Anda di halaman 1dari 11

Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Pada Pasien Penyakit Kritis

Serta Latihan Menghitung Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Pada Pasien
Penyakit Kritis (saat istirahat dan stress metabolic)

Dosen Pembimbing:

Dr. Eva Yuniritha, SST, M.Biomed


Hasneli, DCN, M.Biomed
Kasmiyetti, DCN, M.Biomed

Oleh Kelompok 4:

Hanifah Fikriyah (202210616)


Laila Fauza (202210618)
Rahmawika Fajri (202210628)

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA KELAS 3B


POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
JURUSAN GIZI
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini mungkin tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran agar dalam pembuatan makalah berikutnya akan lebih baik.
Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagikita semua.

Padang,17 Januari 2023

penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Kebutuhan energi dan zat gizi pada pasien penyakit kritis......................... 3


B. Latihan menghitung kebutuhan energi dan zat gizi pada pasien
penyakit kritis.............................................................................................. 5
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 8
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
kritis adalah pasien yang secara fisiologis tidak stabil, mengalami kegagalan multi organ,
ketergantungan pada ventilator, dan memerlukan bantuan alat medis yang memadai
(Setianingsih, 2014). Karakteristik pasien yang dirawat di ICU yaitu pasien sakit kritis yang
memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya
dekompensasi fisiologis; pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive
care; dan pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang konstan terus
menerus dan metode terapi titrasi (Kemenkes RI, 2011).
Pasien kritis mengalami berbagai perubahan metabolisme termasuk perubahan
penggunaan energi tubuh. Pada tubuh pasien kritis terjadi suatu hipermetabolisme yang
mengakibatkan kebutuhan energi meningkat. Tubuh memiliki cadangan terutama karbohidrat
dan lemak yang sewaktu-waktu dapat dilepaskan. Beberapa organ ada yang membutuhkan
gabungan glukosa dan lemak. Glukosa dapat dibentuk dari protein dan lemak melalui
glukoneogenesis. Selama kelaparan, terjadi oksidasi lemak sebagai pengganti utama sumber
energi dan kehilangan nitrogen yang dikurangi dengan mobilisasi lemak. Ketika cadangan
lemak sudah berkurang, dapat berlanjut menjadi kehilangan masa otot yang berat. Jika hal ini
terjadi secara terus-menerus terhadap pasien kritis akan menyebabkan perubahan komposisi
tubuh dan akhirnya menyebabkan malnutrisi (Ibnu dkk, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Kebutuhan energi dan zat gizi pada pasien penyakit kritis ?
2. Bagaimana bentuk latihan menghitung kebutuhan energi dan zat gizi pada pasien
penyakit kritis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kebutuhan energi dan zat gizi pada pasien penyakit kritis
2. Untuk mengatahui bentuk latihan menghitung kebutuhan energi dan zat gizi pada pasien
penyakit kritis

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi pada Pasien Penyakit Kritis

Pasien kritis adalah pasien yang secara fisiologis tidak stabil, sehingga mengalami
respon hipermetabolik kompleks terhadap trauma, sakit yang dialami mengubah
metabolisme tubuh, hormonal, imunologis dan homeostasis nutrisi. Pasien dengan sakit
kritis yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) sebagian besar menghadapi
kematian, mengalami kegagalan multi organ, menggunakan ventilator, dan memerlukan
support tekhnologi.
Nutrisi pada pasien kritis merupakan proses organisme menggunakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi, baik diberikan melalui nutrisi oral, nutrisi enteral maupun nutrisi
parenteral yang diberikan pada pasien
Asupan nutrisi sangat penting bagi pasien yang dirawat di unite intensif. Pasien
dengan kondisi kritis sangat rentan mengalami malnutrisi selama perawatan. Pasien kritis
mengalami berbagai perubahan metabolisme termasuk perubahan penggunaan energi
tubuh. Pada tubuh pasien kritis terjadi suatu hipermetabolisme yang mengakibatkan
kebutuhan energi meningkat. Tubuh memiliki cadangan terutama karbohidrat dan lemak
yang sewaktu-waktu dapat dilepaskan.
Asupan zat gizi yang cukup bagi pasien kritis sangat penting diperhatikan untuk
mencegah penurunan status gizi selama dirawat di rumah sakit karena akan
mempengaruhi morbiditas dan mortalitas seorang pasien, serta membantu mempercepat
penyembuhan dan memperpendek lama rawat.
Tujuan pemberian nutrisi adalah menjamin kecukupan energi dan nitrogen, tapi
menghindari masalah-masalah yang disebabkan overfeeding atau refeeding syndrome
seperti uremia, dehidrasi hipertonik, steatosis hati, gagal napas hiperkarbia,
hiperglisemia, koma non-ketotik hiperosmolar dan hiperlipidemia. 3,6,15 Level yang

4
terbaik untuk memulai pemberian nutrisi pada pasien sakit kritis adalah 25 kkal/kgbb dari
berat badan ideal per hari. Harus diperhatikan bahwa pemberian nutrisi yang kurang atau
lebih dari kebutuhan, akan merugikan buat pasien. REE dapat bervariasi antara
meningkat sampai 40% dan menurun sampai 30%, tergantung dari kondisi pasien
Stress didefinisikan sebagai suatu stimulus yang mengakibatkan ketidak
seimbangan fungsi fisiologi dan psikologi. Kadar hormone dapat berubah karna stress.
Stress adalah inflansi jaringan tubuh sebagai akibat dari injury, infeksi, kekurangan tidur,
diet tidak sehat, rokok, aktifitas yang kurang atau berlebih.
Stres dapat meningkatkan kebutuhan nutrisi yang berkontribusi terhadap deplesi
dan tingkat risiko tres iksidatif dari kerusakan sel tubuh dan jaringan.

B. Latihan Menghitung Kebutuhan Energi Penyakit Kritis

Pada pasien kritis pemberian nutrisi hendaknya diberikandini 24-48 jam pertama,
tapi tidak dalam fase ebb/syok. Kebutuhan kalori diberikan secara bertahap untuk
menjaga toleransi penerimaan ususpada pemberian nutrisi enteral atau untuk mencegah
agar keseimbangan nitrogen tidak terlalu negative pada pemberian nutrisi parenteral.
Sehingga pada hari pertama dapat diberikan 1/3 dari kebutuhan kalori, hari kedua 1/2 -
2/3 kebutuhan kalori dan pada hari ketiga dapat diberikan nutrisi penuh.
Kebutuhan nutrisi dalam 24 jam dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
Harrist & Benedict dengan memperhatikan faktor koreksinya. Hal yang harus diketahui
adalah jumlah pengeluaran total energi dan kebutuhan energi.
Pengeluaran total energi merupakan jumlah dari tingkat aktivitas, pertumbuhan dan
perkembangan, serta BMR (basal metabolic rate). BMR adalah jumlah energi yang
diperlukan saat istirahat. BMR bisa juga disebut dengan lebutuhan energi basal (BMR/
BEE) berdasarkan formula Harrist Benedict:

Laki-laki BMR = 66,47 + (13,7 X BB) + (5 X TB) – (6,7 X U)


Perempuan BMR = 66,52 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB) – (6,7 X U)

Kebutuhan energi ini dipengaruhi oleh efek stress dan aktivitas lainnya yaitu:

5
 Faktor Aktivitas
 Pasien selalu ditempat tidur : 1,2
 Pasien Ambulasi : 1,3
 Pasien Demam : 1,13 atau 7% BMR untuk setiap kenaikan 10F atau 10 C
diatas 370 C
 Faktor Stres
 Pembedahan : 1,1 – 1,2 atau 10% - 15%
 Infeksi : 1,2 – 1,6 atau 20% - 50%
 Trauma: 1,4 – 1,8
 Sepsis: 1,4 – 1,8
 Ventilator : 1,3
 Kerusakan Kulit: 1,3 -1,5
 Radiasi/ kemoterapi: 1,6
 Luka Bakar :
< 20% = 1,2 - 1,4 30 -35 % = 1,8

20 -25 % = 1,6 40 – 45 % = 2,0

25 -30 % = 1,7 < 45% =2,1

36 - 40 % = 1,6 Termal 125 %

Sehingga tital kebutuhan energi perhari atau actual energy expenditure (AEE) atau LMI
adalah :

AEE/ LMI = BMR x Faktor Aktivitas x Faktor Stres

Rumus Harris & factor- faktornya pada berbagai literatur sangat bervariasi sehingga tidak
praktis digunakan. Secara praktis pada pasien kritis yang dianggap mengalami
hipermetabolisme, kebutuhan kalorinya dapat menggunakan rumus 25- 35 Kkal/kg BB.
Kebutuhan kalori ini denuhi dari karbohidrat, lemak dan protein. KH diberikan 60 – 70 %
dari total kebutuhan energi sedangkan lemak 30 – 40 % dari kebutuhan energi. Pemberian
nutrisi dapat melalui beberapa jalur, yaitu oral, enteral ataupun parenteral dengan melihat
berbagai pertimbangan.

6
2. Kebutuhan Protein

Kebutuhan protein tiap pasien berbeda, tergantung pada kondisi atau penyakit pasien
tersebut.

a. Penyakit kritis secara umum 1,2 – 2,0 g/kg BB/hari


b. Pasien CKD tanpa dyalisis 0,6 – 0,8 g/kg BB/hari
c. Pasien CKD dengan dyalisis 1,2 g/kg BB/hari
d. Pasien CKD dengan peritoneal dyalisis dyalisis 1,0 g/kg BB/hari
e. Pasien ARF dengan malnutrisi dan hiperkatabolik 1,5 – 1,8 g/kg BB/hari
f. Pasien Sirosi Hati terkompensasi 1,0 – 1,2 g/kg BB/hari. Pada pasien sirosis yang
akut dilakukan pembatasan protein sedangkan pasien dengan kondisi kronis tidak
dibatasi
g. Pasien dengan enselopati hepatikum dibatasi 0,5 g/kg BB/hari, kemudian
dinaikkan menjadi 1,0 – 1,5 g/kg BB/hari, protein yang diberikan terutama asam
amino rantai cabang ( leusin, isoleusin, valin)

3. Kebutuhan Cairan dan elektrolit

Secara umum kebutuhan cairan bagi tiap orang 30 – 40 ml/kg BB/hari atau 1 -1,5
ml/ Kkal dari kalori yang dibutuhkan tubuh. Kebutuhan elektrolut harian:

4. Kebutuhan vitamin dan mineral

7
Vitamin dan mineral adalah nutrient essensial yang berperan sebagai koenzim dan
kofaktor dalam proses metabolism.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Asupan zat gizi yang cukup bagi pasien kritis sangat penting diperhatikan untuk
mencegah penurunan status gizi selama dirawat di rumah sakit karena akan mempengaruhi
morbiditas dan mortalitas seorang pasien, serta membantu mempercepat penyembuhan dan
memperpendek lama rawat.
Tujuan pemberian nutrisi adalah menjamin kecukupan energi dan nitrogen, tapi
menghindari masalah-masalah yang disebabkan overfeeding atau refeeding syndrome seperti
uremia, dehidrasi hipertonik, steatosis hati, gagal napas hiperkarbia, hiperglisemia, koma
non-ketotik hiperosmolar dan hiperlipidemia. 3,6,15 Level yang terbaik untuk memulai
pemberian nutrisi pada pasien sakit kritis adalah 25 kkal/kgbb dari berat badan ideal per hari.
Harus diperhatikan bahwa pemberian nutrisi yang kurang atau lebih dari kebutuhan, akan
merugikan buat pasien.
Kebutuhan nutrisi dalam 24 jam dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Harrist &
Benedict dengan memperhatikan faktor koreksinya. Hal yang harus diketahui adalah jumlah
pengeluaran total energi dan kebutuhan energi.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/78535/3/BAB%20I.pdf
https://id.scribd.com/document/251578339/nutrisi-pasien-kritis

10

Anda mungkin juga menyukai