FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah laporan praktikum farmakologi dengan baik.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dr. Fathiyah Safitri, M.Kes
selaku dosen pembimbing praktikum farmakologi Universitas Muhammadiyah
Malang, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran
sangat kami harapkan dari semua pihak
Penulis
DAFTAR ISI
Bab IV Penutup.....................................................................................................15
4.1 Kesimpulan................................................................................................15
4.2 Saran..........................................................................................................15
Daftar Pustaka........................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Pada prinsipnya semua bagian dari fraktus gastrointestinal dapat
digunakan untuk percobaan organ terpisah (esofagus, gaster, ileum, kolon,
dan bahkan rektum).
Ada 2 macam metoda organ terpisah, yaitu yang disertai saraf dan tidak
disertai saraf. Dengan metoda ini dapat diamati respon organ terhadap
pemberian obat.
Respon obat terhadap obat dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif
sehingga dapat digunakan untuk menghitung afinitas obat terhadap reseptor.
Pada praktikum ini digunakan beberapa konsentrasi obat untuk melihat
efeknya terhadap organ terpisah (usus).
Asetilkolin adalah salah satu neurotransmitter yang digunakan oleh
saraf. Asetilkolin (Ach) adalah neurotransmitter yang digunakan oleh serat
preganglion simpatis dan parasimpatis. Ach juga digunakan sebagai
neurotransmitter serat pascaganglion parasimpatis. Serat ini, bersama dengan
semua serat praganglion otonom, disebut juga sebagai serat kolinergik.
Ach juga berperan dalam persisteman parasimpatis, yaitu sebagai
neurotransmitter pascaganglion. System parasimpatis sangat berperan dalam
system pencernaan. System ini mendominasi pada keadaan tenang dan santai.
System parasimpatis merupakan tipe rest and digest, yaitu istirahat dan cerna
sekaligus memperlambat aktivitas – aktivitas yang ditingkatkan oleh system
simpatis. Sebagai contoh, efek stimulasi parasimpatis pada system
pencernaan adalah sebagai berikut :
• Meningkatkan motilitas organ pencernaan
• Relaksasi sfingter (untuk memungkinkan gerakan maju isi saluran
cerna)
• Stimulasi sekresi pencernaan
• Stimulasi sekresi pancreas eksokrin (untuk pencernaan)
• Pengeluaran banyak liur encer kaya enzim
1.2. Tujuan Praktikum
1. Memahami prinsip-prinsip percobaan farmakologi dengan menggunakan
sediaan jaringan usus terpisah
2. Memahami efek farmakologis obat agonis dan antagonis pada jaringan
usus terpisah
3. Menghitung afinitas dan selektifitas obat terhadap reseptor pada sediaan
usus terpisah
BAB II
LANDASAN TEORI
PEMBAHASAN
0.15
0.05
0 0 0 0 0
-0.05 10^-8 10^-7 10^-6 10^-5 10^-4 10^-3 10^-2
Metakolin -0.15 -0.1
0 -0.1
0 -0.1
0 -0.1
0 -0.1
0.26 0.42 0.46
metakolin-atropin -0.1 -0.1 -0.1 -0.1 -0.1 0 0.4
Dosis (M)
Pada pemberian metakolin dengan konsentrasi 10-8 belum menunjukkan
adanya efek. Pada pemberian metakolin dengan konsentrasi 10 -7 mulai
menunjukkan adanya efek. Pada pemberian metakolin dengan konsentrasi 10 -4
terjadi efek maksimal (peak effect). Pada pemberian atropin dengan konsentrasi
10-8 belum menujukkan adanya efek. Pada pemberian atropin dengan konsentrasi
10-5 mulai menunjukkan adanya efek . Pada pemberian atropin dengan konsentrasi
10-2 terjadi efek maksimal(peak effect)
Sumber :
Tarannita, C., Permatasari, N., Sudiarto, 2006 “EFEK HAMBATAN EKSTRAK
DAUN CEPLUKAN (Physalis Minima L) TERHADAP KONTRAKTILITAS
OTOT POLOS USUS HALUS TERPISAH MARMUT DENGAN STIMULASI
METAKOLIN EKSOGEN” Fakultas Kedokteran Unb
KESIMPULAN
1. semakin besar dosis pada agonis semakin besar efek yang ditimbulkan.
Efek akan mencapaiefek maksimal apabila obat menempati semua reseptor
2. pemberian antagonis kompetitif sebelum pemberian agonis, akan
menyebabkan peningkatan dosis agonis sampai menimbulkan efek
3. terdapat perbedaan effikasi antara pemberian obat agonis saja dengan
pemberian antagonis dan agonis. Kesalahan ini mungkin terjadi karena
viabilitas usus, durasi pemberian obat dan perlakuan yang salah
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, B. Bertram, dkk. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik. The McGraw-
Hill Companies
Setiawati, A., dan Nafrialdi, 2007, Obat Gagal Jantung, Farmakologi dan
Terapi, Edisi V, 34 dan 300, Departeman Farmakologi dan Terape
utik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.