ANALISA HORMON
Dosen Pembimbing :
Emma Susanti, M.Farm, Apt
Oleh Kelompok 4
Ainun Alfatma (1701047)
Alimia Woelandari (1701048)
Annisya Shafira Al-Fadhlillah (1701049)
Helgi Novembri (1701064)
Maya Helmita Mahdar (1701071)
Nia Apriliana Suhari (1701072)
Nur Adilla (1701075)
Reaza Afda (1701079)
Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa atas segala pertolongannya kami
mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah Analisa Hormon ini kami buat
dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Kimia Farmasi Kualitatif. Makalah
ini kami susun berdasarkan dari berbagai sumber buku perpustakaan. Sehingga
makalah ini pun siap dengan kerja sama satu kelompok yang mau membantu satu
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan lebih luas baik kepada
pembaca maupun kami sendiri, sebagaimana kita ketahui tidak ada manusia yang
kekurangan. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritiknya. terimakasih
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................1
BAB II ISI...............................................................................................................2
2.1 Pengertian Eksresi...................................................................................2
2.2 Jalur-Jalur Ekskresi Toksikan..................................................................3
2.2.1 Eksresi Ginjal.................................................................................3
2.2.2 Ekskresi Empedu............................................................................5
2.2.3 Eksresi Paru-Paru...........................................................................6
2.2.4 Jalur lain.........................................................................................6
2.2.5 Kinetika Eliminasi..........................................................................7
2.2.6 Tekhnik ekstrakporporal.................................................................7
2.3 Mengeluarkan Racun Dari Lambung.......................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................9
3.1 Kesimpulan...............................................................................................9
3.2 Saran.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Buku Toksikologi Umum...................................................................................11
2. Toksikologi Dasar..............................................................................................12
3. Toksikologi Dasar..............................................................................................13
4. Buku Farmakologi Dasar...................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Ekskresi Toksikan.
2. Mengetahui dan mengenal apa saja jalur Ekskresi Toksikan.
3. Mengetahui cara mengeluarkan racun dari lambung.
1
BAB II
ISI
2
terekskresi. Xenobiotika yang terikat dengan protein plasma tentunya tidak dapat
terekskresi melalui ginjal. Resorpsi pasif tubular ditentukan oleh gradien
konsentrasi xenobitika antara urin dan plasma di dalam pembuluh tubuli. Berbeda
dengan resorpsi tubular, sekresi tubular melibatkan proses transpor aktif. Suatu
tokson dapat juga dikeluarkan lewat tubulus ke dalam urin dengan difusi pasif.
3
cukup besar. Eksresi senyawa kedalam air kencing atau urine melibatkan salah
satu dari tiga mekanisme :
1. Filtrasi dari darah melalui pori glomerulus.
2. Difusi dari aliran darah kedalam tubulus.
3. Tranpor aktif kedalam cairan tubular Filtrasi glomerolus hanya terbatas
bagi senyawa dengan berat molekul <60000. Derajat ikatan antara
xenobiotika dan protein mempengaruhi kecepatan filtrasi.
4
dalam darah. Artinya, semakin besar jumlah racun yang ada dalam darah.
Semakin besar kecepatan eliminasinya.
Racun yang dapat diekskresi melalui sekresi aktif tubular. Sebagaimana asas
transport aktif pada umumnya ekskresi racun dengan jalur ini akan melawan
gradient kadar atau elektrokimia. Selain itu, karena transport semacam ini
memerlukan protein pembawa yang khas, maka kecepatan eleminasinya tetap atau
ajeg, dapat mengalami kejenuhan serta kompetisi. Sekresi aktif tubular terjadi dari
arteriologi aferen kedalam lumen tubulus, terutama tubulus proksimal. Dan
betbeda dengan filtrasi glomelurys, racun yang berikatan dengan protein, dapat
diekskresi melalui jalur ini. Meskipun suatusaat dapat mengalami kejenuhan atau
dihambat secara kompetitif oleh xenobiotika lain. Penisilin (antibiotika yang
sering digunakan sebagai zat tambahan makanan), terbukti ekskresinya dapat
dihambat secara kompetitif oleh probenesid. Dengan cara demikian waktu paruh
eliminasinya menjadi lebih panjang karena keberadaanya di dalam tubuh juang
lebih panjang. Peristiwa inimungkin akan meningkatkan ketoksikan penisilin.
Sekresi aktif tubular biasanya terjadi untuk racun anion organic (asam) dengan
prototype P-aminohipurat dan kation organic (basa) dengan prototipe N-
metilnikotinamida. Bila terjadi kejenuhan, misaldosisnya berlebihan, maka kadar
toksik senyyawa-senyawa seperti itu dalam darah atau jaringan mungkin akan
terlampui, seperti yang ditunjukan oleh etanol.
5
mikroflora usus dapat dipecah menjadi bentuk bebasnya dan selanjunya akan
diserap kembali menuju sistem sirkulasi sistemik. Peran pentingnya ekskresi
empedu telah ditunjukkan oleh beberapa percobaan, dimana toksisitas
dietilstibestrol meningkat 130 kali pada tikus percobaan yang saluran empedunya
diikat.
2.2.3 Eksresi Paru-Paru
Zat yang pada suhu badan berbentuk gas terutama diekskresikan lewat
paruparu. Cairan yang mudah menguap juga mudah keluar lewat udara ekspirasi.
Cairan yang sangat mudah larut lemak seperti kloroform dan halotan mungkin
diekskresikan sangat lambat, karena mereka tertimbun dalam jaringan lemak dan
karena keterbatasan volume ventilasi. Ekskresi xenobiotika melalui paru-paru
terjadi secara difusi sederhana lewat membran sel. Paru-paru adalah jalur utama
ekslresu karbon monoksida dan pemberian oksigen dapat memperpendek waktu
paroh karboksihemoglobin dari 4 setengah jam dalam udara sampai satu setengah
jam dalam 100% oksigen.
6
adalah anak yang disusui oleh si ibu. Misalnya, para ibu yang terpejani dengan
DDT dapat menyebabkan si bayi yang disusui menerima kada DDT yang lebih
besar daripada yang ada dalam diri si ibu (Timbrell, 1989).
7
lamanya kadar dalam tubuh yang tinggi). Dalam hemoperfusi, perbedaan yang
utama adalah toksin berkontak langsung dengan matriks pengikatan, sehingga
ukuran dan derajat pengikatan toksin oleh protein tidak begitu penting daripada
dalam hemodialisis.
2.3 Mengeluarkan Racun Dari Lambung
Pengeluaran racun dalam lambung harus mempertimbangkan zat yang
tertelan, tingkat keracunan dan sudah berapa lama zat racun tertelan. Pengosongan
lambung tidak berguna jika resiko dari keracunan kecil atau pasien sudah datang
terlambat. Pengosongan dengan bilas lambung diragukan kegunaanya bila di
lakukan lebih dari 1-2 jam setelah racun tertelan. Bahaya dari bilas lambung
adalah teraspirasinya isi lambung, karena itu tidak boleh dilakukan pada pasien
yang mengantuk atau koma kecuali jike reflex batuk sangat baik atau saluran
nafas dapat dilindungi dengan pipa endotrakea. Pipa lambung tidak boleh di
dimasukkan pada keracunan zat korosif.
Produk petroleum lebih berbahaya didalam paru-paru dibandingkan
dilambung, karena itu pencucian lambung tidak dianjurkan karena ada resiko
terhirup. Dengan berbagai pertimbangan, bilas lambung umumnya tidak praktis
dan jarang di lakukan, kecuali di rumah sakit.
Memuntahkan isi perut dangan pemberian ipcacuanha telah di pakai baik
pada orang dewasa atau anak- anak , tetapi sangat terbatas kegunaanya. Tidak
terbukti bahwa ipcacuanha mengurangai penyerapan secara bermakna ( walaupun
digunakan 1-2 jam) dan efek sampingnya dapat menyulitkan penegakan diaknosi
terutama pada keracunan zat besi.pemberian ipcacuanha hanya boelh di
pertimbangkan bila pasien sadar sepenuhnya, atau bila zat racun yang tertela tidak
korosif dan produk petroleum atau tidak di jerap dengan arang aktif.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhir dari perjalanan atau nasib xenobiotika (racun) ialah eksresi, yang
merupakan sarana eliminasi penting bagi pengakhiran aksi racun.semakin cepat di
eksresi berarti keberadaannya didalam tubuh dipersingkat dengan cara
demikian,kemungkinan akan membantu mengurangi penyerapan racun dan
perluasan ketoxikannya didalam tubuh.
Ada beberapa jalur ekskresi toksikan dalam tubuh, jalur ekskresi utama
adalah melalui ginjal bersama urin, tetapi hati dan paru-paru juga merupakan alat
ekskresi penting bagi tokson tertentu. Ada juga yang melalui Air Susu Ibu (ASI),
keringat, dan air liur.
3.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa harus lebih memahami dan menjabarkan Pengertian,
tujuan dan fungsi mengenai Ekskresi Toksikan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
Lampiran 1. Buku Toksikologi Umum
11
Lampiran 2. Toksikologi Dasar
12
13
14
Lampiran 3. Toksikologi Dasar
15
Lampiran 4. Buku Farmakologi Dasar
16
17
18