Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENELITIAN SENYAWA BIOAKTIF NEOLIGNAN

DALAM MENGKUDU SEBAGAI BAHAN TAMBAH PANGAN


BERUPA ANTIOKSIDAN

Untuk Mata Kuliah Bahan Tambahan Pangan

OLEH
ANASTASIA VIRGINIA : 1401010030
BELINDA ALODIA : 1401010046
FELISHA MELINDA : 1401010021
KEZIA JANICE HARIMADI : 1401010016
VIRGIN : 1401010036

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS ILMU HAYATI
UNIVERSITAS SURYA
TANGERANG
2017
ABSTRAK
ANASTASIA VIRGINIA, BELINDA ALODIA, FELISHA MELINDA, KEZIA
JANICE HARIMADI, VIRGIN. Makalah Penelitian Senyawa Bioaktif Neolignan
Dalam Mengkudu Sebagai Bahan Tambah Pangan Berupa Antioksidan. Dibimbing oleh
Warsono E.K

Senyawa bioaktif merupakan salah satu senyawa dengan efek fisiologis yang
berpengaruh positif terhadap kesehatan manusia. Salah satu senyawa bioaktif yaitu
Neolignan merupakan Lignan yang memiliki struktur lebih heterogen dan diketahui
mampu berperan sebagai antioksidan. Senyawa tersebut dapat diperoleh dengan
mengekstrak buah mengkudu dimana senyawa ini berpotensi sebagai Bahan Tambahan
Pangan (BTP) berupa antioksidan. Ekstraksi neolignan dilakukan dengan mengeringkan
buah mengkudu kemudian diekstrak dengan menggunakan MeOH panas yang
kemudian di evaporasi. Setelahnya dilarutkan dengan beberapa senyawa tertentu dan
dievaporasikan kembali. Neolignan akan terkandung dalam fase larut EtOAc yang
kemudian diseparasi dengan metode kromatografi kolom menggunakan Sephadex LH-
20 dengan MeOH sebagai pelarut. Kemudian dikristalisasi agar dapat dijadikan BTP.
Beberapa penelitian sebelumnya dengan sampel yang beragam juga telah membuktikan
adanya aktivitas antioksidan yang diberikan oleh Neolignan melalui pengujian evaluasi
antioksidan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Neolignan dari buah mengkudu
berpotensi besar untuk digunakan sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP).

Kata Kunci: Antioksidan, Bahan Tambahan Pangan, Bioaktif, Neolignan, Mengkudu

i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1


Latar Belakang.................................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
Tujuan ............................................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3


Senyawa Bioaktif .............................................................................................................. 3
Antioksidan....................................................................................................................... 3
Mekanisme Antioksidan ................................................................................................... 6
BTP Antioksidan .............................................................................................................. 7
Buah Mengkudu ............................................................................................................... 7

BAB 3 METOE PENULISAN ..................................................................................... 11


Materi ............................................................................................................................. 11
Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................. 11
Analisis Data .................................................................................................................. 11

BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................................... 12


Kandungan Aktif pada Buah Mengkudu ........................................................................ 12
Potensi Neolignan sebagai BTP Antioksidan ................................................................. 13
Toksisitas Neolignan ...................................................................................................... 14
Metode Ekstraksi Hingga Pembuatan BTP Neolignan dari Mengkudu ......................... 14
Metode Analisis Aktivitas Antioksidan Neolignan sebagai BTP ................................... 15

BAB 5 PENUTUP ......................................................................................................... 17


Simpulan ......................................................................................................................... 17
Saran ............................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 18

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pohon Mengkudu ............................................................................................ 8


Gambar 2. Buah Mengkudu ............................................................................................. 9
Gambar 3. Strukur Neolignan ......................................................................................... 10
Gambar 4. Struktur 8-O-4-neolignan ............................................................................ 12
Gambar 5. Struktur benzodioxane neolignan 506 .......................................................... 13
Gambar 6. Struktur norbenzodioxane neolignan 560 dan 561 ....................................... 13

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan kelebihan dan kekurangan antara antioksidan alami dengan


antioksidan sintetik (Gordon, dkk., 2001) .......................................................... 5

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mengkudu merupakan jenis buah yang banyak dijumpai di daerah pasifik
terutama di Indonesia. Jumlahnya yang melimpah di Indonesia disebabkan karena buah
mengkudu dapat tumbuh pada banyak jenis tanah dan penananmannya yang sederhana.
Senyawa bioaktif merupakan jenis senyawa dengan efek fisiologis yang berdampak baik
atau positif bagi kesehatan manusia. Senyawa bioaktif pada umumnya banyak
terkandung dalam sayur dan buah-buahan. Salah satu peran senyawa bioaktif adalah
sebagai antioksidan yang berdampak baik untuk mencegah berbagai penyakit dan
menangkal radikal bebas.
Menurut Su (2004), buah mengkudu sudah banyak diaplikasikan di United
States, dimana sedang dilakukan uji terhadap efek kesehatan buah mengkudu yang telah
dikeringkan dengan metode freeze drying untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Salah satu senyawa bioaktif yang ada pada buah mengkudu mampu
memberikan efek antioksidan adalah neolignin. Beberapa penelitian sebelumnya telah
membuktikan hal tersebut dengan menguji beberapa sampel seperti Neolignan hasil
ekstraksi dari sirup mapel, sirih ataupun mengkudu. Dalam penelitian ini, Neolignan
akan kembali diteliti dengan mengekstrak sampel dari buah mengkudu sehingga dapat
ditemukan semakin banyak sumber Neolignan yang bermanfaat bagi kesehatan. Melihat
adanya dampak positif tersebut, penelitian ini hendak mempelajari lebih jauh untuk
meninjau Neolignan sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP).

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa kandungan senyawa bioaktif pada buah mengkudu yang memiliki sifat
antioksidan?
2. Bagaimana proses ekstraksi senyawa tersebut?
3. Apakah senyawa tersebut dapat menyebabkan toksisitas pada dosis tertentu?

1
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan bioaktif yang
memiliki sifat antioksidan pada buah mengkudu. Lalu mengetahui proses ekstraksi buah
mengkudu serta mengetahui apakah senyawa antioksidan tersebut memiliki efek
toksisitas pada dosis tertentu.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa Bioaktif
Senyawa bioaktif adalah senyawa yang terkandung dalam hewan ataupun
tumbuhan, dengan beberapa manfaat bagi manusia yaitu dapat dijadikan sebagai sumber
antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker (Prabowo et al, 2014). Komponen
bioaktif mempunyai manfaat jangka panjang bagi kesehatan yaitu untuk menangkap
radikal bebas. Radikal bebas dapat menyebabkan terjadinya penyakit-penyakit
degeneratif seperti jantung koroner dan hepatitis, selain itu juga dapat memacu
timbulnya penyakit tumor dan kanker (Iwashita et al., 2000).
Salah satu komponen bioaktif yang sering ditemukan yaitu senyawa fenol dan
flavonoid, dan dapat diperoleh juga dengan ekstraksi menggunakan pelarut. Pada
prinsipnya ekstraksi dilakukan dengan cara mempertemukan bahan yang akan diekstrak
dengan pelarut selama waktu tertentu, kemudian dilanjutkan dengan pemisahan filtrat
dari residu bahan yang diekstrak dengan evaporasi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan
beberapa metode, salah satunya adalah metode maserasi. Proses metode maserasi yaitu
pertama dilakukan dengan merendam simplisia dalam pelarut, kemudian disimpan
dalam waktu tertentu dalam ruang yang gelap (Hanaa et al., 2009)

Antioksidan
Antioksidan merupakan suatu zat yang mampu menunda, memperlambat, dan
secara alamiah dapat menjadi molekul yang mampu menetralkan efek oksidasi yang
merusak tubuh (Winarti, 2010). Efek oksidasi tersebut dipengaruhi oleh radikal bebas
yang merupakan senyawa kimia reaktif dan tidak stabil, sehingga dapat merusak tubuh
dengan memicu stres oksidatif jika terdapat dalam jumlah yang berlebihan. Radikal
bebas bersifat tidak stabil dikarenakan adanya elektron bebas atau tidak berpasangan.
Radikal bebas diketahui dapat mempercepat penuaan, meningkatkan potensi menderita
penyakit jantung, peradangan, hingga kanker. Radikal bebas dapat diperoleh karena
mengkonsumsi minuman beralkohol, pangan siap saji (fast food), ataupun akibat polusi
asap kendaraan dan rokok (Russel, 2011).

3
Adapun beberapa manfaat yang dapat diberikan oleh antioksidan yaitu
mencegah asterosklerosis, kanker, penuaan dini, mengurangi oksigen singlet dan triplet,
dekomposisi peroksida serta menetralisir radikal bebas. Secara garis besar, antioksidan
dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu antioksidan alami dan sintetik.
Antioksidan alami diperoleh dari hasil ekstraksi bahan alami, sedangkan antioksidan
sintetik diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia. Beberapa contoh antioksidan sintetik
yang telah diproduksi untuk tujuan komersial menurut Buck (1991) adalah Butylated
Hidroxyanisol (BHA), Butylated Hidroxytoluene (BHT), Tert-Butylated Hidroxyquinon
(TBHQ) dan Tokoferol. Sedangkan untuk contoh sumber antioksidan alami dapat
diperoleh dari pangan yang mengandung vitamin A, E, C, B2, seng, selenium, dan lain
sebagainya, yang dapat ditemukan pada sayur, buah, kacang-kacangan hingga sumber
hewani. Daging merah, ikan, susu dan produk turunannya sebagai beberapa produk
hewani diketahui memiliki kandungan seng yang cukup tinggi.
Antioksidan alami dapat diperoleh dengan mengkonsumsi sayur dan buah-
buahan yang kaya akan kandungan senyawa Flavonoid. Hal ini dikarenakan Flavonoid
merupakan salah satu senyawa Fenolik yang memiliki beberapa efek biologis seperti
penangkap radikal bebas, pengkhelat logam, peredam terbentuknya singlet oksigen,
serta pendonor elektron (Karadeniz, dkk., 2005). Aktivitas antioksidan dimiliki oleh
senyawa Flavonoid karena adanya gugus hidroksil yang dapat berperan sebagai reduktor
dan sebagai pendonor Hidrogen terhadap radikal bebas. Menurut Middleton, dkk.
(2000) dalam Amic, dkk. (2003) juga dikatakan bahwa hasil penelitian terhadap dampak
dari senyawa Flavonoid menunjukkan adanya potensi yang besar dalam melawan
penyakit yang disebabkan radikal bebas. Adapun beberapa perbedaan terkait kelebihan
dan kekurangan antara antioksidan alami dengan antioksidan sintetik dapat dijabarkan
pada Tabel 1.

4
Tabel 1. Perbandingan kelebihan dan kekurangan antara antioksidan alami dengan antioksidan
sintetik (Gordon, dkk., 2001)

Antioksidan Alami Antioksidan Sintetik

Mahal Murah
Digunakan khusus hanya untuk beberapa
Digunakan secara umum
produk
Daya larut tinggi, jangkauan daya kelarutan
Daya larut rendah
luas
Penggunaannya terus meningkat dan Penggunaannya dibatasi untuk beberapa
berkembang, tidak dibatasi produk
Meningkatkan daya tarik Mengurangi daya tarik

Dalam pemanfaatannya, antioksidan dapat ditemukan dalam produk tinggi


lemak seperti minyak nabati atau minyak goreng. Tujuan penambahan antioksidan yaitu
untuk menghindari atau memperlambat proses oksidasi yang dapat berdampak buruk
pada kualitas minyak dan menyebabkan timbulnya ketengikan (Tamat, dkk., 2007).
Antioksidan yang hendak ditambahkan ke dalam pangan menurut (Muchtadi, dkk.,
1993) perlu memenuhi beberapa persyaratan, seperti :
1. Tidak memiliki dampak fisiologis yang berbahaya
2. Efektif pada konsentrasi rendah
3. Tidak menyebabkan terbetuknya flavor, odor ataupun warna
4. yang tidak disukai pada lemak atau makanan
5. Tahan terhadap proses pengolahan
6. Mudah diperoleh
7. Mudah larut dalam lemak
8. Ekonomis
Hingga saat ini, antioksidan yang diketahui paling cocok untuk digunakan pada
minyak nabati adalah antioksidan sintetik TBHQ, BHA atau BHT karena sifatnya yang
cukup stabil terhadap panas. Penggunaan antioksidan sintetik saat ini telah diberikan
suatu batasan jumlah pemakaian melihat adanya potensi keracunan bahkan sifat
karsinogenik jika dikonsumsi terlalu banyak (Zuhra, dkk., 2008).

5
Mekanisme Antioksidan
Antioksidan bekerja dengan memberikan donasi elektron bagi elektron bebas
sehingga tidak lagi berdampak sebagai radikal bebas. Antioksidan terdiri dari beberapa
senyawa, yaitu enzim, asam amino, dan nutrisi berupa vitamin dan mineral (Pangkahila,
2007). Secara garis besar, mekanisme penangkapan radikal bebas dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu secara enzimatik dan non-enzimatik. Enzim yang dapat
berperan sebagai antioksidan adalah superoksida dismutase, katalase, glutation
peroksidase, dan glutation reduktase. Namun secara non-enzimatik, antioksidan berkerja
melalui 4 cara yaitu penangkapan radikal bebas (misalnya dengan menggunakan
vitamin C maupun vitamin E), mengkelat logam transisi (misalnya dengan
menggunakan EDTA) , bertindak sebagai inhibitor enzim oksidatif (misalnya aspirin
dan ibuprofen), sebagai kofaktor enzim antioksidan (misalnya selenium sebagai
kofaktor glutation peroksidase). Selain itu, menurut Winarsi (2007), senyawa polifenol
juga berfungsi sebagai antioksidan, dan memiliki 3 mekanisme dalam melawan radikal,
yaitu:
1. Penangkapan radikal ROS maupun radikal yang dihasilkan dari peroksidasi lipid
2. Mencegah spesies senyawa reaktif dalam memproduksi katalis transisi metal
seperti reaksi melalui khelasi metal
3. Berinteraksi dengan antioksidan lainnya seperti lokalisasi dan penggabungan
antioksidan lainnya
Menurut Kartikawati (1999), terdapat tiga macam mekanisme kerja antioksidan
pada radikal bebas, yaitu antioksidan primer, sekunder, dan tersier. Antioksidan primer
mampu mengurangi pembentukan radikal bebas baru dengan cara memutus reaksi
berantai dan mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil. Contohnya adalah enzim
superoskida dismutase (SOD), glutation peroksidase, dan katalase dimana dapat
mengubah radikal superoksida menjadi molekul air. Selanjutnya, Antioksidan sekunder
berperan mengikat radikal bebas dan mencegah amplifikasi senyawa radikal. Beberapa
contohnya adalah vitamin A (betakaroten), vitamin C, vitamin E, dan senyawa
fitokimia. Ketiga, antioksidan tersier berperan dalam mekanisme biomolekuler, seperti
memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas.

6
BTP Antioksidan
Menurut Peraturan Kepala BPOM RI No 38 tahun 2013 tentang batas
maksimum penggunaan bahan tambahan pangan antioksidan, bahan tambahan pangan
atau yang sering disebut BTP merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam pangan
secara sengaja untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan,
BTP antioksidan digunakan untuk mencegah atau menghambat oksidasi. BTP
antioksidan digunakan untuk melindungi komponen-komponen makanan yang bersifat
tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap), terutama lemak dan minyak. Selain untuk
lemak dan minyak, antioksidan dapat pula digunakan untuk melindungi komponen lain
seperti vitamin dan pigmen, dimana juga mengandung banyak ikatan rangkap di dalam
strukturnya.
Menurut PerK-BPOM No 38 tahun 2013 tentang BTP Antioksidan, terdapat 13
BTP Antioksidan yang diijinkan penggunaannya dalam pangan di Indonesia yaitu asam
askorbat (ascorbic acid), natrium askorbat (sodium ascorbate), kalsium askorbat
(calcium ascorbate), kalium askorbat (potassium ascorbate) askorbil palmitat (ascorbyl
palmitate), askorbil stearat (ascorbyl stearate), tokoferol (tocopherol), propil galat
(propyl gallate), asam eritorbat (erythorbic acid), natrium eritorbat (sodium
erythorbate), butil hidrokinon tersier/TBHQ (tertiary butylhydroquinone), butil hidroksi
anisol/BHA (butylated hydroxyanisole) dan butil hidroksi toluen/BHT (Butylated
hydroxytoluene). Dimana ke-13 BTP antioksidan tersebut memiliki aturan
penggunaannya masing-masing yang dijelaskan pada PerK-BPOM No 13 tahun 2013
tentang BTP Antioksidan.

Buah Mengkudu
Morinda citrifolia, atau yang dikenal sebagai mengkudu atau Noni merupakan
suatu tanaman yang banyak tumbuh di daerah Pasifik dan merupakan salah satu sumber
obat herbal yang terkenal khususnya pada masyarakat di pulau Pasifik. Pohon cemara
kecil ini banyak ditemukan di Asia Tenggara terutama di Indonesia hingga ke Australia.
Di Indonesia, buah mengkudu ini dikenal dengan nama buah mengkudu. Mengkudu
terkenal karena dapat tumbuh dimana saja dan tidak memiliki spesifikasi wilayah yang
khusus agar pohon ini dapat tumbuh. Mengkudu dapat tumbuh tumbuh di tanah yang

7
tidak subur, dalam kondisi tanah yang asam dan basa dan berada di rumah di daerah
yang sangat kering sampai sangat basah. Secara alami, mengkudu tumbuh di tempat
yang relatif kering ke daerah mesia atau daerah dataran rendah di dekat garis pantai,
atau sebagai spesies understory hutan yang penting di dataran rendah di pulau Pasifik
dan hutan hujan. Meskipun tidak dianggap invasif, mengkudu diperlakukan sebagai
gulma di beberapa tempat, sebab sangat gigih serta sulit untuk dibasmi (Nelson, 2013).

Gambar 1. Pohon Mengkudu


Sumber Gambar: Moro (Tanpa tahun)

Semua bagian dari tanaman mengkudu ini memiliki kegunaan tradisional dan
atau modern, termasuk akar dan kulit kayu yang biasa digunakan sebagai pewarna
maupun sebagai obat-obatan, batang kayu mengkudu yang biasa digunakan sebagai
kayu bakar serta sebagai bahan untuk membuat berbagai peralatan rumah tangga, dan
daun serta buahnya yang dapat dimakan dan dijadikan obat-obatan. Aplikasi mengkudu
sebagai obat, baik tradisional maupun modern dapat mencakup beragam kondisi dan
penyakit meskipun sebagian besar belum didukung secara ilmiah. Mengkudu secara
signifikan menjadi sangat penting dalam aspek ekonomi di seluruh dunia dalam

8
beberapa tahun terakhir ini dan dikenal melalui berbagai produk kesehatan dan
kosmetik yang dibuat dari daun dan buah-buahnya termasuk jus buah serta bubuk yang
dibuat dari buah atau daunnya. Buah mengkudu (bagian syncarp) berwarna putih
kekuningan, fleshy atau berdaging, dan memiliki panjang 5-10 cm dan memiliki
diameter 3-4 cm, empuk, dan memiliki aroma yang sedikit berbau busuk ketika matang
(Nelson, 2003).
Buah mengkudu (Gambar 2) digunakan pada obat-obatan lokal dan biasanya
juga diaplikasikan menjadi jus dan sebagai famine food (makanan untuk kelaparan
misalnya oleh orang Hawaii dan aborigin Australia). Buah mengkudu mentah juga bisa
dijadikan makanan dengan dimasak dalam sayur kari. Sedangkan buah matangnya dapat
dikonsumsi secara langsung dengan garam buah. Buah mengkudu dapat dimasak dan
dicampur dengan kelapa dan dimakan sebagai stimulan oleh orang-orang yang akan
berlayar di laut dalam jangka waktu lama. Buah mengkudu sebagai obat dapat
digunakan untuk orang yang mengidap hipertensi, maag, rematik, sakit tenggorokan,
infeksi pada mulut dan gusi, sakit gigi, dan masih banyak lagi (Nelson, 2013).

Gambar 2. Buah Mengkudu


Sumber: Starr (Tanpa tahun)
Komposisi kimia utama yang ada pada mengkudu adalah anthraquinones,
flavonol glycosides, iridoid glycosides (Sang dkk, 2001), lipid glycosides (Sang dkk,

9
2002), dan triterpenoids (Wang dkk, 1999). Namun, karena banyaknya manfaat
kesehatan oleh mengkudu dan telah banyak dipergunakan, maka banyak ilmuwan yang
meneliti apa saja kandungan yang ada dalam buah mengkudu. Senyawa lain yang ada
pada buah mengkudu adalah americanin A, narcissoside, asperuloside, asperulosidic
acid, borreriagenin, citrifolinin B epimer, citrifolinin B epimer, cytidine,
deacetylasperuloside, dehydromethoxygaertneroside, epi-dihydrocornin, D-glucose, D-
mannitol, methyl R-D-fructofuranoside, methyl -D-fructofuranoside, nicotifloroside,
dan -sitosterol 3-O--D-glucopyranoside (Su, 2004).

Senyawa Bioaktif Neolignan


Neolignan merupakan suatu senyawa yang merupakan metabolit sekunder yang
berperan penting dalam mekanisme pertahanan hidup pada tumbuhan sebagai senyawa
antifungi dan antimikroba (Robbers, dkk., 1996). Senyawa ini terbentuk dari gabungan
atau kondensasi unit-unit fenilpropan (C6-C3) yang terikat dalam ikatan non-simetris
rantai samping alifatik. Neolignan dapat diisolasi menggunakan beberapa macam
pelarut seperti kloroform, heksan, etanol dan metanol (Huang, dkk., 2013).
Dibandingkan dengan Lignan, distribusi Neolignan tergolong terjadi lebih sedikit
terutama pada Magnoliales dan Piperales. Neolignan juga dapat dikenal sebagai lignin
dengan struktur yang lebih heterogen (Gohari, dkk., 2011).
Lignan dan Neolignan diketahui juga berperan penting dalam aktivitas
farmakologis pada sel mamalia (Attoumbre, dkk., 2006). Menurut beberapa penelitian,
Neolignan yang juga merupakan Lignan memiliki aktivitas biologis sebagai anti-virus,
anti-kanker, antioksidan, immunosuppressive, hepatoprotective, mencegah osteoporosis,
dan lain sebagainya (Yousefzadi, dkk., 2010; Saleem, dkk., 2005). Secara umum,
struktur neolignan dapat dilihat pada gambar 3. Struktur ini terbentuk karena adanya
penggabungan dua residu propilbenzena selain dari atom -karbon dari rantai samping
propil.

Gambar 3. Strukur Neolignan

10
BAB 3
METOE PENULISAN

Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku serta jurnal-jurnal
terpercaya, baik literatur nasional ataupun internasional, seperti yang tertera pada daftar
pustaka. Materi tersebut sebagian besar diperoleh dengan mengakses literatur melalui
internet.

Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
literatur dengan menelaah buku-buku, bacaan, diktat, dokumen, serta perundang-
undangan yang mempunyai relevansi terkait masalah yang diteliti yakni Bahan Tambah
Pangan berupa antioksidan dan buah mengkudu. Dimana informasi yang diperoleh dari
studi literatur merupakan data sekunder yang mendukung berjalannya penelitian ini.

Analisis data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif, yakni dengan
mendeskripsikan dan menggabungkan hasil temuan dari beberapa referensi yang
digunakan.

11
BAB 4
PEMBAHASAN

Kandungan Aktif pada Buah Mengkudu


Dalam penelitian yang dilakukan oleh Su dkk (2005), larutan n-BuOH yang
mana merupakan bagian dari ekstrak mengkudu ditemukan memiliki aktivitas
antioksidan dalam melawan radikal bebas dengan menggunakan metode DPPH
scavenging actvity. Larutan n-BuOH dimurnikan dengan menggunakan kromatografi
secara berulang, dimana menyebabkan pengisolasian dua glukosida iridoid baru yaitu
6R-hidroksiadoksosida dan 6, 7-epoksi-8-epi-splendosida serta dan 17 senyawa lain
yang telah diketahui sebelumnya. Semua isolat yang diperoleh dalam penelitian tersebut
dievaluasi untuk aktivitas antioksidannya dimana neolignan dan americanin A
menunjukkan adanya aktivitas antioksidan yang signifikan ketika di uji. 8-O-4' type
neolignans diketahui dapat menjadi antioksidan, anti inflamasi, dan anti tumor dan
memiliki turunan 2-(4-nitrophenoxy)-1-phenylethanone dimana juga dapat memberikan
efek yang sama seperti lignan tipe 8-O-4' (Hanusch dkk, 2015)

Gambar 4. Struktur 8-O-4-neolignan


Sumber: Gangar dkk (2016)

Neolignan yang ditemukan pada buah mengkudu dapat berupa benzodioxane


neolignan dan norbenzodioxane neolignan. Penelitian oleh Teponno, dkk (2016)
menunjukkan adanya senyawa 506 benzodioxane neolignan yang diperoleh dari ekstrak
metanol buah mengkudu dengan struktur yang dapat dilhat pada Gambar 5.

12
Gambar 5. Struktur benzodioxane neolignan 506
Sumber: Teponno, dkk, 2016

Senyawa neolignan lain yang ditemukan pada buah mengkudu diidentifikasi


sebagai norbenzodioxane neolignan senyawa 560 dan 561 yang merupakan hasil
metabolit sekunder. Kedua senyawa ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Struktur norbenzodioxane neolignan 560 dan 561


Sumber: Teponno, dkk, 2016
..
Potensi Neolignan sebagai BTP Antioksidan
Selain itu, penelitian lainnya juga membuktikan adanya efek antioksidan dari
Neolignan. Seperti yang ditemukan dalam penelitian Jian, dkk. (2014) dengan ekstraksi
Neolignan dari buah Euterpe oleracea, dan diidentifikasi menggunakan analisis
spektrometri. Kemudian dalam penelitian Yoshikawa, dkk. (2013) melakukan penelitian
terhadap sirup mapel dan menjelaskan bahwa Neolignan mampu memberikan efek
antioksidatif yang cukup baik yang ditandai dengan IC50. Oleh karena itu, penggunaan
sirup mapel untuk pengobatan herbal serta sebagai perawatan untuk memperlambat

13
penuaan dapat dijelaskan sebagai fungsi dari antioksidan yang terkandung di dalamnya.
Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh Mollataghi, dkk. (2011) menggunakan metode
spektrometri seperti 1D dan 2D NMR, UV, dan IR dan menunjukkan hasil dimana
Neolignan memiliki kemampuan antioksidan yang kuat dengan SC50 dari 20 g/mL.

Toksisitas Neolignan
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Hanusch dkk (2015) yang berjudul
Genotoxicity and Cytotoxicity Evaluation of the Neolignan Analogue 2-(4-
Nitrophenoxy)- 1Phenylethanone and its Protective Effect Against DNA Damage, salah
satu analog dari neolignan tipe 2-(4-Nitrophenoxy)- 1Phenylethanone menunjukkan
tidak adanya aktivitas genotoksik dan dapat mengurangi kerusakan yang diinduksi baik
pada sumsum tulang tikus dan darah perifer hewan coba. Meskipun analog neolignan 2-
(4-Nitrophenoxy)- 1Phenylethanone bersifat sitotoksik, namun perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut lagi. Selain itu, analog neolignan 2-(4-Nitrophenoxy)-
1Phenylethanone dapat mengurangi sitotoksisitas akibat siklofosfamid. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa analog neolignan tipe ini menunjukkan adanya aktivitas
antigenotoksik, dan anticytotoxic. Sedangkan pada penelitian lainnya yang dilakukan
oleh de Souza et al (2011) tipe neolignan lainnya seperti 2-phenoxy-1-phenylethanone
yang berfungsi sebagai antimikrobial menunjukkan adanya aktivitas sitotoksisitas
namun pada level yang sangat rendah.

Metode Ekstraksi Hingga Pembuatan BTP Neolignan dari Mengkudu


Buah mengkudu yang telah dikeringkan diekstraksi dengan MeOH panas selama
6 jam dengan perbandingan kg buah mengkudu kering : volume MeOH sebesar 1:18,5.
Pelarut kemudian dievaporasi di bawah tekanan untuk memperoleh yield dari ekstrak
MeOH. Adanya pemberian tekanan selama evaporasi bertujuan untuk menurunkan suhu
yang digunakan, agar mencegah kerusakan senyawa-senyawa yang terkandung dalam
mengkudu. Ekstrak MeOH yang mengandung neolignan dan berbagai senyawa lain
disuspensikan dalam 1 L larutan H20/MeOH 1:3, kemudian diekstraksi dengan pelarut
CHCl3, EtOAc, dan n-BuOH. Seluruh pelarut dievaporasi di bawah tekanan dan
meninggalkan fase larut dari masing-masing pelarut. Neolignan yang terkandung dalam

14
fase larut EtOAc diseparasi dengan metode kromatografi kolom menggunakan
Sephadex LH-20 dengan MeOH sebagai pelarut (Kamiya, dkk, 2004).
Isolasi dapat dilakukan dengan TLC yang dilapisi dengan silica gel dan
menggunakan campuran pelarut petroleum eter-aseton 20:1-1:1 sebagai fase gerak.
Pemisahan TLC menghasilkan fraksi-fraksi yang dapat dimurnikan atau dipurifikasi
kembali dengan kromatografi kolom menggunakan silica gel dan pelarut yang
disesuaikan dengan kepolaran senyawa yang ingin dimurnikan (Babu, dkk, 2015).
Identifikasi senyawa dapat dilakukan dengan metode HPLC-UV ataupun HPLC-DAD
menggunakan kolom dan fase gerak disesuaikan dengan kepolaran senyawa yang
diperoleh dari pemisahan TLC (Lu, dkk, 2016). Lalu setelah itu, dilakukan kristalisasi
agar neolignan dapat digunakan sebagai bahan tambah pangan.

Metode Analisis Aktivitas Antioksidan Neolignan sebagai BTP


Analisis antioksidan atau free radical scavenging activity dapat dilakukan
dengan metode DPPH. Pengukuran dengan metode DPPH didasarkan pada
penghilangan warna yang menunjukkan adanya aktivitas antioksidan yang bereaksi
dengan DPPH. DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) merupakan radikal bebas yang
bersifat stabil dan berwarna ungu, apabila terdapat antioksidan, maka DPPH akan
tereduksi menjadi ,-diphenyl--picryl hydrazine yang mnghasilkan warna kuning.
Penghilangan warna ungu menjadi kuning mengindikasi adanya antioksidan dalam
sampel. Semakin tinggi derajat penghilangan warna (decolorization), maka semakin
tinggi aktivitas antioksidan pada sampel. Pengukuran perubahan warna dapat dilakukan
dengan spektrofotometer pada absorbansi 517 nm (Molataghi, dkk, 2011).
Analisis aktivitas antioksidan neolignan dapat diukur dengan melarutkan
senyawa neolignan yang telah diekstraksi dan diisolasi ke dalam 3 mL larutan etanol.
Penambahan senyawa neolignan dapat dilakukan dalam beberapa titik konsenterasi.
Kemudian, sebanyak 0,1mM DPPH 1 mL yang telah dilarutkan di dalam etanol
ditambahkan ke dalam larutan sampel-etanol. Campuran larutan kemudian divortex dan
didiamkan selama 30 menit. Pembacaan absorbansi dapat dilakukan dengan UV-VIS
Spectrophotometer pada panjang gelombang 517 nm. Hasil pengujian sampel
dibandingkan dengan standar, yaitu trolox dan dihitung dengan persamaan:

15
Aktivitas antioksidan terhadap DPPH (%) = (Ao-A1)/Ao x100
Di mana, Ao adalah absorbansi standar dan A1 adalah aborbansi sampel. Semakin
rendah nilai absorbansi menunjukkan semakin besar penghilangan warna yang terjadi,
sehingga dapat dinyatakan bahwa aktivitas antioksidan neolignan yang diuji semakin
besar. Seluruh proses persiapan sampel hingga pengujian antioksidan dilakukan dalam
kondisi gelap guna mencegah kerusakan senyawa antioksidan akibat cahaya (Lu, dkk,
2016).

16
BAB 5
PENUTUP

Simpulan
Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa neolignan merupakan salah satu
senyawa bioaktif yang terdapat pada buah mengkudu dimana senyawa ini memiliki
banyak manfaat kesehatan bagi tubuh. Salah satu manfaatnya adalah sebagai
antioksidan pada wujud benzodioxane neolignan dan norbenzodioxane neolignan,
norbenzodioxane neolignan senyawa 560 dan 561 yang merupakan hasil metabolit
sekunder, serta 8-O-4' neolagnan dan turunannya 2-(4-nitrophenoxy)-1-phenylethanone.
Neolagnan dapat diekstraksi dari buah mengkudu yang sudah dikeringkan
dengan bantuan MeOH panas yang kemudian dievaporasikan. Setelah itu, ekstrak
MeOH yang mengandung neolignan dan berbagai senyawa lain disuspensikan dalam
larutan H20/MeOH diekstraksi dengan pelarut CHCl3, EtOAc, dan n-BuOH. Dimana
setelah tahap tersebut seluruh pelarut dievaporasi di bawah tekanan. Lalu, neolignan
diseparasi dengan metode kromatografi kolom menggunakan Sephadex LH-20 dengan
MeOH sebagai pelarut (Kamiya, dkk, 2004). Setelah di estraksi, kemudian neolagnan di
isolasi dengan menggunakan TLC yang kemudian dilanjutkan dengan proses kristalisasi
untuk mendapatkan senyawa neolagnan dalam bentuk kristal sehingga dapat dijadikan
sebagai BTP.
Dari beberapa studi yang telah dilakukan, neolagnan yang bersifat sebagai
antioksidan tidak menunjukkan adanya aktivitas genotoksiksitas, sitotoksiksitas,
maupun efek kesehatan negatif lainnya sehingga aman untuk dikonsumsi. Bahkan
neolagnan dapat mengurangi sitotoksisitas akibat siklofosfamid.

Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah perlu dicari informasi
lebih lanjut mengenai senyawa neolagnan yang antioksidan lainnya pada buah
mengkudu. Sebab ada banyak sekali tipe atau formasi dari neolagnan yang dapat
dijadikan sebagai antioksidan.

17
DAFTAR PUSTAKA
Attoumbre, J., Charlet, S. Baltora-Rosset, S., Hano, C., Grandic, S.R. Gillet, D.,
Bensaddek, L., Mesnard, F., dan Fliniaux, M.A. High accumulation of
dehydrodiconiferyl alcohol -4-B-D-glucoside in free and immobilize Linum
usitatissimum cell cultures. Plant Cell Rep 25, 859-864.

Babu, K., Kumar, D., Reddy, S., Siva, B., Poornima, B., Ramesh, U. dan Tiwari, A.
2015. New free radical scavenging neolignans from fruits of Piper attenuatum.
Pharmacognosy Magazine, 11(42), 235.

Buck, D.F., 1991. Antioksidan. J.Smith (eds). Food Additive Users Handbook.
Glasgow-UK: Blakie Academic & Professional.

BPOM. 2013. Peraturan Kepala BPOM RI No 38 Tahun 2013 Tentang Batas


Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Antioksidan.

de Souza, A., Alderete, J., Minarini, P., da Silva Melo, P., Ferreira, I., Barata, L. and
Silva, C. 2011. Structure activity relationship, acute toxicity and cytotoxicity of
antimycobacterial neolignan analogues. Journal of Pharmacy and Pharmacology,
63(7), pp.936-942.

Gangar, M., Chouhan, M., Goyal, S., Harikrishnan, M., Chandran, R., Ittuveetil, A. and
Nair, V. 2016. Asymmetric glycolate alkylation approach towards total synthesis
of 8-O.6 and 8-O.4-neolignans. Tetrahedron Letters, 57(52), pp.5931-5934.

Gohari, A.R., Saeidnia, S., Bayati-Moghadam, M., Amin, Gh. 2011. Lignans and
neolignans from Stelleropsis antoniae. DARU 19 (1). Tehran, Iran: Tehran
University of Medical Sciences.

Gordon, M.H., Pokorny, N., dan Yanishlieve, M. 2001. Antioxidants in Food. New
York: CRC Press.

Hanaa, H., A. El-Baky., K. Farouk. dan G. S. E. Baroty, 2009, Potential Biological


Properties of Sulphated Polysaccharides Extracted from Macroalgae Ulva
Lactuca L., Academic Journal of Cancer Research. (1): 01-11

Hanusch, A., Oliveira, G., Sabia-Morais, S., Machado, R., dos Anjos, M. and Chen
Chen, L. 2015. Genotoxicity and Cytotoxicity Evaluation of the Neolignan
Analogue 2-(4-Nitrophenoxy)-1Phenylethanone and its Protective Effect
Against DNA Damage. PLOS ONE, 10(11), p.e0142284.

Huang, X., Zhou, C., Li, F., Lou, L., Li, D., Ikejima, T., Peng, Y., dan Song, S. 2013.
The Cycotoxicity of 8-O-4' neoligans from the seeds of Crataegus pinnatifida,
Bioorganic & Medicinal Chemistry Letters, 23: 5599-5604.

18
Iwashita, K., Kobori, M., Yamaki, K. & Tsuhida, T. 2000. Flavonoids inhibit cell
growth and induce apoptosis in B16 Melanoma A45 cells. Bioscience
Biotechnology Biochemistry. 64(9), 1813-1820

Kamiya, K., Tanaka, Y., Endang, H., Umar, M. dan Satake, T. 2004. Chemical
Constituents of Morinda citrifolia Fruits Inhibit Copper-Induced Low-Density
Lipoprotein Oxidation. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 52(19),
5843-5848.

Karadeniz, F., Burdurlu, H.S., Koca, N., dan Soyer, Y. 2005. Antioxidant Activity of
Selected Fruits and Vegetables Grown in Turkey. Turk. J. Agric For. 29, 297-
303.

Kartikawati D. 1999. Studi efek protektif vitamin C dan vitamin E terhadap respon
imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat. Bogor

Lu, Y., Xue, Y., Chen, S., Zhu, H., Zhang, J., Li, X., Wang, J., Liu, J., Qi, C., Du, G.
dan Zhang, Y. 2016. Antioxidant Lignans and Neolignans from Acorus
tatarinowii. Scientific Reports, 6(1).

Middleton et al 2000 dalam Amic et al 2003. Amic, D., Davidovic, Beslo, dan
Trinajstc. 2003. Structure-Radical Scavenging Activity Relationship of
Flavonoids. Croatia Chemica Acta 76(1), 55-61.

Mollataghi, A., Hadi, A., Awang, K., Mohamad, J., Litaudon, M. dan Mukhtar, M.
2011. (+)-Kunstlerone, a New Antioxidant Neolignan from the Leaves of
Beilschmiedia kunstleri Gamble. Molecules, 16(12), 6582-6590.

Moro, Andrea. Tanpa tahun. Foto n. 300057 - Indian-mulberry (Morinda


citrifolia). Diakes pada 27 Juli 2017 di
http://luirig.altervista.org/pics/index5.php?recn=27190&page=1

Muchtadi, D., Palupi, N.S., dan Astawan, M. 1993. Metabolisme Zat Gizi, Sumber ,
Fungsi dan Kebutuhan bagi Tubuh Manusia Jilid II. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Nelson, Scot C. 2003. Morinda citrifolia L.Permanent Agriculture Resources. Holualoa

Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine: Memperlambat penuaan, meningkatkan


kualitas hidup. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 13-19.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan


Makanan.

19
Prabowo, A.Y, T. Estiasih, I. Purwatiningrum. 2014. Umbi gembili (Dioscorea
esculenta L.) sebagai bahan pangan mengandung senyawa bioaktif: kajian
pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri 2 (3):129-135

Robbers, J. E., Speedie, M.K., dan Tyler, V.E. 1996. Pharmacognosy and
Pharmacobiotechnology, Williams & WIlkins. Maryland, USA. 10 (137).

Russel. 2011. Dai Jin, Russel Mumper. 2010. Plant Phenolics: Extraction, Analysis and
Their Antioxidant and Anticancer Properties. Molecules 15: 7313-7352

Saleem M.; H. J. Kim; M. S. Ali; Y. S. Lee. (2005). An update on bioactive plant


lignans.

Natural Product Reports, 22, 6, (2005), pp. 696-716, 0265-0568

Sang S, Cheng X, Zhu N, Stark R.E, Badmaev V, Ghai G, Rosen R.T, Ho C.T. 2001.
Journal Agriculture. Food Chemistry. Vol 49. Hal 4478-4481.

Sang S, Wang M, He K, Liu G, Dong Z, Badmaev V, Zheng Q.Y, Ghai G, Rosen R.T,
Ho C.T. 2002. Quality Management of Nutraceuticals. American Chemical
Society. Washington, DC. hal 134-150.

Starr, Kim. Tanpa tahun. Foto n. 120906 - Indian-mulberry (Morinda citrifolia). Diakses
pada 27 Juli 2017 di
http://luirig.altervista.org/pics/index5.php?recn=27190&page=1

Su B.N, Pawlus A.D, Jung H.A, Keller W.J, McLaughlin J.L, Kinghorn A.D. 2005.
Chemical Constituents of the Fruits of Morinda citrifolia (Noni) and Their
Antioxidant Activity. Journal of Natural Products. Vol 68. Hal 592-595

Tamat, S.R., Wikanta, T., dan Maulina, L.S. 2007. Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas
Senyawa Bioaktif dari Ekstrak Rumput Laut Hijau Ulva Reticulata Forsskal.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 5 (1), 31-36.

Teponno, R., Kusari, S. dan Spiteller, M. 2016. Recent advances in research on lignans
and neolignans. Nat. Prod. Rep., 33(9), 1044-1092.

Wang M, Kikuzaki H, Csiszar K, Boyd C.D, Maunakea A, Fong S.F.T, Ghai G, Rosen
R.T, Nakatani N, Ho C.T. Food Chemistry. 1999. Journal. Agriculture. Vol 47
halaman 4880-4882.

Winarsi W. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta. Hal 77-81.

Winarti, S. 2010. Makanan Fungsional. Surabaya: Graha Ilmu.

20
Yoshikawa, K., Tani, S., Baba, C. and Hashimoto, T. 2013. Phenylpropanoid, Sapnol A,
Lignan and Neolignan Sophorosides, Saposides A and B, Isolated from
Canadian Sugar Maple Sap. Molecules, 18(8), pp.9641-9649.

Yousefzadi M.; M. Sharifi; M. Behmanesh; E. Moyano; M. Bonfill; R. M. Cusido; J.


Palazon. 2010. Podophyllotoxin: Current approaches to its biotechnological
production and future challenges. Engineering in Life Sciences, 10, 4, (2010),
pp. 281-292, 1618-2863

Zuhra, C.F., Juliati, T dan Herlice, S. 2008. Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid
dari daun katuk. Jurnal Biologi Sumatera. Vol 3, No. 1. Januari 2008. Hal 7-10

21

Anda mungkin juga menyukai