Anda di halaman 1dari 17

TUGAS FARMAKOLOGI

( Eksresi Obat)
Dosen: Ns. La masahuddin, S. Kep., M.Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
SUPRIADI ALI (220142)
ARDELA CANTIKA PUTRI (220111)
HUSNUN AULIA (220118)
NURMAGFIRA (220126)

KELAS : 2C AKPER

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA KESDAM
XIV/HSN
MAKASSAR
TH.2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “Ekskresi Obat”.

Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang Ekskresi obat


dalam tubuh agar dapat dipergunakan dalam praktek proses keperawatan,
serta diajukan demi memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar, September 2021

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Pengertian..........................................................................................3

B. Macam - Macam Jalur Eksresi Obat Dalam Tubuh...........................4

C. Faktor Yang Mempengaruhi Ekskresi Obat Dalam Tubuh...........11

BAB III PENUTUP......................................................................................12

A. Kesimpulan.......................................................................................12

B. Saran................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagi tubuh manusia, secara umum, tubuh adalah senyawa
asing. Dan senyawa asing biasanya memiliki efek merugikan,
sehingga muncul pemahaman bahwa “obat adalah racun dalam
dosis yang tidak merugikan”. Oleh sebab itu, setelah obat
memberikan efek yang menguntungkan (efek terapi), obat harus
diolah dan selanjutnya dibuang oleh tubuh.Lalu bagaimana tubuh
memproses dan membuang senyawa obat yang ada di dalam
tubuh. Dalam ilmu farmakologi, proses-proses yang berhubungan
dengan pemrosesan dan pembuangan senyawa obat disebut
metabolisme dan ekskresi obat. Disini kami membahas tentang
EKSKRESI OBAT. Proses ekskresi adalah proses yang sangat
penting bagi semua makhluk hidup. Ekskresi adalah suatu proses
di mana produk sisa metabolisme dan materi tidak berguna lainnya
dikeluarkan dari suatu organisme. Setelah melalui proses
metabolisme, obat termasuk ke dalam produk sisa dan berbahaya
apabila terus menerus ada di dalam tubuh, oleh sebab itu harus
dibuang melaluis sistem ekskresi.
B. Rumusan Masalah
1. apa yang di maksud dengan eskresi obat ?
2. apa saja macam-macam jalur eksresi obat dalam tubuh ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi ekskresi obat dalam
tubuh?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan eksresi obat.
2. Untuk mengetahui macam - macam jalur eksresi obat dalam
tubuh.

1
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi ekskresi obat
dalam tubuh

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Eksresi merupakan proses berpindahnya obat dari lingkungan
dalam ke luar tubuh. Ginjal merupakan organ utama yang berperan
pada eksresi obat. Besar eksresi obat merupakan hasil resulante
antara 3 proses yaitu filtrsi glomerulus, sekresi aktif, dan reabsorbsi
pasif.
Filtrasi glomerulus merupakan fungsi linier yang tidak jenuh,
dapat memfilter obat yang bermuatan atau tidak bermuatan tetapi tidak
ada memfilter obat yang terkait protein plasma atau yang mempunyai
berat molekul yang relatif besar. Dengan demikian faktor yang
mempengaruhi ikatan obat dengan protein plasma akan mengubah
filtrasi obat yang selanjutnya mempengaruhi waktu parah obat (waktu
yang di butuhkan untuk obat menjadi separuh konsentrasi).
Sekresi aktif yang terjadi di tubulus proksimal memainkan peran
kecil dalam eksresi fisiologis normal, namun berperan penting dalam
eksresi beberapa obat. Sistem sekresi ini dapat memfasilitasi obat-
obat yang tidak dapat melalui filtrasi glomerulus karena obat yang
bermuatan baik anion atau kation sering berikatan dengan protein
plasma. Namun karena ikatan dengan protein bersifat revensibel,
maka sistem sekresi aktif dapat secara cepat dan efisien memindahka
obat yang terkait protein dari darah ke tubulus. Di dalam sistem sekresi
tubular aktif, obat dapat menjadi subtrat untuk dua sistem, yaitu sekresi
untuk organik anion dan organik karotin. Antara kedua subtrat obat
tersebut dapat saling berkompetisi sehingga salah satu obat dapat
mengalami penghambatan sekresi.
Reabsorpsi pasif terjadi di sepanjang tubulus untuk bentuk
nonion obat yang larut lemak. Oleh karena derajat ionisasi bergantung

3
pada pH larutan, maka hal ini dimanfaatkan untuk mempercepat
eksresi ginjal pada keracunan suatu obat asam atau obat basa.
B. Macam - Macam Jalur Eksresi Obat Dalam Tubuh
1. Eksresi Lewat Ginjal
Ginjal merupakan organ ekskresi yang penting ekskresi
merupakan resultante dari 3 proses antara lain :
a. Filtrasi Glomeruli
b. Sekresi dan reabsopsi oleh tubuli
c. Reabsorbsi / difusi
Peran yang diawali pada nefron yang merupakan kesatuan
anatomi-fisiologi dari ginjal.Setiap nefron (1 juta tiap ginjal)
merupakan tubulus yang panjang dengan epitel monoseluler, dan
terdiri dari dua bagian dengan fungsi yang berbeda yaitu bagian
glomerulus dan bagian tubulus.Bagian glomerulus terletak pada
daerah perifer ginjal di dalam korteks ginjal. Glomerulus tersebut
terbentuk dari kapsul Bowman dan tubuli nefron yang melekuk,
terdiri dari jaringan kapiler arterial.
Glomeruli ginjal merupakan keseluruhan kapsul Bowman dan
glomerulus vaskuler yang membentuk badan Malphigi yang dapat
dilihat dengan mata telanjang ( berukuran 200-300 Mm ).Bagian
tubulus atau tubulus renalis, diawali dengan tubulus contortus
proksimalis yang terletak dalam korteks dan kemudian membentuk
kapsul Bowman. Selanjutnya adalah loop Henle yang mengikuti
nefron, tertanam cukup dalam di medula; ini didahului oleh tubulus
kontortus distalis yang terletak di dalam korteks. Tubulus distalis
menyebar kedalam tubulus colengentes yang diakhiri oleh pori
uniferes dalam kantong. Urin dikumpulkan melalui ureter dan
dialirkan ke dalam vesica urinaria.
Ginjal mempunyai perfusi yang sangat besar yaitu 20% dari
debit jantung atau lebih kurang 1 liter darah yang lewat tiap menit
didalam arteri renalis. Pada setiap nefron terdapat 2 anyaman

4
kapiler yaitu glomerulus yang terdiri atas pembuluh darah arteri
serta darah arteri kapiler yang dialirkan menuju jaringan tubuler
arteria-renalis. Darah vena dialirkan melalui vena renalis , dan
selanjutnya kembali pada sirkulasi umum( menuju vena cava
anterior).Pentingnya permukaan kontak dan tepi yang tipis dari
endotelium vaskuler dan epitel nefron memberikan peluang
pertukaran antara darah kapiler ginjal dan cairan tubuler. Semua
nefron berperan pada proses peniadaan obat , juga pada
pembentukan air kemih. Mekanisme yang sama juga terjadi pada
filtrasi glomerulus dan penyerapan kembali serta sekresi tubuler.
Fitrasi glomerulus merupakan fenomena pasif yang erat
hubungannya dengan parameter kardiovaskuler , khususnya
tentang debit jantung dan tekanan arteri. Semua pengurangan
aktivitas jantung akan mengurangi debit jantung dan debit ginjal
sedangkan pengurangan tekanan arteri akan menurunkan tekanan
perfusi dalam arteri renalis akan menurunkan tekanan perfusi
dalam arteri renalis dan menurunkan jumlah filtrat dan akibatnya
terjadi diuresis.Filtrasi glomerulus sangat efektif karena jumlah dan
besarnya pori-pori endothelium glomerulus . Glomerulus dapat
menyaring hingga 1/5 volume plasma yang melalui lumen kapsul ,
volume dari ultrafiltrat glomerulus mencapai 120-130 ml tiap menit.
Besarnya pori-pori dapat menyebabkan lolosnya sejumlah partikel
dalam plasma, kecuali molekul-molekul besar dengan berat
molekul diatas 68.000. jadi ultrafiltrat dari protein plasma
komposisinya sama dengan plasma, hal ini menunjukkan bahwa
proses ultrafiltrasi glomerulus terjadi secara difusi. Hampir pada
semua obat, konsentrasi zat aktif yang terdapat dalam filtrat sama
dengan konsentrasi dalam plasma. Hal itu juga berarti bahwa
berkaitan dengan ikatan plasmatik , hanya satu fraksi bebas yang
terdapat dalam ultrafiltrat dan seimbang dengan fraksi dalam
plasma. Beberapa molekul obat tidak dapat berdifusi melalui

5
membran glomerulus, karena berat molekulnya yang besar
sehingga molekul-molekul tersebut tetap tinggal dalam lumen
vaskuler dan digunakan untuk ekspansi vaskuler ( misalnya
dekstran, polivinil-pirolidon dan sebagainya ).
Laju ultrafiltrasi glomerulus (180 liter /24 jam) dan jumlah
ultrafiltratnya berbeda secara bermakna dibandingkan dengan urin
(1,5 liter /24 jam), di satu sisi keduanya berbeda secara bermakna
dan di sisi lain perbedaan komposisinya berkaitan erat dengan
aktivitas intensif tubulus renalis, sesuai dengan fenomena
penyerapan kembali dan pengeluaran. Dengan adanya proses ini,
konsentrasi molekul-molekul yang terdapat di dalam ultrafiltrat
glomerulus sama dengan konsentrasi dalam plasma, dan
selanjutnya dikeluarkan dari tubuh dengan laju yang berbeda.Jika
molekul yang tersaring di sepanjang tubulus renalis tidak
mengalami perubahan, maka jumlah obat yang keluar dari tubuh
dalam 1 menit dalam urin (= U x V) adalah sama dengan jumlah
obat yang melalui darah /menit dalam ultrafiltrat glomerulus (= P x
F).
Keterangan:
U = konsentrasi dalam urin
V = volume urin /menit
P = konsentrasi dalm plasma
F = volume filtrat glomerulus
Klirens dari suatu molekul obat atau jumlah plasma yang
terinci /menit sama dengan volume ultrafiltrat glomerulus :
Klirens = U xP V
Bila klirens molekul di atas 120-130 m/menit, maka selama
melalui tubulus, mekanisme aktif sekresi telah membantu proses
eksresi. Sebaliknya, bila klirens lebih rendah dari volum ultrafiltrat ,
maka fenomena reabsorpsi memperlambat eksresi.

6
Dari perhitungan yang mengabaikan pengaruh-pengaruh luar,
ternyata waktu paruh biologik (waktu yang diperlukan agar
konsentrasi zat aktif dalam darah menurun separuhnya) adalah :
1) 70 menit jika hanya terjadi proses filtrasi
2) 7 menit jika terjadi sekresi melalui tubulus renalis
3) 7 hari jika terjadi penyerapan kembali tubulus, dalam hal ini
konsentrasi dalam urin tidak melampaui konsentrasi
plasma.Perhitungan ini menggambarkan secara nyata bahwa
peran eksresi obat melalui ginjal berkaitan erat dengan aktivitas
obat.
Fenomena penyerapan kembali tubulus berperan nyata dalam
pembentukan urin : pengurangan volum dari 180 liter filtrat menjadi
1,5 liter urin menunjukkan fenomena tersebut. Pentingnya proses
penyerapan kembali air (99%) menyangkut kepentingan reabsorpsi
Natrium yang sebagian terjadi karena pengaruh mekanisme
hormonal (ADH). Pengurangan volum urin yang terbentuk pada
tubulus renalis yang menyebabkan adanya gradien konsentrasi
yang mendorong difusi obat dari cairan tubulus menuju plasma.
Dengan demikian konsentrasi intratubulus menjadi lebih besar dari
konsentrasi plasma. Perlintasan membran ginjal terjadi seperti
halnya membran yang lain yaitu senyawa yang paling larut lemak
dan fraksi tak terionosasi dari asam/basa lemah yang lebih mudah
diserap kembali. Derajat ionosasi merupakan fungsi dari pH cairan
sekitar dan pH plasma relatif tetap, sedangkan pH urin dapat
bervariasi walaupun dalam keadaan normal bersifat asam.
Sebanarnya ginjal bukan hanya berperan untiuk mengeluarkan
sisa-sisa kotoran tetapi juga berpartisipasi mempertahankan
homeostasis ; sebagian melalui fungsinya dengan sekresi ion H+
pada tubulus distalis. Keragaman pH pada lumen tubulus
mempengaruhi keseimbangan antara bentuk yang terionkan dan

7
yang tak terionkan, sehingga penyerapan kembali elektrolit lemah
mengalami perubahan.
Untuk asam lemah, penurunan pH mengurangi ionosasi
molekul, sedangkan bentuk tidak terionkan yang larut lemak
konsentrasinya di dalam saluran cerna lebih besar dari konsentrasi
dalam plasma. Hal ini menguntungkan proses penyerapan kembali.
Pada keadaan fisiologis normal, asam asetil salisilat mudah diserap
kembali pada tubulus renalis. Maka, alkalinisasi air kemih melalui
perfusi Natrium bikarbonat merupakan cara yang sering dilakukan
pada overdosis obat untuk pengeluaran senyawa-senyawa seperti
asam asetil salisilat atau barbiturat. Sebaliknya juga berlaku untuk
basa lemah eksresinya dipengaruhi oleh keasaman urin.Sifat-sifat
fisiko-kimia dari molekul zat aktif dan pH larutan menentukan
terjadinya penyerapan kembali. Namun perlu juga diperhatiakan
bahwa adanya ikatan plasmatik dan gradien difusi hanya
tergantung pada bentuk yang tidak terikat.
pH = pKa + log konsentrasi bentuk terionkan (I)
konsenterasi bentuk tak terion (NI)
Sekresi tubuler merupakan suatu mekanisme aktif yang ikut
berperan dalam pengeluaran senyawa asing dari tubuh bersama
urin. Sekresi tubuler akan membantu pengeluaran obat-obat
tertentu secara cepat. Ada 2 sistem transport pada tubulus
contortus priximal, sebagian untuk asam-asam organik : penisilin,
metabolit glukoronat atau sulfat, yang lain untuk basa-basa
organik : kinina, amonium kuarterner dan sebagainya.
Kedua sistem tersebut merupakan kriteria transpor aktif
transmembran. Tidak ada tipe transpor yang spesifik untuk suatu
molekul, adnya persainagn untuk transporer yang sama dapat
terjadi antara beberapa molekul. Contoh klasik adalah penisilin dan
probenesid. Penisilin merupakan senyawa yang larut air dan
mencapai tubulus proximal untuk disekresi (harga klirens penisilina

8
lebih besar dari penyaringan glomerulus yaitu 500 ml/menit); laju
eksresi tidak begitu penting karena obat tersebut mempunyai batas
efek terapetik dan mengharuskan penderita disuntik ulang. Untuk
memperpanjang efek terapetik maka penisilin diberikan bersama
dengan probenesid. Sistem eksresi probenesid sama dengan
sistem eksresi penisilin, dengan adanya persaingan pada
transporter yang sama, maka probenesid akan memperlambat
eksresi penisilin karena ionisasi probenesid yang kuat akan
mencegah penyerapan kembali penisilin.Asam para-aminohipurat
merupakan tipe yang sama dengan senyawa yang dikeluarkan oleh
ginjal. Pengeluarannya relatif terjadi sejak awal pengaliran darah
dalam ginjal dan hal itu menguntungkan untuk penentuan aliran
darah glomerulus.
Ekskresi melalui ginjal akan berkurang jika terdapat gangguan
fungsi ginjal. Lain hal nya dengan pengurangan fungsi hati yang
tidak dapat dihitung, pengurangan fungsi ginjal dapat dihitung
berdasarkan pengurangan klirenskreatinin. Dengan demikian,
pengurangan dosis obat pada gangguan fungsi ginjal dapat
dihitung
2. Ekskresi Lewat Empedu
Pengaliran darah hati menuju canaliculi biliaris serta zat aktif
dan metabolitnya yang terbentuk di dalam hati mengikuti hukum
umum perlintasan membran. Difusi pasif molekul-molekul
tergantung pada ukurannya, sifat fisiko-kimia serta perbedaan
konsentrasi. Mekanisme transpor aktif berperan penting pada
eksresi obat khususnya pada metabolit yang lebih polar
dibandingkan senyawa induknya seperti trurunan glokoronat.
Seperti pada ginjal, pada empedu juga terdapat 2 sistem transpor
aktif transmembran. Mekanisme transpor aktif ini penting untuk
beberapa molekul antibiotika terutama tetrasiklin.hal ini karena obat

9
dapat menembus saluran empedu sampai konsentrasi yang cukup
untuk pengobatan infeksi.
Dengan adanya cairan empedu di dalam duodenum maka zat
aktif dan metabolitnya dapat dikeluarkan melalui pembentukan
garam, atau zat aktif diserap kembali di usus, jika sifat-sifat fisiko-
kimianya dapat melewati sawar usus dan masuk kembali dalm
sirkulasi (siklus entero-hepatik). Fenomena ini menyebabkan obat
lebih lama berada di dalam tubuh dan pengeluaran secara definitif
baru terjadi melalui ginjal.
3. Eksresi Lewat Feses
Seperti diketahui zat aktif atau metabolit yang ditiadakan
melalui empedu tidak mengalami siklus entero-hepatik. Di dalam
feses terdapat pula senyawa yang disekresi oleh getah saluran
cerna seperti sekresi ludah (saliva). Feses dapat pula mengandung
sejumlah molekul yang dikeluarkan oleh saluran cerna dan tidak
diserap kembali oleh mukosa usus. Obat-obat tertentu dapat
digunakan untuk memerlukan efek terapi setempat pada sistem
pencernaan misalnya sulfaguanidin, bismuth.
4. Eksresi Lewat Paru
Sistem pernafasan berperan untuk pengeluaran beberapa
senyawa yang berbentuk gas atau zat yang mudah menguap pada
suhu tubuh. Gradien tekanan parsiil capillo-alveolaire yang positif
dapat mendorong terjadinya difusi pasif sehingga terjadi
pengeluaran gas tersebut. Intensitas pengeluaran melalui membran
berhubungan erat dengan fenomena ventilasi yang menjamin
pembaharuan udara alveoli dan aliran darah di paru. Secara umum
pada proses difusi akan terjadi keseimbangan antara tekanan parsiil
udara di dalam alveoli dan darah kapiler paru. Penerapan fenomena
difusi alveolo-kapiler misalnya pada pengujian alkohol melalui
napas, terutama bagi pengendara mobil.

10
5. Eksresi Lainnya
Ekskresi obat lainnya juga terjadi melalui keringat, liur, air mata,
air susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali
sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Ekskresi Obat Dalam Tubuh
1. Sifat fisikokimia: BM, pKa, kelarutan, tekanan uap.
2. pH urin
3. Kondisi patologi
4. Aliran darah
5. Usia

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Eksresi merupakan proses berpindahnya obat dari lingkungan
dalam ke luar tubuh. Ginjal merupakan organ utama yang berperan
pada eksresi obat. Besar eksresi obatmerupakan hasil resulante
antara 3 proses yaitu filtrsi glomerulus, sekresi aktif, dan reabsorbsi
pasif. Filtrasi glomerulus merupakan fungsi linier yang tidak jenuh,
dapat memfilter obat yang bermuatan atau tidak bermuatan tetapi tidak
ada memfilter obat yang terkait protein plasma atau yang mempunyai
berat molekul yang relatif besar, Sekresi aktif yang terjadi di tubulus
proksimal memainkan peran kecil dalam eksresi fisiologis normal,
namun berperan penting dalam eksresi beberapa obat, Reabsorpsi
pasif terjadi di sepanjang tubulus untuk bentuk nonion obat yang larut
lemak. Oleh karena derajat ionisasi bergantung pada pH larutan, maka
hal ini dimanfaatkan untuk mempercepat eksresi ginjal pada keracunan
suatu obat asam atau obat basa.
Macam – macam jalur eksresi obat dalam tubuh yakni melalui
ginjal, empedu, feses, paru – paru dan lainnya seperti melalui keringat,
liur, air mata, air susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif
kecil sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat.
Faktor – faktor yang mempengaruhi eksresi obat dlam tubuh yaitu
Sifat fisikokimia (BM, pKa, kelarutan, tekanan uap), pH urin, Kondisi
patologi, Aliran darah, Usia.
B. Saran
Agar kerja eksresi obat dalam tubuh bekerja baik seharusnya kita
menjaga pola makan yang baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, bayu dkk. (2017). Buku Ajar Farmakologi Dasar. Malang : UB


Press.
Kumpulan kuliah farmakologi / Staf Pengajar Departemen Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas sriwijaya – Ed.2- Jakarta :
EGC,2011.
Departemen farmakologi dan terapuritik, 2013. Farmakologi dan terapi.
Edisi 5.
http://krissandy-gatez.blogspot.com/2012/05/farmakokinetik-ekskresi.html

13

Anda mungkin juga menyukai