Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ANALISA HORMON

Dosen Pembimbing :
Emma Susanti, M.Farm, Apt

Oleh Kelompok 4
Ainun Alfatma (1701047)
Alimia Woelandari (1701048)
Annisya Shafira Al-Fadhlillah (1701049)
Helgi Novembri (1701064)
Maya Helmita Mahdar (1701071)
Nia Apriliana Suhari (1701072)
Nur Adilla (1701075)
Reaza Afda (1701079)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa atas segala pertolongannya kami

mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah Analisa Hormon ini kami buat

dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Kimia Farmasi Kualitatif. Makalah

ini kami susun berdasarkan dari berbagai sumber buku perpustakaan. Sehingga

makalah ini pun siap dengan kerja sama satu kelompok yang mau membantu satu

sama yang lain.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan lebih luas baik kepada

pembaca maupun kami sendiri, sebagaimana kita ketahui tidak ada manusia yang

terlahir sempurna begitupun dengan makalah ini memiliki kelebihan maupun

kekurangan. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritiknya. terimakasih

Pekanbaru, 09 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................1
BAB II ISI...............................................................................................................2
2.1 Pengertian Eksresi...................................................................................2
2.2 Jalur-Jalur Ekskresi Toksikan..................................................................3
2.2.1 Eksresi Ginjal.................................................................................3
2.2.2 Ekskresi Empedu............................................................................5
2.2.3 Eksresi Paru-Paru...........................................................................6
2.2.4 Jalur lain.........................................................................................6
2.2.5 Kinetika Eliminasi..........................................................................7
2.2.6 Tekhnik ekstrakporporal.................................................................7
2.3 Mengeluarkan Racun Dari Lambung.......................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................9
3.1 Kesimpulan...............................................................................................9
3.2 Saran.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Buku Toksikologi Umum...................................................................................11
2. Toksikologi Dasar..............................................................................................12
3. Toksikologi Dasar..............................................................................................13
4. Buku Farmakologi Dasar...................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhirnya perjalanan atau nasib xenobiotika (racun) ialah eksresi, yang


merupakan sarana eliminasi penting bagi pengakhiran aksi racun.semakin cepat di
eksresi berarti keberadaannya didalam tubuh dipersingkat dengan cara
demikian,kemungkinan akan membantu mengurangi penyerapan racun dan
perluasan ketoxikannya didalam tubuh.
Eksresi ialah perpindahan xenobiotika dari sirkulasi darah ke organ eksresi.
Selain xenobiotika pangan dalam bentuk utuh,metabolit akhirnya juga dieksresi.
Bahkan terkadang racun semuanya dieksresi dalam bentuk metabolit. Dengan
demikian,keefektifan (kecepatan dan jumlah) eksresi raacun tidak hanya
ditentukan oleh kapasitas organ eksresi,melainkan juga oleh ekefektifan
metabolism.
Jalur eksresi racun yang paling penting ialah melalui ginjal kedalam urine.
Jalur eksresi lain yang mungkin ialah sekresi racun kedalam empedu,eksresi
kedalam udara yang terhisap dari paru dan sekresi ke dalam saluran
cerna,susu,keringat,atau cairan lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Ekskresi Toksikan ?
2. Jalur-jalur Eksresi Toksikan ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Ekskresi Toksikan.
2. Mengetahui dan mengenal apa saja jalur Ekskresi Toksikan.
3. Mengetahui cara mengeluarkan racun dari lambung.

1
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Eksresi

Setelah diabsorpsi dan didistrubusikan di dalam tubuh, xenobiotika/tokson


dapat dikeluarkan dengan capat atau perlahan. Xenobiotika dikeluarkan baik
dalam bentuk asalnya maupun sebagai metabolitnya. Dalam kata lain akhir
perjalanan atau nasib xenobiotika (racun) ialah eksresi,yang merupakan sarana
eliminasi penting bagi pengakhiran aksi racun.semakin cepat di eksresi berarti
keberadaannya didalam tubuh dipersingkat dengan cara demikian,kemungkinan
akan membantu mengurangi penyerapan racun dan perluasan ketoxikannya
didalam tubuh.
Eksresi ialah perpindahan xenobiotika dari sirkulasi darah ke organ ekskresi.
Selain xenobiotika pangan dalam bentuk utuh,metabolit akhirnya juga dieksresi.
Bahkan terkadang racun semuanya dieksresi dalam bentuk metabolit. Dengan
demikian,keefektifan (kecepatan dan jumlah) eksresi raacun tidak hanya
ditentukan oleh kapasitas organ eksresi,melainkan juga oleh ekefektifan
metabolisme.
Jalur ekskresi utama adalah melalui ginjal bersama urin, tetapi hati dan
paru-paru juga merupakan alat ekskresi penting bagi tokson tertentu. Disamping
itu ada juga jalur ekskresi lain yang kurang penting seperti, kelenjar keringan,
kelenjar ludah, dan kelenjar mamai.
Ekskresi urin Ginjal sangat memegang peranan penting dalam
mengekskresi baik senyawa eksogen (xenobiotika) maupun seyawa endogen, yang
pada umumnya tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Proses utama ekskresi renal dari
xenobiotika adalah: filtrasi glumerula, sekresi aktif tubular, dan resorpsi pasif
tubular. Pada filtrasi glumerular, ukuran melekul memegang peranan penting.
Molekul-molekul dengan diameter yang lebih besar dari 70 Å atau dengan berat
lebih besar dari 50 kilo Dalton (k Da) tidak dapat melewati filtrasi glumerular.
Oleh sebab itu hanya senyawa dengan ukuran dan berat lebih kecil akan dapat

2
terekskresi. Xenobiotika yang terikat dengan protein plasma tentunya tidak dapat
terekskresi melalui ginjal. Resorpsi pasif tubular ditentukan oleh gradien
konsentrasi xenobitika antara urin dan plasma di dalam pembuluh tubuli. Berbeda
dengan resorpsi tubular, sekresi tubular melibatkan proses transpor aktif. Suatu
tokson dapat juga dikeluarkan lewat tubulus ke dalam urin dengan difusi pasif.

2.2 Jalur-Jalur Ekskresi Toksikan


2.2.1 Eksresi Ginjal
Ginjal sangat memegang peranan penting dalam mengekskresi baik
senyawa eksogen (xenobiotika) maupun seyawa endogen, yang pada umumnya
tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Proses utama ekskresi renal dari xenobiotika
adalah: filtrasi glumerula, sekresi aktif tubular, dan resorpsi pasif tubular. Pada
filtrasi glumerular, ukuran melekul memegang peranan penting. Molekul-molekul
dengan diameter yang lebih besar dari 70 Å atau dengan berat lebih besar dari 50
kilo Dalton (k Da) tidak dapat melewati filtrasi glumerular. Oleh sebab itu hanya
senyawa dengan ukuran dan berat lebih kecil akan dapat terekskresi. Xenobiotika
yang terikat dengan protein plasma tentunya tidak dapat terekskresi melalui ginjal.
Resorpsi pasif tubular ditentukan oleh gradien konsentrasi xenobitika antara urin
dan plasma di dalam pembuluh tubuli. Berbeda dengan resorpsi tubular, sekresi
tubular melibatkan proses transpor aktif. Suatu tokson dapat juga dikeluarkan
lewat tubulus ke dalam urin dengan difusi pasif
Organ ini merupakan tempat eksresi utama xenobiotika. Fungsi ginjal ialah
untuk mengeliminasi xenobiotika dari darah guna memelihara lingkungan dalam.
Kesatuan sebenarnya dimana eliminasi dan reabsorpsi terjadi ialah nefron.
Masing-masing ginjal kurang lebih memiliki satu juta nefron. Dan masing-masing
nefron terdiri dari satu bagian kapiler dan satu bagian tubular. Bagian kapilernya
merupakan glomerolus yang dikelilingi oleh kapsul bowman dan jaringan
penghubung. Bagian tubular terdiri dari kompenen tubulus proksimal,jerat
henle,dan tubulus bistal yang menuju kedalam kandung kencing serta bermuara
disaluran kencing (RITSCHEL,1980).
Ginjal menerima kurang lebih 25% curah jantung. Karena itu ginjal
mampu menyaring maupun terpejani dengan xenobiotika dalam jumlah yang

3
cukup besar. Eksresi senyawa kedalam air kencing atau urine melibatkan salah
satu dari tiga mekanisme :
1. Filtrasi dari darah melalui pori glomerulus.
2. Difusi dari aliran darah kedalam tubulus.
3. Tranpor aktif kedalam cairan tubular Filtrasi glomerolus hanya terbatas
bagi senyawa dengan berat molekul <60000. Derajat ikatan antara
xenobiotika dan protein mempengaruhi kecepatan filtrasi.

Filtrat xenobiotika selanjutnya dapat melintas tubulus dan dikeluarkan


bersama air kencing.Namun,selama perjalanan ini,dapat terjadi reabsorpsi secara
pasif atau aktif dari lumen tubular kembali kedalam darah. Sebagaimana
umumnya absorpsi,reabsorpsi pasif tubular biasanya terjadi bagi senyawa yang
koefisien perisi lipid/airnya tinggi,serta tak terionkan pada pH cairan tubular.
Sebaliknya,senyawa polar dan terionkan pada pH tersebut,akan dengan mudah
dieksresi ke dalam urine. Pada umumnya,racun yang bersifat basa akan lebih
mudah diekresi apabila urinenya bersifat asam,sebaliknya racun yang asam lebih
mudah dieksresikan bila urinenya basa. Pengetahuan ini penting bagi upaya terapi
keracunan xenobiotika terutama berkaitan dengan kecepatan eksresi racun dari
tubuh lewat ginjal misalnya keracunan Phenobarbital (suatu sedative yang berupa
asam lemah dilengan pk 7,2) dapat diatasi dengan merubah keasaman urine
menjadi lebih alkalis dengan pemberian sodium bikarbonat,agar terjadi kenaikan
persentase bentuk tak terionkan dari Phenobarbital sehingga lebih cepat dieksresi
(weiner dan mugde, 1964).
Ekskresi racun ke dalam urin dari plasma melintas tubulus, juga dapat
melalui mekanisme difusi pasif. Mekanisme racun jenis ini, mungkin hanya
terbatas mengingat urin lazimnya bersifat asam. Karena itu, hanya senyawa
organic basa lemah (terionkan dalam suasana keasaman urin) akan diekskresi
melalui jalur ini. Sebaliknya senyawa organic akan direabsorpsi secara pasif.
Karena itu, ekskresi senyawa seperti itu kedalam urin memerlukan waktu yang
panjang. Dengan perkataan lain, ekskresi racun melalui jalur ini, bergantung pada
gradient kadar, pH urin, pKa racun, keterlarutan racun dalam lipid, dan gas-gas
difusi lainnya. Dan ekskresi racun melalui jalur ini sebanding dengan kadarnya

4
dalam darah. Artinya, semakin besar jumlah racun yang ada dalam darah.
Semakin besar kecepatan eliminasinya.
Racun yang dapat diekskresi melalui sekresi aktif tubular. Sebagaimana asas
transport aktif pada umumnya ekskresi racun dengan jalur ini akan melawan
gradient kadar atau elektrokimia. Selain itu, karena transport semacam ini
memerlukan protein pembawa yang khas, maka kecepatan eleminasinya tetap atau
ajeg, dapat mengalami kejenuhan serta kompetisi. Sekresi aktif tubular terjadi dari
arteriologi aferen kedalam lumen tubulus, terutama tubulus proksimal. Dan
betbeda dengan filtrasi glomelurys, racun yang berikatan dengan protein, dapat
diekskresi melalui jalur ini. Meskipun suatusaat dapat mengalami kejenuhan atau
dihambat secara kompetitif oleh xenobiotika lain. Penisilin (antibiotika yang
sering digunakan sebagai zat tambahan makanan), terbukti ekskresinya dapat
dihambat secara kompetitif oleh probenesid. Dengan cara demikian waktu paruh
eliminasinya menjadi lebih panjang karena keberadaanya di dalam tubuh juang
lebih panjang. Peristiwa inimungkin akan meningkatkan ketoksikan penisilin.
Sekresi aktif tubular biasanya terjadi untuk racun anion organic (asam) dengan
prototype P-aminohipurat dan kation organic (basa) dengan prototipe N-
metilnikotinamida. Bila terjadi kejenuhan, misaldosisnya berlebihan, maka kadar
toksik senyyawa-senyawa seperti itu dalam darah atau jaringan mungkin akan
terlampui, seperti yang ditunjukan oleh etanol.

2.2.2 Ekskresi Empedu

Hati merupakan peran penting bagi peracunan maupun pengawaracunan


xenobiotika. Selain sebagai pintu gerbang masuknya xenobiotika atau racun dari
saluran cerna ke sirkulasi darah karena adanya vena hepatica, hati juga mampu
mengekresi racun yang masuk dan kemudian mengawaracukannya melalui proses
metabolism tertentu atau justru sebaliknya. Hati mengekskresi xenobiotika,
terutama untuk senyawa-senyawa dengan polaritas yang tinggi (anion dan kation),
kojugat yang terikat pada protein plasma, dan senyawa dengan berat molekul
lebih besar dari 300. Umumnya, begitu senyawa tersebut terdapat dalam empedu,
mereka tidak akan diserap kembali ke dalam darah dan dikeluarkan lewat feses.
Namun terdapat pengecualian konjugat glukuronida, dimana konjugat ini oleh

5
mikroflora usus dapat dipecah menjadi bentuk bebasnya dan selanjunya akan
diserap kembali menuju sistem sirkulasi sistemik. Peran pentingnya ekskresi
empedu telah ditunjukkan oleh beberapa percobaan, dimana toksisitas
dietilstibestrol meningkat 130 kali pada tikus percobaan yang saluran empedunya
diikat.
2.2.3 Eksresi Paru-Paru

Zat yang pada suhu badan berbentuk gas terutama diekskresikan lewat
paruparu. Cairan yang mudah menguap juga mudah keluar lewat udara ekspirasi.
Cairan yang sangat mudah larut lemak seperti kloroform dan halotan mungkin
diekskresikan sangat lambat, karena mereka tertimbun dalam jaringan lemak dan
karena keterbatasan volume ventilasi. Ekskresi xenobiotika melalui paru-paru
terjadi secara difusi sederhana lewat membran sel. Paru-paru adalah jalur utama
ekslresu karbon monoksida dan pemberian oksigen dapat memperpendek waktu
paroh karboksihemoglobin dari 4 setengah jam dalam udara sampai satu setengah
jam dalam 100% oksigen.

2.2.4 Jalur lain

Jalur ekskresi ini umumnya mempunyai peranan yang sangat kecil


dibandingkan jalur utama di atas, jalur-jalur ekskresi ini seperti, ekskresi cairan
bersama feses, ekskresi tokson melalui kelenjar mamai (air susu ibu, ASI),
keringat, dan air liur. Di samping sebagai sarana pengeluaran racun dari dalam
tubuh, terkadang berbagai jalur ekskresi tersebut juga merupakan sarana
timbulnya ketoksikan sesuatu senyawa.
Jalur ekskresi lewat kelenjar mamai menjadi sangat penting ketika
kehadiran zat-zat racun dalam ASI akan terbawa oleh ibu kepada bayinya atau
dari susu sapi ke manusia. Karena air susu bersifat agak asam, maka senyawa basa
akan mencapai kadar yang lebih tinggi dalam susu daripada dalam plasma, dan
sebaliknya untuk senyawa yang bersifat asam. Senyawa lipofilik, misalnya DDT
dan PCB juga mencapai kadar yang lebih tinggi dalam susu karena kandungan
lemaknya dalam susu yang relatif tinggi.
Ekskresi ke dalam air susu dapat menjadi sangat penting bagi senyawa
tertentu, terutama senyawa larut lipid. Dalam hal ini, yang menanggung resiko

6
adalah anak yang disusui oleh si ibu. Misalnya, para ibu yang terpejani dengan
DDT dapat menyebabkan si bayi yang disusui menerima kada DDT yang lebih
besar daripada yang ada dalam diri si ibu (Timbrell, 1989).

2.2.5 Kinetika Eliminasi

Keefektifan eleminasi racun atau xenobiotika pada umumnya dapat


dievaluasi dengan tolak ukur kinetika eliminasi yang meliputi tetapan kecepatan
eliminasi , waktu paruh eliminasi, dan bersih atau kliren total.
Bila eliminasi racun barlangsung melalui mekanisme transport aktif, maka
eliminasinya mengikuti kinetika peringkat nol, dengan ciri khas seperti :

1. Plot semilogaritma antara log kadar senyawa –senyawa waktu tidak


menghasilkan garis lurus, melainkan bifasik.
2. Harga t ½ naik dengan naiknya dosis.
3. Harga luas daerah dibawah kurva (LDDK).
4. Baik kualitatif maupun kuantitatif, komposisi produk ekskresi mungkin
dapat berubah karena dosis.
5. Penghambatan kompetitif oleh senyawa lain yang metabolisme atau
transpor secara aktif oleh system enzim atau pembawa yang mungkin
dapat terjadi.
6. Kurva dosis-respon, mungkin memperlihatkan kenaikan yang tidak lazim
berkaitan dengan dosis, yang diawali pada peringkat dosis di mana
kejenuhan mulai Nampak. Etanol merupakan contoh bagus dari kasus
semacamnya.

2.2.6 Tekhnik ekstrakporporal

Tekhnik ekstrakporporal yang paling sering digunakan untuk meningatkan


eksresi racun adalah hemodialisis dan hemoperfusi.
Agar hemodialisis menjadi efektif dalam membuang toksin harus memenuhi
krteria tertentu, Molekul toksin harus cukup kecil untuk melintasi membran
dialisis, mempunyai laju bersihan yang tinggi, volume distribusi jaringan terbatas,
mem[unyai dosis-waktu-sitotoksik (beratnya toksisitas klinik berkaitan dengan

7
lamanya kadar dalam tubuh yang tinggi). Dalam hemoperfusi, perbedaan yang
utama adalah toksin berkontak langsung dengan matriks pengikatan, sehingga
ukuran dan derajat pengikatan toksin oleh protein tidak begitu penting daripada
dalam hemodialisis.
2.3 Mengeluarkan Racun Dari Lambung
Pengeluaran racun dalam lambung harus mempertimbangkan zat yang
tertelan, tingkat keracunan dan sudah berapa lama zat racun tertelan. Pengosongan
lambung tidak berguna jika resiko dari keracunan kecil atau pasien sudah datang
terlambat. Pengosongan dengan bilas lambung diragukan kegunaanya bila di
lakukan lebih dari 1-2 jam setelah racun tertelan. Bahaya dari bilas lambung
adalah teraspirasinya isi lambung, karena itu tidak boleh dilakukan pada pasien
yang mengantuk atau koma kecuali jike reflex batuk sangat baik atau saluran
nafas dapat dilindungi dengan pipa endotrakea. Pipa lambung tidak boleh di
dimasukkan pada keracunan zat korosif.
Produk petroleum lebih berbahaya didalam paru-paru dibandingkan
dilambung, karena itu pencucian lambung tidak dianjurkan karena ada resiko
terhirup. Dengan berbagai pertimbangan, bilas lambung umumnya tidak praktis
dan jarang di lakukan, kecuali di rumah sakit.
Memuntahkan isi perut dangan pemberian ipcacuanha telah di pakai baik
pada orang dewasa atau anak- anak , tetapi sangat terbatas kegunaanya. Tidak
terbukti bahwa ipcacuanha mengurangai penyerapan secara bermakna ( walaupun
digunakan 1-2 jam) dan efek sampingnya dapat menyulitkan penegakan diaknosi
terutama pada keracunan zat besi.pemberian ipcacuanha hanya boelh di
pertimbangkan bila pasien sadar sepenuhnya, atau bila zat racun yang tertela tidak
korosif dan produk petroleum atau tidak di jerap dengan arang aktif.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akhir dari perjalanan atau nasib xenobiotika (racun) ialah eksresi, yang
merupakan sarana eliminasi penting bagi pengakhiran aksi racun.semakin cepat di
eksresi berarti keberadaannya didalam tubuh dipersingkat dengan cara
demikian,kemungkinan akan membantu mengurangi penyerapan racun dan
perluasan ketoxikannya didalam tubuh.
Ada beberapa jalur ekskresi toksikan dalam tubuh, jalur ekskresi utama
adalah melalui ginjal bersama urin, tetapi hati dan paru-paru juga merupakan alat
ekskresi penting bagi tokson tertentu. Ada juga yang melalui Air Susu Ibu (ASI),
keringat, dan air liur.

3.2 Saran
 Sebaiknya mahasiswa harus lebih memahami dan menjabarkan Pengertian,
tujuan dan fungsi mengenai Ekskresi Toksikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Batubara, Priyanto. Lilian. 2010. Farmakologi Dasar : Untuk Mahasiswa


Farmasi dan Keperawatan. Jawa Barat : Lembaga Studi dan Konsultasi
Farmakologi.
Donatus, Imono Argo. 2001. Toksikologi Dasar. Yogyakarta.
Lu, Frank C. 2006. Farmakologi Dasar : Asas, Organ Sasaran dan Penilaian
Risiko. Jakarta: UI press.
Wirasuta, I Made Agus Gelgel. Rasmaya Niruri. 2007. Toksikologi Umum. Bali.

10
Lampiran 1. Buku Toksikologi Umum

11
Lampiran 2. Toksikologi Dasar

12
13
14
Lampiran 3. Toksikologi Dasar

15
Lampiran 4. Buku Farmakologi Dasar

16
17
18

Anda mungkin juga menyukai