Dosen Pembimbing:
Dr. Eva Yuniritha, SST, M.Biomed
Hasneli, DCN, M.Biomed
Kasmiyetti, DCN, M.Biomed
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini mungkin tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran agar dalam pembuatan makalah berikutnya akan lebih baik.
Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagikita semua.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geriatri pertama kali dipakai oleh Ignatz Nascher pada tahun 1909. Geriatri
merupakan disiplin ilmu kedokteran yang menitikberatkan pada pencegahan, diagnosis,
pengobatan, dan pelayanan kepada pasien usia lanjut (Sudoyo dkk, 2006). Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit, pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi
penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan
multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin. Sedangkan lanjut usia (lansia) adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Menurut Kementerian
Kesehatan RI (2012), lansia dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu: pra lanjut usia (45-59
tahun), lanjut usia (60-69 tahun), dan lanjut usia risiko tinggi ( > 70 tahun atau usia > 60
tahun dengan masalah kesehatan).
Definisi menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap trauma (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Sudoyo, 2006). Asupan makanan sangat
mempengaruhi proses menua karena 7 seluruh aktivitas sel atau metabolisme dalam tubuh
memerlukan zat-zat gizi yang cukup.
Menurut Suryani, Isdiany, dan Kusumayanti (2018), tahapan pelayanan gizi pasien di
ruang rawat inap dimulai dengan skrining atau penapisan gizi yang dilakukan oleh perawat
ruangan dan penetapan order diet awal oleh dokter. Tujuan skrining gizi untuk
mengidentifikasi pasien yang berisiko atau tidak berisiko malnutrisi atau dalam keadaan
kondisi khusus (kelainan metabolik, geriatrik, kanker dengan kemoterapi, imunitas menurun,
sakit kritis). Skrining sebaiknya dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk
rumah sakit. Metode skrining dipilih yang sederhana, singkat, cepat sesuai dengan kondisi
dan kesepakatan masing-masing rumah sakit. Skrining gizi untuk pasien lansia, contohnya:
Nutrition Risk Index (NRI), Geriatric Nutrition Risk Index (GNRI), Mini Nutritional
Assesment (MNA), Nutrition Screening Initiative (NSI).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Gerietri ?
1
2. Bagaimana Skrining NRI ?
3. Bagaimana Skrining GNRI?
4. Bagaimana Skrining MNA-SF ?
5. Bagaimana Skrining NSI ?
C. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa itu gerietri dan bagaimana skrening gizi untuk pasien gerietri.
D. Tujuan Khusus
1. Mengetahui apa itu gerietri
2. Mengetahui bagaimana skrining NRI
3. Mengetahui bagaimana skrining GNRI
4. Mengetahui bagaimana skrining MNA-SF
5. Mengetahui bagaimana Skrining NSI
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Geriatri
Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari aspek kesehatan
dan kedokteran pada warga Lanjut Usia termasuk pelayanan kesehatan kepada Lanjut Usia
dengan mengkaji semua aspek kesehatan berupa promosi, pencegahan, diagnosis,
pengobatan, dan rehabilitasi.
Geriatri berasal dari bahasa Yunani, geron yang berarti orang tua, dan teria yang
artinya penanganan terhadap penyakit. Seperti yang diketahui bersama, saat seseorang
memasuki usia senja, maka ia mengalami banyak masalah Kesehatan. Pasien geriarti
biasanya mengalami beberapa masalah seperti menurunnya kualitas penglihatan,
pendengaran, tubuh yang jadi mudah lelah, kehilangan ketajaman pikiran, bahkan penyakit
diabetes dan jantung.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2016 yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan, jumlah penduduk lansia di seluruh Indonesia mencapai sekitar 22,5 juta
jiwa.Faktanya, orang lanjut usia memiliki kebutuhan perawatan kesehatan khusus yang pasti
berbeda dengan orang dewasa. Hal ini membuat perawatan medis mereka menjadi lebih
rumit.
Selain itu, orang lanjut usia biasanya memiliki masalah kesehatan yang lebih dari satu,
seperti penyakit jantung, diabetes, radang sendi, penyakit Alzheimer, atau tekanan darah
tinggi. Kondisi ini membuat perawatan untuk lansia menjadi rumit dan oleh karenanya dokter
geriatri sangat dibutuhkan untuk menangani kondisi yang kompleks ini.
Salah satu tugas yang diemban oleh dokter geriatri adalah meresepkan obat yang
tepat. Sebab meresepkan obat untuk lansia tidak bisa sembarangan dilakukan. Salah satu obat
mungkin saja berguna mengobati satu masalah kesehatan, namun di sisi lain, ia bisa saja
menyebabkan gangguan kesehatan lain yang lebih buruk. Selain itu, meresepkan terlalu
banyak obat juga tidak baik karena menimbulkan efek samping, kemungkinan munculnya
interaksi obat, atau membuat kinerja ginjal menjadi semakin berat.
3
Nutritional Risk Index (NRI) adalah suatu alat bantu yang digunaan untuk
mengidentifikasi adanya masalah gizi pada usia lanjut sehinga memerlukan pengkajian gizi
lebih lanjut dan lebih lengkap. NRI berhubungan dengan indicator klinis biokimia (Istanti,
203). Jika dibandingkan dengan SGA, kemampuan NRI lebih baik untuk mendeteksi pasien
malnutrisi berat yang sebaiknya mendapat Tota Parenteral Nutrition (Gibson, 2005)
NRI dikembangkan oleh Veterans Affairs Total Parentteral Nutriton Cooperative yang
mengevaluasi Total Parentteral Nutriton (TPN) perioperative pada pasien yang mengalami
bedah mayor abdomen atau bedah thorax.
Indeks NRI pertama kali dijelaskan oleh Buzby dkk, untuk mendeteksi keparahan
komplikasi paska operasi. NRI menggabungkan 2 indikator nutrisi (albumin dan penurunan
berat badan). Namun, berat badan umum seringkali jarang didapat pada pasien lanjut usia,
permasalahan yang ada dikarenakan sering sekali orang tua tidak mengingat berapa berat
badan umumnya, bahkan pada perawatan professional pengukuran berat badan sering sekali
tidak dilakukan. NRI biasa dilakukan oleh Tenaga medis (perawat, dokter, dan ahli gizi) dan
tenaga non medis.
4
C. Skrining Geriatric Autritional Risk Index (GNRI)
5
risiko mayor apabila skor GNRI < 82,
risiko sedang apabila skor GNRI 82 – < 92,
dan risiko rendah apabila skor GNRI 92–≤98,
serta tanpa risiko apabila skor GNRI >98.
Kelebihan dan Kekurangan Skrining GNRI, antara lain :
Kelebihan:
GNRI cukup bagus untuk memprediksi outcome pasien geriatri yang mengalami
rawat inap.
GNRI merupakan alat untuk menilai risiko terkait nutrisi terkait pada pasien geriatri
yang cukup sederhana dan mudah digunakan karena hanya memerlukan pemeriksaan
kadar albumin, berat badan dan tinggi lutut.
Kekurangan:
Penelitian tentang penggunaan GNRI masih belum banyak dilakukan.
Sangat bergantung pada berat badan nilai konsentrasi albumin dan berat badan
Skrining gizi dilakukan oleh perawat dan apabila pasien beresiko malnutrisi dan
kondisi khusus dikirim ke dietisien untuk melakukan konseling gizi dan dietetik. Penilaian
GNRI dalam perawatan pasien geriatri yang menjalani rawat inap sebaiknya dilakukan secara
rutin, mengingat kesederhanaannya dan kemampuannya dalam memprediksi outcome,
sehingga dapat membantu klinisi dalam memilah pasien yang perlu intervensi nutrisi lebih
intensif. Skrining GNRI dilakukan di ruang rawat inap pasien di rumah sakit
6
Wanita : H (cm) = [1,83 x KH(cm)]– [0,24 x umur (y)] +84,88
dimana KH = Knee Height (tinggi lutut)
Formula Lorentz (WLo)
Laki-laki = (H-100) – [(H-150)/4]
Wanita = H-100 – [(H-150)/2,5]
H merupakan tinggi badan yang dihitung dengan rumus Cumla yang
didasarkan atas tinggi lutut.
Perhitungan skor GNRI digunakan formula berikut:
(1,489 x albumin g/l) + (41,7 x Berat badan/berat badan ideal)
Dengan kategori:
a. Berisiko tinggi : GNRI < 82
b. Berisiko sedang : GNRI 82 -< 92
c. Berisiko rendah : GNRI: 92 -≤ 98
d. Tidak berisiko : GNRI > 98
Contoh :
Skor GNRI dihitung dengan menggunakan rumus : GNRI = [1,489 x albumin (g/l) ]
+[41,7 x (BB/WLo), dimana WLo = Lorentzequations. WLo pada laki-laki = (H-100) – [(H-
150)/4], sedangkan pada wanita = H-100 – [(H-150)/2,5]. H merupakan tinggi badan yang
dihitung dengan rumus Cumla yang didasarkan atas tinggi lutut. Rumus Cumla untuk laki-
laki adalah : H (cm) = [2,02 x KH(cm)]– [0,04 x umur (y)]+64,19, sedangkan pada wanita : H
(cm) = [1,83 x KH(cm)]– [0,24 x umur (y)] +84,88, dimana KH = Knee Height (tinggi lutut).
GNRI diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu : risiko mayor apabila skor GNRI < 82,
risiko sedang apabila skor GNRI 82 – < 92, dan risiko rendah apabila skor GNRI 92–
≤98,serta tanpa risiko apabila skor GNRI >98.
7
D. Skrining Mini Nutritional Assessment Short Form (MNA-SF)
8
Beberapa penelitian menyatakan bahwa prevalensi gizi buruk pada lansia sangat tinggi.
Faktor lain yang mungkin adalah malnutrisi karena perubahan komposisi tubuh terjadi secara
berbeda antara pria dan wanita. Malnutrisi terjadi setidaknya setengah dari orang tua yang
berhubungan dengan penyakit degeneratif. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa usia
lanjut merupakan kelompok yang rentan mengalami malnutrisi. Menurutnya masalah
kesehatan yang dihadapi para lansia antara lain meningkatnya kerentanan terhadap disfungsi
kekebalan yang menjadi penyebab utamanya.
Skrining status gizi sangat penting pada lansia sejak dini untuk mencegah malnutrisi.
Dengan alat skrining MNA-SF, akan diperoleh gambaran kondisi lansia sehingga akan
mendapatkan penanganan lebih awal sebelum terjadi malnutrisi.
MNA-SF ini merupakan MNA yang lebih singkat dan lebih mudah untuk dilakukan.
MNA-SF biasa digunakan pada populasi yang mempunyai resiko malnutrisi yang rendah.
MNA-SF ini dibuat agar dapat digunakan pada keadaan-keadaan yang membutuhkan suatu
penilaian cepat tetapi juga akurat dalam menentukan status gizi pasien.
Walaupun MNA-SF lebih singkat dari full MNA, sensitivitas dan spesifisitas dari MNA-
SF ini tetap tinggi. Berdasarkan jurnal review clinical gerontology, penelitian-penelitian yang
dilakukan menunjukkan tingginya sensitivitas dan spesifisitas MNA-SF ini. Dengan adanya
fakta di atas, MNA-SF cukup valid untuk digunakan dalam dunia klinisi dan hasil MNA-SF
mendekati hasil full MNA.
Skrining malnutrisi yang tampak pada bagian pertama MNA dapat dilakukan pada
penderita yang lagi rawat jalan, dirawat di rumah sakit, dan institusi-institusi yang
menampung orang tua.
9
2. Tahap melakukan skrining NSI (The Nutrition Screening Initiative)
Formulir ini dapat diisi oleh konsumen atau bila diperlukan dapat diisi melalui
wawancara dengan konsumen. Ketika penilaian ini dilakukan melalui telepon oleh staf AAA,
daftar periksa yang telah diisi dan “Menentukan Selebaran Kesehatan Gizi Anda” harus
diberikan kepada konsumen yang dinilai dan, jika perlu, didokumentasikan dalam arsip
konsumen.
1) Masukkan nama penyedia atau pusat nutrisi. Jika AAA memberikan konseling gizi
secara langsung, masukkan nama AAA.
2) Masukkan nama konsumen.
3) Masukkan nomor identifikasi klien konsumen, jika diketahui. Nomor Jaminan Sosial
konsumen tidak boleh digunakan untuk nomor identifikasi klien.
4) Masukkan tanggal MENENTUKAN Kesehatan Gizi Anda selesai. Penilaian ini harus
diselesaikan setiap tahun untuk semua konsumen yang menerima makanan bersama,
makanan yang diantarkan ke rumah, atau konseling nutrisi.
5) Lingkari angka pada kolom "Ya" jika pernyataan tersebut berlaku untuk konsumen.
6) Jumlahkan skor dengan menjumlahkan angka yang dilingkari saja.
7) Masukkan tanggal dan skor total pada Handout untuk MENENTUKAN Kesehatan
Gizi Anda Handout harus diberikan kepada konsumen untuk tujuan pendidikan dan
referensi di masa mendatang
8) Masukkan respons ke dalam SAMS Jika jawabannya adalah "Ya SAMS akan secara
otomatis menerapkan TENTUKAN skor Kesehatan Gizi Anda dengan benar Sistem
juga akan secara otomatis menjumlahkan skor nisiko gizi dan menunjukkan status
naiko gizi konsumen dalam catalan klien SAMS
10
Menurut Suryani, Isdiany, dan Kusumayanti (2018), tahapan pelayanan gizi pasien di
ruang rawat inap dimulai dengan skrining atau penapisan gizi yang dilakukan oleh perawat
ruangan dan penetapan order diet awal oleh dokter.
Tujuan skrining gizi untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko atau tidak berisiko
malnutrisi atau dalam keadaan kondisi khusus (kelainan metabolik,geriatrik, kanker dengan
kemoterapi, imunitas menurun, sakit kritis). Skrining sebaiknya dilakukan pada pasien baru 1
x 24 jam setelah pasien masuk rumah sakit. Metode skrining dipilih yang sederhana, singkat,
cepat sesuai dengan kondisi dan kesepakatan masing-masing rumah sakit. Skrining gizi untuk
11
pasien lansia, contohnya: Nutrition Risk Index (NRI), Geriatric Nutrition Risk Index (GNRI),
Mini Nutritional Assesment (MNA), Nutrition Screening Initiative (NSI).
Skrining gizi NSI dilakukan diruang rawat inap dengan pasien, skrining dilakukan oleh
perawat, dokter maupun ahli gizi (RD).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit, pasien geriatri adalah pasien
lanjut usia dengan multi penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan fungsi organ,
psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara
terpadu dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin.
12
Tujuan skrining gizi untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko atau tidak berisiko
malnutrisi atau dalam keadaan kondisi khusus (kelainan metabolik,geriatrik, kanker dengan
kemoterapi, imunitas menurun, sakit kritis). Skrining sebaiknya dilakukan pada pasien baru 1
x 24 jam setelah pasien masuk rumah sakit. Metode skrining dipilih yang sederhana, singkat,
cepat sesuai dengan kondisi dan kesepakatan masing-masing rumah sakit. Skrining gizi untuk
pasien lansia, contohnya: Nutrition Risk Index (NRI), Geriatric Nutrition Risk Index (GNRI),
Mini Nutritional Assesment (MNA), Nutrition Screening Initiative (NSI).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.halodoc.com/kesehatan/geriatri
https://studylibid.com/doc/4334377/metode-skrining-gizi-pada-usia-lanjut
http://digilib.fk.undip.ac.id/index.php?p=show_detail&id=797&keywords=
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1503410049/12._LAMPIRAN_.pdf
13
https://www.scribd.com/embeds/366117401/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
https://journal.unhas.ac.id/index.php/icon/article/download/3449/1983
14