Reseptor Histamin
Dosen Pengampu:
Medi Andriani, M.Pharm, S.ci
Disusun Oleh:
Afrudi Rudheka (1648201003)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Reseptor
Angiotensin”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal bersama-sama dan mendapatkan
bantuan dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Reseptor Angiotensin” dapat
bermanfaat bagi pembaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Reseptor merupakan target aksi obat yang utama dan paling banyak. Reseptor
didefinisikan sebagai suatu makromolekul seluler yang secara spesifik dan langsung berkaitan
dengan ligan (obat, hormon, neurotransmiter) untuk memicu proses biokimia antara dan di
dalam sel yang akhirnya menimbulkan efek (Zullies Ikawati, 2018). Reseptor ini bekerja
dengan mengikat senyawa obat yang masuk ke dalam tubuh dan sel akan memberikan respon.
Ligan yang merupakan bagian reseptor tempat menempelnya obat yang memiliki
kesesuaian antara kedua molekul. Semakin sesuai dan semakin besar afinitasnya, akan semakin
kuat interaksi yang terbentuk. Ikatan antara ligan dan reseptor juga memiliki spesifitas, yaitu
bahwa suatu ligan dapat meningkat suatu tipe reseptor tertentu. Spesifitas ini dapat bersifat
kimia dan biologi.
1.3. Tujuan
1. Untuk melengkapi tugas mata kuliah Farmakologi Molekuler.
2. Untuk menjadi sumber pembelajaran bagi mahasiswa.
3. Untuk memahami lebih lanjut mengenai reseptor histamin.
1
BAB II
ISI
Reseptor histamin H1 tersebar dalam area yang luas dalam jaringan rubuh mamalia,
seperti otak, sistem saraf pusat, sistem kardiovaskular, otot polos, (terutama pada jalur
pernapsan), saluran pencernaan, sistem genitourinari, sel endotelial, dan limfosit. Transduksi
signal pada reseptor H1 terutama diperantarai oleh ikatannya dengan protein G jenis Gq. Akan
memobilisasi kalsium dari tempat penyimpanannya dan menyebabkan peningkatan Ca
intraseluler. Pada sel-sel otot polos bronkus, saluran pencernaan, dan saluran genitourinari,
aktivitas reseptor H1 menyebabkan kontraksi otot. Pada sel-sel pembuluh darah peningkatan
Ca intraseluler dan ikatan Ca dengan calmodulin dapat mengaktifkan Nitric Oxide (NO)-
synthase, yang menghasilkan produksi nitric oxide (NO). aktivasi reseptor H1 di sistem saraf
pusat menyebabkan efek mual/muntah yang dimediasi oleh reseptor H1 yang berada di
chemoreceptor triger zone, suatu area di otak yang mengatur mual muntah.
Reseptor H2 dapat ditemukan diberbagai macam jaringan, antara lain otak, sel parietal
lambung dan jaringan jantung. Stimulasi reseptor H2 dapat memediasi efek ionotropik dan
kronotropik positif pada jaringan antrium dan ventrikel, tetapi efek yang paling utama adalah
stimulasi sekresi asam lambung.
2
Reseptor H3 memiliki peran sebagai neurotransmiter dibuktikan dengan ditemukannya
reseptor histamin H3 yang berfungsi sebagai autoreseptro yang mengatur pelepasan dan
produksi histamin. Reseptor ini diketahui memiliki fungsi sebagai regulator pada pelepasan
neurotransmiter lain, seperti serotonin, noradrenalin dan dopamin. Reseptor ini sebagian besar
ditemukan pada sistem saraf pusat (basal ganglia, hipocampus dan area kortikal), tetapi juga
ditemukan pada sistem saraf perifer (saluran pencernaan, saluran respirasi dan kardiovaskular).
Aktivasi reseptor H3 menstimulasi mekanisme feedback negative, yaitu mengurangi aktivasi
sentral histaminergik. Reseptor ini diperkirakan pada keadaan kognitif, keadaan bangun tidur,
regulasi homeostatis energi dan inflamasi.
Reseptor H4 memiliki 31-43 % kesamaan homologi yang paling tinggi dengan reseptor
H3. Reseptor H4 banyak ditemukan disumsum tulang belakang dan leukosit, terutama pada
eosinofil, sel mast, sel dendritik, basofil dan sel T. Reseptor ini juga ditemukan dalam jumlah
sedang pada empedu dan usus halus. Stimulasi reseptor H4 melalui jalur Gα1 dan Gα0 akan
menyebabkan hambatan pada sistem adenilat siklase, proses downstream dari elemen responsif
cAMP, aktivasi MAP kinase dan fosfolipase C serta mobilisasi Ca2+ pada eosinofil dan sel
mast. Reseptor H4 diperkirakan berperan dalam proses inflamasi dan respon imun karena
ekspresi reseptor ini dimodulasi oleh OIL-10 dan IL 13.
3
Tabel 1. Profil Subtipe Reseptor Histamin
4
2.3. Mekanisme Kerja Reseptor Angiotensin
Reseptor H1 transduksi signalnya diperantarai oleh ikatannya dengan protein G jenis
Gq. Aktivasi reseptor ini oleh ligannya akan memicu pembentukan 1,4,5-inositol trifosfat (IP3)
dan 1,2-diasilgliserol (DAG) yang dikatalis oleh fosfolipas C. Jalur ini akan memobilisasi
kalsium dari tempat penyimpanannya dan menyebabkan peningkatan Ca intraseluler. Pada sel-
sel otot polos bronkus, saluran pencernaan, saluran genitourinaria akan bekontraksi.
Stimulasi reseptor H2 akan mengaktifkan sistem adenilat siklase (pada otak, otot polos
vaskuler, otot myocyte jantung, mukosa lambung, dan paru-paru) melalui stimulasi G, yang
selanjutnya akan mengaktifkan second massenger cAMP.
Stimulasi reseptor H4 sendiri melalui jalur Gα1 dan Gα0 akan menyebabkan
penghambatan pada sistem adenilat siklase, proses downstream dari elemen responsif cAMP ,
aktivasi MAP kinase dan fosfolipase C, serta mobilisasi Ca2+ pada eosinofil dan sel mast. Pada
upstream gen reseptor H4 terdapat tempat ikatan basa bagi faktor transkripsi yang diregulasi
oleh sitokin, speerti interferon regulatory factor-1, TNF-α, NF-KB, dan IL-6. Reseptor H4
memediasi kemotaksis dan mobilisasi kalsium intraseluler pada sel mast, respon kemotaktik
dan perubahan sitoskeletal eosinofil, mengontrol pelepasan IL-16 dari sel CD8T dan
mengontrol produksi leukotrien B4 oleh sell mast.
5
2.4. Obat-obatan yang Bekerja Pada Reseptor Angiotensin
Obat -obatan yang bekerja pada reseptro histamin yaitu Agonis H1 (Histamin 2-β3 (trifluoro-
metil)-fenil], Histamin 2-thiazoliletilamin dan 2-pyridiletilamin Methilhistamin) sedangkan
untuk atagonis H1 (Mepiramin (-) dan (+), Chlorpeniramine, Triprolidin, Temelastin,
Difenhidramin dan Prometazin). Obat yang bekerja pada reseptor agonis H2 (Histamin,
Amtamin, Dimaprin, Ipromidin dan Arpromidin) sedangkan obat yang bekerja sebagai
antagonisnya (Simetidin, Ranitidin, Tiotidin, Zolatidin dan Famotidin). Pada reseptor histamin
H3 obat yang dapat bekerja sebagai agonis antara lain (Histamin, R-α-metilhistamin, Imetit,
Immepip dan Nα-methilhistamin) untuk obat yang bekerja sebagi antagonisnya (Tioperamid,
Klobenpropid, Iodopenpropid dan Iadoproxyfan). Untuk reseptor H4 sendiri obat yang dapat
mempengaruhi kinerjanya antara lain (Clobenpropid, 4-metilhistamin dan Burimamid) dan
yang bekerja sebagai antagonisnya adalah Tioperamid.
6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Histamin merupakan senyawa amin endogenos yang diproduksi melalui proses
dekarboksilasi asam amino L-histidin dan disimpan dalam sel mast, basofil dan
beberapa neuron.
2. Histamin dalam tubuh dalam mempengaruhi proses fisiologis dalam tubuh dimediasi
oleh empat tipe reseptor berbeda, yaitu reseptor histamin H1, H2, H3, dan H4.
DAFTAR PUSTAKA
Ikawati, Zullies. 2018. Farmakologi Molekuler Target Aksi Obat dan Mekanisme