Anda di halaman 1dari 14

Tugas Keperawatan Kritis

“ Efektivitas Pemberian Nutrisi Enternal Metode


Intermittent Feeding Dan Gravity Drip Terhadap
Volume Residu Lambung Pada Pasien Kritis

Di Ruang ICU “

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis yang diampuh
oleh Ns. Ibrahim Suleman, S.Kep

Disusun Oleh :

Kelas A

Fatia Ali (841418018)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Kritis dengan judul “Efektivitas Pemberian Nutrisi Enternal
Metode Intermittent Feeding Dan Gravity Drip Terhadap Volume Residu
Lambung Pada Pasien Kritis Di Ruang ICU “
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Gorontalo, Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3

1.3 Tujuan................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4

2.1 Pemberian Nutsisi Enternal, Metode Intermittent Feeding,

dan Gravity Drip.............................................................................. 4

A. Pemberian Nutrisi Enternal......................................................... 4

B. Metode Intermittent Feeding....................................................... 5

C. Metode Gravity Drip................................................................... 6

D. Metode Penelitian........................................................................ 8

E. Hasil Efektivitas Metode Intermittent Feeding dan

Metode Gravity Drip................................................................... 8

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan........................................................................................ 10

3.2 Saran.................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasien kritis adalah pasien yang secara kondisi fisiologis tidak stabil, sehingga
mengalami respon hipermetabolik kompleks terhadap trauma. Untuk pasien kritis
yang dirawat di intensive Care Unit (ICU) sering kali menerima nutrisi yang tidak
adekuat akibat dokter salah memperkirakan kebutuhan nutrisi dari pasien dan juga
akibat keterlambatan memulai pemberian nutrisi. Pasien-pasien yang masuk ke
ICU umumnya bervariasi, kebanyakan ditemukan malnutrisi sebelum dimasukkan
ke ICU dengan tingkat yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat keparahan
penyakit. Keparahan penyakit dan terapinya dapat mengganggu asupan makanan
normal dalam jangka waktu yang lama. Selanjutnya, lamanya tinggal di ICU dan
kondisi kelainan sebelumnya, seperti alkoholisme dan kanker dapat memperburuk
status nutrisi. Respon hipermetabolik kompleks terhadap trauma akan mengubah
metabolisme tubuh, hormonal, imunologis dan homeostatis nutrisi. Efek cedera
atau penyakit berat terhadap metabolisme energi, protein, karbohidrat, dan lemak
akan mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada pasien sakit kritis yang menyebabkan
malnutrisi semakin berat. (Wiryama, 2015).
Studi epidemiologis di Amerika Latin melaporkan bahwa 25-50,2% pasien
kritis menderita malnutrisi, sedangkan dari 25 rumah sakit di Brazil terdapat 27%
pasien malnutrisi mengalami komplikasi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
terdapat 52% prevalensi malnutrisi pada pasien bedah. Persentase angka
malnutrisi pada pasien kritis di Spanyol menunjukkan 62% dan prevalensi pasien
dengan resiko malnutrisi di rumah sakit sebesar 54% dengan prevalensi tertinggi
adalah pasien ICU sebanyak 96%. (Renita & Nizar, 2020)

Penelitian lain juga menunjukkan sebanyak 40% pasien intensive care unit
(ICU) mengalami malnutrisi. Prevalensi malnutrisi pada tiga rumah sakit di
Indonesia, yaitu RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Jamil Padang, dan RSUD
Sanglah Bali sebesar 56,9%. Prevalensi malnutrisi pada anak balita di RSUP
Sanglah Bali sebesar 30,1%, sedangkan pada anak usia 0-18 tahun di RS Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar sebesar 8,9%. Malnutrisi terjadi pada 40-60%

1
pasien rawat inap dengan penyakit akut dan pasien yang awal masuk tanpa
masalah gizi sering menunjukkan penurunan status gizi dalam kurun waktu tiga
minggu. Tingginya prevalensi malnutrisi yang terjadi di Rumah Sakit
dihubungkan dengan ketidakmampuan dan kurangnya kesadaran tenaga kesehatan
di Rumah Sakit dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah malnutrisi yang
memiliki dampak sangat besar. (Renita & Nizar, 2020)
Adapun dampak yang disebabkan oleh kejadian malnutrisi pada pasien kritis
adalah, meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas, lamanya proses
penyembuhan dan bertambahnya jumlah hari rawat, terjadinya komplikasi ke
organ yang lain, penurunan auto imun dan bahkan kegagalan berbagai organ.
Penatalaksanaan dukungan nutrisi yang tepat akan memberikan banyak manfaat
terhadap pasien rawat inap dengan malnutrisi. Pertama adalah mempertahankan
status nutrisi agar tidak makin menurun, Kedua mencegah atau mengurangi
kemungkinan timbulnya komplikasi metabolik maupun infeksi. Manfaat lain yang
tidak kalah pentingnya adalah biaya perawatan yang menjadi lebih rendah akibat
masa rawat yang lebih pendek, salah satu cara mencegahnya adalah dengan
memberikan nutrisi enteral sedini mungkin dengan berbagai metode. (Jauhari &
Nita, 2015)
Pemenuhan nutrisi dengan mengkonsumsi makanan secara normal
merupakan cara ideal untuk pemenuhan asupan pasien. Namun pada
kenyataannya sering dijumpai pasien tidak mampu atau tidak mau
makan secara normal, sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi tidak
tercapai. Anoreksia , gangguan menelan atau penyakit usus dapat
membatasi asupan peroral, pada kasus ini pemberian nutrisi enteral
melalui selang merupakan pilihan berikutnya. Menurut beberapa
penelitian melaporkan peranan nutrisi enteral sebagai nutrisi pokok atau
suplemen dalam memperbaiki status nutrisi pasien yang dirawat di
bidang ilmu penyakit dalam atau perawatan intensif. Pemberian secara
enteral akan mempertahankan fungsi pencernaan dan penyerapan
saluran makanan dan juga mempertahankan penghalang imunologik
yang ada pada usus, mencegah organisme dalam usus menyerang tubuh.
Walaupun banyak keuntungan dari nutrisi enteral, pemberian nutrisi

2
nasogastrik bukan tanpa resiko khususnya pada pasien sakit kritis atau
pasien cedera. Kemungkinan komplikasi akibat ketidaktepatan dalam
pemberian nutrisi enteral diantaranya retensi lambung, aspirasi paru,
nausea , muntah. Kemungkinan penyebabnya adalah karena penundaan
pengosongan lambung, posisi berbaring pasien selama pemberian nutrisi,
peningkatan kecepatan, volume dan konsentrasi. (Purnomo, dkk, 2016)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Pemberian Nutrisi Enternal, Metode Intermittent Feeding, dan


Gravity Drip ?
2. Apakah Kelebihan/Keuntungan, Manfaat, dan Urgent dari Pemberian Nutrisi
Enternal Metode Intermittent Feeding dan Gravity Drip ?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui Pemberian Nutrisi Enternal, Metode Intermittent


Feeding, dan Gravity Drip.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Kelebihan/Keuntungan, Manfaat, dan Urgent dari
Pemberian Nutrisi Enternal Metode Intermittent Feeding dan Gravity Drip.

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1 Pemberian Nutrisi Enternal, Metode Intermittent Feeding, dan Gravity Drip
A. Pemberian Nutrisi Enternal
Nutrisi enteral/ Enteral Nutrition (EN) adalah nutrisi yang diberikan
pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral,
formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube),
nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun dengan
bantuan pompa mesin (gastrostomy dan jejunum percutaneous). Teknik
pemasangan selang untuk memberikan nutrisi secara enteral yaitu terdapat
beberapa teknik untuk memasukkan selang nasoenterik melalui nasogastric,
nasoduodenum, atau nasojejunum, namun sebaiknya menggunakan teknik PEG
(Percutaneous Endoscopic Gastrostomy) karena komplikasinya lebih sedikit.
Teknik lain yang dapat digunakan adalah laparoskopi jejunustomi atau
gastrojejunustomy. Akan tetapi, sebagian besar pasien toleran terhadap
pemasangan selang nasoenteric secara manual. (Purnomo, dkk, 2016)
Nutrisi enteral sebaiknya diberikan pada semua pasien kritis kecuali
pasien mengalami distensi abdomen, perdarahan gastrointestinal, diare dan
muntah. Nutrisi enteral yang diberikan pada pasien dengan gangguan
gastrointestinal dapat menyebabkan ketidakcukupan pemenuhan nutrisi dan
berisiko terjadi malnutrisi. Penelitian lain mengenai banyaknya penggunaan
nutrisi enteral bagi pasien kritis juga bahwa terdapat protocol tentang
pemberian nutrisi bagi pasien kritis dengan algoritma jika hemodinamik pasien
telah stabil, lakukan penghitungan kebutuhan nutrisi dengan memilih
pemberian nutrisi secara enteral. (Jauhari & Nita, 2015)
Metode pemberian nutrisi enteral ada 2 yaitu gravity drip (pemberian
menggunakan corong yang disambungkan ke selang nasogastric dengan
kecepatan mengikuti gaya gravitasi) metode gravity drip/bolus adalah tehnik
pemberian nutrisi enteral dengan menggunakan syringe/kateter tip 50 ml
selama 4-10 menit dalam pemberian nutrisi 50–250 ml. Sedangkan intermittent
feeding (pemberian nutrisi secara bertahap yang diatur kecepatannya
menggunakan syringe pump) metode intermittent feeding adalah tehnik

4
pemberian nutrisi selama 20-60 menit setiap 4-6 jam dengan atau tanpa
menggunakan feeding pump dalam pemberian nutrisi 50–250 ml. (Renita &
Nizar, 2020)

B. Metode Intermittent Feeding


Metode pemberian intermittent feeding adalah sebuah cara
pemberian nutrisi enteral menggunakan pompa elektronik dengan
aturan pemberian yang telah ditetapkan, dengan mengatur tetesan
cairan/ jam dan diberikan sesuai dengan dosis atau jangka waktu
tertentu. Misalnya pemberian sebanyak 250-500 ml dalam waktu ½
sampai 2 jam dengan frekuensi 3-4 kali sehari. (Renita & Nizar, 2020)
Pada pemberian nutrisi enteral metode intermittet feeding, cara
pemberiannya adalah secara bertahap sesuai dengan waktu jam
makan. Pemberian secara bertahap ini akan lebih memaksimalkan
motilitas lambung sehingga pengosongan lambung lebih cepat.
Pengosongan lambung dipermudah oleh gelombang peristaltik pada
antrum lambung dan kecepatan pengosongan lambung pada dasarnya
ditentukan oleh derajat aktivitas gelombang peristaltik antrum.
Gelombang peristaltik pada antrum, bila aktif, secara khas terjadi
hampir pasti tiga kali per menit, menjadi sangat kuat dekat insisura
angularis, dan berjalan ke antrum, kemudian ke pylorus. Intermittent
feeding menyerupai pola makan yang normal. Cara ini memungkinkan
waktu flat-in-bed dan lebih banyak kebebasan bergerak. Sedangkan
penggunaan pompa infus pada metode ini dimaksudkan agar
pemberian nutrisi enteral dapat diberikan dengan tepat, yaitu volume
nutrisi enteral sesuai yang diprogramkan dan dapat diberikan sesuai
waktu yang diprogramkan. Dalam pemberian nutrisi enteral metode
intermittent feeding digunakan nutrisi enteral sebanyak 250 ml dan
habis dalam 2 jam. Pada infusion pump diatur flow rate sebanyak 125
cc/ jam dan pada volume diatur volume yang ada pada selang makan
yaitu sebanyak 250 ml. Artinya infusion pump tersebut akan mengatur
laju aliran/ kecepatan tetesan nutrisi enteral sesuai yang diseting

5
yaitu sebanyak 125 cc/ jam, sehingga dalam 2 jam nutrisi enteral
sebanyak 250 cc akan habis. (Renita & Nizar, 2020)
Keuntungan metode ini adalah kesiapan lambung dalam
menerima nutrisi enteral karena diberikan secara bertahap, lambung
yang tidak terisi penuh akan lebih dapat mencerna makanan dan
pengosongan lambung akan lebih cepat sehingga mengurangi resiko
terjadinya aspirasi. Urgent, dimana hal ini tentu akan lebih
berpengaruh pada pasien kritis yang baru teratasi fase kritisnya dan
sejalan dengan salah satu tujuan pemberian nutrisi pada pasien kritis
yaitu mencegah komplikasi yang timbul sehubungan dengan
ketidaktepatan dalam pemberian nutrisi enteral. (Renita & Nizar, 2020)
Menurut asumsi peneliti didapatkan bahwa pemberian nutrisi enteral pada
pasien kritis dengan metode intermittent feeding lebih efektif dari pada gravity
drip karena intermiitent feeding lebih mudah diserap oleh lambung karena
pemberiannya telah diatur oleh mesin pompa secara perlahan sehingga
lambung tidak dipaksa menerima cairan atau nutrisi yang masuk sehingga
nutrisi dapat diserap dengan baik oleh lambung. (Renita & Nizar, 2020)
Hal diatas sesuai dengan teori bahwa pengosongan lambung pada
pemberian nutrisi enteral metode intermittent feeding lebih cepat daripada
pengosongan lambung pada pemberian nutrisi enteral metode gravity drip.
Kelebihan dan Manfaat metode ini adalah kesiapan lambung dalam menerima
nutrisi enteral karena diberikan secara bertahap, lambung yang tidak terisi
penuh akan lebih mampu mencerna makanan dan pengosongan lambung akan
lebih cepat sehingga mengurangi resiko terjadinya aspirasi. (Renita & Nizar,
2020)

C. Metode Gravity Drip


Metode gravity drip yaitu sebuah cara pemberian nutrisi enteral
menggunakan tabung nutrisi enteral (corong/ spuit) dan jarum suntik
sesuai dengan pemberian yang ditetapkan dengan bantuan gravitasi
bumi (biasanya oleh gravitasi, tanpa plunger), diberikan 50-250 ml. Pemberian
makan sesuai gravitasi dilakukan di atas ketinggian lambung dan kecepatan

6
pemberian ditentukan oleh gravitasi. Sebelum memberikan nutrisi dengan
metode tersebut dilakukan penarikan residu yaitu untuk mengetahui volume
residu lambung tersebut banyak atau tidak, ketika ditarik keluar cairan yang
berwarna hijau atau hitam maka nutrisi tersebut tidak diberikan, apabila
sebaliknya kalau yang keluar cairan bersih dan tidak banyak maka nutrisi
diberikan dengan cara gravitasi, dilakukan diatas ketinggian lambung dan
kecepatan pemberian ditentukan oleh gravitasi tersebut. (Renita & Nizar, 2020)
Kelebihan dengan metode gravity drip cairan atau nutrisi yang masuk
dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi dimana cairan bisa habis dalam waktu
cepat, volume yang banyak dalam lambung mengakibatkan motilitas lambung
menjadi lambat. Refleks pengosongan lambung akan dihambat oleh isi
yang penuh, kadar lemak yang tinggi dan reaksi asam pada awal usus
halus. Pada umumnya, kecepatan pengosongan makanan dari
lambung kira-kira sebanding dengan akar kuadrat volume makanan
yang tertinggal dalam lambung pada waktu tertentu. Akan tetapi pada
gravity drip tidak selamanya dikatakan tidak efektif, pada beberapa kasus yang
tidak mengalami gangguan sistem pencernaan dan tidak mengalami penurunan
imunitas, gravity drip juga bisa efektif. (Renita & Nizar, 2020)
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perbedaan jumlah
volume residu lambung antara pemberian nutrisi enteral secara intermittent
feeding dengan gravity drip, pada pemberian nutrisi enteral metode gravity drip,
Keuntungan dan Manfaat, yaitu pemberian dilakukan diatas ketinggian
lambung, dan kecepatan pemberian ditentukan oleh gravitasi bumi sehingga
dalam pemberian tersebut nutrisi enteral secara cepat masuk kedalam lambung
(5-10 menit). Urgent, volume makanan yang banyak dalam lambung juga akan
memperlambat motilitas lambung juga membuat isi lambung menjadi asam,
sehingga akan membuat pasien merasa ingin muntah dan dapat menyebabkan
melemahnya gerakan lambung yang sering didapati yaitu gangguan pada otot
dan saraf, gangguan aliran darah ke lambung. (Renita & Nizar, 2020)

D. Metode Penelitian

7
Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment dengan pendekatan
postest only control group design untuk mengetahui volume residu
lambung pada pemberian nutrisi enteral metode intermittent feeding dan
gravity drip. Uji statistic yang digunakan adalah Independent t-test.
Populasi penelitian ini adalah semua pasien kritis yang dirawat di
Ruang ICU yang terpasang selang nasogastrik dan mendapatkan
program nutrisi enteral selama penelitian berlangsung. Metode
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik
accidental sampling. (Renita & Nizar, 2020)

E. Hasil Efektivitas Metode Intermittent Feeding dan Metode Gravity Drip


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa volume residu
lambung pada pemberian nutrisi enteral metode intermittent feeding
lebih sedikit daripada volume residu lambung pada pemberian nutrisi
enteral metode gravity drip. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
pemberian nutrisi enteral metode intermittent feeding lebih efektif
dibandingkan dengan pemberian nutrisi enteral metode gravity drip.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengosongan lambung pada
pemberian nutrisi enteral metode intermittent feeding lebih cepat
daripada pengosongan lambung pada pemberian nutrisi enteral
metode gravity drip, karena pemberian nutrisi enteral metode
intermittent feeding diberikan secara bertahap. Pemberian secara
bertahap ini akan lebih memaksimalkan motilitas lambung sehingga
pengosongan lambung akan lebih cepat. (Renita & Nizar, 2020)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian
nutrisi enteral metode in termittent feeding dan gravity drip terhadap
volume residu lambung pada pasien kritis. Penggunaan metode
intermittent feeding pada pemberian nutrisi enteral dalam penelitian
ini berdasarkan pertimbangan bahwa teknik pemberian secara
intermittent feeding dapat menjadi alternatif yang aman dalam
pemberian nutrisi enteral dari pada pemberian secara gravity drip
karena pemberiannya dengan aturan pemberian yang telah ditetapkan,

8
dengan mengatur tetesan cairan per-jam dan diberikan sesuai dengan
dosis atau jangka waktu tertentu. Perkiraan volume residu gastric
(VR) yang sering pada pasien yang mendapatkan nutrisi enteral
diasumsikan untuk mengurangi resiko aspirasi. Pada prinsipnya
semakin tinggi residual volume, semakin besar resiko aspirasi yang
berhubungan dengan pulmonal dan akan merupakan komplikasi
terberat dalam pemberian nutrisi melalui selang. Komplikasi nutrisi
enteral lebih sering terjadi pada pasien yang membutuhkan perawatan
intensif dibandingkan pada pasien yang sakitnya lebih ringan.
Pemilihan jalur yang tepat untuk memberikan nutrisi pada pasien
kritis sangat penting untuk memperkirakan keadaan klinis pasien.
(Renita & Nizar, 2020)

BAB III

9
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang efektifitas pemberian
nutrisi enteral antara metode intermittent feeding dengan gravity drip pada pasien
kritis diruangan ICU dapat disimpulkan bahwa Pemberian nutrisi enteral metode
intermittent feeding lebih efektif diberikan pada pasien kritis di ruangan ICU dari
pada metode gravity drip. Pemberian nutrisi enteral metode gravity drip kurang
efektif diberikan pada pasien kritis diruangan ICU dibandingkan dengan
Intermittent feeding. (Renita & Nizar, 2020)
Volume residu lambung sesudah pemberian nutrisi pada pemberian
nutrisi enteral metode intermittent feeding lebih sedikit daripada volume
residu lambung pada pemberian nutrisi enteral metode gravity drip
sehingga pemberian nutrisi enteral metode intermittent feeding lebih
efektif daripada metode gravity drip. Pemberian nutrisi enteral metode
intermittent feeding terbukti lebih efektif daripada metode gravity drip
sehingga pemberian nutrisi enteral metode intermittent feeding dapat
menjadi pilihan dalam pemberian nutrisi enteral pada pasien kritis
khususnya di Ruang ICU sangat penting untuk memperkirakan keadaan
klinis. (Renita & Nizar, 2020)

3.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, khususnya pada
keperawatan kritis perawat perlu melakukan persiapan rencana tindakan yang tepat
yang akan diberikan kepada pasien terkhusus pasien kritis yang berada diruang
ICU. Dan perlu/penting untuk mengetahui apakah tindakan yang diberikan dapat
membahayahkan atau tidak untuk pasien tersebut. Serta Agar perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap professional dalam memberikan asuhan
kepeawatan kepada klien.

DAFTAR PUSTAKA

10
Rennita Hutagaol, Nizar Syarif Hamidi. 2020. Efektivitas Pemberian Nutrisi Enternal
Metode Intermittent Feeding Dan Gravity Drip Terhadap Volume Residu
Lambung Pada Pasien Kritis Di Ruang ICU Aulia Hospital Pekanbaru.
Tambusai : Jurnal Kesehatan Tambusai, Volume 1, Nomor 4, Desember 2020

Wiryama Made. 2015. Nutrisi pada penderita sakit kritis. Jurnal penyakit dalam,
volume 8 nomor 2 mei 2015

Purnomo roni, dkk. 2016. Gambaran pemberian nutrisi enteral pada pasien dewasa.
Jogjakarta : Jurnal Keperawatan.

Jauhari dan Nasution Nita. 2015. Nutrisi dan keperawatan. Yokyakarta : Dua Satria
Offset.

11

Anda mungkin juga menyukai