NAMA KELOMPOK:
2019
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan YME, atas
berkat dan rahmat-NYA kami dapat menyelesaikan Makalah kegawat daruratan
ini yang berjudul “Pemberian Nutrisi pada Pasien Kritis Berdasarkan Evidence
Based” dapat di buat dan disampaikan tepat pada waktunya.
Adapun penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
Keperawatan Gawat Darurat. Kami juga berharap dengan adanya makalah ini
dapat menjadi salah satu sumber literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi
pembaca.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan
ini lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV KASUS
BAB V PENUTUP
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari nutrisi.
2. Untuk mengetahui Assesment kebutuhan nutrisi pada pasien kritis.
3. Untuk mengetahui tujuan pemberian nutrisi pada pasien kritis.
4. Untuk mengetahui Apa saja macam-macam nutrisi pada pasien kritis.
5. Untuk mengetahui penentuan kebutuhan nutrisi pada pasien kritis.
6. Untuk mengetahui Waktu Pemberian Nutrisi pada Pasien Kritis.
7. Untuk mengetahui Pertimbangan Jalur Pemberian Nutrisi Oral, Epiteral
dan Parenteral.
8. Untuk mengetahui Monitoring Dan Evaluasi Pemberian Nutrisi Pada
Pasien Kritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tunjangan nutrisi yang tepat dan akurat pada pasien sakit kritis dapat
menurunkan angka kematian. Terdapat dua tujuan dasar dari tunjangan nutrisi
yaitu:
2. Mengatur respon inflamasi, penentuan status nutrisi pada pasien kritis hen
daknya dilakukan berulang ulang untuk menentukan kecukupan nutrisi dan
untuk menentukan tunjangan nutrisi selanjutnya. Pemeriksaan yang berula
ng - ulang ini penting karena 16-20% pasien yang dirawat di ruang Intensif
mengalami defisiensi makronutrien 48jam setelah dirawat. Disamping itu
disfungsi/gagal organ multiple dapat terjadi sesudah trauma, sepsis atau ga
gal nafas yang berhubungan dengan hipermetabolisme yang berlangsung l
ama.
Rumus ini kurang akurat pada pasien-pasien dengan FiO2 lebih dari 4
0%
T = Tinggi (cm)
U = Usia (tahun)
AEE = BMR x AF x IF x TF
IF = Injury Factor
TF = Termal Factor
Tabel Faktor Koreksi
Mobilisasi 1,3
Sepsis 1,3
Peritonitis 1,4
38OC 1,1
39OC 1,2
40OC 1,3
41OC 1,4
c. Kebutuhan kalori
Untuk menentukan kebutuhan kalori perlu mengatahui gambaran fisiologis
dari keadaan hiperkatabolik. Dalam keadaan hiperkatabolik terjadi
peningkatan produksi panas, peningkatan kebutuhan energi (meningkat 25
– 50%), meningkatnya kecepatan nafas, dan meningkatnya kecepatan
nadi.
Kebutuhan kalori (kcal/kg BB) : 25 – 30 kcal/kg BB
Glukosa merupakan substrat kalori primer, sedangkan kebutuhan lemak
sekitar 15 – 40%. Dalam menentukan kebutuhan kalori harus dihindari
terjadinya hiperglikemia.
d. Kebutuhan nitrogen
Menghitung balance nitrogen dengan menggunakan urea urine 24 jam dan
dalam hubungannya dengan urea darah dan Albumin. Tiap gram nitrogen
yang dihasilkan menggunakan energy sebesar 100-150 kkal. Nitrogen
dibutuhkan pada penderita-penderita dengan :
1. hipermetabolik, stress dan penderita yang mengalami trauma.
2. Penderita yang mengalami ekskresi urea sebesar 85% dari protein tubu
h yang mengalami pemecahan.
Na 1 – 2 mEq / kg / hari
K 1mEq/kg/hari
0.7-1.5g/kg.
Lemak
0.8-1g/kg in sepsis/SIRS.
Rute: gastric vs jejunal à biasanya rute melalui gastric lebih aman karena
mudah menempatkan dan memonitor pipa makanan (simple), rute melalui
jejunal membutuhkan waktu yang lebih banyak dan harus mendapatkan
verifikasi dan panduan secara radiologis (kompleks)Formula enteral:
kebutuhan nutrient spesifik pada pasienJumlah dan frekuensi pemberian
formula: bolus vs continuous à pemberian dengan cara bolus tidak boleh pada
pemberian rute via jejunal
1. Intermiten
2. Bolus
3. Siklik
4. Kontinyu
Indikasi
• Pasien dengan malnutrisi berat yang akan menjalani pembedahan
saluran cerna bagian bawah.
• Pasien dengan malnutrisi sedang-berat yang akan menjalani prosedur
mayor elektif saluran cerna bagian atas.
• Asupan makanan yang diperkirakan tidak adekuat selama >5-7 hari
pada pasien malnutrisi, >7-9 hari pada pasien yang tidak malnutrisi.
Kontraindikasi Absolut
• Pasien yang diperbolehkan untuk asupan oral non-restriksi dalam waktu
<7 hari
• Obstruksi usus
• Pankreatitis akut berat
• Perdarahan masif pada saluran cerna bagian atas
• Muntah atau diare berat
• Instabilitas hemodinamik
• Ileus paralitik
Kontraindikasi Relatif
• Edema dinding usus yang signifikan
• Fistula high output (>800 mL/hari)
• Infus nutrisi pada proksimal anastomosis saluran cerna yang baru.
Keuntungan
• Peningkatan berat badan dan retensi nitrogen yang lebih baik
• Mengurangi frekuensi steatosis hepatik
• Mengurangi insiden perdarahan gastrik dan intestinal
• Membantu mempertahankan integritas barier mukosa usus, struktur
mukosa serta fungsi dan pelepasan hormon-hormon trofik usus.
• Mengurangi risiko sepsis
Indikasi PPN
1. suplementasi terhadap nutrisi enteral yang
2. tidak adekuat
3. pemenuhan kebutuhan basal pada penderita
4. nin-deplesi dan dapat mentolernsi 3 liter
5. cairan perhari
6. penderita dengan akses vena sentral
7. dikontraindikasikan
Kontraindikasi PPN
1) Penderita hiperkatabolisme seperti luka bakar dan trauma berat
2) penderita dengan kebutuhan cairan substansial tertentu, misalnya pada
pasien fistula enterokutaneus dengan output tinggi
3) penderita yang telah memakai akses vena sentral untuk tujuan lain
dimana nutrisi parenteral dapat menggunakan kateter yang telah ada
akses vena perifer tidak dapat dilakukan
4) pasien yang membutuhkan nutrisi parenteral jangka lama (>1 bulan).
Keuntungan PPN
- Terhindar dari komplikasi kanulasi vena sentral
- Perawatan kateter yang lebih mudah
- Mengurangi biaya
- Mencegah penundaan nutrisi parenteral oleh keterbatasan kemampun
pemakaian akses vena sentral. Keterbatasan pemakaian jalur ini dapat
diatasi dengan penjelasan berikut: Mayoritas pasien yang memerlukan
nutrisi parenteral hanya membutuhkan kurang dari 0,25 gram
Nitrogen/kgBB/hari atau 30 Kcal/kgBB/hari yang dapat dicukupi dalam 3
liter cairan/hari dapat menggunakan jalur perifer. 75% penderita yang
membutuhkan nutrisi parenteral hanya memerlukan nutrisi ini selama
kurang dari 14 hari dan bahkan 50% penderita hanya perlu TPN selama
kurang dari 10 hari. Dengan kurun waktu demikian maka kebanyakan
pemakaian PPN bukan merupakan halangan karena PPN aman dipakai
hingga 3 minggu. Keterbatasan PPN yang sering adalah akses vena perifer
yang inadekuat, khususnya penderita yang sakit serius dan kasus darurat
bedah. Namun suatu penelitian dijumpai 56% pasien yang diberikan PPN
dapat menyelesaikan TPN hingga sembuh. Hal ini membuktikan bahwa
PPN harus dipertimbangkan pada pasien yang membutuhkan nutrisi
parenteral. Lagipula akses vena perifer dapat dilakukan melalui venous cut
down. Faktor yang paling sering membatasi pemakaian PPN adalah
komplikasi thrombophlebitis vena perifer (PVT). Namun dengan
pemahaman etiologi PVT serta teknik meminimilasi angka kejadian
komlikasi ini telah merubah persepsi terhadap keterbatasan penggunaan
PPN.
4. Peripheral Vein Thrombophlebitis (PVT)
Tanda PVT berupa radang ; eritema, oedema, pengerasan vena dan nyeri.
Akhir dari PVT adalah terjadinya penyumbatan vena atau ekstravasasi
cairan infus. Secara umum semua faktor uang dapat menyebabkan
kerusakan endotel vena dapat menimbulkan PVT. Sebalikanya semua hal
yang
dapat mengurangi kerusakan tersebut juga akan mengurangi kejadian PVT.
Metode Pemberian PPN
Ada 2 cara pemberian PPN yaitu: 2,6
1. Memakai kateter halus (diameter (0,6 mm), panjang mencapai 20 cm
(PICC) sehingga ujung kateter berada pada vena sentral.
2. Menggunakan kateter halus dan pendek (diameter 1 mm), lama
pemberian 12 jam untuk kebutuhan satu hari dan kateter dipindahkan setiap
hari ke lengan kontralateral. Dengan metode ini angka phlebitis dapat
ditekan hingga 18% dengan lama pemakaian 5 hari. Pilihan pemakaian
metoda PPN didasarkan atas pengalaman operator, fasilitas, biaya,
kenyamanan pasien dan komplikasi yang
diperkirakan bakal terjadi.
5.1 Kesimpulan
Kebutuhan nutrisi pada pasien sakit kritis tergantung dari tingkat kep
arahan cedera atau penyakitnya, dan status nutrisi sebelumnya. Pasien sakit
kritis memperlihatkan respon metabolik yang khas terhadap kondisi sakitny
a. Pada sakit kritis terjadi pelepasan mediator inflamasi (misalnya IL-1, IL-6
, dan TNF) dan peningkatan produksi •counter regulatory hormone (misaln
ya katekolamin, kortisol, glukagon, GH), yang dapat menyebabkan serangka
ian proses yang mempengaruhi seluruh sistem tubuh dan menimbulkan efek
yang jelas pada status metabolik dan nutrisi pasien. Penilaian secara objektif
status nutrisi pasien di ICU adalah sulit, karena proses dari penyakit mengac
aukan metode penilaian yang kita gunakan. Status nutrisi adalah fenomena
multi dimensional yang memerlukan beberapa metode dalam penilaian, term
asuk indikator-indikator nutrisi, intake nutrisi, dan pemakaian / pengeluaran
energi.
5.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat lebih memfokuskan
keadaan pasien yang darurat dan lebih mengutamakan kecepatan serta
ketepatan dalam menangani pasien kritis yang kekurangan nutrisi, Perawat
juga harus bisa mengidentifikasi dan mencermati kondisi pasien kritis
yang diberikan jalur pemberian nutrisi antara enteral dan parenteral.
DAFTAR PUSTAKA
Kresnoadi, E., 2017. Pemberian Nutrisi Enteral Secara Dini pada. Jurnal
Kedokteran Unram 2017,, pp. 32-35.
Wiryana, M., 2007. Nutrisi Pada Penderita Pasien Kritis. Jurnal Kesehatan, pp.
176-184.
Yuniar, I., 2014. Pemberian Nutrisi Pada Pasien Dengan Penyakit Kritis di Ruang
Perawatan Intensif Anak RS. Cipto Mangunkusumo. Sari Pediatri, p. 4.