding kondensor hingga

terjadi proses kondensasi (pengembunan), dengan kata lain terjadi perubahan fase

dari fase gas ke fase cair. Selanjutnya pelarut akan bercampur dengan sampel dan

mengekstrak senyawa dari suatu sampel. Setelah itu pelarutnya akan memenuhi

sifon dan ketika sifon penuh akan di alirkan kembali ke labu alas. (Anderson,

1953).

10
3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperature ruangan (kamar), yaitu secara

umum dilakukan pada temperature 40-50 (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2000).

4. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

mendidih, temperatur terukur 96-98 selama waktu tertentu (15-20 menit).

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

5. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2000).

2.4 Karakterisasi Asam Usnat

2.4.1 Pemeriksaan Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri fisik asam

usnat. Uji ini meliputi warna, bau dan rasa (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 1985)

2.4.2 Penentuan Titik Leleh

Titik leleh merupakan salah satu sifat fisik dalam karakterisasi suatu

senyawa. Titik leleh atau disebut dengan melting point adalah suatu temperatur

yang menunjukkan perubahan bentuk senyawa dari padat menjadi cair. Penentuan

titik leleh dilakukan menggunakan alat Fischer John Melting Point Apparatus.

11
Titik leleh senyawa ditentukan dengan mengamati dari senyawa mulai meleleh

sampai meleleh secara keseluruhan. Suatu senyawa dikatakan murni apabila jarak

titik lelehnya antara 1-2ᵒC (Ritmaleni & Nurcahyani 2006).

2.4.3 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer adalah suatu instrument untuk mengukur transmitan atau

absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang yang sesuai untuk

pengukuran daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem

optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan

panjang gelombang 200-800 nm (Gandjar & Rohman, 2012).

Spektrofotometer UV-Visible merupakan pengukuran panjang gelombang

dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorpsi oleh sampel.

Spektrofotometer visibel merupakan suatu metoda analisa yang didadasarkan pada

pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada

panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi

difraksi dengan detektor fototube. Sinar Ultraviolet mempunyai panjang

gelombang 400-800 nm (Dachriyanus, 2004).

Prinsip Spektrofotometer UV-Vis Ketika suatu atom atau molekul

menyerap cahaya maka energi tersebut akan menyebabkan tereksitasinya elektron

pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Tipe eksitasi tergantung pada

panjang gelombang cahaya yang diserap. Sinar ultraviolet dan sinar tampak akan

menyebabkan elektron tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi. Sistem yang

bertanggung jawab terhadap absorbsi cahaya disebut dengan kromofor

(Dachriyanus, 2004).

12
Pada umumnya spektrofotometer UV-Visible digunakan untuk :

1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan

auksokrom dari suatu senyawa organik.

2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang

maksimum suatu senyawa.

3. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan

menggunakan hukum Lambert-Beer.

Hukum Lambert-beer adalah hubungan linearitas antara absorban dengan

konsentrasi larutan analit. Biasanya hukum Lambert-beer ditulis dengan:

A = a .b .c
Keterangan:

A = Absorban

a = Koefisien ekstingsi molar (M-1cm-1)

b = Tebal kuvet (cm)

c = Konsentrasi (M)

Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri

dimana konsentrasi dapat dihitung berdasarkan rumus di atas. Absorptivitas (a)

merupakan konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebel kuvet dan

intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada

suhu, pelarut, struktur molekul dan panjang gelombang radiasi (Rohman, 2007).

13
2.4.4 Jenis-jenis Spektrofotometer UV-Vis

Ada dua jenis alat spektrofotometer UV-Vis yaitu:

1. Single Beam

Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu hidrogen atau

deuterium untuk pengukuran UV dan lampu tungsten untuk pengukuran pada

cahaya tampak. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah

panjang gelombang seperti prisma atau monokromator. Spektrum didapatkan

dengan cara dibaca oleh pemisah panjang gelombang sedangkan pengukuran

kuantitatif bisa dibuat dari spektrum atau pada panjang gelombang tertentu.

Skema alat spektrofotometer UV-Vis cahaya tunggal, dimana sinyal pelarut

dihilangkan terlebih dahulu dengan mengukur pelarut tanpa sampel, setelah itu

larutan sampel dapat diukur (Dachriyanus, 2004).

Gambar 4. Spektrofotometer UV-Visibel single-beam (Dachriyanus, 2004)

2. Double Beam

Spektrofotometer UV-Vis cahaya ganda, dimana mempunyai dua sinar

yang dibentuk oleh potongan cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah

sinar.Pada alat ini larutan sampel dimasukkan bersama-sama dengan pelarut yang

tidak mengandung sampel. Alat ini lebih praktis dan mudah digunakan serta

memberikan hasil yang optimal (Dachriyanus, 2004).

14
Gambar 5. Spektrofotometer UV-Visibel double-beam (Dachriyanus, 2004)

2.4.5 Spektrofotometer Infra Merah (IR)

Spektrofotometer inframerah (Infra Red) merupakan instrumen yang

digunakan untuk mengukur serapan radiasi inframerah pada berbagai panjang

gelombang. Skala pada spektro adalah bilangan gelombang yang berkurang dari

4000cm-1 ke sekitar 670cm-1 atau lebih rendah (Fessenden, 1986).

Radiasi IR dengan bilangan gelombang antara 10.000-100 cm-1 diserap

dan diubah oleh molekul organik menjadi energi molekular vibrasi. Penyerapan

ini juga terkuantisasi, tetapi spektrum vibrasi menunjukkan ikatan-ikatan sebagai

garis-garis, dikarenakan perubahan suatu energi vibrasi tunggal yang diikuti oleh

perubahan energi rotasi. Sebagian besar penyerapan terjadi di daerah bilangan

gelombang antara 4000-400 cm-1. Frekuensi atau panjang gelombang absorpsi

tergantung pada massa relatif atom-atom, tetapan gaya dari ikatan-ikatan dan

geometri atom-atom (Silverstein et al., 2005).

Prinsip kerja spektrofotometer IR yang mana sumber cahaya memancarkan

radiasi inframerah ke semua panjang gelombang kemudian dipecah menjadi dua

berkas cahaya dan digabung lagi menjadi satu berkas dari dua sumber cahaya

yang selang seling. Setelah itu berkas cahaya didifraksi ke kisi sehingga berkas

15
tersebut terpecah menjadi panjang gelombang. Kemudian detector meneruskan

informasi sehingga menghaslkan spektrum. (Fessenden, 1986).

Tabel 1. Rentang serapan IR menurut hukum Hooke (Silverstein et al.,

2005)

Tipe ikatan Bilangan Gelombang

C-C, C-O, C-N 1300-800

C=C,C=O,C=N, N=O 1900-1500

C≡C, C≡N 2300-2000

C-H, O-H, N-H 3800-2700

Sebagian besar spektrometer yang digunakan saat ini menggunakan

metode transformasi fourier dan spektrumnya disebut spektrum inframerah

pentranformasi fourier atau Fourier Transformation Infrared (FTIR). Ada

beberapa keuntungan dari FTIR dibandingkan dengan IR salah satunya

keseluruhan spektrum dapat terukur dalam waktu beberapa detik karena bilangan

gelombang tidak perlu dipindai secara berturut-turut, Metode FTIR digunakan

untuk menguji sampel-sampel kecil (Williams & Fleming, 2013).

2.4.6 Pola Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

1. Penjenuhan Bejana

Tempatkan kertas saring dalam bejana kromatografi. Tinggi kertas saring

18 cm dan lebarnya sama dengan lebar bejana. Masukan sejumlah larutan

pengembang kedalam bejana kromatografi, hingga tingginya 0,5 sampai 1

cm dari dasar bejana. Tutup kedap dan biarkan hingga kertas saring harus

16
selalu tercelup kedalam larutan pengembang pada dasar bejana. Kecuali

dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, prosedur KLT dilakukan

dalam bejana jenuh.

2. Larutan Uji Kromatografi Lapis Tipis

Sampel dilarutkan dengan pelarut yang sesuai.

a. Fase gerak

n-heksan : etil asetat (2:3)

b. Fase diam

Silika gel 60 F254.

3. Prosedur Kromatografi Lapis Tipis

Totolkan larutan uji dan larutan pembanding dengan jarak 1,5 sampai 2 cm

dari tepi bawah lempeng, dan biarkan mengering. Tempatkan lempeng

pada rak ke dalam bejana kromatografi. Larutan pengembang dalam

bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penyerap, totolkan jangan

sampai terendam. Letakan tutup bejana pada tempatnya dan biarkan sistem

hingga fase gerak merambat sampai batas jarak rambat. Keluarkan

lempeng dan keringkan di udara, dan amati bercak dengan sinar tampak,

ultraviolet gelombang panjang 366 nm. Ukur dan catat jarak tiap bercak

dari titik penotolan serta catat panjang gelombang untuk tiap bercak yang

diamati. Tentukan harga Rf (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2008).

17
2.4.7 Differential Scanning Calorimetry (DSC)

Differential Scanning Calorimetry (DSC) merupakan salah satu alat dari

Thermal Analyzer yang dapat digunakan untuk menentukan kapasitas panas dan

entalpi, perubahan fasa dan temperatur lebur dari suatu bahan. Selain untuk

menentukan temperatur lebur, entalpi dan kapasitas panas, DSC juga dapat

digunakan untuk mempelajari fenomena kestabilan panas endotermik atau

eksotermik bahan bakar dan interaksi bahan bakar dengan matriknya (Ginting et

al., 2005).

2.4.8 Difraksi Sinar – X

Difraksi sinar-x atau x-ray diffraction (XRD) merupakan metode analisa

yang memanfaatkan interaksi antara sinar-x dengan atom yang tersusun dalam

sebuah sistem kristal. Kristal Kristal merupakan susunan atom-atom atau

kumpulan atom yang teratur dan berulang-ulang (Muzakir et al., 2012)

Analisa XRD merupakan contoh analisa yang digunakan untuk

mengidentifikasi keberadaan suatu senyawa dengan mengamati pola pembiasan

cahaya sebagai akibat dari berkas cahaya yang dibiaskan oleh material yang

memiliki susunan atom pada kisi kristalnya. Prinsip kerja dari XRD yaitu setiap

senyawa terdiri dari susunan atom-atom yang membentuk bidang tertentu. Jika

sebuah bidang memiliki bentuk yang tertentu, maka partikel cahaya yang datang

dengan sudut tertentu hanya akan menghasilkan pola pantulan maupun pembiasan

yang khas (Muzakir et al., 2012)

Pada XRD, pola difraksi dinyatakan dengan besar sudut-sudut yang

terbentuk sebagai hasil dari difraksi berkas cahaya oleh kristal pada material. Nilai

18
sudut tersebut dinyatakan dalam 2θ, dimana θ merepresentasikan sudut datang

cahaya. Sedangkan nilai 2θ merupakan besar sudut datang dengan sudut difraksi

yang terdeteksi oleh detector (Muzakir et al., 2012)

A. Difraksi dan Hukum Bragg

Hukum Bragg merupakan perumusan matematik mengenai proses difraksi

yang terjadi sebagai hasil interaksi antara sinar-X yang dipantulkan oleh material.

Pantulan tersebut terjadi tanpa mengalami kehilangan energi sehingga

menghasilkan pantulan elastis atau elastic scattering. Bragg menunjukan bahwa

bidang yang berisi atom-atom di dalam kristal akan memantulkan radiasi dengan

cara yang sama persis dengan peristiwa pemantulan cahaya di bidang cermin

(Muzakir et al., 2012).

B. Metode difraksi

1. Metode Laue

Pada metode Laue, sudut θ dibuat tetap sedangkan panjang gelombang

sinar-X dibuat berubah. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan arah sudut

datang sinar-X tetapi memvariasikan ƛ dengan cara mengubah-ubah plat logam

yang menjadi sasaran tembak pada tabung sinar-X. Logam yang berbeda akan

menghasilkan panjang gelombang yang berbeda ketika berinteraksi dengan sinar-

X Difraksi hanya akan terjadi jika terbentuk interferensi gelombang yang

konstruktif pada saat berkas cahaya dipantulkan oleh material sampel. Sementara

itu, interferensi konstruktif hanya dapat terjadi pada panjang gelombang tertentu

yang datang dengan sudut tertentu pula. Artinya, tidak semua panjang gelombang

19
yang datang pada sudut tertentu akan menghasilkan interferensi konstruktif

(Muzakir et al., 2012).

2. Metode Debye-Scherrer (Metode serbuk)

Pada metode serbuk, sudut θ yang diubah-ubah sedangkan ƛ dibuat tetap.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengubah arah datangnya berkas sinar-X

tanpa mengganti plat logam sumber sinar-X agar dihasilkan ƛ yang tetap. Pola

interferensi juga dapat dipengaruhi oleh arah datangnya gelombang. Walaupun

berkas cahaya yang datang memiliki panjang gelombang yang sama namun jika

arah datangnya berbeda maka pola interferensinya akan berbeda (Muzakir et al.,

2012).

Berdasarkan Hukum Bragg, jika panjang gelombang dari sinar yang

membentur diketahui, kemudian kita bisa mengontrol sudut dari benturan maka

dapat ditentukan jarak antar atom/geometri dari kisi (d-spacing). Dengan

menghitung d-spacing yang diperoleh dari rumus Bragg serta mengetahui nilai

Indeks Miller (hkl) yang menyatakan posisi atom dalam kristal, maka dapat

ditentukan latis parameter (a, b dan c) sesuai dengan bentuk kristalnya (Muzakir et

al., 2012).

20
III. PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November hingga Desember

2020 di Laboratorium Biologi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang,

Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Negeri Padang, Herbarium Universitas

Andalas (ANDA) Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam (FMIPA) Universitas Andalas.

3.2. Metode Penelitian

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Timbangan digital

analitik (PrecisaXB 220A), maserator, erlenmeyer, bejana kromatorgrafi, kertas

saring, corong, gelas ukur, rotary evaporator (Heidolph Hei VAP), alat soklet,

oven, spatel, alumunium foil, vial, Plat KLT, Spektrofotometer FTIR (Thermo

Scientific), Spektrofotometri UV-Vis (Shimadzu 1800), Melting point Apparatus

(MP 10), alat difraktometer tipe RINT-2500 (Rigaku, Jepang), Differential

Scanning Calorimetry (DSC)

3.2.2 Bahan

Sampel yang digunakan adalah lichen Usnea sp sebanyak 500 gram. Pelarut

n-heksan (Bratachem), etil asetat (Bratachem), dichlorometan.

21
3.3 Prosedur Penelitian

3.3.2 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu kayu angin (Usnea sp)

bagian seluruh thallus yang diperoleh dari Pasar Raya Padang Kampung Jao

Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat Indonesia, sebanyak 500

g.

3.3.3 Identifikasi Tanaman

Identifikasi di Herbarium Universitas Andalas (ANDA) Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Andalas,

Sumatera Barat. Bagian thallus kayu angin diambil sebanyak 5 gram untuk

dilakukan uji herbarium.

3.3.4 Penyiapan Sampel

A. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan dengan cara memisahkan pengotor atau bahan-

bahan asing lainnya. Misalnya bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,

rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya

harus dibuang.

B. Perajangan

Perajangan dilakukan dengan cara memotong kecil-kecil tanaman untuk

mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.

Perajangan dapat dilakukan dengan pisau dan gunting.

22
3.3.5 Isolasi Asam usnat dari Kayu Angin (Usnea sp)

A. Metode Maserasi

Proses ekstraksi yang digunakan adalah metode ekstraksi cara dingin yaitu

dengan metode maserasi dengan pelarut n-heksan. Sebanyak 200 gram

simplisia dimasukkan ke dalam maserator, dan menambahkan n-heksan

1000 mL. Kemudian direndam selama 6 jam pertama sambil sekali-kali

diaduk, dan didiamkan selama 18 jam. Maserat dipisahkan dengan cara

filtrasi menggunakan kain planel. Proses penyarian dilakukan sekurang-

kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Kemudian

semua maserat dikumpulkan, dan diuapkan dengan rotary evaporator

hingga diperoleh ekstrak kental. Setelah itu hitung rendemen yang

diperoleh yaitu persentase bobot (b/b) antara berat ekstrak dengan bobot

simplisia yang digunakan dengan penimbangan. Lakukan rekristalisasi

dengan melarutkan endapan yang didapat dengan etil asetat kemudian cek

KLT dan bandingkan dengan kristal murni yang didapatkan (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

% Rendemen = %

B. Metode Sokletasi

Asam usnat yang berasal dari kayu angin (Usnea sp) yang diperoleh dari

Pasar Raya Padang diisolasi dengan cara sokletasi menggunakan pelarut n-

heksan. Sampel yang digunakan sebanyak 200 gram yang sudah dirajang

kemudian dilakukan sokletasi hingga didapatkan ekstrak n-heksan dari

kayu angin. Ekstrak yang didapat diuapkan dengan rotary evaporator

23
hingga didapatkan ekstrak kental (endapan kristal) kemudian hitung

randemen ekstrak. Lakukan reksristalisasi dengan cara melarutkan kembali

endapan yang didapat dengan etil asetat hingga terlarut sempurna dan

biarkan pelarut menguap hingga didapatkan kristal murni. (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2000)

3.3.6 Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi

1. Pemeriksaan Organoleptis

Senyawa hasil isolat yang diperoleh dilakukan karakterisasi secara

pemeriksaan organoleptis dengan mengamati secara visual bentuk, rasa,

warna dan bau senyawa hasil isolasi. Kemudian dibandingkan dengan

tinjauan pustaka.

2. Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

a. Pembuatan Larutan Pembanding

Timbang 10 mg kristal asam usnat murni masukkan kedalam vial larutkan

dengan etil asetat hingga larut sempurna

b. Pembuatan Larutan Uji

Timbang 10 mg kristal asam usnat dari metode maserasi masukkan dalam

vial larutkan dengan etil asetat hingga larut sempurna. Perlakuan tersebut

dilakukan juga terhadap kristal murni asam usnat hasil metode sokletasi.

c. Penjenuhan

Lempeng kromatografi lapis tipis dipanaskan dalam oven selama 30 menit

pada suhu 110ºC setelah itu dibuat garis lurus pada lempeng 0,5 cm pada

atas dan bawah, kemudian siapkan eluen dan masukan kedalam chamber

24
lalu jenuhkan dengan cara memasukan kertas saring kedalam chamber

yang berisi eluen, jika kertas saring sudah basah semua menandakan

eluennya sudah jenuh (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

d. Prosedur kromatografi lapis tipis (KLT)

Larutan uji asam usnat dari metode maserasi yang telah dilarutkan

ditotolkan dengan jarak antara 1,5 sampai 2 cm dari tepi bawah lempeng,

dan dibiarkan mengering. Lempeng ditempatkan kedalam bejana

kromatografi. Larutan pengembang dalam bejana harus mencapai tepi

bawah lapisan penjerap, totolan jangan sampai terendam. Tutup bejana

diletakkan pada tempatnya dan dibiarkan sistem hingga fase gerak Etil

asetat : n-heksan (3:2) merambat sampai batas jarak rambat. Lempeng

dikeluarkan dan dikeringkan di udara dan bercak diamati pada sinar

tampak, ultraviolet 366 nm. Ditentukan nilai Rf. Perlakuan tersebut

dilakukan juga terhadap sampel metode sokletasi. (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2008).

3. Pengukuran Panjang Gelombang

a. Ditimbang 10 mg asam usnat masukkan ke dalam labu ukur 10 mL

dengan pelarut metanol, lakukan sonikator untuk mempercepat

kelarutan kemudian tambahkan dengan metanol dan homogenkan.

b. Pipet 1 mL dari larutan induk 1000 µg/mL di masukkan kedalam labu

ukur 10 mL tambahakan sampai homogen di dapatkan konsentrasi 100

µg/mL.

25
c. Dipipet 1 mL dari konsentrasi 100 µg/mL masukkan ke dalam labu

ukur 10 mL ditambahkan pelarut metanol sampai tanda batas

didapatkan konsentrasi 10 µg/mL.

d. Ukur panjang gelombang maksimum asam usnat dengan

spektrofotometer Uv-Vis (Maulidiyah et al., 2015).

4. Pengujian Titik Leleh

Masukkan kristal asam usnat kedalam pipa kapiler kemudian masukkan

pipa kapiler kedalam alat penentu titik leleh amati dan catat suhu dari

kristal mulai meleleh sampai meleleh seluruhnya.

5. Pemeriksaan Spektrum Inframerah

Pemeriksaan spektrum inframerah dilakukan dengan alat spektroskopi

FTIR (Fourier transformation Infra Red) (Perkin Elmer). Kristal

ditimbang sebanyak 10 mg kemudian dihaluskan dengan 100 mg KBr dan

mencetaknya menjadi cakram tipis atau pelet dimasukkan kedalam alat

FTIR, dianalisis pada rentang bilangan gelombang 4000-400 cm-1.

Kemudian ditunggu proses pembacaan data sehingga muncul

kromatogram pada komputer (Ulfa, 2016).

6. Analisis Differential Scanning Calorimetry DSC

Analisis termal sampel dilakukan dengan menggunakan alat DSC Setaram.

Alat DSC diprogram pada rentang suhu 30 oC sampai 300°C dengan

kecepatan pemanasan 10oC per menit. Analisis dilakukan pada sampel

asam usnat (Fadhila et al., 2020)

26
7. Analisis Difraksi sinar X (XRD)

Analisis difraksi sinar-X serbuk sampel dilakukan pada suhu ruang dengan

menggunakan difraktometer tipe RINT-2500 (Rigaku, Jepang). Kondisi

pengukuran sebagai berikut: target logam Cu, filter Kα, voltase 45 kV,

arus 40 mA, analisis dilakukan pada rentang 2 theta 5º – 35º. Sampel

diletakkan pada sampel holder (kaca) dan diratakan untuk mencegah

orientasi partikel selama penyiapan sampel. Analisis dilakukan untuk asam

usnat yang diperoleh dengan asam usnat pembanding (Fadhila et al., 2020)

27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Setelah dilakukan penelitian tentang optimasi karakterisasi asam usnat dari

kayu angin (Usnea sp.) menggunakan metode maserasi dan sokletasi dengan

pelarut n-heksan diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Andalas

(ANDA) Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Andalas Padang

menunjukkan bahwa sampel yang digunakan adalah tumbuhan kayu angin

(Usnea sp) (Lampiran 1, Gambar 6).

2. Dari 200 gram kayu angin yang di maserasi dengan n-heksan diperoleh

randemen ekstrak sebanyak 0,7308 % dan rendemen kristal asam usnat

0,1235% dengan berat kristal asam usnat murni 0,2471 g kemudian dari

200 gram kayu angin yang di sokletasi dengan n-heksan diperoleh

rendemen ekstrak sebanyak 2,9787% dan rendemen kristal asam usnat

0,7510% dengan berat kristal asam usnat murni 1,5021 g (Lampiran 1,

Tabel III)

3. Hasil karakterisasi dari isolasi kayu angin

a. Hasil pengujian organoleptis asam usnat pada metode sokletasi dan

maserasi menunjukkan bahwa asam usnat berwarna kuning, bau khas

dan berbentuk jarum. (Lampiran 1, Tabel II)

b. Hasil pengujian kromatografi lapis tipis dari isolasi asam usnat pada

plat silika gel G F254 yang dilihat pada sinar UV λ 366 nm dengan fase

28
gerak n-heksan : etil asetat (2:3) diperoleh nilai Rf asam usnat yang

diperoleh dengan metode maserasi 0,5 dan Rf asam usnat yang

diperoleh dengan metode sokletasi 0,5 (Lampiran 1, Tabel V)

c. Hasil pemeriksaan FTIR asam usnat pada metode sokletasi terdapat

gugus OH, gugus C-O, gugus CH3, gugus C=C, gugus C-C, gugus

C-O-C, hasil pemeriksaan FTIR asam usnat pada metode maserasi

terdapat gugus C-H, gugus CH3, gugus C=C, gugus C=O, gugus C-C,

gugus C-O-C. (Lampiran 1, Tabel VI)

d. Hasil penentuan panjang gelombang asam usnat pada metode sokletasi

diperoleh panjang gelombang 325, dan pada metode maserasi 320

(Lampiran 1, Gambar 8)

e. Hasil pemeriksaan analisis termal asam usnat menggunakan alat

Differential Scanning Calorimetry pada metode sokletasi diperoleh

titik leleh dengan suhu 208,83ᵒC, kemudian dengan metode maserasi

diperoleh titih leleh pada suhu 207,55ᵒC (Lampiran 1, Tabel VIII)

f. Hasil pemeriksaan difraksi sinar x Senyawa asam usnat menunjukkan

puncak interferensi yang tajam pada sudut 2θ (21,44426ᵒ, 16,00607ᵒ, dan

5,33884ᵒ) yaitu 1300; 1252,8; dan 755,12 (Lampiran 1, Gambar 14)

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah kayu angin (Usnea sp)

yang diperoleh dari Pasar Raya Padang Kampung Jao Kecamatan Padang Barat,

Kota Padang, Sumatera Barat Indonesia, sebanyak 500 g. Identifikasi tumbuhan

telah dilakukan di laboratorium jurusan biologi FMIPA, Universitas andalas

29
(ANDA) Sumatera barat. Tujuan identifikasi ini untuk mengetahui identitas

sampel yang akan digunakan. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut dapat

diketahui bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Usnea sp.

Selanjutnya kayu angin dibersihkan untuk menghilangkan pengotor yang melekat

pada sampel. Kemudian dilakukan proses perajangan, proses perajangan

dilakukan dengan pisau tipis berbahan stainlees steels sehingga diperoleh

potongan kecil.

Dari 200 gram sampel yang diambil selanjutnya dilakukan proses ekstraksi

menggunakan metode maserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan sampel

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

suhu kamar (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Prinsip kerja dari

maserasi yaitu adanya keseimbangan konsentrasi pelarut didalam dan diluar sel

yang mana pelarut akan melewati dinding sel dan isi sel akan larut karena adanya

perbedaan konsentrasi antara diluar dan didalam sel. Larutan yang memiliki

konsentrasi tinggi akan mendesak keluar. Proses tersebut tetap berlangsung

hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara didalam dan diluar sel. Pada

proses maserasi menggunakan botol kaca berwarna gelap dan terlindung dari

cahaya. Maserasi yang dilakukan menggunakan n-heksan sebagai pelarut, karena

senyawa yang akan diisolasi bersifat non polar, maka dari itu pemilihan n-heksan

dapat memberikan hasil yang baik. Pelarut yang digunakan untuk 200 g sampel

yaitu 1 liter n-heksan kemudian dimaserasi didalam botol gelap dan dilakukan

sebanyak 3x pengulangan, dimana 6 jam pertama sesekali diaduk dan 18 jam

didiamkan. Maserat dipisahkan dengan cara penyaringan menggunakan kertas

30
saring. Tempatkan maserat atau hasil maserasi kedalam botol penampungan.

Maserat yang terkumpul kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator

pada suhu dibawah 68oC dimana prinsip dari rotary yaitu memisahkan suatu

senyawa dengan bantuan putaran dan vakum sehingga pelarut dapat menguap

dibawah suhu titik didihnya (Marjoni, 2016) sehingga didapatkan ekstrak dengan

berat 1,4618 dan rendemen ekstrak sebanyak 0,7309 % (Lampiran 1, Tabel III).

Proses ekstraksi selanjutnya yaitu menggunakan metode sokletasi.

Sokletasi adalah proses pengekrakan yang menggunakan alat khusus sehingga

terjadinya pendinginan balik dan jumlah pelarut yang relatif sama (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Prinsip kerja dari sokletasi adalah

penyarian secara berulang-ulang menggunakan pelarut yang sama sehingga

pelarut akan menguap pada suhu titik didih tertentu. Kayu angin di sokletasi

menggunakan pelarut n-heksan. Kemudian hasil sokletasi dipekatkan

menggunakan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak dengan berat 5,9579

dengan rendemen ekstrak 2,9789% (Lampiran 1, Tabel IV)

Endapan kristal yang didapatkan dari metode maserasi dan sokletasi

dilakukan rekristalisasi dengan etil asetat dan n-heksan. Rekristalisasi merupakan

salah satu cara pemurnian kristal dengan melarutkan dalam pelarut yang sesuai.

Kristal dilarutkan dengan etil asetat diatas waterbath sampai kristal larut sempurna

kemudian ditambahkan n-heksan dan diamkan hingga terbentuk kristal kembali.

Karakterisasi asam usnat dilakukan berdasarkan perbandingan metode dan

literatur yang digunakan. Berdasarkan identifikasi yang digunakan asam usnat

memiliki bentuk seperti jarum, tidak berbau, warna kuning dan hasil ini sesuai

31
dengan literatur yang digunakan (Zura, 2019). Selanjutnya dilakukan pengujian

titik leleh menggunakan alat melting point apparatus dengan metode kapiler.

Asam usnat dikatakan murni apabila jarak titik leleh dari awal sampai meleleh

sempurna tidak lebih dari 1-2ᵒC (Ritmaleni, 2006). Titik leleh yang diperoleh dari

metode maserasi yaitu 206ᵒC sedangkan pada metode sokletasi 207ᵒC. Dari hasil

yang diperoleh isolasi asam usnat dengan metode sokletasi sesuai pada pengujian

yang dilakukan oleh Zaini et al., (2017) yaitu 207,1ᵒC.

Kemudian dilakukan pengujian kromatografi lapis tipis (Lampiran 1,

Gambar 7). Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu metode analisis

kualitatif dengan cara memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan

perbedaan kepolaran dengan tujuan untuk menentukan banyaknya komponen

senyawa (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Pada percobaan ini

digunakan plat silika gel 60 F254 yang bersifat polar sebagai fase diam. Fase gerak

akan bergerak melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dengan

kecepatan yang berbeda untuk komponen yang berbeda. Fase gerak yang

digunakan adalah n-heksan-etil asetat (2:3). Kemudian dilakukan penotolan

sampel pada plat KLT dan dimasukkan dalam bejana kromatografi yang berisi

fase gerak. Sebelum dilakukan pemisahan, plat KLT diberi tanda terlebih dahulu

yaitu tanda batas bawah dan batas atas dengan pensil.

Fase gerak terlebih dahulu dijenuhkan dengan menutup rapat bejana

kromatografi dengan tujuan untuk mencegah penguapan pelarut dan tidak

mengganggu proses elusi. Setelah fase gerak jenuh, maka plat KLT yang sudah

ditotolkan dengan sampel dimasukkan ke dalam bejana kromatografi. Senyawa

32
akan bergerak pada plat seperti bergeraknya pelarut, setelah itu terbentuk

beberapa noda karena sampel akan ikut berinteraksi dengan silika yang ada pada

lempengan. Selanjutnya noda dideteksi dibawah sinar UV pada gelombang 366

nm dan diperoleh noda seperti pada gambar. Masing-masing fase gerak larutan

asam usnat diperoleh nilai Rf 0,5 dan 0,5. Kemudian ditambahkan penampak noda

menggunakan FeCl3 dan memperoleh warna noda biru kehitaman yang

menandakan bahwa senyawa tersebut (asam usnat) merupakan golongan fenolik.

Setelah dilakukan pengujian kromatografi lapis tipis dilanjutkan dengan

pengujian FTIR. Hasil FTIR pada Zura (2019) menggunakan metode sokletasi

menunjukkan pita serapan 2918 cm-1 terdapat gugus OH, 1687 cm-1 terdapat gugus

C=O, 1606 cm-1 terdapat gugus C=C, 1438 cm-1 terdapat gugus CH3, 1058 cm-1

terdapat gugus C-O-C. Dari hasil analisa FTIR pada metode sokletasi

menunjukkan pita serapan pada daerah bilangan gelombang gelombang 3089 cm-1

merupakan vibrasi regangan CH aromatik, sedangkan pita serapan pada bilangan

gelombang 2926 cm-1 merupakan vibrasi ulur asimetrik gugus CH3 yang didukung

oleh adanya pita serapan di daerah 1441 cm-1 yang merupakan vibrasi tekuk dari

gugus CH3. Adanya pita serapan pada bilangan gelombang 1687 cm-1

menunjukkan adanya suatu gugus karbonil terkonjugasi, pada bilangan

gelombang 3854 cm-1 terdapat gugus hidroksi. Selanjutnya hasil analisa FTIR dari

metode maserasi dapat dilihat bahwa pada bilangan gelombang 2920 cm-1

merupakan vibrasi tekuk dari gugus CH3 dan didukung oleh adanya pita serapan

pada bilangan gelombang 2769 cm-1. Pada biangan gelombang 1688 cm-1 terdapat

gugus karbonil terkonjugasi, pada bilangan gelombang terdapat gugus C=O, pada

33
1538 cm-1 terdapat gugus C-C, 1688 cm-1 terdapat gugus C=C. Dari data

spektrum infra merah tersebut dapat diperkirakan bahwa senyawa ini merupakan

asam usnat karena mengandung suatu gugus keton (C=O), gugus hidroksi (OH),

dan gugus CH3.

Setelah dilakukan analisis FTIR dilanjutkan dengan analisa Differencial

Scanning Calormetry (DSC). DSC (Differential Scanning Calorimetry)

merupakan salah satu metode analisis termal yang dapat digunakan untuk

menentukan kapasitas panas dan entalpi dari suatu sampel. Hasil termogram asam

usnat dengan metode sokletasi terlihat puncak endotermik yang tajam pada

temperatur 208,83 (ᵒC) yang merupakan peristiwa peleburan dari asam usnat

dengan entalpi sebesar 57,172 J/g. Asam usnat mulai melebur pada suhu 206,85

(ᵒC) dan melebur secara keseluruhan pada suhu 211,156 (ᵒC). Sedangkan pada

metode maserasi hasil termogram terlihat puncak endotermik yang tajam pada

temperature 207,551ᵒC dengan entalpi sebesar 64,703 J/k. pada metode ini asam

usnat mulai melebur pada suhu 205,439ᵒC dan melebur secara keseluruhan pada

suhu 209,599ᵒC. Dari kedua metode yang dilakukan dapat dilihat bahwa

karakterisasi yang mendekati literatur terdapat pada metode sokletasi yang

dikuatkan oleh penelitian Zaini et al., (2017) yang terdapat endotermik yang tajam

pada suhu 207,1°C, dan Zura, (2019) menunjukkan hasil termogram asam usnat

terlihat puncak endotermik yang tajam pada suhu 206,792 oC yang merupakan

peristiwa peleburan dari asam usnat dengan entalpi sebesar 73,853 J/g. Asam

usnat mulai melebur pada suhu 203,8540C dan selesai melebur pada suhu

209.8620C.

34
Hasil analisis difraksi sinar-X dapat dilihat bahwa asam usnat berbentuk

padatan kristal yang ditandai dengan adanya puncak-puncak interferensi yang

tajam pada difraktogram asam usnat. Senyawa asam usnat menunjukkan puncak

interferensi yang tajam pada sudut 2θ (21,444260, 16,006070, dan 5,338840) yaitu

1300: 1252,8; dan 755,12 seperti yang terdapat pada lampiran 1 gambar 14,

sedangkan pada penelitian Zaini et al., 2017 Intensitas puncak spesifik asam usnat

berada pada 10,3° 2θ dan pada penelitian Zura, (2019) asam usnat menunjukkan

puncak interferensi yang tajam pada sudut 2θ (27,124270; 19,556560 dan

29,115770) yaitu 3819,0; 2325,3 dan 2325,3.

Dari hasil isolasi dan karakterisasi yang dilakukan dapat dilihat bahwa

metode yang paling efektif dalam isolasi asam usnat adalah metode sokletasi,

karena metode sokletasi merupakan suatu metode dengan pemanasan, pelarut

yang digunakan akan mengalami sirkulasi dibandingkan dengan cara maserasi,

ekstraksi sokletasi memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi. Proses ekstraksi

dipengaruhi oleh suhu, ukuran partikel, jenis pelarut, waktu retensi dan metode

dari ekstraksi Sedangkan metode maserasi merupakan proses perendaman sampel

menggunakan pelarut yang sesuai dengan temperatur ruangan. Pada metode

maserasi membutuhkan waktu yang lama dan penyarian nya kurang sempurna

karena dapat terjadi kejenuhan pelarut sehingga kandungan zat aktif tidak tersari

secara sempurna. Biaya maserasi lebih besar dibandingkan dengan sokletasi

karena msaerasi membutuhkan pelarut yang banyak, sedangkan sokletasi

menggunakan pelarut yang lebih sedikit (Abuzar & Prasetyo, 2015).

35
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang optimasi karakterisasi

asam usnat dari Usnea sp menggunakan metode sokletasi dan maserasi dengan

pelarut n-heksan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Metode sokletasi merupakan metode yang paling efektif digunakan dalam

isolasi asam usnat karena menggunakan alat yang khusus sehingga dapat

membantu dalam memaksimalkan penyarian senyawa asam usnat dari

kayu angin dibandingkan dengan metode maserasi.

2. Berat ektrak yang diperoleh dari isolasi asam usnat menggunakan metode

sokletasi adalah 5,9579 gram dengan rendemen ekstrak sebesar 2,9789%

dan berat kristal sebesar 1,5021 gram dengan rendemen 0,7510%.

Sedangkan pada metode maserasi diperoleh berat ekstrak sebesar 1,4618

gram dengan rendemen ekstrak sebesar 0,7309% dan berat kristal sebesar

0,2471 gram dengan rendemen 0,1235%.

3. Hasil dari uji fisiko kimia asam usnat murni yang diperoleh dengan

metode sokletasi dan maserasi sesuai dengan literatur.

5.2 Saran

Pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan isolasi asam usnat

dengan metode dan karakterisasi lainnya, sehingga dapat menghasilkan asam

usnat dalam jumlah yang banyak.

36
DAFTAR PUSTAKA

Abuzar, A. & Prasetyo, A. (2015). Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Survei.


Jakarta: Rajawali Pers

Anderson, C, L. (1953). A Manual For The Organic Chemistry Laboratory.


London: University Of Michigan.Jhon And Sons, Inc

Alfarisyi, S. (2019). Pembuatan Nanokristal Asam usnat menggunakan


Poloxamer 188 sebagai Stabilisator dengan Metode Penggilingan Basah.
(Skripsi) Padang: Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM).

Alvin, K.L.F.L.S., Kershaw, K.L., (1963). The Observer’s Book of Lichenes.


England : London

Araujo, A. A., Melo, M. G., Rabelo, T. K., Nunes, P. S., Santoso, S. L., Serafini,
M. R., Santos, M.R. & Gelain D. P. (2015). Review of biological properties
and toxicity of usnic acid. Natural Product Research. 29(23) 2167-2170.

Behera, B. C., Mahadik, N., & Morey, M. (2012). Antioxidative and


Cardiovascular-Protective Activities of Metabolite Usnic acid and Psoromic
Acid Produced by Lichen species Usnea complanata Under Submerged
Fermentation. Pharmaceutical Biology. 50(8): 968–979

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.


Padang: Andalas University Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum


Ekstrak Tumbuhan Obat, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1985). Cara Pembuatan Simplisia,


Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Farmakope Herbal Indonesia


edisi I. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Endarti., Sukandar., E.Y& Soediro., I (2004). Kajian aktivitas asam usnat


terhadap bakteri penyebab bau badan. Jurnal Bahan Alam Indonesia. 3 (1),
151-157.

Fadhila, M., Umar, S., & Zaini, E. (2020). Pembentukan Kokristal Asam usnat N-
Methyl-D-Glucamine dengan Metode Penguapan Pelarut dan Pengaruhnya
terhadap Penurunan Interleukin-8 pada Tikus Inflamasi. Jurnal Farmasi
sains dan klinik. 7(1):23–30

37
Fessenden, R., J. & Fessenden, J., S. (1986). Organic Chemistry Third Edition.
Wadsworth, inc., Belmont, California 94002 Massachuset, USA

Fitriani, L., Melisa, Saputra, F., & Zaini, E. (2018). Studi awal Sediaan Gel
Ekstrak Etanol Kayu Angin (Usnea sp) untuk Penyembuhan Luka Bakar.
Jurnal Sains Farmasi & Klinik. 5(2), 83-87.

Fitriani, L., Afifah., Ismed, F., & Bakhtiar, A., (2019). Hydrogel Formulation of
Usnic acid and Antibacterial Activity Test Against Propionibacterium acne.
Scientia Pharmaceutica. 87(1)

Gandjar, I., G. & Rohman, A. (2012). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Gani, L. R., (1998). Isolasi dan Penentuan Struktur Molekul Senyawa Kimia yang
Dikandung oleh Tumbuhan Usnea dasypoga, Rohl., Tesis Magister Ilmu
Kimia, Program Pascasarjana. Depok : Universitas Indonesia.

Ginting, E., Y. Widodo, S.A. Rahayuningsih, & M. Yusuf. (2005).Karakterisasi


Pati Beberapa Varietas Ubi Jalar. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan 24(1):9-18

Huneck, S., Yoshimura, I., (1996). Identification of Lichen Substances, 2 nd ed.,


Springer, Berlin, New York, London, Singapore, Tokyo.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Suplemen II Farmakope


Herbal Indonesia edisi I. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan.

Marjoni, R. (2016) Dasar-dasar fitokimia. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Maulidiyah., Cahyana, A. H., & Suwarso, W. P. (2011). A New Phenolic


Coumpoud From Acetone Extract of Lichen Usnea flexuosa Tayl. 11(3),
290-294

Maulidiyah., Azis, T., Sabarwati, S. H., Nurdin, M. (2015). Isolasi dan


identifikasi senyawa (-)-Asam Usnat dari Lincen Usnea sp. Serta Aktivitas
Sitotoksiknya Terhadap Sel Murine Leukimia P388. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia. 13 (1), 1693-1831.

Marlina, T., Dini, I., & Maryono. (2017). Isolasi Senyawa Alkaloid dari Fraksi
Ekstrak Kloroform usnea sp. Jurnal biologi, 5(1),105-108.

Marjoni, R. (2016) Dasar-dasar fitokimia. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Muzakir, A., Hardian, R., & Setiabudi, A. (2012). Karakterisasi material : Prinsip
dan Aplikasinya dalam Penelitian Kimia. Bandung : Upi Press. ISBN:
979978435-2

38
Plantamor. (2008). Plantamor Situs Dunia Tumbuhan, Informasi Spesies-pala.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=883. Diakses 25 september
2020.

Ritmaleni., & Nurcahyani, W. (2006). Sintetis 4-fenil-3,4-tetrahidro-indeno (2,1)-


pyrimidin-2-one (LR)1. Majalah Farmasi Indonesia. 17(3): 149-155.

Rohman, Abdul. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Salgado F, Albornoz L, Cortéz C, Stashenko E, Urrea-Vallejo K, Nagles E,


Galicia-Virviescas C, Cornejo A, Ardiles A, Simirgiotis M, GarcíaBeltrán
O. (2017) Secondary metabolite profiling of species of the genus usnea by
UHPLC-ESI-OT-MS-MS. 23(1):54.

Sari, D. R., Lestari, C., & Yandi, S. (2018). Pengaruh Pemberian Asam usnat
terhadap Jumlah Sel Osteoblas Pada Tikus Periodontitis. Jurnal B-Dent 5(2)
124-134.

Setiawan, J., Indaryati, S., & Ginting, A.B. (2005) Penentuan Parameter Uji dan
Ketidakpastian Pengukuran Kapasitas Panas pada Differential Scanning
Calorimetry. J.Tek. Bhn. Nukl. 1. (1) 1–57 ISSN 1907–2635

Septiana, E. (2011). Potensi Lichen Sebagai Sumber Bahan Obat: Suatu Kajian
Pustaka. Bogor: Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI.

Silverstein, R.M., Webster, F.X., & Kremk, D.J. (2005)


“Spectrometricidentification of organic compounds, seventh edition”New
York, John Wiley and Sons. 72-126.

Solihin, A. (2015). Uji Antihelmintik Estrak Lichen (Usnea sp.) Terhadap Cacing
Gelang Babi (Ascaris suum, Goeze 1782). Bandung : Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Sunan Gunung Djati

Suryana, S., Putra, R. E. (2019). Optimation Of Resin-Catalyst Formulation In


The Thallus Plant Bioplastic Media Fabrication. Kandaga. 2(1) E-ISSN:
2686-2263

Sutiningsih, Dwi., Sulistyani. (2005). Aktivitas Antibakteri Fraksi Metanol Kayu


Angin (Usnea misaminensis (Vain) Not) Terhadap Mycobacterium
tuberculosis H37Rv. Universitas Diponegoro: Semarang

Sweetman, S, C. (2009). Martindale (36rd ed). USA: Pharmaceutical Press.

Ulfa, S. M. (2016). Identifikasi Dan Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan Dalam


Bekatul Dengan Menggunakan Variasi Pelarut. (Skripsi) Malang: UIN
Maulana Malik Ibrahim.

39
William, D., H. & Fleming, I. (2013). Metode Spektroskopi dalam Kimia Organik
edisi 6. Jakarta: EGC.

Zaini, E., Nisak, R. K., Utami, R. D., Fitriani, L., & Ismed, F. (2017). Effect of
Milling on Physicochemical Properties of Usnic acid Isolated from Usnea
sp. Oriental Jurnal Of Chemistry. 6(33): 3031-3036.

Zura, N. (2019). Pengaruh Lama Waktu Penggilingan terhadap Upaya


Optimalisasi Nanokristal Asam usnat-Poloksamer 188 Menggunakan
Metode Penggilingan Basah. (Skripsi). Padang: Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi (STIFARM)

40
Lampiran 1. Hasil Data Penelitian

Gambar 6. Identifikasi Tanaman

41
Lampiran 1. (Lanjutan)

Tabel II. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Asam usnat dengan Metode

Maserasi dan Sokletasi.

No. Pemeriksaan Kristal Asam Kristal Asam Persyaratan


usnat (maserasi) usnat (sokletasi) (Maulidiyah,
2015 & Zura,
2019)
1. Bentuk Kristal jarum Kristal jarum Kristal jarum

2. Warna Kuning Kuning Kuning

3. Bau Khas Khas Khas

Tabel III. Randemen Ekstrak kayu angin (Usnea sp)

No. Metode Berat Berat % Persyaratan


sampel ekstrak rendemen
(gram) (gram)
1. Maserasi 200 1,4618 0,7308 -
2. Sokletasi 200 5,9579 2,9787 0,8 %
(Endarti et al
2004)

Tabel IV. Berat Kristal Murni Asam usnat

No. Metode Berat Berat kristal % Persyaratan


ekstrak (gram) rendemen (Zura 2019)
(gram)
1 Maserasi 1,4618 0,2471 0,1235% -
2 Sokletasi 5,9579 1,5021 0,7510% 0,81%

42
Lampiran 1. (Lanjutan)

Tabel V. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

No. Metode Nilai Rf


1. Pembanding 0,5
2. Maserasi 0,5
3. Sokletasi 0,5

Gambar 7. Hasil pola KLT Asam usnat Hasil Isolasi dengan Fasa Gerak n-Heksan

: Etil asetat (2 : 3)

Keterangan:

P = Larutan Pembanding

M = Larutan Uji Asam usnat dengan Maserasi

S = Larutan Uji Asam usnat dengan Sokletasi

43
Lampiran 1. (lanjutan)

5
4.5 y = 0.0093x + 0.5549
4 R² = 0.766
3.5
absorban

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 100 200 300 400 500
panjang gelombang

Gambar 8. Kurva Panjang Gelombang Sokletasi

7
6 y = 0.0297x - 6.317
5 R² = 0.7317

4
absorban

3
2
1
0
0 100 200 300 400 500
-1
panjang gelombang

Gambar 9. Kurva Panjang Gelombang Maserasi

44
Lampiran 1. (lanjutan)

Gambar 10. Spektrum Infra Merah Asam Usnat dengan Metode Sokletasi

Tabel VI. Data Analisa Spektrum Infra Merah Asam usnat dengan Metode
Sokletasi
Keterangan GUGUS FUNGSI
O-H C-H CH3 C=C C-C C-O-H C-O-C
Asam usnat 3854 3089 2926,95 1687 1537 1441 1285

45
Lampiran 1. (lanjutan)

Gambar 11. Spektrum Infra Merah Asam Usnat dengan Metode Maserasi

Tabel VII. Data Analisa Spektrum Infra Merah Asam usnat dengan Metode

Maserasi

Keterangan GUGUS FUNGSI


C-H CH3 C=C C-O-C C-C
Asam usnat 2769 2920 1688 1440 1538

46
Lampiran 1. (lanjutan)

Gambar 12. Termogram Diferential Scanning Calorimetry dari Metode Sokletasi

Tabel VIII. Data Analisa Termogram dari Asam usnat Menggunakan Metode

Sokletasi

Keterangan Entalpi Suhu Waktu Puncak Puncak Onset Offset


(J/g) (T) (t) Max Tinggi (ᵒC/s) (ᵒC/s)
(ᵒC/s) (Mw)
Asam usnat 57,172 199,8 1.068, 208,83 -8,797 206,85 211,15
7 dan 3 dan (ᵒC)/1. (ᵒC)/ 6
218,1 1.178, 123,2 1.110, (ᵒC)/
8 (ᵒC) 1 (s) (s) 347 1.137.0
(s) 67
(s)

47
Lampiran 1. (lanjutan)

Gambar 13. Termogram Diferential Scanning Calorimetry dari Metode Maserasi


Tabel IX. Data Analisa Termogram dari Asam usnat Menggunakan Metode
Maserasi
Keterangan Entalpi Suhu Waktu Puncak Puncak Onset Offset
(J/g) (T) (t) Max Tinggi (ᵒC/s) (ᵒC/s)
(ᵒC/s) (Mw)
Asam usnat 64,703 196,9 1.050, 207,55 -9,814 205,43 209,59
0 dan 3 dan 1 9(ᵒC)/ 9
218,3 1.178, (ᵒC)/1. 1.101, (ᵒC)/
0 (ᵒC) 4 (s) 115,4 678 1.127.5
(s) (s) 29
(s)

48
Lampiran 1. (lanjutan)

Gambar 14. Difraktogram Sinar-X Asam usnat

49
Lampiran 2. Data dan Perhitungan Penelitian

1. Perhitungan rendemen

a. Perhitungan Rendemen Maserasi

s
Rendemen = 100
s s

1 18
= 100

= 0,7309 %

b. Perhitungan Rendemen Sokletasi

s
Rendemen = 100
s s

9 9
= 100

= 2,9789 %

2. Perhitungan rendemen kristal asam usnat

a. Perhitungan Rendemen Maserasi

s
Rendemen = 100
s

02 1
= 100
200

= 0,1235 %

b. Perhitungan Rendemen sokletasi

s
Rendemen = 100
s

1 021
= 100

= 0,7510 %

50
Lampiran 2. Data dan Perhitungan Penelitian

Pengukuran pola kromatografi KLT asam usnat, pembanding, dan campuran

pembanding dengan asam usnat.

Jarak rambat larutan pembanding = 2 cm


Jarak rambat fase gerak = 4 cm

2cm

4cm

= 0,5

Jarak rambat larutan uji dengan maserasi = 2 cm


Jarak rambat fase gerak = 4 cm

2cm

4cm

= 0,5

Jarak rambat larutan uji dengan sokletasi = 2 cm


Jarak rambat fase gerak = 4 cm

2cm

4cm

= 0,5

51
Lampiran 3. Skema Kerja Isolasi Asam usnat dari Kayu Angin dan

Dokumentasi

Serbuk kayu angin (Usnea sp)

Maserasi Sokletasi

Rotary Evaporator Rotary Evaporator

Ekstrak kental Ekstrak kental

Randemen ekstrak Randemen ekstrak

Rekristalisasi Rekristalisasi

Uji KLT Uji KLT

Kristal Murni Kristal Murni

Karakterisasi Asam usnat

Melting Point, Spektrofotometer Uv


vis, Spektrofotometer IR, DSC, XRD

Gambar 15. Skema Kerja Isolasi Asam usnat

52
Lampiran 3. (Lanjutan)

Serbuk kayu angin (usnea sp)

Dimaserasi dengan n-heksan, direndam


selama 24 jam Sambil sesekali diaduk

Maserat I Ampas

Dimaserasi lagi dengan


n-heksan diamkan
selama 24 jam sambil
Maserat II sesekali diaduk

Ampas

Dimaserasi lagi dengan


n-heksan diamkan
selama 24 jam sambil
sesekali diaduk

Ampas
Maserat III

Maserat I II III dicampur

diuapkan dengan rotary evaporator


Ekstrak Kental

Rekristalisasi dengan Etil & n-Heksan

Melting
karakterisasi Point,Spektrofotometer Uv
vis, Spektrofotometer IR,
DSC, XRD

Gambar 16. Skema Kerja Ekstraksi Kayu Angin dengan Metode Maserasi

53
Lampiran 3. (Lanjutan)

Serbuk Kayu Angin (Usnea sp)


Sokletasi dengan n-Heksan

Ekstrak cair

Uapkan dengan Rotary Evaporator


Ekstrak Kental

Rekristalisasi dengan Etil & n-Heksan


Kristal Asam usnat

Karakterisasi

Melting Point,Spektrofotometer
Uv vis, Spektrofotometer IR,
DSC, XRD

Gambar 17. Skema Kerja Isolasi Asam usnat

54
Lampiran 3. (Lanjutan)

Gambar 18. Kayu Angin (Usnea sp)

Gambar 19. Alat Soklet

55
Lampiran 3. (Lanjutan)

Gambar 20. Botol Maserasi

Gambar 21. Rotary Evaporator

56
Lampiran 3. (Lanjutan)

Gambar 22. Kristal Asam usnat metode sokletasi

Gambar 23. Kristal Asam usnat metode maserasi

57
Lampiran 3. (lanjutan

Gambar 24. Alat Timbangan Digital (PrecisaXB 220A)

Gambar 25. Spektrofotometer UV-Vis (Shimatzu 1800)

Gambar 26. Spektrofotometer Infra Red (Thermo Scientific)

58
Lampiran 3. (lanjutan)

Gambar 27. Hasil Pengujian Titik Leleh Asam usnat dari Metode Sokletasi

Gambar 28. Hasil Pengujian Titik Leleh Asam usnat dari Metode Maserasi

59

Anda mungkin juga menyukai